Kompleks Pesantren Syiah di Sampang Dibakar Massa
Penulis : Muhammad Gozi
Kamis, 29 Desember 2011 13:09 WIB
Insiden itu akibat dari penolakan sebagian masyarakat setempat terhadap pesantren yang dianggap menyebarkan ajaran Syiah sejak sekitar lima tahun terakhir.
Aksi pembakaran dilakukan ratusan massa bersenjata tajam yang datang dari beberapa desa di Kecamatan Karangpenang, Sampang. Mereka membakar rumah Tajul Muluk, tempat ibadah, dan bangunan sekolah yang berada di Dusun Nangkrenang, Desa Karang Gayam, Kecamatan Karangpenang.
Dua kompi anggota Polisi dibantu aparat TNI yang diterjunkan ke lokasi kejadian tidak mampu berbuat banyak. Sebab massa mengancam siapapun yang tidak dikenal dan berusaha mendekat ke lokasi.
Bahkan beberapa anggota Koramil Karangpenang juga sempat diserang saat berusaha meredam amuk massa. Beruntung mereka berhasil menyelamatkan diri.
Sampai saat ini belum diketahui nasib Tajul Muluk, keluarga dan pengikutnya yang berada di kompleks pesantren tersebut. Namun, informasi yang beredar menyatakan mereka berhasil menyelamatkan diri.
Kepala Bag Ops Polres Sampang Komisaris Danuri, mengatakan pihaknya hanya bisa berjaga-jaga di sekitar lokasi untuk mengantisipasi akibat negatif yang lebilh parah, karena kondisi belum memungkinkan untuk mendekat ke lokasi.
"Kami masih menunggu bantuan pasukan dari Polres Pamekasan dan Brimob Polda Jatim," kata Danuri. (MG/OL-3)
Aksi pembakaran dilakukan ratusan massa bersenjata tajam yang datang dari beberapa desa di Kecamatan Karangpenang, Sampang. Mereka membakar rumah Tajul Muluk, tempat ibadah, dan bangunan sekolah yang berada di Dusun Nangkrenang, Desa Karang Gayam, Kecamatan Karangpenang.
Dua kompi anggota Polisi dibantu aparat TNI yang diterjunkan ke lokasi kejadian tidak mampu berbuat banyak. Sebab massa mengancam siapapun yang tidak dikenal dan berusaha mendekat ke lokasi.
Bahkan beberapa anggota Koramil Karangpenang juga sempat diserang saat berusaha meredam amuk massa. Beruntung mereka berhasil menyelamatkan diri.
Sampai saat ini belum diketahui nasib Tajul Muluk, keluarga dan pengikutnya yang berada di kompleks pesantren tersebut. Namun, informasi yang beredar menyatakan mereka berhasil menyelamatkan diri.
Kepala Bag Ops Polres Sampang Komisaris Danuri, mengatakan pihaknya hanya bisa berjaga-jaga di sekitar lokasi untuk mengantisipasi akibat negatif yang lebilh parah, karena kondisi belum memungkinkan untuk mendekat ke lokasi.
"Kami masih menunggu bantuan pasukan dari Polres Pamekasan dan Brimob Polda Jatim," kata Danuri. (MG/OL-3)
Ilustrasi pembakaran rumah. woldcnews.com
Selasa, 20 Desember 2011 | 18:16 WIB
Pembakaran Rumah Penganut Syiah Harus Diselidiki
TEMPO.CO, Sampang - Tokoh agama dari Nahdlatul Ulama Kecamatan Karang Gayam, Kabupaten Sampang, Jawa Timur, meminta polisi mengusut tuntas terbakarnya rumah Matsiri, seorang pengikut aliran Syiah di Desa Bluguran, Kecamatan Karang Penang. "Kami mendukung polisi agar menangkap siapa pun pelakunya. Supaya jelas, rumah itu terbakar sendiri atau dibakar," kata salah seorang tokoh NU, Ustad Roisul Hukama, kepada Tempo, Selasa, 20 Desember 2011.
Menurut Roisul, penyelidikan menyeluruh terhadap kasus kebakaran yang terjadi Minggu, 18 Desember 2011, sangat penting dilakukan. Sebab, selama ini jika ada masalah yang menimpa jemaah Syiah di Sampang, pasti selalu diidentikkan dengan warga NU.
Berdasarkan informasi yang dihimpun Tempo, terbakarnya rumah Matsiri itu terjadi beberapa hari setelah tokoh Syiah Sampang, Ustad Tajul Muluk, pulang ke pesantrennya di Dusun Nangkernang, Kecamatan Karang Gayam.
Ustad Roisul mengatakan kepulangan diam-diam Tajul Muluk membuat warga Karang Gayam marah karena dianggap melanggar surat kesepakatan. Dalam surat kesepakatan itu disebutkan bahwa Ustad Tajul Muluk baru boleh kembali ke Sampang setelah setahun di pengasingan antara Surabaya dan Malang. "Warga merasa dibohongi karena belum setahun sudah pulang kembali," ujarnya.
Tak hanya marah, menurut Ustad Roisul, warga Karang Gayam sempat mau berunjuk rasa besar-besaran ke pesantren Tajul Muluk. Namun, berhasil dicegah oleh tokoh agama dan aparat kepolisian setempat. Diduga karena tidak bisa berunjuk rasa itulah, warga anti-Syiah melampiaskan kemarahannya kepada pengikut aliran Syiah.
Sementara itu, Kepala Bagian Operasional Polres Sampang, Komisaris Polisi Danuri, belum dapat dimintai konfirmasi. Pesan singkat dan telepon sejumlah wartawan tidak direspon.
MUSTHOFA BISRI
Menurut Roisul, penyelidikan menyeluruh terhadap kasus kebakaran yang terjadi Minggu, 18 Desember 2011, sangat penting dilakukan. Sebab, selama ini jika ada masalah yang menimpa jemaah Syiah di Sampang, pasti selalu diidentikkan dengan warga NU.
Berdasarkan informasi yang dihimpun Tempo, terbakarnya rumah Matsiri itu terjadi beberapa hari setelah tokoh Syiah Sampang, Ustad Tajul Muluk, pulang ke pesantrennya di Dusun Nangkernang, Kecamatan Karang Gayam.
Ustad Roisul mengatakan kepulangan diam-diam Tajul Muluk membuat warga Karang Gayam marah karena dianggap melanggar surat kesepakatan. Dalam surat kesepakatan itu disebutkan bahwa Ustad Tajul Muluk baru boleh kembali ke Sampang setelah setahun di pengasingan antara Surabaya dan Malang. "Warga merasa dibohongi karena belum setahun sudah pulang kembali," ujarnya.
Tak hanya marah, menurut Ustad Roisul, warga Karang Gayam sempat mau berunjuk rasa besar-besaran ke pesantren Tajul Muluk. Namun, berhasil dicegah oleh tokoh agama dan aparat kepolisian setempat. Diduga karena tidak bisa berunjuk rasa itulah, warga anti-Syiah melampiaskan kemarahannya kepada pengikut aliran Syiah.
Sementara itu, Kepala Bagian Operasional Polres Sampang, Komisaris Polisi Danuri, belum dapat dimintai konfirmasi. Pesan singkat dan telepon sejumlah wartawan tidak direspon.
MUSTHOFA BISRI
Ilustrasi. TempoAndry Prasetyo
Kamis, 29 Desember 2011 | 12:08 WIB
Pesantren Syiah di Sampang Madura Dibakar Massa
TEMPO.CO, Sampang - Kompleks Pesantren Islam Syiah di Dusun Nangkernang, Desa Karang Gayam, Kecamatan Omben, Kabupaten Sampang, dibakar massa, Kamis, 29 Desember 2011.
Sekitar pukul 10.00 pagi tadi, ratusan massa dari berbagai desa di Kecamatan Omben dan Karang Penang menyerbu Pusat Islam Syiah di Madura. Sambil mengumandangkan takbir, massa dari Islam Sunni itu membakar musala, madrasah, asrama dan rumah pemimpin Syiah Sampang, Ustad Tajul Muluk.
Sejauh ini belum dilaporkan amuk massa itu menimbulkan korban jiwa. Dua kompi aparat Kepolisian Resor Sampang tidak bisa masuk ke lokasi karena jalan menuju Nangkernang diblokir massa yang melengkapi diri dengan berbagai senjata tajam. Aparat Komando Rayon Militer Omben dikabarkan sempat diserang massa karena mencoba masuk ke lokasi.
"Orang dari luar desa dan tidak dikenal warga diancam akan dihabisi," kata Muhammad Alim, warga Karang Gayam, kepada Tempo.
Kepala Bagioan Operasional Polres Sampang, Komisaris Zainuri, mengatakan karena kalah jumlah, polisi belum bisa masuk ke lokasi. Polisi masih menunggu bantuan dari Kepolisian Daerah Jawa Timur dan dan Kepolisian Resor Pamekasan, kabupaten di sebelah timur Sampang. "Situasi tidak memungkinkan kami ke lokasi," ungkapnya.
MUSTHOFA BISRI
Sekitar pukul 10.00 pagi tadi, ratusan massa dari berbagai desa di Kecamatan Omben dan Karang Penang menyerbu Pusat Islam Syiah di Madura. Sambil mengumandangkan takbir, massa dari Islam Sunni itu membakar musala, madrasah, asrama dan rumah pemimpin Syiah Sampang, Ustad Tajul Muluk.
Sejauh ini belum dilaporkan amuk massa itu menimbulkan korban jiwa. Dua kompi aparat Kepolisian Resor Sampang tidak bisa masuk ke lokasi karena jalan menuju Nangkernang diblokir massa yang melengkapi diri dengan berbagai senjata tajam. Aparat Komando Rayon Militer Omben dikabarkan sempat diserang massa karena mencoba masuk ke lokasi.
"Orang dari luar desa dan tidak dikenal warga diancam akan dihabisi," kata Muhammad Alim, warga Karang Gayam, kepada Tempo.
Kepala Bagioan Operasional Polres Sampang, Komisaris Zainuri, mengatakan karena kalah jumlah, polisi belum bisa masuk ke lokasi. Polisi masih menunggu bantuan dari Kepolisian Daerah Jawa Timur dan dan Kepolisian Resor Pamekasan, kabupaten di sebelah timur Sampang. "Situasi tidak memungkinkan kami ke lokasi," ungkapnya.
MUSTHOFA BISRI
indonesiaboat.com
Kapal induk AS.
Iran: Kapal Induk AS Jangan Kembali ke Teluk
Selasa, 03 Januari 2012 19:30 WIB
REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN - Satu kapal induk Amerika Serikat yang digelar di Timur Tengah tidak boleh kembali ke pangkalannya di Teluk Persia, kata pernyataan komandan angkatan bersenjata Iran, Selasa.
"Kami menganjurkan dan menegaskan bahwa kapal perang ini jangan kembali ke bekas pangkalannya di Teluk Persia," kata Brigjen Ataollah Salehi kepada wartawan, yang dikutip laman internet angkatan bersenjata. "Kami tidak berniat untuk mengulangi peringatan kami, dan kami hanya memberikan peringatan satu kali," katanya .
Peringatan itu dikeluarkan hanya satu hari setelah angkatan laut Iran menyelesaikan latihan perang 10 hari di jalur masuk ke Teluk. Latihan itu dilakun dengan uji coba penembakan tiga rudal yang dirancang untuk menenggelamkan kapal-kapal selam.
Kapal induk itu yang dikemukakan Salehi itu adalah USS John C. Stennis, salah satu dari kapal-kapal perang terbesar angkatan laut AS. Kapal itu pekan lalu memasuki Selat Hormuz menuju arah timur Teluk Oman dan melintasi satu zona di mana angkatan laut Iran tengah melakukan latihan perang.
Departemen Pertahanan Amerika Serikat mengatakan perjalanan itu adalah "rutin". AS paling tidak menggelar perjalanan satu kapal induk di atau dekat Teluk pada setiap saat. Kapal itu dirotasi selama beberapa minggu atau bulan. AS mempertahankan pangkalan Armada Ke-V nya di negara Bahrain.
Tidak segera diketahui apakah kapal induk USS C. Stennis itu menurut rencana akan kembali ke Teluk itu atau akan digantikan oleh salah satu dari 11 kapal induk AS.
Kapal induk itu meninggalkan pangkalannya di negara bagian Washington barat akhir Juli tahun lalu untuk penempatan selama tujuh bulan, termasuk melakukan operasi-operasi di Teluk, kata laman-laman internet angkatan laut AS.
Iran mengancam akan menutup Selat Hormuz jika pihaknya diserang atau jika negara-negara Barat menjatuhkan sanksi terhadap ekspor minyaknya. Sekitar 20 persen minyak dunia dikirim melalui selat itu. AS memperingatkan tidak akan menoleransi penutupan selat yang strategis itu.
Ketegangan-ketegangan semakin meningkat setelah kepala staf angkatan bersenjata, Jendral Jassan Firouzabadi, mengumumkan bahwa Pengawal Revolusi Iran, yang divisi maritimnya menangani operasi-eperasi militer di selat tersebut dan Teluk Persia akan segera melakukan manuver-manuver di daerah itu.
Manuver-manuver itu adalah bagian dari program angkatan laut Iran dan Pengawal Revolusi yang diselenggarakan setiap tahun. "Tujuannya untuk meningkatkan kesiapan kemampuan angkatan laut Pegawal Revolusi," kata Firouzabadi yang dikutip kantor berita Fars.
"Kami menganjurkan dan menegaskan bahwa kapal perang ini jangan kembali ke bekas pangkalannya di Teluk Persia," kata Brigjen Ataollah Salehi kepada wartawan, yang dikutip laman internet angkatan bersenjata. "Kami tidak berniat untuk mengulangi peringatan kami, dan kami hanya memberikan peringatan satu kali," katanya .
Peringatan itu dikeluarkan hanya satu hari setelah angkatan laut Iran menyelesaikan latihan perang 10 hari di jalur masuk ke Teluk. Latihan itu dilakun dengan uji coba penembakan tiga rudal yang dirancang untuk menenggelamkan kapal-kapal selam.
Kapal induk itu yang dikemukakan Salehi itu adalah USS John C. Stennis, salah satu dari kapal-kapal perang terbesar angkatan laut AS. Kapal itu pekan lalu memasuki Selat Hormuz menuju arah timur Teluk Oman dan melintasi satu zona di mana angkatan laut Iran tengah melakukan latihan perang.
Departemen Pertahanan Amerika Serikat mengatakan perjalanan itu adalah "rutin". AS paling tidak menggelar perjalanan satu kapal induk di atau dekat Teluk pada setiap saat. Kapal itu dirotasi selama beberapa minggu atau bulan. AS mempertahankan pangkalan Armada Ke-V nya di negara Bahrain.
Tidak segera diketahui apakah kapal induk USS C. Stennis itu menurut rencana akan kembali ke Teluk itu atau akan digantikan oleh salah satu dari 11 kapal induk AS.
Kapal induk itu meninggalkan pangkalannya di negara bagian Washington barat akhir Juli tahun lalu untuk penempatan selama tujuh bulan, termasuk melakukan operasi-operasi di Teluk, kata laman-laman internet angkatan laut AS.
Iran mengancam akan menutup Selat Hormuz jika pihaknya diserang atau jika negara-negara Barat menjatuhkan sanksi terhadap ekspor minyaknya. Sekitar 20 persen minyak dunia dikirim melalui selat itu. AS memperingatkan tidak akan menoleransi penutupan selat yang strategis itu.
Ketegangan-ketegangan semakin meningkat setelah kepala staf angkatan bersenjata, Jendral Jassan Firouzabadi, mengumumkan bahwa Pengawal Revolusi Iran, yang divisi maritimnya menangani operasi-eperasi militer di selat tersebut dan Teluk Persia akan segera melakukan manuver-manuver di daerah itu.
Manuver-manuver itu adalah bagian dari program angkatan laut Iran dan Pengawal Revolusi yang diselenggarakan setiap tahun. "Tujuannya untuk meningkatkan kesiapan kemampuan angkatan laut Pegawal Revolusi," kata Firouzabadi yang dikutip kantor berita Fars.
Iran Ultimatum Kapal Induk AS Agar Angkat Kaki dari Timur Tengah
Selasa, 03 Januari 2012 19:45 WIB
REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN - Satu kapal induk Amerika Serikat yang digelar di Timur Tengah harus "kembali" ke pangkalannya di Teluk Persia, kata pernyataan komandan angkatan bersenjata Iran, Selasa (2/1).
"Kami menganjurkan dan menegaskan bahwa kapal perang ini jangan kembali ke bekas pangkalannya di Teluk Persia," kata Brigjen Ataollah Salehi kepada wartawan, yang dikutip laman internet angkatan bersenjata.
"Kami tidak berniat untuk mengulangi peringatan kami, dan kami hanya memberikan peringatan satu kali," katanya lagi.
Peringatan itu dikeluarkan hanya satu hari setelah angkatan laut Iran menyelesaikan latihan perang 10 hari di jalur masuk ke Teluk dengan uji coba penembakan tiga rudal yang dirancang untuk menenggelamkan kapal-kapal selam.
Kapal induk itu yang dikemukakan Salehi itu adalah USS John C.Stennis, salah satu dari kapal-kapal perang terbesar angkatan laut AS. Kapal itu pekan lalu memasuki Selat Hormuz menuju arah timur Teluk Oman dan melalui satu zona di mana angkatan laut Iran sedang melakukan latihan perang. Departemen Pertahanan Amerika Serikat mengatakan perjalanan itu adalah "rutin".
AS paling tidak menggelar satu kapal induk di atau dekat Teluk pada setiap saat, rotasi selama bberapa minggu atau bulan. AS mempertahankan pangkalan Armada kelimanya di negara Bahrain.
Tidak segera diketahui apakah kapal induk USS C.Stennis itu menurut rencana akan kembali ke Teluk itu atau akan digantikan oleh salah satu dari 11 kapal induk AS.
Kapal induk itu meninggalkan pangkalannya di negara bagian Washingtin barat akhir Juli tahun lalu untuk penggelaran tujuh bulan yang termasuk operasi-operasi di Teluk,kata laman-laman internet angkatan laut AS.
Iran mengancam akan menutup Selat Hormuz jika pihaknya diserang atau jika negara-negara Barat menjatuhkan sanksi terhadao ekspor minyaknya. Sekitar 20 persen minyak dunia dikirim melalui selat itu. AS memperingatkan pihaknya tidak akan menoleransi penutupan selat yang strategis itu.
Ketegangan-ketegangan semakin meningkat setelah kepalastaf angkatanbersenjataJendral Jassan Firouzabadi mengumumkan bahwa Pengawal Revolusi Iran, yang divisi maritimnya menangani operasi-eperasi militer di selat itu dan Teluk Persia akan segera melakukan manuver-manuver mereka sendiri di daerah itu.
Manuver-manuver itu adalah bagian dari program angkatan laut Iran dan Pengawal Revoslui yang diselenggarakan setiap tahun untuk meningkatkan kesiapan kemampuan angkatan laut Pegawal Revolusi," kata Firouzabadi yang dikutip kantor berita Fars.
"Kami menganjurkan dan menegaskan bahwa kapal perang ini jangan kembali ke bekas pangkalannya di Teluk Persia," kata Brigjen Ataollah Salehi kepada wartawan, yang dikutip laman internet angkatan bersenjata.
"Kami tidak berniat untuk mengulangi peringatan kami, dan kami hanya memberikan peringatan satu kali," katanya lagi.
Peringatan itu dikeluarkan hanya satu hari setelah angkatan laut Iran menyelesaikan latihan perang 10 hari di jalur masuk ke Teluk dengan uji coba penembakan tiga rudal yang dirancang untuk menenggelamkan kapal-kapal selam.
Kapal induk itu yang dikemukakan Salehi itu adalah USS John C.Stennis, salah satu dari kapal-kapal perang terbesar angkatan laut AS. Kapal itu pekan lalu memasuki Selat Hormuz menuju arah timur Teluk Oman dan melalui satu zona di mana angkatan laut Iran sedang melakukan latihan perang. Departemen Pertahanan Amerika Serikat mengatakan perjalanan itu adalah "rutin".
AS paling tidak menggelar satu kapal induk di atau dekat Teluk pada setiap saat, rotasi selama bberapa minggu atau bulan. AS mempertahankan pangkalan Armada kelimanya di negara Bahrain.
Tidak segera diketahui apakah kapal induk USS C.Stennis itu menurut rencana akan kembali ke Teluk itu atau akan digantikan oleh salah satu dari 11 kapal induk AS.
Kapal induk itu meninggalkan pangkalannya di negara bagian Washingtin barat akhir Juli tahun lalu untuk penggelaran tujuh bulan yang termasuk operasi-operasi di Teluk,kata laman-laman internet angkatan laut AS.
Iran mengancam akan menutup Selat Hormuz jika pihaknya diserang atau jika negara-negara Barat menjatuhkan sanksi terhadao ekspor minyaknya. Sekitar 20 persen minyak dunia dikirim melalui selat itu. AS memperingatkan pihaknya tidak akan menoleransi penutupan selat yang strategis itu.
Ketegangan-ketegangan semakin meningkat setelah kepalastaf angkatanbersenjataJendral Jassan Firouzabadi mengumumkan bahwa Pengawal Revolusi Iran, yang divisi maritimnya menangani operasi-eperasi militer di selat itu dan Teluk Persia akan segera melakukan manuver-manuver mereka sendiri di daerah itu.
Manuver-manuver itu adalah bagian dari program angkatan laut Iran dan Pengawal Revoslui yang diselenggarakan setiap tahun untuk meningkatkan kesiapan kemampuan angkatan laut Pegawal Revolusi," kata Firouzabadi yang dikutip kantor berita Fars.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar