Bersiap-siap Menghadapi Perang Dunia III, Sasarannya Iran
Oleh: Michel Chossudovsky
Kemanusiaan berada di persimpangan jalan yang berbahaya. Persiapan perang untuk menyerang Iran berada dalam "keadaan siap-siaga". Sistem Hi-tech termasuk senjata berhulu ledak nuklir dikerahkan sepenuhnya.
Petualangan militer ini telah digambarkan Pentagon sejak pertengahan tahun 1990-an. Menurut dokumen rahasia 1995 Komando Sentral Amerika Serikat, pertama Irak, berikutnya Iran.
Eskalasi merupakan bagian daripada agenda militer. Sementara Iran adalah target berikutnya bersama-sama dengan Suriah dan Lebanon, penyebaran militer strategis ini juga mengancam Korea Utara, Cina dan Rusia.
Sejak tahun 2005, Amerika Serikat dan sekutunya, termasuk mitra Amerika, NATO dan Israel, telah terlibat dalam penyebaran luas dan penimbunan sistem senjata mutakhir. Sistem pertahanan udara Amerika Serikat dan negara-negara anggota NATO serta Israel sepenuhnya terintegrasi.
Ini merupakan sebuah upaya terkoordinasi Pentagon, NATO, Israel Defense Force (IDF), dengan keterlibatan militer aktif dari beberapa negara mitra non-NATO termasuk negara-negara Arab garis depan (members of NATO's Mediterranean Dialogue and the Istanbul Cooperation Initiative), antara lain Arab Saudi, Jepang, Korea Selatan, India, Indonesia, Singapura, Australia, (NATO terdiri dari 28 negara anggota NATO dan 21 negara-negara lainnya merupakan negara anggota Euro-Atlantic Partnership Council (EAPC), Dialog Mediterania dan Istanbul Cooperation Initiative termasuk sepuluh negara Arab ditambah Israel.)
Peran Mesir, negara-negara Teluk dan Arab Saudi (dalam aliansi militer yang luas) hubungannya khusus. Mesir mengontrol transit kapal perang dan kapal tanker minyak melalui Terusan Suez. Arab Saudi dan negara-negara Teluk menempati garis pantai Barat di Selatan Teluk Persia, Selat Hormuz dan Teluk Oman. Pada awal Juni, "Dilaporkan Mesir mengizinkan sebuah kapal Israel dan sebelas kapal Amerika Serikat melewati Terusan Suez .... yang merupakan sinyal jelas kepada Iran ... Pada tanggal 12 Juni, sumber pers daerah melaporkan bahwa Saudi telah memberikan hak kepada Israel untuk terbang di atas wilayah udaranya ... " (Muriel Mirak Weissbach, Israel’s Insane War on Iran Must Be Prevented., Global Research, July 31, 2010)
Doktrin militer setelah peristiwa serangan 9/11 berupa penyebaran besar-besaran perangkat keras militer yang dijelaskannya sebagai bagian dari apa yang disebut "Perang Global Melawan Terorisme", dengan sasaran organisasi teroris "non-negara" termasuk al Qaeda dan apa yang disebut sebagai Negara sponsor "terorisme", termasuk Iran, Suriah, Libanon, Sudan.
The setting up of new US military bases, the stockpiling of advanced weapons systems including tactical nuclear weapons, etc. were implemented as part of the pre-emptive defensive military doctrine under the umbrella of the "Global War on Terrorism".
Amerika Serikat membangun pangkalan militer baru, menimbun sistem persenjataan canggih termasuk senjata nuklir taktis, dsb, sudah diimplementasikan sebagai bagian dari doktrin pertahanan militer pre-emptive di bawah payung "Perang Global Melawan Terorisme".
Perang dan Krisis Ekonomi
Implikasi lebih luas dari serangan Amerika Serikat-NATO-Israel terhadap Iran jauh jangkauannya. Perang dan krisis ekonomi sangat terkait erat. Ekonomi perang dibiayai oleh Wall Street, yang berdiri sebagai kreditur pemerintah Amerika Serikat. Produsen senjata Amerika Serikat adalah penerima kontrak pengadaan sistem senjata mutakhir yang bernilai miliaran dolar dari Department Pertahanan Amerika Serikat dengan. Pada gilirannya, "pertempuran untuk minyak" di Timur Tengah dan Asia Tengah secara langsung melayani kepentingan raksasa minyak Anglo-Amerika.
Amerika Serikat dan sekutunya "memukul genderang perang" di puncak depresi ekonomi di seluruh dunia, belum lagi bencana lingkungan paling serius dalam sejarah Dunia. Dalam memutar-balikkan malapetaka yang menyedihkan salah satu pemain utama (BP) dalam permainan geopolitik Timur Tengah - Asia Tengah, yang sebelumnya dikenal sebagai Anglo-Persian Oil Company, adalah penghasut bencana ekologis di Teluk Meksiko.
Media Disinformation
Opini publik dipengaruhi oleh agitasi media yang secara diam-diam mendukung, acuh tak acuh atau berpura-pura bodoh mengenai dampak yang mungkin terjadi, dari apa yang terus-menerus dipropagandakan sebagai sebuah operasi "hukuman" yang khusus diarahkan terhadap fasilitas nuklir Iran, sebaliknya tidak memberitakan sebuah peperangan yang bersifat habis-habisan, termasuk persiapan perang serta penyebaran senjata nuklir yang diprodukasi Amerika Serikat dan Israel. Dalam konteks ini, konsekuensi yang menghancurkan dari perang nuklir apakah memang sengaja tidak disebutkan atau disepelekan.
Menurut media dan pemerintah “krisis nyata" yang sebenarnya mengancam kemanusiaan bukan perang nuklir akan tetapi pemanasan global. Media akan membuat rekayasa krisis walaupun sebenarnya tidak ada krisis: "menakut-nakuti dunia" – dengan pandemi global H1N1 - tapi tidak seorang pun tampak takut terhadap perang nuklir yang disponsori Amerika Serikat.
Rencana perang terhadap Iran disajikan untuk opini publik antara lain sebagai sebuah isu. Hal ini tidak dipandang sebagai sebuah ancaman atas "Tanah Air" seperti dalam kasus pemanasan global. Perang terhadap Iran bukan berita yang pantas dimuat di halaman depan. Fakta bahwa serangan terhadap Iran bisa menimbulkan eskalasi dan berpotensi memicu "perang global" yang tidak terkendali bukanlah masalah yang menjadi perhatian.
Klenik Pembunuhan dan Pembinasaan
Mesin membunuh global juga menyokong klenik yang merupakan bagian penting dalam pembunuhan dan pembinasaan yang disebarkan melalui film-film Hollywood, belum lagi Radio dan TV, perang dan kejahatan serial TV di jaringan televisi. Ilmu klenik pembunuh ini didukung oleh CIA dan Pentagon yang juga mendukung produksi (keuangan) Hollywood sebagai alat propaganda perang.
"Mantan agen CIA Bob Baer mengatakan kepada kami," Ada simbiosis antara CIA dan Hollywood "dan mengungkapkan bahwa mantan direktur CIA, George Tenet sekarang ini," keluar-masuk Hollywood, berbicara dengan orang-orang studio. " (Matthew Alford and Robbie Graham, Lights, Camera… Covert Action: The Deep Politics of Hollywood, Global Research, January 31, 2009)
Mesin pembunuh ini disebarkan pada tingkat global, dalam kerangka struktur komando tempur terpadu. Hal ini secara rutin dikuatkan oleh instansi pemerintah, pemilik media dan birokrat serta intelektual dari the New World Order dan think-tank di Washington serta lembaga penelitian studi strategis sebagai sebuah instrumen yang tidak diragukan lagi dari perdamaian dan kemakmuran global.
Budaya pembunuhan dan kekerasan telah menjadi bagian penting dalam kesadaran manusia.
Perang secara luas diterima sebagai bagian dari proses sosial: Tanah air harus "dibela" dan dilindungi.
"Kekerasan yang dilegitimasi" dan pembunuhan di luar hukum yang ditujukan kepada "teroris" dijunjung tinggi dalam demokrasi barat, sebagai instrumen penting dari keamanan nasional.
A "humanitarian war" is upheld by the so-called international community. It is not condemned as a criminal act. Its main architects are rewarded for their contributions to world peace.
Sebuah "perang kemanusiaan" ditegakkan oleh mereka yang menyebut dirinya sebagai masyarakat internasional. Namun hal ini tidak dikutuk sebagai tindak pidana. Arsitek utamanya dihargai atas kontribusi mereka bagi perdamaian dunia.
Sehubungan dengan Iran, apa yang diungkapkan adalah legitimasi langsung perang atas nama suatu gagasan ilusi keamanan global.
Sebuah "Pre-emptive" berupa serangan udara yang ditujukan terhadap Iran akan mengakibatkan Eskalasi perang.
Saat ini secara terpisah terdapat tiga medan perang Timur Tengah - Asia Tengah: Irak, Afghanistan-Pakistan dan Palestina.
Dimana Iran menjadi objek serangan udara "pre-emptive" oleh pasukan sekutu, maka seluruh kawasan, dari Mediterania Timur ke perbatasan barat Cina dengan Afghanistan dan Pakistan, akan bergejolak, yang secara potensial akan menggiring kita kepada sebuah skenario Perang Dunia III.
Perang juga akan meluas ke Lebanon dan Suriah.
Hal ini sangat tidak mungkin bahwa pemboman, jika mereka laksanakan, hanya akan membatasi terhadap fasilitas nuklir Iran sebagaimana pernyataan resmi yang diklaim oleh Amerika Serikat-NATO. Apa yang lebih mungkin adalah sebuah serangan udara habis-habisan, baik terhadap infrastruktur militer maupun sipil termasuk sistem transportasi, pabrik, gedung-gedung publik.
Iran diperkirakan memiliki cadangan minyak dan gas sebesar sepuluh persen, menduduki peringkat ketiga setelah Saudi Arabia (25%) dan Irak (11%) dalam ukuran cadangannya. Sebagai perbandingan, Amerika Serikat memiliki kurang dari 2,8% dari cadangan minyak dunia. Cadangan minyak Amerika Serikat diperkirakan kurang dari 20 milyar barel. Daerah yang lebih luas di Timur Tengah dan Asia Tengah memiliki cadangan minyak lebih dari tiga puluh kali yang dimiliki Amerika Serikat, yang mewakili lebih dari 60% dari total cadangan minyak dunia. (Lihat Waddell Eric, The Battle for Oil, Global Research, Desember 2004).
Signifikansinya adalah penemuan baru-baru ini di Iran mengenai cadangan kedua terbesar yang diketahui berupa gas alam di Soumar dan Halgan dan diperkirakan mencapai 12,4 triliun kubik kaki.
Penargetan atas Iran unsur utamanya tidak hanya sekedar menyatakan kembali kontrol Anglo-Amerika atas minyak Iran dan gas murah, termasuk juga rute pipa dan menantang kehadiran pengaruh Cina serta Rusia di kawasan itu.
The planned attack on Iran is part of a coordinated global military road map. It is part of the Pentagon's "long war", a profit driven war without borders, a project of World domination, a sequence of military operations.
Serangan yang direncanakan terhadap Iran merupakan bagian dari peta jalan militer global yang terkoordinasi. Ini adalah bagian dari "perang yang berlangsung lama" Pentagon, perang yang didorong oleh keuntungan ekonomi tanpa batas, sebuah proyek dominasi Dunia, yang diwujudkan dalam rangkaian operasi militer.
Perencana militer Amerika Serikat-NATO telah memikirkan berbagai skenario eskalasi militer. Mereka juga menyadari akan implikasi geopolitiknya, yaitu bahwa perang bisa melampaui kawasan Timur Tengah - Asia Tengah. Termasuk dampak ekonomi di pasar minyak serta yang lain-lainnya juga telah dianalisis.
Sementara Iran, Suriah dan Libanon merupakan target langsung, Cina, Rusia, Korea Utara, belum lagi Venezuela dan Kuba juga merupakan tujuan yang di ancam oleh Amerika Serikat.
Taruhannya adalah struktur aliansi militer. Penyebaran militer Amerika Serikat-NATO-Israel termasuk latihan militer dan latihan yang dilakukan di perbatasan Rusia dan Cina segera membuahkan hubungan langsung dengan perang yang diusulkan terhadap Iran. Ancaman terselubung, termasuk pengaturan waktu mereka, merupakan suatu petunjuk yang jelas terhadap kekuasaan semasa era Perang Dingin untuk tidak campur tangan dalam cara apapun yang dapat mengganggu terhadap serangan yang dipimpin Amerika Serikat terhadap Iran.
Peperangan Global
Tujuan strategis jangka menengah adalah untuk mentargetkan Iran dan menetralisir sekutu Iran, melalui diplomasi kapal perang - gunboat diplomacy. Tujuan militer jangka panjang adalah langsung menargetkan Cina dan Rusia.
Sementara Iran adalah target langsung, penyebaran militer tidak terbatas dilakukan ke Timur Tengah dan Asia Tengah. Agenda militer global telah dirumuskan.
Penggelaran pasukan koalisi dan sistem persenjataan maju oleh Amerika Serikat, NATO dan mitra-mitranya yang berlangsung secara bersamaan di seluruh wilayah utama Dunia.
Tindakan militer Amerika Serikat baru-baru ini di lepas pantai Korea Utara termasuk melakukan permainan perang-perangan adalah bagian dari desain global.
Diarahkan terutama terhadap Rusia dan Cina, Amerika Serikat, sekutu NATO dan latihan militer, latihan perang, penyebaran senjata, dll sedang dilakukan secara simultan di hotspot geopolitik utama.
-Semenanjung Korea, Laut Jepang, Selat Taiwan, Laut Cina Selatan mengancam Cina.-Penggelaran rudal Patriot di Polandia, pusat peringatan dini di Republik Ceko mengancam Rusia.-Penyebaran Angkatan Laut di Bulgaria, Rumania di Laut Hitam, mengancam Rusia.- Penyebaran pasukan Amerika Serikat dan NATO di Georgia.- Penyebaran angkatan laut yang tangguh di Teluk Persia termasuk kapal selam Israel diarahkan terhadap Iran.
Serentak di Timur Mediterania, Laut Hitam, Karibia, Amerika Tengah dan wilayah Andean di Amerika Selatan adalah wilayah-wilayah yang sedang berlangsung militerisasi. Di Amerika Latin dan Karibia, ancaman diarahkan terhadap Venezuela dan Kuba.
“Bantuan Militer” Amerika Serikat
Pada gilirannya, senjata berskala besar telah ditransfer dilakukan di bawah bendera "bantuan militer" Amerika Serikat ke negara-negara yang terpilih, termasuk kesepakatan persenjataan sebesar 5 miliar dolar dengan India yang dimaksudkan untuk membangun kemampuan militer India yang diarahkan terhadap Cina. (Huge U.S.-India Arms Deal To Contain China, Global Times, July 13, 2010).
"Penjualan senjata akan meningkatkan hubungan antara Washington dengan New Delhi, dan disengaja atau tidak, akan memiliki efek yang menahan terhadap pengaruh China di wilayah tersebut." Dikutip dalam Rick Rozoff, Confronting both China and Russia: U.S. Risks Military Clash With China In Yellow Sea, Global Research, July 16, 2010)
Amerika Serikat memiliki perjanjian kerjasama militer dengan sejumlah negara-negara Asia Tenggara, termasuk Singapura, Vietnam dan Indonesia, meliputi "bantuan militer" serta partisipasi dalam latihan perang pimpinan Amerika di Pacific Rim (Juli-Agustus 2010). Perjanjian ini mendukung penyebaran senjata yang ditujukan terhadap Republik Rakyat Cina. (Lihat Rick Rozoff, Confronting both China and Russia: U.S. Risks Military Clash With China In Yellow Sea, Global Research, July 16, 2010).
Demikian pula dan lebih langsung berkaitan dengan serangan yang direncanakan terhadap Iran, Amerika Serikat mempersenjatai negara-negara Teluk (Bahrain, Kuwait, Qatar dan Uni Emirat Arab) dengan rudal pencegat darat, Patriot Advanced Capability-3 dan Terminal High Altitude Area Defense (THAAD) serta yang berpangkalan di laut yaitu pencegat Rudal Standar-3 yang terpasang pada kapal perang kelas Aegis di Teluk Persia. (Lihat Rozoff Rick, NATO’s Role In The Military Encirclement Of Iran, Global Research, February 10, 2010).
Jadwal Penimbunan dan Penyebaran Militer
Apa yang penting dalam hal transfer senjata Amerika Serikat ke negara-negara mitra dan sekutunya adalah pemilihan waktu saat pengiriman dan penyebarannya. Melancarkan operasi militer yang disponsori Amerika Serikat biasanya akan dilakukan setelah sistem persenjataan ini berada di tempat, dengan efektif dikerahkan melalui pelaksanaan pelatihan personil. (India e.g).
Apa yang kita pahami adalah desain militer global yang teliti dan terkoordinasi yang dikontrol oleh Pentagon, melibatkan angkatan bersenjata gabungan lebih dari empat puluh negara. Ini merupakan penyebaran militer multinasional global, dan sejauh ini merupakan pertunjukkan terbesar sistem senjata mutakhir dalam sejarah Dunia.
Pada gilirannya, Amerika Serikat dan sekutunya telah mendirikan pangkalan militer baru di berbagai belahan dunia. "Permukaan Bumi Disusun sebagai sebuah Medan Perang yang Luas - The Surface of the Earth is Structured as a Wide Battlefield". (See Jules Dufour, The Worldwide Network of US Military Bases , Global Research, July 1, 2007).
The Unified Command susunannya dibagi menjadi Combatant Command geografis berdasarkan pada strategi militerisasi tingkat global. "Militer Amerika Serikat memiliki pangkalan di 63 negara. Pangkalan militer baru telah dibangun sejak 11 September 2001 di tujuh negara. Secara total terdapat 255.065 personel militer Amerika Serikat yang ditempatkan di seluruh dunia." (Lihat Jules Dufour, The Worldwide Network of US Military Bases , Global Research, July 1, 2007
Source: DefenseLINK-Unified Command Plan
Skenario Perang Dunia III
"Tanggung Jawab Wilayah Komandan Dunia" (Lihat peta di atas) mendefinisikan rancangan militer global Pentagon, yang merupakan salah satu penaklukan Dunia. Penyebaran militer ini terjadi di beberapa wilayah secara bersamaan di bawah koordinasi Komando regional Amerika Serikat, yang melibatkan penimbunan sistem persenjataan buatan Amerika Serikat oleh pasukan Amerika Serikat dan negara-negara mitra, beberapa di antaranya mantan musuh, termasuk Vietnam dan Jepang.
Keadaan sekarang ditandai dengan pembangunan militer global yang dikontrol oleh sebuah negara adidaya Dunia, yang menggunakan banyak sekutunya untuk memicu perang regional.
Sebaliknya, sewaktu terjadi Perang Dunia Kedua merupakan gabungan yang terpisah dari medan perang regional. Mengingat teknologi komunikasi dan sistem senjata tahun 1940-an, belum ada strategi yang koordinasi selama “waktu aktual proses berlangsung” dalam aksi militer antara wilayah geografis yang luas.
Perang global didasarkan pada penyebaran terkoordinasi kekuatan militer tunggal dominan, yang mengawasi tindakan sekutu-sekutu dan mitranya.
Dengan pengecualian Hiroshima dan Nagasaki, Perang Dunia Kedua ditandai dengan penggunaan senjata konvensional. Perencanaan perang global bergantung pada militerisasi ruang angkasa. Apakah perang yang diarahkan terhadap Iran yang akan diluncurkan tidak hanya akan menggunakan senjata nuklir, tapi juga seluruh gamut baru sistem persenjataan canggih, termasuk senjata elektrometrik dan teknik modifikasi lingkungan (ENMOD) akan digunakan.
Dewan Keamanan PBB
Dewan Keamanan PBB pada awal Juni mengadopsi putaran keempat sanksi sweeping terhadap Republik Islam Iran, termasuk embargo senjata yang diperluas dan juga "kontrol keuangan yang lebih ketat". Hal tersebut merupakan sebuah ironi yang pahit, karena resolusi ini disahkan oleh Dewan Keamanan PBB yang dalam beberapa hari sebelumnya secara tegas Dewan Keamanan PBB menolak untuk mengadopsi sebuah mosi yang mengutuk Israel atas serangannya terhadap Freedom Flotilla di Gaza, armada di perairan internasional.
Baik Cina maupun Rusia, ditekan oleh Amerika Serikat, yang telah mendukung sanksi DK PBB yang merugikan mereka. Keputusan mereka dalam DK PBB berkontribusi melemahkan aliansi militer mereka, yaitu organisasi Kerjasama Shanghai (SCO), di mana Iran memiliki status pengamat. Resolusi Dewan Keamanan membekukan kerjasama militer bilateral masing-masing China dan Rusia dan perjanjian dagang dengan Iran. Hal ini berakibat serius pada sistem pertahanan udara Iran yang sebagian bergantung pada teknologi dan keahlian Rusia.
Resolusi Dewan Keamanan memberi "lampu hijau" secara de facto untuk melancarkan perang pre-emptive terhadap Iran.
Inquisi Amerika: Membangun Sebuah Konsensus Politik Untuk Perang
Secara serempak media Barat telah mencap Iran sebagai ancaman terhadap keamanan global mengingat dugaan (tidak ada) program senjata nuklir. Bergemanya pernyataan resmi, media kini menuntut pelaksanaan hukuman pemboman yang diarahkan terhadap Iran dalam rangka menjaga keamanan Israel.
Media Barat memukul genderang perang. Tujuannya adalah untuk menanamkan secara diam-diam, melalui pengulangan laporan media, yang menurut kesadaran batin orang sampai memuakkan, karena semata-mata berdasarkan dugaan bahwa ancaman Iran adalah nyata dan bahwa Republik Islam harus "dihancurkan".
Dalam membangun sebuah konsensus proses untuk berperang mirip dengan inkuisisi Spanyol. Hal ini mengharuskan dan menuntut ketundukkan terhadap gagasan bahwa perang adalah usaha kemanusiaan.
Dikenal dan didokumentasikan, ancaman nyata terhadap keamanan global berasal dari aliansi Amerika Serikat-NATO-Israel, sekalipun demikian relitasnya dalam lingkungan inquisitorial adalah terbalik: para penghasut perang berkomitmen untuk perdamaian, para korban perang diperkenalkan sebagai tokoh utama perang. Padahal pada tahun 2006, hampir dua pertiga orang Amerika menentang tindakan militer terhadap Iran, baru-baru ini jajak pendapat Reuter-Zogby pada Februari 2010 menunjukkan bahwa 56% orang Amerika mendukung aksi militer Amerika Serikat-NATO terhadap Iran.
Membangun sebuah konsensus politik yang didasarkan pada sesuatu yang sama sekali bohong, bagaimanapun juga hanya mengandalkan posisi resmi mereka yang merupakan sumber kebohongan.
Gerakan anti-perang di Amerika Serikat, yang sebagian telah diinfiltrasi dan dikooptasi, berasumsi pada posisi yang lemah berkaitan dengan Iran. Gerakan antiperang terpecah. Penekanannya hanya terhadap perang yang telah terjadi (Afghanistan, Irak) daripada tegas menentang perang yang sedang dipersiapkan dan yang saat ini dirancang Pentagon. Sejak pelantikan pemerintahan Obama, gerakan antiperang telah kehilangan beberapa daya pendorongnya.
Selain itu, mereka yang aktif menentang perang di Afghanistan dan Irak, tidak menentang pelaksanaan "pemboman hukuman" yang diarahkan kepada Iran, juga tidak mengkategorikan pengeboman tersebut sebagai tindakan perang yang berpotensi bisa menjadi awal Perang Dunia III.
Skala protes anti-perang dalam kaitannya dengan Iran sangat minim dibandingkan dengan demonstrasi rakyat yang mendahului pemboman dan invasi Irak tahun 2003.
Ancaman nyata terhadap keamanan global berasal dari aliansi Amerika Serikat-NATO-Israel.
Operasi Iran tidak ditentang di arena diplomatik oleh Cina dan Rusia, mendapat dukungan dari pemerintah negara-negara Arab garis depan yang terintegrasikan ke dalam NATO yang disponsori dialog Mediterania. Hal ini juga mendapat dukungan diam-diam opini publik Barat.
Kami menyerukan kepada orang-orang di seluruh wilayah Amerika, Eropa Barat, Israel, Turki dan di seluruh dunia untuk bangkit menentang rencana militer, melawan pemerintah mereka yang mendukung tindakan militer terhadap Iran, terhadap media yang berfungsi untuk menutupi implikasi menghancurkan dari perang terhadap Iran.
Agenda militer mendukung keuntungan yang mendorong merusak sistem ekonomi global yang memiskinkan kawasan besar penduduk dunia.
Perang ini kegilaan belaka.
Perang Dunia III adalah terminal. Albert Einstein memahami bahaya perang nuklir dan kepunahan kehidupan di bumi, yang telah dimulai dengan kontaminasi radioaktif yang dihasilkan depleted uranium. "Saya tidak tahu dengan senjata apa Perang Dunia III akan dipertarungkan, tetapi Perang Dunia IV akan dipertarungkan dengan tongkat dan batu."
Media, kaum intelektual, para ilmuwan dan para politisi, serempak, mengaburkan kebenaran yang tidak diceriterakan, bahwa perang dengan menggunakan hulu ledak nuklir akan menghancurkan kemanusiaan, dan bahwa proses keaneka-ragaman kerusakan yang secara bertahap telah dimulai.
Ketika kebohongan menjadi kebenaran maka tidak akan berbalik kembali.
Ketika perang ditegakkan sebagai upaya kemanusiaan, Keadilan dan seluruh sistem hukum internasional terbalik: maka pasifisme dan gerakan antiperang dianggap kriminal. Menentang perang menjadi tindak pidana.
Kebohongan harus disingkapkan untuk apa itu dan apa yang dilakukannya. Ini sanksi pembunuhan tanpa pandang bulu pria, wanita dan anak-anak.
Ia bisa menghancurkan keluarga dan masyarakat. Ia bisa menghancurkan komitmen masyarakat terhadap sesama manusia.
Perang mencegah orang untuk mengekspresikan solidaritasnya kepada mereka yang menderita. Menjunjung tinggi perang dan negara polisi hanya satu-satunya jalan.
Ia menghancurkan baik nasionalisme maupun internasionalisme.
Menghentikan kebohongan berarti menghentikan proyek kejahatan kehancuran global, di mana pencarian keuntungan yang merupakan kekuatan utamanya.
Keuntungan yang mendorong agenda militer ini akan menghancurkan nilai-nilai kemanusiaan dan mengubah orang tidak sadar menjadi zombie.
Mari Kita Membalikkan Arus.
Menentang penjahat perang yang berkedudukan tinggi dan termasuk kelompok pelobi yang kuat yang mendukung mereka.
Pecahkan inkuisisi Amerika.
Rusak usaha perang pembasmian militer Amerika Serikat-NATO-Israel.
Tutup pabrik-pabrik senjata dan pangkalan militer.
Bawa pulang pasukan.
Personel angkatan bersenjata harus menentang perintah dan menolak untuk berpartisipasi dalam perang kriminal.
Part II of this essay will be published shortly.
Preparing for World War III. Nature and History of the Planned Military Operation against Iran
Includes analysis of the role if Israel
Michel Chossudovsky seorang penulis pemenang penghargaan, Profesor Ekonomi (Emeritus) pada Universitas Ottawa dan Direktur dari the Centre for Research on Globalization (CRG), Montreal. Ia menulis buku berjudul The Globalization of Poverty and The New World Order (2003) dan America’s “War on Terrorism” (2005). Ia juga seorang kontributor the Encyclopaedia Britannica. Tulisan-tulisannya telah diterbitkan dalamlebih dari duapuluh bahasa. Ia dapat dihubungi di globalresearch.ca website
Diterjemahkan oleh: akhirzaman.info
AP
Presiden Iran Mahmoud Ahmadinejad mengacungkan jari tanda kemenangan, sebelum konferensi pers tentang program nuklir di Teheran, Iran, beberapa waktu lalu.
Pakar: Iran Dibantu Rusia, Pakistan, dan Korut Persiapkan Nuklir
Selasa, 08 November 2011 11:13 WIB
REPUBLIKA.CO.ID, JERUSALEM--Sejumlah pakar yang diminta Israel berbicara mengatakan Iran mampu merakit senjata nuklir dalam waktu singkat. Bila Iran menghendaki. Pakar lainnya, yang mengklaim melihat laporan nuklir Iran milik Badan Energo Atom Internasional, mengatakan Teheran sudah mengerti secara teknis dan punya material untuk merakit nuklir dengan cepat.
Demikian seperti diberitakan harian asal Israel, Haaretz, Selasa. Masih menurut pakar tersebut, Iran mendapat bantuan teknis dari para ahli nuklir Rusia, Pakistan, dan Korea Utara.
Salah satu sosok penting nuklir Iran adalah Vyacheslav Danilenko. Dia mantan ilmuwan nukir Sovyet yang setidaknya sudah lima tahun membantu Iran. Informasi keterlibatan Danilenko di dapat dari David Albright, mantan inspektur senjata PBB yang juga Direktur LSM Institute for Science and International Security.
Laporan badan nuklir PBB itu bakal keluar paling lambat Selasa ini. Direktur IEAE, Yukia Amano, mendapat tekanan dari Rusia dan Cina untuk tidak menerbitkan seluruh isi laporan untuk menghindari krisis lebih lanjut.
DI AMBANG PERANG DUNIA 3
Masyarakat dunia tidak pernah menyangka bahwa peristiwa pembunuhan seorang pangeran Austria di Sarajevo tahun 1914 akan berujung pada perang maha besar, sedemikian besar sehingga disebut sebagai Perang Dunia I. Demikian juga ketika terjadi ketegangan di perbatasan Polandia-Jerman tahun 1939 yang berujung pada Perang Dunia II.
Masyarakat dunia pun kini tidak menyadari bahwa konflik bersenjata di perbatasan Pakistan-Afghanistan akan menggiring dunia pada perang yang mungkin jauh lebih besar dibanding perang-perang sebelumnya. Padahal sebagaimana Perang Dunia I dan II, momentum ke arah perang besar sudah tampak jelas.
Baru-baru ini pemerintah Cina mengeluarkan ultimatum keras kepada Amerika bahwa setiap serangan terhadap Pakistan akan dianggap sebagai serangan terhadap Cina, dan karena itu perang besar Amerika-Cina tidak akan terhindarkan.
“Any Attack on Pakistan would be construed as an attack on China,” demikian pernyataan jubir kemenlu Cina Jiang Yu dalam konperensi pers yang diadakan di Beijing, 19 Mei lalu. Peringatan semacam ini baru diterima Amerika sejak Uni Sovyet mengancam Amerika dalam Krisis Berlin tahun 1958. Peringatan ini sebenarnya juga telah diberikan delegasi Cina tgl 9 Mei lalu dalam acara pertemuan ekonomi delegasi pejabat tinggi Cina dengan Amerika di Washington. Delegasi Cina dipimpin oleh Wakil PM Wang Qishan.
Peringatan Cina ini tentu bukan gertakan sambal belaka karena Cina didukung oleh kekuatan militer yang cukup untuk menggentarkan Amerika dengan 2 juta tentara reguler dan rudal-rudal nuklirnya, termasuk 66 rudal ICBM (rudal balistik antar benua), plus 118 rudal nuklir jarak menengah, 36 rudal nuklir yang diluncurkan dari kapal selam, dan sejumlah besar senjata konvensional lainnya.
Peringatan Cina tampaknya merupakan puncak dari kejengkelannya atas ulah Amerika yang selalu memojokkannya dengan isu-isu HAM, campur tangan masalah Cina-Thaiwan, dan berusaha menjegalnya menjadi negara ekonomi terbesar di dunia. Terakhir Amerika menggusur investasi besar Cina di Libya lewat aksi militer NATO.
Sementara bagi Pakistan, dukungan Cina merupakan langkah terakhir setelah kedaulatan nasionalnya terus-menerus diobok-obok Amerika dan semakin memuncak paska serangan Amerika atas kediaman Osama bin Laden dengan kekhawatiran bahwa Amerika dan India akan menyerang Pakistan untuk menghancurkan negara Islam terbesar dan satu-satunya yang memiliki senjata nuklir itu.
“Jika Amerika dan India terus memojokkan kami, Pakistan bisa berpaling pada Cina dan berkata: jangan dikira kami sendirian, kami juga punya pendukung superpower di belakang kami," kata Talat Masood, seorang mantan jendral dan analis politik Pakistan kepada kantor berita AFP 15 Mei lalu.
Ultimatum Cina muncul dalam kunjungan PM Pakistan, Gilani, di Beijing, yang mana pemerintah Cina berjanji mengirimkan 50 pesawat tempur canggih JF-17, segera dan gratis. Cina juga bersedia segera membangun pangkalan AL di Pakistan. Sebelum mengakhiri kinjungannya, PM Gilanya menyatakan, "Kami bangga memiliki Cina sebagai teman paling baik dan terpercaya. Dan Cina akan selalu mendapatkan Pakistan untuk mendampinginya sepanjang waktu. Persahabatan ini lebih dalam dari samudra dan lebih tinggi dari puncak Himalaya dan menjadi dasar dari hubungan kedua negara."
Hubungan Pakistan-Amerika adalah laksana bara dalam sekam setelah kampanye perang melawan terorisme Amerika di perbatasan Pakistan-Afghanistan. Hampir setiap hari Amerika melakukan serangan udara di Pakistan membunuhi rakyat sipil Pakistan. Bagi para pemimpin Pakistan, terlebih lagi para tentaranya, semua itu dirasakan bagai cambukan yang setiap saat mereka rasakan di punggung. Namun pemerintah Pakistan tidak berdaya, bahkan meski telah mendapatkan dukungan politik dari parlemen untuk mendesak Amerika menghentikan aksi-aksi militernya. Tidak lain karena di sisi perbatasan yang lain, India mengancam dengan kekuatan militernya yang menakutkan. India juga menjadi ancaman serius, terlebih setelah aksi teror Mumbai yang oleh Amerika dan India dituduhkan sebagai aksi teroris asal Pakistan, meski para analis kritis menemukan kaitan CIA dan Mossad dalam aksi tersebut. Pakistan tidak akan berdaya menghadapi Amerika dan India sekaligus.
Ancaman itu semakin dirasakan kuat oleh Pakistan paska serangan militer Amerika atas sosok yang diklaim Amerika sebagai Osama bin Laden, tgl 1 Mei lalu. Selain menjadi tamparan bagi Pakistan karena Amerika melakukan aksi militer di Pakistan tanpa koordinasi dengan Pakistan, Pakistan juga melihat serangan tersebut akan dijadikan alasan Amerika melakukan aksi militer lebih besar dengan dalih Pakistan tidak mampu mengendalikan terorisme. Tanpa buang waktu, Pakistan melakukan pendekatan ke Cina.
PAKISTAN AKAN GUNAKAN KEKUATAN PENUH UNTUK BELA DIRI
Ultimatum Cina tersebut merupakan serangan puncak balik yang diterima Amerika setelah ancaman PM Gilani yang dikeluarkan di depan parlemen Pakistan tidak lama setelah serangan Amerika tgl 1 Mei lalu: "Kita tidak akan biarkan orang melakukan kesalahan perhitungan. Setiap serangan atas asset-asset strategis Pakistan, secara tersembunyi maupun terang-terangan, akan mendapatkan balasan setimpal. Tidak seorangpun bisa menganggap remeh kekuatan kita untuk mempertahankan tanah air yang suci."
Bahkan bagi Amerika dan regim ZOG (zionist occupied goverment)-nya, peringatan negara nuklir seperti Pakistan tentu adalah sangat serius.
Kekuatan penuh yang dimaksud PM Gilani tentu saja termasuk senjata nuklir Pakistan, senjata pamungkas yang selama ini digunakan sebagai daya tangkal Pakistan atas ancaman musuh bebuyutan sekaligus tetangganya, India.
Aktifitas militer Amerika di Afghanistan dan kini di Pakistan tidak bisa menyembunyikan maksud utama Amerika, yaitu menghancurkan Pakistan sebagai jembatan penghubung poros oposisi global Amerika, Iran-Cina, sekaligus mengambil alih senjata nuklirnya.
Menurut laporan Fox News tahun 2009 silam, "Amerika memiliki rencana detil untuk menginfiltrasi Pakistan dan mengamankan persenjataan nuklirnya jika negera itu terancam jatuh ke dalam kekuasaan Taliban, Al Qaida, atau oragnisasi Islam ekstrim lainnya.” Menurut Fox News rencana ini dikembangkan oleh Jendral Stanley McChrystal saat menjadi komandan Joint Special Operations Command (JSOC) di Fort Bragg, North Carolina. JSOC adalah komando yang terlibat dalam serangan terhadap markas Osama bin Laden tgl 1 Mei lalu, terdiri dari beberapa satuan komando elit Army Delta Force, Navy SEALs dan satuan khusus inteligen teknologi tinggi Task Force Orange.
“Beberapa satuan kecil yang mampu menguasai fasilitas-fasilitas nuklir Pakistan, melumpuhkannya, dan selanjutnya mengirimkannya ke wilayah yang aman," kata sumber Fox News.
Menurut laporan surat kabar Inggris, Sunday Express, Obama telah menyetujui operasi rahasia atas pangkalan-pangkalan nuklir Pakistan dan telah menyiapkan diri untuk melakukan operasi militer yang lebih agresif.
"Pasukan Amerika akan diterjunkan di Pakistan jika fasilitas-fasilitas nuklir negeri itu mendapat ancaman dari teroris sebagai aksi balasan atas kematian Osama bin Laden. Rencana itu akan diaktifkan meski tanpa persetujuan pemerintah Pakistan sehingga mendapat tantangan dari para pejabat Pakistan. Barack Obama akan memerintahkan pasukan untuk diterjunkan untuk melindungi fasilitas-fasilitas nuklir. Aksi ini termasuk akan melibatkan satuan udara Sargodha HQ yang diperkuat dengan skadron F-16 bersenjata nuklir dan setidaknya 80 rudal balistik."
Menurut seorang pejabat keamanan Amerika yang menjadi sumber Sunday Express, “Rencana ini telah mendapat persetujuan presiden Barack Obama dan presiden telah menunjukkan kemauannya untuk menerjunkan pasukan di Pakistan jika dirasakan perlu."
Para analis menyatakan bahwa aksi militer atas "Osama bin Laden" lalu telah menyalakan alarm bahaya di kalangan politisi dan militer Pakistan dan dianggap sebagai sebuah aksi yang telah lama direncanakan untuk menjadi dalih peningkatan operasi militer Amerika di Pakistan. Menurut New York Times, Obama menyadari betul bahwa aksi tersebut kemungkinan akan mendapat perlawanan dari militer dan aparat keamanan Pakistan sehingga memerintahkan digunakan kekuatan penuh agar tidak sampai gagal, meski satu helikopter yang terlibat dalam operasi tersebut tertembak jatuh.
TEMBAKAN SUDAH DIMUNTAHKAN
Bagaimana pun juga tembakan sudah ditembakkan dalam dalam drama perang Amerika-Pakistan, yaitu saat sebuah helikopter Amerika melanggar wilayah Wazirian Pakistan yang memicu kontak senjata dengan pasukan penjaga perbatasan Pakistan tgl 17 Mei lalu. Dalam aksi tersebut 2 orang personil militer Pakistan di area perbatasan Datta Khel terluka.
Tiga hari kemudian, kemungkinan sebuah aksi balasan Pakistan, terjadi serangan bom mobil atas konvoi konsulat Amerika di Peshawar meski tidak menelan jiwa personil Amerika. Dalam aksi lainnya inteligen Pakistan, dengan menggunakan tangan televisi lokal, membongkar jaringan CIA di Islamabad dan memaksa CIA menghentikan operasinya dan mengungsikan personilnya.
AMERIKA BERKUKUH LAKUKAN AKSI MILITER DI PAKISTAN
Pada tgl 19 Mei lalu utusan khusus Amerika di Afghanistan-Pakistan, Marc Grossman, dengan arogan dan mengabaikan suara-suara tuntutan penghentian operasi militer Amerika di Pakistan menolak tuntutan tersebut. Sebaliknya dengan congkak ia mengatakan bahwa para pejabat Pakistan "tidak pernah menghargai perbatasannya sendiri dalam beberapa tahun terakhir".
Untuk menambah ketegangan semakin meningkat, India tengah merencanakan latihan militer yang bisa ditafsirkan sebagai aksi provokasi terhadap Pakistan. Dengan nama sandi operasi “Vijayee Bhava” (Jadilah Pemenang), latihan itu akan digelar di Gurun Thar di sebelah utara Rajastan. Latihan bertema perang biologi-atom-kimia ini melibatkan Korp Lapis Baja II India. Latihan militer ini disebut-sebut ditujukan untuk persiapan menghadapi skenario perang frontal dengan Pakistan dimana diharapkan India bisa memotong Pakistan menjadi dua melalui tiga operasi militer simultan.
OPERASI INTELIGEN AMERIKA-INDIA-ISRAEL
Salah satu pintu masuk penting bagi aksi militer Amerika atas Pakistan adalah aksi terorisme yang dituduhkan dilakukan oleh teroris Taliban, Al Qaida atau organisasi Islam ekstrim lainnya.
Menurut media-media massa Pakistan dinas inteligen Amerika (CIA), India (Research and Analysis Wing) dan Israel (Mossad) telah membentuk organisasi Taliban versi baru. Salah satu laporan media massa Pakistan menyebutkan, "Agen-agen rahasia CIA telah menginfiltrasi Taliban dan jaringan Al-Qaeda dan membentuk organisasi baru Tehrik-e-Taliban Pakistan (TTP) dengan misi mengacak-acak Pakistan.”
Mantan komandan dinas inteligen Pakistan, Inter-Service Intelligence (ISI), Brigjen purnawirawan Aslam Ghuman menyatakan kepada media Pakistan, "Selama kunjungan saya ke Amerika, saya melihat adanya aktifitas inteligen Mossad bersama-sama RAW di bawah pengawasan langsung CIA, merencanakan operasi intelegen untuk mendestabilisasi Pakistan dengan ongkos apapun."
Menurut media yang sama, inteligen Rusia telah menginformasikan kepada Pakistan bahwa Raymond Davis, warga Amerika yang beberapa waktu lalu terlibat aksi bersenjata dan dideportasi keluar Pakistan (lihat artikel lain dalam blog ini) adalah agen CIA yang telah menyediakan senjata kimia-biologi hingga nuklir kepada Al Qaida yang akan digunakan untuk menyerang asset-asset Amerika dan Pakistan dituduh sebagai pendukung aksi tersebut.
AMERIKA TETAPKAN SASARAN BERIKUT
Belum lama ini Amerika mensinyalir kalau pemimpi Al Qaida pengganti Osama, Saif al-Adel, bersembunyi di Wazirian, wilayah Pakistan yang dihuni oleh orang-orang yang teguh menjalankan kehidupan agama Islam. Selama ini Wazirian pula yang menjadi target utama serangan-serangan udara Amerika atas Pakistan. Presiden Barack Obama juga telah memberikan ancaman bahwa operasi militer seperti tgl 1 Mei lalu akan dilakukan lagi oleh Amerika.
Di sisi lain panglima militer Pakistan Jendral Kayani mengingatkan bahwa operasi militer seperti tgl 1 Mei tidak boleh diulangi lagi oleh Amerika seraya mengumumkan akan mengurangi jumlah personil Amerika di Pakistan.
Menurut kalkulasi inteligen Pakistan, ISI, jumlah personil CIA di Pakistan mencapai 7,000 personil, sebagian dari mereka tidak diketahui keberadaannya oleh aparat keamanan Pakistan. Sebagai langkah balasan, Amerika mengintensifkan aksi militer dengan menggunakan pesawat tak berawak seraya mendeskreditkan pribadi Jendral Kayani dengan menyebutkan bahwa serangan-serangan tersebut adalah atas permintaan Kayani.
Sejak Obama memegang kekuasaan, Amerika dan CIA-nya telah mengintensifkan operasi pesawat tak berawak, membunuhi rakyat sipil dengan maksud menciptakan kerusuhan sipil antara rakyat dan pemerintah yang berujung pada pecahnya Pakistan dalam beberapa negara kecil berdasarkan etnis di Punjab, Sind, Baluchistan, dan Pushtunistan.
Sejak tgl 1 Mei lalu tercatat 6 serangan pesawat tak berawak Amerika yang menewaskan 42 warga sipil Pakistan. Sebagai balasan, parlemen Pakistan pada tgl 14 Mei lalu menyerukan penghentian operasi militer Amerika dan meminta pemerintah untuk memutuskan jalur suplai NATO antara Pakistan-Afghanistan. Jika ini dilakukan maka tidak bisa dihindari NATO pun akan turut "menyerang" Pakistan.
AMERIKA MANFAATKAN TALIBAN
Pada bulan Februari lalu secara mengejutkan Amerika melakukan pendekatan kepada Taliban, rejim yang diperanginya sejak tahun 2001 dan yang dianggap turut bertanggungjawab dalam aksi teroris WTC 2001. Tidak lain adalah untuk memanfaatkan Taliban dalam petualangan melawan Pakistan.
Langkah ini terjadi setelah pendahulu Grossman, Helbrooke, yang terkenal keras terhadap Taliban meninggal secara mendadak. Tidak mengherankan jika kemudian Grossman dijuluki “Mr.Reconciliation.” Sebaliknya Amerika berusaha keras untuk membunuh pemimpin ekstrim lainnya, Haqqani, yang oleh Pakistan justru dijadikan sekutu.
KETERLIBATAN RUSIA
Jika terlibat dalam konflik di Pakistan, maka kemungkinan besar Rusia pun akan berdiri di samping Cina.
Seperti Cina, Rusia pun terus mengalami provokasi oleh Amerika. Provokasi paling telanjang adalah keterlibatan Amerika dalam agresi Georgia atas Ossetia Selatan, negeri protektorat Rusia, tahun 2008. Dan jika Cina kehilangan Libya, Rusia kini terancam kehilangan sekutu kuatnya di kawasan Laut Tengah, Syria, setelah keterlibatan Amerika dalam aksi-aksi demonstrasi di Syria akhir-akhir ini.
Dan bukan tanpa alasan kuat jika Rusia akan mendukung Cina melawan Amerika. Kedua negara adalah tulangpunggung forum kerjasama Shanghai Cooperation Organization yang beranggotakan negara-negara Asia Tengah. Presiden Cina Hu Jintao menyebut hubungan kedua negara sebagai “obvious strategic ingredient.”
Pemerintah Rusia sendiri telah menunjukkan oposisi yang tegas atas aksi militer NATO di Libya dan campur tangan asing di Syria, membuat Amerika mengekang diri dari aksi yang keras terhadap regim penguasa Syria. Presiden Medvedev minggu ini mengecam kebijakan-kebijakan Barack Obama telah memicu terjadinya Perang Dingin baru, merujuk pada hubungan antara Amerika dan sekutunya dengan Uni Sovyet dan sekutunya antara dekade 1950-an hingga 1980-an.
Seorang politisi terkenal Rusia, Vladimir Zhirinovsky, dalam sebuah acara diskusi di televisi Rusia baru-baru ini menyatakan bahwa Rusia memiliki banyak sumber daya ekonomi, alam dan senjata untuk mengalahkan Amerika. "Dengan Amerika di dalamnya, kita bisa menghancurkan setiap bagian bumi dalam waktu 15 menit," kata Zhirinovsky. Ia merujuk pada senjata rekayasa iklim HAARP yang dimiliki Rusia.
“Tanpa ledakan, tanpa sorotan cahaya, bukan semacam senjata laser, bukan cahaya. Senjata yang tenang dan seluruh benua akan dibuat tertidur selamanya," katanya.
Ref:
"US, Pakistan Near Open War; Chinese Ultimatum Warns Washington Against Attack"; Webster Tarpley; Tarpley.net; 20 Mei 2011
"Secret Weather Weapons Can Kill Millions, Warns Top Russian Politician"; Paul Joseph Watson; thetruthseeker.co.uk; 17 Mei 2011
CATATAN BLOGGER:
Dengan perang melawan Pakistan atau melawan Iran, zionis yahudi akan menciptakan Perang Dunia III. Motif pertama adalah sebagai pengalihan perhatian global atas krisis Palestina dimana Israel telah sampai pada satu titik untuk mengembalikan wilayah pendudukan atau perang. Motif kedua juga pengalihan isu atas sentimen anti-semit yang akhir-akhir ini merebak di seluruh dunia karena kesadaran masyarakat global atas kejahatan yahudi. Motif ketiga adalah mental unik orang-orang yahudi yang melihat dunia terlalu sepi tanpa perang. Dan setelah berbagai peperangan yang terjadi selama ini, kini mereka menunggu terjadinya perang terbesar sepanjang sejarah manusia, perang penghabisan, yaitu perang nuklir.
Jika Amerika menyerang Pakistan dan Cina mewujudkan ancamannya untuk membela Pakistan, mungkin saja perang akan terjadi dalam skala terbatas: Amerika menyerang Pakistan dan India menyerbu Kashmir, sementara Cina hanya mengirimkan persenjataan dan penasihat militer ke Pakistan. Dan setelah beberapa hari, minggu atau bulan, terjadi gencatan senjata dan posisi kembali ke "status quo".
Namun perang bisa juga meluas tak terkendali: Amerika, NATO dan India menginvasi Pakistan. Cina dan Rusia mengirimkan pasukan dan persenjataan ke Pakistan. Cina menginvasi India yang mendapat bantuan Australia dan negara-negara Commenwealt. Israel dengan bantuan NATO dan Amerika menyerang Iran, Lebanon dan Palestina dihadapi Hizbollah, Hamas, Syria dan Lebanon dan Palestina serta Rusia dan kemungkinan bantuan rahasia dari Turki. Amerika menginvasi Iran yang mendapat bantuan Irak dan Rusia. Iran meroket Israel dan mengirimkan persenjataan ke Palestina. Muncul gerakan jihad di negara-negara Arab untuk membebaskan Palestina.
Terjadi perang besar di 3 front: Palestina, Iran dan Pakistan yang selanjutnya merembes ke seluruh dunia. Korut, Cina dan Rusia menyerang Korsel dan Jepang yang didukung Amerika dan negara-negara barat. Medan perang juga mungkin terjadi di Georgia dan kawasan sekitar Laut Mati serta Semenanjung Balkan antara Serbia-Montenegro-Rusia melawan NATO, Amerika, Kosovo, dan Bosnia. Cina menginvasi Thaiwan. Gerakan jihad meluas hingga memaksa negara-negara Islam moderat seperti Indonesia pun mengirimkan sukarelawan ke Palestina, Pakistan maupun Iran.
Bahkan sebelum sampai pada tahap ini mungkin senjata nuklir sudah meletus.
Konstitusi Amerika mewajibkan persetujuan Congress untuk setiap aksi militer atas negara asing. Presiden Obama mengabaikan kewajiban itu saat menyerang Libya. Hal yang sama pun dilakukan di Pakistan, bahkan seandainya terjadi Perang Dunia III sekalipun karena Amerika adalah "zionis occupied goverment".
Tidak ada komentar:
Posting Komentar