Takhrij Atsar Imam Aliy : Ketenangan Ada Pada Lisan Umar bin Khaththab
Posted on Juni 5, 2012 by secondprince
http://secondprince.wordpress.com/2012/06/05/takhrij-atsar-imam-aliy-ketenangan-ada-pada-lisan-umar-bin-khaththab/
Takhrij Atsar Imam Aliy : Ketenangan Ada Pada Lisan Umar bin Khaththab
Tulisan ini kami buat untuk menguji
validitas atsar Imam Ali radiallahu ‘anhu yang memuat pujian terhadap
Umar bin Khaththab yaitu
“ketenangan ada pada lisan Umar”.
Atsar ini telah dishahihkan oleh sebagian salafy nashibi. Diriwayatkan
bahwa tabiin yang meriwayatkan ini dari Ali yaitu Asy Sya’biy, Zirr bin
Hubaisy, ‘Amru bin Maimun, Zadzan dan Thariq bin Syihab.
.
.
Riwayat Asy Sya’biy dari Aliy
حدثنا جعفر قثنا وهب بن بقية قثنا خالد بن عبد الله عن إسماعيل بن أبي خالد عن الشعبي قال قال علي ما كنا نبعد ان السكينة تنطق على لسان عمر
Telah menceritakan kepada kami Ja’far
yang berkata telah menceritakan kepada kami Wahab bin Baqiyah yang
berkata telah menceritakan kepada kami Khalid bin ‘Abdullah dari Ismaiil
bin Abi Khaliid dari Asy Sya’bi yang berkata Ali berkata “kami tidaklah menjauh bahwa ketenangan ada pada lisan Umar” [Fadhail Ash Shahabah no 523]
Diriwayatkan dalam Fadhail Ash Shahabah
no 310, 601, 614, 627, diriwayatkan dalam Ma’rifat Wal Tarikh Al Fasawiy
1/461, Musnad Aliy bin Ja’d 1/348 no 2403, Juz Abu Aruubah [riwayat Abu
Ahmad Al Hakim] no 35, Amaaliy Ibnu Busyraan no 176, Amaaliy Ibnu
Bakhtariy no 92, Asy Syari’ah Al Ajurry 3/96, Al Madkhal Baihaqiy no 67,
Al Ahadits Al Mukhtarah Al Maqdisiy no 549 & 550, Syarh Sunnah Al
Baghawiy 14/86 no 3877, Hilyatul Auliya Abu Nu’aim 4/328 & 8/211
semuanya dengan jalan sanad Ismail bin Abi Khalid dari Asy Sya’bi dari Aliy.
Ismail bin Abi Khalid dalam periwayatan
dari Asy Sya’biy memiliki mutaba’ah diantaranya dari Asy Syaibaniy
sebagaimana tampak dalam riwayat berikut
حدثنا يحيى بن محمد قثنا يعقوب بن إبراهيم نا عبد الله بن إدريس عن الشيباني وإسماعيل بن أبي خالد عن الشعبي قال قال علي ما كنا نبعد أن السكينة تكون على لسان عمر
Telah menceritakan kepada kami Yahya
bin Muhammad yang berkata telah menceritakan kepada kami Ya’qub bin
Ibrahiim yang berkata telah menceritakan kepada kami ‘Abdullah bin
Idriis dari Asy Syaibani dan Ismail bin Abi Khalid dari Asy Sya’bi yang
berkata Ali berkata “kami tidaklah menjauh bahwa ketenangan ada pada
lisan Umar” [Fadha’il Ash Shahabah no 634].
Diriwayatkan juga dalam Fadhail Ash
Shahabah no 707 dan Mushannaf Ibnu Abi Syaibah 12/23 no 32637 dengan
jalan sanad Asy Syaibani dan Ismail dari Asy Sya’bi dari Ali. Selain itu
Ismail bin Abi Khalid mempunyai mutaba’ah yaitu Bayaan bin Bisyr Al
Ahmasiy
حدثنا عبد الله قال حدثني هارون بن سفيان نا معاوية نا زائدة نا بيان عن عامر عن علي قال ان كنا لنتحدث ان السكينة تنطق على لسان عمر
Telah menceritakan kepada kami
‘Abdullah yang berkata telah menceritakan kepada kami Haruun bin Sufyaan
yang berkata telah menceritakan kepada kami Mu’awiyah dari Zaidah dari
Bayaan dari ‘Aamir dari ‘Aliy yang berkata “kami dulu berkata bahwa
ketenangan ada pada lisan Umar” [Fadha’il Ash Shahabah no 470]
Riwayat Zaa’idah ini juga disebutkan Ibnu
Asakir dalam Tarikh-nya 44/108. Zaa’idah dalam riwayat di atas
memiliki mutaba’ah dari Jarir sebagaimana disebutkan Amaaliy Al
Muhaamiliy [riwayat Ibnu Mahdiy] no 34 dan Ibnu Asakir dalam Tarikh-nya
44/108 dengan jalan sanad Yusuf bin Musa dari Jarir dari Bayaan dari Asy Sya’biy dari Aliy.
Ismaiil bin Abi Khalid juga memiliki mutaba’ah dari Mujalid bin Sa’id
Al Hamdaniy sebagaimana disebutkan Ibnu Hajar dalam Al Mathaalib Al
‘Aliyyah no 3883 dengan jalan sanad dari Hammad dan ‘Abbad bin ‘Abbad
dari Mujalid dari Asy Sya’biy dari Aliy. Dan dari Abu Ismaiil Katsir An
Nawaa’ sebagaimana disebutkan dalam Fadha’il Ash Shahabah no 711. Sejauh
ini diketahui bahwa ada lima perawi yang meriwayatkan dari Asy Sya’biy
dari Ali yaitu
- Ismaiil bin Abi Khalid perawi Bukhari Muslim yang tsiqat tsabit [At Taqrib 1/93]
- Abu Ishaq Asy Syaibaniy atau Sulaiman bin Abi Sulaiman termasuk perawi Bukhari Muslim yang tsiqat [At Taqrib 1/386]
- Bayaan bin Bisyr Al Ahmasiy termasuk perawi Bukhari Muslim yang tsiqat tsabit [At Taqrib 1/141]
- Mujalid bin Sa’id Al Hamdaniy termasuk perawi Muslim, dikatakan Ibnu Hajar “tidak kuat mengalami perubahan hafalan di akhir umurnya” [At Taqrib 2/159]
- Katsir An Nawaa’ termasuk perawi Tirmidzi yang dhaif [At Taqrib 2/37]
Riwayat Asy Sya’biy dari Ali ini
kedudukannya dhaif karena inqitha’ [terputus]. Asy Sya’biy tidak
mendengar dari Aliy. Al Hakim berkata
وأن الشعبي لم يسمع من عائشة ولا من عبد الله بن مسعود ولا من أسامة بن زيد ولا من علي
Dan Asy Sya’biy tidak mendengar dari Aisyah, tidak dari Abdullah bin Mas’ud, tidak dari Usamah bin Zaid dan tidak dari Aliy [Ma’rifat Ulumul Hadis 1/164]
Pernyataan Al Hakim ini juga dikuatkan
oleh Ibnu Hazm dalam Al Muhalla 11/348 bahwa Asy Sya’biy tidak mendengar
dari Aliy. Hal yang sama juga dikatakan Ibnu Hibban sebagaimana dinukil
Ibnu Jauzi dalam Al Maudhu’at 2/264. Al Qurthubiy berkata “Asy Sya’bi
tidak bertemu dengan Aliy [Tafsir Al Qurthubiy 2/248]. Ibnu Abdil Barr
juga berkata “Asy Sya’biy tidak bertemu dengan Aliy” [Al Istidzkar
8/168]
Disebutkan dalam salah satu riwayat bahwa
Asy Sya’biy meriwayatkan atsar Ali ini dari Abu Juhaifah Wahb As
Suwaa’iy sebagaimana yang tampak dalam riwayat berikut
حدثنا عبد الله قال حدثني هدية بن عبد الوهاب أبو صالح بمكة قثنا محمد بن عبيد الطنافسي قثنا يحيى بن أيوب البجلي عن الشعبي عن وهب السوائي قال خطبنا علي فقال من خير هذه الأمة بعد نبيها فقلنا أنت يا أمير المؤمنين فقال لا خير هذه الأمة بعد نبيها أبو بكر ثم عمر وما كنا نبعد أن السكينة تنطق على لسان عمر
Telah menceritakan kepada kami
‘Abdullah yang berkata telah menceritakan kepada kami Hadiyyah bin
‘Abdul Wahaab Abu Shalih di Mekkah yang berkata telah menceritakan
kepada kami Muhammad bin Ubaid Ath Thanaafisiy yang berkata telah
menceritakan kepada kami Yahya bin Ayuub Al Bajalliy dari Asy Sya’biy
dari Wahb As Suwaa’iy yang berkata Ali berkhutbah kepada kami dan
berkata “siapakah sebaik-baik umat setelah Nabi-Nya?”. Kami berkata
“engkau wahai amirul mukminin”. Beliau berkata “tidak sebaik-baik umat
setelah Nabi-Nya Abu Bakar kemudian Umar dan kami tidaklah menjauh bahwa
ketenangan ada pada lisan Umar” [Fadhail Ash Shahabah no 50]
Atsar Yahya bin Ayub dari Asy Sya’biy di
atas juga diriwayatkan Abdullah bin Ahmad dalam Zawaaid Musnad Ahmad
1/106 no 834 dan dalam As Sunnah no 1374. Diriwayatkan secara ringkas
oleh Abu Nu’aim yaitu dengan matan berikut
حدثنا محمد بن أحمد بن الحسن، حدثنا الحسن بن علي بن الوليد حدثنا عبد الرحمن بن نافع، حدثنا مروان بن معاوية، عن يحيى بن أيوب البجلي، عن الشعبي، عن أبي حجيفة، قال: قال على كرم الله وجهه: ما كنا نبعد أن السكينة تنطق على لسان عمر رضي الله تعالى عنه
Telah menceritakan kepada kami
Muhammad bin Ahmad bin Al Hasan yang berkata telah menceritakan kepada
kami Al Hasan bin Aliy bin Waaliid yang berkata telah menceritakan
kepada kami ‘Abdurrahman bin Naafi’ yang berkata telah menceritakan
kepada kami Marwaan bin Muawiyah dari Yahya bin Ayuub Al Bajalliy dari
Asy Sya’biy dari Abu Juhaifah yang berkata Ali berkata “kami tidaklah
menjauh bahwa ketenangan ada pada lisan Umar” [Hilyatul Auliyaa Abu Nu’aim 1/42]
أخبرنا الحسن بن مروان بقيسارية ثنا إبراهيم بن معاوية بن ذكوان ثنا محمد بن يوسف الفريابي ثنا يحيى بن أيوب البجلي عن الشعبي عن أبي جحيفة عن علي بن أبي طالب أنه قال إن كنا لنعد ان السكينة تنطق على لسان عمر رضي الله عنه
Telah mengabarkan kepada kami Hasan
bin Marwaan di Qaisariyah yang berkata telah menceritakan kepada kami
Ibrahim bin Mu’awiyah bin Dzakwaan yang berkata telah menceritakan
kepada kami Muhammad bin Yuusuf Al Faryaabiy yang berkata telah
menceritakan kepada kami Yahya bin Ayuub Al Bajalliy dari Asy Sya’biy
dari Abu Juhaifah dari Aliy bin Abi Thalib bahwa ia berkata “kami
tidaklah menjauh bahwa ketenangan ada pada lisan Umar radiallahu‘anhu” [Fawaid Ibnu Mandah no 51]
Riwayat Abdullah sanadnya shahih sampai
ke Yahya bin Ayuub Al Bajalliy sedangkan riwayat Abu Nu’aim dan Ibnu
Mandah tidak tsabit sanadnya hingga Yahya bin Ayuub. Riwayat Abu Nu’aim
lemah karena Marwan bin Muawiyiah mudallis martabat ketiga [Thabaqat Al
Mudallisin no 105] dan ia membawakan riwayatnya dengan ‘an anah.
Sedangkan riwayat Ibnu Mandah lemah karena Hasan bin Marwan dan Ibrahim
bin Muawiyah majhul tidak dikenal kredibilitasnya.
Atsar Asy Sya’bi dari Abu Juhaifah dari
Aliy ini sanadnya khata’ karena Yahya bin Ayuub yang dikatakan Ibnu
Hajar “tidak ada masalah padanya” [At Taqrib 2/297] telah menyelisihi
para perawi yang lebih tsiqat darinya yaitu Ismail bin Abi Khalid, Asy
Syaibaniy dan Bayaan bin Bisyr Al Ahmasiy dimana ketiganya meriwayatkan
atsar tersebut dari Asy Sya’biy dari Aliy. Daruquthni juga
mengisyaratkan kesalahan Yahya bin Ayuub dimana ia berkata bahwa yang
shahih dari sanad tersebut adalah sanad dengan riwayat irsal Asy Sya’biy
dari Aliy [Al Ilal Daruquthni no 471]. Dari segi matan, riwayat Yahya
bin Ayuub juga menyelisihi perawi lain yang lebih tsiqat darinya.
Perhatikan riwayat berikut
حدثنا عبد الله قال حدثني أبي نا سفيان بن عيينة عن بن أبي خالد عن الشعبي عن أبي جحيفة قال سمعت عليا يقول خير هذه الأمة بعد نبيها أبو بكر وعمر ولو شئت لحدثتكم بالثالث
Telah menceritakan kepada kami
‘Abdullah yang berkata telah menceritakan kepadaku Ayahku yang berkata
telah menceritakan kepada kami Sufyan bin Uyainah dari Ibnu Abi Khalid
dari Asy Sya’biy dari Abu Juhaifah yang berkata aku mendengar Ali
berkata “sebaik-baik umat setelah Nabi-Nya Abu Bakar dan Umar dan jika
aku menghendaki maka akan aku kabarkan kepadamu yang ketiga” [Fadha’il Ash Shahabah no 260]
Ismail bin Abi Khalid dalam riwayat di
atas memiliki mutaba’ah yaitu Abu Ishaq Asy Syaibani [Fadhail Ash
Shahabah no 409], Bayaan bin Bisyr [Fadhail Ash Shahabah no 406, 547],
dan Mutharrif bin Tharif [Fadha’il Ash Shahabah no 130]. Semuanya
meriwayatkan dengan matan seperti di atas tanpa tambahan lafaz “kami tidaklah menjauh bahwa ketenangan ada pada lisan Umar”.
Yahya bin Ayuub Al Bajalliy telah
melakukan kesalahan dengan mencampuradukkan kedua riwayat Asy Sya’bi.
Yaitu riwayat Asy Sya’biy dari Abu Juhaifah dari Ali tentang sebaik-baik
umat dan riwayat Asy Sya’biy dari Ali tentang ketenangan pada lisan
Umar. Isma’il bin Abi Khalid, Asy Syaibani dan Bayaan bin Bisyr perawi
yang lebih tsiqat dan lebih tsabit darinya telah memisahkan kedua
riwayat tersebut.
.
.
Riwayat ‘Amru bin Maimun Dari Aliy
حدثنا محمد بن عثمان بن ابي شيبة قال حدثنا احمد بن يونس قال حدثنا ابو اسرائيل الملائي عن الوليد بن العيزار عن عمرو بن ميمون عن علي قال اذا ذكر الصالحون فحي هلا بعمر ما كنا نبعد اصحاب محمد عليه السلام ان السكينة تنطق على لسان عمر
Telah menceritakan kepada kami
Muhammad bin Utsman bin Abi Syaibah yang berkata telah menceritakan
kepada kami Ahmad bin Yuunus yang berkata telah menceritakan kepada kami
Abu Israiil Al Malaa’iy dari Waliid bin Aizaar dari ‘Amru bin Maimun
dari Aliy yang berkata “Jika disebutkan orang-orang shalih maka
penuhilah dengan Umar, kami sahabat Muhammad tidaklah menjauh bahwa
ketenangan ada pada lisan Umar” [Mu’jam Al Awsath Thabraniy 5/359 no 5549]
Riwayat ‘Amru bin Maimun ini disebutkan
Abu Nu’aim dalam Hilyatul Auliya 1/42 dan 4/152, juga dalam Tatsbiitul
Imamah no 65. Ahmad bin Yunus dalam periwayatan dari Abu Israiil
memiliki mutaba’ah dari Ubaidillah bin Musa sebagaimana yang disebutkan
Al Fasawi dalam Ma’rifat Wal Tarikh 1/462 dan Baihaqi dalam Dala’il An
Nubuwah 6/369-370.
Riwayat ‘Amru bin Maimun ini dhaif karena Abu Israiil. Abu Israiil Al Malaa’iy Al Kufiy adalah
Ismaiil bin Abu Ishaq Al ‘Absiy termasuk perawi Tirmidzi dan Ibnu
Majah. Ahmad mengatakan ia ditulis hadisnya dan telah meriwayatkan hadis
mungkar. Ibnu Ma’in terkadang berkata “shalih” terkadang berkata
“dhaif”. Bukhari berkata Ibnu Mahdi meninggalkannya dan ia dihaifkan Abu
Waliid. Abu Zur’ah berkata shaduq. Abu Hatim berkata hasanul hadis
tetapi tidak bisa dijadikan hujjah ditulis hadisnya dan buruk
hafalannya. Nasa’i berkata “tidak tsiqat” dan terkadang berkata “dhaif”.
Al Uqailiy berkata “dalam hadisnya terdapat waham dan idhthirab”. At
Tirmidzi berkata “tidak kuat disisi ahli hadis”. Abu Ahmad Al Hakim
berkata “matruk al hadits”. Ibnu Hibban menyatakan ia mungkar al hadits.
Abu Israiil dikenal sebagai perawi yang mencela dan mengkafirkan Utsman
bin ‘Affan [At Tahdzib juz 1 no 545].
Daruquthni berkata “dhaif” [Al Ilal no
1043] dan Daruquthni memasukkan namanya dalam Adh Dhu’afa [Adh Dhu’afa
Daruquthni no 74]. Ibnu Hajar berkata “shaduq buruk hafalannya” [At
Taqrib 1/93] tetapi dalam Talkhis Al Habir, Ibnu Hajar berkata “dhaif”
[Talkhiish Al Habiir 1/502 no 296]. Adz Dzahabi berkata “dhaif” [Al
Kasyf no 370]. Riwayat ini mengandung illat [cacat] lain yaitu Abu
Israiil Al Malaa’iy disebutkan Ibnu Hajar sebagai mudallis martabat
kelima [Thabaqat Al Mudallisin no 130] dan riwayatnya di atas dibawakan
dengan ‘an anah maka kedudukannya dhaif.
Sebagian nashibi mengira bahwa Abu
Israiil Al Kufiy dalam sanad di atas adalah Yunus bin Abi Ishaq, hal ini
sangat jelas keliru. Dalam sanad tersebut Abu Israiil yang dimaksud
adalah Abu Israiil Al Malaa’iy dan ia adalah Ismaiil bin Abu
Ishaq bukannya Yunus bin Abi Ishaaq. Selain itu nashibi tersebut
mengatakan kalau Daruquthni menshahihkan riwayat ‘Amru bin Maimun dari
Aliy di atas. Inipun juga keliru, inilah yang dikatakan Daruquthni
وروي هذا الحديث عمرو بن ميمون الأودي عن علي حدث به أبو إسرائيل الملائي واختلف عنه فقال أبو فروة الرهاوي عن أبي غسان عن أبي إسرائيل عن العيزار بن حريث عن عمرو بن ميمون عن علي وخالفه محمد بن إسحاق بن سابق فرواه عن أبي إسرائيل عن الوليد بن العيزار عن عمرو بن ميمون عن علي وهو الصحيح
Dan diriwayatkan hadis ini oleh ‘Amru
bin Maimun Al Awdiy dari Aliy, yaitu diceritakan oleh Abu Israiil Al
Malaa’iy dimana terdapat perselisihan tentang riwayatnya. Berkata Abu
Farwah Ar Rahaawiy dari Abu Ghassaan dari Abu Israiil dari Aizaar bin
Huraits dari ‘Amru bin Maimun dari Aliy dan riwayat ini diselisihi oleh
Muhammad bin Ishaq bin Saabiq, dimana riwayatnya adalah dari Abi Israail
dari Waliid bin Aizaar dari ‘Amru bin Maimun dari Ali, dan inilah yang
shahih. [Al Ilal Daruquthni no 471]
Jadi yang dimaksud perkataan Daruquthni “inilah yang shahih”
adalah riwayat Abu Israiil yang tsabit itu adalah riwayat Abu Israail
dari Walid bin Aizaar bukan riwayat Abu Israail dari Aizaar bin Huraits.
Jadi perkataan shahih Daruquthni itu adalah untuk merajihkan salah satu
riwayat yang bertentangan dengan riwayat lain. Bagaimana mungkin
dikatakan Daruquthni menshahihkan riwayat Abu Israail Al Malaa’iy jika
ia sendiri menyatakan Abu Israail dhaif [Al Ilal Daruquthni no 1043].
Ini kesalahan yang timbul dari ketidakmampuan memahami apa yang dibaca.
.
.
Riwayat Zirr bin Hubaisy Dari Aliy
أخبرنا عبد الرزاق قال اخبرنا معمر عن عاصم عن زر بن حبيش عن علي قال ما كنا نبعد أن السكينة تنطق على لسان عمر
Telah mengabarkan kepada kami
‘Abdurrazaq yang berkata telah mengabarkan kepada kami Ma’mar dari
‘Aashim dari Zirr bin Hubaisy dari Aliy yang berkata “kami tidaklah
menjauh bahwa ketenangan ada pada lisan Umar” [Mushannaf ‘Abdurrazaq 11/222 no 20380]
Riwayat Zirr bin Hubaisy ini juga
diriwayatkan dalam Fadahail Ash Shahabah no 522 dan Asy Syari’ah Al
Ajjuriy no 1327. Riwayat ini mengandung illat [cacat] yaitu ‘Ashim bin
Abi Najud dikatakan sebagian ulama mengalami ikhtilath di akhir umurnya.
Hammad bin Salamah berkata “Ashim mengalami ikhtilath di akhir umurnya”
[At Tahdzib juz 5 no 67]. Ibnu Hibban dalam Al Majruhin yaitu biografi
Umar bin Ghiyaats mengutip bahwa ‘Aashim mengalami ikhtilath di akhir
umurnya [Al Majruhin 2/88] dan tidak diketahui apakah Ma’mar
meriwayatkan darinya sebelum atau sesudah ‘Ashim mengalami ikhtilath.
Riwayat ini juga dhaif karena mengandung
illat lain yaitu sebagaimana dikatakan Ibnu Ma’in riwayat Ma’mar dari
‘Aashim idhthirab dan banyak mengandung kesalahan
قال يحيى وحديث معمر عن ثابت وعاصم بن أبي النجود وهشام بن عروة وهذا الضرب مضطرب كثير الأوهام
Yahya berkata “dan hadis Ma’mar dari Tsabit, ‘Aashim bin Abi Najuud, Hisyaam bin Urwah mudhtharib banyak mengandung kesalahan” [At Tahdzib juz 10 no 441]
Ma’mar dalam periwayatan dari ‘Aashim telah menyelisihi Syarik yang meriwayatkan atsar ini dari ‘Aashim dari Musayyab bin Raafi’ dari Abdullah bin Mas’ud
sebagaimana disebutkan Ibnu Abi Syaibah dalam Al Mushannaf 6/354 no
31981 dan Ibnu Asakir dalam Tarikh-nya 44/111. Syarik Al Qadhiy adalah
perawi yang tsiqat shaduq tetapi diperbincangkan hafalannya, pada
dasarnya riwayat Syarik dan Ma’mar dari ‘Aashim masing-masing mengandung
kelemahan tetapi riwayat Syarik didahulukan dari riwayat Ma’mar karena
‘Aashim termasuk orang Kufah dan Syarik dikatakan sebagian ulama bahwa
ia lebih alim dalam riwayat dari orang-orang Kufah. Jadi Ma’mar dalam
riwayatnya dari ‘Aashim telah melakukan kesalahan dalam menisbatkan
riwayat ini kepada Aliy bin Abi Thalib.
.
Riwayat Zaadzan dari Aliy
Atsar Aliy [radiallahu
'anhu] ini juga diriwayatkan oleh Zaadzan Al Kindiy sebagaimana yang
disebutkan Daruquthni dalam Al Ilal dengan sanad berikut
حدثنا أبو وهب الأبلي يحيى بن موسى قال ثنا موسى بن سفيان ثنا عبد الله بن الجهم قال ثنا عمرو بن أبي قيس عن أعين بن عبد الله عن أبي اليقظان عن زاذان عن علي
Telah menceritakan kepada kami Abu
Wahb Al ‘Abliy Yahya bin Musa yang berkata telah menceritakan kepada
kami Muusa bin Sufyaan yang berkata telah menceritakan kepada kami
‘Abdullah bin Jahm yang berkata telah menceritakan kepada kami ‘Amru bin
Abi Qais dari A’yan bin ‘Abdullah dari Abi Yaqzhaan dari Zadzaan dari
Aliy. [Al Ilal Daruquthni no 471]
Riwayat ini sanadnya shahih sampai
‘Abdullah bin Jahm. Daruquthni telah berhujjah dengan para perawi
riwayat ini sampai Abdullah bin Jahm. Daruquthni berkata
وروي هذا الحديث عن زاذان أبي عمر عن علي حدث به عمرو بن أبي قيس واختلف عنه فرواه محمد بن سعيد بن سابق عن عرمو بن أبي قيس عن أبي اليقظان عن زاذان عن علي وخالفه عبد الله بن الجهم فرواه عن عمرو بن أبي قيس عن أعين بن عبد الله قاضي الري عن أبي اليقظان عن زاذان عن علي وهو الصحيح
Dan
diriwayatkan hadis ini dari Zaadzaan Abi Umar dari Aliy, hal ini
diceritakan oleh ‘Amru bin Abi Qais dan terdapat perselisihan dalam
riwayatnya. Telah meriwayatkan Muhammad bin Sa’id bin Saabiq dari ‘Amru
bin Abi Qais dari Abul Yaqzhaan dari Zaadzaan dari Aliy. Dan Abdullah
bin Jahm menyelisihinya dimana ia meriwayatkan dari ‘Amru bin Abi Qais
dari A’yan bin ‘Abdullah Qadhi Ray dari Abul Yaqzhaan dari Zaadzaan dari
Aliy dan inilah yang shahih [Al Ilal Daruquthni no 471]
Penshahihan
Daruquthni terhadap riwayat Abdullah bin Jahm menunjukkan bahwa di sisi
Daruquthni, Abul Wahb Yahya bin Musa, Musa bin Sufyan dan Abdullah bin
Jahm adalah para perawi tsiqat. Musa bin Sufyaan adalah Musa bin Sufyan
bin Ziyad Al Askariy biografinya disebutkan Ibnu Hibban dalam Ats Tsiqat
[Ats Tsiqat Ibnu Hibban 9/163 no 15787]. Telah meriwayatkan darinya
sekumpulan perawi tsiqat diantaranya Abu Awanah yang memasukkan hadisnya
dalam Shahih Abu Awanah.
Riwayat Muhammad
bin Sa’id bin Saabiq yang disebutkan Daruquthni diriwayatkan oleh Ibnu
Busyraan dalam Amaliy Ibnu Busyraan no 913 dengan jalan sanad dari Abu
Aliy Ahmad bin Fadhl bin Khuzaimah dari Ya’qub bin Yusuf Al Qazwainiy
dari Muhammad bin Sa’id bin Saabiq dari ‘Amru bin Abi Qais dari Abul
Yaqzhaan dari Zaadzaan dari Aliy. Daruquthni merajihkan riwayat Abdullah bin Jahm yaitu dimana ‘Amru bin Abi Qais meriwayatkan dari A’yan bin ‘Abdullah dari Abul Yaqzhaan.
Dari sini dapat disimpulkan bahwa Amru bin Abi Qais terkadang
meriwayatkan langsung dari Abul Yaqzhaan dan terkadang meriwayatkan
melalui perantara A’yan bin Abdullah seorang yang majhul. Maka disini
terdapat illat [cacat] bahwa ‘Amru bin Abi Qais tidak mendengar langsung hadis ini dari Abul Yaqzhaan.
Selain itu riwayat Zaadzaan ini dhaif karena Abul Yaqzhaan, dia adalah Utsman bin Umair Al Bajalliy.
Ahmad berkata “dhaif al hadits”. Ibnu Mahdi meninggalkannya. Muhammad
bin Abdullah bin Numair mendhaifkannya. Abu Hatim berkata “dhaif al
hadits mungkar al hadits”. Daruquthni berkata “matruk”. Ibnu Abdil Barr
mendhaifkannya. Ibnu Hibban mendhaifkannya dan menyatakan ia mengalami
ikhtilath dan tidak boleh berhujjah dengannya [At Tahdzib juz 7 no 293].
Ibnu Hajar menyatakan ia dhaif mengalami ikhtilath dan sering melakukan
tadlis [At Taqrib no 4539]. Maka riwayat Abul Yaqzhaan ini dhaif karena
ia sendiri seorang yang dhaif ditambah lagi ia mengalami ikhtilath
sering melakukan tadlis dan riwayatnya di atas dibawakan dengan ‘an anah
maka hal ini lebih menguatkan kedhaifan riwayat tersebut.
.
.
Riwayat Thariq bin Syihaab dari Aliy
حدثنا محمد بن أحمد بن علي بن مخلد ثنا محمد بن يونس ثنا عمر بن حفص ثنا شعبة عن قيس بن مسلم عن طارق بن شهاب قال قال علي رضي الله عنه كنا نتحدث أن ملكاً ينطق على لسان عمر رضي الله عنه
Telah
menceritakan kepada kami Muhammad bin Ahmad bin Aliy bin Makhlad yang
berkata telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Yuunus yang berkata
telah menceritakan kepada kami Umar bin Hafsh yang berkata telah
menceritakan kepada kami Syu’bah dari Qais bin Muslim dari Thariq bin
Syihaab yang berkata Ali radiallahu ‘anhu berkata kami dahulu berkata
bahwa Malaikat berbicara pada lisan Umar radiallahu ‘anhu [Al Imamah Wal Rad 'Ala Raafidhah Abu Nu'aim no 92]
Abu Nu’aim Al
Ashbahaaniy juga meriwayatkan atsar Imam Ali ini dalam kitabnya Hilyatul
Auliya 1/42 dan Tasbiitul Imamah Wa Tartib Al Khilaafah no 90 dengan
jalan sanad dari Muhammad bin
Ahmad bin Makhlad dari Muhammad bin Yunus dari Utsman bin Umar dari
Syu’bah dari Qais bin Muslim dari Thaariq bin Syihaab dari Aliy
radiallahu ‘anhu. Riwayat ini sanadnya dhaif karena Muhammad bin
Yuunus Al Kadiimiy. Adz Dzahabiy menyatakan bahwa ia salah seorang yang
matruk. Ibnu Adiy, Ibnu Hibban dan Daruquthni menuduhnya memalsukan
hadis. Abu Dawud, Musa bin Haruun dan Qaasim bin Zakariya menyatakan ia
pendusta. [Mizan Al I'tidal Adz Dzahabiy 4/74-75 no 8353]
Riwayat Muhammad
bin Yunus Al Kadiimiy dari Utsman bin Umar dari Syu’bah diselisihi oleh
riwayat Yahya bin Abi Bukair, Muslim bin Ibrahiim, Asad bin Musa dan
‘Aashim bin Aliy dimana mereka meriwayatkan dari Syu’bah dari Qais bin
Muslim dari Thariq bin Syihaab tanpa menyebutkan dari Aliy. Riwayat
Thariq bin Syihaab [tanpa menyebutkan dari Aliy] disebutkan Ibnu Abi
Syaibah dalam Al Mushannaf 6/358 no 32011 [riwayat Yahya bin Bukair],
Ibnu Asakir dalam Tarikh Dimasyq 44/111 [riwayat Muslim bin Ibrahiim],
Ya’qub Al Fasawiy dalam Ma’rifat Wal Tarikh 1/241 [riwayat Muslim bin
Ibrahiim] dan Ath Thabraniy dalam Mu’jam Al Kabir 8/320 no 8202 [riwayat
Asad bin Musa dan 'Aashim bin Aliy].
.
.
Secara ringkas riwayat Imam Ali di atas yang memuji Umar bahwa “ketenangan ada pada lisan Umar” terdiri atas beberapa jalan yang dhaif yaitu
-
Riwayat Asy Sya’biy dari Aliy kedudukannya dhaif karena inqitha’ atau sanadnya terputus. Apalagi Asy Sya’biy dikenal sering memursalkan hadis dari Aliy yang sebenarnya ia ambil dari Harits Al A’war seorang yang dhaif dan pendusta. Maka terdapat kemungkinan riwayat ini diambil Asy Sya’bi dari Al Harits.
-
Riwayat ‘Amru bin Maimun dari Aliy kedudukannya dhaif dan tidak tsabit sanadnya hingga ‘Amru bin Maimun karena kelemahan Abu Israail Al Mala’iy. Selain itu riwayat ‘Amru dhaif karena Abu Israail seorang mudallis dan riwayatnya disini dengan ‘an anah.
-
Riwayat Zirr bin Hubaisy dari Aliy kedudukannya dhaif dan tidak tsabit sanadnya hingga Zirr bin Hubaisy karena ‘Aashim dikatakan ikhtilath dan tidak diketahui Ma’mar meriwayatkan darinya sebelum atau sesudah ‘Aashim ikhtilath. Selain itu riwayat Zirr lemah karena kelemahan riwayat Ma’mar dari ‘Aashim yang Idhthirab dan banyak mengandung kesalahan.
-
Riwayat Zaadzaan dari Aliy kedudukannya dhaif dan tidak tsabit sanadnya hingga Zaadzaan karena kelemahan Abul Yaqzhaan seorang yang dhaif matruk, mengalami ikhtilath dan sering melakukan tadlis. Jadi selain riwayat Zaadzaan lemah karena ia seorang yang matruk juga karena tidak diketahui apakah riwayat Zaadzaan ini diriwayatkan sebelum atau sesudah ia mengalami ikhtilath dan lemah karena Zaadzaan seorang mudallis dan riwayatnya ini dengan ‘an anah.
-
Riwayat Thariq bin Syihaab dari Aliy kedudukannya dhaif dan tidak tsabit sanadnya dari Aliy karena Muhammad bin Yunus Al Kadiimiy seorang yang dituduh pemalsu hadis dan pendusta. Apalagi terbukti bahwa riwayat yang tsabit adalah perkataan Thariq bin Syihaab bukan perkataan Aliy.
Satu-satunya
sanad terkuat dari Atsar Aliy di atas adalah riwayat Asy Sya’biy dari
Ali dan inipun kedudukannya dhaif apalagi seperti yang kami katakan Asy
Sya’biy seringkali memursalkan hadis Aliy yang sebenarnya ia riwayatkan
dari Al Harits Al A’waar seorang yang dhaif baik dari segi ‘adalah maupun dhabitnya.
Maka terdapat kemungkinan Asy Sya’biy meriwayatkan atsar ini dari Al
Harits dari Aliy. Kesimpulannya riwayat Imam Aliy ini dhaif dengan
keseluruhan jalan-jalannya.
Riwayat Muhammad bin Ishaq bin Saabiq dari Abu Israa’il dari Walid bin ‘Aizar
Riwayat Abdullah bin Jahm dari Amru bin Abi Qais dari A’yan bin Abdullah dari Abul Yaqzhaan
Zakariya bin Yahya As Sajiy [Mu’jam Al Kabir 2/248 no 2044], ia seorang Imam Tsabit Hafizh [As Siyar 14/198]
Muhammad bin Nuh Al Jundaisaburiy [Sunan Daruquthni 4/262 no 82]. Ia seorang yang tsiqat ma’mun [Tarikh Baghdad 3/324]
Ahmad bin Musa bin Ishaq Abu Abdullah Al Anshariy disebutkan dalam biografinya bahwa ia meriwayatkan dari Musa bin Sufyaan dan ia seorang yang tsiqat [Tarikh Baghdad 5/144]
Musaddan bin Ya’qub bin Ishaq disebutkan dalam biografinya bahwa ia meriwayatkan dari Musa bin Sufyaan dan ia shaduq [Tarikh Baghdad 6/71]
Abu Bakar Muhammad bin Muhammad bin Dawud Al Ijliy [Mu’jam Asy Syuyukh Ash Shaydaawiy no 91] dan ia seorang yang shaduq [Su’alat Mas’ud bin Aliy no 5]
Abu Awanah dalam kitabnya Mustakhraj Abu Awanah