Hani Yahya Assegaf, Agen Zionis Itu Diciduk Di Arena Judi Bola Tangkas
JAKARTA (VoA-Islam) – Agen zionis Yahudi,
pendiri lobby Israel-Indonesia, Hani Yahya Assegaf alias Hans Sagov,
kemaren, Rabu (6/6) pada pukul 17.30 WIB diciduk Satuan Reserse Polres
Jakarta Barat saat melakukan penggerebekan perjudian "bola tangkas"
berkedok yayasan amal, di Komplek Taman Duta Mas Blok D8 No.3, Kelurahan
Jelambar Baru, Kecamatan Grogol Petamburan, Jakarta Barat.
Sebagaimana diketahui, Hani Yahya Assegaf atau Hans Sagov sendiri,
merupakan putra Yahya Assegaf yang mengaku sebagai pejabat BIN. Yahya
Assegaf merupakan orang yang berada di balik pelaporan informasi palsu
ke Kedubes Amerika Serikat Jakarta, yang mengatakan bahwa FPI merupakan
‘attack dog’ pihak Kepolisian Republik Indonesia. Atas aksinya tersebut,
Munarman sempat berpolemik dengan Hani Assegaf yang berujung peneroran
kantor lawyer milik Munarman.
Sedangkan Hani Assegaf sendiri merupakan salah satu pendiri LSM kaki
tangan zionis Yahudi, Indonesian-Israel Public Affair Comitte/ IIPAC(
lobby Israel untuk Indonesia) dan pernah menjadi panitia HUT Israel di
Jakarta dan di Puncak, Bogor pada tahun lalu yang sempat menghebohkan
publik Indonesia.
Meski di ruangan tersebut dipasang spanduk berukuran besar
bertuliskan Yayasan Azizah Foundation, praktek perjudian tersebut
menimbulkan keresahan warga sekitar. Aparat pun bergerakn untuk
menindaknya.
Kepala Satuan Reskrim Polres Jakarta Barat, Ajun Komisaris Besar
Polisi Hengky Haryadi mengatakan, pengungkapan tersebut berdasarkan
informasi dari masyarakat sekitar tentang adanya aktifitas tindak pidana
perjudian. Dalam aksinya, pemilik arena perjudian yang diketahui
bernama Hani Yahya Assegaf ini berdalih hasil perjudian ini akan
disumbangkan kepada Yayasan Azizah Foundation.
"Kami dapat mengungkap tempat ini, dan mengamankan beberapa mesin
yang berkedok penjudian untuk yayasan amal, untuk membantu anak-anak
dengan mengatasnamakan Azizah Foundation," ujar Hengky di TKP, Rabu
(6/6).
Komitmen Kepolisian Polres Jakarta Barat untuk memberantas perjudian
di wilayah hukum Jakarta Barat, betul-betul diwujudkan. Pihak kepolisian
berhasil mengamankan beberapa barang bukti dari hasil penggerebekan
tersebut, yakni 20 mesin judi Mickey Mouse, ribuan chip ada yang
bernilai Rp100 ribu, Rp500 ribu, dan sampai Rp1 juta rupiah, Handphone,
senjata api revolver rakitan, enam peluru, dan tujuh linting ganja.
"Ini tidak bisa dibiarkan. Ini merupakan wujud komitmen kami, tidak
ada judi di Jakarta Barat, tidak ada kompromi mengenai perjudian. Yang
ditahan 14 orang karyawan termasuk pemain dan pengelola, pemiliknya Hani
Yahya Assegaf," jelasnya.
Pembocor Rahasia Negara
Seperti diberitakan sebelumnya Wikileaks mengungkapkan, kawat
diplomatik tertanggal 19 Februari 2006, menyebut anggota Badan Intelijen
Negara Yahya Assegaf dekat dengan FPI. Yahya pulalah yang memberi
peringatan kepada kedutaan Amerika Serikat atas aksi protes FPI terhadap
kartun Nabi Muhammad. Yahya juga menyatakan FPI adalah "attack dog"
bagi kepolisian.
Agen BIN Yahya Assegaf lalu menyeret nama anaknya, Hani Yahya
Assegaf. Hani dengan nama alias Han Sagov bersama Benyamin Ketang
terlibat mendirikan Indonesia Israel Public Affairs Comitte (IIPAC),
sebuah LSM yang menjadi agen zionisme yahudi Israel dunia di Indonesia.
Sebuah konspirasi untuk hancurkan gerakan Islam
Menurut Munarman, apa yang disampaikan Yahya ke kedutaan sama saja
menjual informasi negara. Apalagi Yahya melalui anaknya Hani Y Assegaf
ternyata mendirikan Indonesia Israel Public Affair Committe (IIPAC).
Komite tersebut sempat membuat heboh dengan perayaan kemerdekaan Israel.
"Lha antek Amerika dan antek Zionis Israel memang suka menebar fitnah
dan issue demi uang," kata Munarman.
Sudah menjadi rahasia umum jika zionisme yahudi Israel berusaha masuk
ke Indonesia dengan menghalalkan segala macam cara. Setelah
terbongkarnya kedatangan rahasia Amira Arnon-Duta Besar Israel untuk
Singapura-ke Jakarta pada tanggal 20-27 Maret lalu, kini tersebar sebuah
dokumen yang memperlihatkan nama Hani Yahya Assegaf-anak dari agen BIN
Yahya Assegaf-menjadi pendiri LSM Indonesia Israel Public Affairs
Comitte (IIPAC), bersama Benyamin Ketang, selaku Direktur IIPAC.
Di dokumen Akta Pendirian IIPAC yang didaftarkan melalui Notaris
Nirmawati Marcia SH di Jakarta tertanggal 21 Januari 2002, tercatat
nama-nama pendiri IIPAC, yakni sebanyak 5 orang, yaitu : 1) Benyamin
Ketang 2) Mr. Sakata Barus, 3) Mr. Poppe Alexander Z, 4) Mr. Hani Yahya
Assegaf alias Han Sagov, 5) Mr. Y. Gatot Prihandono, SSI.
Di Pasal 2 Akta Pendirian tersebut dijelaskan tujuan IIPAC, yakni
untuk menyelenggarakan kerjasama dengan lembaga-lembaga Israel, Yahudi
Internasional, dan melindungi hak-hak warga Yahudi dan keturunan Yahudi
di Indonesia serta memajukan kerjasama bisnis, investasi, IT, dan
pendidikan tinggi dengan universitas di seluruh dunia.
Menyerang FPI
Pasca memberitakan dan membongkar keterlibatan agen BIN Yahya Assegaf
dalam bocoran Wikileaks yang memfitnah FPI, Selasa (6/09/2011),
Munarman, dirinya diteror oleh sekelompok yang mengaku sebagai orang
suruhan Yahya Assegaf,orang, rata-rata berpenampilan preman, yang datang
ke rumahnya, hari Rabu (7/09/2011), tepatnya sore hari.
Beberapa orang suruhan Yahya Assegaf juga mendatangi kantornya di
bilangan Tanah Abang, dan juga ke kantor FPI di Petamburan. Di kantornya
ada beberapa orang yang datang dan melihat-lihat, juga dengan tampilan
preman, walau tidak meninggalkan pesan apapun.
Di kantor FPI, menurut Munarman yang datang adalah anak Yahya
Assegaf, yakni Hani Yahya Assegaf, yang juga memiliki nama samara Han
Sagov, dan merupakan pendiri IIPAC, LSM kaki tangan zionis yahudi Israel
di Indonesia. Di kantor FPI, masih menurut Munarman, Hani Assegaf
menyampaikan bahwa urusan ini adalah urusan pribadi antara dirinya dan
Munarman, dan tidak ada kaitannya dengan FPI, yang mana menurut Munarman
juga merupakan bentuk teror kepada dirinya. (dbs) ***
Gelar Konferensi Internasional di Bandung, Dukung Palestina Merdeka
JAKARTA (VoA-Islam) –
Upaya untuk mendukung
terwujudnya Palestina merdeka dari penjajahan Zionis Israel, AWG (Aqsa
Working Group) bersama institusi pendukung lainnya, menggalang seluruh
kekuatan umat Islam untuk hadir dalam “International Conference for The Freedom of Al-Quds and Palestisne” (ICFQP) di Bandung, Jawa Barat, 4-5 Juli 2012 mendatang.
Dikatakan Yakhsyallah Mansur, Ketua OC-ICFQP, Gedung Merdeka Bandung
memiliki nilai historis dalam kemerdekaan negara-negara Asia-Afrika
pasca Konferensi Asia-Afrika (KAA) tahun 1955 dan merupakan simbol
anti-imperialisme.
“Diharapkan spirit KAA Bandung menginspirasi kemerdekaan Palestina,
satu-satunya negara di dunia yang hingga saat ini masih terjajah, belum
juga merdeka. Indonesia juga diharapkan bisa menjadi salah satu negara
pionir dan terdepan dalam upaya pembebasan dan kemerdekaan Palestina,”
kata Yakhsyallah.
Dari luar negeri, akan hadir sebagai pembicara inti, antara lain:
Syeikh Aly Al-Abbasy (Imam dan Khatib Masjid Al-Aqsha Palestina), Syeikh
Abdurrahmad Yusuf Al-Jamal (Rois Ma’had Darul Quranul Karim was Sunnah
Gaza), dan Syeikh Umar bin Sulaiman Al-Asyqar (Universitas Yordania).
Sementara dari dalam negeri, antara lain: Marzuki Alie (Ketua DPR RI),
KH. Maman Abdurrahman (Ketua Persis), Muhyiddin Hamidy (Imam Jama’ah
Muslimin/Jamus) dan lain-lain.
Juga akan mengundang para ulama dan aktivis pergerakan dunia Islam
yang konsen dengan pembebasan Al-Aqsha dan Palestina, Duta Besar
negeri-negeri Islam, NGO (LSM) yang peduli dengan Al-Aqsha dan
Palestina.
Palestina Merdeka
Dalam sebuah diskusi konferensi internasional di Gedung Dewan Pers,
Jakarta, Rabu (6 Juni 2012) siang, didapatkan benang merah, rakyat
Indonesia menuntut segera terwujudnya kemerdekaan Palestina dari
penjajahan Zionis Israel. Mengingat penjajah Zionis Israel secara
sepihak mendeklarasikan berdirinya negara Israel di bumi Palestina pada
tanggal 15 Mei 1948.
Sejak saat itu Zionis Israel dan sekutu-sekutunya tidak
henti-hentinya menodai citra mulia Al-Quds dan Palestina secara umum.
Mereka menjadikan Al-Quds dan Palestina sebagai kancah pemerkosaan Hak
Asasi Manusia (HAM) yang terburuk sepanjang sejarah manusia.
Sudah menjadi kewajiban umat Islam, khususnya, dan bangsa-bangsa
merdeka di dunia umumnya untuk melakukan solidaritas pembelaan Palestina
dan penentangan terhadap zionis Israel. Terlebih lagi rakyat dan bangsa
Indonesia mempunyai hubungan historis yang kuat dengan Palestina
sebagai negara awal yang mendukung secara moril dan materiil terhadap
kemerdekaan Indonesia. Desastian
AWASLAH KAUM MUSLIMIN..... DAN PARA PEJUANG ISLAM.... DAN MEWUJUDKAN KEKUATAN UMAT ISLAM...
ADA BEBERAPA KELOMPOK YANG BISA JADI MENIPU UMAT ISLAM DENGAN KEDOK AGAMA DAN MENAMAKAN PERSAHABATAN ORMAS ISLAM...YANG TUJUANNYA BISA JADI ADA MISI TERTENTU ATAU BAHKAN BISA JADI MENJADI ALAT UNTUK MENAGADU DOMBA UMAT ISLAM DAN MENGOBOK-OBOK UMAT ISLAM....
NAMUN UMAT MUSLIMIN WAJIBLAH MENGUATKAN SILATURAHIM-PERSUDARAAN-SOLIDARITAS-PERSATUAN UMAT ISLAM SECARA KOKOH DAN DENGAN KOORDINASI YANG ELEGAN DAN AKHLAKULKARIEM DAN HALIM....
UMAT MUSLIMIN HARUS TETAP TEGUH DALAM AKIDAH DAN JALAN LURUS KEPADA ALLAH.... DAN JANGAN MAU DIPECAH BELAH OLEH KELOMPOK YANG MENAMAKAN DIRI ISLAM TETAPI MENENTANG SYARIAH ISLAM... ATAU MENCURANGI UMAT ISLAM.....
ADALAH HAK KAUM MUSLIMIN UNTUK MELAKSANAKAN MUAMALAH DAN IBADAH DALAM BINGKAI SYARIAH ALLAH DAN SUNNAH RASULULLAH SAW... KARENA ITULAH AJARAN ALLAH DAN RASULULLAH SAW UNTUK RAHMATAN LILALAMIEN...
TIDAK ADA PAKSAAN UNTUK MENJADI MUSLIM... KARENA YANG HAK ADALAH JELAS DAN YANG BATHIL ADALAH JELAS......
BERHATI-HATI DAN SELALU TEGAKAN UKHUWAH PERSUDARAAN ISLAM-SILATURAHIM-DAN SOLIDARITAS PERSATUAN MUSLIM YANG KAFFAH-SOLID DAN BERTANGGUNG JAWAB DAN AKHLAKULKARIMAH...
HATI2 DENGAN KAUM PENDUSTA AGAMA-PENCARI FULUS DENGAN MENJUAL AYAT2 ALLAH... IKHLASLAH UNTUK ISLAM AGAMA KEBENARAN ALLAH...YANG DIWAJIBKAN BERIKHTIAR... IKHLAS.. DAN JIHAD FISABILILLAH... DENGAN AKHLAKUL KARIEM YANG HALIM... DAN BERJIWA BESAR... SESUAI NAS AGAMA ALLAH SWT....
PBNU Kumpulkan 13 Ormas Islam, Untuk Apa? Menandingi Siapa?
JAKARTA (VoA-Islam) –
Ba’da Jum’at (1 Juni
2012) sejumlah ormas Islam berkumpul di Gedung Pengurus Besar Nahdlatul
Ulama (PBNU) untuk mendeklarasikan Lembaga Persahabatan Ormas Islam
(LPOI). Dari ke-13 ormas Islam yang hadir, tidak ada ormas besar seperti
Muhammadiyah.
Sejumlah wartawan bertanya, apakah wadah ormas Islam yang tergabung
dalam LPOI ingin menandingi Forum Umat Islam (FUI)? Ada pula pertanyaan,
dideklarasikannya forum ini, apakah terkait dengan konflik NU-Syiah di
Jawa Timur? Yang jelas, banyak pihak mempertanyakan, untuk apa dan ada
gerangan apa PBNU tiba-tiba membentuk satu wadah yang terdiri dari 13
ormas Islam tersebut?
Ke-13 ormas yang ikut mendeklarasikan dan menyatakan bergabung dalam
LPOI itu adalah: Nahdlatul Ulama (NU), Persis, Al-Irsyad al-Islamiyah,
al-Ittihadiyah, Matlaul Anwar, Ar-Rabithah al-Alawiyah, al-Washliyah,
Az-Zikra, Syarikat Islam Indonesia, Persatuan Islam Tionghoa Indonesia
(PITI), IKADI, Perti, dan Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII).
Dalam sambutannya Nazri Adlani dari Al Washliyah mengatakan, LPOI
terwujud untuk membangun Ukhuwah Islamiyah dalam bingkai NKRI. Misinya
adalah rahmatan lil’alamin, mewujudkan soliditas dan solidaritas sesama umat Islam.
Sementara itu dikatakan Luthfi At Tamimi (Sekum LPOI), ormas Islam
yang tergabung di LPOI ini tidak berpolitik. Lembaga Persahabatan Ormas
Islam ini dibentuk untuk menjaga Pancasila sampai akhir hayatnya.
“Siapapun yang berani mengugat, mengubah, dia akan berurusan dengan 13
ormas Islam ini, yang memiliki 100 juta anggota,” kata Lutfi mengancam.
Hadir dalam deklarasi tersebut diantaranya: Jusuf Habibie, Komjen
Imam Soejarwo yang mewakili Polri, Denjen Kopasus Soenarko, Prof. Maman
Abdurrahman, KH. Ahmad Satori.
Saat ditemui Voa-Islam, Ketua yayasan Az Zika Ustadz Abdul
Syukur mengatakan, bergabungnya Az Zikra di LPOI diawali dengan niat
baik, yakni atas dasar ukhuwah Islamiyah dan kemaslahatan. “Kami ikuti
yang senior. Tapi, kalau ditengah jalan terjadi sesuatu, maka Az Zikra
akan mengambil sikap sendiri,” ujarnya.
Ustadz Syukur mengaku belum pernah duduk dalam sebuah forum. Namun,
niatnya adalah dalam rangka merekat ukhuwah Islamiyah. Ia tidak tahu
persis latar belakang dibentuknya lembaga ini, entah bermuatan politik
atau tidak. “Niat kami hanya menjaga ukhuwah Islamiyah saja, tidak ada
kepentingan apapun.”
Ketua Umum PBNU KH. Said Aqil Siroj mengatakan, LPOI yang resmi
dikukuhkan pada tanggal 1 JUni 2012 terilhami oleh semangat kelahiran
Pancasila. Semua ormas yang tergabung dalam LPOI memiliki komitmen yang
sama terhadap empat pilar demokrasi, dengan mendeklarasikan sikap anti
kekerasan.
Bertepatan dengan hari lahir Pancasila pada 1 Juni 2012, 13 Ormas
Kemasyarakatan (Ormas) berbasis massa Islam itu secara resmi mengukuhkan
berdirinya Lembaga Persahabatan Ormas Islam (LPOI). Pengukuhan
dilaksanakan di Gedung Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU).
“Tidak ada kekerasan dalam agama, atau tidak ada agama yang
mengajarkan kekerasan. Kami Ormas Islam bergabung memiliki komitmen yang
sama, yakni menokak segala macam kekerasan,” kata Kiai Said.
Forum Persahabatan Ormas Islam dalam LPOI juga ditegaskan tidak
memiliki agenda politik. LPOI dibentuk sebagai wadah persahabatan
keimanan, akhlak, dan budaya. “LPOI dibentuk bukan untuk menghaapi
siapa-siapa, bukan untuk memusuhi siapa-siapa. LPOI juga tidak memiliki
kepentingan politik apapun,”tandas Said.
Melalui LPOI, ormas Islam yang sebelumnya sudah bersatu diharapkan
lebih mempererat hubungannya. LPOI memiliki sikap yang sama, siap
membantu Pemerintah dalam pemberdayaan masyarakat, serta menjaga
keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Pada akhir bulan Mei 2011, beberapa tokoh ormas-ormas Islam bertemu
di Gedung Pengurus Besar Nahlatul Ulama (PBNU). Dalam pertemuan
tersebut, tokoh-tokoh dari ormas Islam meminta kepada KH. Said Aqil
Siroj agar bisa bertemu dengan Presiden SBY di Istana untuk menghadap
dengan Pimpinan Ormas-ormas Islam.Inti dari pertemuan tersebut bersifat
silaturahim.
Pada 7 Juni 2011, selasa siang, utusan dari 12 ormas Islam diterima
SBY di Istana. Bersama dengan Presiden, hadir beberapa menteri,
diantaranya: Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Gamawan Fauzi, SH, MM,
Menteri Koordinator Bidang Politik Hukum dan Keamanan (Menko Polhukam)
Marsekal TNI (Purn) Djoko Suyanto, Menteri Agama (Menag) Drs.
Suryadharma Ali, Menteri Sekretaris Negara (Sekneg) Letjen TNI (Purn)
Sudi Silalahi.
Dikatakan, sudah beberapa kali pertemuan antara Ormas Islam didalam
satu wadah, dimana ada usulan seperti Forum Persahabatan Ormas Islam
Indonesia. Pada saat pertemuan (5 Agustus 2011) di Gedung Majalah
Sabili, terbentuklah team 9 orang untuk membahas nama, logo, visi dan
misi serta alamat sementara.
Pada tanggal 21 Oktiber 2011, dideklarasikan berdirinya Lembaga
Persahabatan Ormas Islam dengan susunan pengurusnya. Di Gedung PBNU,
Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII) dimasukkan sebagai pendiri
lembaga ini.
Lembaga Persahabatan Ormas Islam Indonesia segera menulis surat
kepada Kementerian Dalam Negeri, Kementerian Agama, Kapolri, Menko
Polhukam, serta Menkumham untuk beraudiensi.
Pada tanggal 20 Februari 2012 bertepatan dengan Hari Senin, Lembaga
Persahabatan Ormas Islam bertemu dengan Menteri Polhukam di Kantornya.
Pembentukan lembaga tersebut telah ada di akta Notariskan pada tanggal
18 April 2012. Desastian
Berpikir Amburadul Ala Ketua Umum PBNU Said Aqil soal Tauhid
JAKARTA (VoA-Islam) –
Berdalih rahmatan lil’alamin, tawassuth (moderat), tawazun (keseimbangan), I’tidal (jalan tengah) dan tasamuh
(toleran), Ketua Umum PBNU Said Aqil Siroj, membiarkan warganya
beragama dengan akidah yang menggoyahkan. Alih-alih jalan tengah, justru
membuat akidah warga NU bercampur dengan kebatilan, bahkan kemusyrikan.
Dikatakan Said Aqil, Dengan kata lain, memeluk agama Islam adalah
berarti “ber-Islam”, dan bukan memutlakkan Islam sebagai satu-satunya
nama agama. Tidak mustahil, seseorang mengaku secara formal sebagai
pemeluk agama Yahudi, Nasrani, Hindu, Budha, Khonghucu ataupun lainnya,
namun pada hakekatnya ia “ber-Islam”. Sekali-kali, Allah tidaklah
menuntut manusia untuk memeluk Islam secara formal, atau mengikrarkan
syahadat, tetapi justru hatinya bertolak belakang dengan pengakuan
lisannya itu. (hal 158).
Bicara soal Tuhan, Said Aqil menyatakan, agama manapun di muka
bumi, pasti meyakini dan mengimani adanya Zat Mahakuasa yang menciptakan
alam semesta dan seisinya. Perbedaan penyebutan nama Tuhan, apakah itu
Allah, Sang Hyang Widi, Dewa, Thian ataupun lainnya, bukanlah penghalang
bagi keimanan seseorang. Substansi Tuhan, sungguh pun disebut dengan
beribu-ribu nama, hakikatnya satu, yaitu Zat Pencipta alam semesta dan
seisinya, yang mengatur roda kehidupan segala makhluk di dunia hingga di
akhirat kelak.” (hal 263).
“Tuhan pun tidak akan marah seandainya tidak dipanggil Allah,
seperti halnya orang Jawa yang memanggil “Pangeran” atau “Gusti Allah”.
Semua symbol dan realitas lahiriah bukanlah tujuan beribadah dan
beragama. Terminal akhir dalam beragama dan beribadah adalah komitmen
seseorang untuk menghambakan diri kepada Tuhan. Tidak sedikit orang yang
mengatasnamakan agama, tapi hakikatnya justru mentuhankan diriny dan
melalaikan Allah.” (hal 310)
Menurut Said, umat beriman, bukanlah monopoli segolongan
komunitas penganut agama tertentu saja. Semua orang yang tak mengingkari
eksistensi Tuhan tercakup dalam bingkai “umat beriman” . Komunitas yang
berada di luar pagar umat beriman – meminjam istilah theologi Islam –
akan disebut gologan musyrik, munafiq, dan kafir… (hal 263).
Said juga menegaskan, aliran kepercayaan –Pangestu, sejauh yang ia
ketahui, memiliki beberapa kesamaan pandangan dengan Islam, dan dengan
agama-agama lainnya. (hal 297). Sebuah toleransi yang kebablasan menurut
otak Kiai NU yang satu ini.
Ukhuwah Islamiyah Eksklusif?
Kata Said, Allah sebagai Rabbul ‘alamin, penguasa alam semesta dan
seisinya mengajarkan umat-Nya untuk menjadi umat yang inklusif, toleran
dan terbuka. Distorsi lainnya adalah ketika ia lebih suka menggunakan
istilah persaudaraan seiman, ketimbang ukhuwah Islamiyah. (hal 310).
Bahkan kata Said Aqil, Al Qur’an sekalipun tidak menyinggung soal menganjurkan ukhuwah Islamiyah. Justru yang ditekankan adalah persaudaraan seiman.” Ia mengutip QS. Al Hujurat:10
Said menyebut kata ukhuwah Islamiyah cenderung eksklusif. “Oleh
karena itu, patut dipertanyakan seandainya ada sebagian umat Islam saat
ini yang mengembangkan visi eksklusif ukhuwah Islamiyah ini, sehingga
bisa mengganggu semangat kerukunan dan interaksu harmonis diantara umat
beragama…” (hal 310). Said bahkan menyebut kata ukhuwah Islamiyah
sebagai “benturan teologi” antar umat beragama. Benturan itu
ujung-ujungnya, kata Said, hanyalah soal perut, politik, atau
kepentingan sectarian masing-masing pemeluk agama. (Hal 310).
Perbedaan diantara agama-agama yang ada sebenarnya, lanjut Said,
merupakan kehendak Tuhan. Ini seharusnya dijadikan sebagai potensi untuk
menciptakan sebuah kehidupan yang menjunjung tinggi budaya toleransi. “….Keragaman formal dan nama agama-agama di dunia ini tak luput dari “rekayasa” Tuhan bagi kemaslahatan umat manusia.” (hal 311).Dalam bukunya, Said juga meyakini Alkitab Perjanjian Baru untuk menjadi kutipan.
Atas nama pendekatan tasawuf, Said mengklaim, aspek pluralism
bisa digali melalui dialog spiritual yang digunakan sebagai paradigm
pelibatan yang intens di antara berbagai komunitas penganut agama. Yang
dimaksud adalah forum lintas agama di sejulah daerah. (Hal 313 )
Masya Allah!! Semakin jelaslah, siapa yang memimpin warga NU saat ini dengan pemikiran sekuler dan liberalnya. Desastian
Rame-rame Membongkar Pemikiran Sesat Said Agil Siraj
JAKARTA (VoA-Islam) – http://www.voa-islam.com/news/indonesiana/2012/06/05/19360/ramerame-membongkar-pemikiran-sesat-said-agil-siraj/
Tongkat estafet
kepemimpinan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) setelah Abdurrahman
Wahid alias Gus Dur, sepertinya tak pernah habis mewariskan figur
kontroversial. Adalah KH. Said Aqil Siroj (SAS), yang kini diamanahkan
sebagai Ketua Umum PBNU, rupanya mendekati pemikiran yang sama dengan
Gus Dur, sama-sama “nyeleneh” dan distorsi.
Masih segar dalam ingatan, ketika underbouw NU menyatakan
penolakannya terhadap Lady Gaga dan Irshad Manji, Ketua Umum PBNU itu
malah bersikap tidak jelas, bahkan terkesan mendukung kemungkaran.
“Sejuta Lady Gaga, iman warga NU tidak akan berubah,” begitulah statemen
seorang kiai yang ternyata tidak dipatuhi oleh warganya sendiri.
Jika mencermati jalan pikirannya, baik secara lisan maupun tulisan
(buku), ternyata Said Aqil adalah seorang yang sekuler dan liberal.
Betapa ia begitu anti dengan simbol-silmbol Islam, terjangkit syariat
Islam Phobia, dan mengagung-agungkan sosok seperti al-Hallaj, Ibn Arabi,
hingga Syekh Siti Jenar. Pemikirannya dibingkai atas nama tasawuf.
Saat mendeklarasikan Lembaga Persahabatan Ormas Islam (LPOI) di
Gedung PBNU, sejumlah wartawan dan peserta yang hadir mendapat hadiah
buku yang ditulis KH. Said Aqil Siroj berjudul “ Tasawuf Sebagai Kritik
Sosial: Mengedepankan Islam sebagai Inspirasi, Bukan Aspirasi”. Buku
setebal 472 halaman tersebut diterbitkan oleh SAS Foundation bekerjasama
dengan LTN PBNU.
Setelah membaca dan membedah buku tersebut, tanpa diduga, banyak
terjadi distorsi (penyimpangan) dan aroma tendensius terhadap kelompok
Islam yang mendambakan syariat Islam sebagai aturan dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara.
Salah satu contoh, betapa bangganya Said Aqil Siraj ketika PBNU tidak
ikut-ikutan membuat fatwa sesat Ahmadiyah, seperti yang difatwakan oleh
MUI Pusat. Sungguh aneh, jika Said justru berempati pada Ahmadiyah. Ia
justru melempar tuduhan, kelompok Islam yang mengawal fatwa MUI tentang
sesatnya Ahmadiyah, dengan ungkapan:
“Islam, dengan kata lain, sudah menjadi agama pembenaran bagi
segenap tindakan yang tidak bermoral dan tidak beradab, dan bukan lagi
sebagai sebuah “hikmah” atau moralitas..” (hal 28).
Tentu sangat tidak adil, Ahmadiyah yang mengklaim Mirza Ghulam Ahmad
sebagai nabi ini justru tidak dikritisi oleh seorang kiai NU yang satu
ini, tapi justru mengecam keras umat Islam yang mendukung fatwa MUI
sebagai kelompok yang melakukan kekerasan.
Pada bagian lain (Bab 18) dalam pembahasan Problem Lokalisasi Judi:
Perspektif Fiqih Sosial, Said Aqil memberi jalan penyelesaiannya yang
sebetulnya menyesatkan. Menurut Said, adalah :
“wajar bila tuntutan sentralisasi lokalisasi judi perlu
diperhatikan. Yang terpenting, meletakkan kebijakan tersebut agar aman
dan terhindar dari ekses negatif. Tuntutan lainnya adalah komitmen law
enforcement serta pembinaan mentalitas jujur, disiplin dan
bertanggungjawab. Jaminan kesejahteraan dan kenyamanan bagi rakyat
adalah tujuan utama syariat Islam (maqashid asy-syari’ah). (Hal 404).
Bagi Said, nampaknya kemungkaran dan kesejahteraan harus berjalan
seiring. Lokalisasi judi dianggap wajar, di sisi lain berharap
terhindar dari ekses negatif. Bagaimana mungkin hak dan batil bercampur
aduk? Bagaimana mungkin air yang jernih dan minyak menyatu? Sungguh kiai
yang menyesatkan.
Latar Belakang SAS
Sebelum membedah pemikiran ngawurnya, perlu diketahui lebih jauh dan
latar belakang Prof.Dr. Said Aqil Siroj. Ia lahir di Cirebon, 3 Juli
1953. Lulus S1 dari Universitas King Abdul Aziz cabang Makkah, Fakultas
Syariah, tahun 1982. Lulus S2 dari Universitas Umm Al-Qura Makkah,
Fakultas Ushuluddin, tahun 1987, dan S3 diperoleh dari Universitas dan
fakultas yang sama, Umm Al Qura, tahun 1994 dengan predikat Summa Cumlaude.
Pendidikan agama diperoleh dari ayahnya di Madrasah Tolabul
Mubtadi’in, Kempek, Palimanan, Cirebon, kemudian dilanjutkan ke Pondok
Pesantren Lirboyo, Kediri dan di Pondok Pesantren Krapyak, Yogyakarta.
Kini, Said mengajar di Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
(1995-sekarang). Ia juga pernah menjabat sebagai Direktur Pascasarjana
Universitas Islam Malang (Unisma). Pernah menjadi anggota Komnas HAM
periode 1998-1999, dan anggota MPR-RI Fraksi Utusan Golongan tahun
1999-2004.
Pengalamannya berorganisasi, Said mengawalinya sebagai aktivis IPNU
cabang Palimanan Cirebon, PMII Yogyakarta, Ketua KMNU (Keluarga
Mahasiswa NU) Makkah,Wakil Katib ‘Am PBNU (1994-1998), Katib ‘Am PBNU
(1998-1999), Rais Syuriah PBNU (1999-2004), dan Ketua PBNU (2004-2009).
Kini ia menjabat sebagai Ketua Umum PBNU periode 2010-2014.
Sang Kiai kerap mengutip hadits yang berbunyi:
“Suatu saat nanti akan muncul sekelompok kecil dari umatku yang
membaca Al-Qur’an, tetapi tidak mendapatkan substansinya. Mereka itu
adalah sejelek-jeleknya makhluk di dunia ini.”
Tapi sepertinya Said Aqil Siroj tidak sadar bahwa hadits itu
sesungguhnya ditujukan untuk menyindir dirinya sendiri. Ia lebih suka
hadits itu diarahkan kepada lawan-lawan ideologinya. Nampaknya untaian
kata yang benar, namun tendensius dan mengarah pada yang batil, ada pada
diri seorang Said Aqil.
Untuk membedah pemikiran Said Aqil Siroj, Voa-Islam akan
mengurainya dalam beberapa tulisan. Banyak bukti-bukti kesesatan
berpikir sang kiai yang pernah aktif sebagai penasihat persahabatan
Indonesia-Libya ini. Kita khawatir “Sejuta Said Aqil Siroj, iman Warga
NU bisa Luntur”. Desastian
Said Aqil Betul-betul Sekuler,Tolak Fatwa Haram MUI soal Sepilis
JAKARTA (VoA-Islam) - Lagi-lagi Said Aqil menunjukkan ketidaksukaannya kepada kelompok Islam yang menolak sekularisme. “Anehnya,
kebanyakan orang yang mempersoalkan paham itu muncul dari para politisi
yang mengaku berasal dari partai-partai Islam. Menurut mereka, negara
dan agama laksana sekeping dua mata uang tak adapat dipisah-pisahkan.
Jika keduanya dipisahkan, maka dianggap sangat berlawanan dengan ajaran
agama,” tukas Said.
Gairah formalisasi Islam, yang mengangkat wacana kesatuan agama
dan institusi negara, belakangan ini semakin meningkat. Ini seiring
dengan maraknya arus reformasi. Berdirinya partai-partai ber”asas
Islam”, munculnya ide pembentukan fraksi Islam di DPR/MPR, serta
terangkatnya kembali isu Piagam Jakarta, merupakan indikasi kuat atas
upaya menyeret Islam dalam wilayah pemerintahan dan kenegaraan. Untuk
menguji validitas gagasan para pelaku “politik Islam” tersebut,
diperlukan tabayun atau klarifikasi berkaitan soal relasi Islam dan
politik ini. Benarkah Islam memandang agama dan negara dalam satu wadah?
(hal 169-170)
Kini, terbukti sudah, bahwa Said Aqil betul-betul sekuler dan berpaham liberal. Ia katakan, “…Islam
sejak semula memang memberikan ruang atau sekulerisme. Bahkan bisa
dikatakan bahwa sekulerisme merupakan karakteristik Islam. Corak
kehidupan masyarakat Madinah yang dibangun Nabi Muhammad Saw menjadi
saksi sejarah untuk itu.
Saat itu, Nabi Muhammad membedakan antara posisinya sebagai Nabi
di satu sisi, , dan sebagai kepala negara di sisi lain. Piagam Madinah
yang menjadi landasan bangunan etika pemerintahan saat itu, sama sekali
tak menyebutkan asas Islam. Bahkan dalam suatu hadits secara tegas
dikatakan Kalian lebih tahi soal urusan duniawi kalian.” (hal 170).
Lanjutnya, Tak satu pun dari prinsip-prinsip keagamaan ini yang
dirancang untuk menghantam hukum positif negara. Berdirinya sebuah
negara – meskipun tidak memakai asas Islam secara formal – tidak lepas
dari upaya mengimplementasikan kelima prinsip tadi.
Mengapa Tidak Perlu Asas Formal Islam? Ini pertanyaan yang akan dijawab oleh Said Aqil dengan otak sekulernya: “Perlu
kami tekankan bahwa esensi Islam bukanlah terletak pada dimensi
legal-formal symbol-simbolnya. Justru perilaku dan moralitas manusialah
yang menjadi prioritas utama agar manusia bisa berakhlak mulia. “ (hal 171).
Formalitas Islam, kata Said, hanyalah sebatas syiar
keagamaan yang kualifikasinya hanya berada di penghujung ayat. Sementara
yang diprioritaskan adalah berseru kepada Allah dan beramal saleh.
Seruan Tuhan tersebut memang sangat beralasan. Apabila prioritas
formalitas Islam diletakkan pada peringkat pertama, tentu sangat
berbahaya… (hal 172).
Said Aqil lalu menyimpulkan, “Islam tidak dirancang untuk menjadi
sebuah institusi negara. Upaya menarik Islam dalam sebuah formalitas
politik praktis dan urusan kenegaraan justru semakin membawa Islam pada
arena kepentingan yang sangat instan serta memerosokannya dalam lembah
distorsi doktrinal. Dan karena itu pula, pemisahan agama dan negara atau
sekularisme mutlak bukanlah suatu keniscayaan. Memang, sungguh tidak
mudah memahami Islam secara benar.” (hal 172)
Tolak Fatwa Haram Sepilis
Pluralisme juga diusung Said: “Sejarah panjang umat beragama
telah menunjukkan bahwa manusia mampu mengelola pluralism dengan baik.
Sebenarnya jika kita teliti lebih jauh, pluralisme juga mencapai puncak
harmoni ketika manusia berbicara tentang “pintu-pintu menuju Tuhan”. (hal 288)
Lalu bagaimana dengan sebutan pluralism itu sendiri? Bukankah itu
dianggap problematic? Apalagi setelah MUI mengeluarkan fatwa haramnya
pluralisme (Juli 2005)? Pertanyaan ini dijawab Said Aqil sebagai
berikut:
Wacana pluralism, humanism, demokrasi dan universalisme,
merupakan konsep-konsep yang bersifat universal dengan setting sosial
yang sifatnya lokal. Berbagai konsep tersebut kemudian mengalami
sosialisasi menembus batas negara hingga merasuk ke semua lapisan
masyarakat di belahan dunia. Konsep-konsep tersebut dengan cepat
mengglobal karena isu-isu kemanusiaan menjadi acuan bersama. Lahirnya
konsep-konsep tersebut di negara-negara maju ikut pula mendorong proses
ekspansinya ke negara-negara yang lebih terbelakang.
“Walhasil, indegenisasi pluralism dalam konteks umat Islam tidak
akan membahayakan sepanjang tetap mempertahankan spesifikasi ajaran
Islam dn tetap berpijak pada prinsip-prinsip universal. Jadi, tidak
perlu misalnya dengan mengeluarkan fatwa-fatwa halal-haram, yang justru
kian membuat bingung umat,” ungkap Said. (hal 291).
Pada halaman 363, Said mengatakan, sekulerisasi dalam Islam lebih
dekat dengan pengertian “islahuddin” atau pembaharuan agama. (hal 363). Desastian
Saya agak bingung dengan pernyataan bahwa islam memberi ruang alias sekularisme. Apakah berarti diperbolehkan seorang muslim mengakui bahwa ada nabi lain selain rasulullah Muhammad SAW sebagai nabi terakhir? Apabila diperbolehkan maka bolehkah mengganti pernyataan syahadat yang kedua dengan selain Muhammad SAW? Apakah seperti ini yang ada dalan pemikiran Bpk. Said Agil Siradj? Mohon seseorang dapat membantu menjelaskan ini
BalasHapusagil siradj memang orang sinting yang tergagnggu otaknya
HapusSaya kebetulan bukan yang faham dengan pemikiran Bp Said Agil Siradj.... Saya fikir dlm NU itu banyak pemikir2 yang konon macam2...sejak dulu....
BalasHapusKonon nahdiyin yang berfikiran konsisten dg nas2 agama secara utuh...banyak yg aktif di Masyumi...walaupun mereka secara silaturahim dengan sesama nahdiyin masih terus berlangsung...
Dan diantara mereka ada juga yg tidak sependapat denga beliau(bp SAS)...
Soal syahadat sbg muslim tidak boleh berganti-ganti... yaa tetap sj syahadatain seprti yang asli...(menurut saya)
Kalau dari gaya berpolitik ..pemimpin NU diantaranya kan memang ada yang begitu...itu..ikut2.. gaya Gus Dur-lah..yg konon sangat dimuliakan oleh sebagian nahdiyin..dan di-gadang2 sebagai orang besar Indonesia oleh politikus imperialistik dan kapitalistik Barat dan juga para agen2 dan antek2nya disini...
Hanya saja umat Islam secara individu dan kseluruhannya harus waspada... karena bukan hal yang mustahil kalau mereka ... ada tujuan Barat tertentu dan terselubung..dengan melakukan seperti itu terhadap Gus Dur..dan yang sealiran... Karena biasanya ada kepentingan yang menipu..terhadap kita2 bangsa Indonesia dan khususnya umat Islam yang kritis.....atau tujuan ganda dengan meng-obok2 dan memecah belah..atau mendangkalkan jiwa2 patriotik bangsa..konon mendistorsi..
Maka kuatkan silaturahim dg halim dan akhlakulkariem.. serta kuatkan upaya persaudraan sesama muslimin seluruhnya untuk terus membangun persatuan umat Islam secara kaffah dan merorientasi kepada ajaran Islam dan syariah Islam..secara lurus.. Insya Allah nanti akan tiba saatnya.. bahwa Agama dan Negara menjadi satu dan keadilan atas azas Kebenaran Allah SWT akan menjadi rahmatan lilálamien secara kongkrit dan dirasakan langsung keamanan-adil paramarta..bagi segenap rakyat dan bangsa Indonesia Raya.. aamiin