Jumat, 15 Juli 2011

3 Anak Haeruddin Tewas Terlindas Kontainer ..>>> Saya kira saatnya... jalur khusus untuk motor...harus ada.... dan juga jalur orang jalan kaki harus ada.... sehingga kendaraan mobil dan truk itu tidak bercampur baur dengan motor-speda - dan pejalan kaki...>>> Juga orang2 jualan kaki lima harus diberikan tempat.. jangan sembarang tempat dan bisa bayar para preman2... atau petugas yang buta hati... >>> Harus diatur dan jangan semberawaut... seperti tidak peunya Gubernur atau pemimpin... yah... kita ini ada Presiden - ada menteri2 -Gubernur dll... tapi jiwa mereka hanya pada jabatan dan pujian dan penghormatan... Bukan mengurus Rakyat....>>> Mo mati mo dikubur.. mo nungging lou itu masa bodo.. Pokoknya Guwe Gubernur-- Guwe Presiden- Guwe Menteri.. mesti penuh fasilitas nomer wahid... Tahu gak lou pade... Hehe...


Jumat, 15/07/2011 15:03 WIB
Tragis! 3 Anak Haeruddin Tewas Terlindas Kontainer  
Muhammad Taufiqqurahman - detikNews
Tragis! 3 Anak Haeruddin Tewas Terlindas Kontainer 









Jakarta 
Kontainer dan Jalan Cakung-Cilincing (Cacing) adalah mimpi buruk bagi Haeruddin. Bagaimana tidak, dia kehilangan 3 buah hati akibat keganasan 'duo' itu.


Air mata Haeruddin (39) jatuh bercucuran saat berbagi cobaan berat yang mesti disangganya itu .  Setelah genap 100 hari, 2 putra Haeruddin tewas menyusul sang kakak yang meninggal dunia pada Maret 2011.  Tatapan mata Haeruddin menerawang saat mengawali kisah sedihnya. 

Kecelakaan maut yang merenggut 2 nyawa putranya, Bambang Rudiansyah (7) dan Andriansyah Ramdani (6), pada Kamis (14/7/2011) masih terus membayanginya.Haeruddin bercerita, kejadian itu berawal saat dirinya sedang menjemput anaknya yang baru saja pulang dari sekolah di SDN 02 Semper, Jakarta Utara, Kamis 14 Juli. Ia mengendarai motor Jupiter MX bernopol B 6616 UPK dan membonceng kedua anaknya."Saya menghindari lubang di tengah jalan dan tertabrak kontainer dari belakang.  


Anak terlindas di bagian ban belakang mobil," kata Haeruddin di rumah kontrakannya, di RT 6 RW 3 Kecamatan Semper Timur, Cilincing, Jakarta Utara, Jumat (15/7/2011).Kepergian 2 putranya itu menambah dalam luka keluarga Haeruddin mengingat putra kedua Haeruddin, Muhammad Arifin (19), juga tewas terlindas truk kontainer di Jalan Cakung-Cilincing pada Maret 2011. 


Arifin saat itu hendak berangkat bekerja bersama seorang sepupunya. Saat hendak menyeberang jalan, tiba-tiba sebuah truk kontainer yang melaju kencang langsung menabrak anaknya yang menekuni jual beli besi bekas ini. "Anak saya yang kedua pada Maret lalu juga meninggal akibat tertabrak truk kontainer. Saya baru saja pulang kerja, 10 menit kemudian saya dengar anak saya meninggal tertabrak," ujar Haeruddin yang kini hanya memiliki satu anak, yaitu si sulung. 


Haeruddin mengatakan keluarganya baru memperingati 100 hari kematian Arifin pada Juni 2011. "Belum lagi kita lepas bersedih, sekarang dua anak terakhir saya ikut juga meninggal," kata Haeruddin sambil menangis.Ketiga anaknya dikubur di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Budidarma. 

Makam mereka berdampingan."Anak saya yang kecil saya kuburkan semalam pukul 12 malam. Saya tidak tega," ujarnya sambil menunduk.Kanit Lantas Cilincing AKP Iskandar sebelumnya mengatakan, sang pengemudi truk kontainer maut itu, Samsuri (30), saat itu tengah asyik menelepon sambil mengemudikan truknya. "Dari keterangan pelaku, dia sedang menelepon saat mengendarai kendaraannya," ujar Iskandar, Kamis 14 Juli 2011.

Nggak Punya Pemakaman, Warga Ancam Jenazah Dibuang ke Laut

KEPULAUAN SERIBU (Pos Kota) – Sejak ahli waris melarang warga Pulau Kelapa yang meninggal dikubur di lahan seluas 11 meter persegi di bagian barat pulau tersebut mereka mengaku kesulitan.

Untuk itu warga mendesak mendesak Pemerintah Provinsi DKI Jakarta membebaskan lahan pemakaman. Jika tidak, warga mengancam akan membuang jenazah ke laut.

“Sejak dua bulan lalu kami warga disini kesulitan memakamkan keluarga kami yang meninggal. Ini dikarenakan ahli waris melarang lahannya digunakan untuk pemakaman sebelum dibebaskan. Terang saja warga kini resah dan mendesak ada upaya pembebasan oleh pemerintah,” ungkap Sarifudin, Ketua Lembaga Musyawarah Kelurahan (LMK) Pulau Kelapa.

Menurut dia, sekitar tahun 2007 memang sudah ada upaya untuk pembebasan,lahan tersebut. Namun, karena pihak Dinas Pemakaman (Sekarang menjadi Dinas Pertamanan dan Pemakaman) terkesan kurang serius, sehingga pihak ahli waris menolak karena harga yang ditawarkan terlalu rendah.

Keluhan yang sama juga diutarakan oleh Aspaludin, warga lainnya, menurutnya masalah lahan pemakaman ini sudah berlangsung lama. Bahkan warga yang diwakili Ketua RT dan RW dan tokoh masyarakat sudah melayangkan surat ke kelurahan untuk memfasilitasi upaya pembebasan lahan itu oleh pihak terkait.

“Sebenarnya, pihak kecamatan dan kelurahan telah bersedia menjadi jaminan agar dilakukan pembebasan, namun tetap saja belum ada penyelesaiannya. Sejak lama lahan itu digunakan untuk pemakaman,” ungkap Aspaludin.

Diakui Aspaludin, pPihak ahli waris hanya meminta harga dua kali lipat harga ketetapan Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) lahan di Pulau Kelapa yang hanya kisaran Rp 80-100 ribu permeter persegi.

“Bila masalah ini tidak juga terselesaikan. Jangan-jangan, nanti warga Pulau Kelapa yang meninggal dibuang ke laut bukannya dimakamkan, jika tidak segera dibebaskan,” ujarnya.

Sementara itu Lurah Pulau Kelapa Ismail membenarkan masalah lahan makam saat ini tengah dihadapi di wilayahnya. Namun begitu, dia mengatakan, pihak kecamatan dan kelurahan akan terus berupaya agar ada penyelesainnya.

“Kami sedang terus berusaha, dan surat warga terkait dengan pembebasan lahan tersebut juga sudah sampaikan ke pihak terkait,” jelasnya. (wandi/sir)
Waduhhh, mau makamin orang yang udah meninggal aja dipersulit ya. pak Foke tolong dibantu 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar