Selasa, 07 Juni 2011

WIKILEAKS: PRESIDEN SBY DI TUDUH KORUPSI DAN MENYALAHGUNAKAN KEKUASAAN>>>WikiLeaks Tuduh SBY Korup Istana Sebut Sampah Nama Taufiq Kiemas, Hendarman Supandji dan TB Silalahi juga disebut-sebut>>>"Istri presiden dan para kerabat disebutkan dalam laporan politik Kedubes AS, dimana para diplomat Amerika menyebut upaya-upaya keluarga presiden 'terutama Ibu Negara Kristiani Herawati...untuk mendapat keuntungan finansial dari posisi politiknya," tulis The Age.>>>Menanggapi ini, Boediono yang kini sedang berada di Australia menjawab melalui jejaring sosial Twitter, Jumat 11 Maret 2011. Dalam akunnya, Boediono menilai akurasi bocoran informasi WikiLeaks mengenai Presiden SBY yang beredar di media massa harus dipertanyakan. "Sumbernya adalah catatan diplomat yang masih mentah dan tidak diverifikasi kebenarannya," demikian tulis Boediono yang sedang berada di Canberra. >>Kedubes AS juga menegaskan dukungan bagi pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Kepemimpinan Presiden Yudhoyono bagi AS sangat vital dalam mendorong kemakmuran, memperluas kemitraan antar rakyat, dan mempererat kerjasama politik dan keamanan....>>......??????

Jumat, 11 Maret 2011

WIKILEAKS: PRESIDEN SBY DI TUDUH KORUPSI DAN MENYALAHGUNAKAN KEKUASAAN

RADAR JAMBI




WikiLeaks Tuduh SBY Korup Istana Sebut Sampah
Nama Taufiq Kiemas, Hendarman Supandji dan TB Silalahi juga disebut-sebut
Jum'at, 11 Maret 2011, 09:10 WIB
Renne R.A Kawilarang, Elin Yunita Kristanti

Laman pembocor kawat diplomatik rahasia, WikiLeaks, kembali mengungkap informasi mengenai Indonesia. Kali ini, informasi itu menuding bahwa Presiden Susilo Bambang Yudhoyono telah terlibat dalam praktek korupsi dan penyalahgunaan kekuasaan, sehingga merusak reputasinya sebagai tokoh yang dianggap bersih dan reformis.

Bocoran WikiLeaks itu antara lain dipublikasikan di surat kabar Australia, The Age. Dalam edisi Jumat, 11 Maret 2011, koran itu menampilkan judul besar-besar di halaman depan, "Yudhoyono 'abused power': Cables accuse Indonesian President of corruption." Berita serupa juga dimuat harian utama Australia lainnya, Sydney Morning Herald.

Bocoran informasi WikiLeaks yang diklaim dimiliki The Age menyatakan bahwa Yudhoyono secara pribadi telah turut campur untuk mempengaruhi jaksa dan hakim dalam melindungi para tokoh politik yang terlibat kasus korupsi, sekaligus untuk menekan para lawan politiknya. SBY juga ditengarai telah memanfaatkan lembaga intelijen untuk memata-matai rival politik dan, sedikitnya dalam satu kesempatan, seorang menteri senior di kabinetnya.

Data yang dinyatakan merupakan bocoran laporan diplomatik Kedubes AS itu juga menuding bagaimana seorang mantan wakil presiden pada kabinet Yudhoyono sebelumnya, Jusuf Kalla, diduga membayar jutaan dolar untuk memimpin partai politik terbesar di Indonesia, Golkar, pada kongres Desember 2004.

Tak cuma itu, istri dan keluarga Presiden pun dikabarkan berupaya memperkaya diri melalui koneksi politik. "Istri presiden dan para kerabat disebutkan dalam laporan politik Kedubes AS, dimana para diplomat Amerika menyebut upaya-upaya keluarga presiden 'terutama Ibu Negara Kristiani Herawati...untuk mendapat keuntungan finansial dari posisi politiknya," tulis The Age.



Menurut The Age, kabar ini mumbul ke permukaan bertepatan dengan kunjungan Wakil Presiden Boediono hari ini ke Canberra untuk bertemu dengan Perdana Menteri ad interim, Wayne Swan, dan para pejabat setempat. Mereka diagendakan untuk membicarakan upaya-upaya mereformasi birokrasi Indonesia dari lilitan praktek korupsi.

Salah satu bocoran WikiLeaks, yang dihimpun oleh The Age, menuding bahwa tak lama setelah menjadi presiden pada 2004, Yudhoyono turut campur dalam penanganan sebuah kasus yang melibatkan suami mantan Presiden Megawati Soekarnoputri, Taufiq Kiemas.

Kiemas juga dituding telah menggunakan pengaruh istrinya sebagai Ketua Umum PDIP untuk melindunginya dari tuntutan hukum berkaitan dengan sebuah kasus, yang disebut diplomat AS dalam laporannya sebagai "korupsi yang melegenda selama kepemimpinan istrinya sebagai presiden."

Tak cuma itu, pada Desember 2004, Kedubes AS di Jakarta juga melaporkan bahwa salah satu penasehat presiden yang dianggap merupakan salah seorang informan politik paling berharga buat mereka, T.B. Silalahi, memberi informasi bahwa pejabat tinggi Kejaksaan Agung yang saat itu memimpin tim pemberantasan korupsi, Hendarman Supandji, telah mengumpulkan "bukti yang cukup atas kasus dugaan korupsi Taufiq Kiemas dan sudah menyiapkan surat penangkapan."

Namun, sebagai orang dekat Yudhoyono, Silalahi mengatakan kepada Kedubes AS bahwa Presiden SBY "secara pribadi menginstruksikan Hendarman agar tidak memburu Taufiq." Sejak itu, tidak ada lagi tindakan hukum atas Kiemas, yang kini menjadi Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat.

Tanggapan istana

Dikonfirmasi mengenai berita itu, Juru Bicara Kepresidenan Julian Aldrin Pasha mengaku sudah membacanya, baik di koran The Age maupun Sydney Morning Herald.

"Yang pasti, tentu dalam hal ini, kami sangat terkejut dengan pemberitaan tak berdasar fakta dan kebenaran itu," kata Julian kepada VIVAnews.com, Jumat, 11 Maret 2011.

Menurut Julian, berita itu tidak akurat. "Sangat disesalkan sampai surat kabar seperti The Age dan Sydney Morning Herald menulis sesuatu tanpa melakukan cross check, verifikasi," dia menegaskan.

Julian juga menyoroti bahwa nama-nama yang disebutkan dalam pemberitaan tersebut tidak diberi ruang untuk menjelaskan. Apalagi, kata Julian, dua koran tersebut merujuk semata pada WikiLeaks. "Patut disesali, karena kita tahu krediblitasnya sangat tidak bisa dipegang."

Kalaupun benar data-data tersebut bersumber dari kawat diplomatik yang yang sifatnya rahasia, Julian melanjutkan, isinya jauh dari kebenaran dan ketidakakuratan. "Semua yang membaca berita itu pasti kaget, karena ini sungguh kontroversial. Tapi seiring waktu, akan terbukti yang disebutkan itu tak lebih dari berita sampah," kata Julian. (kd)
• VIVAnews 

Wapres Boediono Menjawab Bocoran WikiLeaks
"Presiden SBY dan saya berbagi cita-cita yang sama."
Jum'at, 11 Maret 2011, 12:22 WIB

Koran Australia, The Age, menulis dugaan penyalahgunaan yang dilakukan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Nama Wakil Presiden Boediono pun ikut disebut-sebut dalam berita The Age yang mengaku mengutip data dari WikiLeaks itu.

Menanggapi ini, Boediono yang kini sedang berada di Australia menjawab melalui jejaring sosial Twitter, Jumat 11 Maret 2011. Dalam akunnya, Boediono menilai akurasi bocoran informasi WikiLeaks mengenai Presiden SBY yang beredar di media massa harus dipertanyakan.

"Sumbernya adalah catatan diplomat yang masih mentah dan tidak diverifikasi kebenarannya," demikian tulis Boediono yang sedang berada di Canberra.

Berita-berita tersebut, sambungnya, sama sekali tidak menggoyahkan keyakinannya terhadap integritas maupun kredibilitas Presiden RI. "Presiden SBY dan saya berbagi cita-cita yang sama."

Sebagai Wakil Presiden dan seseorang yang telah cukup lama bekerjasama dengan SBY, Boediono yakin dan tidak ragu sedikitpun bahwa SBY mempunyai niat tulus untuk memajukan dan menyejahterakan bangsa. "Dengan melanjutkan reformasi, memberantas korupsi, serta mewujudkan pemerintahan yang bersih."

"Demikian tweeps pernyataan saya mengenai informasi WikiLeaks, Canberra 11 Maret 2011," tulis Boediono.

Laman pembocor kawat diplomatik rahasia, WikiLeaks, kembali mengungkap informasi mengenai Indonesia. Kali ini, informasi itu menuding Presiden SBY terlibat dalam praktek korupsi dan penyalahgunaan kekuasaan, sehingga merusak reputasinya sebagai tokoh yang dianggap bersih dan reformis.

Bocoran WikiLeaks itu antara lain dipublikasikan di surat kabar Australia, The Age. Dalam edisi Jumat, 11 Maret 2011, koran itu menampilkan judul besar-besar di halaman depan, "Yudhoyono 'abused power': Cables accuse Indonesian President of corruption." Berita serupa juga dimuat harian utama Australia lainnya, Sydney Morning Herald. (umi)
• VIVAnews 


Dunia
Tanggapan Kedubes AS Soal Bocoran Wikileaks
"Pengungkapan informasi ini benar-benar sangat tidak bertanggungjawab"
Jum'at, 11 Maret 2011, 12:31 WIB

Kedutaan Besar Amerika Serikat merilis pernyataan tertulis atas kontroversi berita bocoran WikiLeaks dari Australia, yang mendiskreditkan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan para pejabat Indonesia lainnya. Duta Besar AS, Scot Marciel, juga telah memberi pernyataan kepada pers saat dipanggil Menteri Luar Negeri Indonesia, Marty Natalegawa, untuk klarifikasi atas kontroversi itu.

Menurut pernyataan Kedubes AS yang diterima VIVAnews, Jumat, 11 Februari 2011, Deplu AS tidak mengomentari materi apapun, termasuk dokumen berkatagori rahasia, yang "mungkin telah dibocorkan."

Namun, seperti dinyatakan Menlu Hillary Clinton, AS menyatakan penyesalan mendalam atas pengungkapan semua informasi yang sifatnya rahasia, termasuk pembicaraan pribadi antar mitra bicara atau penilaian atau pengamat pribadi para diplomat.

"Pengungkapan informasi ini benar-benar sangat tidak bertanggungjawab. Kami melayangkan penyesalan paling mendalam kepada Presiden Yudhoyono dan rakyat Indonesia," demikian tanggapan Kedubes AS. 

Kebijakan luar negeri AS, menurut pernyataan itu, bukanlah berdasarkan laporan-laporan seperti yang disebut di atas, namun di Washington DC. "Kebijakan kami merupakan catatan publik, seperti yang direfleksikan dalam pernyataan dan tindakan kami di penjuru dunia," demikian pernyataan Kedubes AS.

Pemerintah AS menilai, setiap pengungkapan informasi rahasia oleh WikiLeaks memiliki dampak yang buruk bagi para individu yang disebut dalam laporan yang bersangkutan dan juga mengganggu hubungan antar bangsa. "Berdasarkan potensi atas dampak itu, kami mengecam pengungkapan informasi tanpa izin dan mengambil langkah-langkah untuk mencegahnya terulang kembali," demikian pernyataan itu.

Kedubes AS juga menegaskan dukungan bagi pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Kepemimpinan Presiden Yudhoyono bagi AS sangat vital dalam mendorong kemakmuran, memperluas kemitraan antar rakyat, dan mempererat kerjasama politik dan keamanan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar