Rabu, 06 Juli 2011

Khilafah Sudah Dekat Walaupun umat Islam seluruh dunia kini masih tertindas dipenjara sistem sekuler yang kufur, indikasi-indikasi kembalinya Khilafah semakin jelas. Kembalinya Khilafah kini bukan lagi sebatas harapan yang diliputi keraguan seperti halnya tahun 50-an atau 60-an abad lalu, namun telah menjadi keniscayaan yang tidak dapat dihindari lagi. Keniscayaan itu bagaikan kepastian datangnya sinar fajar yang terbit setelah malam yang hitam. Bukankah fajar pasti akan tiba, setelah malam yang gelap gulita?..>>..Pertama, Islam adalah KEBENARAN ALLAH SWT dan umat semakin sadar akan keislamannya. Jika dulu umat tertipu dengan ide-ide Barat seperti sekularisme, pluralisme, liberalisme, dan demokrasi, kini mereka telah sadar. Pada tahun 2005, Majelis Ulama Indonesia (MUI), misalnya, telah memfatwakan haramnya ide sekularisme, pluralisme, liberalisme. Jadi ide-ide itu telah dipahami sebagai ide-ide kafir yang bertentangan dengan Islam seratus persen.>>>umat telah menginginkan persatuan. Jika di pertengahan abad 20-an umat banyak terkecoh dengan nasionalisme dan patriotisme sebagai slogan kemerdekaan dari penjajahan, kini mereka telah sadar. Nasionalisme telah disadari menjadi pemecah belah persatuan umat Islam seluruh dunia melalui lebih dari 50-an nation-state....>>>....66 Bukti Sejarah Pembelaan Amerika terhadap Zionis Israel........1] Sesaat setelah perjanjian Balfour di tandatangi pada tanggal 2 Februari 1917, presiden Amerika langsung memberikan konfrensi pers: “saya pribadi dan atas nama presiden, sangat bangga dengan sikap Negara koalisi dan rakyatnya yang setuju dengan berdirinya Negara komonoleth Yahudi Israel di Palestina dan saya sendiri mendukung secara mutlak berdirinya Negara Israel “ 2- Pada tanggal 11 September 1922: senator dan konggres Amerika mengeluarkan keputusan tentang dukungan penuh mereka atas berdirinya Negara Israel di Palestina untuk menampung bangsa yahudi yang tersebar di dunia. 3- Pada tanggal 11 Mei 1942: konfrensi zionis internasional di selenggarakan di hotel Baltimore New York yang mengeluarkan keputusan bersama untuk merubah Palestina menjadi Negara yahudi, mengusir semua warga arab yang ada di dalamnya dan kalau mereka menolak atau melakukan perlawanan, maka harus di atasi dengan kekuatan militer. Melihat keputusan itu, Presiden Amerika pada waktu itu Roosevelt langsung memberikan dukungan atas hasil konferensi zionis itu................................................. dst..10- Pada tanggal 14 Mei 1948: hanya berselang 10 menit terbentuknya Negara Israel , Presiden Amerika Truman langsung mengumumkan sikap resmi negaranya dengan mengakui Negara Israel dan langsung membuka hubungan diplomatic secara resmi.....dst...>>>...“Kamp Kematian", Kebohongan Demi Holocaust....Sudah bertahun-tahun lamanya Zionis menduduki dan melakukan genosida di Palestina dengan dalih Holocaust. Namun dengan argumentasi paling sederhana pun; yaitu dengan merujuk pada arti holocaust di kamus Inggris Oxford, bisa dibuktikan bahwa holocaust hanyalah klaim absurd yang dikoarkan oleh Zionis untuk mencapai kepentingan mereka sendiri. Holocaust dalam kamus Oxford berarti "terbakar seluruhnya" atau pembunuhan masal dengan api. Dengan demikian, jika pernyataan bahwa Yahudi menjadi korban holocaust adalah benar, berarti seluruh Yahudi seharusnya sudah habis dibakar api. Namun pernyataan ini tidak bisa diterima karena ternyata masih begitu banyak Yahudi yang saat ini hidup dengan sehat dan sejahtera.......>>>..Saat ini, hanya di satu pinggiran kota kecil Amerika saja, terdapat ribuan orang Yahudi yang sehat wal afiat yang mengklaim dirinya sebagai korban yang selamat dari holocaust. Telah lebih dari 30 tahun, Amerika menerima fakta bahwa siapapun yang ingin mencapai kedudukan dan kekuasaan pemerintah, maka ia harus berkomitmen untuk setia pada Israel, mempercayai mitos holocaust, dan juga harus bersumpah untuk sepenuhnya menerima doktrin pembunuhan enam juta orang Yahudi oleh tangan-tangan Jerman dalam Perang Dunia II..... [Konon bahwa Hitler dana para petinggi NAZI itu sesungguhnya mereka adalah keturunan Yahudi juga.... jadi adalah...suatu yang... tidak masuk akal sehat.. bilamana benar adanya holocaust... yang sesungguhnya dilakukan oleh bangsa Yahudi Eropa...juga... Namun yang dijadikan sasaran oleh AS-Sekutu-Yahudi2 Eropa itu justru bangsa Palestina yang nota bene jauh dari negeri dimana Tempat Kejadian Perkara itu sendiri... dan Bangsa Palestina itu tidak pernah melakukan kekejaman terhadap bangsa Yahudi...walaupun dinegerinya sendiri...Namun AS-Sekutu-Yahudi selalu melakukan kekejaman terhadap bangsa Palestina dan bangsa2 yang membela bangsa Palestina yang diperlakukan tidak adil...itu... >>> INILAH PERSEKONGKOLAN AS-SEKUTU-YAHUDI Eropa sebagai PENJAJAH KRIMINAL INTERNASIONAL BARU yang melakukan apa saja demi untuk tujuan2 mereka dengan cara2 yang tidak benar ....dan melakukan kejahatan secara Internasional dengan kejam...]..>>>.Presiden AS Barack Obama dilaporkan akan mengunjungi Israel segera, demikian penjelakan duta besar AS untuk Israel James B. Cunningham kepada Knesset Speaker Reuven Rivlin pada hari Selasa.......>>..."Ketika Presiden mengunjungi Mesir dan kawasan sekitar, ia memutuskan untuk tidak mengunjungi Israel, sesuatu yang mengganggu banyak orang Israel," lanjut Rivlin. "Seseorang tidak dapat mengasingkan dirinya sendiri dari perasaan masyarakat ketika mencoba untuk mengubah mereka dengan memberikan penjelasan."...>>...Menguak Kebohongan Holocaust Terhadap Yahudi....Meski propaganda Holocaust gencar dilakukan, namun banyak sejarawan dan cendikiawan yang meragukan tragedi tersebut. Mereka juga menulis berbagai buku mencantumkan argumen dan bukti-bukti yang mempertanyakan keotetikan tragedi Holocaust. Meskipun demikian, para kritikus tidak mengingkari terjadinya pembunuhan terhadap sejumlah orang-orang Yahudi oleh pasukan Fasis Hitler, dan hal ini dinilai sebagai sebuah tragedi. Namun mereka berpendapat bahwa tragedi itu tidak seperti yang digambarkan oleh Rezim Zionis...>>.... Prof Faurisson yang telah melakukan penelitian tentang tragedi Holocaust sejak lama itu, dalam sebuah artikel yang dimuat oleh majalah Le Monde Diplomatique, menyebutkan poin penting lainnya soal Holocaust. Menurutnya, jika ada satu orang saja dari keluaga korban Holocaust, ia akan menunjukkan dirinya. Namun, sampai saat ini tak satupun yang mengklaim sebagai anggota keluarga korban Holocaust. Faurisson dan sejumlah orang yang sepaham dengannya menilai tragedi Holocaust sebagai sebuah sebuah dongeng karya orang-orang Zionis. Menurut keterangan para pengamat, ruang-ruang gas yang gencar dipublikasikan oleh Rezim Zionis itu, sebenarnya adalah ruang sterilisasi atau penyemprotan gas anti bakteri pada pakaian dan badan jenazah....>>> Berdasarkan undang-undang di AS dan Eropa yang bernama Gitto, siapa pun yang menolak Holocaust, akan terhitung sebagai orang yang anti Yahudi dan terkena hukuman. Pernacis yang disebut sebagai negara kebebasan juga tidak terlepas dari belenggu kekuatan lobi Zionis, sehingga harus menerima undang-undang Fabius-Gayssot di tahun 1990. Berdasarkan undang-undang tersebut, setiap orang yang menolak Holocaust dan meragukan kisah tentang terbantainya enam juta orang Yahudi di Eropa, akan dikenai hukuman penjara atau denda. Sikap itu yang tidak selaras dengan kebebasan berpendapat di negara-negara yang membela HAM dan kebebasan merupakan hal yang mengejutkan....>>>...Frederick Toben dalam hal ini mengatakan, “Negara Israel dibentuk atas dasar kisah Holocaust. Oleh karena Holocaust adalah kisah bohong, berarti Israel dibangun di atas kebohongan besar.” Kelestarian Israel sangat bergantung pada keyakinan masyarakat Barat akan kebenaran kisah pembunuhan 6 juta warga Yahudi di Eropa oleh Hitler. Berkat kisah ini pula, Israel berhasil meraup ganti rugi yang tidak sedikit dari negara-negara Eropa terutama Jerman....>>>.


66 Bukti Sejarah Pembelaan Amerika terhadap Zionis Israel





DR. Rif’at Sayyid Ahmad
(Penulis buku HIZBULLAH yang diterbitkan Pustaka IIMaN)
1- Sesaat setelah perjanjian Balfour di tandatangi pada tanggal 2 Februari 1917, presiden Amerika langsung memberikan konfrensi pers: “saya pribadi dan atas nama presiden, sangat bangga dengan sikap Negara koalisi dan rakyatnya yang setuju dengan berdirinya Negara komonoleth Yahudi Israel di Palestina dan saya sendiri mendukung secara mutlak berdirinya Negara Israel “.
2- Pada tanggal 11 September 1922: senator dan konggres Amerika mengeluarkan keputusan tentang dukungan penuh mereka atas berdirinya Negara Israel di Palestina untuk menampung bangsa yahudi yang tersebar di dunia.
3- Pada tanggal 11 Mei 1942: konfrensi zionis internasional di selenggarakan di hotel Baltimore New York yang mengeluarkan keputusan bersama untuk merubah Palestina menjadi Negara yahudi, mengusir semua warga arab yang ada di dalamnya dan kalau mereka menolak atau melakukan perlawanan, maka harus di atasi dengan kekuatan militer. Melihat keputusan itu, Presiden Amerika pada waktu itu Roosevelt langsung memberikan dukungan atas hasil konferensi zionis itu.
4- Pada tanggal 16 Maret 1945: Presiden Amerika Roosevelt mengadakan pertemuan dengan salah satu Ketua Zionisme DR. Stephan Weiz. Melalui pertemua itu Presiden Amerika menjelaskan bahwa sesungguhnya ia sebagai presiden sudah mempunyai sikap yang jelas dan tegas terhadap rencana zionisme yang sudah ditulis dalam surat resmi pada Oktober 1944. Surat itu sendiri dikirim langsung kepada salah satu anggota Konggres dari partai Demokrat di wilayah New York. Dalam surat itu ditegaskan tentang semua program kerja partai Demokrat khususnya untuk tahun 1944, khususnya tentang sikap mereka terhadap program eksodus dan migrasi yahudi ke Palestina dan mendirikan Negara yahudi di Palestina.
5- Pada tanggal 16 Agustus 1945: Presiden Amerika Truman memberikan dukungan penuh untuk mengeksodus sebanyak mungkin orang yahudi ke Palestina, hal itu ia sampaikan dalam sebuah konferensi pers.
6- Pada tanggal 31 Agustus 1945: Presiden Amerika Truman mengirim surat resmi kepada Perdana Menteri Inggris Clamant Attlee, yang isinya meminta kepadanya agar segera mengizinkan 100 ribu yahudi yang selamat dari ancaman pemusnahan Hitler dan kabur ke Inggris untuk segera di kirim ke Palestina.
7- Pada tanggal 5 Mei 1946: Presiden Amerika Truman menekan Perdana Menteri Inggris untuk menerima 100 ribu pendatang yahudi di Palestina dan Amerika menjanjikan akan membantu proses eksodus mereka dengan mendatangkan kapal laut yang besar untuk mengangkut semua yahudi itu.
8- Pada tanggal 14 Oktober 1946: Truman juga mengeluarkan surat keputusan yang isinya menganjurkan semua orang yahudi ke Palestina tanpa menunggu hasil akhir proses politik dan militer tentang penjajahan Palestina oleh Inggris.
9- Pada tanggal 29 November 1947: Amerika Serikat melakukan tekanan intensif kepada beberapa Negara, untuk mendukung voting pemecahan Palestina untuk menjadi dua wilayah antara yahudi dan bangsa arab. Delegasi Negara-negara yang mendapat tekanan Amerika adalah Haiti, Liberia dan lainnya. Yang seandainya Negara-negara tersebut menolak pembagian Palestina, maka rencana itu akan gagal.
10- Pada tanggal 14 Mei 1948: hanya berselang 10 menit terbentuknya Negara Israel , Presiden Amerika Truman langsung mengumumkan sikap resmi negaranya dengan mengakui Negara Israel dan langsung membuka hubungan diplomatic secara resmi.
11- Pada tanggal 29 Mei 1965: Komisi Hubungan Luar Negeri di Konggres Amerika memutuskan untuk mengurangi bantuan kepada pengungsi Palestina sebesar 5%.
12- Pada tanggal 12 Juni 1966: pemerintah Amerika serikat menekan Badan Keamanan PBB agar menghentikan bantuan kemanusiaan kepada pengungsi Palestina yang melakukan pelatihan militer dan membentuk milisi perlawanan kepada Israel . dan menghapus semua nama mereka dan keluarganya yang mengikuti latihan dan pendidikan militer dari daftar nama yang berhak atas bantuan kemanusiaan dari UNHCR.
13- Pada tanggal 2 Agustus 1966: Presiden Amerika Johnson menjelaskan bahwa politik Amerika Serikat akan terus mendukung eksistensi Israel dan akan membantunya untuk menjadi Negara super power di kawasan Timur Tengah.
14- Pada tanggal 3 Oktober 1966: Amerika Serikat mengajukan proyek perdamaian antara Suria dan Israel dan tuntutan agar keduanya jangan melakukan hal-hal yang akan menjadikan situasi keamanan di kawasan Timur Tengah memanas. Melihat kelicikan yang diinginkan oleh Amerika itu, akhirnya Uni Sovyet menggunakan hak vetonya untuk menjegal rencana Amerika.
15- Pada bulan January 1979: Presiden Amerika dalam sebuah pertemuannya dengan para tokoh terkemuka zionis Amerika menegaskan bahwa Negara paman syam itu sampai sekarang tidak akan membuka peluang pembicaraan dengan PLO (Palestine Liberation Organization).
16- Pada tanggal 7 Juni 1982: beberapa politisi Amerika yang dipimpin oleh Wakil Presiden melakukan lobby untuk menggagalkan resolusi sanksi bagi Israel .
17- Pada tanggal 12 Juni 1982: Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Alexander Heed menegaskan bahwa negaranya tidak akan menekan Israel untuk keluar dari Lebanon.
18- Pada tanggal 15 Oktober 1982: pemerintah Amerika memutuskan untuk menghentikan bantuannya kepada IMF karena mereka lebih focus untuk membantu perekonomian Israel .
19- Pada tanggal 11 Desember 1982: salah seorang juru bicara hubungan luar negeri Amerika menegaskan bahwa hubungan diplomasi antara Israel dan Amerika masih tetap berjalan dengan baik.
20- Pada tanggal 21 February 1983: Presiden Amerika Ronald Regan meminta kepada seluruh Negara-negara Arab agar menerima eksistensi Israel sesuai dengan realitas yang ada.
21- Pada tanggal 19 Oktober 1983: Amerika mengancam akan keluar dari DK PBB dan akan menghentikan bantuan financialnya kepada Badan Dunia itu, kalau DK PBB tidak menerima usulan dari delegasi Israel .
22- Pada tanggal 19 Oktober 1983: pemerintah Amerika menjelaskan bahwa mereka memutuskan untuk meningkatkan hubungan diplomasinya dengan Israel dengan menutup semua perbedaan persepsi dalam peranan Israel di Lebanon.
23- Pada tanggal 12 November 1983: Presiden Amerika Ronald Regan menegaskan kepada Perdana Menteri Israel sikap Washington yang tetap konsisten dalam menjaga keamanan Israel .
24- Pada tanggal 4 Desember 1983: Ronald Regan kembali menegaskan hubungan diplomasi kedua Negara yang terus membaik. Dan sikap negaranya yang akan terus membantu menjaga keamanan Israel dan melawan semua hal yang mengancam keamananannya.
25- Pada tanggal 20 September 1984: Amerika mengancam akan keluar dari Forum Kesatuan Parlemen internasional kalau forum itu mengeluarkan keputusan yang mengecam Israel dengan menyebutnya sebagai Negara rasisme.
26- Pada tanggal 1 Oktober 1984: Konggres Amerika menyetujui untuk memindahkan Keduataan Besar mereka dari kota Tel Aviv ke kota Jerusalem di Palestina.
27- Pada tanggal 28 Oktober 1984: dalam sebuah seminar yahudi Amerka Presiden Ronal Regan menegaskan bahwasanya Israel adalah Negara koalisi strategis dan sahabat Amerika. Dalam kesempatan itu juga, Regan mengecam orang yang menyamakan Israel dengan Negara rasis, karena menurutnya justru dengan berdirinya Israel , yahudi di dunia bisa kembali kepada hokum mereka secara orisinalitas yang mereka tegakan di atas tanah yang sudah dijanjikan Tuhan kepada bangsa itu.
28- Pada tanggal 15 Mei 1985: Menteri Luar Negeri Amerika menegaskan bahwa Washington akan terus menghalangi usaha sebagian kalangan untuk membentuk Negara Palestina merdeka.
29- Pada tanggal 30 September 1985: Ronald Regan menyetujui aksi militer Israel terhadap rumah kediaman ketua PLO di Tunisia sebagai bagian melindungi diri dari aksi teroris.
30- Pada tanggal 18 February 1986: Amerika menolak permintaan ketua PLO agar Amerika mengakui hak bagi rakyat Palestina untuk menentukan nasibnya sendiri.
31- Pada tanggal 16 February 1987: Presiden Ronal Regan memberikan hak istimewa kepada Israel dalam kesatuan Negara-negara Atlantik walaupun Israel bukan anggota Negara atlantik.
32- Pada tanggal 16 February 1988: Juru Bicara Gedung Putih menyatakan bahwa politik Amerika tetap pada persepsi lamanya tentang hakikat perdamaian di Timur Tengah yaitu semua rakyat Palestina dan bangsa arab dan muslim agar melepaskan tanah Palestina kepada Israel , kalau itu terpenuhi, maka berarti perdamaian di kawasan itu akan cepat terwujud.
33- Pada tanggal 1 Maret 1988: salah satu Organisasi Amerika di bawah PBB meminta agar menghapus keanggotaan PLO dan kantornya di PBB. Mereka juga menuntu agar menyeret seluruh anggota PLO ke pengadilan internasional.
34- Pada tanggal 10 Maret 1988: Pemerintahan Amerika secara sepihak menutup kantor perwakilan PLO di PBB yang mereka berlakukan sejak tanggal 21 Maret 1988. keputusan itu tanpa memperhatikan semua kesepakatan internasional.
35- Pada tanggal 17 Mei 1988: Presiden Amerika Ronald Regan dan Menteri Luar Negeri George Solutes menegaskan bahwa sulosi terakhir dari konflik di Palestina terletak pada keseriusan bangsa arab untuk melepaskan tanah Palestina untuk bangsa yahudi.
36- Pada tanggal 27 Juli 1988: Konggres Amerika menyetujui keputusan pemerintah untuk memindahkan kedutaan Besar mereka dari kota Tel Aviv ke AL Quds (Jerusalem).
37- Pada tanggal 28 Juli 1988: Konggres Amerika menyetujui alokasi biaya pembangunan dua gedung keduataan Amerika di Tel Aviv dan Jerusalem.
38- Pada tanggal 12 Juli 1988: Dewan Pimpinan Pusat Partai Republik menolak terbentuk Negara Palestina merdeka.
39- Pada tanggal 5 Oktober 1988: pemerintah Amerika memutuskan untuk memberikan Kekebalan Diplomasi kepada anggota utusan militer Israel di Washington.
40- Pada tanggal 2 November 1988: salah seorang pembantu Presiden George Bush menyatakan bahwa koalisi strategis antara Amerika dan Israel merupakan kunci utama perdamaian di kawasan Timur Tengah, tetapi walaupun demikian Bush tetap mempunyai sikap yang tidak akan berubah untuk menolak terbentuknya Negara Palestina merdeka.
41- Pada tanggal 15 November 1988: Departemen Luar Negeri Amerika mengumumkan bahwa Amerika tidak setuju dengan susulan pembentukan Negara Palestina merdeka, karena hal itu berarti mengakui kepastian masa depan wilayah Tepi Barat dan Jalur Gaza. Padahal kedua wilayah itu masih ada dalam persengketaan antara Israel dan Palestina yang baru bisa diselesaikan dalam meja perundingan.
42- Pada tangga; 25 November 1988: Amerika melarang pemimpin PLO yang mereka akui sebagai presiden Palestina untuk masuk ke Amerika guna memberikan sambutan dalam sidang umum DK PBB.
43- Pada tanggal 30 November 1988: mayoritas anggota DK PBB dengan suara voting 151 suara mengakuai resolusi tentang pengakuan hak bagi Pemimpin PLO Yaser Arafat untuk berpartisipasi dalam pertemuan anggota DK PBB. Tetapi Amerika dan Israel menolak resolusi itu dengan alasan karena Yaser Arafat tidak mendapatkan visa dari pihak keimigrasian Amerika.
44- Pada tanggal 1 Mei 1989: pemerintah Amerika menegaskan tetap menolak keanggotaan Palestina dalam WHO (World Health Organization) sebagai anggota tetap dalam organisasi itu.
45- Pada tanggal 15 Mei 1989: Konggres Amerika menyetujui untuk menghentikan semua bantuan financial bagi PBB dan bantuan kemanusiaan bagi seluruh organisasi di bawah PBB kalau DK PBB mengakuai keanggotaan Palestina dalam dewan.
46- Pada tanggal 22 Juni 1989: Presiden Amerika George Bush menegaskan kepada anggota Konggres yang mendukung Israel bahwa Amerika akan tetap memberikan dukungan penuh kepada Israel baik secara financial, politik, diplomasi dan juga militer.
47- Pada tanggal 7 February 1990: Presiden Amerika George Bush menekan Uni Soviet agar meresmikan hubungan diplomatic dengan Israel dan memberikan izin kepada yahudi Uni Soviet untuk migrasi ke Israel melalui jalur penerbangan langsung dari Moscow ke Tel Aviv dengan biaya pemerintah Uni Soviet.
48- Pada tanggal 22 February 1990: dari 100 senator, 84 diantaranya mendukung Israel untuk menjadikan kota Al Quds (Jerusalem) sebagai Ibukota Negara yahudi itu.
49- Pada tanggal 3 April 1990: Presiden Amerika George Bush mengumumkan dukungannya terhadap proyek eksodus dan migrasi yahudi Uni Soviet ke Palestina. yang menurutnya proses migrasi itu merupakan kejadian yang bersejarah dalam abad modern ini sebagai bukti keseriusan Amerika untuk memberikan pembelaan terhadap Hak Asasi Manusia bagi setiap insane atas hak-haknya terutama bangsa yahudi agar mendapatkan hak kembali di Palestina. selain itu Bush tetap menerukan tekanannya kepada Uni Soviet agar memberikan fasilitas penerbangan langsung Moscow Tel Aviv.
50- Pada tanggal 23 April 1990: Konggres Amerika menyetujui usulan Israel untuk menjadikan kota Al Quds sebagai Ibukota Israel .
51- Pada tanggal 18 Juni 1990: Konggres Amerika Serikat menyetujui resolusi yang sudah disepakati oleh Senator yang menuntut agar semua anggota DK PBB untuk menghapus resolusi PBB yang menyamakan antara Negara Israel dengan rasisme.
52- Pada tanggal 19 Juni 1990: Konggres Amerika dan anggota senat meminta kepada pemerintah Amerika agar menekan seluruh anggota PBB dan DK PBB agar segera melakukan sidang umum untuk menghapuskan resolusi PBB tahun 1975 yang menyatakan Israel sebagai Negara rasis.
53- Pada tanggal Desember 1990: DK PBB mengundur pelaksanaan sidangnya tetang proses perdamaian Timur Tengah karena tuntutan Amerika untuk menghapus pasal dalam resolusi PBB tentang pernyataan rasisme Israel .
54- Pada tanggal 12 Desember 1990: Pemerintah Amerika menjanjikan terhadap Moscow untuk memberikan pinjaman sebesar 1 milyard US dollar atas jasanya menerbangkan 360 ribu yahudi Uni Soviet pada tahun 1989.
55- Pada tanggal 19 Juni 1991: Konggres Amerika mengancam akan menghentikan bantuan militernya kepada Jordania dan mengembargonya kalau tidak mengakui eksistensi Israel dan melakukan pertemuan perundingan dengan Negara yahudi itu sebagai usaha perdamaian antara kedua Negara.
56- Pada tanggal 14 Juli 1993: Menteri Pertahanan Amerika mengeluarkan pernyataan bahwa Amerika tetap terikat untuk terus membantu Israel secara intensif dan berkelanjutan dalam menghadapi setiap ancaman terhadap Negara itu. Selain itu Amerika juga akan terus meningkatkan hubungan diplomatic strategisnya dengan Israel , agar keamanan Israel tetap terjamin.
57- Pada bulan Oktober 1995: Konggres dan Parlemen Amerika mengeluarkan keputusan yang berisi bahwa salah satu kebijakan politik luar negeri Amerika yang harus segera direalisasikan adalah eksistensi kota Al Quds (Jerusalem) sebagai Ibukota Israel dan harus segera memindahkan kedutaan besar Amerika ke kota itu dari Tel Aviv paling lambat akhir Mei 1999.
58- Pada tanggal 14 February 1997: Perdana Menteri Israel Netanyahu sangat marah dengan penjualan 100 pesawat tempur F 16 Amerika kepada Arab Saudi. Menurutnya kalau penjualan pesawat terlaksana, berarti Amerika tidak konsisten dengan kerja sama strategis Israel Amerika dan masih menurutnya pula penjualan pesawat tempur canggih kepada selain Israel di kawasan Timur Tengan akan mengancam perdamaian di kawasan itu. Melihat reaksi keras seperti itu, maka Presiden Amerika Serikat Bill Clinton langsung menghubungi Netanyahu untuk meyakinkan bahwa penjualan pesawat tempur F 16 kepada Arab Saudi akan dibatasi oleh kepentingan keamanan Israel sendiri dan menurutnya sejauh ini kerja sama militer Washington � Riyadh justru untuk menjaga keamanan Israel dari segala ancaman Negara yang tidak simpatis dengan Israel . pada kesimpulannya, Clinton berusaha meyakinkan Netanyahu bahwa Amerika tidak akan membiarkan Arab Saudi untuk menggunakan F 16 � nya sebagai alat untuk menyerang Israel .
59- Pada tanggal 8 Oktober 1997: Menteri Luar Negeri Amerika Madeline Albright mengumumkan daftar gerakan dan organisasi perlawanan Palestina yang dikategorikan sebagai gerakan teroris: Harokah Muqowamah Islamiyah (Hamas), Hizbullah Lebanon, Jihad Islami, Front Pembebasan Rakyat Palestina, Qiyadah Ammah, Front Kemerdekaan Palestina, Milisi Nayeef Hawatimah dan Milisi Abu Nidhal.
60- Pada tanggal 28 April 1998: Bill menyambut hangat dan gembira peringatan berdirinya Negara Israel yang ke 50. dalam acara peringatan yang dilaksanakan di halaman Gedung Putih, ia memberikan sambutan dengan mengatakan: “kita bangsa besar Amerika sudah menyaksikan bersama perjalanan sejarah yang sangat membanggakan dalam perjalan bangsa ini, salah satu yang harus membuat kita bangga adalah karena kita merupakan Negara pertama yang mengakui berdirinya Negara Israel “.
61- Pada tanggal 16 Juni 1998: pasca serangan pejuang Palestina ke pemukiman yahudi, Presiden Clinton langsung memberikan konferensi Pers dengan mengatakan: saya dan atas nama seluruh bangsa Amerika ikut berduka cita yang sedalam-dalamnya terhadap Israel yang pagi tadi mendapat serangan teroris untuk yang kesekian kalinya”.
62- Pada tanggal 23 Februari 1999: salah seorang pembantu Menteri Luar Negeri Amerika untuk masalah Timur Tengah � dalam sebuah seminar yang diadakan oleh Dewan Yahudi internasional � mengatakan: perdamaian antara Israel dan suria akan sangat membantu kepentingan strategis Amerika di kawasan itu.
63- Pada tanggal 13 Juni 1999: pemerintah Otoritas Palestina menyetujui untuk mengundurkan Konferensi Jenewa tentang pelanggaran hak asasi manusia yang dilakukan oleh Israel , karena mendapat tekanan kuat dari Washington. Dalam anggota konggres sendiri sekitar 365 di antara mereka mendukung kebijakan politik Menteri Luar Negeri Amerika yang menentang konferensi itu dan hanya 5 orang yang mendukung terlaksananya konferensi. Selian itu anggota konggres juga menekan Sekjen PBB Koffi Annan dan pemerintah Swiss untuk tidak membantu dan memfasilitasi berlansungnya konferensi itu.
64- Pada tanggal 20 January 2000: Perdana Menteri Israel Ehud Barak meminta kepada Presiden Amerika Bill Clinton untuk secara intensif menghentikan segala bentuk perlawanan Palestina yang merepotkan Israel khususnya di selatan Lebanon.
65- Pada tanggal 30 Juni 2000: Presiden Amerika Bill Clinton mengancam akan merevisi sikap dan hubungan Amerika dengan rakyat Palestina kalau mereka mengumumkan Negara Palestina merdeka secara sepihak.
66- Selama masa kepresidenan Bush Junior (George Walker Bush) sampai bulan Maret 2003 ini telah mengeluarkan sekitar 150 kebijakan politik khususnya dalam negeri untuk membantu menanggulangi krisis ekonomi dan politik Israel dan 150 resolusi yang mengenyampingkan hak-hak rakyat Palestina terhadap tanahnya. Bahkan lebih dari itu, dalam setiap resolusi itu, Amerika terus mengecam aksi perlawanan rakyat Palestina terutama aksi bom syahid. Mereka juga telah memasukan Jihad Islami, Hamas, Hizbullah dan hampir semua pergerakan perlawanan Palestina dalam daftar organisasi teroris internaisonal yang akan diperangi oleh Amerika.Sumber : Comes. Kiriman dari Dody Salman SE


holocaust

“Kamp Kematian", Kebohongan Demi Holocaust

Sabtu, 28 Mei 2011 11:20 | 
Dengan mengeksploitasi konsekuensi dari Perang Dunia II, Yahudi membuat cerita palsu tentang kamp-kamp kematian di Jerman Timur untuk mencoba menanamkan mitos Holocaust kepada dunia.
Sudah bertahun-tahun lamanya Zionis menduduki dan melakukan genosida di Palestina dengan dalih Holocaust. Namun dengan argumentasi paling sederhana pun; yaitu dengan merujuk pada arti holocaust di kamus Inggris Oxford, bisa dibuktikan bahwa holocaust hanyalah klaim absurd yang dikoarkan oleh Zionis untuk mencapai kepentingan mereka sendiri.
Holocaust dalam kamus Oxford berarti "terbakar seluruhnya" atau pembunuhan masal dengan api. Dengan demikian, jika pernyataan bahwa Yahudi menjadi korban holocaust adalah benar, berarti seluruh Yahudi seharusnya sudah habis dibakar api. Namun pernyataan ini tidak bisa diterima karena ternyata masih begitu banyak Yahudi yang saat ini hidup dengan sehat dan sejahtera.
Para Yahudi bukan saja tidak seluruhnya terbakar sebagaimana klaim mereka, akan tetapi 40 tahun setelah insiden yang sebenarnya tidak pernah terjadi ini, kita bisa menyaksikan jumlah Yahudi yang mengklaim dirinya sebagai para korban yang selamat dari tragedi Holocaust justru jauh lebih banyak dari jumlah korban holocaust itu sendiri.
Saat ini, hanya di satu pinggiran kota kecil Amerika saja, terdapat ribuan orang Yahudi yang sehat wal afiat yang mengklaim dirinya sebagai korban yang selamat dari holocaust.
Telah lebih dari 30 tahun, Amerika menerima fakta bahwa siapapun yang ingin mencapai kedudukan dan kekuasaan pemerintah, maka ia harus berkomitmen untuk setia pada Israel, mempercayai mitos holocaust, dan juga harus bersumpah untuk sepenuhnya menerima doktrin pembunuhan enam juta orang Yahudi oleh tangan-tangan Jerman dalam Perang Dunia II.
Untuk membuktikan bahwa para Yahudi Amerika adalah korban-korban pembantaian holocaust, mereka melakukan propaganda meluas, termasuk diantaranya menayangkan sebuah film di seantero Amerika untuk mempengaruhi opini umum. Dalam film ini ditunjukkan adanya kamp-kamp Jerman yang menimbun tulang-tulang para Yahudi, akan tetapi para wartawan Amerika menyangkal pernyataan ini dan menyatakan bahwa klaim ini adalah bohong, karena segera setelah Jerman menyerah pada Perang Dunia Kedua, sejumlah banyak wartawan Amerika terbang ke kamp-kamp Jerman yang dilaporkan menumpuk tulang-tulang kaum Yahudi. Akan tetapi, sesampai di TKP diketahui bahwa semua tulang-tulang ini ternyata berkaitan dengan tawanan-tawanan Rusia pada masa perang tersebut. Dengan demikian, tulang-tulang bertumpuk yang diklaim oleh Yahudi dan disiarkan dalam film tersebut sebagai korban holocaust, sepenuhnya adalah bohong.
Hampir semua orang Yahudi yang mengaku selamat dari Holocaust menyatakan bahwa mereka setidaknya telah mendekam di kamp-kamp kematian selama tiga atau empat tahun dan seluruhnya dijatuhi hukuman mati. Berarti dari klaim mereka ini bisa disimpulkan, seharusnya tidak ada seorangpun tawanan yang berhasil keluar dengan selamat, karena semuanya dijatuhi hukuman mati.
Sementara dalam klaimnya, mereka senantiasa menyatakan dirinya sebagai “korban yang selamat dari insiden holocaust”?!.
Sementara itu Otto Friedrich, seorang jurnalis majalah Time pada bulan September 1981 menulis sebuah artikel yang sepenuhnya didasarkan pada tulisan tangan beberapa korban yang selamat dari kamp-kamp Jerman, dengan tulisan-tulisan tangan ini bisa disimpulkan bahwa kamp-kamp Yahudi ternyata memiliki perpustakaan, stadion sepakbola, orkestra simfoni, rumah sakit, dan sebagainya, padahal tidak ada satu pun dalil yang menegaskan bahwa sebuah kamp kematian memiliki rumah sakit, perawat, tenaga medis dan fasilitas-fasilitas hiburan, dengan demikian, kamp-kamp ini tidak seharusnya dikatakan sebagai kamp-kamp kematian, namun harus disebut sebagai kamp-kamp kesehatan dan kesejahteraan.
Yang benar, selama Perang Dunia II, ketika sekutu telah memutuskan rencana untuk membombardir warga Jerman, orang-orang Yahudi yang tinggal di kota-kota Jerman merasa harus dievakuasi. Kesimpulannya, para pemimpin masyarakat Yahudi melakukan kontak dengan sejumlah birokrat Nazi mengenai keputusan mereka untuk hijrah ke bagian timur.
Rencana ini dikonfirmasi juga oleh Albert Spear, sekretaris militer Jerman. Akan tetapi ia menyampaikan keinginan-keinginan bahwa orang-orang Yahudi berbadan kuat yang rencananya hendak imigrasi ke wilayah timur, juga harus melakukan tugas-tugas persenjataan yang berat, dan hasilnya, kamp-kamp kerja pun dibangun di wilayah pedesaan dan jauh dari kota Jerman. Dengan demikian, kaum Yahudi saat itu terbebas dari bombardier dan kengerian yang menimpa perempuan-perempuan dan anak-anak Jerman.
Berarti bisa dikatakan, selama masa Perang Dunia II, memang terjadi Holocaust, tapi warga Jermanlah yang menjadi korban genosida, karena saat itu Yahudi imigram telah aman dari pembunuhan masal.
Pasca perang, untuk menghindari terungkapnya fakta yang sebenarnya, Yahudi, dengan kelicikan membalik fakta ini. Dan hasilnya, bukan lagi warga Jerman yang menjadi korban pembantaian masal, tapi Yahudi dengan kebohongan besarnya telah menempatkan dirinya sebagai korban Holocaust.
Selanjutnya, terinspirasi oleh perang-perang yang meninggalkan korban-korban tak berdosanya dibawah pengaruh bahan-bahan kimia dan menanggung berbagai penyakit seperti mual, rambut rontok, kanker dan sebagainya, Yahudi pun menciptakan cerita mengerikan tentang orang-orang Yahudi yang menjadi korban bahan-bahan kimia di kamp-kamp Nazi.
Tapi kenyataannya, Jerman yang pada awalnya memberikan dukungan terhadap Yahudi dari serangan sekutu, dikarenakan keadaan darurat perang terpaksa meninggalkan Yahudi imigran dengan rencana dan pengawasannya sendiri. Akhirnya di tengah hiruk pikuk perang dan kehancuran dunia, Yahudi dengan kelicikan yang dimiliki menciptakan berbagai aktifitas seperti melakukan kegiatan-kegiatan di pasar gelap dan menciptakan kondisi terbaik untuk diri mereka sendiri.
Alasan lain diciptakannya mitos Holocaust adalah membuat kebingungan dan ambigu atas kekejaman yang terjadi pada Perang Dunia II, dan aplikasi pertamanya adalah menutupi fakta pembunuhan massal 14 ribu petugas Polandia di hutan Katyn oleh pasukan militer Uni Soviet.
Pembunuhan massal yang diperintahkan oleh Stalin ini dilakukan untuk memfasilitasi pemerintah komunis di Polandia, yang selanjutnya oleh Yahudi, masalah ini menjadi inspirasi untuk membuat cerita mengenai barisan panjang kaum Yahudi di wilayah pedesaan yang digiring untuk dibantai.
Pada dasarnya, tujuan utama diciptakannya mitos Holocaust ini adalah menghindari munculnya masalah bagi Uni Soviet dalam persidangan Nuremberg. Sekaitan dengan ini, rezim pro-komunis Roosevelt juga melakukan banyak upaya untuk membantu Soviet menyembunyikan tragedi Katyn.
Walhasil, setelah Perang Dunia II, dengan menciptakan mitos Holocaust dan mengklaim sebagai korban pemberantasan 6 juta Yahudi oleh pihak Jerman Barat, dengan usulan dari pasukan militer Amerika, Yahudi mewajibkan Jerman untuk membayar 4 ratus milyar dolar sebagai ganti rugi.
Dikarenakan sifat kediktatoran militer Amerika pendudukan yang tidak memberikan kesempatan bagi seorang Jerman pun untuk menanyakan tetang mitos Holocaust, para patriot Jerman percaya bahwa satu-satunya jalan untuk menghadapi kolusi Israel dan Amerka ini adalah mengajukan tuntutan kepada Amerika untuk mengembalikan seluruh ganti rugi Holocaust kepada Israel.
Dalam waktu dekat, tuntutan ini akan segera diserahkan ke Mahkamah Internasional, dan Amerika harus memutuskan reaksi apa yang akan diambilnya dalam menghadapi tuntutan Israel yang tak pernah puas dengan kekuasaan dan kekuatan. Sementara pada sisi lain ia juga harus selamat dari perekenomian yang saat ini tengah runtuh.
Hanya dengan mengungkapkan kebohongan sepenuhnya dalam mitos Holocaustlah ia akan mampu membuat para negarawan Amerika terbebas dari komitmen terhadap pemerintah Israel dan juga terbebas dari beban-beban yang semakin dibebankan oleh Israel.(Shabestan)




Obama Akan Segera Kunjungi Israel

Duta Besar James Cunningham tidak menyebutkan waktunya, tetapi ia mengatakan kunjungan ini sebagai agenda presiden AS; dan rakyat Israel menengarai bahwa suasana di Gedung Putih berubah buruk.

Presiden AS Barack Obama dilaporkan akan mengunjungi Israel segera, demikian penjelakan duta besar AS untuk Israel James B. Cunningham kepada Knesset Speaker Reuven Rivlin pada hari Selasa.
"Presiden ingin mengunjungi Israel dan dia akan melakukannya," kata Cunningham kepada Rivlin. Meskipun ia tidak menyebutkan tanggal kunjungan ittu, Cunningham mengatakan bahwa kunjungan ini sudah berada dalam agenda Obama.
Rivlin mengatakan kepada Cunningham bahwa "rakyat Israel merasakan bahwa suasana di Gedung Putih telah berubah buruk. Mereka merasa bahwa Obama menilai Israel sebagai beban alih-alih sebagai aset strategis."
"Ketika Presiden mengunjungi Mesir dan kawasan sekitar, ia memutuskan untuk tidak mengunjungi Israel, sesuatu yang mengganggu banyak orang Israel," lanjut Rivlin. "Seseorang tidak dapat mengasingkan dirinya sendiri dari perasaan masyarakat ketika mencoba untuk mengubah mereka dengan memberikan penjelasan."
Cunningham menanggapi Rivlin dengan mengatakan kepadanya bahwa perasaan semacam itu keliru dan bahwa Obama memang sudah berencana untuk mengunjungi Israel.
Cunningham akan mengundurkan diri dari jabatannya setelah menjabat sebagai duta besar selama tiga tahun. (sa/jp)


 Perang Dunia II di wilayah Eropa menimbulkan kerugian dan korban jiwa besar. Pada kurun waktu sejak tahun 1939 hingga tahun 1945, puluhan juta orang tewas dan cidera di Eropa, Asia dan Afrika. Selain itu, banyak fasilitas ekonomi hancur akibat peperangan tersebut. Berbagai peristiwa yang terjadi dalam perang dunia selalu menjadi topik pembahasan para sejarawan dan analis. Di antara peristiwa yang sangat kontroversial adalah Holocaust, yaitu klaim orang-orang Zionis mengenai aksi pembantaian terhadap enam juta Yahudi oleh pasukan Nazi. Mereka mengklaim bahwa jenazah orang-orang Yahudi tersebut oleh para serdadu Hitler.

Holocaust berarti pembunuhan massal dengan cara membakar. Masalah ini diangkat kembali setelah PD II. Rezim Zionis menggunakan tragedi holocaust sebagai trik untuk menarik perhatian masyarakat internasional dan menggelindingkan propaganda luas dalam hal ini. Berbagai film dan karya buku tentang holocaust diterbitkan.

Saat ini, kamp-kamp penahanan dan penyiksaan orang-orang Yahudi khususnya kamp Auschwitz, menjadi museum untuk umum. Lebih dari 250 museum didirikan di berbagai negara guna mengenang korban Holocaust. Bahkan, di sekolahan di AS dan Eropa tragedi itu juga dijadikan pelajaran sejarah.

Propaganda Rezim Zionis dalam kaitan Holocaust sedemikian gencar sehingga seorang sejarawan Yahudi bernama Alfred M Lilienthal, menyebut propaganda itu dengan “Holocaust Mania”. Upaya terbaru Rezim Zionis adalah dengan menekan Majelis Umum PBB untuk menetapkan tanggal 27 Januari sebagai hari Holocaust yang akan diperingati setiap tahun. (lihat situsnya di www.alfredlilienthal.com

Meski propaganda Holocaust gencar dilakukan, namun banyak sejarawan dan cendikiawan yang meragukan tragedi tersebut. Mereka juga menulis berbagai buku mencantumkan argumen dan bukti-bukti yang mempertanyakan keotetikan tragedi Holocaust. Meskipun demikian, para kritikus tidak mengingkari terjadinya pembunuhan terhadap sejumlah orang-orang Yahudi oleh pasukan Fasis Hitler, dan hal ini dinilai sebagai sebuah tragedi. Namun mereka berpendapat bahwa tragedi itu tidak seperti yang digambarkan oleh Rezim Zionis.

Kritikan pertama yang dilontarkan oleh para cendikiawan adalah bahwa pada perang dunia II jutaan orang dari berbagai etnis dan agama menjadi korban keganasan Nazipro. Namun mengapa yang diekspos secara meluas hanya dikhususkan kepada para korban Yahudi saja? Seorang anggota Komite Pendataan Holocaust AS-Polandia, Rana I.Aloy menyatakan, meski orang-orang Yahudi mengalami penderitaan, namun hal itu juga menimpa orang-orang selain Yahudi. Korban paling banyak pada PD II adalah orang Rusia. Korban tewas di pihak Jerman juga tidak sedikit dengan jumlah mencapai 9 juta orang dan 5,1 juta orang lainnya menjadi tawanan perang. Dengan demikian, pada PD II telah terjadi berbagai pembantaian massal yang dilakukan oleh negara-negara yang mengklaim sebagai negara yang memiliki peradaban tinggi.

Alasan lain yang dikemukakan oleh para pengkritik tragedi Holocaust adalah pada era perang dunia II tidak ada laporan mengenai pembunuhan massal orang-orang yahudi. Dalam laporan Palang Merah Internasional dan perundingan sejumlah pejabat negara penentang Nazi, juga tidak disebutkan keterangan soal pembakaran orang-orang Yahudi oleh Nazi. Sebenarnya, Rezim Zionis terlalu membesar-besarkan tragedi pembantaian orang-orang Yahudi. Bukti lainnya adalah bahwa, dalam dokumen pemerintahan Nazi, Hitler tidak pernah menginstruksikan pembantaian massal terhadap orang-orang Yahudi Yahudi. Bahkan tidak ada catatan mengenai pengalokasian dana besar untuk program tersebut. Karena, program pembantaian enam juta orang Yahudi itu tentu menelan dana besar dan rencana yang matang.

Persoalan lain yang menyebabkan tragedi Holocaust itu sulit diterima adalah, Jerman tidak mempunyai fasilitas untuk melakukan pembantaian massal tersebut. Pihak Rezim Zionis mengklaim bahwa, para serdadu Jerman membantai orang-orang Yahudi dengan menggunakan gaz beracun Zyclon-B, dan kemudian membakar janazah mereka kamp konsentrasi. Bagi negara yang sedang dilanda perang besar, melakukan aksi pembantaian massal di negara jajahannya adalah tindakan yang sangat tidak logis dan akan menelan biaya sangat besar. Disamping itu, apa perlunya pasukan Nazi meracuni orang-orang Yahudi terlebih dahulu kemudian membakar jenazah mereka.

Poin lain yang disinggung oleh seorang mantan guru besar universitas di Perancis, Profesor Robert Faurisson adalah, orang-orang Yahudi hanya dijadikan budak di kamp-kamp kosentrasi Nazi. Dan Nazi sama sekali tidak memiliki kepentingan untuk membantai mereka. Karena tindakan tersebut sama halnya dengan membuang tenaga sia-sia.

Prof Faurisson yang telah melakukan penelitian tentang tragedi Holocaust sejak lama itu, dalam sebuah artikel yang dimuat oleh majalah Le Monde Diplomatique, menyebutkan poin penting lainnya soal Holocaust. Menurutnya, jika ada satu orang saja dari keluaga korban Holocaust, ia akan menunjukkan dirinya. Namun, sampai saat ini tak satupun yang mengklaim sebagai anggota keluarga korban Holocaust. Faurisson dan sejumlah orang yang sepaham dengannya menilai tragedi Holocaust sebagai sebuah sebuah dongeng karya orang-orang Zionis. Menurut keterangan para pengamat, ruang-ruang gas yang gencar dipublikasikan oleh Rezim Zionis itu, sebenarnya adalah ruang sterilisasi atau penyemprotan gas anti bakteri pada pakaian dan badan jenazah.

Yang sebenarnya terjadi adalah, pada era PD II khususnya akhir perang tersebut, berbagai penyakit menular seperti wabah dan tipes menjangkiti para tahanan di kamp konsentrasi Nazi. Oleh karena itu, cara antisipasi dan penanganai wabah tersebut adalah dengan menyemprotkan zat anti bakteri dan membakar pakaian serta jenasah yang telah terkontaminasi virus. Dan fenomena ini dipandang sebagai peluang besar bagi orang-orang Zionis untuk mengemukakan fiksi Holocaust.

Kritikan lainnya adalah menyangkut jumlah korban di pihak orang-orang Yahudi yang mencapai enam juta orang. Pihak Zionis mengklaim bahwa jumlah tersebut tidak dapat diragukan lagi. Seorang sejarawan asal Inggris, Doktor David Irwing, dalam bukunya mencantumkan berbagai argumen bahwa aksi pembantaian terhadap enam juta orang Yahudi itu tidak lebih dari sekedar kebohongan besar. Karena, jumlah orang-orang Yahudi di seluruh Eropa pada masa itu tidak mencapai enam juta orang. Apalagi pasukan Nazi tidak sepenuhnya menguasai Eropa. Seorang pengamat Iran, Doktot Muhammad Taqi Pour mengatakan, dari jumlah keseluruhan warga Yahudi Jerman yang mencapai 600 ribu orang, 400 ribu di antaranya atas perintah Hitler telah meninggalkan Jerman sebelum perang dunia II dikobarkan.
Hal lain yang perlu kita cermati adalah sejumlah dokumen menunjukkan hubungan baik orang-orang Zionis dengan para pejabat tinggi Nazi. Pada tahun 1933 yaitu tahun Hitler berkuasa hingga tahun 1941, orang-orang Zionis menjalin hubungan erat dengan Nazi di bidang ekonomi. Hitler yang sangat menentang keberadaan orang-orang Yahudi di Jerman itu, bersama dengan orang-orang Zionis berupaya merelokasi orang-orang Yahudi ke Palestina. Seorang analis Nazi, Alfred Rosenburg, dalam bukunya menulis, Nazi harus mendukung pihak Zionis sehingga setiap tahun orang-orang Yahudi di Jerman dapat dipindahkan ke Palestina.

Meskipun demikian, Rezim Zionis tetap bersikeras mempertahankan klaim mereka soal Holocaust. Rezim Zionis juga berupaya keras menginfiltrasi negara-negara Eropa untuk mencegah segala bentuk penelitian terhadap keotentikan peristiwa Holocaust.

Fenomena Holocaust begitu penting bagi Zionis karena bisa menciptakan opini kemazluman orang-orang Yahudi. Fiksi pembantaian enam juta warga Yahudi oleh Hitler merupakan permainan terpenting Zionis untuk menumbuhkan belas kasih masyarakat dunia kepada orang-orang Yahudi. Oleh karena itu, mereka tidak akan menerima kritik dalam kaitan tragedi tersebut.

Direktur Lembaga Kebebasan Beropini di Kanada mengatakan, “Holocaust telah berubah menjadi sebuah keyakinan. Sebuah keyakinan dirancang untuk orang-orang selain Yahudi, dan siapa pun yang mengingkari tragedi itu akan ditindak seperti seorang yang murtad. Hal ini merupakan langkah yang salah dan menipu menurut akal dan logika. Profesor Robert Farison juga mnyatakan bahwa Holocaust merupakan bom nuklir Zionis.

Hal yang menarik, melalui kekuatan lobinya di Barat Zionis tidak mengizinkan siapa pun untuk menolak kisah tragedi Holocaust. Saat ini di AS dan Eropa, siapa pun tidak boleh menolak tragedi Holocaust, dan akan ditindak jika menolaknya. Ketika AS dan Eropa melakukan propaganda dengan gencar dalam kaitan Holocaust, seorrang analis yang berasal dari Australia, Fredick Toban, menolak tragedi tersebut dan mendapat ganjaran penjara enam bulan. Fredick Toban mengatakan, “Di Eropa, setiap orang bisa menghujat Yesus dan Maryam yang suci, namun tidak dapat mengkritik orang-orang Yahudi dan Holocaust. Sejumlah negara Eropa yang sudah cukup maju bersedia dalam perundangan-undangannya untuk mengatur para penolak Holocaust.

Berdasarkan undang-undang di AS dan Eropa yang bernama Gitto, siapa pun yang menolak Holocaust, akan terhitung sebagai orang yang anti Yahudi dan terkena hukuman. Pernacis yang disebut sebagai negara kebebasan juga tidak terlepas dari belenggu kekuatan lobi Zionis, sehingga harus menerima undang-undang Fabius-Gayssot di tahun 1990. Berdasarkan undang-undang tersebut, setiap orang yang menolak Holocaust dan meragukan kisah tentang terbantainya enam juta orang Yahudi di Eropa, akan dikenai hukuman penjara atau denda. Sikap itu yang tidak selaras dengan kebebasan berpendapat di negara-negara yang membela HAM dan kebebasan merupakan hal yang mengejutkan.

Pada saat yang sama, Barat merupakan negara-negara yang menghargai penelitian ilmiah dan logis, namun tetap akan menindak penentang Holocaust yang berargumentasi dengan bukti-bukti yang valid. Ancaman hukuman bagi para penentang Holocaust mengingatkan pengadilan-pengadilan di abad pertengahan yang menindak terhadap para penentang keyakinan gereja. Pada prinsipnya, larangan keras tersebut ditujukan kepada para penentang, baik menolak maupun meragukan tergedi tersebut. Oleh karena itu, diantara dalih mempertanyakan dan meragukan Holocaust adalah adanya larangan yang kuat untuk menelaah lebih lanjut tragedi tersebut. Jika tragedi pambantaian enam juta warga Yahudi adalah sebuah realitas, tidak semestinya Zionis dan Barat khawatir dengan penelitian lebih lanjut atas tragedi Halocaust. Tentu saja, kekhawatiran mereka ini membuktikan lemahnya argumentasi dan bukti atas tragedi Holocaust. Robert Forison menyatakan, “Sampai saat ini, mereka tidak dapat menjawab argumentasi penolakan kita atas kebenaran tragedi Holocaust, melainkan menyerang kita dengan menyeret kita ke pengadilan, menindak dan menyiksa.”

Oleh karena itu, para analis dan pemikir di Barat yang mengkritik Holocaust,sehingga menerima berbagai ancaman dan tekananan, yang setidaknya dihukum berdasarkan konstitusi miring mengenai Holocaust, menyandang sifat kesatria. Profesor Forison adalah wujud nyata yang berani bersikap kesatria untuk mempertanyakan tragedi Holocaust. Forison yang berkewarganegaraan Inggris dan Perancis adalah seorang sejarawan yang melakukan penelitian tentang Holocaust selama bertahun-tahun, bahkan berhasil mendapatkan sejumlah data terlarang milik Zionis. Namun, ketika beliau mempertanyakan Holocaust dan menolak keberadaan ruangan gas yang ditulis dalam bukunya, “Ruangan Gas: Fiktif atau Nyata,” menyebabkan kemarahan Zionis dan Perancis.

Profesor Forison diberhentikan dari aktivitas mengajar di Universitas Lion di tahun 1978, dan menurut rencana akan diadili di bulan Juni karena wawancaranya dengan Televisi Sahar milik Republik Islam Iran dalam kaitannya dengan Holocaust. Horison dalam wawancara tersebut menyatakan, “Kami para penentang Holocaust tidak diberi hak untuk mencetak dan menyebarkan artikel dan buku. Mereka membakar buku-buku kami dan melarang penerbitannya di luar negeri.”

Profesor Roger Garaudy adalah sosok lain yang menolak kisah tentang Holocaust, sehingga diseret ke pengadilan. Karya besar Garudi yang berjudul “Mitos-mitos Pembangun Politik Israel” juga menghadapi penentangan keras dari kaun Zionis, karena buku tersebut mengungkap kebohongan tragedi Holocaust. Pada akhirnya, Garudi dijatuhi hukuman karena sikapnya menentang undang-undang Fabius-Gayssot. Lagi, kebebasan dan HAM menjadi korban kepentingan Zionis di Eropa.

Ernest Zundel, seorang peneliti asal Jerman masuk dalam daftar para penentang tragedi Holocaust. Sebelum hijrah ke AS, dia bermukim di Kanada. Akibat tekanan dan intimidasi kaum Zionis di Kanada, Zundel terpaksa meninggalkan negara itu. Di AS, kaum Zionis tetap mengejar Zundel, sehingga akhirnya dia ditangkap dan diekstradisi ke Jerman untuk diadili karena keyakinannya yang menentang mitos Holocaust. Tak cuma kalangan peneliti sejarah yang kebebasan pendapatnya terbelunggu. Para anggota parlemen di Eropa juga tak berhak untuk menyuarakan pendapatnya yang menentang kisah pembunuhan massal warga Yahudi pada perang dunia kedua. Bruno Gollnisch, anggota parlemen Eropa asal Prancis termasuk di antara mereka yang menentang kisah Holocaust. Katanya, “Seluruh kisah Holocaust adalah khanyalan otak kotor kaum Zionis.” Akibat pernyataannya itu, Gollnisch kehilangan kekebalan diplomatiknya sehingga memungkinkannya untuk diseret ke pengadilan.

Korban lain dari mitos Holocaust adalah David Irving. Ketenarannya sebagai sejarawan besar Inggris tidak mampu menelamatkannya dari penganiayaan yang dialaminya di Inggris dan negara-negara lain. Ketika berkunjung ke Austria beberapa waktu lalu, Irving dijerat dengan pasal tahun 1989 tentang Holocaust. Irving hanyalah satu dari sederet ilmuan dan cendekiawan yang mengalami nasib buruk dan menyedihkan karena menentang mitos pembunuhan massal kaum Yahudi pada masa perang dunia kedua. Germar Rudolf kimiawan Jerman, Doktor Frederick Toben asal Australia, Louis Marshalko asal Hungaria penulis buku the World Conquerers, Norman G. Finkelstein dosen universitas DePaul Chicago penulis the Holocaust Industry adalah contoh dari puluhan ilmuan dan cendekiawan tersebut.

Mitos Holocaust dimanfaatkan oleh kaum Zionis untuk mengejar kepentingannya di dunia, yang diantaranya adalah untuk membentuk sebuah rezim ilegal di tanah Palestina tahun 1948. Tak syak, tanpa mengumbar isu pembantaian massal umat Yahudi pada masa perang dunia kedua, kaum Zionis tak akan dengan mudah memaksa masyarakat dunia termasuk PBB untuk menerima kehadiran sebuah negara ilegal bernama Israel di negeri Palestina.

Frederick Toben dalam hal ini mengatakan, “Negara Israel dibentuk atas dasar kisah Holocaust. Oleh karena Holocaust adalah kisah bohong, berarti Israel dibangun di atas kebohongan besar.” Kelestarian Israel sangat bergantung pada keyakinan masyarakat Barat akan kebenaran kisah pembunuhan 6 juta warga Yahudi di Eropa oleh Hitler. Berkat kisah ini pula, Israel berhasil meraup ganti rugi yang tidak sedikit dari negara-negara Eropa terutama Jerman.

Singkatnya, Holocaust adalah kisah dusta besar yang diciptakan oleh orang-orang Zionis. Segencar apa pun kaum Zionis mempropagandakan kisah ini untuk menunjukkan ketertindasannya di dunia, suatu hari kebohongan ini akan terungkap. Masyarakat dunia saat ini mulai sadar bahwa Holocaust yang sebenarnya bukan terjadi di Eropa pada masa perang dunia kedua dengan korbannya warga Yahudi, tetapi Holocaust sedang terjadi saat ini. Tempatnya adalah Palestina dan korbannya adalah bangsa Palestina. Pelakunya bukan Hitler, tetapi kaum Zionis.


Friday, 25 February 2011

Tantangan-Tantangan Potensial Pasca Berdirinya Khilafah


Oleh : Ir. H. Muhammad Ismail Yusanto, M.M.

1. Khilafah Sudah Dekat

Walaupun umat Islam seluruh dunia kini masih tertindas dipenjara sistem sekuler yang kufur, indikasi-indikasi kembalinya Khilafah semakin jelas. Kembalinya Khilafah kini bukan lagi sebatas harapan yang diliputi keraguan seperti halnya tahun 50-an atau 60-an abad lalu, namun telah menjadi keniscayaan yang tidak dapat dihindari lagi. Keniscayaan itu bagaikan kepastian datangnya sinar fajar yang terbit setelah malam yang hitam. Bukankah fajar pasti akan tiba, setelah malam yang gelap gulita?
Indiasi-indikasi dekatnya Khilafah itu antara lain ditunjukkan oleh fakta-fakta berikut :                            Pertamaumat semakin sadar akan keislamannya. Jika dulu umat tertipu dengan ide-ide Barat seperti sekularisme, pluralisme, liberalisme, dan demokrasi, kini mereka telah sadar. Pada tahun 2005, Majelis Ulama Indonesia (MUI), misalnya, telah memfatwakan haramnya ide sekularisme, pluralisme, liberalisme. Jadi ide-ide itu telah dipahami sebagai ide-ide kafir yang bertentangan dengan Islam seratus persen.

Keduaumat telah menginginkan Khilafah. Jika dulu saat hancurnya Khilafah tahun 1924 umat kurang menunjukkan sikap yang seharusnya, yakni berani mati untuk mengembalikan Khilafah, kini sikap mereka lain. Mereka kini merindukan Khilafah, menjadikan Khilafah sebagai masalah utama (al-qadhiyah al-mashiriyah), dan karenanya bersedia mati di jalannya. Di berbagai negeri Islam misalnya Palestina, Iraq, Afghanistan, dan di Uzbekistan, terbukti tak sedikit generasi umat ini yang rela mengorbankan nyawa demi Khilafah.

Ketigaumat telah menginginkan persatuan. Jika di pertengahan abad 20-an umat banyak terkecoh dengan nasionalisme dan patriotisme sebagai slogan kemerdekaan dari penjajahan, kini mereka telah sadar. Nasionalisme telah disadari menjadi pemecah belah persatuan umat Islam seluruh dunia melalui lebih dari 50-an nation-state.

Keempatumat telah mengetahui musuh-musuhnya. Jika sebelumnya umat menganggap negara-negara Barat seperti Amerika Serikat (AS) sebagai dewa penolong atau negara sahabat, kini umat insyaf. Kebiadaban AS terhadap umat Islam di Afghanistan, Irak, dan Palestina, juga di Guantanamo dan Abu Ghraib, lebih dari cukup untuk membuktikan bahwa AS dan negara-negara kapitalis lainnya adalah negara penjajah dan musuh umat yang nyata.

KelimaAmerika Serikat kini jatuh dalam kesulitan. Sebelumnya umat memandang AS sebagai negara super power yang hebat dan tak terkalahkan. Tapi kini umat sudah sadar. Berbagai kekalahan atau kesulitan AS di Afghanistan, Irak, termasuk kekalahan memalukan Israel yang didukung penuh oleh AS di Lebanon pada musim panas 2006, membuktikan AS tidaklah sekuat yang dimitoskan.

Keenam, wibawa penguasa telah jatuh di mata umat. Jika sebelumnya umat percaya penguasa mereka adalah pelindung mereka, kini umat telah membuang kepercayaan itu. Para penguasa itu kini telah disadari sebagai para pengkhianat dan agen-agen penjajah yang kafir, khususnya AS. Umat Islam Indonesia misalnya, semakin paham posisi Presiden SBY, setelah yang bersangkutan menerima George W. Bush yang kafir dengan penuh hormat, padahal umat Islam Indonesia menolak Bush mentah-mentah.

Berdasarkan tanda-tanda itu, kembalinya Khilafah bukanlah sesuatu yang jauh, melainkan sudah dekat. Maka fokus perjuangan mengembalikan Khilafah sesungguhnya bukan lagi memperkenalkan apa itu Khilafah, atau menjelaskan wajibnya Khilafah kepada umat –meski semua aktivitas ini tetap wajib dilakukan-- sebab semua pemikiran dasar ini telah tertanam dalam hati dan pikiran umat. Fokus kita sekarang adalah terus berusaha melakukan thalabun nushrah (seeking the power) untuk memperoleh kekuasaan dan memikirkan dengan serius tantangan-tantangan yang akan terjadi pasca berdirinya Khilafah nanti.

2. Optimisme Menghadapi Tantangan
Sebelum kami jelaskan berbagai tantangan potensial tersebut, kami ingin menegaskan satu hal yang sangat penting. Yakni kita harus mempunyai sikap mental (nafsiyah) yang sesuai dengan tuntutan situasi yang ada. Sikap itu ialah optimisme tinggi bersandarkan keimanan kepada Allah dalam menghadapi berbagai tantangan yang akan muncul nanti.

Mengapa kita harus optimis? Sebab kalau kita memprediksi realitas masa depan berdasarkan data faktual dan pengalaman sejarah, kemungkinan perasaan ragu, pesimis, dan putus asa akan menyandera dan melumpuhkan pikiran dan emosi kita. Mungkin kita membayangkan dengan penuh keputus-asaan, bahwa setelah Khilafah berdiri, Amerika Serikat dengan kekuatan militernya yang dahsyat akan segera menyerang dan menghancurkan Khilafah.

Bayangan ini walau sebatas kemungkinan, namun sungguh dapat benar-benar terjadi karena mempunyai argumen berdasarkan pengalaman empiris. AS sendiri, terbukti dalam sejarah merupakan negara yang gemar mengintervensi dan menyerang negara-negara lain yang membahayakan kepentingannya. Menurut catatan Johan Galtung, intervensi AS ke Irak tahun 2003 adalah intervensi ke-69 sejak 1945 dan yang ke-238 sejak Thomas Jefferson mengawali perangnya terhadap kaum muslimin yang dulu disebutnya sebagai perompak dan kini disebut Libya. Sebelum itu, tentu kita ingat AS tahun 1990 pernah mengirim pasukan ke Kuwait untuk menghukum Irak yang mengintervensi Kuwait ini. Kita ingat juga intervensi AS ke Afghanistan tahun 2002 saat rezim Taliban yang berkuasa bermaksud menegakkan syariah Islam, walaupun saat itu Taliban sesungguhnya bukan tantangan atau ancaman AS.

Bayangan intervensi AS dengan kekuatan militernya yang dahsyat ini mungkin menghantui dan menggentarkan kita. Haruskah kita menyerah dan bersikap pesimis? Tidak, seribu kali tidak! Karena bagaimanapun, keimanan kita sebagai umat Islam mengharamkan kita berputus asa dan bersikap lemah. Allah SWT berfirman:

"Dan janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir." (QS Yusuf [12] : 87)

"Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya) jika kamu orang-orang yang beriman." (QS ‘Ali Imraan [3] : 139)

Bahkan lebih jauh dari itu, Aqidah Islam mengajarkan kita bahwa sebuah kelompok kecil dapat saja mengalahkan kelompok yang besar dengan seizin Allah, sesuai firman-Nya :

"Berapa banyak terjadi golongan yang sedikit dapat mengalahkan golongan yang banyak dengan izin Allah. Dan Allah beserta orang-orang yang sabar." (QS Al-Baqarah [2] : 249).

Fakta sejarah menunjukkan, banyak bangsa atau umat yang sedikit dapat mengalahkan bangsa atau umat yang besar. Pada Perang Badar, jumlah umat Islam yang hanya sekitar 313 orang dapat mengalahkan pasukan Quraisy yang jumlahnya sekitar 900 hingga 1000 orang. Vietnam pada 1975 akhirnya dapat mengusir AS yang adidaya, Afghanistan pada 1980-an berhasil pula mengusir si raksasa Uni Soviet, dan yang terakhir tentara Hizbullah di Lebanon akhir 2006 lalu berhasil mengalahkan Israel yang didukung AS yang super-power. Ini hanyalah sekelumit bukti yang membenarkan firman Allah SWT tersebut.

Fakta-fakta itu sekaligus menunjukkan bahwa secara universal bangsa atau umat mana pun yang bersedia berjuang dan berkorban membela eksistensi dirinya, walaupun kekuatannya tidak seberapa, tidak akan dapat dihancurkan begitu saja walau pun oleh kekuatan raksasa. Dan sikap mau berjuang dan berkorban itu, jelas tidak akan lahir dari mentalitas pesimistis yang hanya melihat sesuatu dari kalkulasi empiris-materialistik, melainkan hanya akan lahir dari mentalitas optimistik yang didasari keyakinan yang kuat akan suatu pandangan hidup. Bagi kita, keyakinan kuat itu tiada lain ialah keimanan kita kepada Aqidah Islam yang menjadi kekuatan spiritual kita.

Sikap optimis berlandas Aqidah Islam inilah yang harus kita miliki, sebagaimana sikap yang telah dimiliki oleh para sahabat Nabi SAW seperti Abdullah bin Rawahah menjelang Perang Mu’tah (8 H/629 M). Saat itu pasukan Islam yang hanya 3000 orang harus menghadapi 200.000 orang pasukan Romawi. Namun Abdullah bin Rawahah, radhiyallahu ‘anhu, tidaklah gentar dan menyerah, tapi malah berkata :

"Wahai semua orang, demi Allah, apa yang tidak kalian sukai dalam kepergian ini sebenarnya justru merupakan sesuatu yang kita cari, yaitu mati syahid. Kita tidak berperang melawan manusia karena jumlah, kekuatan, dan banyaknya personil. Kita tidak memerangi mereka melainkan karena agama ini yang dengannya Allah telah memuliakan kita. Maka berangkatlah, karena di sana hanya ada salah satu dari dua kebaikan, entah kemenangan entah mati syahid."

Itulah Abdullah bin Rawahah, sosok yang tetap mempunyai optimisme tinggi ketika menghadapi tantangan yang dahsyat. Itulah sosok kepribadian Islam sejati hasil binaan Rasulullah SAW yang mengajarkan optimisme yang tak kenal batas dengan sabdanya :

"Jika Hari Kiamat datang, dan di tangan salah seorang kalian masih terdapat pohon kurma yang masih kecil, dan dia sanggup menanamnya sebelum Kiamat terjadi, maka tanamlah." (HR Ahmad, dari Anas bin Malik RA).

Perlu ditambahkan, bahwa kekuatan spiritual (al-quwwah al-ruhiyah) pada umat Islam yang sungguh dahsyat dan tanpa batas itu –yang merupakan kekuatan utama kita-- sesungguhnya didukung pula oleh kekuatan moral (al-quwwah al-ma’nawiyah) dan kekuatan fisik/materi (al-quwwah al-maddiyah) yang tidak dapat diabaikan. Ini dapat membuat kita semakin optimis menghadapi tantangan besar yang bakal ada.

Kekuatan moral itu misalnya adalah kesiapan mental yang diajarkan Islam untuk berkorban jiwa, harta, bahkan nyawa di jalan Allah. Allah SWT berfirman :

"Dan di antara manusia ada orang yang mengorbankan dirinya karena mencari keridhaan Allah, dan Allah Maha Penyantun kepada hamba-hamba-Nya." (QS al-Baqarah [2] : 207).

Imam Suyuthi dalam kitabnya Lubab un-Nuqul fi Asbab an-Nuzul meriwayatkan bahwa ayat di atas turun berkaitan dengan Shuhaib bin Sinan yang mengorbankan seluruh hartanya di Mekkah dalam rangka hijrah. Ketika Shuhaib hijrah ke Madinah mengikuti Nabi SAW, kaum Quraisy mengejarnya. Shuhaib akhirnya memberikan seluruh harta bendanya di Mekkah kepada mereka agar dapat berhijrah ke Madinah (HR al-Hakim).

Sedangkan kekuatan materi, misalnya jumlah penduduk yang besar (sekitar 1,5 miliar jiwa pada tahun 2005), tanah yang subur, sumber daya alam seperti minyak bumi yang amat kaya, kekuatan militer yang besar, posisi geografis yang strategis, kesiapan sumber daya manusia (semisal ilmuwan dalam berbagai bidang ilmu, para ulama dan mujtahidin), dan sebagainya.

Semua itu sungguh betul-betul telah dimiliki oleh umat Islam, meski kini umat Islam tidak mempunyai kontrol atasnya. Semua potensi itu –atau sebagian besarnya- kini masih ada di bawah kontrol negara-negara penjajah yang kafir terutama AS dan para penguasa negeri-negeri Islam yang berkhianat dan menjadi agen-agen penjajah. Minyak bumi yang melimpah di Arab Saudi misalnya, yang sebenarnya merupakan milik seluruh umat, masih dikontrol penguasa Saudi yang korup dan menjadi agen Inggris atau AS selama 200 tahun belakangan ini. Bila saatnya tiba, ketika Khilafah berdiri, Khilafah akan berusaha merebut kendali itu dan kemudian melakukan mobilisasi agar potensi kekuatan itu dapat diarahkan untuk membela kepentingan Islam, bukan membela kepentingan penjajah dan agennya. Allah SWT berfirman :

"Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan persiapan itu) kamu menggentarkan musuh Allah, musuhmu, dan orang-orang selain mereka yang kamu tidak mengetahuinya, sedang Allah mengetahuinya." (QS al-Anfaal [8] : 60)

Walhasil, dengan kekuatan spiritual, kekuatan moral, dan kekuatan materi tersebut, sesungguhnya sudah lebih dari cukup untuk membuat kita optimis menghadapi berbagai tantangan masa depan.

Sikap optimistik ini perlu ditanamkan, dipupuk, dan disuburkan sejak sekarang, sekali lagi sejak sekarang, dengan penuh keseriusan dan kehati-hatian, agar menghasilkan buahnya yang matang pada saatnya nanti. Jika tidak, maka bukan buah yang matang dan lezat yang akan kita petik, melainkan buah masam yang bahkan beracun dan mematikan, yakni sikap putus asa dan hina yang hanya mengajak kita pada sikap tunduk dan pasrah sebelum berjuang dan melawan musuh.

Kita sepatutnya mengambil pelajaran dari kisah Al-Quran mengenai para pengikut Nabi Musa dan Nabi Daud, alaihima as-salaam. Kisah ini mengajarkan bahwa pada saat golongan yang besar atau kuat mengancam golongan yang kecil, maka pada golongan kecil itu akan ada sebagian yang pasrah dan putus asa (QS 5:22, QS 5:24, QS 2:249), sedang sebagian yang lain tetap teguh dan optimis (QS 2:250-251). Upaya kita yang serius untuk menanamkan optimisme sejak kini, diharapkan dapat memperbesar jumlah individu umat yang optimis, dan pada saat yang sama dapat memperkecil jumlah individu yang pesimis pada batas yang dapat diabaikan dan tidak membahayakan.

3. Tantangan-Tantangan Potensial dan Bagaimana Mengatasinya
Berikut ini akan kami paparkan tantangan-tantangan potensial setelah berdirinya Khilafah nanti dan bagaimana mengatasinya. Solusi untuk mengatasinya dapat berupa hukum-hukum syara’ yang diistimbath dari dalil-dalil syar’i yang terperinci, atau dapat pula berupa penciptaan situasi politik melalui berbagai cara (asalib) dan sarana (wasa’il) yang memungkinkan. Dalam hal ini kami percaya, para pemimpin di negara Khilafah nantinya mempunyai kapasitas intelektual yang lebih besar daripada kami yang menulis makalah sederhana ini.

Akan terdapat dua tantangan pasca berdirinya Khilafah nantinya, yaitu : Pertama, tantangan internal (dalam negeri), yaitu tantangan yang akan muncul dari dalam negara Khilafah; Kedua, tantangan eksternal (luar negeri), yaitu tantangan yang akan muncul dari luar negara Khilafah.


A. Tantangan Internal
Tantangan internal ini akan dihadapi oleh negara Khilafah, dan juga oleh umat Islam yang ada dalam wilayah negara Khilafah itu. Di antara tantangan ini ada yang terkait dengan tantangan luar negeri, yaitu bekas para politisi lama yang menjadi agen-agen penjajah, dan ada yang terkait dengan keterbatasan berbagai potensi jika dikaitkan dengan besarnya tantangan, serta ada pula yang terkait dengan tingkat kesadaran dan pemahaman umat, dan sebagainya.

Secara garis besar, terdapat 5 (lima) macam tantangan yang secara pasti akan dihadapi negara Khilafah nantinya, yaitu :

Pertamapenerapan Islam secara revolusioner, yakni penerapan Islam dalam segala aspeknya secara sekaligus bukan secara bertahap, serta hal-hal yang menghambatnya di dalam negeri pada saat-saat awal;

Keduaaktivitas penyiapan pemikiran dan mental umat guna menghadapi serangan-serangan dari luar negeri, baik serangan fisik, serangan pemikiran, maupun embargo;

Ketigaketerbatasan berbagai potensi atau sumberdaya (sumberdaya manusia, dana, cadangan pangan, obat-obatan, bahan bakar, dll) jika dibandingkan dengan besarnya tantangan-tantangan yang dihadapi;

Keempatpersiapan persenjataan militer, dan segala sesuatu yang menjadi konsekuensi dari persiapan ini;

Kelimapenghapusan dan pengubahan berbagai realitas buruk peninggalan sistem lama dalam segala bentuknya dalam segala bidang, di bidang politik ekonomi, sosial, dan sebagainya. Pada tantangan kelima ini secara lebih rinci akan ada tantangan-tantangan berikut :

(1) pengubahan sistem pendidikan sekuler menjadi sistem pendidikan Islami;
(2) penataan ulang media massa (koran, majalah, TV, internet, dll) agar sesuai dengan Islam, dari segi sumberdaya manusia, kelembagaan, substansi/materi, dan sebagainya;
(3) transformasi sistem uang kertas (fiat money) menjadi sistem mata uang dinar dan dirham berbasis emas dan perak;
(4) perbaikan sistem birokrasi yang korup menjadi sistem birokrasi yang bersih dan profesional;
(5) penataan ulang kepemilikan umum (seperti listrik, air, dan berbagai tambang) dan redistribusinya secara adil menurut Islam;
(6) reorganisasi dan restrukturisasi angkatan bersenjata dan kepolisian;
(7) penyelesaian berbagai tanggung jawab yang terkait hak dan kewajiban sebelum Khilafah, seperti masalah utang piutang, sengketa tanah, termasuk berbagai kejahatan (pembunuhan, pencurian, dll) yang belum divonis oleh pengadilan sebelum Khilafah.

Inilah tantangan-tantangan utama yang secara pasti akan dihadapi negara Khilafah nantinya. Ada tantangan-tantangan lain, yang bisa terjadi bisa juga tidak, bergantung pada situasi dan kondisi yang ada. Misalnya ancaman serangan terhadap negara karena negara mempunyai senjata pemusnah massal, pembangkangan (sub-ordinasi) sebagian personil militer atau polisi terhadap negara, atau munculnya protes dan demonstrasi dari rakyat yang tidak puas, dan sebagainya.

Bagaimana menghadapi kelima tantangan pasti di atas? Berikut uraiannya secara ringkas :


Pertama, untuk mengatasi tantangan penerapan Islam secara revolusioner, intinya adalah harus ada pemahaman (mafahim) yang baik di tengah umat mengenai Islam dan mengenai hakikat negara Khilafah yang akan menerapkan Islam secara keseluruhan (kaaffah), bukan Islam secara parsial atau sepotong-sepotong. Negara wajib memahamkan umat bahwa menerapkan Islam secara bertahap (tadarruj), artinya ialah menerapkan Islam secara parsial dan sepotong-sepotong, bukan secara keseluruhan (kaaffah). Padahal Allah SWT berfirman :

"Wahai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam secara keseluruhan, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syetan. Sesungguhnya syetan itu musuh yang nyata bagimu." (QS Al-Baqarah [2] : 261).

Maka negara wajib memahamkan umat (sekali lagi) mengenai apa itu Khilafah, asasnya, dan tujuannya di dalam negeri dan luar negeri. Negara dapat menempuh langkah ini dengan cara mengefektifkan sosialisasi konstitusi negara Khilafah (Dustur al-Khilafah) beserta penjelasannya (Muqaddimah ad-Dustur) kepada seluruh umat melalui berbagai cara dan sarana yang memungkinkan, misalnya lewat koran, majalah, tabloid, TV, radio, internet, telepon seluler, berbagai seminar dan diskusi publik, dan sebagainya.

Dalam upaya ini negara perlu memprioritaskan untuk menjelaskan beberapa poin strategis, yaitu :

(1) menjelaskan hakikat/definisi Khilafah, dan menjelaskan perbedaannya dengan sistem lama (republik/kerajaan);
(2) menjelaskan bahwa Khilafah tegak di atas asas Aqidah Islamiyah, yang mewajibkan penerapan Syariah Islam secara total; serta menjelaskan perbedaan asas itu dengan asas sekularisme, yang mengharuskan pemisahan agama dari pengaturan negara;
(3) menjelaskan bahwa tugas Khilafah adalah menerapkan hukum-hukum syara’ di dalam negeri dan mengemban dakwah Islam ke luar negeri dengan cara dakwah dan jihad fi sabilillah;
(4) menjelaskan bahwa di antara prinsip terpenting dalam kehidupan pribadi serta kehidupan bermasyarakat dan bernegara, adalah keterikatan dengan hukum syara’ (at-taqayyud bi al-hukm asy-syar’i), serta menjelaskan perbedaannya dengan prinsip kebebasan (al-hurriyat) gaya Barat yang hendak melepaskan manusia dari keterikatannya dengan hukum Allah;
(5) menjelaskan bahwa penerapan Islam oleh negara Khilafah wajib dilakukan secara revolusioner (inqilabiy), bukan secara bertahap (tadarruj).


Kedua, masalah penyiapan mental umat, telah kami singgung sebelumnya. Yakni umat harus mempunyai sikap optimis dengan landasan keimanan kepada Allah dan percaya (tsiqah) akan datangnya pertolongan Allah. Umat perlu dipahamkan bahwa dari sekian banyak persiapan dan senjata untuk mengadapi berbagai tantangan, yang paling utama tiada lain adalah senjata iman kepada Allah dan tsiqah akan datangnya pertolongan Allah (QS 24:55; QS 3:160; QS 47:7). Allah SWT berfirman :

"Hai orang-orang yang beriman, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu." (QS Muhammad [47] : 7)


Ketiga, untuk mengatasi masalah keterbatasan berbagai potensi dan sumber daya, secara garis besar ada dua solusi yaitu solusi dari negara dan dari umat :

(1) negara menyiapkan sumber daya baru dan/atau memanfaatkan segala sumber daya yang sudah dimiliknya seoptimal mungkin. Dari segi sumberdaya manusia, negara misalnya memanggil putera-puteri umat Islam baik yang di dalam maupun di luar negeri untuk menyumbangkan keahliannya (dalam berbagai bidang) guna membela dan membangun negara Khilafah. Dari segi finansial, negara dapat mengoptimalkan sumber-sumber pendapatan dalam negeri, seperti zakat, kharaj (land tax), pajak (dhara’ib), hasil pengelolaan milik umum, dan sebagainya.

(2) pada saat yang sama negara menyeru umat Islam (baik di dalam negeri maupun yang ada di luar negeri) untuk mengorbankan harta di jalan Allah secara sukarela (tabarru’at). Negara perlu mengaitkan pengorbanan harta mereka ini dengan pahala yang besar sesuai firman Allah SWT :

"Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui." (QS Al-Baqarah [2] : 261).


Keempat, masalah persiapan persenjataan militer, secara umum juga dapat diatasi dengan dua solusi di atas yaitu solusi dari negara dan dari umat :

(1) negara mencari dana baru dan/atau mengoptimalkan dana yang sudah dimiliki untuk membeli persenjataan dalam berbagai jenisnya. Dana zakat dapat dimanfaatkan, karena salah satu sasaran zakat adalah jihad fi sabilillah, termasuk segala sesuatu yang terkait dengan jihad, firman Allah SWT :

"Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para mu`allaf yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak, untuk jalan Allah (jihad), dan orang-orang yang sedang dalam perjalanan…" (QS At-Taubah [9] : 60)

Negara juga dapat mengambil kebijakan himayaitu mengkhususkan hasil kepemilikan umum, seperti tambang minyak atau gas tertentu, hanya dimanfaatkan untuk keperluan jihad, bukan untuk keperluan lainnya. Rasulullah SAW telah melakukan hima atas Naqii’ (nama padang gembalaan dekat Madinah) khusus untuk kuda-kuda perang milik kaum muslimin (HR Ahmad dan Ibnu Hibban).

(2) pada saat yang sama negara menyeru umat Islam (baik di dalam negeri maupun yang ada di luar negeri) untuk mengorbankan harta di jalan Allah secara sukarela (tabarru’at). Umat perlu diingatkan akan sikap dermawan para sahabat pada Perang Tabuk. Misalnya, sikap dermawan Utsman bin Affan RA yang telah memberi bekal dengan hartanya pribadi kepada sepertiga tentara Islam (10.000 mujahid) dan mengorbankan hartanya sebesar 1000 dinar (= 4,25 kilogram emas) yang diberikan langsung kepada Rasulullah SAW. Rasulullah SAW pun mencium kedua tangan Utsman bin Affan dan bersabda :

"Tidak akan membahayakan Utsman apa yang ia kerjakan setelah hari ini." (HR Tirmidzi).


Kelima, untuk mengatasi masalah penghapusan berbagai kerusakan akibat sistem lama, wajib dilakukan upaya-upaya strategis berikut ini :

(1) penyiapan berbagai peraturan (termasuk penataan lembaganya) baik undang-undang syar’i (qanun syar’i) maupun undang-undang administratif (qanun idari) dalam bidang-bidang yang ditangani, seperti undang-undang pendidikan, undang-undang media massa, undang-undang birokrasi (jihaz idari), undang-undang kepemilikan umum, undang-undang kemiliteran dan kepolisian, undang-undang dinar dan dirham, dan sebagainya;

(2) penyiapan berbagai sarana dan prasarana fisik yang dibutuhkan, seperti dana, infrastruktur, dan sebagainya;

(3) penyiapan sumberdaya manusia baru, yang memiliki kepribadian Islam (syakhshiyah Islam) dan kapabilitas profesional.

Mengenai para pejabat atau pegawai dari sistem lama, mereka masih dibolehkan berada dalam kedudukannya semula dalam struktur Khilafah, dengan syarat mereka memberikan loyalitasnya (al-wala`) kepada Khilafah dan syariah Islam.

Ini mengenai tantangan-tantangan yang pasti muncul. Mengenai tantangan yang tidak pasti (bisa muncul bisa tidak), negara memberikan solusi sesuai problem yang terjadi. Misalkan terjadi pembangkangan sebagian personil militer dan mereka telah berbuat anarkis (kekerasan) terhadap umat atau pengemban dakwah. Maka negara menerapkan hukum bughat atas mereka. Pertama-tama dilakukan upaya persuasif dengan jalan dialog (al-murasalat). Jika gagal, maka negara akan menerapkan langkah tegas yaitu penumpasan dengan senjata. Firman Allah SWT :

"Jika salah satu dari golongan itu berbuat aniaya terhadap golongan yang lain, maka perangilah golongan yang berbuat aniaya itu sehingga golongan itu kembali kepada perintah Allah…" (QS Al-Hujurat [49] : 9)


B. Tantangan Eksternal
Tantangan eksternal yang potensial akan timbul ada 3 (tiga) macam, Pertama : Perang Fisik; Kedua, Perang Pemikiran; Ketiga, Embargo.


Pertama, Perang Fisik

Invasi oleh AS terhadap Afghanistan tahun 2002 dan terhadap Irak tahun 2003 (dan sebelumnya tahun 1991) memberi pelajaran dan pengalaman berharga kepada kita. Yaitu negara-negara Barat –khususnya AS— kemungkinan besar akan melancarkan perang fisik terhadap Khilafah jika Khilafah kembali berdiri suatu saat nanti.

Prediksi tersebut juga diperkuat dengan berita wahyu yang pasti (qath’i), bahwa kaum kafir selalu akan memerangi umat Islam agar umat Islam mengikuti kaum kafir. Firman Allah SWT :

"Mereka tidak henti-hentinya memerangi kamu sampai mereka (dapat) mengembalikan kamu dari agamamu (kepada kekafiran) seandainya mereka sanggup." (QS Al-Baqarah [2] : 217)

"Orang-orang Yahudi dan Nashrani tidak akan pernah senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka." (QS Al-Baqarah [2] : 120)

Bagaimana negara Khilafah menghadapi perang fisik ini? Berikut ini adalah garis besar langkah-langkahnya :

(1). Mempersiapkan umat secara mental dan fisik/materi untuk menghadapi perang. Hal ini telah kami jelaskan sebelumnya pada saat kami menerangkan tantangan internal. Namun di sini kami ingin menambahkan dari segi lain, yakni bahwa Khalifah dan para pembantunya harus melakukan persiapan ini secepat dan sekuat mungkin. Khalifah harus bertindak sigap dan tidak boleh lamban. Tanggal 2 Agustus 1990 pasukan Irak menduduki Kuwait. Sekitar 6 bulan kemudian, AS mengusir Irak dari Kuwait. Jadi saat Khilafah berdiri, AS dan sekutu-sekutunya akan membutuhkan beberapa waktu untuk menyiapkan serangan, bisa beberapa minggu atau bulan. Di dalam tenggang waktu itulah, Khalifah harus sigap menyiapkan dan menggerakkan masyarakat. Jika media massa sebelum Khilafah tidak berada di bawah kontrol Khilafah, maka ketika Khilafah berdiri, seluruh media massa ada di bawah kontrol Khilafah dan harus digunakan semaksimal mungkin untuk menyiapkan dan mengerakkan umat. Optimisme, semangat jihad dan siap mati syahid di jalan Allah merupakan sikap-sikap utama yang wajib ditanamkan pada saat musuh kafir akan menyerang kita. Allah SWT berfirman :

"Dan perangilah di jalan Allah orang-orang yang memerangi kamu, (tetapi) janganlah kamu melampaui batas, karena sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas." (QS Al-Baqarah [2] : 190)

Selain itu, Khalifah dapat mendorong umat untuk semakin mendekatkan diri kepada Allah (taqarrub ilallah). Pada saat Shalahuddin al-Ayyubi akan membersihkan Palestina dari pendudukan Nashrani yang najis, beliau memerintahkan pasukannya untuk melakukan shalat tahajjud (qiyamul lail), memperbanyak doa, seraya tetap mengambil sebab-akibat secara sempurna. Demikian juga saat Muhammad al-Fatih hendak menaklukkan Konstantinopel, beliau memerintahkan pasukannya untuk berpuasa tiga hari sebelum hari penyerangan, serta memperbanyak doa dan takbir di waktu siang dan malam.

(2). Melakukan manuver politik dan menjalankan manajemen krisis dengan baik.

Manuver politik adalah menampakkan tindakan, pernyataan, atau aktivitas, namun pada saat yang sama merahasiakan tujuan dan targetnya. Hal ini seperti yang dilakukan Rasulullah SAW saat Perjanjian Hudaibiyah. Beliau dan para sahabatnya menampakkan diri hendak melakukan ibadah umrah dengan pakaian ihramnya, namun maksud sebenarnya adalah hendak mengadakan perjanjian Hudaibiyah. Para politisi muslim brilian akan dipilih oleh negara untuk melakukan hal ini, dengan tetap berpegang pada hukum-hukum Islam, tidak menghalalkan segala cara. Sedang manajemen krisis yang baik, dimaksudkan untuk memperbesar dukungan umat terhadap negara dalam menghadapi serangan kafir.

(3). Melakukan komunikasi/dialog secara tepatbaik komunikasi dengan bangsa-bangsa muslim maupun dengan bangsa-bangsa kafir.

Kepada bangsa-bangsa muslim : (a). dijelaskan hakikat negara Khilafah dengan sejelas-jelasnya, karena akan banyak terjadi disinformasi atau penyesatan terhadap negara Khilafah; (b) kepada bangsa muslim di negara tetangga Khilafah, perlu dijelaskan bahwa mereka harus mencegah negara tetangga itu untuk berpihak kepada negara kafir dengan turut memerangi Khilafah, (c) setelah ini berhasil, bangsa muslim di negara tetangga Khilafah ini diajak untuk menggulingkan kekuasaan negara tersebut dan menggabungkannya dengan Khilafah, (d) kepada para aktivis dari berbagai harakah Islam, perlu disampaikan penjelasan Islami yang baik dan bersemangat, agar mereka tidak menjadi korban disinformasi dari penguasa mereka atau negara kafir.

Sedangkan kepada bangsa-bangsa kafir di Barat dan Timur : (1) dijelaskan kerusakan ideologi kapitalisme yang menjadi landasan kehidupan mereka; (2) dijelaskan betapa jahatnya kebijakan politik berbagai negara yang menjalankan kapitalisme, termasuk kebijakan untuk menghancurkan negara Khilafah yang baru berdiri; (3) dijelaskan benarnya dan baiknya ideologi Islam yang menjadi landasan negara Khilafah.

(4). Melibatkan seluruh umat dalam perang, bukan hanya mengandalkan pasukan reguler saja. Saat negara kafir seperti AS melakukan intervensi nanti, umat secara keseluruhan harus diikutsertakan. Pasukan reguler bisa saja dikalahkan AS, bahkan ibu kota Khilafah dapat diduduki, dan Khalifah bisa ditawan atau dibunuh. Namun dengan menyertakan seluruh umat, Khilafah tidak akan dapat dihancurkan. Jika Khalifah tertawan atau terbunuh, umat segera membaiat yang lain menjadi Khalifah dan dialah yang akan memimpin umat melawan intervensi kafir walaupun Khalifah harus memimpin pertempuran dari gunung atau hutan dalam sebuah perang gerilya atau perang semesta yang menyertakan seluruh umat.

Langkah keempat di atas dipersiapkan dengan cara-cara : (1) menyeru setiap muslim yang mampu memanggul senjata untuk mengikuti pendidikan dan latihan kemiliteran agar mahir berperang dan mempunyai sikap jiwa mujahid, (2) membagikan senjata kepada mereka yang telah mengikuti pendidikan dan latihan militer tersebut, (3) mendidik ulang pasukan reguler dengan tsaqafah Islam agar sikap jiwa (nafsiyah) mereka terbentuk dengan nilai-nilai keislaman, (4) menyeru umat Islam di luar negara Khilafah agar sukarela datang sebagai mujahid membela dan menolong Khilafah, (5) mengirim utusan-utusan ke seluruh penjuru negeri-negeri Dunia Islam untuk mencari pertolongan dan sekaligus melakukan tekanan agar mereka mendukung Khilafah. Dalam hal ini Allah SWT berfirman :


"Dan tolong menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa dan janganlah kamu tolong menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran." (QS Al-Maaidah [5] : 2)

"(Akan tetapi) jika mereka meminta pertolongan kepadamu dalam (urusan pembelaan) agama, maka kamu wajib memberikan pertolongan." (QS Al-Anfaal [8] : 72)


Kedua, Perang Pemikiran

Perang Pemikiran dalam berbagai bentuknya sudah pasti akan dilancarkan Barat atas Khilafah nantinya, termasuk stigmatisasi dan penyesatan. Sekarang pun AS telah melakukan strategi ini yaitu menyebut Islam sebagai sumber terorisme dan melancarkan perang melawan terorisme (The War Against Terrorism) sejak peristiwa 9/11 tahun 2001.
Berbagai bentuk Perang Pemikiran yang akan kemungkinan akan dilancarkan Barat antara lain :

(1). Melakukan stigmatisasi (menjelek-jelekkan) Khilafah di mata bangsa-bangsa muslim;
(2). Melakukan stigmatisasi Khilafah di mata bangsa-bangsa Barat dan mengaitkannya dengan tindakan kriminal yang direkayasa oleh Barat;
(3). Menyembunyikan fakta mengenai hakikat dan tujuan negara Khilafah;
(4). Menjelek-jelekkan sejarah Islam, khususnya sejarah penaklukan-penaklukan Islam;
(5). Bersama para politisi dan intelektual agen penjajah, Barat akan membangkitkan sentimen nasionalisme dan patriotisme, termasuk menyerukan disintegrasi dan perpecahan kepada negara-negara tetangga yang telah bergabung Khilafah. Termasuk juga di sini Barat akan melancarkan fitnah keji bahwa tujuan Khilafah dalam menggabungkan sebuah negeri kepada Khilafah hanyalah karena motif ekonomi dan politik, bukan karena motif agama;
(6). Menakuti-nakuti bangsa-bangsa muslim akan akibat berbagai perang yang terjadi jika mereka membela Khilafah.

Khusus terhadap bangsa-bangsa Barat, Barat akan mengarahkan serangan pemikiran dengan cara :

(1). Membangkitkan kebencian terhadap Islam dan kaum muslimin, dengan membangkitkan kisah Perang Salib dan sebagainya;
(2). Menyebarkan opini bahwa Islam akan menghancurkan kebebasan;
(3). Menyebarkan opini bahwa Khilafah akan mengajak manusia kembali ke zaman pertengahan sebagaimana sejarah Barat, yakni saat terjadinya dominasi gereja yang absolut terhadap segala aspek kehidupan : politik, ekonomi, sosial, seni, dan sebagainya.;
(4). Menyodorkan fakta sejarah maupun fakta masa kini tentang berbagai kemunduran dan keterbelakangan umat Islam di bidang sains dan teknologi, ekonomi, pendidikan, militer, dan sebagainya.

Bagaimana negara akan menghadapi Perang Pemikiran ini? Cara yang akan ditempuh antara lain :

(1). Menjelaskan kebenaran ideologi Islam, dengan cara menjelaskan kebenaran Aqidah Islam yang mendasari Islam, dengan argumen bahwa Aqidah Islam adalah aqidah yang didasarkan pada akal dan sesuai fitrah manusia;
(2). Menjelaskan keberhasilan penerapan ideologi Islam sepanjang sejarah Khilafah Islam sejak hijrahnya Nabi tahun 622 M hingga 1924 M, baik di bidang politik, ekonomi, sosial, budaya, pendidikan, dan sebagainya;
(3). Menjelaskan bahwa dalam sejarah Islam pernah terjadi keburukan dan bahkan kemunduran, tapi itu terjadi bukan karena penerapan Islam secara benar, melainkan justru karena penerapan Islam yang tidak benar (isa`atu al-tathbiq);
(4). Menjelaskan kebatilan ideologi Kapitalisme, dengan cara menjelaskan kebatilan aqidah sekularisme (pemisahan agama dari kehidupan), dengan argumen bahwa aqidah itu tidak berlandaskan akal, karena berlandaskan jalan tengah (kompromi) semata; dan aqidah yang tidak sesuai fitrah manusia, karena menafikan sikap lemah manusia dalam mengatur kehidupan;
(5). Menjelaskan dan membongkar kejahatan negara-negara Barat dan sekaligus penderitaan dunia akibat penerapan ideologi Barat (kapitalisme) yang rusak, sejak masa penjajahan fisik (termasuk Perang Dunia I dan Perang Dunia II), masa pembangunan Dunia Ketiga, era globalisasi, dan era perang melawan terorisme, serta era yang terakhir, yakni perang untuk menghancurkan negara Khilafah yang baru berdiri;
(6). Menjelaskan bahwa fakta-fakta buruk yang terjadi di tengah kaum muslimin (kemiskinan, keterbelakangan ilmu pengetahuan, dll) adalah akibat dari tidak adanya penerapan Islam dengan benar, bukan karena adanya penerapan Islam. Semua keburukan itu tiada lain terjadi karena imperialisme keji yang dipaksakan Barat atas umat Islam, bukan karena umat Islam menerapkan Islam.


Ketiga, Embargo

Tantangan ketiga, adalah embargo dalam segala jenisnya, misalnya embargo politik dan ekonomi. Mengenai kapan terjadinya embargo ini, ia dapat terjadi bersamaan, atau lebih belakangan daripada perang fisik dan perang pemikiran. Sarana atau cara yang akan digunakan oleh negara kafir untuk melakukan embargo antara lain : (1). Undang-Undang Internasional (via resolusi PBB), (2) melalui negara tetangga Khilafah yang menjadi agen penjajah, (3) pemaksaan resolusi dengan kekuatan militer (invasi).

Pengalaman menunjukkan, 6 Agustus 1990, setelah beberapa hari Irak menduduki Kuwait, AS meloloskan U.N. Security Council Resolution (UNSCR) no. 661, sebuah resolusi tentang embargo total atas Irak yang sangat besar skala dan dampaknya. Isinya pelarangan keseluruhan impor dan ekspor, dengan perkecualian obat-obatan. Sesudah resolusi itu, segera muncul resolusi UNSCR no. 666 yang mengecualikan bahan pangan. Resolusi lainnya, yakni no 665 berisi blokade laut oleh dunia internasional yang pelaksanaannya dipimpin oleh AS (sebagai perancang resolusi ini).
Untuk melakukan embargo tentu perlu justifikasi. Di antara justifikasi yang kemungkinan akan dipakai negara kafir adalah slogan palsu "Perang Melawan Terorisme," atau "Menegakkan Demokrasi", "Menjaga Kebebasan", dan sebagainya.

Bagaimanakah cara menghadapinya? Langkah yang dilakukan di dalam negeri adalah menghitung dengan cermat, berapa lama embargo akan dilakukan musuh, apakah satu bulan, dua bulan, dan sebagainya. Prediksi ini sangat penting dimiliki karena menyangkut tiga aktivitas, yaitu :

(1) memperkirakan sejauh mana ketahanan masyarakat dalam menghadapi embargo ini;
(2) menyusun program untuk mengatasi dampak buruk akibat embargo, seperti kekurangan pangan, obat-obatan, dan bahan bakar. Menghadapi situasi sulit ini, negara mengarahkan umat untuk mengutamakan sikap sabar, saling menanggung (takaful), berhemat, dan memanfaatkan segala sumber daya/potensi yang ada tanpa melihat lagi siapa pemiliknya. Dalam hal ini harta yang digunakan akan dihitung sebagai utang yang ditanggung negara, atau dapat juga dianggap sumbangan suka-rela (tabarru’at) selama pemiliknya merelakannya karena mengharap ridha Allah semata. Setelah program siap, program dijalankan dengan segera;
(3) mengeksplorasi dan mengolah segala potensi dan sumber daya dalam negeri seperti tambang, pertanian, industri, dll.

Adapun langkah-langkah luar negeri :

(1) berusaha menembus embargo, baik secara terbuka maupun rahasia;
(2) berupaya menghentikan embargo dengan segala langkah yang memungkinkan, (3) memanfaatkan isu embargo ini untuk membangkitkan solidaritas kaum muslimin, membangkitkan perlawanan kaum muslimin untuk menentang penguasa agen di negara tetangga Khilafah, dan memanfaatkan isu ini untuk membuktikan betapa kejamnya langkah politik kaum kafir atas kaum muslimin.

Penutup
Demikianlah sekilas penjelasan mengenai berbagai tantangan potensial yang diperkirakan akan muncul dan bagaimana langkah-langkah mengatasinya, jika Khilafah berdiri lagi suatu saat nanti. Insya Allah.

Semua ini disampaikan dengan harapan agar umat menyadari dengan sepenuhnya, bahwa perjuangan tidaklah selesai dengan berdirinya Khilafah. Justru kembalinya Khilafah adalah tahap awal penerapan ideologi Islam secara praktis. Dan diharapkan umat pun menginsyafi, bahwa sungguh tidak mudah menghadapi tantangan-tantangan internal dan eksternal pasca berdirinya Khilafah nanti.

Paparan ini juga dimaksudkan agar Barat khususnya Amerika Serikat mengetahui, bahwa umat Islam berani dan telah siap menghadapi kejahatan, bahaya, dan tipu daya mereka, bukannya takut atau tidak siap. Walaupun untuk itu umat tentu harus siap kehilangan waktu, tenaga, harta, dan bahkan nyawa kita. Pengorbanan memang harus kita siapkan, karena sunnatullah mengajarkan tidak akan ada kemenangan dan kemuliaan, tanpa pengorbanan dan perjuangan. No pains, no gains.

Namun di tengah kesulitan, marabahaya, dan malapetaka yang akan timbul nanti atas kita akibat serangan kafir atas Khilafah, wajib kita sama-sama meyakini, hasil finalnya sudah jelas dan amat menggembirakan : Islam akan menang. Kekafiran akan hancur. Laa rayba fiihi. Allahu Akbar! Maha Benar Allah yang telah berfirman :


"Mereka hendak memadamkan cahaya (agama) Allah dengan mulut (ucapan-ucapan) mereka, dan Allah tetap menyempurnakan cahaya-Nya meskipun orang-orang kafir benci; Dia-lah yang mengutus Rasul-Nya dengan membawa petunjuk dan agama yang benar agar Dia memenangkannya di atas segala agama-agama meskipun orang-orang musyrik benci." (QS Ash-Shaff [61] : 8-9[ ]

------
*Draft makalah yang akan disampaikan dalam International Khilafah Conference, pada 28 Januari 2007, di Sydney, Australia.

**Juru Bicara Hizbut Tahrir Indonesia
[AL-KHILAFAH]

Persatuan, Senjata Ampuh Menghadapi Musuh

http://www.taghrib.ir/indonesia/index.php?option=com_content&view=article&id=831:persatuan-senjata-ampuh-menghadapi-musuh&catid=65:vahdat-va-taghrib&Itemid=141
persatuan umat islamMelihat Hegemoni Barat terutamanya Amerika terhadap perlakuan yang tidak adil USA dan sekutunya, terutama sikap standar ganda yang korup dan dzhalim atas sesama kaum muslimin dan nasib kaum mustadh'afin selama ini. Dimana kaum muslimin diberikan sanksi sebagai jaringan Teroris Internasional, sementara pada saat yang sama rezim jahat Israel dibiarkan sedemikian rupa menjajah Palestina, dan menguatkan cengkramannya atas kaum muslimin Palestina. Hal ini, kembali memperlihatkan kecongkakan dan tiraninya dengan melanggar kehormatan, mencemari lingkungan suci Masjdil Aqsha serta membunuhi umat Islam.
Rezim ini telah menumpahkan darah para jamaah shalat dan memberondong seorang bocah kecil dalam pelukan ayahnya dengan peluru hingga gugur sebagai syahid. Adegan ganas dan brutal yang dilakukan rezim ini dalam kurun waktu 50 tahun sekarang kembali diperagakan, anehnya Amerika Serikat bungkam seribu bahasa. Bahkan melindungi dan membiarkan perlakuan Zionis Israel tersebut.
Kini kita lihat Tragedi Kemanusiaan di Iraq, setelah diberlakukan embargo ekonomi, kemudian dilucuti senjatanya atas nama PBB, apa yang yang kita perhatikan saat ini. Rezim Amerika dan tentara koalisi Inggris, Ausralia membombardir jutaan amunisi ke seluruh pelosok wilayah kedaulatan Irak. Tak ubahnya mereka sedang beronani di tengah-tengah penderitaan dan ketidak berdayaan rakyat Irak. Rezim ini berangan-angan bahwa mereka akan bisa memadamkan kobaran jihad untuk memperjuangkan kemerdekaan dan kebenaran yang tak kenal lelah. Mereka akan dapat melicinkan proses perdamaian dan memaksakan ambisi secara lebih keras terhadap pihak yang pro-perdamaian.
Namun sebagaimana yang kita ketahui, kejahatan ini pun tidak akan dibiarkan begitu saja. Praktik-praktik kotor dan khayalan-khayalan iblis dalam benak rezim Zionis pasti akan sia-sia. Aksi-aksi tak berprikemanusiaan yang penuh kebencian ini, sudah disusul dengan gelora protes warga muslim di seluruh antero dunia, kekuatan pasca tumbangnya Rusia (Uni Sovyet) ternyata kini beralih antara Amerika, Inggris dan seluruh kekuatan Eropa, Asia dan lainnya, semisal Perancis, Jerman, Rusia, China, dan negara-negara lainnya. Terbukti bahkan di negara aneksasi seperti Amerika, Inggris dan Australia sendiri gelombang besar secara bergantian memprotes serta mengutuk dengan aksi aksi demonya, tak terkecuali di belahan hampir di pelbagai negara Islam.
Tindakan koboi Amerika bak Drunkin Master dengan menembak seadanya tak peduli teman dan rekan sesamanya, terbukti telah banyak korban berjatuhan dari pihak tentara Inggris dan Kuwait akibat ulah tentara koboi Amerika. Jargon demokrasi yang dibawakan oleh Bush, kini nilai "The Dark Crime" dan "The Satanic War", dimana korban tak dapat disangkal lagi berjatuhan dari pihak sipil (anak, istri dan keluarga serta masyarakat yang tak berdosa turut pula dimbantainya). Pasal dan traktat PBB yang mana lagi yang dipatuhi oleh Mr. Bush. War for Oil, demikian alih-alih menyebutnya, karenanya bila kran-kran oildistop ke Amerika kita yakin rakyat dan pemerintah USA, akan menyadari ternyata ketergantungan mereka pada sebahagian negara-negara produksen minyak adalah sangat besar.
Saatnya, kita boikot eksport minyak ke Amerika, dan beralih dengan penggunakan uang Euro, bila belum mungkin menggunakan real/dinar. Saatnya umat Islam bersatu, dibawah panji kebersamaan tauhid, sejarah telah menunjukkan dengan tegas bahwa Hizbullah (Libanon) negara kecil dapat membuat Israel hengkang dari negaranya, dan dipermalukan di dunia internasional. Karenanya gerakan intifadah menemukan spirit baru dan jalan jihad Islam semakin banyak diminati. "Umat Islam yang sadar dan waspada menggelar demonstrasi besar-besaran dan penuh dengan gelora semangat untuk meneriakkan slogan-slogan kebenaran, selanjutnya mendesak pemerintah negara-negara Islam agar membuka jalan jihad dan mengizinkan warga muslim untuk menunaikan tugas ini sebagai satu-satunya jalan demi mengusir para penjajah dari tanah-tanah pendudukan, serta memulangkan warga Palestina ke tanah air dan kampung halaman mereka.
Telah cukup melelahkan mereka, segala upaya dan jalur diplomatik yang ditempuh oleh media Internasional (baca:PBB), yang telah membuahkan hasil resolusi berupa kutukan dan ancaman kepada Israel, tetapi pada saat yang sama itu semua dianggapnya sebagai isapan jempol, dan angin lalu saja. Namun standar ganda ini berbeda dengan Irak, sekali negara muslim Irak ini melanggar resolusi PBB, maka saat itu pula kutukan dan kecaman dan bahkan serangan USA serta sekutu membenarkan atasnya. Nampaknya dunia kian melek, bahwa gelombang kutukan terhadap rezim penjajah Irak maupun Palestina sekarang kian merebak serta meredupkan proses perdamaian. Hal ini akan semakin memperjelaskan kesia-siaan proses perdamaian tersebut di depan mata semua orang.
Dukungan materi, spirit, dan politik kini semakin tercurah kepada gerakan-gerakan jihad dan intifadah. Dan, pada akhirnya dunia yang sadar akan membenarkan tindakan bom bunuh diri sebagai gerakan perlawanan membela diri atas agresor Israel.
Gembar-gembor mereka yang mengaku pembela HAM sekarang sia-sia. Deru gendering skandal para penyokong Israel sudah terdengar sehingga sebagian besar dari mereka bahkan terpaksa turut mengutuk kejahatan rezim Zionis. Tragedi terkutuk ini dilakukan dengan tujuan memaksakan ambisi-ambisi kotor para penguasa Zionis terhadap pihak yang pro perdamaian. Namun, bangsa Palestina yang pemberani mengecam perundingan damai. Bangsa ini akan menyempitkan ruang pihak-pihak yang pro perdamaian, selanjutnya akan mengubah status mereka yang hina.
Perjuangan dengan janji-janji kemenangan dari Allah, suatu hari nanti pasti akan berhasil; Tanah-tanah yang terampas akan bebas dan modal harta kekayaan yang terjarah akan kembali kepada yang berhak. "Semangat ini bergelora sebagai lanjutan atas perjuangan rakyat Palestina dan dikobarkan oleh generasi muda yang tergodok oleh revolusi maupun jihad, dengan mengandalkan berbagai pengalaman berharga mereka. Ini menandakan bahwa generasi sekarang telah menemukan jalan yang benar untuk merebut kemenangan dan akan menempuhnya dengan tekad yang bulat". Sepatutnya kita atas nama warga cinta keadilan dan damai mengucapkan selamat kepada seluruh bangsa Palestina dan Irak yang teraniaya, khususnya yang menempuh jalan jihad dan intifadah. Kabar gembira untuk Anda semua bahwa kebangkitan Anda kian hari kian mendapat sambutan dari umat Islam dan kaum revolusioner. Dan para penjajah akan kembali ke tempat asal mereka. Insyaallah.
Ali Zainal Abidin, cucu Rasulullah, mengabadikan do'a yang diajarkan datuknya dengan nama "Do'a Li ahli Tsughuur" untuk Pejuang di Medan Perang sebagai berikut:
"Ya Allah sampaikan shalawat kepada Muhammad dan keluarganya, Kuatkan pertahanan kaum muslimin dengan kekuasaan-Mu, Kokohkan para pembelanya dengan kekuatan-Mu. Banyakkan bekal mereka dengan kekayaan Mu....Sampaikan shalawat kepada Muhammad dan keluarganya. Banyakkan bilangan mereka. Tajamkan senjata-senjata mereka. Jaga daerah mereka. Pertahankan medan mereka, Persatukan pasukan mereka.... Ketika mereka berjumlah dengan para musuh mereka, lupakan mereka (kaum muslimn) pada kenangan dunia mereka yang mengecoh dan menipu. Hapuskan bisikan mereka dari godaan harta yang penuh cobaan. Jadikan surga di depan mata mereka apa yang telah Kau persiapkan di dalamnya, tempat tinggal yang kekal, rumah kemuliaan, bidadari cantik jelita, sungai yang memancarkan macam-macam minuman, pohon-pohon rindang yang direndahkan, sehingga mereka tidak sekali-kali berniat lari dan juga tidak terlintas keinginan untuk desersi."
Sekali lagi "Ma aktsaru 'ibar wa aqollul i'tibar" betapa banyak peristiwa dan kejadian, namun sedikit sekali kita mengambil pelajaran (Imam Ali, Nahjul Balaghah).
Bila kita berniat mengambil pelajaran atas invansi Amerika dan koalisi terhadap Iraq, dan bahkan tidak menutup kemungkinan kepada negara satu-satunya di dunia yang menggunakan nama Islam (yaitu Republik Islam Iran) dan Syria yang di dalamnya terdapat Hizbullah, maka mari kita bersatu singsingkan segala bentuk perbedaan dan ikhtilaf apa pun yang tak berdasar. Tuhan kita satu Allahu Rabbi, Kitab kita satu Al-Qur'anul Karim, Nabi kita satu Muhammad Rasulullah SAW, Kiblat kita satu Ka'batul Musyarrafah, dst. Jelas bahwa musuh kita pun semestinya satu alias sama yaitu Zioinisme Israel, dan Syetan serta Dajjal yang berlindung di jubah demokrasi baik itu Amerika, Inggris, dsb. Arru'yah al Kauniyah (pandangan alam semesta) secara benar kaum muslimin setidaknya dapat mengantarkan performa hubungan antara kebaikan dan keburukan. Jangan-jangan nasib buruk yang menimpa kaum muslimin di sebahagian besar belahan dunia, tak lain kain performa kelalaian, kepicikan, dan cara pandang yang salah selama ini terhadap siapa sebenarnya musuh kita.
Sekali lagi kami bagian dari kaum muslimin di Indonesia masih tetap melanjutkan dukungan dan restunya atas gerakan suci ini dengan penuh rasa bangga. Atas perjuangan rakyat Palestina dan rakyat Irak atas agresor Israel dan Amerika, Doa kami mengiringi setiap langkah putra-putri terbaik Anda, gerakan perlawanan Anda semakin membuka jalan yang panjang bagi mereka untuk lebih mengetahui lagi, bahwa kelanjutan do'a di atas :
"Ya Allah, dengan begitu, kalahkan musuh kaum muslimin, gunting taring-taring mereka, pisahkan mereka dari senjata mereka, lepaskan ikatan hati mereka, jauhkan mereka dari perbekalan mereka, kacaukan mereka di jalan-jalan antara mereka sendiri, sesatkan mereka dari tujuan mereka sendiri, putusasakan bala bantuan mereka, kurangi bilangan mereka, penuhi hati hati mereka dengan (bayang-bayang) ketakutan, tahan tangan mereka dari penyerangan, ikat lidah mereka dari pembicaraan, cerai beraikan orang-orang di belakang mereka, putuskan Ya Allah dengan kekalahan."
(Imam Ali Zainal Abidin, Shahifah Sajjadiyah). In tansuruullaaha yansurukum wa yutsabbit aqdaamakum.(IRIB)
oleh Bahrudin

Peran Al-Quran Dalam Mempersatukan Umat

http://www.taghrib.ir/indonesia/index.php?option=com_content&view=article&id=784:peran-al-quran-dalam-mempersatukan-umat&catid=65:vahdat-va-taghrib&Itemid=141
peran al quran mempersatukan umatKitab suci Al-Qur’an diturunkan di tengah-tengah masyarakat Jahiliyah yang tidak memiliki sistem pemerintahan yang ideal, masyarakat yang dalam kehidupan sosial, polilitik dan ekonominya hanya bertumpu pada undang-undang dan aturan kesukuan. Masing-masing dari kabilah Arab saat itu hidup secara terpisah dan tidak terjalin ikatan persahabatan di antara mereka, bahkan tidak jarang terjadi peperangan dan pertumpahan darah di antara kabilah. Wilayah Arab saat itu, bagaikan terpecah-pecah mejadi ratusan negara-negara kecil yang –masing-masing- dipimpin oleh kepala-kepala suku. Hal ini lah yang telah menyebabkan separuh dari negeri mereka dikuasai oleh dua kekuatan besar, kerajaan Romawi dan Persia.
Sejak semula diturunkan, Al-Qur’an telah memulai memproklamasikan misinya dalam mempersatukan umat manusia, secara tegas ia menentang undang-undang kesukuan yang menjadi sumber segala malapetaka dan perseteruan yang terjadi di kalangan masyarakat Arab. Dalam pandangannya, persaudaraan antar manusia terletak pada akidah dan keimanan mereka, bukan pada darah dan ras. Ketika dua orang dari suku yang berbeda telah menyatakan keimanannya kepada Allah Saw dan Rasul-Nya, maka hubungan persaudaraan telah mengikat keduanya.
Demi merealisasikan misi ini, Al-Qur’an mengajak umat manusia kepada keimanan dan setelah itu, ia pun memerintahkan mereka untuk menjauhi segala bentuk perkara yang dapat menimbulkan perpecahan di antara mereka. Dengan menjelaskan akibat-akibat buruk yang akan ditimbulkan dari perpecahan, Al-Qur’an –dengan barometer tauhid- berulang kali mengajak umat manusia khususnya kaum beriman kepada persatuan dan kesatuan. Dalam beberapa ayatnya, ia menyatakan “janganlah kalian bercerai-berai”, janganlah kalian berselisih”, “janganlah kalian berbuat kerusakan” dan banyak lagi ungkapan-ungkapan lainnya yang secara jelas mengandung ajakan kepada persatuan.
Perkara ini menjadi jelas bagi kita, terlebih saat Al-Qur’an menekankan akan pentingnya persatuan umat dengan berbagai ungkapan, seperti: “Berpegang teguhlah kalian secara keseluruhan kepada tali Allah”, “jalinlah ikatan di antara kalian” “saling menolonglah di antara kalian”, “berdamailah di antara kalian”, “damaikanlah antara kalian yang berselisih” “ikatkanlah hati kalian”, “kalian adalah umat yang satu” dan berbagai uangkapan lainnya.
Dengan upaya keras Rasulullah Saw menyebarkan misi agung Al-Qur’an ini di Jazirah Arab sehingga terbentuknya pemerintahan Islam, masyarakat muslim Arab berhasil menghadapi kekuatan besar kaum musyrik Quraisy, kaum Yahudi, emperatur Romawi dan kerajaan Persia, padahal sebelumnya mereka sama sekali tidak memiliki sedikitpun kekuatan yang dapat diperhitungkan. Bahkan lebih dari itu, mereka berhasil mencapai kejayaan dalam peradaban yang tidak pernah terjadi sebelumnya sepanjang sejarah.
Doktrin-doktrin Al-Qur’an yang telah mengantarkan masyarakat jahiliyah kepada puncak kejayaan, bagaikan sebuah kendaraan yang hingga saat ini secara sempurna masih kita miliki. Saat seluruh kaum Muslimin meyakini bahwa agama Islam adalah agama yang terakhir dan Al-Qur’an adalah mukjizat abadi Nabi mereka yang terjaga dari segala perubahan, tentulah doktrin-doktrin tersebut tetap relevan yang jika mereka mengikutinya, secara pasti ia akan menyatukan barisan mereka dan kembali mengantarkan mereka kepada kejayaan.
Al-Qur’an memandang bahwa seluruh kaum Muslimin adalah saudara: “Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara” (QS. Aal-Hujurat: 10). Kaum Muslimin adalah uamt yang satu: “Sesungguhnya (agama Tauhid) ini adalah agama kamu semua; agama (umat) yang satu dan Aku adalah Tuhanmu, maka sembahlah Aku” (QS. Al-Anbiya’: 92).
Kemudian Al-Qur’an pun mengajak seluruh kaum Muslimin kepada persatuan dan solidaritas di antara mereka, serta menegaskan bahwa ikatan kasih sayang dan persaudaraan di antara mereka adalah kenikmatan yang diberikan lantaran keimanan mereka kepada agama dan ajaran Ilahi yang dibawa oleh Rasulullah Saw. Oleh karenanya, mereka haruslah mensyukuri nikmat besar Ilahi ini. “Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara” (QS. Ali Imran: 103).
Hal ini menjadi bahan renungan bagi setiap Muslim, hendaknya mereka menjaga dan mensyukuri nikmat yang telah Allah berikan kepada mereka dengan menghindari segala tindakan yang dapat menimbulkan perpecahan di antara mereka. Maka dari itu, sangat disayangkan jika –di tengah-tengah gencarnya propaganda musuh- terdapat sekelompok ulama dan golongan yang mengaku berpegang teguh kepada ajaran Al-Qur’an dan sunah Nabi Saw, namun dengan mudah mereka menuding dan mengeluarkan kelompok muslim lainnya dari lingkaran Islam. Terlebih, tindakan berbahaya dan merugikan ini, mereka lakukan tanpa didasari satu pun dalil dan argumen yang rasional. Bukankah Allah Saw telah berfirman: “Dan taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya dan janganlah kamu saling berselisih, yang menyebabkan kamu menjadi gentar dan hilang kekuatanmu dan bersabarlah. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar” (QS. Al-Anfal: 46).
Jelaslah, berupaya dalam menjaga dan menggalang persatuan antar umat Islam merupakan kewajiban setiap Muslim. Dan sebaliknya, menebar perpecahan dan melemahkan barisan mereka adalah perbuatan terlarang yang tidak akan menghasilkan sesuatu kecuali keuntungan bagi musuh Islam. Al-Qur’an menyebut perbuatan ini sebagai tindakan kufur nikmat yang dapat mendatangkan azab Ilahi yang pedih. “Dan janganlah kamu menyerupai orang-orang yang bercerai-berai dan berselisih sesudah datang keterangan yang jelas kepada mereka. Mereka itulah orang-orang yang mendapat siksa yang berat” (QS. Ali Imran: 105).

Tantangan Pendekatan Mazhab dan Persatuan Islam

Minggu, 17 April 2011 00:00
Perbedaan utama antara arogansi dunia dan penguasa serta politisi pada masa lalu adalah mereka memasuki dunia Islam dengan penuh perhitungan dan melibatkan ratusan pemikir dan ilmuan dengan nama orientalis. Dan dengan trik baru, mereka berhasil mengadu-domba antar sesama Muslim.
Sejarah masa lalu umat Islam sarat pasang surut terkait kedekatan antar sesama mereka. Sepanjang perjalanan sejarah, umat Islam pernah mencapai puncak kemajuan dan kegemilangan berkat persatuan dan solidaritas yang terjalin di antara mereka. Sementara pada sisi lain sepak terjangnya, umat Islam juga mengalami puncak kelemahan dan ketertinggalan akibat perselisihan, perseteruan, dan keterasingan satu sama lain. Tentu saja, tingkat kesuraman ini bervariasi dan tergantung pada letak geografis dan intensitas antar mazhab serta dilatarbelakangi oleh peristiwa-peristiwa yang saling terpisah.
Tudingan palsu, pengkafiran, prasangka buruk, dan fanatisme buta antara kebanyakan pengikut mazhab dalam Islam, merupakan sebuah fenomena umum di masa lalu dan sekarang. Karena itu, sangat urgen untuk memahami faktor-faktor yang melahirkan hubungan tidak sehat, konflik dan perseteruan di antara mereka. Kita perlu mengidentifikasi faktor-faktor yang telah menghalangi kerjasama dan pendekatan antar sesama Muslim. Di sini kami akan menyinggung beberapa kendala yang menciptakan jurang pemisah dan jarak di tengah umat yang agung ini.
1. Kebodohan dan ketidaktahuan satu sama lain.
Salah satu problema Muslim dan pengikut mazhab-mazhab Islam pada masa lalu dan sekarang adalah sangat minimnya pengetahuan dan pengenalan mereka terhadap pengikut seluruh mazhab lain. Secara umum, mereka tidak mengetahui akidah, fikih, dan akhlak kelompok lain. Dan tragisnya, kadang mereka justru memiliki pengetahuan sebaliknya tentang saudaranya sesama Muslim. Pada masa lalu, ketidaktahuan ini didominasi oleh jarak dan minimnya sarana komunikasi antara mereka. Namun, kini dunia telah berubah menjadi sebuah institut dan jarak bukan lagi halangan seiring kemajuan teknologi komunikasi, surat kabar, majalah, radio, televisi dan internet. Jadi, sekarang ketidaktahuan tersebut tidak dapat dibenarkan lagi.
Tokoh masyarakat, pemilik sarana komunikasi, para khatib dan orator perlu memberi wawasan dan pengetahuan kepada umat tentang adab, tradisi dan kepercayaan umat Islam di seluruh penjuru dunia, sehingga semua mengetahui bahwa Muslim menyerap pengetahun Islam dari sumber yang satu, yaitu; al-Quran dan hadis. Terlepas dari adat istiadat masing-masing daerah, prinsip-prinsip keyakinan dan pengetahuan Islam, mereka adalah satu dan umat yang satu. Langkah mewujudkan sikap saling pengertian dan pengenalan antara Muslim, tentu saja memberi kontribusi besar dalam melahirkan simpati dan persaudaraaan di tengah mereka.
2. Tudingan tak berdasar dan kesalahpahaman.
Memperhatikan buku-buku yang ditulis oleh pengikut mazhab-mazhab Islam terhadap satu sama lain, dengan penilain objektif dan ilmiah, akan terlihat jelas bahwa kebanyakan isi buku-buku tersebut tidak lebih dari tudingan palsu dan fitnah. Sayangnya, tudingan-tudingan tak berdasar itu menyebar begitu cepat di tengah umat Islam. Tudingan tersebut bisa jadi karena kebodohan penulis terhadap akidah kelompok lain, atau dampak fanantisme buta akibat dendam sejarah yang diciptakan oleh musuh-musuh Islam, lalu mereka menebarkannya di tengah masyarakat Islam lewat goresan-goresannya.
Kebanyakan dendam dan prasangka buruk yang ada di tengah pengikut mazhab-mazhab Islam, juga lahir akibat kesalahpahaman mereka terhadap prinsip-prinsip, nilai-nilai dan akidah kelompok lain. Sebagian Muslim tidak saling mengenal satu sama lain, tidak punya pengenalan sempurna terhadap kebiasaan dan tradisi kelompok lain, dan setiap ritual sosial dan nasional kelompok lain akan dianggap sebagai akidah mazhab mereka. Kemudian dengan melihat sedikit perbedaan, mereka langsung membuat kesimpulan keliru dan berburuk sangka kepada saudaranya serta menuding mereka sebagai ahli bid’ah. Padahal, perbedaan-perbedaan parsial seperti itu banyak ditemukan di tengah pengikut mazhab-mazhab Islam, antara lain; sujud di atas tanah (turbah), ziarah kubur, gelar ratapan duka di tengah pengikut Syiah. Puasa di hari Asyura dan ziarah kubur di tengah pengikut Ahlu Sunnah, akan dianggap bid’ah oleh orang-orang yang tidak berpengetahuan dan fanatik buta. Mereka dengan mudah mengkafirkan kelompok tertentu dan menebarkan tuduhan-tuduhan palsu. Padahal, jika mereka mengetahui dengan baik keyakinan mazhab lain, tentu jurang pemisah di tengah umat Islam dapat dipangkas secara drastis.
3. Fanatisme kesukuan, sektarian, dan individual.
Rasa kagum manusia terhadap diri dan apa yang dimilikinya, senantiasa menjadi sisi negatif yang menghalangi manusia mencapai kesempurnaan material dan spiritual. Sifat itu juga telah mencegah manusia memanfaatkan karunia-karunia orang lain. Kekaguman ini muncul dalam bentuk individu, etnis, suku, mazhab dan sekte. Terpengaruhi oleh faktor-faktor tersebut, manusia akan bersikap egois dan memandang dirinya di atas yang lain serta bersikap fanatik. Padahal, kitab suci al-Quran memperkenalkan konsep kesetaraan manusia dalam sebuah pesan globalnya; “Wahai manusia! Sesungguhnya Kami telah menciptakan kalian dari laki-laki dan perempuan dan Kami jadikan kalian bersuku-suku dan berbangsa-bangsa, agar kalian saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kalian adalah yang paling bertaqwa.”
Namun, manusia yang terlena oleh hawa nafsu dan gemerlap dunia, senantiasa menganggap warisan nenek moyangnya dan interpretasinya atas kitab dan sunnah, sebagai kebenaran, sementara pemikiran dan gagasan kelompok lain selalu salah dan keliru di mata mereka. Padahal, alangkah bijaksananya jika ia menilai perbedaan ras, bahasa, dan letak geografis sebagai sebuah kewajaran. Mereka menolak kelompok lain atas dasar fanatisme buta dan bukan argumentasi rasional. Sementara metode yang benar adalah mengajak pengikut berbagai mazhab untuk membahas bersama-sama dalam kerangka dialog logis dan rasionalitas agama, serta menjadikan al-Quran dan sunnah sebagai landasan ijtihad.
Dalam konteks seperti itu, perbedaan mazhab akan menjadi rahmat bagi kaum Muslim dan jembatan untuk mendalami pemahaman keagamaan. Perbedaan suku, ras, bahasa, dan mazhab bukan alasan untuk membenarkan atau menyalahkan penafsiran dan ijtihad dari kitab dan sunnah. Akal sehat dan logika yang kuat adalah satu-satunya parameter untuk menilai kebenaran dan kesesatan akidah dan kepercayaan.
4. Ekstrimisme, fanatisme etnis, pengkafiran, dan pelecehan sakralitas kelompok lain.
Di antara problema dunia Islam pada masa lalu dan sekarang, adalah semangat radikalisme dan ekstrimisme di tengah sekelompok kecil Muslim. Islam adalah agama yang seimbang dan fitrah suci manusia. Keterikatan Muslim terhadap mazhab tertentu, kadang-kadang bisa mengeluarkan mereka dari jalan tengah dan stabil, lalu menyeret mereka ke lembah ekstrimisme dan radikalisme.
Di bawah semangat yang tidak sehat ini, mereka kemudian saling mengkafirkan dan menuding pihak lain sebagai ahli bid’ah. Mereka juga bersikap ekstrim dan kaku dalam menafsirkan dan menerapkan prinsip-prinsip dan aturan syariat kepada kelompok lain. Dengan alasan yang dibuat-buat, mereka menganggap pihak lain sebagai orang yang fasik, munafik, dan keluar dari Islam. Sejalan dengan sikap negatif tersebut, kelompok lain bangkit menghina seluruh umat Islam dan sakralitas mereka. Langkah ini telah melukai perasaan umat Islam se-dunia.
Pada masa lalu, contoh nyata model pemikiran dan semangat yang tidak berimbang ini adalah kelompok Khawarij. Sempalan ini menyakini bahwa setiap orang yang melakukan dosa besar akan dilogongkan kafir. Dengan alasan itu, mereka bahkan memerangi Imam Ali ibn Abi Thalib as. Akhirnya, melalui sebuah konspirasi busuk, mereka mengantarkan Imam Ali as ke gerbang syahadah.
Sekarang, kelompok-kelompok kecil di tengah mazhab Syiah dan Ahlu Sunnah juga terjebak ke jurang ekstrimis. Mereka mengkafirkan kelompok lain dan kadang-kadang menganggap tindakan membunuh saudaranya sesama Muslim sebagai ibadah. Atau menyulut api perpecahan dan perseteruan dengan menghina kesucian satu sama lain dan umat Islam. Salah satu tugas para pelopor pendekatan antar-mazhab adalah memperluas rasionalisme dan keseimbangan di tengah umat Islam.
5. Kepentingan politik dan ekonomi penguasa.
Sejak dulu sering dikatakan bahwa manusia bersama agama para penguasanya. Artinya, kebijakan penguasa di setiap masyarakat sangat berperan dalam membentuk pikiran dan ide-ide masyarakat tersebut. Keyakinan beragama para anggota masyarakat juga tak luput dari pengaruh penguasa. Kebijakan penguasa yang menguasai jiwa, harta dan keamanan masyarakat, telah mendominasi politik, ekonomi, budaya dan pendidikan dan pengajaran masyarakat tersebut. Kini, seiring meluasnya sarana komunikasi publik, pengaruh itu menjadi berlipat ganda.
Penguasa dan politisi yang bijak akan memanfaatkan sarana dan fasilitas tersebut demi kebaikan, perubahan dan persatuan umat. Namun, ada banyak penguasa yang mengeksploitasi kemajuan teknologi untuk kepentingan politik dan ekonominya. Selain tahta dan harta, mereka menyalahgunakan kekuasaan untuk memperlebar pengaruhnya dan menciptakan perpecahan di tengah umat Nabi Muhammad Saw. Tindakan seperti ini merupakan contoh nyata tiranisme, yang menjadi akar perselisihan dan perseteruan umat.
6. Kebijakan imperialisme dan arogansi
Pada masa lalu, hanya penguasa lokal yang mengadu-domba umat atas nama agama atau karena kebodohannya atau karena fanatisme dan kepentingan. Namun, dalam dua-tiga abad lalu dan sejak Eropa menginjakkan kakinya di dunia Islam untuk menjarah sumber daya dan kekayaan negeri-negeri Muslim, faktor lain juga memasuki arena pemecahan umat Islam. Faktor baru ini mempertontonkan kejahatan yang paling keji dalam menguasai dan menjarah kekayaan Muslim.
Perbedaan fundamental antara pendatang baru ini dan penguasa lokal pada masa lalu adalah mereka mamasuki dunia Islam penuh perhitungan dan melibatkan sejumlah ilmuan dengan bendera orientaslis. Mereka mengacak-acak umat Islam dengan berbagai trik dan konspirasi. Mengingat mereka sama sekali tidak punya hubungan emosional, keagamaan, dan nasionalisme dengan umat Islam, maka tak segan-segan pendatang baru ini melakukan berbagai kejahatan dan menciptakan malapetaka di dunia Islam demi menguasai kekayaan umat yang agung ini.
Beberapa metode baru yang digunakan imperialis dan terutama Inggris untuk menciptakan konflik di tengah umat Islam adalah sebagai berikut:
A. Membentuk sekte dan sempalan baru.
Sejak dulu, kebijakan imperialis Inggris didasari pada pembentukan sekte baru dan kelompok politik sesat. Contoh pembentukan mazhab politik baru adalah mewujudkan paramisioner dan juga partai-parti afiliatif. Dalam bidang agama, mereka membentuk sekte-sekte sesat seperti Baha'i, Qadiyan, Shaikhan dan lain-lain. Tujuannya adalah menyimpangkan ajaran Islam dan memantik perpecahan umat. Metode lain Inggris adalah memanfaatkan agen-agenya di dunia Islam untuk kepentingan mata-mata dan aksi spionase.
Puncak penyimpangan intelektual yang diciptakan oleh imperialis adalah menghapus hukum esensial dalam Islam seperti, jihad, amar makruf dan nahi munkar, urgensi mendirikan negara Islam dan menggantikannya dengan sekularisme, dan juga konsep nabi terakhir, serta mempromosikan penafsiran-penafsiran keliru tentang qadha dan qadar, kepasrahan, irfan, dan tasawuf.
Kebijakan imperialistik ini masih memanfaatkan unsur-unsur yang menyimpang dan memperkuat penyimpagan pemikiran beberapa mazhab. Mereka juga mengerahkan antek-anteknya ke berbagai negara Islam untuk melancarkan praktek pengkafiran, tudingan bid’ah, dan fasik kepada seluruh umat Islam. Anasir-anasir ini telah menaburkan benih-benih perpecahan dan perselisihan di tengah umat Islam.
Kini, mungkin saja era membentuk sekte-sekte sempalan telah berakhir, meski para imperialis masih memanfaatkan senjata ini dalam beberapa peristiwa. Namun, pembentukan gerakan pemikiran dan ideologi modern, partai-partai afiliatif, tokoh-tokoh revolusioner palsu dan penyeru kebebasan, merupakan metode baru arogansi dunia untuk menguasai dunia Islam. Mereka menyebarkan pemikiran-pemikirannya dengan memanfaatkan sarana komunikasi dan kemajuan teknologi. Imperialis global juga berupaya memisahkan masyarakat Islam dari Islam murni dan revolusioner dengan tujuan melemahkan mereka dari dalam. Kewaspadaan terhadap trik baru ini, yang diprioritaskan terhadap pusat-pusat pendidikan, media, dan universitas, adalah tugas generasi baru dan harapan masa depan umat Islam.
B. Meruntuhkan dunia Islam dan disintegrasi negara Muslim.
Pada zaman dulu, kekuatan-kekuatan besar menancapkan kekuasaannya atas dunia Islam dengan segala kelemahan dan penyimpangan yang mungkin, tetapi perwakilan kekuatan politik umat Islam bangkit melawan musuh-musuh Islam dan mempertahankan integritas teritorial wilayah Muslim dari rongrongan musuh. Dinasti Ottoman telah mendirikan sebuah pemerintahan yang kuat dan mencakup Timur Tengah, Afrika Utara dan sebagian besar dunia Ahlu Sunnah. Sementara pusat pemerintahan mereka bertempat di Turki. Di sisi lain, Syiah juga membentuk pemerintahan yang tangguh di bawah dinasti Safawi dan kemudian berdiri pemerintahan Qajar.
Salah satu pengkhianatan besar penjajah dunia Islam dan umat Islam adalah memperlemah pemerintahan Syiah di Iran dan pendudukan terhadap sejumlah kota dan provinsi di negara itu. Kaum imperialis memecah-mecah negara-negara Islam dan menciptakan negara-negara kecil di kawasan Timur Tengah dan Afrika Utara. Konspirasi ini mempermudah imperialis untuk melakukan invasi militer ke negara-negara Islam.
Konspirasi tersebut merupakan pukulan terberat terhadap kemuliaan dan kedigdayaan Muslim. Barat semakin leluasa menebarkan benih-benih permusuhan dan perpecahan serta menciptakan sekte-sekte baru di tengah umat Islam. Pada masa sekarang, Barat juga berupaya membentuk Timur Tengah baru, membagi Irak dan secara keseluruhan dunia Islam. Amerika Serikat, Eropa dan rezim Zionis Israel mempersiapkan peta baru untuk memecah negara Islam. Konspirasi dan Peta Jalan ini kiranya dapat digagalkan dengan kewaspadaan dan persatuan umat Islam.
C. Invasi militer dan pendudukan.
Fenomena ini juga dilakoni oleh kolonialis di beberapa belahan dunia Islam seperti, anak benua India sepanjang tiga abad lalu dan dunia Arab di Timur Tengah dan Afrika Utara, pasca runtuhnya Dinasti Ottoman. Masalah ini telah menjadi sumber sengketa garis perbatasan, politik, sektarian dan suku serta menghalangi persatuan dan kerjasama antar umat Islam.
D. Pembentukan pemerintah boneka.
Para kolonialis Barat menempatkan beberapa antek-anteknya di negara-negara Muslim yang tidak berhasil mereka taklukkan. Mereka ditempatkan melalui konspirasi dan kudeta untuk melaksanakan kebijakan-kebijakan imperialis dan penjaga kepentingan Barat di dunia Islam serta pemicu perpecahan dan konflik di tengah umat Islam. Konspirasi busuk ini dilancarkan di Iran dan Turki pada permulaan abad ke-20 dan mereka menempatkan antek-anteknya seperti Reza Khan dan Kemal Ataturk untuk menjalankan misi imperialis.
7. Menciptakan sekat di tengah umat Islam.
Komunikasi, kontak dan interaksi antara umat Islam serta dialog untuk mengenal akidah satu sama lain, akan mengikis sejumlah besar kesalahpahaman dan membantu pemahaman antar sesama.
Pada masa lalu di mana sarana komunikasi masih terbatas, berbagai rumor dan kesalahpahaman mendominasi kaum Muslim yang dipisah oleh jarak, tapi sekarang, umat Islam bisa memahami dengan baik pemikiran-pemikiran saudaranya dan terlibat dalam berbagai seminar dan konferensi. Kini, mereka memahami bahwa kebanyakan perbedaan itu adalah bagian dari sengketa verbal dan bersifat parsial. Sementara ada banyak unsur kolektif yang akan menghubungkan mereka satu sama lain dan perbedaan sangat minim jika dibandingkan dengan persamaan yang mereka miliki.
Pelaksanaan ibadah haji, yang termasuk ibadah agung Islam dan poros tauhid serta solidaritas Muslim, memiliki peran yang sangat besar dalam menciptakan keakraban di tengah umat Islam. Jika ritual ini dikelola dengan baik, maka akan sangat membantu misi pendekatan mazhab dan persatuan Islam.
Oleh: Hujjatul Islam Mir Aghaei (Penasehat Sekjen Forum Internasional Pendekatan Mazhab-mazhab Islam (FIPMI).




2 komentar:

  1. Bersatulah wahai umat Islam.... dan hendaknya kuatkan silaturahim-persudaraan-persatuan dan solidaritas umat Islam....
    Jangan terkecoh oleh slogan2 dusta... para Penjajah Kriminal Internasional dan antek2nya... yang selalu mengadu domba umat Islam... dan menjajah dan merayah kekayaan Negara2 Islam...
    Bersatulah Sdrku... Bangkitkan jiwa perjuangan...dan jihad fisabilillah... Alqur'an adalah Firman Allah SWT...adalah Kebenaran... dan ajaran2 yang bertentangan dan tidak sejalan dengan Al Qur'an... adalah dusta... dan penuh rekayasa dan manipulasi...
    Sejarah telah membuktikan...

    Umat Islam bersatulah... dan jangan takut dengan mereka yang sombong2 itu... Mereka itu adalah syaithan2...yang angkara dan keji.. dan mereka itu sangat serakah...dan penuh kedustaan...
    Hancurkanlah semua musuh2 Allah yang angkara... dan jahat... dan yang memusuhi agama Allah....
    Tidak ada Kebenaran kecuali Kebenaran Allah semata... dan kita kuatkan syahadatain kita... demi kejayaan umat dan agama Allah yaitu Islam... Allahu Akbar....

    BalasHapus
  2. Bagaimana umat islam bisa dapat bersatu, lihat aja apa yang terjadi di Timur Tengah sesama islam saling membantai atas nama syiah dan sunnih....sedangkan Arab Saudi sudah bekerja sama dengan Israel...dan telah mengadakan perjanjian:

    Bilah Israel ingin membantai Palistina dan Hamas, Pangkalan Arab Saudi dapat dipergunakan oleh Isarel...< dan Arab Saudi sudah membeli jettempur buatan jaggi dari Israel...untuk dapat memperkuatkan negara Arab Saudi....mereka mengingat saat Saddam Hussein menyerang Kuwait...yang daptang menulong adalah Amerika....yang islam bilang bangsa kafir...?

    Dan lihat dalam kenyataan mengapa banyak orang-orang beriman islam...mereka banyak melarikan diri ditanah kafir...karena orang-orang beriman islam mengangap negara kafir adalah surga bagi orang beriman islam...?

    BalasHapus