Utang Indonesia tak ada habisnya!
Rasul Arasy
http://arrahmah.com/read/2011/09/03/15044-utang-indonesia-tak-ada-habisnya.html
Sabtu, 3 September 2011 13:04:59
Hits: 2210
http://arrahmah.com/read/2011/09/03/15044-utang-indonesia-tak-ada-habisnya.html
Sabtu, 3 September 2011 13:04:59
Hits: 2210
JAKARTA (Arrahmah.com) – Beginilah luar biasanya Indonesia. Pemerintahan Orde Lama (Orla) tercatat mewariskan utang untuk negeri ini sebesar Rp 794 miliar atau setara dengan 2,4 miliar dollar Amerika Serikat atau 29 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) pada waktu itu.
Total utang tersebut adalah jumlah utang luar negeri Indonesia ke negara-negara maju. Namun meskipun pemerintahan SBY terus menggembor-gemborkan tentang pembayaran utang, nyatanya dalam empat dekade, utang Indonesia bukannya menurun, tetapi malah meningkat.
Tercatat, hingga akhir semester 1 tahun lalu, dari jumlah sekitar Rp 794 miliar pada tahun 1969, membengkak menjadi Rp 1.723 triliun atau equivalen 200,5 miliar dollar AS atau 26,1 persen terhadap PDB.
Hal tersebut berdasarkan laporan tertulis pengelolaan utang pemerintah, yang dikeluarkan Kementerian Keuangan Juli lalu.
Peningkatan utang yang sangat tajam terjadi pada akhir periode Orde Baru (Orba). Waktu itu, total utang dari Rp 552,5 triliun atau 57 persen terhadap PDB pada akhir 1998 meningkat menjadi Rp 939,5 triliun atau 85 persen terhadap PDB pada akhir 1999.
“Peningkatan utang tersebut merupakan imbas dari krisis moneter yang terjadi dan pelemahan nilai tukar yang sangat tajam pada periode itu. Utang yang dilakukan selama pemerintahan Orde Baru hampir seluruhnya merupakan utang luar negeri,” tulis laporan tersebut.
BLBI dalam laporan kepada Menteri Keuangan Agus Martowardoyo itu, menyebutkan utang tersebut berasal dari kreditor multilateral seperti World Bank (Bank Dunia), Asian Development Bank (ADB), dan Islammic Development Bank (IDB), maupun kreditor bilateral seperti Jepang, Amerika dan Jerman. Utang itu termasuk juga Kredit Ekspor (KE) bagi komersial.
“Pada akhir periode Orde Baru, pemerintah mulai menerbitkan surat utang untuk Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI) sebesar Rp100 triliun. Namun, krisis moneter yang melanda Indonesia akhir tahun 1990an mengakibatkan utang pemerintah bertambah lagi,” lanjut laporan itu.
Celakanya, dalam pemerintahan Soeharto justru harus menerbitkan surat utang lagi untuk menyelamatkan sistem perbankan. Jumlahnya tercatat sekitar Rp 650 triliun selama kurun waktu 1998-2001.
“Ditambah dengan pelemahan nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing pada penghujung pemerintahan Orba, mengakibatkan terjadinya peningkatan nilai utang luar negeri Pemerintah,” demikian laporan itu.
Bahkan hingga kini utang Indonesia pun belum benar-benar terlunasi. Belum lagi ditambah riba nya yang terus beranak setiap tahunnya. Hal tersebut toh tak membuat para pemeganga kekuasaan ‘bertekad’ membebaskan Indonesia dari hutang. Hal tersebut tampak dari ‘gaya hidup pemerintahan’ para pejabatnya.
Rapat di hotel (padahal rapat bisa juga dilakukan di gedung pemerintahan), melancong ke luar negeri tanpa hasil yang signifikan, dan rencana membangun gedung dengan anggaran tak sedikit. Maka tak heran jika hingga kini bangsa Indonesia terus diwarisi utang. (kom/arrahmah.com)
Orla Mewarisi, Orba Menambah Utang Luar Negeri
Suhartono | Robert Adhi Ksp | Jumat, 2 September 2011 | 15:25 WIB
TERKAIT:
Total utang tersebut adalah utang luar negeri Indonesia ke negara-negara maju. Namun, ternyata, dalam empat dekade, utang Indonesia justru bukannya menurun, akan tetapi justru meningkat. Hingga akhir semester 1 tahun lalu, dari jumlah sekitar Rp 794 miliar pada tahun 1969, membengkak menjadi Rp 1.723 triliun atau equivalen 200,5 miliar dollar AS atau 26,1 persen terhadap PDB.
Dari laporan tertulis pengelolaan utang pemerintah, yang dikeluarkan Kementerian Keuangan Juli lalu, yang diterima Kompas, akhir Agustus.
Peningkatan utang yang sangat tajam justru terjadi pada akhir periode Orde Baru (Orba). Waktu itu, total utang dari Rp 552,5 triliun atau 57 persen terhadap PDB pada akhir 1998 meningkat menjadi Rp 939,5 triliun atau 85 persen terhadap PDB pada akhir 1999.
"Peningkatan utang tersebut merupakan imbas dari krisis moneter yang terjadi dan pelemahan nilai tukar yang sangat tajam pada periode itu. Utang yang dilakukan selama pemerintahan Orde Baru hampir seluruhnya merupakan utang luar negeri," tulis laporan tersebut.
BLBI Lebih jauh, laporan kepada Menteri Keuangan Agus Martowardoyo itu, menyebutkan utang tersebut berasal dari kreditor multilateral seperti World Bank (Bank Dunia), Asian Development Bank (ADB), dan Islammic Development Bank (IDB), maupun kreditor bilateral seperti Jepang, Amerika dan Jerman. Utang itu termasuk juga Kredit Ekspor (KE) bagi komersial.
"Pada akhir periode Orde Baru, pemerintah mulai menerbitkan surat utang untuk Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI) sebesar Rp100 triliun. Namun, krisis moneter yang melanda Indonesia akhir tahun 1990an mengakibatkan utang pemerintah bertambah lagi," lanjut laporan itu.
Celakanya, pemerintahan Soeharto itu, justru harus menerbitkan surat utang lagi untuk menyelamatkan sistem perbankan. Jumlahnya tercatat sekitar Rp 650 triliun selama kurun waktu 1998-2001.
"Ditambah dengan pelemahan nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing pada penghujung pemerintahan Orba, mengakibatkan terjadinya peningkatan nilai utang luar negeri Pemerintah," demikian laporan itu.
Tak heran jika hingga kini bangsa Indonesia terus diwarisi utang.
Utang Indonesia Mencapai Rp 1.900 Triliun
http://webcache.googleusercontent.com/search?q=cache:s9BDVgCBOvUJ:www.indonesiabisnis.net/2011/news-berita/413/utang-indonesia-mencapai-rp-1-900-triliun.htm+utang+RI+jumlahnya+sekarang+menjadi+berapa+triliun+dolar&cd=2&hl=id&ct=clnk&gl=id&client=firefox-a
Melihat berita terhangat kekisruan utang negara-negara di amerika dan eropa yang saat ini terancam gagal bayar mengingatkan kita akan utang luar negeri Indonesia, dan seberapa besarkah jumlah utang tersebut hingga tahun ini?
Mungkin kita belum sadar bahwa jumlah utang Indonesia sudah sangat membengkak, dengan jumlah mencapai Rp 1.900 Triliun atau sekitar 214,5 miliar dolar AS saya rasa kita semua setuju bahwa jumlah ini terbilang sangat besar
LSM Koalisi Anti Utang (KAU) mendesak agar pemerintah tidak lagi mengandalkan dana yang berasal dari utang luar negeri sebagai salah satu sumber untuk membiayai pembangunan di dalam negeri.
“Semakin besar kita mengandalkan utang maka akan semakin besar bahaya yang bisa berdampak pada ekonomi nasional,” kata Ketua LSM Koalisi Anti Utang (KAU) Dani Setiawan di Jakarta, Jumat. Menurut dia, isu utang seharusnya saat ini menjadi “debat panas” di dalam DPR karena banyak hal yang harus diperhatikan terkait hal itu.
Ia mencontohkan, hal penting yang harus dicermati terkait dengan utang adalah sejauh mana jumlah cicilan pokok dan biaya yang harus dikeluarkan untuk membayar utang tersebut. Dani juga mengingatkan bahwa Indonesia juga harus belajar dari kekisruhan dalam penentuan pagu utang AS yang sempat menjadi perdebatan hangat baik di dalam tubuh pemerintah AS maupun kongres negara itu.
“Di AS terlihat isu utang menjadi krusial tetapi di Indonesia isu utang masih belum menjadi debat politik yang panas,” katanya. Sebelumnya, Kepala Biro Humas Bank Indonesia Didi A Johansyah juga menilai, total utang luar negeri Indonesia baik pemerintah maupun swasta yang terus meningkat hingga kwartal I tahun ini patut terus dicermati.
“Meski ekonomi kita stabil dan fundamental ekonomi bagus, tetapi utang luar negeri harus terus dicermati dengan mengingatkan pelaku bisnis untuk mengelola utang luar negerinya secara berhati-hati,” kata Didi di Jakarta akhir Juni lalu.
Jumlah utang luar negeri Indonesia sampai kwartal I 2011 mencapai 214,5 miliar dolar AS, meningkat 10 miliar dolar AS dibanding posisi akhir 2010. Jumlah tersebut terdiri atas utang Pemerintah sebesar 128,6 miliar dolar AS dan utang swasta 85,9 miliar dolar AS.
Sedangkan rasio utang dibanding PDB saat ini 28,2 persen lebih baik dibanding 1997/1998 sebesar 151,2 persen. Sementara rasio utang jangka pendek dibanding cadangan devisa saat ini 42,6 persen lebih baik dibanding posisi 1997/1998 sebesar 142,7 persen
REPUBLIKA
Tags: bank indonesia, berapa utang indonesia sekarang, berdagang nilam, Cadangan Devisa, Dani Setiawan, Didi A Johansyah, Ekonomi Nasional, Jumlah utang Indonesia, Jumlah utang luar negeri Indonesia sampai kwartal I 2011, Jumlah utang luar negeri Indonesia sampai kwartal I 2012, Koalis Anti Utang, KUA, Rasio Utang, total utang, total utang luar negeri, Utang Indonesia, Utang indonesia membengkak, Utang Indonesia saat ini, utang indonesia tahun 2011, utang indonesia tahun 2012, utang indonesia tahun 2013, Utang luar negeri Indonesia, Utang Negara, Utang Pemerintah, utang swasta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar