Gerakan “Menduduki” Kantor AIPAC Lahir di AS
Kamis, 19 Januari 2012
Hidayatullah.com--
Sebuah aliansi kelompok aktivis di Amerika Serikat (AS) mengumumkan tekad mereka untuk menduduki kantor pusat Komite Urusan Publik Amerika-Israel (AIPAC), sebuah loby Yahudi di AS, awal Maret ini.
Press TV Selasa (17/01/2012) mengutip laman Occupy AIPAC melaporkan, demonstran anti-korporasi yang terdiri lebih dari 120 kelompok sedang merancang rencana untuk menempati markas AIPAC di Washington mulai 2-6 Maret depan.
"Setelah Gerakan Occupy Wall Street melanda negara untuk menuntut keadilan sosial dan ekonomi, banyak pihak menyimpulkan bahwa AIPAC merupakan target yang wajib diduduki," tambah pernyataan itu.
"Sekarang, AIPAC berusaha untuk menyeret kita ke dalam bencana perang dengan Iran, sama seperti mereka mendorong perang Iraq. Kita harus menunjukkan perlawanan kita dengan mengekspos AIPAC dan berdiri menentang perang dengan Iran," tegasnya.
“Gerakan Occupy AIPAC” dijadwalkan digelar bertepatan dengan konferensi kebijakan lobi Zionis pada bulan Maret 2012.
Gerakan ini juga mengatakan, AIPAC adalah otak didibalik sumber malapetaka di kawasan Timur Tengah, khususnya Palestina.
"Waktunya telah tiba bagi Gerakan Occupy menuntut diakhirinya pendudukan Palestina ,“ tulisnya.
Selain membuat laman situs, gerakan ini juga berkampanye melalu jejaring sosial di antanya di Facebook dengan nama “OCCUPY AIPAC!”
Sementara itu, pihak Zionis tidak ketinggalan juga membuat laman tandingan sebagai counter gerakan ini di Facebook dengan nama “Counter-Protest to "Occupy AIPAC".
“Join us in Washington D.C. March 3-5, 2012 for the counter demonstration to the Occupy AIPAC movement,” tulisnya.
Seperti diketahui, AIPAC (American Israel Public Affairs Committee) sebuah loby Israel berpengaruh di Amerika Serikat (AS). Organisasi loby Yahudi ini telah menjadi ‘negara dalam negara’ yang pada praktiknya sering ‘menyetir’ kebijakan presiden Amerika Serikat (AS), khususnya masalah Timur Tengah dan dunia Islam.*
Rep: Rosdi
Red: Cholis Akbar Pandangan AS Terhadap Islam Akan Tetap Tunduk Israel
• Label: Middle East, Timur Tengah
• Pandangan AS Terhadap Islam Akan Tetap Tunduk Israel. Seorang peneliti di Tufts University, Boston, mengatakan kebijakan Amerika Serikat (AS) terhadap negara-negara Muslim tidak akan berubah, selama sistem politik dalam negeri negara ini masih dipengaruhi Israel.
Prof Emeritus Dr W. Scott Thompson dari Tufts University di Boston mengatakan, selama bertahun-tahun, diskusi penyelesaian tentang isu diskriminasi Muslim bisa diterima warga Amerika. Namun selalu menjadi sulit ketika ada intervensi dari Israel.
"Kita tidak bisa mengharapkan hubungan yang benar-benar baik antara Muslim dan Amerika, sampai negara ini mengambil langkah berani tidak akan dipermainkan oleh lobi Yahudi," kata Dr Thompson, Rabu (18/1) dalam pidatonya di Konferensi Internasional tentang Gerakan global moderat (ICGMM), yang berjudul ‘Amerika Serikat dan Dunia Muslim Menjalin Masa Depan Berkelanjutan’.
Dia mengatakan, 64 persen peredaran uang dalam pemilihan nasional lalu diperuntukan bagi calon Partai Demokrat yang berasal dari berbagai kelompok loby Yahudi. Dengan dana mereka, para pendukung Israel telah mempengaruhi agenda politik para kandidat. Dan mengharapkan mereka untuk berkampanye dengan pandangan ekstrem terhadap Islam.
Keyakinan bahwa Presiden Barack Obama akan terpilih kembali, karena dukungan yang kuat oleh komunitas Afrika-Amerika. Dr Thompson mengatakan, dunia khususnya masyarakat Muslim, sangat mengharapkan kebijakan luar negeri AS lebih realistis terhadap dunia Islam, pada pemilihan presiden November 2012 mendatang
Barat Dan Iran Perang, Israel Akan Lenyap Dari Bumi
• Label: Middle East
• Barat Dan Iran Perang, Israel Akan Lenyap Dari Bumi.
Terus memanasnya hubungan antara Iran dan barat menimbulkan banyak spekulasi tentang apa yang akan terjadi dikawasan Timur Tengah tersebut. Namun seorang mantan pejabat AS memperingatkan bahwa jika sampai pecah perang antara Barat dan Iran, Kemungkinan besar Israela akan lenyap dari muka bumi terlebih dahulu.
Seorang mantan analis Dinas Intelijen Amerika Serikat (CIA) mengatakan, meningkatkan ancaman kekerasan kepada Iran demi mengamankan Israel, maka akan menjadi sebuah kesalahan terbesar abad ini.
"Bila kebijakan retorik ini tidak dapat terkendali dan terjadi insiden di Teluk Persia ataupun Selat Hormuz, bisa jadi akan membawa wilayah tersebut ke dalam perang. Tetapi dampak paling parah adalah Israel akan hancur dalam sekejap," ungkap Ray McGovern seperti dikutip ABNA, Rabu (4/1/2012).
Sebelumnya, Wakil Presiden Iran Mohammad Reza Rahimi memperingatkan dunia barat yang berniat untuk memberikan sanksi kepada Iran, bahwa negaranya akan menutup Selat Hormuz bila sanksi dijatuhkan. Padahal Selat Hormuz adalah perairan penting yang menjadi penghubung tanker-tanker minyak dunia.
Memandang ancaman Rahimi tersebut, McGovern menganggap semua ini bisa membahayakan dunia. "Bila mereka (dunia barat) menerapkan sanksi kepada Iran, tidak ada setetes minyak pun akan dipersilahkan melewati Selat Hormuz," jelasnya.
Ekskalasi ancaman terhadap Iran memang tidak lepas dari pengembangan dari teknologi nuklir mereka. Amerika Serikat, Israel, dan negara sekutu lainnya menuduh Iran menggunakan teknologi nuklir demi kepentingan militer.
Namun Negeri Parammullah membantah tuduhan tersebut dan menilainya sebagai tuduhan yang tidak berdasar.
Iran pun tetap bersikeras bahwa program nuklir mereka murni digunakan untuk kepentingan damai, yakni untuk kepentingan pemenuhan kebutuhan listrik rakyatnya..
Arti Selat Hormuz bagi Dunia
18/01/2012 13:46
Liputan6.com, Jakarta: Perseteruan Iran versus Amerika Serikat semakin memanas. Terkait program nuklir, muncul usulan untuk menambah sanksi berupa pembekuan aset-aset bank sentral Iran dan mengembargo ekspor minyak.
Rencana sanksi tak membuat Iran melemah. Seperti dilansir BBC Indonesia, Wakil Presiden Iran Mohammad Reza Rahimi menegaskan jika sanksi dijatuhkan makan tidak ada setetes pun minyak yang dapat melewati Selat Hormuz.
Pernyataan senada dikeluarkan Kepala Staf Angakatan Laut Iran Laksamana Habibollah Sayari. Menurut Sayari menutup Selat Hormuz adalah sebuah pekerjaan yang sangat mudah. Lebih gampang dibandingkan meminum segelas air.
Pernyataan dua pejabat Iran langsung mematik balasan dari AS. Juru bicara AS Letnan Rebecca Rebarich menyatakan pihaknya akan selalu siap melawan apabila ada penyimpangan dalam kebebasan navigasi di area tersebut.
Selat Hormuz adalah satu-satunya jalur pengiriman minyak keluar Teluk Persia. Dalam sehari, menurut U.S. Energy Information Administration, ada 15 tanker yang membawa 16.5 hingga 17 juta barel minyak bumi melewati Selat Hormuz.
Jumlah itu menyumbang 90 persen eskpor minyak dari negara-negara pengeskpor di pesisir Teluk Persia, dan hampir 40 persennya dari seluruh konsumsi minyal dunia. Begitu pentingnya selat yang memisahkan Iran dengan Uni Emirat Arab ini.
Lalu, bila Iran mewujudkan ancaman itu tentu memberikan konsekuensi serius bagi perekonomian dunia karena akan mengurangi pasokan minyak mentah dan gas alam cair. Dunia yang dikomandani AS beserta sekutunya tak akan tinggal diam menjaga dalam kelancaran pasokan minyak di selat tersebut.
Inggris, misalnya. Sekretaris Pertahanan Inggris Philip Hammond mengatakan pihaknya akan berupaya membongkar blokade selat tersebut bila ancaman itu dilakukan Iran. "Karena sepertiga pasokan minyak dunia melawati selat tersebut dan akan mengancam pertumbuhan ekonomi dunia termasuk Eropa," jelas dia.
Tak hanya Eropa, Indonesia akan terkena imbasnya. Menurut pengamat pertambangan, Kurtubi, bila Iran menutup selat itu akan membuat harga minyak dunia naik ke level US$ 150 per barel. Indonesia dipastika kekurangan BBM lebih dari 30 persen. Hal itu sama saja Indonesia akan kehilangan 1/3 BBM di pasar dalam negeri.(JUM)
Sanggupkah Iran “Menutup” Selat Hormuz?
REP | 12 January 2012 | 02:03Selat Hormuz yang memisahkan antara Iran dan Uni Emirat Arab (UEA) berada diantara Teluk Oman dan Teluk Persia. Lebar terdekat diantara rentang Selat Hormuz (dalam bahasa Persia ditulis Hurmuz) dari Teluk Perisa ke Teluk Aden adalah 54 kilometer saja. Selat ini juga merupakan satu-satunya jalur pengiriman minyak dari negara-negara di teluk Persia ke seluruh dunia. Diperkirakan dari Selat yang sempit ini mengalir 17 juta barel minyak setiap harinya yang diangkut oleh tak kurang dari 15 kapal tanker ke seluruh dunia termasuk ke Indonesia.
Tak heran pasokan minyak dunia dari negara-negara Teluk yang melewati Selat Hormuz mencapai 40% dari kebutuhan minyak dunia. Oleh karenanya peranan negara-negara Teluk Persia dan Selat Hormuz sangat strategis dan penting sekali bagi dunia untuk menjamin stabilitas kemanan dan pasokan minyak untuk dunia sekaligus menentukan stabilitas harga minyak dunia.
Akan tetapi stabilitas tersebut terancam punah atau terganggu seiring dengan meningkatnya eskalasi “perang urat syaraf” antara Iran dan AS (dan sekutunya). Titik kulminasinya adalah adalah tatkala Iran menggelar latihan militer angkatan lautnya di perairan internasional di Selat Hormuz pada malam tahun baru 2011 lalu.
Sikap Iran ini tentu memancing reaktif AS dan sekutunya. Tak heran pangkalan armada laut Kelima milik AS yang berbasis di Bahrain mengambil posisi siaga satu. AS memandang sikap Iran berbahaya karena dapat diartikan sebagai pernyataan provokatif dan perang akibat menggelar latihan perang di perairan Internasional dan berhadapan dengan posisi negara (lawan) lain. Sikap Iran tersebut -jika benar-benar terjadi- akan memancing kericuhan di kawasan regional (negara-negara Teluk) yang menggunakan jalur itu sebagai jalur utama distribusi ekspor minyak mereka ke seluruh dunia.
Akan tetapi bagi Iran hal ini adalah salah satu latihan rutin dan sekaligus memperlihatkan eksistensi mereka bahwa Iran tidak akan takluk dan takut pada tekanan asing yang mereka sebut sebagai “kolonialis” yang hendak mengacaukan keamanan di Selat Hormuz.
Pada dimensi lainnya Iran justru memandang bahwa mereka akan memberikan rasa aman dan pengawalan terhadap Selat Hormuz khususnya kepada negara-negara Teluk dari gangguan agresor kolonialisme, seperti yang disampaikan oleh Zohreh Elahian seorang anggota parlemen Iran dan anggota Majelis Keamanan Nasional Iran kepada kantor berita Iran beberarapa waktu lalu.
Mengapa Iran berambisi menutup Selat Hormuz?
Pertikaian si Selat Hormuz paling terkenal adalah tatkala terjadinya perang antara Iran dan Iraq pada dekade 198- - 1988 yang dipicu oleh beberpa persoalan klasik, perbatasan dan jalur di Syat al-Arab. Perempuran terjadi pada umumnya di Teluk Persia dan berimbas pada penembakan tanker-tanker di selat Hormuz oleh kedua belah pihak. Saat itu Iran “menguasai” Selat Hormuz yang terbukti menganggu harga minyak dunia pada saat itu. Meskipun perang itu berakhir dengan “remis” tetap saja menimbulkan dampak yang tak mudah dilupakan yaitu telah terbukti menganggu pasokan minyak dunia dan meroketnya harga minyak dunia.
Bagi Iran sendiri bukan tidak menyadari dampak dan konsekwensinya akibat penutupan Selat Hormuz (jika benar-benar terjadi). Dampak tersebut bagi Iran adalah :
- Merugikan diri sendiri karena penjualan minyak mereka sebesar 30% untuk kebutuhan dunia menjadi terkendala.
- Negara-negara Teluk penghasil minyak yang tergabung dalam Dewan Kerjasama Teluk (GCC) yang beranggotakan Arab Saudi, UEA, Bahrain, Oman, Qatar dan Kuwait akan merapatkan barisan menghadapi Iran. Hal ini sesuai dengan komitmen yang tertuang dalam Kerjasama militer dan pertahanan negara-negara Teluk, dimana telah disepakati bahwa setiap aksi permusuhan terhadap salah satu anggota berarti turut melakukan tindakan permusuhan terhadap semua anggota GCC. Setiap anggota GCC berkewajiban membantu anggota lain yang mendapat ancaman atau tindakan permusuhan.
- AS dan Israel tentu akan menggunakan momentum tersebut untuk melampiaskan kegeramannya terhadap “si anak nakal” Iran. Mereka berharap adanya pertikaian antar negara-negara tersebut sehingga memiliki alasan dan momentum yang tepat untuk menusuk Iran pada situasi yang tepat. Bagi AS sendiri jika Iran menutup Selat Hormuz berarti akan mengancam persediaan minyak mentahmereka yang tersisa sebanyak 325 juta barel atau mengalami penurunan sebesar 1,2 juta barel dari persediaan rata-rata tahun sebelumnya. Konsekwensinya adalah AS segera merespon sangat keras atas upaya Iran tersebut.
- Jika terjadi pertikaian antara Iran Vs Negara Teluk dan AS (dan sekutu) dapat dibayangkan dampaknya bagi Iran sendiri dan juga bagi dunia. Bagi Iran mungkin tak perlu kata menang karena yang terpenting bagi mereka adalah sikap yang tegas dan jelas terhadap seluruh rangkaian aksi kolonialisme dan penindasan serta diskriminasi terhadap Iran dipandang tidak adil. Iran tentu akan memilih kalah jadi arang dan menang jadi abu ketimbang didikte secara tidak adil oleh AS dan sekutunya.
Di sisi lainnya, meskipun AS terancam persediaan minyak mereka dan negara-negara Teluk yang terorganisir dalam GCC sepakat memberikan perlawanan, menurut salah satu pakar militer AS, Adam Lowther, memberi pengamatan dan pesannya kepada pemerintah dan politis AS agar AS mengurungkan niatnya jika ingin menghancurkan Iran saat ini, alasannya selain terdapat cara-cara diplomatis dan bersahabat juga karena Iran dipandang memiliki arsenal perang yang dapat menghancurkan Kapal perang AS.
Adam Lowther merujuk kepada manuver arsenal perang Iran pada saat latihan di Selat Hormuz 24 Desember lalu dimana Iran mengeluarkan arsenal tempur tebaru mereka dari berbagai kelas termasuk Tareq dan Ghadir, serta rudal, dan torpedo terbaru diterjunkan dalam manuver militer tersebut.
“Angkatan Laut Iran terampil dalam pertempuran littoral dan mereka mampu menutup Selat Hormuz untuk durasi yang cukup untuk memicu malapetaka ekonomi. Manuver militer angkatan laut Iran baru-baru ini menggambarkan strategi yang jelas untuk menutup Selat Hormuz. Bahkan mereka bisa menenggelamkan kapal perang Amerika yang masuk daerah tersebut. Hal ini akan mengakibatkan kerugian yang signifikan bagi pelayaran komersial dan menyebabkan harga minyak meroket,” katanya (sumber :Iran Indonesia Radio)
Sementara itu, berbeda dengan pakar militer AS di atas, justru Menteri Pertahanan AS Leon Panetta mengatakan “Kami sudah mengatakan dengan jelas, AS tidak akan mentolerir pemblokiran Selat Hormuz. Kami siap meresponsnya,” ujarnya, seperti dikutip AFP, Senin (9/1/2012).
Apakah ada latarbelakang lainnya bagi Iran dengan rencana berbahaya tersebut? Tentu saja ada. Iran melihat Israel sudah tidak sabar lagi menunggu saat-saat negara Arab dan Teluk terlibat dalam eskalasi regional dan Iran telah menemukan adanya bukti Israel terlibat dalam sabotase dalam wilayah Iran pada kasus ledakan fasilitas militer serta misi pengintaian pesawat tak berawak akhir-akhir ini. (sumber : Di sini)
Sementara itu, pengaruh Reformasi yang sedang terjadi di Timur Tengah dan kawasan semenanjung Arab juga memperlihatkan perebutan pengaruh antara Syiah dan Sunni. Meskipun Iran telah menyampaikan tidak ada kaitannya dengan hal tersebut namun negara-negara Arab telah duluan mewaspadai timbulnya kekuatiran tersebut berdasarkan data intelejen mereka yang mereka terima dari intelejen negara-negara sahabat.
Melihat pada kondisi dan situasi di atas, mampukah Iran melakukan penutupan terhadap Selat Hormuz? Beranikah Iran? Beranikah AS. Beranikah Israel? Beranikah negara-negara Teluk?
Tentu, bagi kita semua adalah : Beranikah mereka semua menuju meja perundingan. Berdiplomasi untuk memecahkan kebuntuan dengan prinsip saling menghargai satu sama lain sesama negara berdaulat dan merdeka.
Sebab jika tidak, kerugiannya bukan saja terhadap negara yang terlibat perang, tapi juga buat negara lain yang tidak terlibat perang, misalnya kita (Indonesia) yang terpaksa harus menghitung kembali segala pembiayaan pembangunan akibat dampak merosotnya atau meroketnya harga-harga dalam perekonomian Global.
Salam Kompasiana
abanggeutanyo
Uji Coba, Iran Lakukan Tembakkan Rudal ke Selat Hormuz
RIMANEWS - Iran melakukan uji coba rudal di Selat Hormuz pada latihan terakhir angkatan laut Senin, 2 Januari 2012. Uji Coba ini menuai kecaman dari Barat yang mengatakan bahwa kemajuan teknologi rudal Iran merupakan ancaman bagi komunitas internasional.
Seperti dilansir dari kantor berita IRNA, Iran menembakkan Qader, rudal jarak jauh dari laut ke pantai. Uji coba berlangsung sukses, dua rudal yang ditembakkan tepat mengenai sasaran. Iran mengklaim memiliki banyak rudal jenis ini di kemiliteran mereka.
"Rudal jarak jauh Qader dalam jumlah banyak telah dikirimkan ke Angkatan Bersenjata Iran," tulis IRNA.
Pada hari yang sama, Iran juga sukses menggelar uji coba rudal darat-ke-darat Nour. Menurut IRNA, Nour adalah rudal jarak jauh anti radar terkendali yang dapat dengan mudah menemukan target dan menghancurkannya. Selain Nour, Iran juga menembakkan rudal jarak dekat Nasr.
Menurut kantor berita Fars, pada latihan terakhir kemarin, angkatan laut Iran melakukan simulasi taktik baru yang dirancang untuk mencegah pergerakan musuh di Selat hormuz.
Sebelumnya pada Minggu, Iran melakukan uji coba rudal darat-ke-udara dan anti radar Mehrab. Selain itu, kapal selam Iran juga sukses menembakkan torpedo yang menghancurkan sebuah kapal latihan. Latihan kemarin menutup rangkaian latihan perang Iran di Teluk Persia dan Laut Oman yang telah digelar sejak 24 Desember lalu.
Langkah Iran menggelar latihan ini oleh Barat dianggap salah satu bentuk provokasi. Kementerian Luar Negeri Perancis dalam pernyataannya mengatakan bahwa uji coba rudal Iran memberikan sinyal negatif bagi komunitas internasional.
"Kami ingin menggarisbawahi bahwa perkembangan program nuklir Iran adalah sumber kekhawatiran besar bagi komunitas internasional. Itulah mengapa, menurut resolusi Dewan Keamanan PBB, Iran dilarang melakukan aktivitas rudal yang mampu membawa hulu ledak nuklir," kata pernyataan Perancis, dilansir dari CNN.
Resolusi Dewan Keamanan PBB menyangkut sanksi dan embargo atas Iran karena melanjutkan program nuklirnya. Barat khawatir nuklir Iran digunakan untuk membuat senjata. Pemerintahan Mahmoud Ahmadinejad membantah hal ini, dan mengatakan nuklir mereka digunakan untuk keperluan medis dan energi.
Selain Perancis, kekhawatiran serupa juga disampaikan oleh Menteri Pertahanan Israel Ehud barak. Menurutnya, langkah Iran kali ini adalah akibat diperketatnya sanksi atas Iran, termasuk sanksi terharap ekspor minyak Iran.
Iran pekan lalu mengancam akan menutup jalur minyak di Selat Hormuz jika sanksi baru diterapkan kepada mereka. Jalur ini merupakan akses utama bagi pengiriman minyak dari Timur Tengah menuju Eropa dan Amerika Serikat. Jika Iran menutup selat ini, AS mengaku tidak akan tinggal diam.(yus/vn)
AS Siap Konfrontasi dengan Iran di Selat Hormuz
Kamis, 19/01/2012 09:05 WIBFoto: AFP
Washington -
Amerika Serikat (AS) bersiap penuh jika terjadi konfrontasi dengan Iran terkait masalah Selat Hormuz. Namun, AS tetap berharap perselisihan di Selat Hormuz dapat diselesaikan dengan cara damai.
"Kami jelas selalu melakukan persiapan untuk mempersiapkan kontingensi apa pun, tetapi kami tidak membuat langkah khusus karena kami siap sepenuhnya untuk menghadapi situasi yang terjadi saat ini," ujar Menteri Pertahanan AS Leon Panetta seperti diberitakan AFP, Kamis (19/1/2012).
AS telah menempatkan armada Angkatan Lautnya di perairan luar Teluk Persia untuk menghadapi setiap ancaman. "Kami selalu mempertahankan kehadiran kami yang kuat di wilayah itu. Kami memiliki armada Angkatan Laut yang terletak di sana," jelasnya.
"Kami memiliki kelompok militer di wilayah itu dan untuk membuat sesuatunya sangat jelas, bahwa kami akan melakukan apa pun untuk membantu mengamankan perdamaian di dunia," tambahnya.
Menurut Panetta, AS tetap berusaha mencegah Iran untuk mendapatkan senjata nuklir dan menutup Selat Hormuz. "Tujuan kami selalu jelas bahwa kita berharap setiap perbedaan yang kita miliki, segala keprihatinan kita diselesaikan dengan cara damai dan diselesaikan dengan undang-undang internasional dan peraturan internasional," terangnya.
Sayangnya, Panetta menolak mengomentari tentang laporan yang menyebutkan pihaknya telah mengirimm surat ke Iran tentang ancaman Iran untuk menutup jalur laut di Selat Hormuz.
"Kami punya jaringan di mana kami berurusan dengan orang-orang Iran dan kita terus melanjutkan jaringan itu," kata Panetta.
Hubungan Iran dan negara-negara Barat memanas seiring dengan program nuklir Iran. Barat mencoba menyudutkan Iran dengan menerapkan sanksi pada industri minyak Iran. Iran membalasnya dengan mengancam akan menutup Selat Hormuz jika negara-negara Barat benar-benar menerapkan sanksi terhadap industri minyak Iran. Selat tersebut merupakan salah satu rute penting di Teluk Persia karena sekitar sepertiga minyak dunia dikirimkan lewat selat tersebut.
Iran Ancam Tutup Selat Hormuz, AS Berang
December 29th, 2011Ancaman Iran іnі menambah ketegangan antarkedua nеgаrа уаng selama іnі mеmаng tіdаk akur.
VIVAnews – Niat Iran υntυk menutup Selat Hormuz mengundang kecaman Amerika Serikat. AS menyatakan, Selat Hormuz mеrυраkаn selat уаng penting bаgі perdagangan minyak bumi. Olеh kаrеnа іtυ, AS menilai penutupan Selat Hormuz tіdаk dapat diterima.
“Siapapun уаng coba mengancam kebebasan pelayaran dі perairan internasional dаlаm bentuk apapun tіdаk аkаn ditolerir,” kаtа juru bicara Angkatan Laut AS, Amy Derrick Frost, ѕереrtі dimuat CNN, Rаbυ 28 Dеѕеmbеr 2011.
Sebelumnya, Wakil Presiden Iran sempat mengutarakan rencananya υntυk menutup Selat Hormuz apabila Iran dilarang mengekspor minyak mentahnya ѕеbаgаі bagian dаrі sanksi Prancis, Jerman, dаn Inggris. Ketiga nеgаrа іnі mеmаng berniat menjatuhkan sanksi kepada Iran, kаrеnа menilai Iran kurang bekerjasama dаlаm program nuklir.
Bаgі Iran sendiri, mudah ѕаја bila mеrеkа hendak menutup Selat Hormuz. “Nаmυn υntυk sekarang, kаmі merasa bеlυm perlu menutupnya kаrеnа transit dі Laut Oman masih terkendali,” kаtа Habibollah Sayyari dаrі Aangkatan Laut Iran, ѕереrtі dikutip MSNBC.
Iran bukannya tаk sadar аkаn resiko уаng аkаn mеrеkа hadapi bila Selat Hormuz ditutup. Bеbеrара nеgаrа ѕереrtі China dаn Jepang jauh lebih bergantung раdа selat Hormuz daripada AS, ѕеhіnggа Iran diibaratkan ѕаmа ѕаја dеngаn ‘bunuh diri’ јіkа sampai menutup selat tersebut.
Selat Hormuz уаng berlokasi dі antara Teluk Oman dаn Teluk Persia bernilai strategis kаrеnа mеnјаdі jalur lаlυ lintas perdagangan minyak bumi dаn gas alam. Jіkа selat ditutup, maka perekonomian dunia аkаn terganggu.
Ancaman Iran υntυk menutup Selat Hormuz іnі semakin menambah ketegangan hubungan antara AS dаn Iran, ѕеtеlаh selama іnі keduanya terlibat perdebatan sengit terkait program nuklir. AS berusaha υntυk memperlemah rencana program nuklir Iran, sementara Iran berulang kali menegaskan аkаn terus melanjutkan program nuklirnya υntυk tυјυаn damai.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar