Foto-foto Eksklusif Peninggalan Rasulullah SAW: Menggetarkan, Menyentuh Qalbu Menambah Cinta!!
a
Bila kita berjauh jarak dengan sang terkasih Muhammad Rasulullah. Kita hanya bisa menjumpainya melalui do’a-do’a yang kita lantunkan, memohon syafa’at Nabi untuk keselamatan kita di akhirat dari pedihnya adzab neraka, tidakkah foto-foto berikut ini mengobati kerinduan kita yang sangat dalam kepada Sang Nabi Tercinta, Kekasih Allah, pribadi mulia panutan alam?? Ratusan orang meneteskan air matanya setelah menatap langsung baju beliau yang bersahaja dan sudah robek, sandal beliau, keranda beliau yang tak terhalang apapun. Allahu Akbar … serasa dekaaat denganmu ya Rasulullah … Andai aku bisa melihat wajahmu, rontok segala persendianku, tak tahan dengan kenikmatan memandang kemuliaan wajahmu… Allahumma shalli ‘ala sayyidina Muhammad ….
(Foto-foto ini kebanyakan adalah koleksi yang tersimpan dari berbagai tempat di beberapa negara: Museum Topkapy di Istambul Turki, Yordania, Irak dan negara-negara Timur Tengah lainnya. Selamat merasakan kelezatan menatap peninggalan-peninggalan ini. Semoga kerinduan kita semakin memuncak kepada sang Nabi Agung, sang kekasih Allah …)
Allahumma shalli ‘ala sayyidina wa maulana Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wassallam …
__________________________
a
The Blessed Shirt of Prophet Muhammad SAW (Baju gamis Nabi SAW yang lusuh dan robek-robek. Yaa Allah … betapa sederhananya baju sang pemimpin dunia yang suci nan agung ..!!)
a
The Blessed Shirt of Prophet Muhammad SAW (Bagian dari baju gamis Nabi SAW yang sudah sobek)
a
Jubah Nabi Muhammad, Rasulullah SAW
a
The Blessed Seal of Rasulullah SAW (Cap surat Nabi SAW)
a
Mangkuk tempat minum Rasulullah SAW
Kunci Ka’bah Masa Nabi Muhammad SAW
a
Jejak Kaki Rasulullah SAW
a
Beberapa helai rambut Rasulullah SAW
a
Peninggalan gigi dan rambut Nabi. Itu giginya jelas ya?
a
Wadah Kotak Gigi Rasulullah SAW
a
Berbagai pedang yang pernah dimiliki Nabi dengan nama-namanya yang diguna-kan untuk menegakkan ajar-an tauhid, ketika orang-orang kafir memerangi Nabi dan dakwahnya sehingga harus mengangkat pedang.
a
Gagang Pedang “Hatf” Nabi SAW tampak lebih jelas
a
aBusur Panah Nabi SAW
a
Bendera Rasululullah SAW
aa
Salah satu sorban/tutup kepala Rasulullah SAW
a
Topi Besi Rasulullah SAW
a
Baju dan barang-barang Rasulullah SAW
Sandal-sandal (terumpah) peninggalan Rasulullah SAW tercinta …
a
Surat Nabi SAW kepada Raja Nijashi, Raja Habsyah
a
Surat Nabi SAW kepada rakyat Oman, Arab Selatan
a
Surat Nabi SAW kepada Kaisar Romawi abad ke- 7
a
Surat Rasulullah SAW pada Raja Heraclius
a
Surat Nabi SAW kepada Raja Muqauqas, Mesir
a
Makan Siti Aminah, Ibunda Rasululllah SAW
Kotak milik putri tercinta Nabi SAW, Sayyidah Fatimah Az-Zahra R.A.
a
PINTU EMAS MAKAM NABI MUHAMMAD SAW
a
The blessed dust from the tomb of the Prophet Muhammad PUBH (Butiran pasir yang diambil dari makam Nabi Muhammad SAW)
aBaca keagungan akhlak beliau, klik:
Maulid Nabi SAW
Posted on Desember 23, 2011 by syiahali
Di Indonesia, tradisi peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW biasanya berlangsung dalam kurun waktu yang cukup lama, sekitar tiga sampai empat bulan. Yaitu antara bulan Rabiul Awal hingga Jumadil Awal atau Jumadil Akhir. Ini merupakan salah satu pertanda bahwa kecintaan, kerinduan serta keyakinan akan keberkahan dari sosok Sang Nabi suci dan agung ini, begitu melekat di hati masyarakat pada umumnya.
Namun suasana Maulid yang syahdu, tiba-tiba terusik dengan pesta hiruk pikuk dan hura-hura politik yang digelar beberapa waktu lalu. Janji-janji – yang mengarah pada dusta dan kebohongan – pun terdengar di berbagai tempat dan kesempatan. Bagi mereka yang meyakini Rasulllah SAW sebagai figur pemimpin yang begitu mulia dan berakhlak luhur, maka sudah sepantasnya mereka-mereka yang ingin mencoba keberuntungan menjadi pemimpin dan orang besar, untuk belajar banyak dari kehidupan Sang Manusia Besar yang tiada bandingannya di alam semesta ini, agar betul-betul dapat memberikan manfaat pada orang lain dan lingkungan yang ada di sekitarnya. Karena itu, pada setiap kita mestilah melakukan upaya internalisasi nilai-nilai yang telah dicontohkan oleh Baginda Rasulullah SAW, untuk dijadikan panduan dalam berprilaku dan bersikap pada setiap aktivitas kehidupan yang kita jalani. Pada akhirnya aspek ‘keteladanan’, menjadi sesuatu yang sangat berharga dan begitu penting dalam menilai mereka-mereka yang ingin menjadi sosok pemimpin yang baik.
Muhammad SAW adalah sebuah pribadi yang istimewa. Dalam dirinya terdapat perpaduan yang menakjubkan, sufi dan negarawan, spiritualitas dan aktivis sosial. Ia tidak dapat dibandingkan dengan tokoh-tokoh besar yang pernah hadir di atlas peradaban manusia. Pribadinya telah dicatat dalam segala persoalan. Penulisan prihidup Nabi hakikatnya adalah upaya peneladanan dan manual pokok perjalanan menuju Tuhan.
Maka, penampilan, ucapan dan tindakan Nabi menjadi fokus gerak umatnya. Hidup Nabi adalah refleksi total penghambaan yang darinya alam semesta mendapat rahmat. Ia mewakili seluruh nama Tuhan, penampakan langsung dari “Al-Quran yang berjalan.” Sayangnya, pribadi agung ini termentahkan dalam kubang sekularisme. Muhammad hanya hadir dalam ruang privat, jalur vertikal Tuhan dan manusia. Kesuciannya ditempatkan pada langit-langit kosong, tidak membumi, dan akhirnya jatuh pada mistifikasi. Perlahan tapi pasti, terjadilah pembunuhan karakter Muhammad yang bidimensional. Matilah Muhammad yang di bumi berbaur dengan masyarakat, sederhana, teladan bijak dan pembela kaum mustadh’afin. Tidak heran, banyaknya peringatan atas kelahiran Nabi, seolah tidak memiliki implikasi dan pengaruh yang positif dalam kehidupan kemanusiaan kita. Ritual pengkhidmatan kepada Nabi hampa dari nilai-nilai spiritualitas.
Karena itulah, pembumian nilai-nilai akhlak yang menjadi tema sentral gagasan perubahan peradaban Muhammad, akan menentukan keselamatan hidup kita. Kesadaran inilah yang harus ditindaklanjuti dengan revolusi sistem berpikir kita, bahwa meskipun Muhammad SAW manusia “langit”, beliau juga manusia “bumi”.
“Sekiranya bukan karena engkau Muhammad, maka Aku tidak akan ciptakan alam semesta ini.” Begitulah kurang lebih penggalan teks hadis yang cukup populer di kalangan pengamal tasawuf ketika membahas konsep ‘Nur Muhammad’. Dari ungkapan tersebut, kita bisa memahami bahwa seluruh maujud – alam jagat raya beserta isinya – yang ada ini, keberadaannya dimediasi oleh keberadaan wujud Rasulullah SAW. Artinya, seluruh maujud bisa eksis karena wasilah atau perantaraan eksistensi Nabi kita Muhammad SAW. Kalau demikian kenyataannya, maka sangat wajar bagi seluruh ciptaan – khususnya kita manusia - untuk senantiasa mengungkapkan rasa syukur dan terima kasih kita kepada baginda Rasulullah SAW. Ungkapan tersebut bisa dimaknai sebagai upaya untuk menjaga hubungan agar terjalin secara terus menerus dan tidak pernah terputus, antara diri kita dengan hakikat Muhammad SAW.
Oleh karena itu, setidaknya ada dua hal yang dapat dilakukan jika kita bermaksud merawat hubungan dengan baginda Rasulullah SAW. Pertama, senantiasa menyapa Nabi SAW melalui salam dan shalawat kepadanya. Berkenaan dengan hal ini, Allah SWT telah dengan tegas memerintahkan dalam firman-Nya,“Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Wahai orang-orang yang beriman! Bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam dengan penuh penghormatan kepadanya.” Inilah satu-satunya perintah dalam Al-Quran, yang Allah SWT dan malaikat-Nya terlebih dahulu mencontohkan, baru kemudian diperintahkan kepada kita hamba-Nya. Kedua, senantiasa menjaga wasiat yang ditinggalkannya untuk kita umatnya. Adapun wasiat utama Nabi SAW yang wajib kita jaga adalah dua pusaka yang diwariskannya yaitu : Al-Quran Al-Karim dan Itrah Ahli Baitnya. Semoga Allah SWT senantiasa memberikan kekuatan untuk menjalani kedua hal tersebut.
.
Berbagai peristiwa dalam kehidupan berbangsa dan bernegara telah terjadi mengiringi suasana Maulid Nabi Besar Muhammad SAW kali ini. Setidaknya ada dua peristiwa yang cukup menonjol tetapi sekaligus menodai kemuliaan bulan Rasulullah SAW.
Pertama, makin maraknya berbagai penyelewengan yang dilakukan oleh jajaran penguasa dan pemerintahan, yang ironisnya, karena tidak menunjukkan adanya perbaikan dan perubahan ke arah yang lebih baik, tetapi malahan prakteknya sudah semakin terbuka dengan modus operandi yang beragam.Kedua, terjadinya kekerasan atas nama agama yang dilakukan oleh sekelompok orang yang mengklaim sebagai pemilik kebenaran satu-satunya sekaligus mengaku sebagai pengikut Nabi Muhammad SAW. Rasanya belum pernah kami menemukan dalam literatur sejarah Islam, di mana Rasulullah melakukan tindakan kekerasan kepada suatu kaum tanpa alasan yang haq. Adalah suatu hal yang mustahil memang, bila agama sempurna ini yang dibawa oleh Rasul mulia yang menjadi uswatun hasanah karena memiliki akhlak yang agung, lantas melakukan tindakan-tindakan yang tidak terpuji dan tidak berlandaskan moral yang tinggi.
Dalam Al-Quran surah At-Taubah, digambarkan kepribadian Rasulullah SAW dengan begitu indah, “Sungguh, telah datang kepadamu seorang rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaan yang kamu alami, (dia) sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, penyantun dan penyayang terhadap orang-orang.
”Pertanyaannya kemudian, apakah setelah kita mengklaim sebagai umat Muhammad SAW, kita senantiasa berusaha untuk menggembirakan hati Nabi atau justru membuatnya tidak bisa tersenyum, karena melihat sikap serta akhlak kita yang tercela.
Setiap kali bulan maulid tiba, maka pada saat tersebut perhatian kita diarahkan pada sosok agung, manusia pilihan serta junjungan alam semesta, Muhammad Rasulullah SAW. Hal tersebut menjadi sesuatu yang niscaya karena Rasulullah SAW adalah panutan dan contoh teladan bagi kita semua. Keteladanan beliau menyentuh seluruh aspek dan dimensi kehidupan kemanusiaan kita, sehingga tidak ada argumentasi maupun alasan apapun untuk melepaskan diri dari keteladanannya. Allah SWT di dalam firman suci-Nya telah menyebutkan bahwa, “Sungguh telah datang kepadamu seorang rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaan yang kamu alami, (dia) sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, penyantun dan penyayang terhadap orang-orang yang beriman.” Dari ayat tersebut tergambarkan kepada kita bahwa sesungguhnya sosok dan kepribadian Rasulullah SAW bukanlah sesuatu yang asing dan jauh dari diri kita, melainkan ia adalah sesuatu yang dekat serta akrab pada diri kita.
Sebagaimana dekatnya Tuhan dengan kita hamba-Nya, maka begitu pula lah kedekatan Rasulullah kepada kita pengikutnya. Sedemikian cinta dan kasih sayangnya Tuhan kepada makhluk-Nya, maka demikian pula Rasulullah kepada umatnya. Kenapa seperti itu? Karena Rasulullah SAW adalah manifestasi paling sempurna dari asma-asma Allah SWT di alam semesta ini. Oleh sebab itu, menjadi wajar kemudian apabila Allah SWT memilihnya menjadi ‘Uswatun Hasanah’ sebagaimana difirmankan-Nya, “Sungguh telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri tauladan yang baik bagimu, (yaitu) bagi orang yang mengharap rahmat Allah dan kedatangan hari kiamat serta yang banyak mengingat Allah.” Apakah kita termasuk dalam kelompok yang disinyalir oleh Allah SWT tersebut? Wallahu a’lam bisshawab.
Wassalam
Wallahu a’lam bisshawab.
Palestina kembali bergejolak belakangan ini. Bagaimana tidak, Masjid Al-Aqsha yang pernah menjadi kiblat kaum muslimin di seluruh dunia, ingin dikuasai oleh tentara zionis Israel. Apa yang menyebabkan Israel begitu leluasa menguasai dan mencaplok tanah Palestina? Jawabannya boleh jadi, Pertama; karena kekuatan Islam secara umum begitu lemah sehingga tidak diperhitungkan lagi oleh zionis Israel. Kedua; belum terjalinnya persatuan dan kesatuan umat Islam secara nyata dalam menghadapi musuh bersama kaum muslimin. Hal ini bisa kita lihat dan rasakan langsung dalam realitas kehidupan kita sehari-hari. Betapa masih sering kita temukan sebuah kelompok Islam yang dengan mudahnya menebarkan fitnah, menyerang, menuduh sesat dan kafir kelompok Islam lainnya, hanya karena perbedaan pandangan dan pemahaman.
BalasHapusIni semua terjadi, karena mereka menganggap hanya mereka satu-satunya pemilik kebenaran dan yang lainnya berada dalam kebatilan. Mereka telah menjadikan kelompok mereka sebagai tuhan-tuhan kecil untuk menghakimi muslim yang lain.
Mereka memaksakan pemahaman dan penafsirannya tentang Islam untuk diterima semua orang. Dan kalau tidak, berarti di luar Islam, yang pada akhirnya bisa disesatkan dan dikafirkan. Dengan situasi seperti itu, apa masih memungkinkan kaum muslimin merapatkan barisan serta menyatukan langkah dalam menghadapi kekuatan zionis Israel untuk membebaskan Palestina? Tentu saja kita tetap harus optimis, dengan syarat terlebih dahulu meninggalkan sikap dan prilaku tidak produktif tadi.
Mari suarakan terus dengan lantang, nurani umat Muhammad SAW yang hari-harinya sarat dengan penderitaan, satukan gerak bebaskan Masjid Al-Aqsha dari cengkraman zionis Israel. Mari tunjukkan SOLIDARITAS untuk SERUAN PEMBEBASAN PALESTINA!!! ALLAHU AKBAR, ALLAHU AKBAR, ALLAHU AKBAR!!!
Peristiwa Imam Husain meninggalkan Mekah menuju Karbala dan terbunuh disana sebelum menyelesaikan ibadah hajinya, merupakan pelajaran yang lain disamping syahadahnya. Ibadah Haji adalah suatu kewajiban yang diperjuangkan oleh para leluhurnya. Darah pun tertumpah untuk menghidupkan tradisi ini. Imam Husain tidak menuntaskan ritus-ritus haji dan memutuskan untuk meninggalkan Mekah dan menjadi seorang Syahid. Ia tidak menyelesaikan ibadah hajinya untuk memberi pelajaran kepada para pelaku haji, yang shalat dan meyakini tradisi Ibrahim as, bahwa jika tidak ada kepemimpinan (imamah) dan tidak ada pemimpin yang sejati, jika tidak ada tujuan, jika “Husain” tidak ada di sana sementara “Yazid” ada di sana, maka melakukan tawaf mengelilingi rumah Allah adalah sama dengan melakukan tawaf mengelilingi rumah berhala. Orang-orang yang melanjutkan tawafnya sementara Imam Husain pergi ke Karbala, tidaklah lebih baik dari mereka yang bertawaf mengelilingi istana hijau Muawiyah. Apakah bedanya haji, sebagai sunnah Ibrahim as sang pembasmi berhala, dilakukan di ‘rumah Tuhan’ atau di ‘rumah manusia’? Demikianlah yang diungkapkan oleh Dr. Ali Syariati dalam salah satu bukunya. Dan Tragedi Kemanusiaan yang pernah terjadi di Karbala, tidak akan pernah hilang dan terhapus dalam ingatan umat manusia, khususnya pecinta-pecinta sejati Rasulullah SAW. Tetapi ia akan selamanya hidup dan bahkan akan terus membakar jiwa serta semangat para pejuang-pejuang kebenaran di mana pun mereka berada. Orang yang mengaku sebagai pecinta Rasulullah namun tidak mampu merasakan kepedihan yang menimpa keluarga Rasulullah di Karbala, maka bisa dipertanyakan siapa sesungguhnya yang mereka cintai. Wallahu a’lam bisshawab. Wassalam
BalasHapus