Lokasi terusan Hormuz, perlintasan utama pengiriman ekspor minyak mentah di kawasan teluk
Iran Konfirmasi Terima Surat AS Soal Selat Hormuz
Senin, 16 Januari 2012 10:19 WIB
REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN - Juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran Ramin Mehmanparast, Ahad (15/1), mengonfirmasi Iran telah menerima surat dari Amerika Serikat mengenai Selat Hormuz.
Mehmanparast mengatakan, pemerintah AS mengirim surat kepada Iran melalui saluran ketiga. AS mengirim surat kepada Iran melalui Presiden Irak Jalal Talabani, dan Duta Besar AS untuk PBB Susan Rice yang menyampaikan surat lain kepada utusan Iran di PBB Mohammad Khazaei.
Surat ketiga dikirim kepada Iran melalui Duta Besar Swiss untuk Teheran Livi Leu Agosti, kata IRNA.
"Republik Islam Iran sedang mempelajari surat itu dan akan menanggapinya jika perlu," kata Mehmanparast, sebagaimana dilansir kantor berita resmi Iran, IRNA, Senin (16/1).
Sebagian pejabat militer dan pemerintah Republik Islam tersebut telah mengancam Iran akan menutup Selat Hormuz jika ekspor minyaknya dikenai sanksi oleh Barat.
Setelah laporan Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA) mengenai program nuklir Iran pada November, AS , Inggris dan Kanada mengumumkan sanksi baru terhadap Teheran.
Pada Desember 2010, Presiden AS Barack Obama menandatangani rancangan belanja pertahanan yang berjangkauan luas, yang menyerukan sanksi baru terhadap lembaga keuangan yang berbisnis dengan lembaga perbankan negara Iran.
Rancangan itu, yang disetujui oleh Kongres AS, bertujuan mengurangi hasil minyak Iran tapi memberi presiden AS wewenang untuk mencabut hukuman jika diperlukan.
Menteri luar negeri Uni Eropa akan membahas sanksi lebih lanjut dan kemungkinan embargo minyak terhadap Iran dalam pertemuan pada 23 Januari di Brussels, Belgia, dalam upaya untuk menekan negara Persia tersebut sehubungan dengan program nuklirnya.
Iran: Tindakan Jahat tak akan Hentikan Kemajuan Iran
Minggu, 15 Januari 2012 15:56 WIB
REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN -- Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Iran, Ramin Mehmanparast, menuding Amerika Serikat (AS) dan Zionis telah melakukan tindakan jahat atas ilmuwan nuklir mereka.
''Mereka yang disebut pendukung hak asasi manusia mengklaim memerangi terorisme, tetapi sebenarnya melakukan tindakan-tindakan terkenal kejam dan memfitnah,'' ujar Mehmanparast dalam satu wawancara dengan IRNA, Sabtu (14/1), di sela-sela upacara yang diadakan di Universitas Sharif guna memperingati syuhada Mostafa Ahmadi Roshan, ilmuwan nuklir Iran, yang dibunuh oleh kelompok teroris di Teheran pada Rabu (11/1) lalu.
"Musuh mencoba semua cara yang mungkin untuk menghentikan pembangunan Iran, tetapi tidak bisa menang atas Iran, karena itu, mereka mulai berusaha untuk tindakan seperti pembunuhan terhadap para ilmuwan dan elit," tambahnya.
Mehmanparast mengatakan tindakan jahat ini tidak akan menghentikan kemajuan Iran, justru akan lebih membuat mereka bertekad untuk mengikuti jalan ke pembangunan. Dia mengatakan, para inspektur (nuklir PBB) yang datang dan mengunjungi Iran, memperkenalkan para ilmuwan Iran kepada kelompok-kelompok teroris, karena Iran mengikuti kasus-kasus di masyarakat internasional.
AS dan Israel telah membantah tuduhan Iran itu. Namun, Iran mengaku memiliki bukti keterlibatan Washington dalam kasus pembunuhan ilmuwan nuklir mereka.
Iran Peringatkan Negara-negara Arab tak Tingkatkan Produksi Minyak
Minggu, 15 Januari 2012 20:24 WIB
REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN – Iran mengingatkan negara-negara Arab agar tidak meningkatkan produksi minyak untuk menggantikan minyak Iran, jika Uni Eropa tetap memberikan sanksi. “Jika negara-negara Teluk yang memproduksi minyak menggantikan Iran, mereka akan menjadi tersangka atas apa pun yang terjadi di wilayah, termasuk Selat Hormuz,” ujar Gubernur OPEC Iran, Mohammad Ali Khatibi, Ahad (15/1).
UE telah memberikan waktu satu hingga 12 bulan pada para importir untuk mencari pemasok lainnya. Ia menegaskan, negara-negara Arab agar tidak bekerja sama dengan mereka. Tindakan ini pun menurutnya bukan tindakan yang baik.
Khatibi memprediksi, UE tidak akan melakukan ancamannya untuk melarang impor minyak Iran jika produsen minyak Arab menolak menggantikan. Menteri Perminyakan Arab, Ali al-Naimi, tanpa menyebut sanksi terhadap Iran, mengatakan, Arab telah siap meningkatkan produksinya jika dibutuhkan. Perdana Menteri Cina, Wen Jiabao, pun telah mengunjungi Arab untuk membangun kerja sama.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar