HTI: Pembatasan Subsidi BBM Bertentangan Dengan Syariat Islam
Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) akhirnya menetapkan skema pembatasan BBM terhitung 1 April 2012. Menurut Menteri ESDM Jero Wacik pihaknya sudah menetapkan skema pembatasan subsidi, yakni dibagi menjadi tiga, yakni pembatasan bagi mobil roda empat (mobil pribadi), kendaraan umum termasuk UMKM dan kendaraan roda dua serta roda tiga.
"Nantinya bagi kendaraan roda empat seperti mobil pribadi, mobil dinas dan taksi eksklusif akan dikenakan pembatasan BBM bersubsidi," ujar Jero Wacik dalam rapat kerja dengan Komisi VII DPR RI, Selasa (16/1/2012)
Nantinya bagi kendaraan yang masuk dalam pembatasan BBM diberikan dua pilihan yakni mengkonsumsi BBM non subsidi (Pertamax dan sejenisnya) atau menggunakan converter kit dengan menggunakan CNG atau LGV. Sedangkan untuk kendaraan roda dua dan tiga, kata Jero tetap diperbolehkan untuk mengkonsumsi BBM bersubsidi.
Keputusan inipun mendapatkan tentangan dari Hizbut Tahrir Indonesia (HTI). Dalam rilisnya, HTI mengungkapkan bahwa program pembatasan BBM Bersubsidi sama artinya dengan pencabutan subsidi BBM karena rakyat dipaksa untuk beralih kepada BBM non subsidi seperti pertamax. Dan inilah saat yang ditunggu-tunggu oleh perusahaan Migas asing, karena dengan begitu tidak ada lagi produk BBM (premium) yang murah, yang membuat publik enggan membeli produk mereka.
Selain itu HTI juga menilai bahwa pembatasan BBM bersubsidi dalam jangka panjang akan menguntungkan Perusahaan Minyak Asing yang memiliki Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) seperti Total, Shell dan perusahaan asing lainnya. Karena selama ini SPBU-SPBU tersebut mengalami kerugian karena konsumen lebih memilih menggunakan premium yang dijual Pertamina yang harganya lebih murah.
Dengan adanya pembatasan subsidi BBM maka seluruh pengguna mobil pribadi terpaksa menggunakan bahan bakar yang kadar oktannya lebih tinggi seperti Pertamax, atau bensin yang diproduksi oleh SPBU asing tersebut. Dengan biaya produksi yang lebih efisien dan kualitas yang mungkin lebih baik, maka produk SPBU asing itu akan lebih kompetitif dibandingkan SPBU Pertamina. Maka jumlah SPBU asing dalam jangka waktu yang tidak lama akan semakin menjamur. Dan jika tidak ada inovasi, kegiatan bisnis Pertamina di sektor hilir menjadi tidak kompetitif sehingga SPBU-SPBU yang terafiliasi dengan Pertamina akan berpindah ke perusahaan minyak asing tersebut. Hal ini tentu akan merugikan Pertamina. Sudahlah di sektor hulu terdilusi, di sektor hilir pun kalah bersaing.
Yang lebih penting daripada itu adalah bahwa pembatasan BBM dan kebijakan apapun yang bermaksud untuk memberikan peran yang lebih besar kepada asing dalam pengelolaan sumber daya alam khususnya migas merupakan kebijakan yang bertentangan syariat Islam. Migas serta kekayaan alam yang melimpah lainnya dalam pandangan Islam merupakan barang milik umum yang pengelolaannya mestinya diserahkan kepada negara untuk kesejahteraan rakyat.
Karena itu, berkenaan dengan ini semua maka Hizbut Tahrir Indonesia menyatakan:
1. Menolak rencana pembatasan BBM Bersubsidi karena kebijakan ini merupakan langkah menuju liberalisasi pengelolaan Migas di Indonesia khususnya di sektor hilir setelah liberalisasi di sektor hulu telah sempurna dilakukan. Liberalisasi tidak lain adalah penguasaan yang lebih besar pengelolaan Migas kepada swasta (asing) dan pengurangan peran negara. Kebijakan seperti ini jelas akan sangat merugikan rakyat yang notabene adalah pemilik sumberdaya alam itu sendiri.
2. Disamping terbukti bakal merugikan rakyat, kebijakan kapitalistik itu akan membuat negeri ini menjadi makin tidak mandiri. Oleh karenanya harus segera dihentikan, dan sebagai gantinya, migas dan SDA lain dikelola dengan sistem yang sejalan dengan aqidah umat Islam yang merupakan mayoritas penduduk negeri, itulah syariah Islam. Menurut syariah, migas harus dikelola oleh negara dimana hasilnya diperuntukan bagi sebesar-besar kesejahteraan seluruh rakyat.
3. Menyerukan kepada umat Islam untuk lebih bergiat dalam perjuangan mewujudkan kehidupan Islam, yakni kehidupan yang didalamnya diterapkan syariah Islam secara kaffah dalam naungan daulah Khilafah. Hanya dengan cara itu kerahmatan Islam yang telah dijanjikan Allah SWT, termasuk dalam pengelolaan sumberdaya alam, khususnya Migas, Insya Allah akan terwujud. (Pz/hti/detik)
Dekan FE UI: Pemerintah Seharusnnya Naikkan Harga BBM
DEPOK, RIMANEWS - Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (FEUI), Firmanzah, mengatakan, seharusnya pemerintah menaikkan harga bahan bakar minyak secara bertahap dibandingkan dengan menerapkan penghematan atau pembatasan BBM bersubsidi.
"Saat ini keperluan menaikkan harga BBM sudah semakin mendesak," katanya di Depok, Rabu.
Namun menurut dia, memang secara waktu saat ini bukan yang tepat untuk menaikan harga BBM karena menjelang Ramadhan dan juga hari raya Idul Fitri dimana kebutuhan masyarakat meningkat.
"Bisa saja setelah lebaran dan kenaikan Rp500 per liter," ujarnya.
Ia mengatakan bahwa secara ekonomi kita butuh menaikkan harga BBM, tapi dalam hal ini unsur politisnya jauh lebih kental.
"Pemerintah seharusnya tegas dengan kebijakan menaikkan harga BBM, sehingga tidak ada wacana-wacana lain mengenai BBM," katanya
Adanya wacana penghematan atau pembatsan BBM bersudsidi akan mengakibatkan kelangkaan BBM bersubsidi di sejumlah wilayah ataupun keterlambatan pengiriman pasokan.
Dikatakannya Pertamina sudah mengirim pasokan BBM namun ada saja daerah yang langka akan pasokan BBM. "Ini akibat ada spekulan atau bisa jadi sektor ekonomi sedang tumbuh, dan ini akan berpotensi adanya konflik horizontal," ujarnya.
Sebelumnya, secara terpisah Sekretaris BPH Migas Agus Budi Wahyono menyatakan, bahwa perbedaan harga antara BBM bersubsidi dan non subsidi yang cukup tinggi belakangan ini menimbulkan banyak kasus penyelewengan.
Kasus penyelewengan paling tinggi diduga di daerah Kalimantan dan Sumatra karena banyaknya perusahaan industri dan perkebunan
Menurut Koordinator Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) Migas BPH Migas, Edi Muhammad Suharyadi, penyelewengan BBM bersubsidi di Indonesia pada 2011 masih cukup tinggi terbukti hingga 30 Juni 2011 terdata sebanyak 155 kasus penyelewengan yang telah ditangani aparat penegak hukum.
Sedangkan pada 2010, tambah dia, terdapat 473 kasus penyelewengan BBM bersubsidi dan sekitar 70 persen diantaranya kini sudah dalam proses persidangan dan beberapa di antaranya sudah diputus.
Kerugian negara akibat penyimpangan tersebut, kata dia, diperkirakan sekitar Rp3,8 triliun.(ian/ant)
Coba perhatikan Iran, bagaimana mereka berupaya utk
Rakyatnya:
Pemenuhan Energi Negeri Kaum Mullah Dari Minyak Bumi Hingga Nuklir
Amerika Serikat dan Eropa mengecam Iran terkait program nuklir. Namun Iran terus mengembangkan nuklir ter-utama untuk kebutuhan listrik dalam negerinya.
Pengembangan sektor energi dan kelistrikan Iran, dari waktu ke waktu terus berkembang pesat.
Sebelumnya, secara konvesional Iran hanya mengandalkan minyak bumi dan gas sebagai bahan baku pembangkit listrik. Kini Iran telah mengembangkan pembangkit nuklir sebagai sumber energi listrik.
Kelistrikan Iran terus mengalami pengembangan dan peningkatan sejak 25 tahun lalu. Pengelolaan listik dan sumber bahan baku energi minyak dikelola secara bijak. Dari hanya berproduksi sebesar 7.000 megawatt, sekarang Iran telah mampu menghasilkan listrik berkekuatan 49.000 megawatt (MW).
Bahkan, 20 tahun ke depan diprediksi Iran sanggup menghasilkan 110.000 MW. Tak hanya minyak bumi, Iran juga berupaya mengembangkan pembangkit listrik mikrohidro yang sekarang produksinya mencapai 10 MW sampai 50 MW. Biaya investasi pembangkit listrik tenaga air (PLTA) relatif lebih murah dibandingkan dengan teknologi pembangkit listrik sejenis dari negara lain.
Negeri Kaum Mullah itu memiliki kemandirian energi yang kokoh. Pasalnya minyak bumi dan gas menjadi bahan baku utama pembangkit listrik. Terlebih di kawasan Timur Tegah, Iran termasuk negara yang memiliki cadangan minyak bumi terbesar di dunia.
Pada 2010, cadangan minyak Iran diposisikan nomor empat terbesar di dunia setelah Saudi Arabia, Venezuela, dan Irak.Sebelumnya, sampai tahun 2009, Iran masih dianggap sebagai negara yang memiliki cadangan minyak terbesar ketiga di dunia, di bawah Kerajaan Saudi Arabia dan Venezuela.
Tetapi belakangan, setelah Irak mengumumkan posisi cadangan minyak mereka yang baru pada awal Oktober 2010 yang sebesar 143,1 miliar barel, posisi tersebut kini diduduki Irak.
Berdasarkan data dari organisasi produsen msinyak dunia atau OPEC (Organization of the Petroleum Exporting Countries), Iran tercatat memiliki cadangan minyak sebesar 137,01 miliar barel. Angka tersebut mewakili 12,9% cadangan minyak dunia. Jauh sebelumnya lagi, Iran bahkan pernah ditempatkan oleh Oil and Gas Journal berada di posisi kedua di bawah Saudi Arabia pada 2006.
Ditilik dari sisi produksi, kontribusi Iran bagi dunia internasional, juga sangat besar. Pada 2005, produksi minyak mentah Iran tercatat 3,94 juta barrel per hari bpd (barrel per day) atau mewakili 5% produksi minyak mentah dunia.
Sepanjang 2005 hingga 2008, kapasitas produksi minyak mentah di Iran meningkat menjadi di atas 4,301 juta bpd. Pada 2009, kinerja produksi minyak mentah Iran diperkirakan sebesar 4,049 juta bpd.
Selain dimanfaatkan sebagai bahan baku untuk energi listrik, minyak bumi Iran seperti juga di negara-negara lain dimanfaatkan untuk konsumsi kendaraan bermotor. Menurut pengamat energi, Widjajono Partowidagdo, pemerintah Iran sangat berkepentingan untuk menjaga cadangan minyak mereka.
Bahkan pemerintah Iran menjual harga bahan bakar minyak (BBM) kepada warganya sesuai dengan harga keekonomian. Jadi, harga BBM-nya cukup mahal. “Itu sebabnya, warga Iran tidak bisa semaunya mengkonsumsi BBM karena harganya terbilang mahal,” terang Widjajono.
Tak hanya untuk kebutuhan dalam negeri, Iran juga sangat aktif menggenjot ekspor minyak bumi ke berbagai negara. Iran merupakan salah satu negara pengekspor minyak mentah utama dunia.
Bahkan, pada 2009 lalu, ekspor minyak mentah Iran ke negara-negara Eropa mengalami peningkatan dua kali lipat dari tahun 2008. Sekarang, rata-rata ekspor minyak mentah Iran setiap harinya mencapai 2 juta barrel.
Lalu, di mana lokasi strategis minyak bumi dan gas di negara Ayatulloh Khomeini tersebut?
Berdasarkan data-data intelejen energi internasional, wilayah strategis sumber energi Iran terbagi dua. Ada wilayah yang kaya akan minyak bumi, dan ada wilayah yang kaya dengan cadangan gas.
Untuk minyak bumi, wilayah sumber energi Iran terletak bagian barat atau oleh kalangan intelijen energi dunia disebut sebagai wilayah Khuzestan. Meskipun, di wilayah tersebut juga ada cadangan gas.
Sementara itu, wilayah strategis cadangan gas alam Iran berada pada tiga tempat. Daerah Pars Selatan dengan cadangan gas sebesar 280-500 Tcf dan 17 miliar barrel kandungan minyak. Daerah Pars Utara sebesa 50 Tcf, dan di wilayah Kangan-Nar dengan posisi cadangan gas sebesar 23.7 Tcf.
Pars Selatan merupakan daerah yang dijadikan proyek prestisius pengembangan gas di Iran. Kilang gas di Pars Selatan, merupakan proyek energi gas terbesar bagi negara tersebut. Nilai investasi proyek tersebut diperkirakan mencapai 15 miliar dolar Amerika (AS). Pengembangan proyek gas Pars Selatan tersebut diyakini berkontribusi sebesar US$11 miliar untuk jangka waktu 30 tahun.
Beberapa perusahaan energi multinasional dari berbagai negara, terlibat dalam pengembangan proyek tersebut. Di antaranya, perusahaan asal Rusia-Gazprom, dari Petronas- Malaysia, ENI, LG- Korea Selatan dan Norwegia, Statoil.
Saat ini, kendati perusahaan-perusahaan minyak dari negara-negara Barat banyak yang hengkang dari Iran, namun beberapa negara masih banyak yang tertarik masuk ke Iran. Salah satunya adalah China. Diperkirakan, nilai investasi perusahaan-perusahaan asal China di bidang minyak dan gas ke Iran, telah mencapai US$ 40 miliar.
Bahkan, Iran melalui The Iranian Central Oilfields Company (ICOFC), berencana akan meningkatkan produksi gasnya menjadi 325 juta meter kubik gas per hari. Iran saat ini memiliki cadangan gas sebesar 29 triliun meter kubik atau sekitar 17% dari cadangan gas dunia.
Kebijakan Nuklir Damai
Selain minyak bumi dan gas, Iran juga gencar mengembangkan energi alternatif. Salah satunya, yang juga menjadi salah satu andalan adalah pengembangan energi nuklir. Kendati mendapat tudingan miring, Iran tetap kukuh mengembangkan nuklir sebagai sumber energi listrik di negara tersebut.
Tambang Saghand yang berlokasi di Iran Tengah, tepatnya sekitar 300 mil di Selatan Teheran, merupakan sumber utama uranium Iran. Kapasitas produksinya mencapai 132.000 ton bijih uranium per tahun. Secara total, cadangan uranium di tambang tersebut diperkirakan mencapai 1,73 juta ton.
Selain itu, Iran juga punya cadangan uranium lain di selatan Bandar Abbas, namun kapasitasnya lebih kecil. Tahun 2006, pemerintah Iran juga mengumumkan penemuan lokasi cadangan uranium baru di Khoshoomi, Charchooleh, dan Narigan.
Menurut Presiden Iran Mahmoed Ahmadinejad, pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) bukan sekadar tumpuan masa depan pemenuhan kebutuhan energinya. PLTN juga simbol penguasaan teknologi canggih.
“Memperoleh teknologi nuklir untuk tujuan damai adalah tuntutan seluruh rakyat Iran. Dan pejabat sebagai wakil rakyat, harus berupaya sekuat tenaga untuk merealisasikan tuntutan tersebut,” tegas Ahmadinejad menjelaskan mengenai program nuklir Iran.
Ahmadinejad dikenal sosok yang tegas dan kharismatik. Kendati sederhana, namun dia sangat berani.
Termasuk jika kebijakan yang diambilnya harus bersinggungan dengan negara adidaya Amerika Serikat (AS). Meskipun Iran dikenai sangsi Internasional, terkait dengan program pengayaan nuklir, namun Iran bergeming menjalankan program nuklir mereka.
Setelah cukup lama berupaya, akhirnya Iran akan mengoperasikan PLTN pertama di negara tersebut. Lokasi PLTN tersebut berada di dekat kota pelabuhan teluk, Bushehr. Langkah pengembangan nuklir damai Iran, memang merupakan antisipasi terhadap potensi habisnya bahan baku minyak bumi Iran.
Apalagi, konsumsi listrik masyarakat Iran cukup besar, yakni sekitar 145,1 miliar kWh. Belum lagi kalau dipertimbangkan dengan jumlah penduduk Iran yang akan terus bertambah dan menjadi sebanyak 100 juta orang pada 2025.
Alhasil, Iran harus mengejar pertumbuhan daya listrik hingga sebesar 70.000 MW pada 2021. Bertolak dari hal tersebut, akhirnya pemerintahan Iran berupaya mengembangkan PLTN untuk mengejar keamanan pasokan listrik domestik.
Iran menetapkan target penyediaan pasokan energi listrik mereka pada 2021, sebagian besar akan dihasilkan dari energi alternatif. Perincianya sebanyak 10 % akan berasal dari tenaga nuklir, 20% dari hidro (tenaga air), 60 % dari gas, dan sisanya dari sumber energi lain.Selain pengembangan listrik di dalam negeri, bersama dengan Rusia, dan China, Iran terus berupaya berinvestasi pada sektor pembangkit listrik.
Kesuksesan Iran mengembangkan program pembangkit listrik berbasis nuklir, pada akhirnya menginspirasi negara lain untuk melakukan hal yang sama. Salah satunya negara asal Afrika, yakni Sudan, bakal mengikuti jejak Iran.
Menurut Presiden Sudan Omar al-Bashir, negara mereka belajar dari Iran mengenai sumber energi nuklir untuk kebutuhan listrik. Sudan memang berencana membangun reaktor nuklir, sekaligus PLTN yang rencananya akan selesai pada 2020. Untuk mengantisipasi tudingan miring Internasional, Sudan akan bekerjasama dengan Lembaga Energi Atom Internasional.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar