NATO manfaatkan perlawanan kelompok Islam untuk mengalahkan Gaddafi?
Althaf Jum'at, 23 September 2011 11:49:19 Hits: 173
MOSKOW (Arrahmah.com) –
Barat bergantung pada jihad dalam usaha untuk melawan pemimpin Libya, Muammar Gaddafi, seorang peneliti dari Institut Penelitian Strategis Rusia, Alexander Kuznetsov mengatakan, dikutip Interfax pada Kamis (22/9/2011).
“Untuk menggulingkan tiran Libya , terutama untuk mendapatkan akses menuju kekayaan minyak Libya dan mendirikan basis militer baru di Afrika Utara, layanan khusus Barat mulai bekerja sama dengan orang-orang yang baru saja membunuh tentara NATO di Irak dan Afghanistan ,” tulis Kuznetsov dalam artikel yang diterbitkan pada hari Rabu (21/9) dalam NG-Religii. Ia menyatakan bahwa bukan kali pertama layanan militer AS memanfaatkan jaringan Islam yang sangat bersemangat untuk melakukan jihad. Barat juga memanfaatkan kelompok jihad untuk melawan Serbia selama perang di Bosnia dan Kosovo. Menurut Kuznetov, Barat memainkan permainan yang berbahaya di Libya dengan memanfaatkan ‘bantuan ekstremis’. Dia tidak mengecualikan kemungkinan bahwa situasi di Libya dapat mengulangi peristiwa Somalia setelah diktator Siad Barre yang dilumpuhkan pada tahun 1990. “Pengaruh kuat dari Islamis di Cyrenaica memungkinkan prospek berikut: setelah mendaratkan pasukan NATO di barat Libya , perang sekutu Gaddafi melawan pemberontak Benghazi akan mulai. Al Qaeda akan mencoba untuk mendirikan pemerintahan Islam garis keras di Cyrenaica . Dan saat NATO tidak memperhitungkan kemenangan Al-Qaeda dalam rencananya maka koalisi barat harus membuka front baru yang tidak pernah berakhir dalam bingkai perang melawan terorisme,” dia lebih lanjut menulis dalam artikel. (althaf/arrahmah.com) Althaf
NATO perpanjang misinya di Libya 90 hari
Althaf
Rabu, 21 September 2011 23:33:10
Hits: 482
“Operation Unified Protector hanya diperpanjang selama 90 hari,” kata seorang diplomat yang enggan disebutkan identitasnya setelah duta besar NATO memutuskan untuk memperpanjang misinya di Libya yang sudah berlangsung selama enam bulan.
Seorang diplomat lainnya mengatakan operasi itu bisa dihentikan “setiap saat” jika komandan militer menganggap warga sipil ada dalam kondisi “aman”.
Mandat 90-hari kedua akan berakhir pada 27 September, tetapi para pemimpin Barat telah memperjelas niat mereka untuk terus menerbangkan pesawat tempur NATO selama pasukan Gaddafi masih mengancam rakyat sipil. (althaf/arrahmah.com)
Konflik Libya telan 25.000 korban jiwa
Althaf
Rabu, 21 September 2011 09:23:18
Hits: 465
TRIPOLI (Arrahmah.com) – Sekurangnya 25.000 orang tewas selama perlawanan melawan sosok kuat Muammar Gaddafi berlangsung di Libya dan 50.000 orang lainnya mengalam cedera, kata pemimpin interim Libya pada pertemuan PBB hari Selasa (20/9/2011).
Pemimpin Dewan Transisi Nasional, Mustafa Abdel Jalil, juga berterima kasih atas pendampingan serta bantuan yang diberikan oleh PBB juga negara-negara barat lainnya selama konflik berlangsung.
Jalil pun menyatakan dalam pertemuan itu bahwa rezim Gaddafi harus siap menghadapi peradilan yang ia jamin akan bersih dari kecurangan. (althaf/arrahmah.com)
Salibis NATO serang Sirte, 354 orang tewas
Althaf
Ahad, 18 September 2011 10:03:09
Hits: 1401
TRIPOLI (Arrahmah.com) –
Juru bicara Muammar Gaddafi menyatakan pada Reuters, Sabtu (17/9/2011), bahwa serangan udara salibis NATO di Sirte semalam suntuk telah menghantam sebuah bangunan sipil dan sebuah hotel, serta menyebabkan 354 orangt tewas.
Klaimnya ini belum bisa diverifikasi karena kota kelahiran Gaddafi itu telah terputus dari komunikasi sejak kejatuhan Tripoli . NATO pun belum berkomentar mengenai hal ini.
Moussa Ibrahim, melalui telepon satelit kepada Reuters di Tunis, menyatakan, “NATO menyerang kota Sirte semalam dengan menembakkan lebih dari 30 unit roket yang diarahkan ke sebuah hotel dan rumah susun Tamin yang dihuni oleh 90 kepala keluarga.”
“Hasilnya, 354 orang tewas dan 89 lainnya masih dalam proses pencarian, sementara 700 orang mengalami cedera,” lanjutnya.
Ibrahim mengatakan Gaddafi secara personal mengarahkan pejuang loyalis yang menahan pasukan pemerintah sementara di benteng yang tersisa di Libya.
“Dia memimpin semua aspek dari perjuangan ini. Ia berbicara kepada rakyatnya, dia membina, dia berdiskusi, dia mencari jalan keluar atas perlawanan ini,” katanya.
Ibrahim berkata Gaddafi berada di Libya dan yakin bahwa kemenangan akan memihak rezim diktator tersebut.
“Kami akan mampu melanjutkan perjuangan ini dan kami memiliki senjata yang cukup untuk bulan-bulan mendatang,” katanya.
“Dalam 17 hari terakhir lebih dari 2.000 penduduk kota Sirte tewas dalam serangan udara NATO,” tambahnya. (althaf/arrahmah.com)
Althaf
Rabu, 21 September 2011 09:25:48
Hits: 1092
WASHINGTON (Arrahmah.com) – Menteri Pertahanan Amerika Serikat, Leon Panetta, menyatakan bahwa Departemen Pertahanan telah menyebarkan 12 pasukan tambahan ke Tripoli untuk membantu pembukaan kembali kedutaan Amerika di ibukota Libya.
Berbicara dalam pertemuan di Pentagon pada hari Selasa (20/9/2011), Panetta mengklaim bahwa kondisi terakhir di Libya memungkinkan Amerika Serikat untuk kembali memperbaiki kerusakan di kantor kedutaan besar akibat konflik yang berlangsung selama berbulan-bulan.
Kedutaan besar AS diserang saat terjadi pertempuran sengit antara pasukan pemberontak Libya dengan pasukan loyalis diktator Muammar Gaddafi.
Penambahan terbaru ini bertentangan dengan kebijakan Presiden AS Barack Obama yang menyatakan bahwa pasukannya tidak akan sama sekali menginjakkan kaki di tanah Libya . Obama mendeklarasikan hal ini di awal operasi NATO yang dipimpin oleh negaranya akhir Maret lalu.
Salibis NATO telah melakukan ribuan serangan udara di negara tersebut yang ternyata tidak sedikit merenggut nyawa warga sipil dan kalangan revolusioner Libya . (althaf/arrahmah.com)
AS bangun pangkalan udara baru di Afrika untuk
lancarkan serangan predator
Hanin Mazaya
Kamis, 22 September 2011 07:29:31
Hits: 956
Salah satu instalasi baru sedang didirikan di Ethiopia, sekutu dekat AS yang berperang melawan Mujahidin Al Shabaab di Somalia yang menguasai sebagian besar Somalia, sementara yang lainnya didirikan di Seychelles.
Sebuah armada kecil dari apa yang disebut drone “pemburu-pembunuh” yang beroperasi dipandu dengan satelit akan siap beroperasi pada bulan ini.
Washington Post juga mengatakan Amerika Serikat telah melakukan misi pesawat tak berawak di kedua negara, Somalia dan Yaman dari Djibouti, negara kecil Afrika yang juga berusaha melemahkan kekuatan Al Qaeda di kedua negara.
Selama ini, AS telah secara teratur meluncurkan serangan drone di sepanjang perbatasan Afghanistan-Pakistan dengan dalih menargetkan Mujahidin, namun saksi di lapangan menyatakan bahwa sebagian besar korban adalah warga sipil tak bersenjata.
Kini, perkembangan Mujahidin Al Qaeda di Somalia dan Yaman semakin mengkhawatirkan AS. AS menyatakan mereka mungkin akan memulai serangan terhadap AS, untuk itu AS berusaha “menghabisi” para Mujahid itu dengan cara pengecut, yaitu menerbangkan pesawat mata-mata bersenjata yang menembakkan rudal-rudal mematikan. (haninmazaya/arrahmah.com)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar