masalah nuklir, finansial keuangan negara, tata negara, politik internasional, perselisihan mazhab, persatuan umat islam, nasionalisme, pembangunan bangsa, ketahanan nasional, hutang negara, perang dunia, timur tengah, new world order
Jumat, 11 November 2011
Sejak kolonialis datang ke tanah air, para ulama serta santrinya adalah stake holder yang paling keras melakukan perlawanan terhadap kolonial. Perang Diponegoro (1825-1830) yang dikompradori oleh para santri (Pangeran Diponegoro, Sentot Ali Basa, Kyai Mojo) berhasil meluluhlantakkan anggaran keuangan negeri Hindia Belanda hingga kas Belanda nyaris bangkrut, dan merupakan perang terbesar dalam sejarah Hindia Belanda. Data yang dihimpun oleh Ir. Arif Wibowo dalam tulisannya Diponegoro : Pangeran Santri Penegak Syari’atmenyebutkan bahwa Peter Carey dalam ceramahnya berjudul Kaum Santri dan Perang Jawa pada rombongan dosen IAIN pada tanggal 10 April 1979 di Universitas Oxford Inggris menyatakan keheranannya karena cukup banyak kyai dan santri yang menolong Diponegoro. Dalam naskah Jawa dan Belanda, Carey menemukan 108 kyai, 31 haji, 15 Syeikh, 12 penghulu yogyakarta dan 4 kyai guru yang turut berperang bersama Pangeran Diponegoro, yang nasabnya bersambung ke Sunan Ampel...... >>> ...Resolusi Jihad-1 Resoloesi N.U. Tentang Djihad fi Sabilillah Bismillahirrochmanir Rochim Resoloesi: Rapat besar wakil-wakil Daerah (Konsul 2) Perhimpoenan Nahdlatoel Oelama seluruh Djawa-Madura pada tanggal 21-22 Oktober 1945 di Surabaja. Mendengar: Bahwa di tiap2 Daerah di seluruh Djawa-Madura ternyata betapa besarnya hasrat Ummat Islam dan Alim Oelama di tempatnya masing 2 untuk mempertahankan dan menegakkan AGAMA, KEDAULATAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA MERDEKA. Menimbang: a. bahwa untuk mempertahankan dan menegakkan Negara Republik Indonesia menurut hukum agama Islam, termasuk sebagai kewajiban bagi tiap 2 orang Islam. b. bahwa di Indonesia mi warga Negaranya adalah sebagian besar terdiri dan Umat Islam. Mengingat: a. bahwa oleh pihak Belanda (NICA) dan Djepang yang datang dan berada disini telah banyak sekali didjalankan kedjahatan dan kekedjaman jang mengganggu ketentraman umum. b. bahwa semua jang dilakukan oleh mereka itu dengan maksud melanggar Kedaulatan Negara Republik Indonesia dan Agama, dan ingin kembali mendjadjah disini maka dibeberapa tempat telah terdjadi pertempuran jang mengorbankan beberapa banyak jiwa manusia. c. bahwa pertempuran 2 itu sebagian besar telah dilakukan oleh Ummat Islam jang merasa wajib menurut Agamanya untuk mempertahankan Kemerdekaan Negara dan Agamanya. d. bahwa didalam menghadapi sekalian kedjadian 2 itu perlu mendapat perintah dan tuntunan jang njata dari Pemerintah Republik Indonesia jang sesuai dengan kedjadian 2 tersebut. Memutuskan: 1. memohon dengan sangat kepada Pemerintah Republik Indonesia supaja menentukan suatu sikap dan tindakan jang njata serta sepadan terhadap usaha usaha jang akan membahajakan Kemerdekaan dan Agama dan Negara Indonesia terutama terhadap fihak Belanda dan kaki—tangannya. 2. supaja memerintahkan melandjutkan perjuangan bersifat “sabilillah” untuk tegaknya Negara Republik Indonesia Merdeka dan Agama Islam. Surabaja, 22-10-1945 HB. NAHDLATOEL OELAMA Resolusi Djihad-II NADLATOEL OELAMA “R E S 0 L U S 1” MOEKTAMAR NAHDLATOEL ‘OELAMA’ ke-XVI jadi diadakan di POERWOKERTO moelai malam hari Rebo 23 hingga malam Sabtoe Rb. ‘oetsani 1365, bertepatan dengan 26 hingga 29 Maret 1946. Mendengar: Keterangan2 tentang soesana genting jang melipoeti Indonesia sekarang, disebabkan datangja kembali kaoem pendjadjah, dengan dibantoe oleh kakitanganja jang menjeloendoep ke dalam masjarakat Indonesia: Mengingat: a. bahwa Indonesia adalah negeri Islam b. bahwa Oemmat Islam dimasa laloe telah tjoekoep menderita kedjahatan dan kezholiman kaoem pendjadjah; Menimbang: a. bahwa mereka (Kaoem Pendjajah) telah mendjalankan kekedjaman, kedjahatan dan kezholiman dibeberpa daerah daripada Indonesia. b. bahwa mereka telah mendjalankan mobilisasi (Pengerahan tenaga peperangan) oemoem, goena memeperkosa kedaoelatan Repoeblik Indonesia; Berpendapatan: Bahwa oentoek menolak bahaja pendjadjahan itoe tidak moengkin dengan djalan pembitjaraan sadja; 1. Berperang menolak dan melawan pendjadjah itoe Fardloe ‘ain (yang harus dikerdjakan oleh tiap2 orang Islam, laki2, perempoean, anak2, bersendjata atau tidak (bagi orang jang berada dalam djarak lingkaran 94 Km. Dan tempat masoek kedoedoekan moesoeh). 2. Bagi orang2 jadi berada diluar djarak lingkaran tadi, kewadjiban itu fordloe kifayah (yang tjoekoep, kalau dikerdjakan sebagian sadja). 3. Apa bisa kekoeatan dalam No. I beloem dapat mengalahkan moesoeh, maka orang2 jang berada diloar djarak lingkaran 94 Km. Wadjib berperang djoega membantoe No. 1, sehingga moesoeh kalah. 4. Kaki tangan moesoeh adalah pemetjah keboelatan teqad dan kehendak ra’jat, dan haroes dibinasakan menoeroet hoekoem Islam sabda Chadits, riwajat Moeslim. Resoloesi ini disampaikan kepada: 1. P.J.M. Presiden Repoeblik Indonesia dengan perantaraan Delegasi Moe’tamar. 2. Panglimatertinggi T.R.l. 3. M.T. Hizboellah 4. M.T. Sabilillah 5. Ra’jat Oemoem Begitu Resolusi Jihad ini dideklarasikan, para kyai beserta ribuan santrinya memenuhi bumi jihad Surabaya. Butir-butir resolusi jihad itu menunjukkan bahwa kemerdekaan Indonesia yang diproklamasikan pada 17 Agustus 1945 harus dipertahankan oleh seluruh rakyat Indonesia. Muh. Kholid A.S., redaktur pelaksana Majalah MATAN PW Muhammadiyah Jatim dalam opininya di harian Jawa Pos mengatakan, seturut dengan resolusi jihad itu, berbagai ulama meresistansi keinginan Belanda untuk kembali menjajah Indonesia. Di Jogjakarta, misalnya, Ketua PP Muhammadiyah Ki Bagus Hadikusumo menegaskan perang kemerdekaan adalah jihad fi sabilillah. Siapa saja yang belum pernah ikut berperang melawan penjajah dan bahkan hatinya tidak berhasrat, status munafik akan mengiringinya saat meninggal dunia....>>> Bismillahirrohmanirrohim.. MERDEKA!!!......>>> ......dst... selama banteng-banteng Indonesia masih mempunyai darah merah yang dapat membikin secarik kain putih merah dan putih maka selama itu tidak akan kita akan mau menyerah kepada siapapun juga Saudara-saudara rakyat Surabaya, siaplah! keadaan genting! tetapi saya peringatkan sekali lagi jangan mulai menembak baru kalau kita ditembak maka kita akan ganti menyerang mereka itukita tunjukkan bahwa kita ini adalah benar-benar orang yang ingin merdeka Dan untuk kita saudara-saudara lebih baik kita hancur lebur daripada tidak merdeka semboyan kita tetap: merdeka atau mati! Dan kita yakin saudara-saudara pada akhirnya pastilah kemenangan akan jatuh ke tangan kita sebab Allah selalu berada di pihak yang benar percayalah saudara-saudara Tuhan akan melindungi kita sekalian Allahu Akbar! Allahu Akbar! Allahu Akbar! MERDEKA!!!..>>
Pada tanggal 17 Agustus 2011, sebuah SMS masuk ke inbox HP saya, “bambu runcing mengalahkan senjata? Indonesia berhutang satu kalimat kepada Islam : pekik ALLOHU AKBAR yang diteriakkan oleh para pejuang bangsa ini”. Lama saya berpikir, kemudian teringat pada penjelasan seorang ustadz dalam sebuah ta’lim rutin mengenai sejarah bangsa yang kemarin genap merayakan 66 tahun kemerdekaannya ini. “Jika saat itu para ulama dan santri tidak turun ke medan perang 10 November 1945, negara kita akan kembali terjajah. Pekikan Takbir dan lantunanwiridan dari para kyai mewarnai medan perang. Tapi tidak banyak yang tahu tentang fakta penting ini”.
Merah putih kemerdekaan baru saja dikecap oleh bangsa Indonesia. Namun hanya berselang 3 bulan setelah Indonesia resmi berdiri sebagai sebuah nation-state (negara-bangsa) bernama RI (Republik Indonesia), tentara NICA (Netherlands Indies Civil Administration) yang membonceng tentara Inggris ingin mendekonstruksi kedaulatan RI. Pada 25 Oktober 1945 Surabaya dalam kondisi siaga satu karena tentara Inggris tiba di Pelabuhan Tanjung Perak. Pasukan berkekuatan 6.000 tentara tersebut dipimpin oleh “jagoan Perang Dunia II”, Brigadir Jenderal Mallaby, panglima brigade ke-49. Namun di medan jihad 10 November 1945, Alloh SWT memberi kematian tragis dan memalukan pada Brigadir Jenderal Mallaby. “Jagoan Perang Dunia II” yang untouchable itu berhasil dibunuh oleh para pejuang yang saat itu tengah bergelora menyambut turunnya Resolusi Jihad. Sebuah hal yang mencengangkan pasukan NICA dan Inggris; Brigadir Jenderal Mallaby yang bisa lolos dari maut di Perang Dunia II yang dahsyat itu nyatanya mampu dihabisi oleh pasukan yang baru belajar memegang senjata.
Informasi kedatangan NICA segera ditindaklanjuti oleh Sukarno. Seorang utusan dikirim untuk menghadap Hadratussyaikh Hasyim Asy’ari di Pesantren Tebuireng, Jombang. Intinya, Sukarno ingin meminta dukungan politik sekaligus militer kepada Mbah Hasyim – panggilan kyai Hasyim Asy’ari. Sebagai seorang politisi ulung, Sukarno paham betul bahwa umat Islam – wa bil khusus kyai serta santrinya - merupakan kekuatan terbesar revolusi di republik ini.
Sekadar menyegarkan ingatan, sejak kolonialis datang ke tanah air, para ulama serta santrinya adalah stake holder yang paling keras melakukan perlawanan terhadap kolonial. Perang Diponegoro (1825-1830) yang dikompradori oleh para santri (Pangeran Diponegoro, Sentot Ali Basa, Kyai Mojo) berhasil meluluhlantakkan anggaran keuangan negeri Hindia Belanda hingga kas Belanda nyaris bangkrut, dan merupakan perang terbesar dalam sejarah Hindia Belanda. Data yang dihimpun oleh Ir. Arif Wibowo dalam tulisannya Diponegoro : Pangeran Santri Penegak Syari’atmenyebutkan bahwa Peter Carey dalam ceramahnya berjudulKaum Santri dan Perang Jawapada rombongan dosen IAIN pada tanggal 10 April 1979 di Universitas Oxford Inggris menyatakan keheranannya karena cukup banyak kyai dan santri yang menolong Diponegoro. Dalam naskah Jawa dan Belanda, Carey menemukan 108 kyai, 31 haji, 15 Syeikh, 12 penghulu yogyakarta dan 4 kyai guru yang turut berperang bersama Pangeran Diponegoro, yang nasabnya bersambung ke Sunan Ampel.
Maka, menjadi konsekuensi logis jika pengalaman sejarah republik ini senantiasa memberikan sinyal kuat bahwa kekuatan basis massa pesantren tidak bisa diabaikan dalam perjuangan kemerdekaan maupun dalam menggapai cita-cita politik. Dalam situasi genting menjelang kedatangan NICA, Mbah Hasyim yang memiliki basis massa santri di Jawa dan Madura rupanya tidak kalah cepat tanggap dari Sukarno. Sebelumnya beliau sudah mengeluarkan fatwa jihad. Setelah mengadakan pertemuan dengan para kyai; yakni KH. Wahab Chasbullah, KH. Bisri Syamsuri, dan kyai-kyai lain, maka pada 22 Oktober 1945, Mbah Hasyim atas nama Pengurus Besar Nahdlatul Ulama mendeklarasikan seruan jihad fi sabilillah, yang kemudian dikenal dengan Resolusi Jihad. Adapun resolusi yang diputuskan dalam rapat para konsul NU se-Jawa itu berbunyi:
Resolusi Jihad-1
Resoloesi N.U. TentangDjihad fi Sabilillah
Bismillahirrochmanir Rochim
Resoloesi:
Rapat besar wakil-wakil Daerah (Konsul 2) Perhimpoenan Nahdlatoel Oelama seluruh Djawa-Madura pada tanggal 21-22 Oktober 1945 di Surabaja.
Mendengar:
Bahwa di tiap2 Daerah di seluruh Djawa-Madura ternyata betapa besarnya hasrat
Ummat Islam dan Alim Oelama di tempatnya masing 2 untuk mempertahankan dan
menegakkan AGAMA, KEDAULATAN NEGARA REPUBLIK INDONESIAMERDEKA.
Menimbang:
a. bahwa untuk mempertahankan dan menegakkan Negara Republik Indonesia menuruthukum agama Islam, termasuk sebagai kewajiban bagi tiap 2 orang Islam.
b. bahwa di Indonesia mi warga Negaranya adalah sebagian besar terdiri dan Umat Islam.
Mengingat:
a. bahwa oleh pihak Belanda (NICA) dan Djepang yang datang dan berada disini telah banyaksekali didjalankan kedjahatan dan kekedjaman jang mengganggu ketentraman umum.
b. bahwa semua jang dilakukan oleh mereka itu dengan maksud melanggar Kedaulatan NegaraRepublik Indonesia dan Agama, dan ingin kembali mendjadjah disini maka dibeberapatempat telah terdjadi pertempuran jang mengorbankan beberapa banyak jiwa manusia.
c. bahwa pertempuran 2 itu sebagian besar telah dilakukan oleh Ummat Islam jang merasawajib menurut Agamanya untuk mempertahankan Kemerdekaan Negara dan Agamanya.
d. bahwa didalam menghadapi sekalian kedjadian 2 itu perlu mendapat perintah dan tuntunanjang njata dari Pemerintah Republik Indonesia jang sesuai dengan kedjadian 2 tersebut.
Memutuskan:
1. memohon dengan sangat kepada Pemerintah Republik Indonesia supaja menentukan suatusikap dan tindakan jang njata serta sepadan terhadap usaha usaha jang akan membahajakanKemerdekaan dan Agama dan Negara Indonesia terutama terhadap fihak Belanda dankaki—tangannya.
2. supaja memerintahkan melandjutkan perjuangan bersifat “sabilillah” untuk tegaknya NegaraRepublik Indonesia Merdeka dan Agama Islam.
Surabaja, 22-10-1945
HB. NAHDLATOEL OELAMA
Resolusi Djihad-II
NADLATOEL OELAMA
“R E S 0 L U S 1”
MOEKTAMAR NAHDLATOEL ‘OELAMA’ ke-XVI jadi diadakan di POERWOKERTO moelai
malam hari Rebo 23 hingga malam Sabtoe Rb. ‘oetsani 1365, bertepatan dengan 26 hingga 29 Maret 1946.
Mendengar:
Keterangan2 tentang soesana genting jang melipoeti Indonesia sekarang, disebabkan datangja kembali kaoem pendjadjah, dengan dibantoe oleh kakitanganja jang menjeloendoep ke dalam masjarakat Indonesia:
Mengingat:
a. bahwa Indonesia adalah negeri Islam
b. bahwa Oemmat Islam dimasa laloe telah tjoekoep menderita kedjahatan dan kezholiman kaoem
pendjadjah;
Menimbang:
a. bahwa mereka (Kaoem Pendjajah) telah mendjalankan kekedjaman, kedjahatan dan kezholiman
dibeberpa daerah daripada Indonesia.
b. bahwa mereka telah mendjalankan mobilisasi (Pengerahan tenaga peperangan) oemoem, goena
memeperkosa kedaoelatan Repoeblik Indonesia;
Berpendapatan:
Bahwa oentoek menolak bahaja pendjadjahan itoe tidak moengkin dengan djalan pembitjaraan sadja;
1. Berperang menolak dan melawan pendjadjah itoe Fardloe ‘ain (yang harus dikerdjakan oleh
tiap2 orang Islam, laki2, perempoean, anak2, bersendjata atau tidak (bagi orang jang berada
dalam djarak lingkaran 94 Km. Dan tempat masoek kedoedoekan moesoeh).
2. Bagi orang2 jadi berada diluar djarak lingkaran tadi, kewadjiban itu fordloe kifayah (yang
tjoekoep, kalau dikerdjakan sebagian sadja).
3. Apa bisa kekoeatan dalam No. I beloem dapat mengalahkan moesoeh, maka orang2 jang berada
diloar djarak lingkaran 94 Km. Wadjib berperang djoega membantoe No. 1, sehingga moesoeh
kalah.
4. Kaki tangan moesoeh adalah pemetjah keboelatan teqad dan kehendak ra’jat, dan haroes
dibinasakan menoeroet hoekoem Islam sabda Chadits, riwajat Moeslim.
Resoloesi ini disampaikan kepada:
1. P.J.M. Presiden Repoeblik Indonesia dengan perantaraan Delegasi
Moe’tamar.
2. Panglimatertinggi T.R.l.
3. M.T. Hizboellah
4. M.T. Sabilillah
5. Ra’jat Oemoem
Begitu Resolusi Jihad ini dideklarasikan, para kyai beserta ribuan santrinya memenuhi bumi jihad Surabaya. Butir-butir resolusi jihad itu menunjukkan bahwa kemerdekaan Indonesia yang diproklamasikan pada 17 Agustus 1945 harus dipertahankan oleh seluruh rakyat Indonesia. Muh. Kholid A.S., redaktur pelaksana Majalah MATAN PW Muhammadiyah Jatim dalam opininya di harian Jawa Pos mengatakan, seturut dengan resolusi jihad itu, berbagai ulama meresistansi keinginan Belanda untuk kembali menjajah Indonesia. Di Jogjakarta, misalnya, Ketua PP Muhammadiyah Ki Bagus Hadikusumo menegaskan perang kemerdekaan adalah jihad fi sabilillah. Siapa saja yang belum pernah ikut berperang melawan penjajah dan bahkan hatinya tidak berhasrat, status munafik akan mengiringinya saat meninggal dunia.
Resolusi jihad mampu menyulap berbagai pesantren dari tempat pendidikan menjadi markas laskar Sabilillah dan Hizbullah untuk diberangkatkan ke Surabaya. Di antara alumnus dua laskar yang masyhur ikut bertempur di Surabaya adalah KH Munasir Ali, KH Yusuf Hasyim, KH Baidowi, KH Mukhlas Rowi, KH Sulanam Samsun, KH Amien, KH Anshory, dan KH Adnan Nur. Tidak lupa pula kyai Abbas dari Cirebon, kyai Maskur dan kyai Zainul Arifin turut angkat senjata. Adaby Darban, dosen sejarah UGM dan UMS dalam sebuah kuliahnya menjelaskan bahwa kedua laskar bentukan para kyai ini (Hizbullah dan Sabilillah) kemudian menjadi cikal-bakal terbentuknya Tentara Nasional Indonesia (TNI).
Wallahu ‘alam bishshawwab
*Penulis adalah Mahasiswa Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Surakarta serta Peneliti InPAS
Sabtu, 10/11/2007 14:20 WIB
Bung Tomo, 62 Tahun Terlupakan
Irwan Nugroho - detikNews
Jakarta- Hari Pahlawan merujuk pada pertempuran 10 November 1945 di
Surabaya, Jawa Timur. Kala itu Bung Tomo mengobarkan perjuangan rakyat
menentang Belanda melalui siaran radio. Telah 62 tahun berlalu, gelar Pahlawan
Nasional tidak jua disandangnya. Mulai dari Presiden Soekarno, Soeharto, BJ
Habibie, Gus Dur, Megawati, bahkan kini SBY yang masih menjabat, belum ada yang
terpikir untuk memberikan gelar penghargaan tersebut kepada almarhum pria
bernama lengkap Sutomo itu.
Usulan agar Bung Tomo diangkat menjadi Pahlawan Nasional terus
mengalir. Kali ini dari Ketua Umum DPP PAN Soetrisno Bachir yang disampaikan
usai memembuka Rakerwil I DPW PAN DKI Jakarta serta pelantikan DPC-DPC PAN
se-DKI Jakarta di Lapangan Basket Hall D, kompleks Senayan, Jakarta, Sabtu (10/11/2007).
"Kita dengar kemarin pemerintah telah memberikan penghargaan kepada
beberapa tokoh, dan ada satu yang belum, yakni Bung Tomo.
Karena itu kami mengusulkan dia juga diberi penghargaan,"
ujar pria yang akrab disebut SB ini. Diakuinya, Bung Tomo memang hanya tokoh
lokal. Namun Bung Tomo telah dikenal luas, dan jasa-jasanya terhadap bangsa ini
cukup besar. "Mungkin nanti juga akan kita usulkan melalui Fraksi PAN di
DPR," ujar SB.
Bung Tomo tercatat pernah dipenjara pada era Soeharto selama
setahun sejak 11 April 1978. Dia wafat tahun 1981 saat menunaikan ibadah haji.
Jasadnya dimakamkan setahun kemudian setelah dibawa pulang ke Ngagel, Surabaya. Bung Tomo
pernah menjabat sebagai Menteri Negara Urusan Bekas Pejuang Bersenjata/Veteran
sekaligus Menteri Sosial Ad Interim pada 1955-1956. Dia kemudian menjadi
anggota DPR dari Partai Rakyat Indonesia
pada 1956-1959. (irw/sss)
Sutomo
(Bung Tomo)
Lahir di Surabaya, Jawa Timur, 3 Oktober 1920
Meninggal di Padang Arafah, Arab Saudi, 7 Oktober 1981 pada umur 61 tahun
Bung Tomo adalah pahlawan yang
terkenal karena peranannya dalam membangkitkan semangat rakyat untuk melawan
kembalinya penjajah Belanda melalui tentara NICA, yang berakhir dengan
pertempuran 10 November 1945 yang hingga kini diperingati sebagai Hari Pahlawan.
Sutomo dilahirkan di Kampung Blauran, di pusat kotaSurabaya.
Ayahnya bernama Kartawan Tjiptowidjojo, seorang kepala keluarga dari kelas
menengah. Ia pernah bekerja sebagai pegawai pemerintahan, sebagai staf
pribadi di sebuah perusahaan swasta, sebagai asisten di kantor pajak
pemerintah, dan pegawai kecil di perusahan ekspor-impor Belanda.
Ia mengaku mempunyai pertalian darah dengan beberapa pendamping dekat
Pangeran Diponegoro yang dikebumikan di Malang.
Ibunya berdarah campuran Jawa Tengah, Sunda, dan Madura. Ayahnya adalah
seorang serba bisa. Ia pernah bekerja sebagai polisi di kotapraja, dan pernah
pula menjadi anggota Sarekat Islam, sebelum ia pindah ke Surabaya dan menjadi distributor lokal
untuk perusahaan mesin jahit Singer.
Masa muda
Sutomo dibesarkan di rumah yang
sangat menghargai pendidikan. Ia berbicara dengan terus terang dan penuh
semangat. Ia suka bekerja keras untuk memperbaiki keadaan. Pada usia 12
tahun, ketika ia terpaksa meninggalkan pendidikannya di MULO, Sutomo melakukan
berbagai pekerjaan kecil-kecilan untuk mengatasi dampak depresi yang melanda
dunia saat itu. Belakangan ia menyelesaikan pendidikan HBS-nya lewat
korespondensi, namun tidak pernah resmi lulus.
Sutomo kemudian bergabung dengan KBI (Kepanduan Bangsa Indonesia).
Belakangan Sutomo menegaskan bahwa filsafat kepanduan, ditambah dengan
kesadaran nasionalis yang diperolehnya dari kelompok ini dan dari kakeknya,
merupakan pengganti yang baik untuk pendidikan formalnya. Pada usia 17 tahun,
ia menjadi terkenal ketika berhasil menjadi orang kedua di Hindia Belanda
yang mencapai peringkat Pandu Garuda. Sebelum pendudukan Jepang
Pemimpin Perjuangan Pertempuran Surabaya 10 November 1945
Sutomo pernah menjadi seorang jurnalis yang sukses. Kemudian ia bergabung dengan
sejumlah kelompok politik dan sosial. Ketika ia terpilih pada 1944 untuk
menjadi anggota Gerakan Rakyat Baru yang disponsori Jepang, hampir tak
seorang pun yang mengenal dia. Namun semua ini mempersiapkan Sutomo untuk
peranannya yang sangat penting, ketika pada Oktober dan November 1945, ia
menjadi salah satu Pemimpin yang menggerakkan dan membangkitkan semangat
rakyat Surabaya, yang pada waktu itu Surabaya diserang habis-habisan oleh
tentara-tentara NICA.
Sutomo terutama sekali dikenang
karena seruan-seruan pembukaannya di dalam siaran-siaran radionya yang penuh
dengan emosi.
Meskipun Indonesia kalah
dalam Pertempuran 10 November itu, kejadian ini tetap dicatat sebagai salah
satu peristiwa terpenting dalam sejarah Kemerdekaan Indonesia.
Setelah kemerdekaan
Setelah kemerdekaan Indonesia,
Sutomo sempat terjun dalam dunia politik pada tahun 1950-an, namun ia tidak
merasa bahagia dan kemudian menghilang dari panggung politik. Pada akhir masa
pemerintahan Soekarno dan awal pemerintahan Suharto yang mula-mula
didukungnya, Sutomo kembali muncul sebagai tokoh nasional.
Padahal, berbagai jabatan kenegaraan penting pernah disandang Bung Tomo. Ia
pernah menjabat Menteri Negara Urusan Bekas Pejuang Bersenjata/Veteran
sekaligus Menteri Sosial Ad Interim pada 1955-1956 di era Kabinet Perdana
Menteri Burhanuddin Harahap. Bung Tomo juga tercatat sebagai anggota DPR pada
1956-1959 yang mewakili Partai Rakyat Indonesia.
Namun pada awal 1970-an, ia kembali berbeda pendapat dengan pemerintahan Orde
Baru. Ia berbicara dengan keras terhadap program-program Suharto sehingga
pada 11 April 1978 ia ditahan oleh pemerintah Indonesia yang tampaknya khawatir
akan kritik-kritiknya yang keras. Baru setahun kemudian ia dilepaskan oleh
Suharto. Meskipun semangatnya tidak hancur di dalam penjara, Sutomo tampaknya
tidak lagi berminat untuk bersikap vokal.
Ia masih tetap berminat terhadap masalah-masalah politik, namun ia tidak
pernah mengangkat-angkat peranannya di dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia. Ia
sangat dekat dengan keluarga dan anak-anaknya, dan ia berusaha keras agar
kelima anaknya berhasil dalam pendidikannya.
Sutomo sangat bersungguh-sungguh dalam kehidupan imannya, namun tidak
menganggap dirinya sebagai seorang Muslim saleh, ataupun calon pembaharu
dalam agama. Pada 7 Oktober 1981 ia meninggal dunia di Padang Arafah, ketika
sedang menunaikan ibadah haji. Berbeda dengan tradisi untuk memakamkan para
jemaah haji yang meninggal dalam ziarah ke tanah suci, jenazah Bung Tomo
dibawa kembali ke tanah air dan dimakamkan bukan di sebuah Taman Makam
Pahlawan, melainkan di Tempat Pemakaman Umum Ngagel di Surabaya.
Selamat Hari pahlawan 10 November
Gelar Pahlawan Nasional
Setelah pemerintah didesak oleh Gerakan Pemuda (GP) Ansor dan Fraksi Partai
Golkar (FPG) agar memberikan gelar pahlawan kepada Bung Tomo pada 9 November
2007.[2] Akhirnya gelar pahlawan nasional diberikan ke Bung Tomo bertepatan
pada peringatan Hari Pahlawan tanggal 10 November 2008. Keputusan ini
disampaikan oleh Menteri Komunikasi dan Informatika Kabinet Indonesia
Bersatu, Muhammad Nuh pada tanggal 2 November 2008 di Jakarta
Berikut Adalah pidato bung Tomo yang membakar semangat
Naskah pidato Bung Tomo ini saya tulis berdasarkan video pidato Bung Tomo yang saya dapatkan dari YouTube. Saya tidak menjamin keotentikan suara Bung Tomo yang ada di dalam video tersebut.
Bismillahirrohmanirrohim.. MERDEKA!!!
Saudara-saudara rakyat jelata di seluruh Indonesia terutama saudara-saudara penduduk kota Surabaya kita semuanya telah mengetahui bahwa hari ini tentara inggris telah menyebarkan pamflet-pamflet yang memberikan suatu ancaman kepada kita semua kita diwajibkan untuk dalam waktu yang mereka tentukan menyerahkan senjata-senjata yang telah kita rebut dari tangannya tentara jepang mereka telah minta supaya kita datang pada mereka itu dengan mengangkat tangan mereka telah minta supaya kita semua datang pada mereka itu dengan membawa bendera puitih tanda bahwa kita menyerah kepada mereka
Saudara-saudara di dalam pertempuran-pertempuran yang lampau kita sekalian telah menunjukkan bahwa rakyat Indonesia di Surabaya pemuda-pemuda yang berasal dari Maluku pemuda-pemuda yang berawal dari Sulawesi pemuda-pemuda yang berasal dari Pulau Bali pemuda-pemuda yang berasal dari Kalimantan pemuda-pemuda dari seluruh Sumatera pemuda Aceh, pemuda Tapanuli, dan seluruh pemuda Indonesia yang ada di surabaya ini di dalam pasukan-pasukan mereka masing-masing dengan pasukan-pasukan rakyat yang dibentuk di kampung-kampung telah menunjukkan satu pertahanan yang tidak bisa dijebol telah menunjukkan satu kekuatan sehingga mereka itu terjepit di mana-mana
hanya karena taktik yang licik daripada mereka itu saudara-saudara dengan mendatangkan presiden dan pemimpin2 lainnya ke Surabaya ini maka kita ini tunduk utuk memberhentikan pentempuran tetapi pada masa itu mereka telah memperkuat diri dan setelah kuat sekarang inilah keadaannya
Saudara-saudara kita semuanya kita bangsa indonesia yang ada di Surabaya ini akan menerima tantangan tentara inggris itu dan kalau pimpinan tentara inggris yang ada di Surabaya ingin mendengarkan jawaban rakyat Indoneisa ingin mendengarkan jawaban seluruh pemuda Indoneisa yang ada di Surabaya ini dengarkanlah ini tentara inggris ini jawaban kita ini jawaban rakyat Surabaya ini jawaban pemuda Indoneisa kepada kau sekalian
hai tentara inggris kau menghendaki bahwa kita ini akan membawa bendera putih untuk takluk kepadamu kau menyuruh kita mengangkat tangan datang kepadamu kau menyuruh kita membawa senjata2 yang telah kita rampas dari tentara jepang untuk diserahkan kepadamu tuntutan itu walaupun kita tahu bahwa kau sekali lagi akan mengancam kita untuk menggempur kita dengan kekuatan yang ada tetapi inilah jawaban kita: selama banteng-banteng Indonesia masih mempunyai darah merah yang dapat membikin secarik kain putih merah dan putih maka selama itu tidak akan kita akan mau menyerah kepada siapapun juga
Saudara-saudara rakyat Surabaya, siaplah! keadaan genting! tetapi saya peringatkan sekali lagi jangan mulai menembak baru kalau kita ditembak maka kita akan ganti menyerang mereka itukita tunjukkan bahwa kita ini adalah benar-benar orang yang ingin merdeka
Dan untuk kita saudara-saudara lebih baik kita hancur lebur daripada tidak merdeka semboyan kita tetap: merdeka atau mati!
Dan kita yakin saudara-saudara pada akhirnya pastilah kemenangan akan jatuh ke tangan kita sebab Allah selalu berada di pihak yang benar percayalah saudara-saudara Tuhan akan melindungi kita sekalian
Tidak ada komentar:
Posting Komentar