Bincang-Bincang: Konspirasi AS, Israel dan Arab Saudi Melawan Iran
Kamis, 21/07/2011 10:07 WIB |
Pengamat Timur Tengah Jafar Hassan mengungkapkan, AS, Arab Saudi dan Israel, secara khusus melatih kelompok-kelompok teroris di wilayah Kurdistan, Irak untuk menggoyang kedaulatan negara Iran dan menghentikan program nuklir Negeri Persia itu.
Dalam wawancara dengan Press TV, Hassan mengatakan, bahwa keterlibatan ketiga negara itu dalam mendanai dan melatih kelompok teroris di Irak, bukan rahasia lagi. Berikut petikan wawacaranya;
Di Irak, media dan sejumlah anggota parlemen mengatakan bahwa serangan dari Republik Islam (Iran) yang makin meningkat, merupakan pelanggaran terhadap wilayah kedaulatan Irak. Apakah ini merefleksikan sikap pemerintah Irak secara keseluruhan?
Hassan: Saya kira pemerintah pusat Irak tidak memiliki kontrol atas wilayah di Kurdistan. Kendalinya berada di bawah pemerintahan regional Kurdistan. Itulah sebabnya, tentu saja, pemerintah pusat Irak tidak bisa melakukan apa-apa.
Jangan lupa, Irak masih dijajah Amerika. Pemerintah Amerika sendiri, selain Israel, membantu kelompok-kelompok di Kurdistan untuk melawan Iran. Pada tahun 2009, Iran menangkap tiga orang Amerika yang menyusup ke Iran dan mereka dituduh sebagai mata-mata. Dua diantara mereka masih berada di penjara Iran, dan satunya lagi sudah dibebaskan dengan jaminan.
Jujur saja, pemerintah Irak sekarang adalah pemerintahan yang lemah. Kurdistan adalah pemerintahan otonom, yang mengendalikan perbatasan. Saya kira, pemerintahan Irak, di wilayah Irak yang satu ini, tidak punya pengaruh. Itulah sebabnya, pemerintah Irak tidak bisa berbuat apapun.
Adakah alasan yang tepat bagi Massoud Barzani, kepala wilayah semi otonom Kurdistan, yang menyediakan basis bagi kelompok-kelompok yang melakukan serangan ke wilayah Iran--meski Barzani membantah hal itu, bahkan pada pemerintah pusat Irak?
Hassan: Pemerintahan regional membantah ada basis-basis kekuatan kelompok "teroris" di wilayahnya. Tapi Iran mengatakan basis-basis kelompok itu ada di sana. Ada kelompok-kelompok yang melakukan perlawanan ke wilayah Iran, dan kelompok itu mengakuinya. Mereka mengklaim telah membunuh banyak prajurit militer Iran.
Ketika kita bicara tentang wilayah Irak, bagaimana dengan kelompok MKO (Mujahedin-e Khalq Organization) yang berada di wilayah Irak, bagaimana Anda menjelaskan kelompok ini jika dikaitkan dengan masalah kontrol?
Hassan: Anda ingat, pemerintah Irak, menyerang basis kelompok ini bulan Juni kemarin. Pemerintah Irak sudah lama berusaha memberangus mereka dan berusaha mencegah mereka melakukan serangan ke Iran. Mereka berusaha mengusir kelompok ini dan meminta pemerintah AS untuk mengeluarkan kelompok itu dari Irak.
Negara yang belum kita dengar di sini adalah Arab Saudi. Negara itu, bersama agen-agen Mossad Israel disebut-sebut membiayai dan melatih kelompok PJAK (Party for Free Life of Kurdistan), atau apalah namanya. Apakah benar Arab Saudi mendanai mereka?
Hassan: Ya, bisa jadi. Jangan lupa bahwa ada pertikaian antara AS dan Iran. Tentu saja, dalam hal ini, Israel dan Arab Saudi ikut membantu. Arab Saudi bisa jadi membantu kelompok PJAK. Kita tahu rencana dan tujuan Arab Saudi terhadap Iran. Negara-negara ini, Israel, AS dan Arab Saudi bersama-sama menggempur Iran dan mereka berencana melawan Iran.
AS tidak bisa menyerang Iran dengan alasan ingin menghentikan proyek nuklir Iran. Oleh sebab itu, AS melakukan kegiatan semacam itu dan berkonspirasi untuk menghadapi Iran. Kelompok PJAK bisa jadi bagian dari konspirasi AS untuk menyerang Iran.
AS punya banyak sekutu di Timur Tengah. Salah satunya adalah Arab Saudi. Arab Saudi punya banyak uang dan bisa menyediakan pelatihan dan bantuan dana bagi kelompok itu (PJAK).
catatan: PJAK dan MKO adalah dua kelompok anti-Iran yang kerap melakukan serangan kekerasan di Iran. Kedua kelompok "teroris" itu diyakini sengaja didanai dan dilatih AS untuk mengganggu stabilitas dalam negeri Iran.
Pada tahun 2010, sekitar 400 pelatih dari militer Israel bersama PKK (Partai Buruh Kurdistan) dan PJAK terlihat melakukan latihan bersama. Informasi ini didapat dari intelijen Iran dan Turki. Apakah ini menunjukkan bahwa mereka sedang melakukan gerak cepat?
Hassan: Israel sudah terlibat dalam aktivitas seperti itu sejak lama. Ada beberapa laporan beberapa tahu yang lalu, yang menyebutkan bahwa Mossad punya banyak basis di Kurdistan. Saya kira, sampai sekarang mereka masih punya basis di sana.
Sejumlah anggota kelompok pemberontak dilatih di Israel. Saya tidak terkejut jika Israel membantu dalam hal latihan kemiliteran, perencanaan dan bantuan lainnya. Israel punya kepentingan untuk itu. Kepentingan utama mereka adalah proyek nuklir Iran harus dihentikan. Itulah rencana Israel dan sebenarnya, dalam konteks ini Israel melakukan berbagai cara.
Salah satunya dengan membantu kelompok-kelompok yang melawan Iran. Bantuan itu sudah diberikan sejak lama sekali. Ini bukan isu baru. Israel sendiri, mungkin tidak menyembunyikan hal ini, sudah sangat transparan. Saya sama sekali tidak terkejut jika Israel melatih orang-orang itu untuk menyerang Iran. (ln/PressTV)
Der Spiegel: Mossad Di Belakang Pembunuhan Ilmuwan Nuklir Iran
Pembunuhan terhadap ilmuwan nuklir Iran di Teheran pekan lalu adalah operasi besar pertama dari direktur Mossad yang baru Tamir Pardo, situs Der Spiegel melaporkan Senin kemarin (1/8).
Artikel, yang mengutip sumber intelijen Israel, memaparkan survei serangkaian upaya pembunuhan yang melibatkan para ilmuwan Iran dalam 18 bulan terakhir dan menunjuk Mossad sebagai organisasi di garis depan kampanye Israel melawan bom nuklir Iran.
Menurut laporan, ilmuwan nuklir iran ditembak mati Sabtu lalu saat menjemput putrinya di TK. "Ini adalah operasi publik pertama oleh kepala baru Mossad Tamir Pardo," seorang sumber intelijen Israel yang tidak disebutkan namanya mengatakan kepada koresponden Der Spiegel di Beirut.
Dia kemudian mengungkapkan bahwa korban terlibat dalam pengembangan switch untuk sebuah bom nuklir dan telah bekerja di sebuah pusat penelitian di utara Teheran.
Hari-hari setelah insiden itu banyak laporan yang saling bertentangan mengenai identitas korban. Media Iran awalnya mengiidentifikasi sebagai Darioush Rezaei, seorang profesor fisika dan ahli dalam transportasi neutron, tetapi dalam hitungan jam, pejabat kemudian mengatakan korban sebagai Darioush Rezaeinejad, mahasiswa elektronik.
Menurut laporan Der Spiegel, korban adalah Profesor Rezaei.
Pada bulan Januari 2010, ilmuwan nuklir Iran Mohammed Ali Masoudi dibunuh di Teheran. Pada bulan November tahun itu profesor fisika Majid Shahriari juga tewas.
Menurut sumber Der Spiegel, banyak perwira Angkatan Udara Israel yang mendorong untuk serangan udara pada situs nuklir Iran, sebagai bagian dari rencana Mossad untuk melawan proyek nuklir Iran..
"Ini juga masalah prestise antar organisasi," kata sumber itu. "Selama Mossad memimpin kampanye melawan program nuklir Iran maka mereka akan mendapatkan anggaran yang besar."(fq/ynet)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar