Selasa, 19 Februari 2013

....HAARP : [high frequency active aurora research program] Senjata Mutakhir Pencipta Gempa ....??>>> Negara-negara seperti Iraq, Iran dan Syria juga mengalami keanehan cuaca sepanjang 1999. Adakah ini satu kebetulan? Atau, inikah kesannya manipulasi cuaca?...>> Korea Utara dikatakan telah mengalami musim kemarau yang panjang dan kemudiannya diikuti pula oleh hujan dan banjir. Keadaan ini telah memusnahkan seluruh sistem pertanian di negara tersebut. Tidakkah ini akibat modifikasi cuaca yang digunakan sebagai senjata strategik?...>> Afghanistan pula mengalami kemarau empat tahun berturut-turut sebelum ia dilanda Peperangan Antikeganasan Global (PAG) pada 2001. Akibatnya, seluruh ekonomi negara itu musnah dan rakyat jelatanya dicengkam kebuluran. Adakah ini satu kebetulan? Bukankah ini kesan manipulasi cuaca yang digunakan sebagai senjata strategik oleh sesetengah kuasa besar dunia?....>>> ,,, Chossudovsky berkata, Washington kini menerapkan orde baru persenjataannya yang mempunyai keupayaan untuk mencetuskan perubahan cuaca.,,,>>> .... Gegaran juga dilaporkan di Kenya, Jerman, kepulauan Greece, Turki, Sumatera Utara, Bali, tengah Filipina, Pulau Utara New Zealand, timur Jepun, tengah Chile, El Salvador dan Kepulauan Aleutian, semuanya pada minggu sama yang berakhir pada 26 Juli....>> Bagi Dr Bertell, fenomena El Nino antara 1997 hingga 1998 yang dipersalahkan sebagai penyebab keadaan cuaca luar biasa di seluruh dunia, sebenarnya didahului gangguan besar dan ketidakstabilan iklim setahun sebelum itu. ..>> ...“Pihak tentera mempunyai tabiat menuduh pihak lain mempunyai keupayaan yang mereka sendiri sudah miliki,” kata Dr Bertell mengulas kenyataan Pentagon itu. ...>>>



HAARP : [high frequency active aurora research program]

Senjata Mutakhir Pencipta Gempa  

Sabtu, 28 April, 2012

Posted by Quito Riantori in Bebas, Iran Vs Thaghut, Sains & Filsafat.
trackback
http://qitori.wordpress.com/2012/04/28/haarp-senjata-mutakhir-masa-depan/
  
by Black Dzulfiqar on Friday, April 27, 2012 at 8:04pm ·

High Frequency Active Auroral Research Program atau disingkat HAARP, merupakan suatu program penelitian gabungan yang dilakukan dan dibiayai oleh Angkatan Udara AS, Angkatan Laut AS, Universitas Alaska dan Defense Advanced Research Projects Agency (DARPA). Proyek penelitian HAARP dimulai pada tahun 1993. Salah satu stasiun bumi HAARP milik Amerika ada di Alaska (http://wikimapia.org/#lat=62.3910854&lon=-145.1408958&z=14&l=0&m=b)

HAARP “menembakkan” gelombang radio frekuensi dari yang sangat rendah hingga yang sangat tinggi keatas atmosfir. Salah satu efeknya akan mempengaruhi ionosfir dan stratosfir menjadi hangat, menciptakan awan dan merubah iklim dunia.

Jika diubah dengan frekuensi lainnya, maka gelombang radio frekuensi tersebut dapat terpantul oleh ionosfir dan kembali lagi ke Bumi untuk menciptakan gempa bumi atau bahkan dapat mempengaruhi pikiran manusia. Dan masih ada beberapa kemampuan HAARP lainnya.

Salah satu stasiun HAARP ada di Alaska yangt terdiri dari 360 antena. Masing-masing antena menghasilkan daya pancar minimal sebesar 10.000 watt.

Dan jika semua antena ini dinyalakan secara bersama-sama, maka akan menghasilkan 3,6 juta watt hingga milyaran watt. Gelombang radio tersebut dipancarkan ke atas, ke lapisan luar atmosfir. Efeknya akan membuat atmosfir lapisan teratas menjadi hangat dan dapat membuat awan.

Tujuan utama penelitian tersebut ialah untuk mempelajari lebih jauh lapisan ionosfer dan untuk menyelidiki potensi pengembangan teknologi ionospheric untuk komunikasi radio dan keperluan keamanan (misal: deteksi rudal).

Selain itu tujuannya juga agar dapat membuat pesawat terbang musuh jatuh atau satelit tak berfungsi. Namun masih banyak kemampuan lainnya yang tak disangka dan membuat mata terbelalak!

Pusat operasionalisasi HAARP berada di sebuah fasilitas milik Angkatan Udara AS dekat Gakona, Alaska, yang bernama HAARP Research Station. Instrumen terpenting dalam penelitian HAARP adalah Ionospheric Research Instrument (IRI), yaitu suatu radio pemancar frekuensi sangat rendah namun berdaya tinggi.






Cara kerja HAARP adalah memancarkan frekuensi sangat rendah / very low frekuensi (VLF) berdaya tinggi (jutaan watt) ke atmosfir. Namun lama-kelamaan ilmu dibidang frekuensi mulai dicoba untuk frekuensi-frekuensi lainnya, termasukfrekuensi tinggi atau High Frequency (HF).

Perlu diingat bahwa frekuensi tinggi (keatas) sangatlah lebar, masih banyak frekuensi-frekuensi selanjutnya. Setelah dicoba, maka hasilnya mencengangkan dan sangat menakutkan!

Semenjak penemuan frekuensi rendah dan kemudian digunakan juga untuk frekuensi tinggi dengan “menembak” atmosfir, maka HAARP otomatis dapat juga untuk kepentingan lainnya.

Dengan teknologi mutakhir sebagai senjata masa depan, HAARP dapat pula digunakan sebagai:
  1. Mengubah keadaan atmosfir, membuat efek iklim dan cuaca suatu wilayah menjadi : kekekeringan, hujan, banjir, bersalju, angin kencang, tornado bahkan badai dan topan.
  2. Pembuat Gempa Bumi, membuat efek suatu wilayah menjadi diguncang gempa bumi. Dan efek gempa bisa membuat Tsunami.
  3. Mempengaruhi pemikiran dan perilaku manusia disuatu daerah, wilayah, bangsa ataupun negara. Mereka akan menjadi brutal, kasar, pembunuh dan psycopat alias gila.
Dan mungkin masih banyak lagi kemampuan lainnya, termasuk untuk membuat pesawat jatuh atau satelit tak berfungsi. Namun yang ada saja kita bahas satu persatu.

1. Mengubah Keadaan Atmosfir

Dengan pancaran HAARP menggunakan frekuensi tinggi (HF) akan berfungsi untuk mengubah cuaca dengan mengkondensasikan atau mengembunkan udara, salah-satunya adalah untuk membuat awan.

Untuk frekuensi HF melalui antena lalu “ditembakkan” ke atas, kearah lapisan stratosfir dan ionosfir yang berada di atmosfir bagian atas.

Cara ini membuat lapisan atmosfir kondisinya menjadi lebih hangat dan dapat menghasilkan butiran-butiran air yang nantinya akan menjadi awan-awan hujan.

Banyak tidaknya awan yang tercipta tergantung dari lama-tidaknya HAARP diaktifkan dan juga berapa besar kuat Watt yang akan ditembakkan ke lapisan atas atmosfir.

Selama ada angin, maka akan tercipta awan lurus panjang dan kadang berbentuk ular. Begitu panjangnya awan berisi butiran air ini hingga mengelilingi Bumi. Saintis menyebutnya seperti “sungai diangkasa”.

Awan-awan ini akan bisa menjadikan curah hujan biasa, hujan lebat hingga topan dan badai. Namun awan juga dapat diciptakan hanya agar terhalangnya sinar matahari yang menuju Bumi dan menyebabkan bumi lebih dingin atau malah lebih hangat dari biasanya.

2. Radio Frekuensi (Radio Wave) Dapat Menciptakan Gempa

HAARP juga disinyalir dapat pula menciptakan gempa dengan menembakkan frekuensi ke arah yang sama, angkasa.

Teknologi ini semakin berkembang sejak tahun 60-70an. Russia dan Cina juga termasuk yang lebih dulu memiliki teknologi HAARP ini.

Frekuensi demi frekuensi dicoba dari mulai yang rendah LV atau VLF dan juga frekuensi tinggi HF, VHF, UHF, dan lainnya.

Cara menciptakan gemba bumi adalah sama, frekuensi tetap ditembakkan ke atmosfir, lalu memantul kembali ke bumi.

Gelombang radio tersebut kemudian dapat masuk ke tanah hingga ke kerak Bumi. Bahkan kekuatan gelombang HAARP bisa menembus mantel Bumi lebih jauh dari dalamnya samudera.


HAARP saat diaktifkan, gelombang radio berjuta/milyar watt diarahkan ke lapisan atas atmosfir agar menjadi awan

Akibat efek dan cara itu maka kepadatan dan materi di dalam tanah di wilayah tersebut akan terguncang. Apalagi jika diwilayah itu memang terletak di patahan yang tak stabil. Apa yang terjadi berikutnya? Terjadi gempa! Maka beebrapa gempa di laut juga dapat memicu Tsunami!

Untuk membuktikan kebenaran bahwa HAARP dapat membuat gempa bumi, seorang ilmuwan membuat simulasi sederhana, yaitu dengan sebuah maket miniatur kota yang komplit dengan rumah-rumah, bebatuan, pohon hutan, bukit dan lainnya.

Untuk membuktikan bahwa frekuensi sangat rendah dapat memicu gempa, dia menggunakan pengeras suara rendah untuk bass, yaitu sub-woofer yang diletakkan agak jauh dari maket kota miniatur tersebut.

Setelah sub-woofer dinyalakan, tiada suara yang terdengar oleh manusia. Hanya membran sekeliling / dipinggir dari sub-woofer tersebut yang bergerak maju-mundur dengan hebat. Apa yang terjadi kemudian? Maket miniatur tersebut menjadi berantakan.

Pada HAARP untuk memicu gempa, cukup memancarkan frekuensi tersebut keatas ionosfir. Lalu ionosfir akan memantul turun kembali kepermukaan bumi, mirip gelombang radio SW. Pada saat terpantul kembali disuatu tempat di muka Bumi itulah gempa akan terjadi.

3. Mempengaruhi Pikiran dan Perilaku Manusia

Frekuensi Sangat Rendah dapat menggerakkan lempeng Bumi yang tidak stabil. Bahkan, Frekuensi Sangat Rendah dapat mempengaruhi otak manusia dan menjadikannya perilaku manusia tersebut menjadi tidak logis pada di suatu kawasan.

Efek dari Frekuensi Sangat Rendah terhadap otak dapat bermacam-macam. Mulai dari tak bersemangat, berhalusinasi, tidak logis, mudah terpengaruh bahkan hingga menjadi agresif dan gila.

Dengan adanya frekuensi HAARP yang disamakan dengan gelombang otak, maka akan terjadi keributan disuatu wilayah tertentu, pemberontakan, kudeta, perang dan berdampak sosial lainnya.

Oleh karena itulah, Frekuensi Sangat Rendah pada masa kini benar-benar dibutuhkan oleh negara-negara ”koboy” yang maju agar berguna untuk mengatur dunia dengan satu komando (New World Order).

Disinyalir, teknologi ini dikembangkan saat manusia ingin mengetahui apa itu “hantu”. Dan menurut ilmu pengetahuan, ternyata hantu adalah halusinasi manusia dikala otak terkena gelombang frekuensi sangat rendah.

Oleh karenanya, maka terjadilah distorsi informasi oleh indera manusia. Selama info itu dikirim oleh otak yang telah terkena frekuensi sangat rendah tersebut lalu diterima indera manusia, maka hasilnya akan berbeda.

Manusia dapat melihat yang tiada, mendengar yang tiada dan merasakan yang sebenarnya juga tiada, namun semua seakan-akan ada. Mirip teknologi HAARP!

HAARP juga dapat melawan sifat alam yang alamiah, seperti gempa yang dapat terjadi di daerah yang jarang sekali terjadi gempa dimana tidak ada gunung dan jauh dari pinggir lempeng samudera atau benua.

Salah satunya adalah gempa yang baru-baru ini terjadi di pantai timur Amerika yang tidak pernah gempa, namun titik episentrum ada disana. HAARP memang hebat, namun jika ada di tangan pihak yang ”gila” menjadikannya tidak lagi lucu.

Pengetahuan tentang HAARP di negara-negara maju sudah puluhan tahun lamanya. Dan konspirasi awal pembuatannya dilakukan oleh Uni Soviet namun dengan nama yang berbeda dan cara yang berbeda.

Uni Soviet membuat HAARP dengan menembakkan frekuensi rendah langsung ke tanah bukan ke angkasa karena untuk membuat gempa.

Soviet menggunakan dua pipa yang masing-masing berdiameter sekitar 5 meter. Selongsong pipa besar itu berketinggian sekitar 10 meter dan masing-masing pipa dapat diangkut diatas truk panjang kontainer, jadi mirip dengan membawa rudal balistik/roket.

Cara pengunaannya yaitu dengan meletakkannya secara vertikal, lalu lubang yang mengeluarkan frekuensi rendah diarahkan ketanah. Dan frekuensi rendah dinyalakan. HAARP pertama ini dapat menimbulkan gempa hanya dalam radius sekitar 1 kilometer.

Namun pada saat Uni Soviet terkena dampak krisis ekonomi dan politik, teknologi dan kendaraan serta perlengkapannya semua dijual oleh Uni Soviet kepada Amerika. Sejak itulah Amerika menyempurnakan teknologi HAARP tersebut.

Lalu Uni Soviet mulai membuat frekuensi tersebut “ditembakkan” mengarah ke angkasa. Amerika kadang “diserang” oleh HAARP ini dengan mengubah cuacanya. Tapi lama-kelamaan Amerika pun tahu dan menjuluki “alat” milik Uni Soviet itu “Woodpecker” atau “burung pelatuk”.

Antena HAARP milik Uni Soviet yang oleh pihak Amerika dijuluki “Woodpecker”

Dijuluki burung pelatuk karena frekuensi yang dipancarkan oleh HAARP milik Uni Soviet itu terdengar seperti burung pelatuk yang sedang mematok secara terus-menerus. Lalu ada lagi konspirasi yang telah diketahui banyak pihak bahwa setelah Amerika memiliki teknologi frekuensi rendah dan teknologi HAARP, maka anggota New World Order telah menguasai teknologi “Pengatur Cuaca” ini. (Lihat video ini : http://www.youtube.com/watch?feature=player_embedded&v=2TdIkI1ory8)

Bagaimana mungkin di dalam video ini berbohong? Apalagi yang membuat adalah orang Amerika sendiri….! Weleh…

Melalui artikel ini, kami juga sertakan dokumen yang menjelaskan bagaimana cuaca dunia untuk tahun-tahun ke depan, tepatnya pada tahun 2025. Anda dapat mengunduhnya namun hanya ada yang versi berbahasa Inggris.

Dokumen ini sangat rahasia karena mengungkap keadaan cuaca di Bumi untuk tahun mendatang. Semua hasil research secara ilmu pengetahuan dan fakta yang ada dibeberkan habis-habisan di dokument ini.

Judul dari dokumen dari research paper ini adalah : Weather as a Force Multiplier: Owning the Weather in 2025, anda dapat mengunduhnya dengan format PDF disini (http://www.mediafire.com/?crgh82ztdlfxn1d)

Beberapa Penampakan Stasiun HAARP via Satelit:
- India, Ionospheric Field Station Gayespur, India.
- Japan, LF LF Antenna Array, Kadena Air Base, Okinawa, Japan.
- Norway, Tromsø Heater The HF ionospheric modification facility (Heater) owned and operated by the Scientific Association, Movik, Norwegia.
- Peru, HAARP Jicamarca Ionospheric Radio Observatory, Jicamarca, Santa Maria, Peru.
- Puerto Rico USA, AN/FRD-10 “Dinosaur Cage” Array, Whitmore Village, Puerto Rico.
- Scotland, Crimond Naval Air Station (ex – HMS Merganser), Crimond, Scotland.
- Soviet, Sura Ionospheric Heating Facility (laboratory for ionosphere research) Similar to USA’s HAARP.
- USA, The HIPAS (HIgh Power Auroral Stimulation) Observatory is an ionospheric heater, Pleasant Valley, USA.
- USA, HAARP Gakona Alaska (High Frequency Active Auroral Research Program, Gakona, Alaska, USA.

 

HAARP

by Pendedahan Konspirasi & Penipuan Dunia on Friday, 11 March 2011 at 06:23



PADA 12 November 1997, Menteri Sains, Teknologi dan Alam Sekitar ketika itu, Datuk Law Hieng Ding, mengumumkan Kabinet bersetuju mencuba teknologi angkasa Russia bagi membentuk ribut taufan atau siklon untuk menolak jerebu yang meliputi ruang udara negara ketika itu. Pengumuman agak memeranjatkan itu bukan saja menjadi tajuk utama akhbar tempatan, malah mendapat tempat di beberapa akhbar antarabangsa seperti Wall Street Journal yang turut kagum dengan teknologi diperkatakan Law, walaupun ramai juga yang menganggap ia sebagai gimik untuk menyedapkan hati rakyat.
http://en-gb.facebook.com/note.php?note_id=188697917832222

Tanggapan itu diperkukuhkan lagi apabila Law beberapa hari kemudian mengumumkan pula pembatalan rancangan hebat itu, walaupun beliau sudah menyatakan satu syarikat tempatan akan menandatangani memorandum persefahaman dengan syarikat milik kerajaan Russia bagi membentuk siklon itu.

Seperti berlalunya jerebu yang suatu ketika meliputi ruang udara negara sehingga mencemaskan rakyat, begitu juga berlalunya laporan pengumuman Law yang menakjubkan itu. Apabila ruang udara Malaysia kembali cerah, segala kontroversi berhubung usaha menangani jerebu itu hilang begitu saja.

Namun, sehari selepas gempa bumi besar di dasar laut Sumatera yang menyebabkan tsunami pada 26 Disember , kenyataan Law itu muncul kembali. Kali ini petikan laporan kenyataan beliau itu terpampang di laman web berita serta laman web konspirasi asing.

Kenyataan itu turut menjadi satu catatan dalam satu laman web konspirasi yang menyenaraikan sejarah uji kaji cuaca oleh pihak tentera bersama ratusan catatan yang dikatakan bukti bahawa Russia dan Amerika Syarikat (AS) berlumba-lumba membangunkan senjata cuaca untuk peperangan pada alaf baru ini.



Catatan itu dimulakan dengan uji kaji saintis Russia, Nikola Tesla, mengenai gempa bumi pada 1937 sehingga kepada Program Penyelidikan Aurora Aktif Frekuensi Tinggi (HAARP) tentera AS yang sudah diketahui umum mampu mempengaruhi cuaca di kawasan sasarannya.

Kesimpulannya, jika pengumuman Law itu ada kebenarannya, maka Russia pada masa itu tentu mempunyai teknologi untuk memanipulasi cuaca, sekurang-kurangnya bagi menghasilkan siklon. Pastinya, teknologi itu sudah dimajukan dan mungkin juga mampu mencetuskan kejadian alam sebesar gempa bumi dengan magnitud sembilan pada skala Richter.

Dalam erti kata lain, sesuatu kejadian alam kini iaitu daripada tiupan angin hingga bencana seperti gempa bumi besar itu boleh dihasilkan dengan sains dan teknologi. Begitu juga apa yang kini dikenali sebagai tsunami Asia yang dianggap sebagai malapetaka terbesar dalam sejarah dunia moden.

Sesungguhnya, ramai saintis dan penganalisis ketenteraan serta pendukung teori konspirasi percaya senjata cuaca sudah wujud dan peperangannya dimulakan lama dulu. Ada yang mengatakan pertempuran di antara AS dan Russia dalam peperangan baru ini berlaku di muka bumi dan ruang angkasa saban hari.

Teknologi dalam persenjataan dan peperangan baru ini berteraskan apa yang dikenali sebagai elektromagnetik scalar, iaitu gelombang tenaga yang mudah tetapi begitu berkuasa sehingga menjadikan senjata nuklear ketinggalan zaman. Secara ringkas, formula terkenal Albert Einstein e=mc2 kini mempunyai saingan lebih hebat iaitu e=tc2.

Kewujudan senjata dan peperangan baru ini dinyatakan seorang saintis dan aktivis nuklear terkemuka, Dr Rosalie Bertell, dalam bukunya bertajuk Planet Earth: The Latest Weapon of War yang diterbitkan pada 2000.

Katanya, bumi akan digunakan sebagai senjata pada alaf baru iaitu dengan menggembleng kuasa alam semula jadi untuk peperangan.

Pada Disember tahun sama, Dr Bertell mengejutkan peserta Perhimpunan Kesihatan Rakyat di Dhaka, Bangladesh, apabila beliau mendedahkan bahawa ‘senjata terkini dalam persenjataan tentera AS ialah bumi dan cuaca akan menjadi antara senjata pemusnah terburuk menjelang 2025’.

Beliau merujuk bagaimana gempa bumi dan tornado yang dicipta akan menyebabkan kemusnahan terhadap sesetengah negara dan rakyat negara terbabit.



Dalam bukunya, Dr Bertell menyatakan bahawa senjata elektromagnetik ‘mempunyai keupayaan untuk memancarkan ledakan serta kesan lain seperti cetusan gempa bumi merentasi benua terhadap mana-mana sasaran di dunia ini dengan kekuatan yang menyamai beberapa letupan nuklear yang kuat.’

Katanya, sejak 40 tahun lalu, tentera AS sudah melakukan uji kaji terhadap atmosfera bumi dengan menggunakan gelombang serta bahan kimia iaitu cubaan untuk memusnahkan lapisan ozon di ruang udara kawasan musuh, sekali gus merosakkan tanaman dan kesihatan manusia menerusi pendedahan sinaran lampau ungu matahari.

Bahan kimia seperti barium dan lithium yang amat menjejaskan ozon turut dilepaskan di atas lapisan pelindung semula jadi atmosfera bumi sehingga menyebabkan kesan sinaran di ruang angkasa Amerika Utara pada 1980-an dan 1990-an.

Dr Bertell berkata, perubahan pada atmosfera bumi menyebabkan perubahan yang sejajar pada iklim dan cuaca bumi.

Satu kaedah lagi ialah menggunakan gelombang elektromagnetik berfrekuensi amat rendah bagi mengubah cuaca. Gelombang sedemikian mampu menembusi tanah yang padu serta lautan dan digunakan pihak tentera bagi memeriksa bahagian teratas atmosfera dan struktur dalaman bumi.

Denyutan gelombang frekuensi lampau rendah (ELF) ini boleh digunakan untuk mencetuskan kesan mekanikal dan gegaran dari jarak jauh menerusi bumi. Ini boleh mengubah cuaca dengan mewujudkan ribut dan hujan lebat di sesuatu kawasan.

Gelombang ini juga mampu menyebabkan pergerakan bumi dengan mengganggu kestabilan gunung berapi dan plat tetonik, sekali gus mempengaruhi cuaca.

Dr Bertell berkata, gempa bumi didapati berinteraksi dengan ionosfera iaitu atmosfera di kedudukan hingga 600 kilometer dari permukaan bumi. Banyak gempa bumi yang berlaku kebelakangan ini didahului dengan fenomena tertentu yang tidak dapat dijelaskan.

Antara contoh yang disebut beliau ialah gempa bumi Tang Shan di China pada 28 Julai 1976, yang mengorbankan 650,000 nyawa berlaku selepas ruang angkasanya bercahaya. Fenomena itu dipercayai akibat ujian gelombang ELF bagi memanaskan ionosfera oleh Soviet Union.

Contoh lain ialah gempa bumi San Francisco pada 17 Oktober 1989. Dr Bertell berkata, gelombang ELF luar biasa dikesan di California pada 12 September tahun itu. Kekuatannya meningkat sedikit demi sedikit sehingga menurun pada 5 Oktober. Bagaimanapun, gelombang itu muncul kembali pada 17 Oktober dengan kekuatan luar biasa dan tiga jam kemudian gempa bumi itu berlaku.

Akhbar Washington Times pernah melaporkan pada Mac 1992 bahawa satelit dan peralatan deria di muka bumi mengesan gelombang radio misteri atau kegiatan elektrikal dan magnetik sebelum beberapa gempa bumi kuat di California, Armenia dan Jepun di antara 1986 hingga 1989.

Gempa bumi yang menggegarkan Los Angeles pada 17 Januari 1994 turut didahului gelombang radio luar biasa dan dua letusan sonik.

“Kebetulan ini tidak mungkin dapat dijelaskan... kemungkinan besar gempa bumi berkenaan disebabkan kegiatan manusia, bukan faktor semula jadi,” kata Dr Bertell merumuskan penemuannya itu.

Seolah-olah mengiyakan kesimpulan itu, Pentagon pada 1997 mengeluarkan amaran mengenai ancaman kumpulan pengganas yang mula menggunakan pendekatan keganasan ekologi iaitu dengan mengubah cuaca, mencetuskan gempa bumi dan meletuskan gunung berapi dari jarak jauh menggunakan gelombang elektromagnetik.

“Pihak tentera mempunyai tabiat menuduh pihak lain mempunyai keupayaan yang mereka sendiri sudah miliki,” kata Dr Bertell mengulas kenyataan Pentagon itu.

Katanya, uji kaji pihak tentera terhadap atmosfera bumi menyebabkan gangguan luar biasa kepada cuaca di seluruh dunia.

“Antara 1960-an hingga 1990-an, kadar bencana alam yang besar meningkat 10 kali ganda,” katanya.

Bagi Dr Bertell, fenomena El Nino antara 1997 hingga 1998 yang dipersalahkan sebagai penyebab keadaan cuaca luar biasa di seluruh dunia, sebenarnya didahului gangguan besar dan ketidakstabilan iklim setahun sebelum itu.

Katanya, pada 1996 berlaku banjir besar di Asia Selatan membabitkan Nepal, India dan Bangladesh sehingga menyebabkan jutaan penduduk hilang tempat tinggal. Di China pula banjir besar mengorbankan beratus-ratus nyawa, manakala puluhan ribu lagi tinggal sehelai sepinggang.

Pada masa sama, Kanada mengalami hujan ribut, hujan batu, banjir dan tornado iaitu keadaan iklim luar biasa yang memusnahkan banyak harta benda, ternakan dan nyawa. Salji pada kadar luar biasa yang tidak pernah berlaku sejak berpuluh-puluh tahun pula menimpa Afrika Selatan menyebabkan banyak kematian akibat suhu terlalu sejuk.

Pada pertengahan Julai tahun itu pula, gempa bumi menggegarkan Pergunungan Alps Perancis, Austria, selatan Itali, timur laut India, Jepun, Indonesia, semenanjung Kamchatka dan selatan Mexico. Di New Zealand pula sebuah gunung berapi meletus.

Gegaran juga dilaporkan di Kenya, Jerman, kepulauan Greece, Turki, Sumatera Utara, Bali, tengah Filipina, Pulau Utara New Zealand, timur Jepun, tengah Chile, El Salvador dan Kepulauan Aleutian, semuanya pada minggu sama yang berakhir pada 26 Juli.

Dr Bertell berkata, walaupun sebilangan kejadian itu disebabkan ‘kuasa Tuhan’, jumlah dan kekuatan keseluruhannya fenomena alam berkenaan adalah luar biasa.

Dalam satu lagi tulisan yang dibentangkan Michel Chossudovsky yang juga penganalisis persenjataan cuaca global, beliau menegaskan betapa Pentagon sudah lama berkecimpung dalam proses memanipulasi cuaca.

Chossudovsky berkata, Washington kini menerapkan orde baru persenjataannya yang mempunyai keupayaan untuk mencetuskan perubahan cuaca.

Pendedahan ini juga membongkarkan punca utama mengapa Presiden George W Bush tidak menandatangani Protokol Kyoto, sebuah perjanjian antarabangsa mengenai kaedah mengelak pemanasan global serta memulihara alam sekitar.

Turut dilaporkan juga bagaimana tentera udara AS sudah mempunyai keupayaan untuk memanipulasi cuaca sama ada untuk tujuan penyelidikan atau hak mutlak bagi penggunaan perisikan ketenteraan. Kemampuan ini merangkumi aspek mencetuskan banjir, ribut taufan, kemarau atau gempa bumi.

Dalam tempoh beberapa tahun lalu, sejumlah besar wang diperuntukkan oleh Jabatan Pertahanan AS untuk terus membangun dan menyempurnakan kemampuan ini.

Memetik laporan Jabatan Pertahanan AS sebelum ini, ia menyatakan pengubahsuaian terhadap cuaca akan menjadi sebahagian daripada aspek keselamatan dalam negeri dan antarabangsa serta boleh dilakukan bersendiri.

Laporan itu menegaskan proses pengubahsuaian cuaca mempunyai aplikasi defensif dan ofensif, malah boleh juga digunakan untuk tujuan pencegahan.

“Kemampuan untuk mencetuskan proses mendapan, jerebu, ribut di bumi atau mengubahsuai cuaca angkasa lepas selain daripada proses menghasilkan cuaca tiruan yang dirangkum dalam sebahagian daripada gabungan set teknologi,” menurut laporan itu.

Perubahan cuaca pelik yang berlaku di AS dan Eropah Barat kini hebat diperkatakan. Bagaimanapun, laporan media gagal menjelaskan sejumlah perubahan cuaca dramatik pernah berlaku di beberapa negara yang sebelum ini menjadi sasaran dalam doktrin serangan awal.

Corak keadaan cuaca di Korea Utara misalnya, dihantui masalah kemarau buruk pada pertengahan 1990-an dan diikuti pula dengan banjir. Kesannya menyaksikan kemusnahan menyeluruh sistem pertanian negara itu.

Di Cuba pula, corak yang sama dapat dilihat. Di Iraq, Iran dan Syria, bencana kemarau buruk berlaku pada 1999. Di Afghanistan, kemarau selama empat tahun diakhiri dengan penaklukan AS ke atas negara itu pada 1991.

Walaupun bukti kukuh mengenai penggunaan cuaca sebagai senjata serangan awal tidak ditemui, yang jelas teknologi itu sudah berjalan dengan berkesan.

Media AS pernah memetik laporan mengenai pakar dari Makmal Phillips Geophysis yang menjadi rakan kongsi dalam projek HAARP, pernah memberi kursus kepada pegawai tentera berhubung teknik mengubah suai cuaca.

Proses memanipulasi cuaca juga menjadi kaedah terbaik untuk dijadikan senjata serangan awal. Ini boleh mengakibatkan negara yang diserang mengalami kemusnahan ekonomi, ekosistem serta pertanian seperti yang dapat dilihat di Korea Utara dan Cuba.

Presiden Venezuela Hugo Chavez menunding jari pada AS disebabkan oleh Gempa bumi yang melanda Haiti pada 12 Januari kelmarin. Menurut Chavez, gempa yang menggegarkan Haiti bukanlah gempa bumi biasa tetapi disebabkan oleh persenjataan milik AS berikutan dari ujikaji  "senjata tektonik" yang dilakukan AS.

Surat khabar Sepanyol mengutip pernyataan Chavez yang mengatakan bahawa AS sedang  membuat senjata yang mampu menimbulkan bencana alam seperti gempa bumi. Ujikaji senjata "gempa bumi" itu, dilakukan dipantai Haiti sehingga menimbulkan gempa yang mengorbankan 100.000 lebih penduduk Haiti.

Spekulasi bahawa gempa berkekuatan 7 skala Richter yang menimpa Haiti bukan gempa biasa, media massa di Venezuela juga mengesyaki gempa itu berkemungkinan mempunyai hubungan dengan projek HAARP yang sedang dijalankan AS.


HAARP atau High Frequency Active Auroral Research Program adalah sebuah projek penyiasatan yang bertujuan untuk "memahami, menstimulasi,dan mengawal proses ionospheric yang dapat mengubah tahap komunikasi dan menggunakan sistem pengawasan minda".


Bermula pada tahun 1992, project dijangka selesai dalam masa 20 tahun  (dijangka selesai tahun 2012).

Bahagian-bahagian HAARP
 
Siapa yang menggunakan HAARP?
Projek ini dilakukan bersama oleh US Air Force, US Navy Force, dan University of Alaska.

US NAVY logo

Dikatakan bahawa projek ini mirip dengan beberapa pemanas ionospheric yang tersebar di seluruh dunia dan memiliki bahagian besar diagnostik instrumen yang memfasilitasi penggunaannya untuk meningkatkan pemahaman ilmiah yg berkenaan dgn ionosfir dinamik.


Apakah Ionosphere?
Ionosphere adalah bahagian teratas dan terpenting dalam atmosfera bumi kita. Ionosphere sangat penting kerana dia menapis radiasi cahaya matahari agar tidak sampai ke bumi. Ionosphere berperanan dalam mengatur kadar kelistrikan dalam atmosfera dan membentuk teras dari tepi magnetosphere. Ionosphere juga memiliki kegunaan lain bagi manusia, iaitu mempengaruhi gelombang penyiaran radio jauh dari tempat-tempat yang ada di Bumi.
Telah timbul berbagai kerosakan dan bala bencana di darat dan di laut dengan sebab apa yang telah dilakukan oleh tangan manusia; (timbulnya yang demikian) kerana Allah hendak merasakan mereka sebahagian dari balasan perbuatan-perbuatan buruk yang mereka telah lakukan, supaya mereka kembali (insaf dan bertaubat). - Ar-Ruum: 41
Dimanakah HAARP Berada?

HAARP terletak di Alaska, Amerika Syarikat. Lebih tepat  berada di Gakona, Alaska (latitude:62.39,longitude:145,15) yang terletak di barat Taman Nasional Wrangell-Saint Elias. Kesan lingkungan yang disebabkan HAARP mencetuskan pernyataan izin untuk array hingga 180 antena yang akan didirikan. HAARP telah dibangun sebelumnya di situs instalasi radar yang bernama over-the-horizon.

HAARP di alaska

Fungsi HAARP?
Tujuan dari program ini adalah untuk kemajuan dalam mempelajari kandungan fizik dan elektrik bumi yang dapat digunakan dalam memudahkan komunikasi ketenteraan.
Tapi selain itu, HAARP juga dapat mengatur cuaca melalui ionosphere, seperti membuat hujan, badai, tsunami, dan masih banyak yang belum diketahui...


HAARP mengubah cuaca
Terus Apa Salahnya?
HAARP itu bertindak dengan memanaskan ionosphere yang ada di langit sehingga dapat memanipulasi keadaan langit disekitarnya. Dengan kelebihan tersebut, HAARP digunakan sebagai keperluan ketenteraan.
Bahaya HAARP

Dapat Mengatur Cuaca

Dengan menentukan satu titik lokasi ionosphere yang akan dipanaskan, lalu tekanan yang berada di atmosfera juga akan naik. Jadi, tekanan yang terbentuk dikumpulkan di satu titik dan membentuk manipulasi jetstream (arus jet). Tapi HAARP ini belum sempurna dan masih dalam tahap pengujian (di seluruh dunia). Dicurigakan HAARP sudah dalam tahap beta pada tahun 2004, ini terbukti ketika batasan badai tornado yang terjadi dalam satu tahun dilanggar oleh ALAM. Jika satu tahun batas maksima badai hanya terjadi 4 kali, tahun 2004 terjadi sebanyak 6 kali.


Statistik keadaan udara di alaska (2005) setelah HAARP dicurigai

Dapat Melindungi Dari Bahaya Nuklear

 http://www.youtube.com/watch?v=C6yj5q1cfc8&feature=player_embedded


Teknologi HAARP dapat mengesan frekuensi signal rendah seperti pesawat dan missile melalui udara. HARP juga disokong oleh Radar Cakrawala atau Over The Horizon Radar, iaitu radar yang mencakupi seluruh dunia kerana penghubungnya adalah atmosfera. Tidak dapat diragukan lagi ketepatan dari radar HAARP tersebut. Malah, setiap lokasi setiap daerah di bumi dapat diketahui dengan jelas, lebih baik dari satelit kerana HAARP masih berada di bawah atmosfera.

Mempengaruhi Pikiran Manusia

Dengan mengirimkan EXTREMELY LOW FREQUENCY (ELF) RADIATION ke otak manusia, HAARP boleh mengawal mood manusia. untuk lebih jelasnya, lihat teori  spoiler
Spoiler teori:
Pada dasarnya otak manusia bekerja pada 1-30 Pulse/Sec-nya. Dan dalam putaran perdetiknya, terdapat frekuensi hertz.
  • Delta (1-4/sec), Keadaan tidur
  • Theta (4-7/sec), Keadaan mengantuk atau baru bangun, dan juga ini merupakan saat otak manusia masih berusia balita.
  • Alpha (7-12/sec), Keadaan Normal dan belajar
  • Beta (tak terhitung), Keadaan Marah atau sedang dalam emosi yang tinggi
Dengan gelombang rendah HAARP, bisa dikatakan manusia dapat dimanipulasi dengan HAARP.

Cara kerja HAARP
Tsunami di Aceh, gempa bumi di Pulau Nias, perlanunan di Selat Melaka. Adakah ketiga-tiganya mengandungi agenda geopolitik asing terhadap Malaysia dan Indonesia di abad ke-21?

Soalan ini wajar dihalusi oleh kerajaan Malaysia dan Indonesia yang prihatin terhadap kesejahteraan Asia Tenggara, khususnya wilayah Nusantara yang mewarisi sejarah persahabatan sejak zaman berzaman.

Keprihatinan ini wajar berpaksikan hakikat bahawa di abad ke-21 memang ada kuasa besar yang mahu menguasai beberapa lokasi strategik di Asia Tenggara.

Antara lokasi tersebut ialah Selat Melaka yang dikuasai bersama oleh Malaysia dan Indonesia.

Selat Melaka dipercayai mahu dikuasai pihak asing kononnya untuk membanteras perlanunan dan terorisme yang dikatakan membahayakan pengangkutan minyak dan gas cecair asli dari Asia Barat dan Asia Tengah ke lain-lain destinasi di Asia Timur dan Lingkungan Pasifik.

Utara Sumatera dipercayai ideal dijadikan pangkalan laut tentera asing untuk menguasai pintu masuk ke Selat Melaka dari arah utara. Selatan Filipina dipercayai mahu dikuasai untuk dijadikan pangkalan laut tentera asing bagi mengawal Laut China Selatan.

Tenggara Thailand pula dikatakan ideal untuk dijadikan pangkalan udara tentera asing bagi memperkukuhkan pertahanan udara tentera asing berkenaan di Laut China Selatan.

Kekuasaan tentera asing ke atas seluruh lokasi strategik tersebut dikatakan akan melengkapkan strategi pertahanan tentera asing berkenaan bagi menghadapi sebarang ancaman yang mungkin ditimbulkan oleh China di abad ke-21.

Oleh itu, apabila tsunami membunuh lebih 250,000 rakyat Indonesia, salahkah kalau rakyat Malaysia-Indonesia bertanya, benarkah ia bencana alam? Mungkinkah tsunami itu angkara pihak yang mahu menguasai Indonesia, Thailand atau Malaysia?

Kalau tidak mungkin, mengapakah bekas Setiausaha Pertahanan Amerika Syarikat (AS), William Cohen, pernah memberitahu satu seminar counter-terrorism pada April 1997, bahawa teroris sudah mula menggunakan `senjata ekologi' untuk menukar cuaca, meledakkan gempa bumi atau meledakkan gunung berapi secara jarak jauh dengan menggunakan gelombang elektromagnatik.

Menurut Cohen, perkembangan seperti di atas adalah benar. Lantaran itulah beliau menggesa supaya usaha-usaha counter-terrorism AS diperhebatkan untuk menangani gejala berkenaan.

Oleh itu, tidak mungkinkah yang dimaksudkan dengan `usaha-usaha counter-terrorism AS diperhebatkan' membawa erti bahawa AS juga wajar menguasai teknologi dan teknosains dalam bidang menukarkan cuaca, meledakkan gempa bumi, meledakkan gunung berapi secara jarak jauh menggunakan teknologi elektromagnatik dengan lebih baik dan lebih canggih daripada yang dikuasai oleh pihak teroris?

Jika hakikatnya demikian, tidak mungkinkah AS merupakan satu daripada kuasa dunia yang mempunyai teknologi dan teknosains mengenai peperangan cuaca ini?

Sebab itukah banyak pihak mempercayai bahawa tentera udara AS kini mempunyai kemampuan memanipulasikan cuaca, sama ada untuk ujian atau kegunaan sebagai senjata ketenteraan?

Sebab itukah maka ada pihak yakin bahawa antara kapabiliti ketenteraan AS mutakhir termasuklah teknologi pembikinan banjir, ribut taufan, kemarau dan gempa bumi?

Secara umumnya, teknologi memanipulasikan cuaca ini dikenali sebagai teknologi High-Frequency Active Auroral Research Program atau HAARP yang wujud sejak 1992. Pihak-pihak yang sinis terhadap HAARP menggelarkannya sebagai `teknologi maut'.

Ini kerana modifikasi cuaca dikatakan boleh menjejaskan plat tektonik di dasar lautan sehingga menyebabkan gempa bumi dan peralihan plat itu. Jika ini terjadi, akan meledaklah gempa bumi yang dahsyat sehingga mencetuskam tsunami.

Banyak pihak pula berpendapat bahawa teknologi ini boleh digunakan secara unilateral, secara ofensif, secara defensif, atau digunakan sebagai usaha-usaha pencegahan.

Teknologi ini dipercayai pernah digunakan ke atas beberapa `negara samseng'. Sebab itulah negara-negara baik telah mengalami pertukaran cuaca yang drastik sejak beberapa tahun lalu.

Manipulasi

Contohnya, Korea Utara dikatakan telah mengalami musim kemarau yang panjang dan kemudiannya diikuti pula oleh hujan dan banjir. Keadaan ini telah memusnahkan seluruh sistem pertanian di negara tersebut. Tidakkah ini akibat modifikasi cuaca yang digunakan sebagai senjata strategik?

Negara-negara seperti Iraq, Iran dan Syria juga mengalami keanehan cuaca sepanjang 1999. Adakah ini satu kebetulan? Atau, inikah kesannya manipulasi cuaca?

Afghanistan pula mengalami kemarau empat tahun berturut-turut sebelum ia dilanda Peperangan Antikeganasan Global (PAG) pada 2001. Akibatnya, seluruh ekonomi negara itu musnah dan rakyat jelatanya dicengkam kebuluran.

Adakah ini satu kebetulan? Bukankah ini kesan manipulasi cuaca yang digunakan sebagai senjata strategik oleh sesetengah kuasa besar dunia?

Dalam sesuatu peperangan, yang penting adalah matlamat, bukannya cara. Contohnya, sistem pertanian Korea Utara musnah tanpa sebarang ledakan bom ataupun kedatangan bala tentera asing untuk memusnahkan ladang-ladang di negara tersebut. Ia musnah akibat manipulasi cuaca.

Oleh itu, salahkah kalau hari ini ada pihak berpendapat bahawa manipulasi cuaca adalah satu senjata yang amat berkesan. Ia boleh digunakan ke atas negara musuh atau negara sahabat yang mahu dihuru-harakan atas sesuatu sebab tertentu?

Oleh itu juga, mustahilkah tsunami pada 26 Disember 2004 dan gempa bumi pada 28 Mac 2005 di perairan barat Sumatera adalah akibat persenjataan ekologi seperti di atas?

Adakah satu kebetulan apabila pada 17 Disember 2004, Presiden George W. Bush mengeluarkan arahan eksekutif memberikan AS kuasa mengawal seluruh lautan di dunia, dan sembilan hari sesudah itu terjadi gempa bumi dan tsunami di perairan Aceh, Indonesia?

Adakah ini satu kebetulan? Atau, adakah ini memang dirancang kerana Aceh adalah satu-satunya lokasi strategik sebagai pintu masuk ke Selat Melaka dari arah utara?

Bukankah lokasi Aceh strategik kerana di sana beroperasi sebuah syarikat petroleum yang besar? Di sana juga ia mempunyai rizab gas asli yang besar? Bukankah Aceh strategik kerana di sana terdapat Gerakan Aceh Merdeka yang disifatkan sebagai teroris sekutu Al-Qaeda?

Bayangkan. Kini Aceh jadi padang jarak, padang tekukur. Kesan tsunami di sana lebih teruk daripada ledakan bom nuklear. Dan, tanpa meledakkan sebutir bom atau sebiji peluru, ratusan ribu rakyat Indonesia telah pun terkorban.

Tanpa meledakkan sebutir bom atau sebiji peluru, beribu-ribu tentera AS sudah berada di Aceh. Inikah yang dikatakan sebagai peperangan strategik atau taktikal?

Soalan ini mesti ditanya, khususnya apabila `misi kemanusiaan' AS ke Aceh dikepalai oleh Leftenan Jeneral Blackman, jeneral perang yang mengepalai pencerobohan AS ke Baghdad pada Mac 2003.

Pada 29 Mac 2005, satu lagi gempa bumi yang besar berlaku di perairan pantai barat Sumatera. Gegarannya turut menggemparkan ribuan rakyat Malaysia dari Perlis hingga ke Johor.

Soalnya, adakah gempa itu juga benar-benar satu bencana alam? Mungkinkah ia akibat senjata ekologi seperti yang dihuraikan di atas?

Tidak mungkinkah gempa bumi berkenaan bertujuan mengalihkan tumpuan masyarakat Indonesia dan Malaysia daripada sesuatu yang lebih besar yang sedang dirancang dan boleh terjadi di Selat Melaka tidak lama lagi?

Kalau tidak, mengapakah kebelakangan ini gerakan perlanunan di Selat Melaka seolah-olah mendapat suatu nafas dan tenaga baru? Mungkinkah ini tindakan `lanun upahan' untuk merintis sesetengah kuasa besar menguasai Selat Melaka?

Atau, mungkinkah wujud sesetengah rakyat Nusantara sendiri yang sedang bersubahat dengan pihak asing untuk menghuru-harakan Malaysia dan Indonesia bagi memudahkan kuasa asing mencapai agenda geopolitiknya di Selat Melaka?

Rakyat Malaysia dan Indonesia yang prihatin wajar merenungkan seluruh huraian dan pertanyaan di atas. Kerajaan Malaysia dan Indonesia pula wajar berwaspada setiap masa walaupun teori konspirasi seperti ini disifatkan keterlaluan.

Wartawan Malaysia dan Indonesia juga perlu proaktif dalam pengutipan maklumat dan berita yang boleh menggemparkan Nusantara dengan ledakan yang mungkin lebih dahsyat daripada tsunami di Aceh atau gempa bumi di Pulau Nias.
Kesimpulannya, sains dan teknologi persenjataan kini semakin maju sehingga memungkinkan sesuatu yang dulunya dianggap sebagai tidak masuk akal. Meminjam kata-kata bekas Perdana Menteri, Tun Dr Mahathir Mohamad, orang Barat sejak dulu lagi berlumba-lumba mencipta senjata yang mampu membunuh manusia dengan lebih berkesan.

Dari sudut agama pula, kegilaan segolongan manusia mencipta senjata pemusnah bukan sesuatu yang menghairankan. Mungkinkah ini yang dimaksudkan Allah bahawa manusia itu akan melakukan kerosakan di muka bumi ini apabila menjadikan planet ini sebagai senjata.

Hakikatnya, manusia sudah melakukan kerosakan dan kesan daripada perbuatan itu tentu tidak akan ditanggung bumi, tetapi penghuninya. Bumi boleh dijadikan senjata, tetapi yang akan musnah akhirnya ialah manusia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar