Momen Tahun Baru Hijriyah dan Maulid Nabi Dijadikan Syiar Islam Mualaf Tionghoa
Ketua Persatuan Iman Tauhid Indonesia (PITI), DKI Jakarta, Syarif Tanudjaja menuturkan tahun depan pihaknya akan lebih optimal lagi dalam mengeliatkan syiar Islam di kalangan mualaf. Caranya, memanfaatkan momentum perayaan hari besar Islam sebagai strategi untuk lebih mendekatkan atau mengenalkan mualaf kepada ajaran Islam.
“Kami telah mencoba itu, dalam perayaan maulid Nabi Muhammad SAW. Ternyata luar biasa, tak hanya mualaf, keluarganya pun turut menjadikan perayaan itu untuk lebih mengenal Islam,” kata dia saat berbincang dengan media, Rabu (28/12).
Yang menarik lagi, ungkap dia, perayaan itu juga merekatkan kembali tali persaudaraan yang sempat terputus dalam sebuah keluarga lantaran salah satu anggota keluarga memeluk Islam. “Saya pikir ini merupakan kemajuan yang baik bagi mualaf dan umat Islam pada umumnya,” tutur dia.
Karena itu, lanjut Syarif, ke depan, PITI, tanpa mengesampingkan hari lain, akan mengoptimalkan perayaan hari besar Islam sebagai wadah untuk memperkuat syiar Islam. Harapannya, perayaan yang dilakukan mengena tidak hanya kepada umat Islam, mualaf khususnya, tapi juga keluarga atau saudara-saudara yang non-Muslim. “Ini merupakan strategi bernilai strategis,” pungkas dia.
Tidak Hanya Kalangan Bawah
Stereotip yang mengatakan sebagian mualaf berasal dari kalangan tidak mampu dapat dihilangkan apabila umat Islam benar-benar memberikan perhatian lebih. Selama ini, perhatian itu dirasakan belum optimal.
Ketua Pembina Iman Tauhid Islam (PITI) DKI Jakarta, Syarif Tanudjaja, mengatakan stereotip itu dapat dihilangkan dengan dua hal.
Pertama, membantu mereka secara material dengan harapan akan memberikan modal awal guna membimbing mualaf untuk mandiri.
“Seperti kita ketahui, kondisi ini tidak terlepas dari kondisi di mana mereka yang mualaf dijauhi keluarga. Secara otomatis, mereka kehilangan pegangan secara ekonomi,” kata dia, Rabu (28/12).
Modal awal itu, papar dia, bisa berupa optimalisasi ekonomis umat seperti pengembangan masjid sebagai sumber kemakmuran umat, melalui hal itu dapat berkembang produk dan jasa halal.
Kedua, kata Syarif, umat Islam perlu memberikan suntikan spiritual berupa pengetahuan dasar dan mendalam tentang Islam. Tanpa pegangan spiritual, mualaf masih rentan untuk meninggalkan keyakinan barunya.
Sebabnya, bimbingan, dan arahan saudara-saudara Muslim lain menjadi sangat penting. “Kekuatan iman dan takwa merupakan modal yang tak kalah penting. Apalagi, secara psikologis kondisi mental mualaf belumlah stabil,” kata dia.
Maka dari itu, ungkap Syarif, umat Islam perlu menyisihkan perhatiannya kepada para mualaf. Sejarah mencatat, umat Islam menjadi besar lantaran dibangun oleh para sahabat Nabi Muhammad SAW yang merupakan mualaf. “Insya Allah, sekecil apa pun perhatian yang diberikan akan memberikan dampak positif kepada mereka,” pungkas dia.
republika | fimadani
Dzikir Nasional, Cara Alternatif Hindari Perayaan Tahun Baru
Malam pergantian tahun tidak melulu harus dilalui dengan pesta ria. Mesjid Agung At-Tin. Mesjid Taman Mini Indonesia Indah, Jakarta Timur, Sabtu (31/12/2011) menggelar Dzikir Nasional.
Beberapa tokoh dan pejabat seperti mantan Menteri Agama Muhammad Maftuh Basyuni, Menteri Agama menjabat Suryadharma Ali, ustadz Arifin Ilham, mantan ketua MPR Hidayat Nur Wahid, ustadz Yusuf Mansur, dan Ketua PBNU Said Aqil Siradj dijadwalkan menghadiri dzikir nasional ini.
Dzikir yang akan di mulai pada pukul 19.00 sampai 24.00 WIB ini diperkirakan akan didatangi oleh puluhan ribu umat muslim di Jakarta.
Selain menghadirkan para tokoh ulama, Dzikir Nasional ini akan dimeriahkan juga dengan sinergi kearifan kebudayaan nasional. Diantaranya mengadakan acara parade perkusi dan parade 100 bedug yang akan menampilkan Al-Taraju. Untuk acara parade 100 bedug ini nantinya memainkan alat musik kolosal dari Papua hingga Aceh.
tribunnews | fimadani
Fakta 17 Agustus 1945 Yang Tidak Diajarkan di Sekolah
20 October 2011 11:27 am | Fakta Unik - Dibaca 1,235 kaliTujuh belas Agustus merupakan hari besar kemerdekaan bangsa Indonesia. Pada tanggal tersebut, merupakan hari paling bersejarah negeri ini karena di hari itulah merupakan awal dari kebangkitan rakyat Indonesia dalam melawan penjajahan sekaligus penanda awalnya revolusi. Namun, ada beberapa hal menarik seputar hari kemerdekaan negeri kita tercinta ini yang sayang jika belum Anda ketahui.
1. Soekarno Sakit Saat Proklamirkan Kemerdekaan
Pada 17 Agustus 1945 pukul 08.00 (2 jam sblm pembacaan teks Proklamasi), ternyata Bung Karno masih tidur nyenyak di kamarnya, di Jalan Pegangsaan Timur 56, Cikini. Dia terkena gejala malaria tertiana. Suhu badannya tinggi dan sangat lelah setelah begadang bersama para sahabatnya menyusun konsep naskah proklamasi di rumah Laksamana Maeda. Saat itu, tepat di tengah2 bulan puasa Ramadhan.
‘Pating greges’, keluh Bung Karno setelah dibangunkan dr Soeharto, dokter kesayangannya. Kemudian darahnya dialiri chinineurethan intramusculair dan menenggak pil brom chinine. Lalu ia tidur lagi. Pukul 09.00, Bung Karno terbangun. Berpakaian rapi putih-putih dan menemui sahabatnya, Bung Hatta.
Tepat pukul 10.00, keduanya memproklamasikan kemerdekaan Indonesia dari serambi rumah. ‘Demikianlah Saudara-saudara! Kita sekalian telah merdeka!’, ujar Bung Karno di hadapan segelintir patriot-patriot sejati. Mereka lalu menyanyikan lagu kebangsaan sambil mengibarkan bendera pusaka Merah Putih. Setelah upacara yang singkat itu, Bung Karno kembali ke kamar tidurnya; masih meriang. Tapi sebuah revolusi telah dimulai…
2. Upacara Proklamasi Kemerdekaan Dibuat Sangat SederhanaUpacara Proklamasi Kemerdekaan Indonesia ternyata berlangsung tanpa protokol, tak ada korps musik, tak ada konduktor, dan tak ada pancaragam. Tiang bendera pun dibuat dari batang bambu secara kasar, serta ditanam hanya beberapa menit menjelang upacara. Tetapi itulah, kenyataan yang yang terjadi pada sebuah upacara sakral yang dinanti-nanti selama lebih dari 300 tahun!
3. Bendera dari Seprai
Bendera Pusaka Sang Merah Putih adalah bendera resmi pertama bagi RI. Tetapi dari apakah bendera sakral itu dibuat? Warna putihnya dari kain sprei tempat tidur dan warna merahnya dari kain tukang soto!
4. Akbar Tanjung Jadi Menteri Pertama “Orang Indonesia Asli”
Setelah merdeka 43 tahun, Indonesia baru memiliki seorang menteri pertama yang benar-benar ‘orang Indonesia asli’. Karena semua menteri sebelumnya lahir sebelum 17 Agustus 1945. Itu berarti, mereka pernah menjadi warga Hindia Belanda dan atau pendudukan Jepang, sebab negara hukum Republik Indonesia memang belum ada saat itu. ‘Orang Indonesia asli’ pertama yang menjadi menteri adalah Ir Akbar Tanjung (lahir di Sibolga, Sumatera Utara, 30 Agustus 1945), sebagai Menteri Negara Pemuda dan Olah Raga pada Kabinet Pembangunan (1988-1993)
5. Kalimantan Dipimpin 3 Kepala Negara
Menurut Proklamasi 17 Agustus 1945, Kalimantan adalah bagian integral wilayah hukum Indonesia. Kenyataannya, pulau tersebut paling unik di dunia. Di pulau tersebut, ada 3 kepala negara yang memerintah! Presiden Soeharto (memerintah 4 wilayah provinsi), PM Mahathir Mohamad (Sabah dan Serawak) serta Sultan Hassanal Bolkiah (Brunei).
6. Setting Revolusi di Indonesia Diangkat Ke Film
Ada lagi hubungan erat antara 17 Agustus dan Hollywood. Judul pidato 17 Agustus 1964, ‘Tahun Vivere Perilocoso’ (Tahun yang Penuh Bahaya), telah dijadikan judul sebuah film – dalam bahasa Inggris; ‘The Year of Living Dangerously’. Film tersebut menceritakan pegalaman seorang wartawan Australia yg ditugaskan di Indonesia pada 1960-an, pada detik2 menjelang peristiwa berdarah th 1965. Pada 1984, film yang dibintangi Mel Gibson itu mendapat Oscar untuk kategori film asing!
7. Naskah Asli Proklamasi Ditemukan di Tempat Sampah
Naskah asli teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia yang ditulis tangan oleh Bung Karno dan didikte oleh Bung Hatta, ternyata tidak pernah dimiliki dan disimpan oleh Pemerintah! Anehnya, naskah historis tersebut justru disimpan dengan baik oleh wartawan BM Diah. Diah menemukan draft proklamasi itu di keranjang sampah di rumah Laksamana Maeda, 17 Agustus 1945 dini hari, setelah disalin dan diketik oleh Sajuti Melik.Pada 29 Mei 1992, Diah menyerahkan draft tersebut kepada Presiden Soeharto, setelah menyimpannya selama 46 tahun 9 bulan 19 hari.
8. Soekarno Memandikan Penumpang Pesawat dengan Air Seni
Rasa-rasanya di dunia ini, hanya the founding fathers Indonesia yang pernah mandi air seni. Saat pulang dari Dalat (Cipanasnya Saigon), Vietnam, 13 Agustus 1945, Soekarno bersama Bung Hatta, dr Radjiman Wedyodiningrat dan dr Soeharto (dokter pribadi Bung Karno) menumpang pesawat fighter bomber bermotor ganda. Dalam perjalanan, Soekarno ingin sekali buang air kecil, tetapi tak ada tempat. Setelah dipikir, dicari jalan keluarnya untuk hasrat yang tak tertahan itu. Melihat lubang-lubang kecil di dinding pesawat, di situlah Bung Karno melepaskan hajat kecilnya. Karena angin begitu kencang sekali, bersemburlah air seni itu dan membasahi semua penumpang.
9. Negatif Film Foto Kemerdekaan Disimpan Di Bawah Pohon
Berkat kebohongan, peristiwa sakral Proklamasi 17 Agustus 1945 dapat didokumentasikan dan disaksikan oleh kita hingga kini. Saat tentara Jepang ingin merampas negatif foto yang mengabadikan peristiwa penting tersebut, Frans Mendoer, fotografer yang merekam detik-detik proklamasi, berbohong kepada mereka. Dia bilang tak punya negatif itu dan sudah diserahkan kepada Barisan Pelopor, sebuah gerakan perjuangan. Mendengar jawaban itu, Jepang pun marah besar. Padahal negatif film itu ditanam di bawah sebuah pohon di halaman Kantor harian Asia Raja. Setelah Jepang pergi, negatif itu diafdruk dan dipublikasi secara luas hingga bisa dinikmati sampai sekarang. Bagaimana kalau Mendoer bersikap jujur pada Jepang?
10. Bung Hatta Berbohong Demi Proklamasi
Kali ini, Bung Hatta yang berbohong demi proklamasi. Waktu masa revolusi, Bung Karno memerintahkan Bung Hatta untuk meminta bantuan senjata kepada Jawaharlal Nehru. Cara untuk pergi ke India pun dilakukan secara rahasia. Bung Hatta memakai paspor dengan nama ‘Abdullah, co-pilot’. Lalu beliau berangkat dengan pesawat yang dikemudikan Biju Patnaik, seorang industrialis yang kemudian menjadi menteri pada kabinet PM Morarji Desai. Bung Hatta diperlakukan sangat hormat oleh Nehru dan diajak bertemu Mahatma Gandhi.
Nehru adalah kawan lama Hatta sejak 1920-an dan Dandhi mengetahui perjuangan Hatta. Setelah pertemuan, Gandhi diberi tahu oleh Nehru bahwa ‘Abdullah’ itu adalah Mohammad hatta. Apa reaksi Gandhi? Dia marah besar kepada Nehru, karena tidak diberi tahu yang sebenarnya.’You are a liar!’ ujar tokoh kharismatik itu kepada Nehru.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar