Putra mahkota Arab Saudi dan tangan kanan AS itu meninggal di RS Jenewa
Muhib Al-Majdi
Sabtu, 16 Juni 2012 21:07:58
http://arrahmah.com/read/2012/06/16/21002-alhamdulillah-wallahu-akbar-putra-mahkota-arab-saudi-dan-tangan-kanan-as-itu-meninggal-di-rs-jenewa.html
Sabtu, 16 Juni 2012 21:07:58
http://arrahmah.com/read/2012/06/16/21002-alhamdulillah-wallahu-akbar-putra-mahkota-arab-saudi-dan-tangan-kanan-as-itu-meninggal-di-rs-jenewa.html
(Arrahmah.com)
– Kerajaan Arab Saudi secara resmi mengumumkan meninggalnya putra
mahkota sekaligus mentri dalam negeri, pangeran Nayif bin Abdul Aziz Alu
Su’ud, hari Sabtu (16/6/2012) ini. Ia diumumkan meninggal saat
menjalani perawatan medis di luar negeri.
Nayif bin Abdul Aziz secara rezmi diangkat menjadi putra mahkota Arab
Saudi pada bulan Oktober 2011, menggantikan saudaranya Sultan bin Abdul
Aziz yang meninggal saat menjalani perawatan medis di New York.
Nayif bin Abdul Aziz merupakan mentri dalam negeri Arab Saudi seumur
hidup, sejak ia diangkat pada 1975 M sampai saat ia meninggal hari ini,
2012. Hampir 40 tahun ia memegang jabatan tersebut.
Nayif dikenal luas sebagai salah satu tokoh sentral pertemuan rutin
para mentri dalam negeri negara-negara Arab. Reputasi dan
spesialisasinya dalam menindas rakyat dan memberangus hak-hak rakyat
demi mempertahankan kekuasaan rezim Arab Saudi sangat dikenal oleh dunia
internasional.
Selama masa jabatannya sebagai mentri dalam negeri Arab Saudi, Nayif
telah menjebloskan ke dalam penjara lebih dari sepuluh ribu ulama, juru
dakwah, mujahid, dosen dan mahasiswa meski mereka tidak melakukan tindak
kejahatan apapun. Para tahanan tersebut ‘hanya’ mengkritik atau tidak
menyetujui berbagai kebijakan pemerintah Arab Saudi yang zalim.
Para tahanan tersebut mendekam di penjara-penjara khusus departemen
dalam negeri selama rentang waktu yang sangat panjang, tanpa proses
peradilan yang fair, dan mendapatkan siksaan yang sangat biadab. Banyak
di antara mereka meninggal, buta, lumpuh atau cacat akibat beratnya
siksaan dan lamanya penahanan. Begitu lamanya masa penahanan mereka
sehingga banyak di antara mereka berusia lebih dari 80 tahun.
Reputasi dan spesialisasi Nayif lainnya adalah bekerja sama secara
aktif dengan FBI dan CIA dalam memburu dan memerangi mujahidin Arab
Saudi, atas nama perang melawan terorisme. Tidak hanya dalam negeri Arab
Saudi, Nayif juga mendalangi pengirimian pesawat-pesawat militer Arab
Saudi yang membombardir mujahidin Anshar Al-Sharia di propinsi Abyan,
Yaman Selatan.
Pasca serangan 11 September 2011, Nayif menutup dan melarang
yayasan-yayasan sosial Arab Saudi yang memberikan bantuan dana untuk
orang-orang fakir, miskin, program pendidikan dan dakwah di
negara-negara Afrika, Asia Tenggara, dan tempat-tempat lain yang
membutuhkan bantuan.
Aliansi penjajah salibis AS dan Barat beruntung memiliki sekutu,
boneka setia dan jagal haus darah seperti Nayif. Kejahatan dan
pengkhianatan Nayif terhadap umat Islam membuatnya dijuluki Khainul Haramain, sang
pengkhianat dua tanah suci. Beberapa kali mujahidin Arab Saudi
menargetkannya dalam beberapa operasi bom syahid, namun ia selalu lolos
dari maut.
Stasiun TV Arab Saudi, Al-Ikhbariyah, melaporkan bahwa Nayif
meninggal saat menjalani perawatan medis di sebuah rumah sakit di
Jenewa, Swiss. Al-Ikhbariyah juga melaporkan bahwa Nayif meninggalkan
Arab Saudi sejak tanggal 26 Mei untuk pemeriksaan medis. Ia menjalani
pemeriksaan dan perawatan medis di Cleveland, AS.
Setelah merasakan kesehatannya pulih, Nayif menjalani liburan di
Aljazair. Ia kembali menjalani perawatan medis di Swiss pasca liburan.
Akhirnya nyawanya tidak tertolong. Sang musuh Islam dan sekutu aliansi
salibis internasional itu akhirnya meninggal di Swiss. Jenazahnya akan
dishalatkan di Masjidil Haram setelah shalat Magrib pada hari Ahad
(17/6/2012).
(muhib almajdi/arrahmah.com)
Akibat Tidak Bermadzab : Fatwa-fatwa ‘Aneh’ Ulama Wahabi Saudi Membingungkan Rakyat
Posted onJuly 2, 2010by salafytobat
http://www.scribd.com/doc/54414874/materi-ceramah
Fatwa-fatwa ‘Aneh’ Ulama Saudi Membingungkan Rakyat
Debat panas menyapu lingkarankeagamaan Saudi sewaktu salah satu ulama menyatakan bahwa musik sesuatu yang tidak terlarang dalamIslam dan ikhtilat diperbolehkan apabila seorang pria dewasa disusui oleh wanita yang bukan mahramnya.Intelektual agama, hakim dan ulama dari garis keras dan kamp-kamp progresif di Arab Saudi mengatakanbeberapa minggu terakhir tentang pengaturan aturan-aturan yang diterapkan di kerajaan Saudi harus sesuaidengan hukum Islam.
Sebagian besar perdebatan ini difokuskan pada sebuah fatwa yang dikeluarkan oleh Syaikh Adil al-Kalbani,seorang ulama dari Riyadh, yang menyatakan bahwa Islam tidak melarang musik atau bernyanyi.Kalbani, imam kulit hitam pertama dari Masjidil Haram Mekkah, menyatakan bahwa tidak jauh berbeda antara resonansi suaranya dalam membaca Al-Quran dengan alunan musik.
“Tidak ada teks yang jelas atau tegas dalam Islam bahwa menyanyi dan musik dilarang,” kata Kalbani.
Semua jenis musik – dengan pengecualian musik rakyat dan dalam kesempatan tertentu – dilarang di ArabSaudi. Kalangan Ulama Konservatif berpendapat bahwa musik dan nyanyian dilarang dalam Islam dan bahwa ini tidak hanya berlaku untuk pertunjukan publik, tetapi bahkan di dalam rumah.
Kalbani mempertahankan pendapatnya dengan mengatakan bahwa jenis musik yang ia dukung mendukungadalah mutlak dengan syarat tanpa ada perbuatan tercela yang mungkin melanggar hukum Islam dalamsyair maupun musik tersebut.
“Saya berbicara nyanyian yang layak, didengar yang berisi kata-kata yang bagus, dan mendukungmoralitas,” katanya kepada surat kabar online Sabq.org.Kalbani mengatakan dia bersedia untuk membahas masalah tersebut, namun mengeluh bahwa beberapaorang ulama tidak menerima untuk terlibat dalam perdebatan dalam kasus ini.
Dua fatwa yang juga telah memicu kemarahan di kalangan garis keras ulama Saudi dikeluarkan oleh SyaikhAbdul Muhsin al-Ubaikan, penasehat agama di istana Raja Abdullah bin Abdulaziz.Pada fatwa pertama, Ubaikan mengatakan seorang dewasa dianggap anak jika seorang wanitamenyusuinya. Jadi, pencampuran gender diperbolehkan dalam Islam jika wanita itu menyusui orangtersebut untuk menciptakan lingkungan seperti keluarga dan meminimalkan kemungkinan hubunganseksual yang tidak sah.
Pemakaman putera mahkota Pangeran Nayef bin Abdulaziz al-Saud akan diselenggarakan Ahad, sore menjelang matahari terbenarm, ungkap seorang pejabat Saudi. Televisi Al Arabiya melaporkan bahwa Pangeran Nayef akan disholatkan Masjidil Haram, Mekkah. Pangeran Najef meninggal dunia di usia 78 tahun.Dengan kematain Pangeran Nayef, berarti Raja Abdullah yang sudah berususia 89 tahun, harus memilih pewaris baru kedua kalinya hanya dalam waktu sembilan bulan.Menteri Pertahanan Pangeran Salman, 76, nampaknya akan menggantikan Pangeran Nayef. Salman dipandang paling pantas menggantikan Nayef, karena diantara putera mahkota yang paling senior adalah Pangeran Salman.Raja Abdullah, Nayef, dan Salman adalah salah satu dari 40 anak pendiri Kerajaan Arab Saudi, Abdulaziz bin Saud. Kerajaan Arab Saudi didirikan oleh Saud pada tahun 1935.Salman diangkat menjadi menteri pertahanan pada November lalu, sesudah Pangeran Sultan meningggal, dan sebelumnya Salman menjabat sebagai gebernur Riyadh selama lima dekade.
Nayef yang menjabat menteri dalam negeri dan kepala intelijen Arab Saudi, berperan besar dalam memberangus dan menumpas, apa yang disebut kaum radikal dan fundamentalis Arab Saudi.
Bahkan, seorang tokoh al-Qaidah Semenanjung Arab (AQAB), mengancam akan membunuhnya, bila masih melanjutkan tindakan yang keras terhadap kelompok fundamentalis, dan tidak menegakkan hukum Allah di Arab Saudi.mi
Pangeran Nayef bin Abdul Aziz al-Saud Meninggal di Swiss
Jakarta (voa-islam.com) Putera Mahkota Arab Saudi Pangeran Nayef bin Abdulaziz al-Saud meninggal di Jenewa, ungkap televisi negara Saudi, Sabtu. Nayef baru beberapa waktu diangkat menjadi putera mahkota, sejak meninggalnya putera mahkota Pangeran Sultan, yang meninggal di Amerika Serikat.Pangeran Nayef menjadi menteri dalam negeri sejak tahun 1975, diangkat sebagai pewaris tahta, dan akan menggantikan Raja Saudi Abdullah, dan baru dinobatkan sebagai putera mahkota pada bulan Oktober, setelah kematian kakaknya, putera mahkota Pangeran Sultan.Pemakaman putera mahkota Pangeran Nayef bin Abdulaziz al-Saud akan diselenggarakan Ahad, sore menjelang matahari terbenarm, ungkap seorang pejabat Saudi. Televisi Al Arabiya melaporkan bahwa Pangeran Nayef akan disholatkan Masjidil Haram, Mekkah. Pangeran Najef meninggal dunia di usia 78 tahun.Dengan kematain Pangeran Nayef, berarti Raja Abdullah yang sudah berususia 89 tahun, harus memilih pewaris baru kedua kalinya hanya dalam waktu sembilan bulan.Menteri Pertahanan Pangeran Salman, 76, nampaknya akan menggantikan Pangeran Nayef. Salman dipandang paling pantas menggantikan Nayef, karena diantara putera mahkota yang paling senior adalah Pangeran Salman.Raja Abdullah, Nayef, dan Salman adalah salah satu dari 40 anak pendiri Kerajaan Arab Saudi, Abdulaziz bin Saud. Kerajaan Arab Saudi didirikan oleh Saud pada tahun 1935.Salman diangkat menjadi menteri pertahanan pada November lalu, sesudah Pangeran Sultan meningggal, dan sebelumnya Salman menjabat sebagai gebernur Riyadh selama lima dekade.
Nayef yang menjabat menteri dalam negeri dan kepala intelijen Arab Saudi, berperan besar dalam memberangus dan menumpas, apa yang disebut kaum radikal dan fundamentalis Arab Saudi.
Bahkan, seorang tokoh al-Qaidah Semenanjung Arab (AQAB), mengancam akan membunuhnya, bila masih melanjutkan tindakan yang keras terhadap kelompok fundamentalis, dan tidak menegakkan hukum Allah di Arab Saudi.mi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar