Tragedi Pembunuhan Usman Dalam Tarikh Al Khulafa
Posted on Februari 15, 2009 by secondprince
http://secondprince.wordpress.com/2009/02/15/tragedi-pembunuhan-usman-dalam-tarikh-al-khulafa/
Tragedi Pembunuhan Usman Dalam Tarikh Al Khulafa
Kitab Tarikh Al Khulafa adalah salah satu dari kitab sejarah para khalifah yang sering diandalkan oleh para Salafiyun. Kitab ini merupakan karya seorang Ulama Sunni kenamaan yang tidak diragukan keilmuannya yaitu Al Hafiz Jalaludin As Suyuthi. Salah satu hal yang cukup mengherankan menarik adalah kitab ini tidak sedikitpun menyinggung Peran Abdullah bin Saba’ dalam pengepungan dan pembunuhan Usman. Hal ini sangat kontras sekali dengan para Salafiyun yang tidak henti-hentinya menebar dongeng Abdullah bin Saba’ sebagai faktor utama dalam tragedi pembunuhan Usman bin Affan. Begitulah memang dan Tulisan kali ini akan menunjukkan bahwa apa yang ada dalam kitab Tarikh Al Khulafa adalah serangan yang telak bagi para Salafiyun
Kitab Tarikh Al Khulafa adalah salah satu dari kitab sejarah para khalifah yang sering diandalkan oleh para Salafiyun. Kitab ini merupakan karya seorang Ulama Sunni kenamaan yang tidak diragukan keilmuannya yaitu Al Hafiz Jalaludin As Suyuthi. Salah satu hal yang cukup mengherankan menarik adalah kitab ini tidak sedikitpun menyinggung Peran Abdullah bin Saba’ dalam pengepungan dan pembunuhan Usman. Hal ini sangat kontras sekali dengan para Salafiyun yang tidak henti-hentinya menebar dongeng Abdullah bin Saba’ sebagai faktor utama dalam tragedi pembunuhan Usman bin Affan. Begitulah memang dan Tulisan kali ini akan menunjukkan bahwa apa yang ada dalam kitab Tarikh Al Khulafa adalah serangan yang telak bagi para Salafiyun
.
Sahabat Nabi Ikut Mengepung
Sebelumnya kami telah menuliskan bahwa Para sahabat Nabi ikut serta dalam pengepungan rumah Khalifah Usman RA. Hal ini ternyata juga dapat dilihat dalam kitab Tarikh Al Khulafa 1/61
وأخرج
البخاري عن أبي عبد الرحمن السلمي أن عثمان حين حوصر أشرف عليهم فقال:
أنشدكم بالله ولا أنشد إلا أصحاب النبي صلى الله عليه وسلم ألستم تعلمون أن
رسول الله صلى الله عليه وسلم قال: من جهز جيش العسرة فله الجنة فجهزتهم
ألستم تعلمون أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال: من حفر بئر رومة فله
الجنة؟ فحفرتها فصدقوه بما قال.
Imam
Bukhari meriwayatkan dari Abu Abdurrahman As Sulami bahwa ketika Usman
dikepung dia melihat kepada orang-orang yang mengepungnya kemudian
berkata ”Aku meminta kalian bersumpah kepada Allah dan tidaklah aku meminta sumpah ini kecuali kepada Sahabat–sahabat Nabi SAW,
Tidakkah kalian tahu bahwa Rasulullah SAW pernah bersabda ’barang siapa
yang mempersiapkan perbekalan bagi pasukan Usrah maka dia memperoleh
surga’. Lalu saya mempersiapkannya. Bukankah kalian juga tahu bahwa
Rasulullah SAW bersabda ’barang siapa yang menggali sumur Rumata maka
dia akan masuk surga’. Lalu saya menggali sumur itu. Orang-orang yang
mengepung Usman itu membenarkan apa yang ia katakan.
Al Hafiz Jalaludin As Suyuthi
mengutip hadis riwayat Bukhari dimana Usman RA meminta kesaksian mereka
yang mengepungnya atas keutamaan-keutamaan yang ia miliki. Perhatikan
kata-kata yang dicetak tebal, kata-kata itu dengan jelas menunjukkan
bahwa Usman meminta kesaksian sahabat-sahabat Nabi yang ikut
mengepungnya. Hadis di atas dapat dilihat dalam Shahih Bukhari 4/13 hadis no 2778.
Tentu saja riwayat ini menolak semua omong kosong yang menyatakan kalau dalang pengepungan Usman adalah Abdullah bin Saba’.
Apakah para sahabat Nabi itu dengan mudahnya dipermainkan oleh seorang
Abdullah bin Saba’. Sepertinya para Salafiyun itu harus berhenti untuk
membodohi orang awam dengan menutup-nutupi sejarah yang sudah hitam.
Cukup terima apa adanya dan tidak perlu mendistorsi sejarah demi
melindungi doktrin generasi emas para Sahabat Nabi.
.
.
Pandangan Az Zuhri
Tidak perlu salah paham, saya tidak
menjelek-jelekkan siapapun. Cukup kita menerima apa yang sudah terjadi.
Apakah sulit untuk menerima kalau para Sahabat Nabi bisa melakukan
kekeliruan yang terkadang berakibat fatal. Bukankah tidak ada satupun
dalil yang menyatakan kalau para Sahabat Nabi itu selalu berada dalam
kebenaran. Mari kita lihat apa yang dikatakan oleh Az Zuhri seorang Ulama hadis terkenal yang dikutip dalam Tarikh Al Khulafa 1/63
قال
الزهري ولي عثمان الخلافة اثنتي عشرة سنة يعمل ست سنين لا ينقم الناس عليه
شيئاً وإنه لأحب إلى قريش من عمر بن الخطاب لأن عمر كان شديداً عليهم فلما
وليهم عثمان لان لهم ووصلهم ثم توانى في أمرهم واستعمل أقرباءه وأهل بيته
في الست الأواخر وكتب لمروان بخمس إفريقية وأعطى أقرباءه وأهل بيته المال
وتأول في ذلك الصلة التي أمر الله بها وقال إن أبا بكر وعمر تركا من ذلك ما
هو لهما وإن أخذته فقسمته في أقربائي فأنكر الناس عليه ذلك أخرجه ابن سعد.
Az Zuhri
berkata ”Usman memangku khilafah selama dua belas tahun. Selama enam
tahun pemerintahannya tidak ada seorang pun yang menyatakan kebencian
kepadanya. Sebab dia adalah orang yang lebih disenangi orang Quraisy
daripada Umar bin Khattab sebab Umar sangat keras dan tegas kepada
mereka. Ketika Usman berkuasa, dia bersikap lunak kepada mereka dan
menyambungkan semua hubungan dengan mereka. Namun kemudian setelah ia
bersikap lamban dalam menyelesaikan perkara mereka. Lalu dia mengangkat
kerabat-kerabat dekatnya dalam enam tahun terakhir. Dia memberi
kekuasaan kepada Marwan seperlima dari wilayah Afrika. Dia juga
memberikan harta kepada kerabat-kerabat dekatnya dari Baitul Mal. Dia
menafsirkan ini sebagai hubungan tali silaturahmi seperti yang Allah
perintahkan. Dia berkata ”sesungguhnya Abu Bakar dan Umar tidak
mengambil hak mereka. Namun saya mengambil apa yang menjadi hak saya dan
saya bagikan kepada saudara-saudara dekatku”. Orang-orang pada saat itu
mengingkarinya, ini diriwayatkan oleh Ibnu Saad.
saya katakan : Az Zuhri
seorang Ulama kebanggaan kaum Salafiyun tidak segan-segan mengatakan apa
yang dilakukan Usman dalam pemerintahannya. Jika dilihat dengan baik,
sebenarnya apa yang dilakukan oleh Usman yaitu mengangkat
kerabat-kerabat dekatnya dalam kekuasaan agak bernuansa nepotisme,
benarkah?. Silakan pikirkan sendiri
.
.
Pandangan Ibnu Musayyab
Sebelum Az Zuhri, seorang tabiin yang terkenal keilmuannya Said bin Al Musayyab juga mengatakan hal yang sama. Lebih tepatnya Az Zuhri hanya mengulang apa yang ia dapatkan dari Ibnu Musayyab. Lihat Tarikh Al Khulafa 1/64
وأخرج
ابن عساكر من وجه آخر عن الزهري قال: قلت سعيد بن المسيب: هل أنت مخبري
كيف كان قتل عثمان وما كان شأن الناس وشأنه؟ ولم خذله أصحاب محمد صلى الله
عليه وسلم؟
Ibnu
Asakir meriwayatkan dari jalur yang lain dari Az Zuhri yang berkata
”saya bertanya pada Said bin Al Musayyab ’apakah anda bisa menceritakan
kepadaku bagaimana Usman dibunuh dan bagaimana sikap dia dan sikap
manusia, serta mengapa Sahabat-sahabat Rasulullah tidak membelanya?.
Tanggapan saya : Sepertinya dalam pandangan Az Zuhri sahabat-sahabat Rasulullah SAW tidak membela Usman. Seandainya pandangan Az Zuhri ini salah, maka sudah tentu Ibnu Musayyab yang terkenal keilmuannya itu akan membantah Az Zuhri.
Anehnya alih-alih menyalahkan Az Zuhri, Ibnu Musayyab malah memberikan
alasan bahwa banyak sahabat Nabi yang tidak menyukai pemerintahan Usman.
Sepertinya Ibnu Musayyab membenarkan anggapan Az Zuhri bahwa para sahabat tidak membela Usman. Berikut apa yang dikatakan Ibnu Musayyab
فقال
ابن المسيب: قتل عثمان مظلوماً ومن قتله كان ظالماً ومن خذله كان معذوراً
فقلت: كيف كان ذلك؟ قال إن عثمان لما ولي كره ولايته نفر من الصحابة لأن
عثمان كان يحب قومه فولى الناس اثنتي عشرة سنة وكان كثيراً ما يولي بني
أمية ممن لم يكن له مع رسول الله صلى الله عليه وسلم صحبة فكان يجيء من
أمرائه ما ينكره أصحاب محمد وكان عثمان يستعتب فيهم فلا يعزلهم وذلك في سنة
خمس وثلاثين فلما
Ibnu
Musayyab berkata ”Sesungguhnya ketika Usman memerintah, ada sebagian
sahabat yang tidak suka pemerintahannya sebab Usman lebih condong kepada
kaumnya. Dia menjabat khalifah selama dua belas tahun. Yang diangkat
sebagai pejabat pemerintahan kebanyakan berasal dari bani Umayyah yang
tidak pernah hidup bersama Rasulullah SAW. Orang-orang yang menjabat itu
tidak disenangi oleh para Sahabat Rasulullah. Usman dicela oleh para
sahabat karena mengangkat mereka tetapi Usman tidak memecat mereka. Ini
terjadi pada tahun 35 H.
Tanggapan saya : Tidak hanya itu, bahkan Ibnu Musayyab menceritakan sesuatu yang lebih berat yang terjadi pada pemerintahan Usman. Di antaranya pengangkatan Abdullah bin Abi Sarh dan
percekcokan Usman dengan Ibnu Mas’ud, Abu Dzar dan Ammar bin Yasir.
Percekcokan ini bukan masalah biasa dan sepertinya merupakan masalah
besar sampai-sampai kabilah-kabilah Ibnu Mas’ud, Abu Dzar dan Ammar bin
Yasir menyimpan dendam terhadap Usman. Inti dari pernyataan Ibnu
Musayyab adalah Para sahabat memang berselisih dengan Usman tentang apa-apa yang ia lakukan dalam pemerintahannya.
Anehnya para Salafiyun sering berakrobat kalau hal ini hanyalah sejarah
rekaan orientalis dan distorsi orang-orang sesat. Padahal cerita-cerita
ini terdapat dalam Tarikh Al Khulafa 1/64 dimana Al Hafiz As Suyuthi hanya mengutip perkataan Ibnu Musayyab. Jadi yang orientalis dan sesat itu sebenarnya siapa? As Suyuthi atau Ibnu Musayyab. Inilah kata-kata Ibnu Musayyab tersebut
كان
في الست الأواخر استأثر بني عمه فولاهم وما أشرك معهم وأمرهم بتقوى الله
فولى عبد الله ابن أبي سرح مصر فمكث عليها سنين فجاء أهل مصر يشكونه
ويتظلمون منه وقد كان قبل ذلك من عثمان هنأة إلى عبد الله بن مسعود وأبي ذر
وعمار بن ياسر فكانت بنو هذيل وبنو زهرة في قلوبهم ما فيها لحال ابن مسعود
وكانت بنو غفار وأحلافها ومن غضب لأبي ذر في قلوبهم ما فيها وكانت بنو
مخزوم قد حنقت على عثمان لحال عمار بن ياسر
Saat
enam tahun terakhir Usman lebih mengutamakan anak-anak pamannya, banyak
diantara mereka yang diangkat sebagai pejabat juga. Dia memerintahkan
mereka untuk bertakwa kepada Allah SWT. Dia mengangkat Abdullah bin Abi
Sarh menjadi gubernur Mesir. Dia menjabat selama dua tahun. Orang-orang
Mesir datang mengadukan masalah yang mereka hadapi dan mereka merasa
dizalimi oleh Abdullah bin Abi Sarh. Sedangkan sebelumnya telah terjadi
percekcokan antara Usman dan Ibnu Mas’ud, Abu Dzar Al Ghiffari dan Ammar
bin Yasir. Oleh sebab itu ada semacam bara yang menggumpal di kalangan
bani Hudzail dan Bani Zuhrah terhadap Usman atas perlakuannya kepada
Ibnu Mas’ud. Bani Ghifar dan sekutu-sekutunya serta mereka yang membela
Abu Dzar juga menyimpan dendam kepada Usman. Bani Makhzum juga merasa
tercekik melihat apa yang dilakukan Usman terhadap Ammar bin Yasir.
saya berkata : Selain itu Ibnu Musayyab juga mengatakan kalau para Sahabat besar seperti Thalhah, Aisyah dan Ali juga ikut mengkritik pemerintahan Usman.
فخرج
من أهل مصر سبعمائة رجل فنزلوا المسجد وشكوا إلى الصحابة في مواقيت الصلاة
ما صنع ابن أبي سرح بهم فقام طلحة بن عبيد الله فكلم عثمان بكلام شديد
وأرسلت عائشة رضي الله عنها إليه فقالت: تقدم إليك أصحاب محمد صلى الله
عليه وسلم وسألوك عزل هذا الرجل فأبيت؟ فهذا قد قتل منهم رجلاً فأنصفهم من
عاملك ودخل عليه على بن أبي طالب فقال إنما يسألونك رجلا مكان رجل وقد
ادعوا قبله دماً فأعزله عنهم واقض بينهم فإن وجب عليه حق فأنصفهم منه
Sekitar
700 orang Mesir datang ke Madinah. Mereka memasuki Masjid Nabawi. Mereka
mengadukan kepada para sahabat di waktu-waktu shalat mengenai perlakuan
jahat Abdullah bin Abi Sarh. Thalhah bin Ubadillah berdiri dan
mengucapkan perkataan yang sangat kasar kepada Usman. Aisyah kemudian
mengirim surat kepada usman yang isinya ”Sahabat Rasulullah datang
kepadamudan memintamu memecat orang itu, namun kamu tidak mau
memecatnya. Padahal salah seorang diantara mereka telah dibunuh oleh
pejabat yang kamu angkat, maka berlaku adillah kamu”. Ali juga datang
kepada Usman dan berkata ”Sesungguhnya mereka memintamu untuk
menggantikan orang itu dengan orang lain dan mereka mengatakan bahwa
pejabatmu itu telah menumpahkan darah. Maka pecatlah orang itu dan
putuskanlah diantara mereka. Jika ada hal yang wajib diberlakukan
padanya maka berlaku adillah”.
Saya katakan : Semua
keterangan ini sudah cukup untuk menggambarkan situasi pemerintahan
Usman pada saat itu dimana terdapat perselisihan yang besar antara para
Sahabat Nabi dengan sang khalifah Usman. Pada akhirnya Usman bersedia
memecat Abdullah bin Abi Sarh dan memberikan pilihan bagi orang-orang
Mesir untuk mengangkat gubernur bagi mereka. Merekapun mengusulkan Muhammad bin Abu Bakar sebagai gubernur dan Usman menyetujuinya.
.
.
Surat Misterius
Nah tibalah kita pada peristiwa yang
memicu pengepungan dan pembunuhan Usman bin Affan RA yaitu setelah
rombongan Muhammad bin Abu Bakar melakukan perjalanan ke Mesir mereka
dikejutkan dengan adanya surat misterius dari pelayan Usman yang isinya
sangat menggemparkan siapapun yang membacanya. Surat ini membuat
rombongan Muhammad bin Abu Bakar kembali ke Madinah untuk meminta
pertanggungjawaban Usman. Kalau sejarah versi Salafiyun mereka
mengatakan bahwa surat tersebut adalah buatan orang-orang munafik
pengikut Abdullah bin Saba’ sedangkan dalam Tarikh Al Khulafa 1/64 anda akan melihat versi yang benar-benar berbeda. Berikut kisah surat misterius tersebut
فقال
لهم اختاروا رجلا أوليه عليكم مكانه فأشار الناس عليه بمحمد بن أبي بكر
فقالوا استعمل علينا محمد بن أبي بكر فكتب عهده وولاه وخرج معهم عدد من
المهاجرين والأنصار ينظرون فيما بين أهل مصر وابن أبي سرح
Usman
kemudian berkata kepada mereka ”pilihlah orang yang kalian sukai dan
akan saya jadikan ia pemimpin bagi kalian sebagai pengganti Abdullah bin
Abi Sarh. Orang-orang itu meminta Muhammad bin Abu Bakar. Usman
kemudian menulis keputusan untuk mengangkat Muhammad bin Abu Bakar
sebagai gubernur. Di saat itu ada beberapa muhajirin dan anshar yang
melihat apa yang terjadi antara penduduk Mesir dan Ibnu Abi Sarh.
فخرج
محمد ومن معه فلما كان على مسيرة ثلاثة أيام من المدينة إذا هم بغلام أسود
على بعير يخبط البعير خبطاً كأنه رجل يطلب أو يطلب فقال له أصحاب محمد صلى
الله عليه وسلم ما قصتك وما شأنك؟ كأنك هارب أو طالب فقال لهم أنا غلام
أمير المؤمنين وجهني إلى عامل مصر فقال له رجل: هذا عامل مصر قال ليس هذا
أريد وأخبر بأمره محمد بن أبي بكر فبعث في طلبه رجلا فأخذه فجاء به إليه
فقال غلام من أنت فأقبل مرة يقول أنا غلام أمير المؤمنين ومرة يقول أنا
غلام مروان حتى عرفه رجل أنه لعثمان
Muhammad
dan orang-orangnya pergi menuju Mesir. Setelah berjalan selama tiga
hari mereka dikejutkan oleh seorang pelayan berkulit hitam yang
menunggang Unta dan memukulnya dengan lecutan keras seolah-olah sedang
dikejar atau mengejar seseorang. Sahabat-sahabat Muhammad bin Abu Bakar
berkata ”ada apa denganmu seolah-olah engkau sedang dikejar atau
mengejar seseorang?”. Orang itu berkata ”saya adalah pelayan amirul
mukminin yang diperintahkan untuk menemui gubernur Mesir”. Salah seorang
sahabat Muhammad bin Abu Bakar berkata”bukankah gubernur Mesir ada
disini?”. Orang itu berkata ”bukan dia”. Muhammad bin Abu Bakar
diberitahu kedatangan orang itu. Dia kemudian memanggilnya dan orang
itupun dibawa menghadap Muhammad bin Abu Bakar. Dia berkata ”siapa
engkau wahai pelayan”?. Orang itu menjawab ”saya adalah pelayan amirul
mukminin” namun dia juga berkata ”saya adalah pelayan Marwan bin Hakam”.
Kemudian orang-orang yang ada disitu memeriksanya dan akhirnya mereka
mengetahui kalau dia adalah pelayan Usman.
فقال
له محمد إلى من أرسلت قال إلى عامل مصر قال بماذا قال برسالة قال معك كتاب
قال لا ففتشوه فلم يجدوا معه كتاباً وكانت معه إداوة قد يبست فيها شيء
يتقلقل فحركوه ليخرج فلم يخرج فشقوا الإداوة فإذا فيها كتاب من عثمان إلى
ابن أبي سرح فجمع محمد من كان عنده من المهاجرين والأنصار وغيرهم ثم فك
الكتاب بمحضر منهم فإذا فيه:
Muhammad
bin Abu Bakar berkata ”kepada siapa engkau diutus?”. Jawabnya ”saya
diutus menemui gubernur Mesir”. Muhammad berkata ”dengan apa engkau
diutus”. Jawabnya ”saya membawa sepucuk surat”. Muhammad bertanya
”Apakah kau membawa surat itu”. Orang itu menjawab ”tidak”. Mereka
memeriksa orang itu, namun tidak ada surat yang dimaksud. Orang itu
membawa kantong kulit kering yang di dalamnya ada sesuatu yang
bergerak-gerak. Para sahabat Muhammad menggoncangkan kantong tersebut
tetapi isinya tidak keluar juga. Akhirnya mereka menyobek kantong
tersebut dan didalamnya ada surat yang dikirim Usman untuk Ibnu Abi
Sarh. Muhammad bin Abu Bakar kemudian mengumpulkan orang anshar
muhajirin dan beberapa orang lainnya. Lalu dia membuka surat tersebut di
hadapan orang-orang dan di dalamnya tertulis
إذا
أتاك محمد وفلان وفلان فاحتل في قتلهم وأبطل كتابه وقر على عملك حتى يأتيك
رأيي واحبس من يجيء إلى يتظلم منك ليأتيك رأيي في ذلك إن شاء الله تعالى
Jika
datang Muhammad bin Abu Bakar dan Fulan dan Fulan maka bunuhlah Mereka
dan batalkan isi surat yang dia bawa. Dan tetaplah kamu bertugas pada
jabatanmu sekarang hingga datang perintahku. Penjarakan orang-orang yang
datang kepadaku yang mengatakan bahwa dia dizalimi olehmu, hingga aku
perintahkan hal lain untukmu, insya Allah.
فلما
قرأوا الكتاب فزعوا وأزمعوا فرجعوا إلى المدينة وختم محمد الكتاب بخواتيم
نفر كانوا معه ودفع الكتاب إلى رجل منهم وقدموا المدينة فجمعوا طلحة
والزبير وعلياً وسعداً ومن كان من أصحاب محمد صلى الله عليه وسلم ثم فضوا
الكتاب بمحضر منهم وأخبروهم بقصة الغلام وأقرأوهم الكتاب فلم يبق أحد من
أهل المدينة إلا حنق على عثمان وزاد ذلك من كان غضب لابن مسعود وأبي ذر
وعمار بن ياسر حنقاً وغيظاً وقام أصحاب محمد صلى الله عليه وسلم فلحقوا
بمنازلهم ما منهم أحد إلا وهو مغتم لما قرأوا الكتاب
Setelah
membaca surat tersebut, mereka sangat terkejut. Mereka bingung dan
akhirnya kembali ke Madinah. Muhammad bin Abu Bakar menandai surat
tersebut dengan tanda tangannya dan tanda tangan beberapa orang yang
hadir bersamanya. Kemudian menyerahkan surat itu pada salah seorang
diantara mereka. Di Madinah, mereka mengumpulkan Thalhah, Zubair, Ali,
Sa’ad dan sahabat-sahabat Rasulullah yang lain. Kemudian mereka membuka
surat itu serta menceritakan soal pelayan hitam tersebut. Mereka
membacakan surat tersebut kepada orang yang hadir. Isi surat tersebut
menjadikan tak ada seorangpun penduduk Madinah yang tidak membenci
Usman. Hal ini juga menimbulkan kemarahan orang-orang yang mendukung
Ibnu Mas;ud, Abu Dzar dan Ammar bin Yasir. Sahabat-sahabat Rasulullah
kembali kerumahnya dan tidak ada seorangpun yang membaca surat tersebut
yang tidak merasa jengkel.
وحاصر الناس عثمان سنة خمس وثلاثين وأجلب عليه محمد بن أبي بكر ببني تيم
وغيرهم فلما رأى ذلك علي بعث إلى طلحة والزبير وسعد وعمار ونفر من الصحابة
كلهم بدري ثم دخل على عثمان ومعه الكتاب والغلام والبعير فقال له علي هذا
الغلام غلامك قال نعم قال والبعير بعيرك قال: نعم قال: فأنت كتبت هذا
الكتاب قال: لا وحلف بالله ما كتبت هذا الكتاب ولا أمرت به ولا علم لي به
قال له علي: فالخاتم خاتمك قال: نعم قال: فكيف يخرج غلامك ببعيرك وبكتاب
عليه خاتمك لا تعلم به؟ فحلف بالله ما كتبت هذا الكتاب ولا أمرت به ولا وجهت هذا الغلام إلى مصر
Orang-orang
kemudian mengepung Usman pada tahun 35 H. Muhammad bin Abu Bakar
menarik dukungan dari bani Taim dan yang lainnya. Ketika melihat
persitiwa itu Ali mengutus orang untuk menemui Thalhah, Zubair, Sa’ad
dan Ammar serta sahabat-sahabat Rasulullah yang lain dari Ahlu Badar.
Ali datang menemui Usman bersama surat dan pelayan hitam tersebut. Ali
berkata ”apakah dia pelayanmu?”. Usman menjawab ”benar”. Ali berkata
”apakah ini untamu?”. Usman menjawab ”benar”. Ali bertanya ”Apakah
engkau yang menulis surat ini” Usman menjawab ”tidak” . Dia bersumpah
dengan nama Allah bahwa dia tidak menulis surat tersebut dan tidak pula
menyuruh siapapun menulis surat itu serta dia sama sekali tidak tahu
menahu tentang surat tersebut. Ali berkata ”Apakah ini stempelmu?”.
Usman menjawab ”benar”. Ali berkata ”bagaimana bisa pelayanmu keluar
dengan untamu dan dengan surat yang ada stempelmu namun kamu tidak
mengetahuinya?”. Usman bersumpah dengan nama Allah bahwa dia tidak
pernah menulis surat itu, tidak pula memerintahkan seorangpun untuk
menuliskannya dan tidak pernah memerintahkan pelayan tersebut ke Mesir.
.
.
Cerita yang tertulis dalam Tarikh Al Khulafa
ini justru memposisikan para pengepung Usman sebagai pihak yang tidak
tahu menahu soal surat misterius tersebut. Mereka malah meminta
pertanggungjawaban Usman mengenai surat tersebut. Tidak sedikitpun dalam
cerita di atas dinyatakan kalau surat tersebut dibuat-buat oleh
rombongan Muhammad bin Abu Bakar atau seperti kata Salafiyun orang
munafik pengikut Abdullah bin Saba’. Lihat saja dalam cerita di atas,
surat tersebut diperoleh dari pelayan Usman yang ternyata dibenarkan
oleh Usman sendiri. Surat tersebut dibacakan di depan orang banyak dan
disaksikan oleh para Sahabat Nabi. Bahkan dari cerita di atas Usman
sendiri menyatakan kalau stempel dalam surat tersebut adalah stempelnya.
Walaupun begitu sepertinya terlalu
terburu-buru jika langsung dinyatakan kalau Usman menulis surat
tersebut. Usman sendiri bersumpah dengan nama Allah bahwa ia tidak
menulis surat tersebut. Pelayan, Unta dan stempel adalah milik Usman
tetapi Usman bersumpah bukan dia yang menulis maka tidak ada alternatif
lain kecuali ada orang dekat Usman yang menulis surat tersebut, orang
yang dengan leluasa bisa menggunakan pelayan, Unta dan stempel milik
Usman. Atau justru ini menunjukkan kelemahan Usman sebagai khalifah
dimana orang-orang dekatnya bisa leluasa memanfaatkan kekuasaan
pemerintahan tanpa sepengetahuan Usman RA.
.
.
Peran Muhammad bin Abu Bakar
Tarikh Al Khulafa 1/65 juga
menyebutkan kalau mereka para pembunuh Usman masuk ke rumah Usman
bersama Muhammad bin Abu Bakar. Bahkan disebutkan kalau Muhammad bin Abu
Bakar memang awalnya berniat membunuh Usman tetapi akhirnya ia
mengurungkan niatnya.
وولده
وجاء علي إلى امرأة عثمان فقال لها من قتل عثمان قالت لا أدري دخل عليه
رجلان لا أعرفهما ومعهما محمد ابن أبي بكر وأخبرت علياً والناس بما صنع
محمد فدعا علي محمداً فسأله عما ذكرت امرأة عثمان؟ فقال محمد: لم تكذب قد
والله دخلت عليه وأنا أريد قتله فذكرني أبي فقمت عنه وأنا تائب إلى الله
تعالى والله ما قتلته ولا أمسكته فقالت امرأته صدق ولكنه أدخلهما.
Kemudian
Ali mendatangi istri Usman dan berkata kepadanya ”siapa yang membunuh
Usman?”. Istri Usman berkata ”saya tidak tahu, ada dua orang yang masuk
yang saya tidak tahu siapa , tapi Muhammad bin Abu Bakar masuk bersama
kedua orang tersebut”. Dia menceritakan kepada Ali apa yang diperbuat
Muhammad bin Abu Bakar. Kemudian Ali memanggil Muhammad dan menanyakan
tentang yang diceritakan istri Usman. Muhammad bin Abu Bakar berkata
”dia tidak berdusta, demi Allah saya masuk ke kamarnya dan bermaksud
membunuhnya. Tapi dia mengingatkanku dengan Ayahku. Maka saya berdiri
dan bertobat kepada Allah. Demi Allah, saya tidak membunuhnya dan tidak
pula menyentuhnya. Istri Usman berkata ”dia benar tapi dialah yang
memasukkan mereka ke dalam rumah”.
.
.
Penutup
Kitab Tarikh Al Khulafa ini
sedikitpun tidak menyebutkan soal Abdullah bin Saba’ dan pengikutnya
yang munafik dalam tragedi pembunuhan Usman. Bahkan kitab ini memuat
berbagai kekurangan Usman dalam pemerintahannya yang menjadi pemicu
pengepungan dan pada akhirnya pembunuhan Usman. Jadi kita melihat sisi
yang berimbang antara Usman yang terkepung dan mereka yang mengepungnya. Tentu saja versi Al Hafiz As Suyuthi dalam Tarikh Al Khulafa berbeda
jauh dengan versi para Salafiyun yang hanya menampilkan posisi Usman
sebagai orang tidak bercacat sedikitpun dan menampilkan para pengepung
Usman sebagai pemberontak yang munafik pengikut Abdullah bin Saba’. Para
salafiyun memang suka mendistorsi sejarah demi menutup-nutupi sejarah
hitam bahkan para Salafiyun itu tidak segan-segan menuduh sejarah yang
berbeda dengan versi mereka adalah sejarah buatan orientalis dan syiah yang sesat.
Siapakah yang bertanggung jawab dalam
tragedi pembunuhan Usman?. Usmankah?, Muhammad bin Abu Bakar? Para
pengepung yang diantaranya ada para Sahabat Nabi?. Mungkin kita tidak
perlu mencari-cari siapa pastinya yang bertanggung-jawab. Yang perlu
diingat adalah Membunuh seorang Muslim itu haram hukumnya
sehingga siapapun yang membunuh Usman maka ialah yang akan menanggung
dosanya tidak peduli siapapun dia. Selain itu tidak bisa pula seenaknya
mengatakan kalau semua para pengepung Usman berniat membunuhnya, bisa
jadi para sahabat yang ikut mengepung Usman hanya menginginkan Usman
menindak tegas siapa si pengirim surat misterius, atau hanya ingin Usman
bertindak tegas untuk mencopot para penjabat Usman yang bertindak zalim
atau mungkin pengepung Usman yang lain hanya ingin Usman turun dari
jabatannya.Yah Hanya Tuhan Yang Tahu
Salam Damai
.
.
Catatan :
- Maaf kalau lumayan panjang
- Serial Kisah Usman ini masih akan terus berlanjut, jadi harap bersabar kayaknya nggak ada yang nunggu deh Mas
- Riwayat dalam Tarikh Al Khulafa itu yang dicetak biru
Tidak ada komentar:
Posting Komentar