Kamis, 07 Februari 2013

Ada Apa Dibalik Kunjungan Dubes AS ke KPK??...... DALAM DUNIA LIBERAL....PERMAINAN LOBY-PEDAGANG-MASMEDIA DAN PRESURE PARA PEMEGANG KENDALI POLITIK DAN KEPENTINGAN SELALU MEMAINKAN HARGA DAN MENGKONDISIKAN PENGUATAN JARINGAN PERPOLITIKAN... KEKUASAAN..?? BENARKAH...??... LALU DIMANA KEKUATAN DAN ARAH KEBIJAKAN PEMERINTAH YANG KONON BERKEWAJIBAN MEMBELA HAK2 RAKYAT...?? ... SEMUA HANYA PERMAINAN KATA2 DAN PERMAINAN MASMEDIA MENGAMBIL BUTIR2 BERITA...UNTUK OPINI DAN MEMILIH SIAPA YANG AKAN DIJADIKAN SASARAN.... UNTUK DIBIDIK DAN DIHANCURKAN....- ATAU SIAPA YANG AKAN DIJADIKAN PANGERAN2...ATAU PAHLAWAN2 DEMI KEUNTUNGAN DIRI DAN PIHAK2 TERTENTU....??? >> SEMUA BERMUARA KEPADA PUNCAK2 KEKUASAAN DAN KEUNTUNGAN BISNIS....???>> INILAH LIBERAL KAPITALISM...?? ..MAKANYA TAK HERAN TERKADANG TIBA2 ADA TERKESAN PERMAINAN ASING DAN TERSELUBUNG... DIBALIK SEMUA GERAKAN PEMERINTAHAN...ATAUPUN DPR... ATAUPUN DALAM YUDIKATIF SEKALIPUN..?? >>> LALU... BENARKAH UNTUK RAKYAT....??? .... OOHHH NANTI DULU....??? LIHATLAH BURUH-NELAYAN-PETANI-GURU2 - ATAU SUKARELAWAN2-... SEMUA NANTI ADA UPACARA2...HEBOH...YANG SUARA DAN GEMURUHNYA BESAR DAN MENGGELEGAR... KARENA INGIN PUJIAN... TETAPI NILAI NOMINALNYA KECIL2...HEHE...>>> INILAH PENCITRAAN POLITIK...???..>> LIHATLAH KALAU BURUH INGIN MENAIKAN UPAH...MAKA MEREKA DEMO DAN TERUS DEMO BARU DIKABULKAN DENGAN PELAKSANAAN YANG DITUNDA-TUNDA..?? DAN BILA HARGA GABAH INGIN NAIK SEDIKIT...SEMUA HEBOH DAN PROFESOR2 IKUT MENGANALISA...DAN HASILNYA TIDAK SEBERAPA ..DAN PELAKSANANNYA JUGA TIDAK SERTA MERTA......??? ...INI HARUS ADA SUBSIDI...INI HARUS..ADA ..INI ITU....?? ..PERLU TAMBAHAN PINJAMAN NEGARA...ATAU MENCARI NEGARA DONOR..DLL..?? .AWAS INI TIDAK KONDUSIF...DLL ??....JUGA NELAYAN DAN PETANI GARAM..DLL SEMUA DENGAN PERLAKUAN SAMA..BERAT...DAN BERAT...?? >>> MENGAPA..??... SEMUANYA MEMAINKAN PERAN POLITIK KEPENTINGAN MASING2..?? >> TETAPI BILAMANA PARA BANKER DAN ORANG2 KAYA DAN INVESTOR... DENGAN MEMAINKAN HARGA DAN SEGALA MACAM DALIH... SETIAP SAAT MEREKA SELALU BISA MENDAPAT ULURAN TANGAN PARA MASMEDIA ABSURD-DAN GOLONGAN POLITIKUS-DAN INSTANSI...?? >>> LALU APA ARTI SUATU REVOLUSI PERJUANGAN UNTUK MENJADI NEGARA MERDEKA..?? ..DAN PROKLAMASI KEMERDEKAAN 17.8.1945...UNTUK APA..?? ..... YANG KONON UNTUK MEMAKMURKAN BANGSA-RAKYAT-DAN NEGARA...??>> APAKAH NEGARA DAN PEMERINTAHAN SUDAH MAKMUR DAN BERHASIL DALAM MEMBANGUN NEGARA DAN EKONOMI NEGARA....??? LALU KALAU SUDAH BERHASIL ..MANA UNTUK RAKYAT DAN PETANI-NELAYAN-PETERNAK...?? >> BENARKAH SUDAH DIPERLAKUKAN ADIL..?? >> RAKYAT AWAM SELAM INI HANYA DITIPU DENGAN SLOGAN2 POLITIK DAN UNGKAPAN2 MASMEDIA YANG MEMUJI-MUJI KEBERHASILAN SUATU REZIM...ATAU SESEORANG YANG MEMANG MERUPAKAN JARINGAN KOLABORASI PERMAINAN MENIPU RAKYAT...AWAM...???>> BENARKAH PARA JURNALIS DAN PRESENTER2 ITU JUJUR DAN LURUS MEMBELA RAKYAT..?? >>> RASANYA .. SELAMA INI LEBIH BANYAK DUSTA..DAN PERMAINAN MEDIA..YANG PENUH TIPU DAYA DEMI....PENCITRAAN.DIRI MASING2..... DAN SEBENARNYA ...ADALAH PELAKU PENIPU2 ULUNG..??? >> KALAU BENER JUJUR DAN LURUS... MAKA TAK MENGKIN PEMERINTAHAN DAN PEDAGANG2 ITU... MEMPERLAKUKAN..PERMAINAN HARGA DAN MENCEKIK RAKYAT..DAN KEMAKMURAN TAK PERNAH BENAR2 SAMPAI DITANGAN RAKYAT..??? LALU ..KAPANKAN INI MENJADI KESADARAN BERSAMA SEBAGAI SUATU BANGSA....RENUNGKANLAH..... -



Mau Tahu? 

Ada Apa Dibalik Kunjungan Dubes AS ke KPK?

JAKARTA (voa-islam.com) -   
http://www.voa-islam.com/news/indonesiana/2013/02/07/23102/mau-tahu-ada-apa-dibalik-kunjungan-dubes-as-ke-kpk/

Dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan para petinggi KPK, Rabu 6 Februari 2013 di DPR, Komisi III DPR mempertanyakan kedatangan Duta Besar Amerika Serikat untuk Indonesia, Scott Marciel, ke kantor Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).  Kedatangan Dubes negeri adidaya itu bisa ditafsirkan sebagai bentuk intervensi terhadap komisi itu. 

Wakil Ketua Komisi III  Tjatur Sapto Edy meminta klarifikasi apakah Dubes AS tersebut rutin mengunjungi KPK. Kunjungan itu, bisa ditafsir sebagai bentuk intervensi, apalagi jika dilakukan secara rutin.

Apa jawab Ketua KPK Abraham Samad tentang tudingan itu?  Menurut Samad, Amerika sama sekali tidak melakukan intervensi kepada KPK. "Tidak ada deal dengan Amerika," kata Abraham Samad dalam RDP itu.

Samad menegaskan bahwa selama ini KPK banyak menerima tamu asing. Bukan hanya dari AS dan Eropa tapi juga dari Timur Tengah. KPK tidak pernah bertindak  diskriminasi terhadap tamu yang datang. Abraham juga menegaskan bahwa KPK sama sekali tidak pernah menerima bantuan dari asing. Anggaran KPK murni berasal dari negara. "Tidak ada bantuan finansial, kami hanya pakai anggaran yang telah disediakan," katanya.

Para penyidik memang pernah melakukan pelatihan di Amerika. "Baru sekali dan  belum selesai dan perlu diulang," katanya.

Betulkah Ada Konspirasi

Berita tentang kedatangan Dubes AS Scot Merciel ke KPK beberapa jam sebelum penangkapan mantan Presiden PKS Luthfi Hasan Ishaaq, memunculkan spekulasi. Apalagi dalam orasi politik Presiden PKS yang baru Anis Matta tercetus kata ‘konspirasi’.

Tak berhenti sampai di situ. Mantan Presiden PKS Hidayat Nur Wahid pun menyebut unsur zionis dalam kasus penangkapan Luthfi dan penjatuhan citra PKS itu. Benarkah?

Ujug-ujug kedatangan Dubes AS Scot Merciel ke KPK yang oleh lembaga pemberatasan korupsi itu disebut terkait dengan kasus lain, bagi sebagian kalangan tak terlepas dari masalah impor daging sapi dari AS yang terus anjlok bahkan pernah distop. Apa kaitannya dengan KPK?

Dugaan pun menjurus, bahwa target dari pemunculan kasus ini adalah pemecatan Menteri Pertanian (Mentan) Suswono yang berasal dari PKS. Penangkapan Luthfi (yang tidak tertangkap tangan), yang oleh sejumlah pakar dan praktisi hukum dinilai dipaksakan dan janggal itu diyakini sebagai “pintu” untuk memecat Mentan Suswono.

Dugaan kuat kejengkelan AS akan kran impor daging sapi yang terus dibatasi ditengarai menjadi pemicu pemunculan kasus ini. Ada “pesan” yang ingin disampaikan bahwa para pengusaha importir daging di republik ini juga sangat jengkel akibat kuota yang terus menurun dari tahun ke tahun. Akibatnya, pengusaha importir daging sapi itu berusaha melakuan aksi suap supaya mendapat jatah yang sesuai dengan yang mereka inginkan.

Kejengkelan para pengusaha importing daging sapi itu tentu sesuai dengan keinginan AS. Adanya dugaan kasus suap yang dilakukan oleh PT Indoguna Utama memunculkan pertanyaan mengapa hal ini bisa terjadi? Bagi kalangan pengusaha, kejadian itu dipicu oleh kurangnya kuota impor daging di 2013.

Hal ini disampaikan oleh Wakil Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin) DKI Jakarta Sarman Simanjorang, kepada detikfinance, Kamis (31/1/2013).“Menurut saya itu ekses dari kurangnya kuota impor daging sapi, pengusaha menghalalkan segala cara,” kata Sarman beralasan.

Sarman yang juga Ketua Komite Daging Sapi (KDS) mengatakan, kalangan pengusaha impor daging tidak siap dengan pemangkasan kuota impor daging sapi tahun ini, sehingga di antara mereka berupaya untuk bisa mendapatkan kuota yang diinginkan. “Kuota impor daging sapi tahun 2011 sampai 90.000 ton saat itu harga stabil, tahun 2012 turun jadi 34.000 ton, tahun ini cuma 32.000 ton terjun bebas,” ungkapnya.

Sarman menuturkan seharusnya kuota impor daging tahun ini mencapai 85.000 ton (hanya daging beku). Menurutnya, dengan kuota daging tahun ini yang hanya 32.000 ton, sangat beralasan para importir daging teriak-teriak dan melakukan upaya-upaya segala cara.

“Yang parah lagi, 32.000 ton itu dibagi dua semester, semestar pertama direalisasikan 60% atau 19.200 ton, kita nggak tahu siapa perusahaan-perusahaannya, 40% sisanya di semester kedua,” katanya.

Ia juga mengatakan ekses lain dari adanya kurangnya kuota impor daging adalah adanya kasus peredaran daging celeng dan peredaran daging sapi ilegal. Harga daging yang saat ini bertahan Rp 90.000 per kg, menunjukkan pasokan daging masih tersendat.“Saya harap dengan kejadian ini momentum pemerintah mengevaluasi kembali soal kuota impor daging 2013,” katanya.

Beberapa sumber menyebut kebijakan Kementerian menekan kuota impor daging sapi dari tahun ke tahun justru untuk membantu peternak sapi di dalam negeri yang efeknya memunculkan peredaran daging babi dan sapi ilegal. Tapi selain untuk membantu peternak sapi Indonesia, alasan lain pembatasan impor adalah pasokan daging sapi dari AS itu bercampur daging babi.

Kebijakan Kementerian Pertanian bersama Kementerian Perdagangan itu jelas sangat memukul AS yang selama ini memasok daging sapi ke Indonesia. Makanya, tak usah heran, sebelum menyambangi KPK, Rabu (30/1/2013), Dubes AS Scot Merciel terlibat saling sindir soal pro-kontra impor dengan Menteri Perdagangan Gita Wirjawan dalam sebuah pertemuan “Trade Conference” di Hotel Borobudur, Jakarta Pusat (30/1/2013).

“Keuntungan impor itu banyak tetapi impor banyak stigma negatif (di Indonesia), tetapi kita bicara yang lebih luas adalah keuntungan dan harga murah juga banyak produk dari adanya impor. Hong Kong menjadi contoh,” kata Scot kepada ratusan delegasi beberapa negara di Hotel Borobuddur, seperti dikutip detikcom (30/1/2013).
Scot menambahkan, seharusnya Indonesia mengikuti permainan yang telah ditetapkan oleh Badan Perdagangan Dunia (WTO) yang tidak hanya mendorong kinerja ekspor tetapi juga impor. Menurutnya, nilai lain dari adanya impor adalah adanya kompetisi antar perusahaan yang lebih kompetitif dan produktif.

“Kita punya WTO yang tidak hanya mendorong ekspor tetapi juga impor dan kita harus mengikuti permainan. Hal lain soal impor, tanpa impor perusahaan kita tanpa kompetitif. Jadi saya pikir nilai lain adalah kompetisi antar perusahaan dan produktivitas, juga memberikan biaya yang lebih murah,” imbuhnya. [Desastian/dbs]

Apdasi: Importir Penentu Harga Daging

 
KOMPAS/YULVIANUS HARJONO Daging sapi di Pasar Smep, Bandar Lampung, dijual Rp 90.000 per kilogram, Rabu (6/2/2013).
JAKARTA, KOMPAS.com — http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2013/02/07/16083519/Apdasi.Importir.Penentu.Harga.Daging?utm_source=WP&utm_medium=Ktpidx&utm_campaign=Skandal%20Suap%20Impor%20Daging%20Sapi

Harga daging sapi di pasar domestik kian melambung tinggi. Harga karkas daging sapi tersebut mengalami kenaikan hingga 20 persen. Hal ini disampaikan oleh Dadang Iskandar, Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Daging dan Sapi Potong Indonesia (Apdasi) di Jakarta, Kamis (7/2/2013). 

Dadang mengatakan, harga karkas daging sapi mencapai Rp 71.000 kilogram (kg) hingga Rp 72.000 per kg. Padahal, sebelumnya harga karkas daging sapi berkisar Rp 60.000 per kg. "Harga di rumah potong hewan (RPH) tidak rasional. Kami perkirakan menjelang Lebaran bisa lebih dari Rp 100 ribu per kg," kata Dadang, Kamis (7/2/2013). 

Apdasi mengindikasikan, banyak importir kini membeli sapi lokal betina. Hal ini dilakukan agar importir berkesempatan menentukan harga jual. "Baik sapi lokal maupun sapi impor dibeli importir. Kini, importir menjadi penentu harga," tambah Dadang. 

Apdasi menuntut pemerintah segera mencabut kebijakan pembelian sapi lokal oleh importir. Jika kebijakan tersebut diteruskan, gejolak harga kian tak terkendali. Imbas jangka panjang, sapi lokal akan dikuasai segelintir pengusaha besar. "Kalau tidak dicabut, harga daging semakin tidak terkendali," ujar Dadang. 

Pemerintah juga diminta menyediakan pasokan sapi sesuai kebutuhan dengan harga terjangkau. Apdasi juga mengusulkan untuk melakukan impor sapi siap potong, bukan sapi bakalan. Alasannya, harga sapi trading lebih murah dibandingkan harga sapi bakalan."Harga jual di konsumen nantinya juga lebih murah," ujar Dadang. 

Menurut Dadang, populasi sapi di Indonesia cukup untuk menutupi kebutuhan. Namun, tidak semua peternak mau menjual sapinya. Biasanya, sapi dijual jika peternak membutuhkan uang. Akibatnya, banyak RPH yang membeli sapi perah untuk dipotong. 

Peternak sapi perah juga lebih memilih menjual daging ketimbang susu karena harga daging yang menggiurkan. "Di Jawa Barat itu, setiap harinya ada sapi perah yang dipotong di RPH sebanyak 300 hingga 400 ekor per hari," ungkap Dadang. (Fitri Nur Arifenie/Kontan)

Peternak Sapi Nikmati Harga Tinggi

BANDAR LAMPUNG, KOMPAS.com- http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2013/02/07/15462862/Peternak.Sapi.Nikmati.Harga.Tinggi

Peternak sapi lokal di Lampung menikmati tingginya harga jual beberapa bulan terakhir menyusul pembatasan impor sapi bakalan.

Amro (30), salah seorang peternak sapi di Lampung Timur, Kamis (7/2/2013), mengatakan, pihaknya selaku peternak lokal kini menikmati harga jual daging sapi yang mencapai Rp 32.000-Rp 33.000 per kilogram bobot hidup.

"Kami berharap harga ini bisa dipertahankan, sehingga kami tetap semangat memelihara sapi," ujarnya.

Ia menambahkan, para peternak sapi sempat terpukul dengan jatuhnya harga jual sapi di tahun 2009. "Ketika itu, harganya hanya Rp 20.000 per kg. Jika dihitung dengan biaya perawatan, pakan, dan pembibitan, itu tak menutupi. Angka riil yang menguntungkan adalah minimal Rp 29.000," ujarnya.

Namun, tingginya harga jual di tingkat peternak ini justru dianggap merugikan para pedagang dan konsumen. Tingginya harga jual yang mencapai Rp 90.000 per kg di Bandar Lampung melemahkan daya beli konsumen. Sehingga, omzet pedagang daging pun merosot.
Editor :
Marcus Suprihadi
 
Mentan Bantah Harga Daging Sapi di Indonesia Paling Mahal
 
 
 
KOMPAS/PRIYOMBODO Daging sapi impor
JAKARTA, KOMPAS.com http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2013/02/05/11345997/Mentan.Bantah.Harga.Daging.Sapi.di.Indonesia.Paling.Mahal

Menteri Pertanian Suswono membantah harga daging sapi di Indonesia saat ini termahal di dunia. Namun, dia mengakui bahwa harga daging sapi, khususnya di DKI Jakarta, memang sudah mahal.

"Tidak benar itu, memang daging sapi itu ada jenis-jenisnya, mulai dari yang biasa hingga yang mahal. Kalau daging sapi untuk steak, itu memang mahal," kata Suswono saat ditemui selepas rapat koordinasi di kantor Kementerian Perekonomian, Jakarta, Selasa (5/1/2013).

Menurut Suswono, harga daging sapi yang mahal tersebut sebenarnya hanya terjadi di DKI Jakarta atau di kawasan Jabodetabek yang juga terkena imbasnya. Hal ini disebabkan pasokan daging sapi ke Ibu Kota terbatas.

Untuk menekan harga daging sapi yang mahal itu, pihaknya meminta pusat-pusat peternakan sapi di daerah untuk menyuplai daging sapi ke Ibu Kota. Pihaknya juga meminta kepada pedagang sapi agar tidak memanfaatkan harga daging sapi yang tinggi tersebut untuk meraih keuntungan yang besar.

"Sebenarnya, margin keuntungan peternak ini sudah tinggi. Padahal, harga wajarnya sekitar Rp 60.000-Rp 70.000 per kg. Saya minta agar peternak tidak mengambil margin yang tinggi," tambahnya.

Seperti diberitakan, harga daging sapi di Indonesia saat ini adalah yang termahal di dunia. Harga di dalam negeri berkisar Rp 90.000 per kilogram, sementara di sejumlah negara lain hanya berkisar Rp 40.000. Pemerintah diminta turun tangan untuk menstabilkan harga daging.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, harga daging pada pekan keempat Januari 2013 mencapai Rp 90.000 per kilogram. Harga tersebut bertahan sejak minggu pertama Desember 2012.

Menurut data Bank Dunia, harga daging sapi rata-rata di Indonesia pada bulan Desember 2012 mencapai 9,76 dollar AS, sementara di Malaysia hanya 4,3 dollar AS, Thailand 4,2 dollar AS, Australia 4,2 dollar AS, Jepang 3,9 dollar AS, Jerman 4,3 dollar AS, dan India 7,4 dollar AS.

Wakil Menteri Perdagangan Bayu Krisnamurthi pekan lalu di Jakarta mengatakan masih tingginya harga daging di pasaran mengindikasikan pasokan yang masih tersendat.

"Saya tidak mau menggugat hasil survei yang menyebutkan pasokan sapi kita cukup, tetapi faktanya sudah tiga bulan ini harga daging tak kunjung turun. Jika ini terus dibiarkan, mendekati puasa dan Lebaran, harga daging bisa menyentuh level Rp 120.000 per kilogram. Itu sudah melampaui daya beli masyarakat," paparnya.  

Baca juga:
Harga Daging Sapi di Indonesia Termahal di Dunia Celah Kebijakan Impor Daging Sapi
Editor :
Erlangga Djumena
 
Kemelut Daging Sapi
 
 
 
KOMPAS Images/KOMPAS/PRIYOMBODO Warga membeli daging sapi di Pasar Tebet, Jakarta Selatan, Senin (4/2/2013). Harga daging sapi di pasar tersebut menginjak harga Rp. 95.000 per kilogram. Harga daging sapi di Indonesia saat ini adalah termahal di dunia. Pemerintah diharapkan serius turun tangan menstabilkan harga daging.
Oleh Toto Subandriyo

http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2013/02/05/10503798/Kemelut.Daging.Sapi 
Kelangkaan dan terungkapnya kasus dugaan suap impor daging sapi baru-baru ini hanya sebagian dari cermin karut-marut politik pangan Indonesia. 

Sebagai negara agraris dengan sumber daya alam melimpah, pemenuhan berbagai kebutuhan pangan, termasuk daging sapi, harus ditutup dari impor. Kelangkaan daging sapi yang membuat harga daging melonjak—tertinggi di dunia saat ini—dan dibiarkan berlarut-larut membuat berbagai pihak kelimpungan. 

Pedagang daging sapi, penjual bakso, pengelola warung makan, dan ibu-ibu rumah tangga, semuanya menjerit. Para pedagang daging sapi di sejumlah daerah bahkan sempat mogok berjualan. Beberapa bulan lalu, masyarakat juga sempat dibuat waswas dengan kabar ditemukannya daging sapi yang dioplos dengan daging babi hutan untuk pembuatan bakso di Jakarta. Tingginya harga daging telah memicu tindakan aji mumpung, termasuk permainan impor. Masih jadi pertanyaan apakah swasembada yang ditargetkan tercapai 2014 akan kembali direvisi setelah pernah mengalami revisi dua kali pada 2007 dan 2010.

Unik
Dibanding negara lain, konsumsi daging sapi bangsa Indonesia masih sangat rendah, yakni 1,87 kilogram per kapita per tahun. Dari konsumsi yang rendah itu dibutuhkan 484.000 ton daging sapi per tahun. Jumlah itu 85 persen dipenuhi dari produksi domestik dan sisanya impor. Kondisi seperti ini, selain membuat lemah posisi tawar, juga membuka peluang bagi masuknya jenis penyakit ternak baru. 

Menurut data sensus sapi dan kerbau yang dilakukan BPS pada 2011, saat ini jumlah sapi potong dan kerbau kita mencapai 14,8 juta ekor. Angka itu jauh lebih besar dari perkiraan sebelumnya 12,6 juta ekor. Lalu, mengapa gonjang-ganjing dan kelangkaan daging masih juga terjadi? 

Paling tidak ada dua hal yang menjadi pangkal permasalahan. Pertama, data BPS tersebut dihimpun dari jutaan peternak yang tersebar di seluruh Tanah Air. Puluhan juta ekor sapi yang terdata berada di kandang para peternak kecil yang lokasinya tersebar di seluruh pelosok negeri. Semua itu bukan merupakan ternak yang sewaktu-waktu bisa dipotong dalam kondisi darurat kelangkaan daging (ready stock). 

Kedua, secara sosiokultural, industri peternakan sapi rakyat negeri ini memiliki sifat unik. Khususnya di masyarakat Jawa, ternak sapi dan kerbau dianggap bukan komoditas. Mereka menyebut sapi dan kerbau peliharaannya dengan terminologi ”rojo koyo”. Secara harfiah, terminologi ini berarti tabungan. Mereka tidak akan menjual sapi atau kerbau meski harga jual di pasaran sedang tinggi, kecuali jika mereka terdesak kebutuhan keluarga yang tak ada sumber lain lagi untuk menutupnya. 

Akurasi data
Agar target swasembada daging sapi 2014 dapat tercapai, upaya yang harus dilakukan adalah perombakan sistem manajemen dan produksi daging sapi. Swasembada daging sapi dan kerbau dimaksudkan untuk menyediakan daging sapi kerbau dalam negeri minimal 90 persen dari kebutuhan, serta maksimal 10 persen dipenuhi dari impor.
Langkah mendesak adalah pembenahan akurasi data jumlah ternak sapi dan kerbau yang dikaitkan dengan pertumbuhan penduduk, pertumbuhan ekonomi, dan elastisitas kebutuhan daging. Sukses swasembada daging 2014 bergantung pada usaha pembibitan, industri feedlot dan penggemukan, industri rumah potong hewan, serta industri pengolahan berbasis daging sapi. 

Saat ini masih banyak usaha ternak sapi potong belum menerapkan cara beternak yang efektif sehingga produktivitas dan reproduksinya belum maksimal. Melalui sentuhan teknologi budidaya, seperti inseminasi buatan dan teknologi transfer embrio yang intensif, serta dukungan kebijakan yang konsisten, program swasembada daging pasti dapat kita capai. 

Keterlibatan swasta sangat dibutuhkan untuk mendukung program swasembada daging 2014. Hal itu antara lain melalui usaha impor sapi bakalan untuk digemukkan minimal 60 hari sebagai pendukung program tunda potong sapi jantan lokal dan pengurangan laju pemotongan betina produktif lokal. Perlu pula integrasi rumah potong hewan dengan produksi dan pengolahan daging agar diperoleh daging segar yang penuhi kaidah ASUH (aman, sehat, utuh, dan halal). 

Salah satu pelajaran dari kasus kelangkaan daging sapi sekarang ini adalah pentingnya diversifikasi pangan sumber protein hewani. Dari biaya produksi, daging sapi relatif lebih mahal dibandingkan sumber protein hewani lain. Dari kandungan gizi, kita punya banyak sumber protein hewani yang lebih murah dan berkualitas, seperti daging unggas, telur, ikan, serta ternak ruminansia lain seperti kambing. Indonesia pernah menyandang status eksportir sapi di 1970-an. 

(Toto Subandriyo, Anggota Dewan Pakar Perhimpunan Peternak Sapi dan Kerbau Indonesia Kabupaten Tegal)
 
Sumber :
Kompas Cetak
Editor :
Erlangga Djumena
 
 
 
 KOMPAS/ALIF ICHWAN Wakil Menteri Perdagangan Bayu Krisnamurthi
JAKARTA, KOMPAS.com http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2013/02/04/16151936/Wamendag.Impor.Daging.Sapi.Belum.Perlu

Wakil Menteri Perdagangan Bayu Krisnamurthi menjelaskan, pihaknya belum akan melakukan importasi daging sapi meski harga daging sapi, khususnya di Jakarta, saat ini sudah mahal. Harga daging sapi di Indonesia saat ini adalah yang termahal di dunia. Harga di dalam negeri berkisar Rp 90.000 per kilogram, sementara di sejumlah negara lain hanya berkisar Rp 40.000.

"Meski harga daging sapi sudah mahal, kami menilai belum perlu dilakukan impor untuk bisa menekan harga daging sapi tersebut," kata Bayu saat konferensi pers di kantornya, Jakarta, Senin (4/2/2013).

Menurut Bayu, harga daging sapi dalam setahun terakhir ini memang sudah melambung hingga dua kali lipat. Dua bulan menjelang Lebaran 2012, harga daging sapi mencapai Rp 60.000 per kg, kemudian melonjak lagi jelang Ramadhan 2012, yakni sebesar Rp 80.000-85.000 per kg.

Saat ini, harga daging sapi tersebut sudah mencapai Rp 90.000-95.000 per kg. Pada Lebaran di tahun ini, diperkirakan harganya bisa melonjak hingga Rp 120.000 per kg. Pihaknya kini meminta kepada rumah potong hewan (RPH) untuk segera mendatangkan daging sapi dari daerah ke DKI Jakarta.

"Para peternak dan RPH jangan menimbun daging sapi terlalu lama. Di harga ini saja, pengusaha sudah cukup untung sehingga pasoklah daging ke Jakarta," tambahnya.

Pihaknya akan mengusahakan daging sapi, khususnya dari daerah Surabaya, Semarang, Medan, hingga Nusa Tenggara untuk memasok daging sapi ke Ibu Kota.

Seperti diberitakan, berdasarkan data Badan Pusat Statistik, harga daging pada pekan keempat Januari 2013 mencapai Rp 90.000 per kilogram. Harga tersebut bertahan sejak minggu pertama Desember 2012. Menurut data Bank Dunia, harga daging sapi rata-rata di Indonesia pada bulan Desember 2012 mencapai 9,76 dollar AS, sementara di Malaysia hanya 4,3 dollar AS, Thailand 4,2 dollar AS, Australia 4,2 dollar AS, Jepang 3,9 dollar AS, Jerman 4,3 dollar AS, dan India 7,4 dollar AS.
Editor :
Hindra
 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar