NU: Hari Ini 1 Syawal, yang Puasa Segera Berbuka
M. Fachry
Selasa, 30 Agustus 2011 17:26:26
Hits: 805
Selasa, 30 Agustus 2011 17:26:26
Hits: 805
JAKARTA (Arrahmah.com) –
Terlihatnya hilal di Cakung sempat menjadi kontroversi karena ditolak oleh MUI dan tim isbat yang dilakukan oleh Kementerian Agama RI, dengan alasan hilal di Cakung harus ditolak karena hasil hisab menafikan kemungkinan hilal terlihat.
Ternyata, 3 orang saksi yang melihat hilal pada Senin (29/08/2011) tersebut sempat disumpah oleh KH Maulana Kamal Yusuf, salah satu ulama besar di Jakarta yang juga menjabat Rois Suriah Pimpinan Wilayah Nahdlatul Ulama DKI Jakarta. Berikut informasinya.
Ternyata, 3 orang saksi yang melihat hilal pada Senin (29/08/2011) tersebut sempat disumpah oleh KH Maulana Kamal Yusuf, salah satu ulama besar di Jakarta yang juga menjabat Rois Suriah Pimpinan Wilayah Nahdlatul Ulama DKI Jakarta. Berikut informasinya.
KH Maulana Kamal Yusuf, salah satu ulama besar di Jakarta yang juga menjabat Rois Suriah Pimpinan Wilayah Nahdlatul Ulama DKI Jakarta, mengatakan, hari ini, Selasa (30/8), sudah masuk 1 Syawal 1432 H. Bagi umat muslim yang masih melaksanakan ibadah puasa dianjurkan untuk segera berbuka puasa.
Kiai Kamal mengaku telah mengambil sumpah 3 orang saksi yang melihat hilal pada Senin (29/8) kemarin di Pondok Pesantren Al Husainiah, Kampung Baru, Cakung, Jakarta Timur. “Ketiga saksi yang bersumpah melihat hilal tepat saat waktu Maghrib. Posisinya miring ke selatan dalam keadaan vertikal. Dengan durasi hilal 5 menit,” kata Kiai Kamal kepada Republika, di Jakarta, Selasa (30/8).
Kiai Kamal menjelaskan, rukyat di Cakung dilakukan dengan tiga metode rukyat. Masing–masing, 4,35 derajat, 3 derajat, dan 2 derajat. Ketiga saksi dengan metode masing-masing mengaku melihat hilal.
Namun, petugas dari Pengadilan Agama Jakarta Timur yang berada di lokasi saat itu, enggan mengambil sumpah ketiga saksi yang telah melihat hilal. Bahkan, petugas tersebut meninggalkan tempat rukyat sebelum pengambilan sumpah.
Karena tidak ada yang mengambil sumpah, Kiai Kamal lalu diminta untuk mengambil sumpah ketiga saksi tersebut. Didamping Ketua Front Pembela Islam, Habib Rizieq Shihab, dan Pimpinan Pondok Pesantrean Al Itqon, KH Mahfud Assirun.
“Ketiga saksi bersumpah, Demi Allah, melihat hilal tepat saat waktu Maghrib. Posisi hilal miring keselatan dalam keadaan vertikal. Dengan durasi hilal 5 menit,” kata Kiai Kamal.
Hasil rukyat di Cakung sempat dilaporkan oleh Direktur Urusan Agama Islam dan Pembinaan Syariah Kementerian Agama, Ahmad Jauhari, di depan Sidang Isbat. Namun, kata Kiai Kamal, pemerintah menganggap hilal tidak mungkin dirukyat, karena posisinya di bawah ufuk. “Tapi kita yang merukyat, melihatnya di atas ufuk,” ungkap Kamal.
Menurut Kamal, telah terjadi perbedaan pendapat antara pemerintah dengan saksi yang melihat hilal. “Pemerintah berijtihad, kita juga berijtihad. Tapi, ijtihad pemerintah tidak bisa membatalkan ijtihad kita,” kata Kamal menegaskan.
Karena itu, tim rukyat di Cakung, mengambil keputusan bahwa hari ini, Selasa (30/8), sudah masuk 1 Syawal 1432 Hijriah. “Bagi yang saat ini masih berpuasa dianjurkan untuk segera berbuka. Karena haram hukumnya berpuasa pada 1 Syawal,” kata Kamal.
Kegiatan rukyat di Cakung, tepatnya di Pondok Pesantren Al Husainiah, Pimpinan KH Muhammad Syafi’I, sudah berlangsung selama 50 tahun. Rukyat di Cakung tidak hanya dilakukan setahun sekali menjelang Lebaran saja, tapi dilakukan setiap bulan untuk mencocokan dengan perhitungan hisab.
KH Muhammad Syafii sendiri mampu melakukan hisab rukyat dengan 11 cara. Pada rukyat Senin (29/8) kemarin, kesebelas cara itu digunakan. “Sembilan cara hisab menyatakan hilal di atas ufuk, hanya 2 cara hisab yang di bawah ufuk,” kata Kiai Kamal. (rep/arrahmah.com)
KENAPA KITA BERHARI RAYA ESOK 30/08/2011!
29 Agu
Kepada pembaca blog kami, maaf saya tak sempat lagi mencantumkan dalil-dalil mengenai penetapan 1 syawal, mengingat waktunya yang udah mempet. Tetapi ada artikel yang ada benang merahnya dengan hari raya Idul Fitri 1432H esok hari, ini artikel tersebut :
Ied Mubarok 1432 H, kapan?
M. Fachry
Senin, 29 Agustus 2011 10:08:51
Senin, 29 Agustus 2011 10:08:51
JAKARTA (Arrahmah.com) – I’ed Mobarok. Setelah berpuasa sebulan lamanya, kini kaum Muslimin menantikan hari berbahagia, hari Raya I’edul Fitri 1432 H. Namun sayangnya akan terjadi perbedaan dalam menentukannya dan banyak yang bingung kapan tepatnya hari yang fitri itu datang, apakah Selasa (30/8/2011) atau hari Rabu (31/08/2011)? Bagaimana tuntunan Rasulullah SAW., dalam hal ini?
Akankah berbeda lagi?
Muhamadiyyah berdasarkan hasil hisab telah menetapkan bahwa hari Raya I’edul Fitri 1432 H jatuh pada hari Selasa (30/8/2011). Ketetapan tersebut dihasilkan berdasarkan hisab hakiki wujudul hilal yang dilakukan oleh Majelis Tarjih Muhamadiyyah.
“Berdasarkan hasil hisab tersebut maka Pimpinan Pusat Muhammadiyah menetapkan tanggal 1 Syawal 1432 H jatuh pada hari Selasa 30 Agustus 2011 Masehi,” kata Ketua PP Muhammadiyah Haedar Nashir dalam rilisnya, Minggu (28/8/2011).
Sementara itu, pemerintah dalam hal ini Kementerian Agama (Kemenag) baru akan menggelar sidang isbath untuk menentukan jatuhnya 1 Syawal 1432 H atau hari Raya I’edul Fitri pada hari ini, Senin (29/8/2011) pukul 16.30 WIB. Lucunya, hasil sidang isbath sore hingga malam nanti sudah dipastikan, yakni penetapan 1 Syawal yang akan jatuh pada hari Rabu (31/8/2011). Alasannya, saat ini sangat mustahil untuk dapat melihat hilal!
Dirjen Bimas Islam Kemenag Nazaruddin Umar mengatakan :
“Kami sudah sepakat dengan banyak pihak seperti astronom, Angkatan Laut, BPPT, dan ahli falak karena posisi bulan sangat rendah, yakni 0 derajat 8 menit sampai 1 derajat 53 menit, sehingga amat mustahil untuk melihat bulan,” ujarnya.
Dari dua pendapat ini saja sudah jelas akan terulangnya perbedaan dalam menentukan dan merayakan I’edul Fitri 1432 H, tidak hanya di negeri ini bahkan juga di belahan dunia lainnya. Hal ini menjadi sangat mungkin mengingat umat Islam hingga saat ini belum merujuk kepada Al Qur’an dan As Sunnah secara benar dalam menentukan awal dan akhir Ramadhan, ditambah lagi tidak adanya pemimpin umum umat, yakni Al Khilafah yang memiliki wewenang penentu menghilangkan perselisihan tersebut di seluruh dunia Islam.
Rasulullah SAW : Ru’yatul Hilal (melihat bulan) penentu awal dan akhir Ramadhan
Sebagaimana kita fahami, tidak adanya khilafah sebagai pemersatu ummat, dan tidak adanya pemahaman yang shahih pada benak kaum Muslimin menjadi pemicu perbedaan dalam mengawali dan mengakhiri Ramadhan. Parahnya lagi, banyak kaum Muslimin yang tidak faham dan tidak mengerti masalah ini dan bersikap masa bodoh, dan asal-asalan dan ikut-ikutan saja.
Padahal, tuntunan dalam Islam untuk mengawali dan mengakhiri Ramadhan sebenarnya sangatlah jelas dan mudah, serta praktis, yakni dengan jalan ru’yatul hilal (melihat bulan). Hal ini sebagaimana hadits Rasulullah SAW., yang telah diriwayatkan oleh Abu Hurairah r.a, berikut:
“Berpuasalah kalian karena melihatnya (hilal) dan berbukalah kalian karena melihatnya, dan jika tertutup mendung maka genapkanlah bilangan Sya’ban menjadi tiga puluh hari.” (HR. Bukhari)
Untuk Ramadhan tahun ini, yakni 1432 H, berdasarkan pemantauan hilal sejak malam ahad (30/07/2011), dan setelah pemantauan ternyata hilal tidak terlihat dengan ru’yat yang syar’i, maka bulan Sya’ban 1432 H digenapkan menjadi 30 hari, yang dengan demikian awal Ramadhan 1432 H jatuh pada hari Senin (1/08/2011).
Menurut atsar Ibnu Mas’ud dan Aisyah disebutkan bahwa Rasulullah SAW., semasa hidupnya lebih banyak berpuasa Ramadhan 29 hari daripada 30 hari. Selama 9 kali Rasulullah berpuasa, maka 6 kali puasa Rasulullah selama 29 hari dan hanya 3 kali yang berumur 30 hari.
Mengacu pada hal tersebut, terutama hadits Rasulullah SAW., untuk menjadikan ru’yatul hilal (melihat bulan) sebagai patokan mengawali Ramadhan dan mengakhirinya (I’edul Fitri), maka kaum Muslimin pada Ramadhan tahun ini, 1432 H, sudah seharusnya mencari dan menunggu informasi 1 Syawal 1432 H berdasarkan ru’yatul hilal secara global, terutama pada hari Selasa (30/08/2011), sekitar pukul 03.00 WIB.
Artinya, jika hilal atau awal bulan Syawal 1432 H terlihat pada saat itu atau terdapat kabar dari manapun bahwa hilal sudah terlihat, maka kaum Muslimin merayakan I’edul Fitri pada hari Selasa (30/08/2011). Adapun jika hilal tidak terlihat, maka kaum Muslimin menggenapkan umur puasa Ramadhan 1432 H menjadi 30 hari, dan baru berhari raya I’edul Fitri keesokan harinya, yakni hari Rabu (31/08/2011). Semua ini dilakukan dengan keikhlasan untuk beribadah kepadaNya dan ketundukan untuk hanya mengikuti sunnah Rasulullah SAW. Wallahu’alam bis showab. I’ed Mubarok! Taqabbalallahu minna waminkum!
(M Fachry/arrahmah.com)
Selain itu, sudah maklum bahwa hasil penglihatan ruyah meskipun hanya satu orang, sepanjang dia beriman (bersyahadat), maka diterima kesaksiannya. Hal ini sebagaimana sebuah riwayat dari Ibnu Umar Radhiyallahu ‘Anhuma, dia berkata: “Orang-orang sedang berusaha melihat hilal, lalu aku memberitahu Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bahwa aku telah melihatnya, kemudian beliau berpuasa dan memerintahkan manusia untuk berpuasa.” (HR. Abu Dawud. Dishahihkan Al-Albani dalam al-Irwa’, no. 908)
Juga hadits ini. Diriwayatkan dari Gubernur Makkah al-Harits bin Hatib Radhiyallahu ‘Anhu, dia berkata: “Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam telah mengamanatkan kepada kami agar kami beribadah berdasarkan melihat bulan. Jika kami tidak bisa melihatnya dan telah bersaksi dua orang terpercaya (bahwa mereka telah melihatnya), maka kami beribadah berdasarkan persaksian mereka berdua.” (HR. Abu Dawud dan dishahihkan dalam Shahih Sunnah Abi Dawud, no. 205)
Dalam tayangan televisi, orang yang melihat hilal di Cakung, Jakarta Timur berjumlah 3 orang dan juga telah disumpah. Lajnah Tanfiziyah Majelis Mujahidin bahkan telah mengeluarkan maklumat (informasi) bahwa I’edul Fitri 1432 Hijriyyah jatuh pada esok hari, Selasa (30/08/2011) berdasarkan ruyatul hilal di Lajnah Falakiah Cakung pada hari ini, Senin (29/08/2011). Jadi, penolakan ruyatul hilal di Cakung dan Jepara oleh MUI menjadi sesuatu yang aneh dan harus ditolak karena alasan syar’i.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar