Kamis, 12 Januari 2012

Dua dari empat tersangka pengencingan mayat Taliban dalam video yang tersebar di internet terungkap. “Mereka berasal dari unit yang bermarkas di Kamp Lejeune, Carolina Utara,” ujar salah satu petugas Korps Marinir AS yang namanya enggan disebutkan, Kamis (12/1). Unit tersebut tergabung dalam Batalion Tiga, Rezimen dua.....>> dan .... Front Pembela Islam menyampaikan permohonan maaf atas kericuhan yang terjadi di gedung Kementerian Dalam Negeri, Kamis, 12 Januari 2012. Permintaan maaf itu disampaikan langsung oleh Habib Misbakhul Anam, Sekretaris Majelis Syuro Dewan Pimpinan Pusat FPI, kepada Sekretaris Jenderal Kemendagri Diah Anggraeni......>>> ... Awas Adu Domba Umat Islam.. dan issue memecah belah Umat.. dengan berbagai cara dan upaya.. ??? >>> Awas lah FPI dan FUI harus memiliki disiplin tinggi dan akhlakul karimah... dan Jangan Mudah terprovokasi.. oleh berbagai perbuatan dan issue..>> Tegakan Kebenaran Allah dengan elegan dan akhlakulkarimah.....>> Awas adu domba sesama Muslim... >> Hayyo Perkuat Persatuan... dan Silaturahim serta solidaritas Persaudaraan Islam... >> Belum ada penjelasan lebih rinci tentang berita ini. Apakah ini benar terjadi atau hanya sekedar isu belaka. Hanya saja, Ketua Dewan Pimpinan Pusat Ahlul Bait Indonesia (DPP ABI) Hasan Dalil Alydrus membantahnya. Menurut Hasan Dalil, isu adanya tarif dalam nikah mut’ah hanya bagian tak terpisahkan dari serangan Zionis-Yahudi untuk memecah-belah persatuan umat Islam, baik Sunni dan Syi’ah. Ia bahkan mengajak media ini untuk meredam suasana agar tak terpengaruh isu ini.*.....>>> Hati2-lah Umat Islam.. Seharusnya di check dahulu sebelum diberitakan..>>> Tegakan Syariah Kebenaran Allah dengan penuh akhlakul karimah..dan ketegasan yang kokoh.... >>> Merdeka...!!!

    

Pelaku Pengencingan Mayat Taliban Terungkap

Jumat, 13 Januari 2012 12:16 WIB
REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON – Dua dari empat tersangka pengencingan mayat Taliban dalam video yang tersebar di internet terungkap. “Mereka berasal dari unit yang bermarkas di Kamp Lejeune, Carolina Utara,” ujar salah satu petugas Korps Marinir AS yang namanya enggan disebutkan, Kamis (12/1). Unit tersebut tergabung dalam Batalion Tiga, Rezimen dua.

Batalion itu ditugaskan untuk siaga dalam segala macam perang dan menjaga kedamaian di Irak, Afghanistan, Guantanamo, dan Idaho. Unit tersebut dikirimkan ke Afghanistan pada awal 2011. Selama tujuh bulan mereka berada di markas Taliban di Afghanistan Selatan dan telah kembali pada September.

Dalam video yang diunggah di LiveLeak, empat tentara AS mengencingi mayat yang diduga anggota Taliban. Ketiga mayat yang bersimbah darah itu diletakan di tanah. Tentara AS yang berada dalam video itu terlihat mengetahui mereka sedang direkam.

Sekretaris Negara, Hillary Clinton, juga kecewa dengan tindakan yang ada dalam video tersebut. Ia membenarkan ucapan Panetta yang mengatakan tindakan tersebut tidak sesuai dengan standar marinir AS. Video tersebut tidak akan mengubah usaha AS untuk mengamankan Afghanistan. “AS akan tetap memberi dukungan keamanan dan rekonsiliasi,” ujar Clinton. Gerakan tentatif menuju perdamaian di Afghanistan sedang dibuat, termasuk rencana penarikan pasukan perang internasional pada 2014. Saat ini, masih ada 90 ribu tentara AS di Afghanistan.
Namun juru bicara Taliban, Zabihullah Mujahid, mengatakan video ini bukan proses politik. “Video itu tidak akan mengganggu perbincangan dan pertukaran tahanan,” ujar Mujahid. Sementara, juru bicara Taliban lainnya, Yousuf Ahmadi, mengatakan ini bukan pertama kalinya AS melakukan tindakan tak senonoh. “Serangan dari Taliban pada Amerika akan terus berlanjut,” ujar dia dalam laman BBC.

Redaktur: Endah Hapsari
Reporter: satya festiani
Sumber: ap/reuters

AS Identifikasi 2 Marinir yang Kencingi Mayat Taliban

Muhammad Taufiqqurahman - detikNews
Jumat, 13/01/2012 08:32 WIB


Ilustrasi
Washington - Pihak militer Amerika Serikat (AS) berhasil mengidentifikasi 2 dari 4 tentara AS yang terekam sedang mengencingi tubuh milisi Taliban yang tewas. Pemeriksaan video juga menunjukkan bahwa rekaman itu asli.

Seperti diberitakan Reuters, Jumat (13/1/2012), seorang pejabat marinir AS yang enggan disebut namanya mengkonfirmasi pihaknya telah mengindentifikasi dua orang marinir dari empat marinir yang terekam sedang mengencingi mayat anggota Taliban.

Kedua marinir itu berasal dari Batalion ke-3 yang berbasis di Camp Lejeune, North Carolina, AS. Unit ini bertugas di provinsi Helmand, Afghanistan dari bulan Maret sampai September 2011.

Perlu diketahui, sebuah video yang menunjukkan perilaku tak terpuji Marinir Amerika Serikat (AS) tengah beredar di dunia maya. Video itu menunjukkan sejumlah tentara AS di Afghanistan tengah mengencingi mayat pejuang Taliban. Korps Marinir Amerika Serikat (AS) pun akan melakukan investigasi khusus terhadap video ini.

Dalam video yang diunggah ke situs Youtube dan sejumlah situs lainnya tersebut, terlihat 4 pria yang mengenakan seragam Marinir AS tengah mengencingi 3 jenazah. Salah seorang diantaranya bercanda dengan mengatakan, "Have a nice day, buddy." Sedangkan yang lain mengucapkan lelucon cabul.
Beredarnya video ini dinilai bisa meningkatkan sentimen anti-Amerika di Afghanistan pasca perang selama satu dekade yang sarat dengan kasus-kasus kekerasan. Secara terpisah, pihak Departemen Pertahanan AS di Pentagon mengaku pihaknya 'sangat terganggu' oleh video tersebut.


(fiq/her)

FPI minta maaf, aksi damai yang dilakukan tidak berjalan mulus

Bilal
Jum'at, 13 Januari 2012 11:15:44
JAKARTA (Arrahmah.com) – Front Pembela Islam menyampaikan permohonan maaf atas kericuhan yang terjadi di gedung Kementerian Dalam Negeri, Kamis, 12 Januari 2012. Permintaan maaf itu disampaikan langsung oleh Habib Misbakhul Anam, Sekretaris Majelis Syuro Dewan Pimpinan Pusat FPI, kepada Sekretaris Jenderal Kemendagri Diah Anggraeni.
“Kami menyatakan keprihatinan yang amat dalam dengan kejadian tadi pagi. Itu sungguh di luar dugaan kami,” kata Misbhakun. Dia menjelaskan bahwa Laskar Pembela Islam (LPI) memang kerap sulit dikendalikan. “Mereka anak muda sehingga emosinya tinggi,” ujarnya. Menurut Misbhakun, sejak awal pihaknya sudah berencana untuk bisa melakukan aksi damai.
Tambahnya, bahwa pada prinsipnya pihaknya ingin bisa bertemu dengan Menteri Dalam Negeri Gamawan Fauzi atau perwakilan lainnya untuk mendalami masalah peraturan daerah anti minuman keras (perda miras). “Jika tadi kami sudah langsung mendapatkan kabar akan difasilitasi untuk bertemu, kami pasti langsung cepat bubar,” ungkapnya.
Permohonan maaf ini pun diterima oleh Kemendagri yang diwakili Diah Anggraeni. “Kami sebetulnya menyambut baik adanya pengutaraan pendapat, tetapi kami tidak mengira kejadiannya menjadi anarkis,” ujarnya. Dia menyatakan agar dialog lanjutan yang mempertemukan Mendagri dengan Ketua FPI Habib Rizieq Jumat, 13 Januari 2012 pagi bisa menyelesaikan masalah.
Turut hadir Juru bicara Kepolisian Daerah Metro Jaya Komisaris Besar Baharuddin Djaffar memediasi  pertemuan tersebut.
Sebelumnya, massa dari Forum Umat Islam yang banyak diikuti orang LPI berunjuk rasa di depan kantor Kemendagri. Mereka memprotes soal adanya keputusan Mendagri membatalkan sembilan perda anti miras yang dikhawatirkan akan menambah panjang daftar kemaksiatan di negeri ini.
Kekesalan massa FUI terjadi dipicu, sikap Kemendagri tidak mau menemui demonstran untuk mengklarifikasi persoalan tersebut. Sehingga massa demonstran marah , lebih-lebih sebelumnya mendengar bahwa Mendagri Gamawan Fauzi berkelit dengan menyatakan dirinya difitnah oleh beberapa pihak telah membatalkan perda anti miras.
(bilal/arrahmah)
Benarkah Ada Tarif Nikah mut’ah?
 
Jum'at, 13 Januari 2012 
Hidayatullah.com—Sebuah berita mengejutkan,  Yayasan Astan Quds al-Ridhawy  –yang merupakan sebuah yayasan yang mengurus wakaf dan urusan agama serta beberapa perusahaan bisnis besar di dalam dan di luar kawasan Khurasan-  dikabarkan telah mengumumkan permintaan untuk mendatangkan para gadis yang umurnya berkisar antara 12 hingga 35 tahun untuk melakoni profesi mut’ah (pernikahan kontrak).

Pengumumun ini muncul setelah semakin bertambahnya permintaan terhadap layanan mut’ah dari para turis yang datang ke Kota Masyhad, demi menciptakan iklim spiritual yang nyaman bagi para turis, serta sebagai alasan untuk mendekatkan diri kepada Allah Subhanahu Wata’ala melalui pelaksanaan ritual ini.

Berita ini datang dari laman http://www.aansar.com. Berikut terjemahan dokumen pengumuman tersebut;
 
“Bismillahirrahmanirrahim
Nikah itu adalah sunnahku
Yayasan Astan Quds Ridhawy (Propinsi Masyhad, Kota al-Ridha) mengumumkan tentang maksudnya untuk mendirikan sebuah markas tempat melangsungkan akad nikah untuk waktu pendek (short time) di dekat kuburan Imam al-Ridha alaihissalam, demi meningkatkan iklim spiritual dalam masyarakat dan demi menciptakan iklim ruhani dan ketenangan bagi kawan-kawan peziarah yang mengunjungi kawasan makam Imam sementara mereka jauh dari keluarga mereka.
Untuk itu, maka pihak Yayasan meminta kepada seluruh akhawat mukminah yang masih perawan, yang usianya belum melampaui 12 sampai 35 tahun, pihak Yayasan mengajak mereka untuk memberikan bantuan dan terlibat dalam proyek ini.
Masa kontrak bagi akhawat yang mau terlibat dalam pekerjaan ini adalah 2 tahun, dan yang menjadi kewajiban bagi akhawat yang terikat kontrak dengan Yayasan al-Ridhawy adalah melakukan Nikah mut’ah selama 25 hari setiap bulan selama masa kontrak kerja.
Dan masa kontrak akan dihitung dari bagian masa kerja, dan masa kerja untuk setiap akad (Mut’ah) berkisar antara 5 jam hingga 10 hari dengan setiap pria.
Nilai bayaran yang ditetapkan untuk setiap akad Mut’ah dalam penjelasan berikut:
a. Mut’ah 5 jam : 50.000 Tuman (50 Dolar)
b. Mut’ah 1 hari: 75.000 Tuman (75 Dolar)
c. Mut’ah 2 hari: 100.000 Tuman (100 Dolar)
d. Mut’ah 3 hari: 150.000 Tuman (150 Dolar)
e. Mut’ah 4 s/d 10 hari: 300.000 Tuman (300 Dolar)
f. Sementara para akhawat yang baru pertama kali melakukan nikah mut’ah akan mendapatkan bayaran 150.000 Tuman sebagai pengganti penghilangan keperawanannya.”

Belum ada penjelasan lebih rinci tentang berita ini. Apakah ini benar terjadi atau hanya sekedar isu belaka. Hanya saja, Ketua Dewan Pimpinan Pusat Ahlul Bait Indonesia (DPP ABI) Hasan Dalil Alydrus membantahnya.

Menurut Hasan Dalil, isu adanya tarif dalam nikah mut’ah hanya bagian tak terpisahkan dari serangan Zionis-Yahudi untuk memecah-belah persatuan umat Islam, baik Sunni dan Syi’ah. Ia bahkan mengajak media ini untuk meredam suasana agar tak terpengaruh isu ini.*/M.Ihsan Zainuddin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar