Sabtu, 25 Juni 2011

Marty BOHONG ????>>> Pernyataan Dubes Arab Saudi Abdulrahman Mohamed Amen Al-Khayyat yang membantah pernyataan Menlu Marty Natalegawa soal permintaan maaf terkait kasus Ruyati mengundang polemik. Siapa yang berbohong sebenarnya terkait pernyataan maaf ini. Menlu Marty diminta jujur.>>> "Informasi terbaru katanya tidak ada minta maaf. Nah ini artinya Marty melakukan kebohongan publik, kalau tidak punya malu terus saja jadi Menlu. Jadi Menlu harus klarifikasi siapa yang benar," kata Wakil Ketua Komisi I TB Hasanudin saat dikonfirmasi, Jumat (24/6/2011).>>>“Saya tidak ada lagi yang disampaikan. Mengenai masalah itu semua sudah cukup faktual. Saya hanya menyampaikan bahwa semua penjelasan sudah cukup. Terima kasih," singkatnya di Kantor Presiden, Jalan Medan Merdeka Utara, Jakarta Pusat, (24/6/2011). Sebelumnya Marty menegaskan bahwa Pemerintah Arab Saudi melalui duta besarnya di Indonesia menyatakan menyesal dan meminta maaf karena tidak memberitahukan pelaksanaan eksekusi Ruyati ke pihak RI dan keluarga.>>> Inilah Negara RI yang para Pemimpinnya senantiasa berkarakter Pembohong......???>> Dusta itu kan seninya- berpolitik ala Liberal Barbar.... yang dianut Indonesia sejak zaman Reformasi ini sangatlah digalakan dan diaplikasikan secara terang2-an, ya oleh para Politisi DPR- Lembaga Peradilan dan Kehakiman dan Bahkan Presiden sendiri..... [dimana para tokoh masyarakat dan media telah menyampaikannya dengan sangat terang2an... dalam berbagai versi....>>> Dan seperti biasa dengan tanpa rasa sungkan dan malu... para Pembelanya... memberikan bantahan2... sekedar polemik tanpa sungkan dan menutupi kedustaannya... >>> Maka terciptalah... sajak2 Negara Bedebah... yang penuh dusta..dan manipulasi...>>> Sayangnya... karakter ini selalu dijadikan polemik ...sebagai sarana pembenaran dan pembelaan.. bukannya.dilakukan koreksi dan dilakukan tindakan .. yang jujur...>>>Peristiwa Ruyati...yang dipancung di Arab Saudi... adalah hak Negara berdaulat Saudi melaksanakan UU yang dianutnya....[ Dalam Hukum Islam biasanya bagi terdakwa hukuman mati/ dipancung... selalu diberi keleluasaan untuk dilakukan perdamaian dengan keluarga korban....yaitu yang terbunuh oleh terdakwa tersebut...Dan biasanya dilakukan tebusan2 berupa Diyat..(biasanya sebagai ganti -untuk tidak dihukum dan memperoleh pembebasan)...-- Saya kira Hal ini telah ditawarkan atau sekurang-kurangnya diberitahukan oleh Pemerintahan Saudi kepada Pejabat resmi RI- baik Dubes-Menteri Luar Negeri-Menhukham-Menkopolkam-dan seyogianya Menteri Ketenaga Kerjaan itu juga terlibat dan harus tahu.. atau harus mau tahu..tentang keadaan Rakyatnya yang bermasakah di LN.....] Sayangnya.... sepertinya para pejabat2 hebat dan berkuasa itu ... telah terbutakan dan terlalaikan oleh kesombongan2 dirinya yang selalu merasa benar...dan selalu penuh harap puja puji kepintaran-dan kehebatan... khususnya pujian2...dusta...dimata para embah2--dan dewa2... Kebebasan ala Liberal-Barbar...>>> Di AS dan Eropa juga sewaktu-waktu ada juga kelalaian... namun mereka segera menunjukkan tanggung jawab... yaitu...dengan segera Mengundurkan diri.....danmelepaskan jabatan2 yang disandangnya... dengan kemauan sendiri.... Nah it baru... benar...dan jujur... dan tidak berlindung dengan berbagai polemik..dusta...>>> sayangnya hal ini tidak terjadi di RI ini... karena semua melakukan aji2 kramat- yaitu mumpung-isme... dan keserakahan yang sangat luar biasa... pada jiwa2 pejabat terhormat itu... Tidak ada rasa sesal-malu atau tanggung jawab sedikitpun... Memang jiwanya sangat gersang... kering... dan sangat keji dan ganas... terhadap Rakyatnya yang tek berdaya,,, hmmhh... Sungguh sangat mengerikan bagaikan raseksa2 denawa... yang jahat dan berbaju2 indah... namun bertaringkan dan nafsu serigala2....>>> Menurut saya.. bahwa para Menteri LN -- Menteri Ketenaga-Kerjaan -- Menteri koordinator Polkam -- Menteri Hukham -- Dubes Arab Saudi -- dan para Penasehat2 Presiden yang terkait... harus dan wajib secara terbuka dan sejujurnya meminta maf kepada Keluarga Ruyati dan seluruh Rakyat Indonesia... atas kelalaian mereka...dan ketidak becusan mereka.... dan segera ditindak-lanjuti dengan mengundurkan diri..dari jabatan masing2.. karena telah nyata2 lalai dan tak becus mengurus Rakyat yang bermasalah di LN yang sesungguhnya masih ada jalan penyelesaian terbaik bagi keselamatan dan perlakuan yang adil bagi Ruyati sebagai anak bangsa... yang sedang terjebak khilafan dan ketidak tahuan....yang sepantasnya... mendapat bantuan sebaik-baiknya...>>> Kemudian ... bergemuruhlah...,media dan para komentator pakar2 hebat....bahw adanya wacana dan upaya moratorium dll... Nah...itu kan tidaklah menunjukkan moral pemimpin...Tetapi hanyalah ... tindakan korektif administratif... yang belum tentu benar2 berhasil dan bisa mencegah hal2 negatif dan perilaku sombong2an para pejabat RI tersebut.... >>> Ada diantara orang2 yang semata-mata emosional-dan rada2 rasialis... tertuang dalam komentar2 di detik dan berbagai media yang menjelek-jelekan Arab Saudi. dan bangsa Indonesia ketururnan Arab... seolah-olah biadab...dll.. Padahal yang selalu kepala batu dan sok pintar dan sok hebat itu adalah sebagian para tokoh2 dan para oportunis dinegeri ini... Dan tidak mau benar2 belajar dan mengetahui UU dan cara2 komunikasi di negeri Arab Saudi...>>> Mereka itulah para provokator yang sangat jahil dan tak pernah mau belajar dan tak ingin melihat keadaan realitas... yang ada..>>> Sekali lagi para Menteri2 terkaitlah yang tersebut diatas yang seyogianya segera mundur dan ,melepas jabatan mereka maasing2.. atau bahkan Presiden segera mengganti mereka para Menteri dan Dubes itu dengan orang2 yang benar2 kapabel dan becus dalam bekerja... untuk Republik dan untuk Rakyat...>>> Bravo.... Ruyati..dkk.......

Marty BOHONG ????

http://forum.detik.com/marty-bohong-t271031.html?nd991103frm
Jumat, 24/06/2011 15:54 WIB
'Perang' Minta Maaf, Menlu Marty Harus Buktikan Siapa yang Bohong
Indra Subagja - detikNews

Jakarta - Pernyataan Dubes Arab Saudi Abdulrahman Mohamed Amen Al-Khayyat yang membantah pernyataan Menlu Marty Natalegawa soal permintaan maaf terkait kasus Ruyati mengundang polemik. Siapa yang berbohong sebenarnya terkait pernyataan maaf ini. Menlu Marty diminta jujur.

"Informasi terbaru katanya tidak ada minta maaf. Nah ini artinya Marty melakukan kebohongan publik, kalau tidak punya malu terus saja jadi Menlu. Jadi Menlu harus klarifikasi siapa yang benar," kata Wakil Ketua Komisi I TB Hasanudin saat dikonfirmasi, Jumat (24/6/2011).


Politisi PDIP ini bertutur, kemarin (Kamis 23 Juni) dia bertemu dengan Marty di Kantor Presiden. Saat itu Marty menghampiri dia dan menyampaikan bahwa Dubes Saudi minta maaf karena tidak memberikan informasi.

Nah, karena pada Rabu (22/6) Komisi I sempat mencak-mencak ke Menlu terkait ketidaktahuan soal kasus hukuman pancung Ruyati, sontak Hasanudin mendengar Marty menjelaskan bahwa Dubes Saudi yang minta maaf artinya kesalahan ada pada negara Saudi.

"Saya langsung minta maaf karena kemarin marah-marah saat rapat kerja," imbuhnya.

Namun dengan keterangan bantahan dari pihak Dubes Saudi, dia meminta agar Marty sesegera mungkin melakukan klarifikasi. "Jangan main-main dengan hubungan antarnegara. Ada sekian ratus negara asing kedutaan di sini," tuturnya.

Pada Senin (20/6), Dubes Saudi dipanggil ke Kemlu untuk menerima nota protes pemerintah Indonesia yang tidak mendapatkan informasi tentang waktu pelaksanaan hukum pancung pada Ruyati. Pada Rabu (22/6), Dubes Saudi dipanggil lagi guna menerima surat Marty untuk koleganya, Menlu Saudi. Pada malam harinya, Marty menuturkan Dubes Saudi mengaku lalai dan meminta maaf. Namun kemudian dalam siaran pers hari Kamis kemarin, Dubes Saudi membantah meminta maaf.

(ndr/rdf)

Siapa yang bohong ?? Marty atau Arab???

sampai saat ini Marty belum mau angkat bicara
Arab Bantah Minta Maaf, Ini Jawaban Menlu RI

JAKARTA
- Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa enggan menjawab tudingan dirinya berbohong soal permintaan maaf Pemerintah Arab Saudi terkait eksekusi mati Ruyati binti Satubi pada Sabtu 18 Juni lalu.

“Saya tidak ada lagi yang disampaikan. Mengenai masalah itu semua sudah cukup faktual. Saya hanya menyampaikan bahwa semua penjelasan sudah cukup. Terima kasih," singkatnya di Kantor Presiden, Jalan Medan Merdeka Utara, Jakarta Pusat, (24/6/2011).

Sebelumnya Marty menegaskan bahwa Pemerintah Arab Saudi melalui duta besarnya di Indonesia menyatakan menyesal dan meminta maaf karena tidak memberitahukan pelaksanaan eksekusi Ruyati ke pihak RI dan keluarga.

“Perlu digarisbawahi dalam kedatangan dubes Arab Saudi, menyampaikan permintaan maaf karena pemerintahnya tidak menyampaikan informasi. Kita sudah memanggil pulang Dubes Indonesia di Arab Saudi, untuk memberikan protes kuat atas kelalaian," ujar Marty, Kamis (23/6/2011).

Menyikapi pernyataan ini Kedubes Arab Saudi melakukan bantahan yang dimuat di salah satu harian berbahasa Inggris di Indonesia.

Kemarin anggota Komisi I DPR Hidayat Nurwahid juga mempertanyakan kejelasan permintaan maaf dari Pemerintah Arab Saudi. Mantan Presiden Partai Keadilan Sejahtera itu menuntut ada penjelasan detail dari pemerintah.

“Perlu ada klarifikasi dan penjelasan lebih solutif. Minta maafnya atas eksekusi mati atau atas tidak adanya pemberitahuan kepada pihak keluarga dan pemerintah Indonesia,” ujarnya
__________________
 
Jumat, 24/06/2011 15:54 WIB
'Perang' Minta Maaf, Menlu Marty Harus Buktikan Siapa yang Bohong
Indra Subagja - detikNews

Jakarta - Pernyataan Dubes Arab Saudi Abdulrahman Mohamed Amen Al-Khayyat yang membantah pernyataan Menlu Marty Natalegawa soal permintaan maaf terkait kasus Ruyati mengundang polemik. Siapa yang berbohong sebenarnya terkait pernyataan maaf ini. Menlu Marty diminta jujur.

"Informasi terbaru katanya tidak ada minta maaf. Nah ini artinya Marty melakukan kebohongan publik, kalau tidak punya malu terus saja jadi Menlu. Jadi Menlu harus klarifikasi siapa yang benar," kata Wakil Ketua Komisi I TB Hasanudin saat dikonfirmasi, Jumat (24/6/2011).

Politisi PDIP ini bertutur, kemarin (Kamis 23 Juni) dia bertemu dengan Marty di Kantor Presiden. Saat itu Marty menghampiri dia dan menyampaikan bahwa Dubes Saudi minta maaf karena tidak memberikan informasi.

Nah, karena pada Rabu (22/6) Komisi I sempat mencak-mencak ke Menlu terkait ketidaktahuan soal kasus hukuman pancung Ruyati, sontak Hasanudin mendengar Marty menjelaskan bahwa Dubes Saudi yang minta maaf artinya kesalahan ada pada negara Saudi.

"Saya langsung minta maaf karena kemarin marah-marah saat rapat kerja," imbuhnya.

Namun dengan keterangan bantahan dari pihak Dubes Saudi, dia meminta agar Marty sesegera mungkin melakukan klarifikasi. "Jangan main-main dengan hubungan antarnegara. Ada sekian ratus negara asing kedutaan di sini," tuturnya.

Pada Senin (20/6), Dubes Saudi dipanggil ke Kemlu untuk menerima nota protes pemerintah Indonesia yang tidak mendapatkan informasi tentang waktu pelaksanaan hukum pancung pada Ruyati. Pada Rabu (22/6), Dubes Saudi dipanggil lagi guna menerima surat Marty untuk koleganya, Menlu Saudi. Pada malam harinya, Marty menuturkan Dubes Saudi mengaku lalai dan meminta maaf. Namun kemudian dalam siaran pers hari Kamis kemarin, Dubes Saudi membantah meminta maaf.

(ndr/rdf) 
Jumat, 24/06/2011 16:45 WIB
Tim TKI DPR: Kalau Marty Bohong, Sebaiknya Mundur Saja
Hery Winarno - detikNews

Jakarta - Pernyataan Dubes Arab Saudi untuk Indonesia Abdulrahman Mohamed Amen Al-Khayyat yang membantah pernyataan Menlu Marty Natalegawa soal permintaan maaf terkait kasus Ruyati mengundang polemik. Jika Marty berbohong, maka Marty harus bersedia mundur sebagai Menlu.

Ketua Tim Khusus TKI DPR TB Hasanudin menuturkan, dalam rapat konsultasi di Istana hari Kamis, dia bertemu dengan Marty. "Waktu saya salaman sama dia, dia bilang begini, "Pak, Pemerintah Arab Saudi, lewat Duta Besarnya di Indonesia sudah minta maaf. Mereka mengaku lalai atas kasus Ruyati"," cerita politisi PDIP ini.

Hal itu disampaikan Hasanudin saat diminta tanggapan mengenai adanya bantahan dari Dubes Arab Saudi untuk Indonesia yang telah meminta maaf, di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Jumat (24/6/2011).

"Karena Marty bilang gitu saya buru-buru langsung minta maaf sama Marty, karena saya sudah ngritik dia. Tapi ternyata itu bohong ya? Apa jangan-jangan Marty yang nggak ngerti bahasa Arab? Kalau memang Marty berbohong, dia sebaiknya mundur saja, kalau benar (Dubes Arab Saudi) belum minta maaf," imbuh Wakil Ketua Komisi I ini.

Pada Rabu (22/6) malam, Marty menyampaikan, Dubes Arab Saudi meminta maaf kepada pemerintah Indonesia mengenai pelaksanaan hukuman pancung terhadap Ruyati binti Satubi. Saudi mengaku lalai tidak lebih awal memberitahukan jadwal eksekusi Ruyati.

Namun pada Kamis (23/6) Kedubes Arab Saudi membantah statemen Marty. Kedubes Arab Saudi menegaskan Dubes Kerajaan Saudi Arabia untuk Indonesia, Abdulrahman Muhammad Amien Al Khayat, tidak menyampaikan permohonan maaf dan lalai terkait eksekusi pancung Ruyati.

Dubes Saudi Arabia hanya menyampaikan akan meneruskan keinginan Menlu RI ke pemerintah Kerajaan Saudi Arabia tentang TKI Ruyati. Dubes juga akan menyampaikan surat Menlu kepada Menlu Saudi Arabia, Yang Mulia Pangeran Saud Al-Faisal.

(nwk/nrl) 
 

1 komentar:

  1. Sabtu, 25/06/2011 19:21 WIB
    Uang Diyat Rp 4,7 M Dibayarkan, Hakim Saudi Bebaskan Darsem dari Qisas . (Indra Subagja - detikNews)

    Uang Diyat Rp 4,7 M Dibayarkan, Hakim Saudi Bebaskan Darsem dari Qisas Darsem


    Jakarta - Uang diyat Rp 4,7 miliar untuk Darsem telah dibayarkan KBRI di Riyadh ke pengadilan. Hakim pun sudah menandatangani surat pembebasan Darsem dari hukuman mati.

    "3 Hakim di pengadilan telah membuat keputusan bebas qisas," kata juru bicara Kemlu, Michael Tene dalam keterangannya, Sabtu (25/6/2011).

    Pembayaran dilakukan resmi pada hari ini oleh KBRI ke keluarga majikan Darsem melalui Ketua Lembaga Laznah Islah yang mengurusi diyat.

    "Secara resmi telah menyerahkan uang cek diyat. Dengan demikian bebas dari qisas yang ditetapkan melalui keputusan hakim," terang Michael.

    Darsem divonis bersalah telah membunuh saudara pria majikannya di Arab Saudi. Pembunuhan itu terpaksa dilakukan sebagai upaya membela diri karena pria tersebut akan memperkosanya, pada Desember 2008. Oleh pengadilan Arab Saudi, dia dijatuhi hukuman mati.

    KBRI Riyadh melakukan lobi-lobi, sehingga keluarga korban bersedia memaafkan Darsem dengan "uang darah" yang cukup tinggi, Rp 4,7 miliar. Uang ini dirogoh dari anggaran Kemlu RI.

    (ndr/irw)


    Follow twitter @detikcom dan gabung komunitas detikcom di facebook

    Nah kalau saja Pemerintaha mau belajar sedikit dan Kemenlu itu kan pelaksana.. Itu kan bukan duitnya Presiden atau Menlu.. Itukan duitnya Negara.. yang mungkin diambilkan dari pajak2 atau potongan2 terhadap para TKW atau rakyat lainnya... Tidaklah terlalu susah... untuk bisa berbuat benar dan berakal sehat demi untuk Rakyatnya yang sedang kena musibah... dan kehilafan...

    Masihkan Menlu Marty Natalegawa mau berbohong lagi..atau mengatakan itu tak penting.... atau memang suka berbohong itu seninya para Pejabat selalu berpolitik dusta dan menipu Rakyat... Quo Vadis... Menlu...

    BalasHapus