Rusia: NATO temui jalan buntu di Libya
Althaf
Rabu, 3 Agustus 2011 10:24:50
Hits: 126
TRIPOLI (Arrahmah.com) – Departemen luar negeri Rusia menyatakan bahwa operasi ofensif pimpinan NATO terhadap Muammar Gaddafi menemui jalan buntu, Press TVmelaporkan pada Selasa (2/8/2011).
Departemen luar negeri untuk urusan Timur Tengah dan Afrika Utara menyatakan bahwa situasi di Libya tidak bisa diselesaikan dengan cara-cara militer.
“Situasinya telah menjadi buntu dan hal ini memperlihatkan bahwa cara militer tidak memberikan solusi,” ujar Sergei Vershinin.
“Kita harus berusaha untuk mencari penyelesaian yang lebih politis dan diplomatis,” lanjutnya.
Moskow bersikap abstain pada pemungutan suara bulan Maret lalu sebelum akhirnya PBB memberikan mandat untuk menyingkirkan Gaddafi melalui operasi militer bersama yang dipimpin oleh NATO.
NATO telah melancarkan lebih dari 9.000 serangan di Libya. Serangan udara salibis asing ini telah membunuh ratusan warga sipil juga para pemberontak itu sendiri.
Rusia telah berulang kali menyatakan bahwa intervensi militer NATO di Libya telah melebihi batas yang telah dimandatkan oleh PBB.
Sejumlah kritikus menuduh hipokritisme Barat atas Libya serta campur tangan dalam urusan dalam negeri sejumlah negara di dunia Arab, seperti Bahrain, Saudi Arabia, dan Yaman.
Para analis pun mengungkapkan bahwa satu-satunya motif utama di balik serangan Barat terhadap Libya adalah untuk merebut cadangan minyak yang melimpah ruah di negara Afrika Utara itu. (althaf/arrahmah.com
Penyerangan ke Libya untuk Melindungi Hak Warga Sipil? Dusta!
http://tom-finaldin8.blogspot.com/2011/04/penyerangan-ke-libya-untuk-melindungi.html
Minggu, 10 April 2011.
oleh Tom Finaldin.
Bandung, Putera Sang Surya
Inti dari hubungan internasional itu hanya dua hal, yaitu: war, ‘perang’, dan peace atau reconcilement, ‘perdamaian, saling pengertian’. Perang itu berarti konflik dan negara-negara yang terlibat di dalamnya berupaya menggunakan sumber daya yang ada untuk memenangkan hubungan internasional dalam kondisi perang tersebut. Perdamaian berarti terbentuk saling pengertian di antara negara-negara yang terlibat. Dalam kondisi damai inilah terjadinya berbagai kerja sama positif , seperti, budaya, ekonomi, pendidikan, pertahanan, dan sosial.
Baik dalam keadaan perang maupun damai, setiap negara yang terlibat berarti melaksanakan politik luar negerinya dengan tujuan untuk kepentingan dalam negerinya masing-masing, bukan untuk kepentingan negara lain. Dari seluruh definisi mengenai politik luar negeri, intinya adalah bahwa hubungan internasional yang terjadi merupakan kebijakan politik luar negeri untuk mendapatkan keuntungan bagi kepentingan nasionalnya. Jadi, setiap negara yang melakukan kontak secara internasional, baik itu perang maupun damai adalah untuk mencapai keinginan dalam negerinya masing-masing.
Dengan menggunakan pengertian hubungan internasional dan politik luar negeri di atas, kita bisa menilai bahwa pernyataan Presiden AS Barack Obama yang patungnya ada di Jakarta dan sempat dielu-elukan segelintir makhluk itu adalah dusta. Ia mengatakan bahwa penyerangan ke Libya itu adalah untuk alasan kemanusiaan karena Libya tidak demokratis, otoriter, tidak mendengarkan suara rakyat, dan melakukan pembunuhan terhadap warga sipil. Alasan-alasan itulah yang disebarluaskan melalui media massa ke seluruh dunia.
Alasan-alasan itu berupaya untuk mempengaruhi masyarakat internasional bahwa AS dan negara konco-konconya melakukan penyerangan adalah untuk kepentingan negara lain, yaitu warga Libya. Itu adalah pernyataan dan alasan nonsens, omong kosong, bohong, tipu. Mana mungkin AS dan sekutunya itu berjibaku mengorbankan banyak uang dan pemuda-pemudanya untuk mati berperang dengan negara lain jika tidak memiliki kepentingan dalam negerinya sendiri. Pernyataan dan alasan itu sangat bertentangan dengan teori politik luar negeri dalam kajian hubungan internasional. Teorinya kan politik luar negeri itu dijalankan untuk mendapatkan keuntungan bagi negerinya, bukan untuk kepentingan negara lain.
Dengan demikian, menjadi sangat jelas, negeri-negeri pendusta itu melakukan penyerangan adalah untuk mendapatkan keuntungan dari penyerangan itu, terutama menguasai sumber daya alam Libya yang berupa minyak di samping ada alasan spiritual lain. Soal alasan sipiritual lain akan ditulis dalam judul yang lain.
Sebetulnya, bukan cuma Libya yang digoyang, negara-negara di Timur Tengah lainnya pun diganggu stabilitas politiknya. Presiden Iran Mahmoud Ahmadinejad sangat paham hal itu. Ia dengan cepat menuding pihak Barat yang menjadi penyebab kekacauan di negerinya dan negara-negara di Timur Tengah lainnya.
Jangan tertipu dengan kata-kata manis penuh dusta dan isu-isu murahan semacam demokrasi dan Ham. Itu semua cuma topeng, kedok untuk menipu dunia agar mendapatkan keuntungan dari ketertipuan yang berskala internasional. Hati-hatilah dan tetap waspadalah.
Baik dalam keadaan perang maupun damai, setiap negara yang terlibat berarti melaksanakan politik luar negerinya dengan tujuan untuk kepentingan dalam negerinya masing-masing, bukan untuk kepentingan negara lain. Dari seluruh definisi mengenai politik luar negeri, intinya adalah bahwa hubungan internasional yang terjadi merupakan kebijakan politik luar negeri untuk mendapatkan keuntungan bagi kepentingan nasionalnya. Jadi, setiap negara yang melakukan kontak secara internasional, baik itu perang maupun damai adalah untuk mencapai keinginan dalam negerinya masing-masing.
Dengan menggunakan pengertian hubungan internasional dan politik luar negeri di atas, kita bisa menilai bahwa pernyataan Presiden AS Barack Obama yang patungnya ada di Jakarta dan sempat dielu-elukan segelintir makhluk itu adalah dusta. Ia mengatakan bahwa penyerangan ke Libya itu adalah untuk alasan kemanusiaan karena Libya tidak demokratis, otoriter, tidak mendengarkan suara rakyat, dan melakukan pembunuhan terhadap warga sipil. Alasan-alasan itulah yang disebarluaskan melalui media massa ke seluruh dunia.
Alasan-alasan itu berupaya untuk mempengaruhi masyarakat internasional bahwa AS dan negara konco-konconya melakukan penyerangan adalah untuk kepentingan negara lain, yaitu warga Libya. Itu adalah pernyataan dan alasan nonsens, omong kosong, bohong, tipu. Mana mungkin AS dan sekutunya itu berjibaku mengorbankan banyak uang dan pemuda-pemudanya untuk mati berperang dengan negara lain jika tidak memiliki kepentingan dalam negerinya sendiri. Pernyataan dan alasan itu sangat bertentangan dengan teori politik luar negeri dalam kajian hubungan internasional. Teorinya kan politik luar negeri itu dijalankan untuk mendapatkan keuntungan bagi negerinya, bukan untuk kepentingan negara lain.
Dengan demikian, menjadi sangat jelas, negeri-negeri pendusta itu melakukan penyerangan adalah untuk mendapatkan keuntungan dari penyerangan itu, terutama menguasai sumber daya alam Libya yang berupa minyak di samping ada alasan spiritual lain. Soal alasan sipiritual lain akan ditulis dalam judul yang lain.
Sebetulnya, bukan cuma Libya yang digoyang, negara-negara di Timur Tengah lainnya pun diganggu stabilitas politiknya. Presiden Iran Mahmoud Ahmadinejad sangat paham hal itu. Ia dengan cepat menuding pihak Barat yang menjadi penyebab kekacauan di negerinya dan negara-negara di Timur Tengah lainnya.
Jangan tertipu dengan kata-kata manis penuh dusta dan isu-isu murahan semacam demokrasi dan Ham. Itu semua cuma topeng, kedok untuk menipu dunia agar mendapatkan keuntungan dari ketertipuan yang berskala internasional. Hati-hatilah dan tetap waspadalah.
Minggu, 10 April 2011
Kemaksiatan Itu Ternyata Namanya Demokrasi
oleh Tom Finaldin
Bandung, Putera Sang Surya. http://tom-finaldin8.blogspot.com/2011/04/kemaksiatan-itu-ternyata-namanya.html
Dulu, sekitar pertengahan 2001, beberapa bulan sebelum terjadi tragedi menara kembar WTC di Amerika Serikat, saya banyak membaca berbagai literatur yang membahas tentang Imam Mahdi dan Dajjal Laknatullah. Saat itu banyak hadits Nabi Muhammad yang tidak bisa saya pahami karena seluruhnya berbicara tentang masa depan yang tanda-tandanya sama sekali tidak jelas. Hal yang paling mudah saya lakukan adalah mengikuti pendapat para ahli agama yang tidak terlalu konsen terhadap Al Mahdi dan Dajjal. Perlu diingat bahwa hampir seluruh organisasi Islam di Indonesia ini sangat jarang membahas Al Mahdi dan Dajjal, termasuk tiga organisasi besar, yaitu: Muhammadiyah, Persis, dan NU. Hal itu bisa diperhatikan dari berbagai ceramah para ahli mereka yang sangat jarang atau hampir tidak membahas Al Mahdi dan Dajjal. Beberapa orang di antara mereka berpandangan bahwa hadits-hadits tentang Al Mahdi dan Dajjal itu bisa dibilang lemah karena tidak terdapat dalam sumber hadits penting yang berasal dari Bukhari Muslim. Memang, kebanyakan hadits-hadits itu bersumber dariIbnu Majjah, An Nassai, dan lain sebagainya. Saya saat itu mulai pula menganggap lemah hadits-hadits itu, bahkan memandangnya sebagai dongengan yang dibuat-buat umat Islam yang dulunya beragama nasrani.
Akan tetapi, setelah terjadi penabrakan gedung menara kembar WTC di AS yang menghebohkan pada September 2001 itu, saya merasa aneh. Saya melihatnya seperti sebuah rekaman film. Saya seperti sudah mengetahui kejadian itu sebelum terjadi secara nyata. Hal itu disebabkan saya merasa pernah membaca kejadian itu beberapa bulan sebelumnya, yaitu sekitar Mei 2001. Kemudian, saya mencoba mengobrak-abrik perpustakaan pribadi saya mencari buku yang melukiskan peristiwa tersebut. Akhirnya, saya dapatkan. Bahkan, di buku itu sudah tertulis berbagai malapetaka di Irak yang kemudian terbukti beberapa tahun setelahnya. Sejak saat itu, saya mulai lagi mencoba memahami hadits-hadits yang dulu dianggap lemah, bahkan dianggap sebagai dongengan.
Dalam tulisan kali ini saya ingin berbagi dengan Saudara-saudara pembaca yang budiman mengenai hadits Nabi yang dulu sulit saya pahami. Ada dua hadits yang membuat saya tertarik, yaitu Rasulullah saw menyatakan bahwaAl Mahdi akan datang ketika Bumi ditimpa banyak bencana. Pernyataan selanjutnya adalah Al Mahdi akan datang membersihkan Bumi dan meliputinya dengan kebaikan sebagaimana Bumi telah tertutupi oleh kemaksiatan.
Pada 2001 saya sama sekali tidak bisa paham bahwa Al Mahdi akan datang ketika Bumi ditimpa banyak bencana. Bagaimana mungkin? Bencana apa? Saat itu sama sekali tidak ada tanda-tanda datangnya bencana di muka Bumi ini. Semua berjalan normal. Wajar toh jika saya kemudian mengikuti orang-orang yang ahli agama itu dengan menganggapnya sebagai hadits lemah. Akan tetapi, pada saat inisubhanallah, hadits itu bisa sangat mudah dipahami karena bencana demi bencana sudah menjadi tontonan banyak orang setiap hari di seluruh muka Bumi ini. Bencana-bencana yang terjadi saat ini membuktikan kebenaran hadits Nabi tersebut yang sekaligus pula menjadi petunjuk bagi kita tentang kehadiran Al Mahdi yang akan membersihkan Bumi dari segala kemaksiatan, kemudian memenuhinya dengan kebaikan dan keadilan.
Di samping itu, saya pun tidak bisa mengerti bahwa Al Mahdi akan memenuhi Bumi ini dengan kebaikan setelah sebelumnya diliputi kemaksiatan. Saya tidak bisa mengerti jika Bumi ini bisa diliputi atau tertutupi oleh kemaksiatan. Bagaimana mungkin? Saya tidak bisa paham jika Bumi ini seluruhnya berada dalam kemaksiatan. Hal itu sangat mustahil terjadi. Bukankah setiap hari selalu ada pertarungan antara kemaksiatan dan kebaikan? Orang-orang baik, moralis, humanis, dan religius selalu berupaya keras melakukan perlawanan terhadap kejahatan dan kemaksiatan. Jadi, Bumi ini tidak akan pernah ditutupi seluruhnya oleh kemaksiatan karena selalu ada perlawanan. Demikian pemikiran saya saat itu. Dengan pemikiran seperti itu, wajar pula saya menganggap hadits tersebut lemah karena akal memustahilkannya terjadi.
Akan tetapi, saat ini saya benar-benar paham bahwa Bumi ini akan sungguh-sungguh diliputi awan gelap kemaksiatan. Pada saat ini pun sebenarnya Bumi sedang dalam proses percepatan ke arah kegelapan tersebut. Perlawanan dari orang-orang baik sama sekali tidak mempengaruhi bagi kejahatan dan kemaksiatan untuk menguasai seluruh muka Bumi. Sebentar lagi Bumi akan benar-benar gelap penuh kemaksiatan. Seluruhnya akan tunduk dan takluk pada kemaksiatan. Puncak kejahatan akan merajai seluruh muka Bumi ini. Hal itu disebabkan kaum moralis, orang-orang baik, humanis, religius, dan idealis telah tertipu serta tenggelam dalam kemaksiatan. Orang-orang akan menyangka berbuat kebaikan, padahal sesungguhnya sedang melakukan penguatan dan dukungan terhadap berkuasanya kemaksiatan di muka Bumi ini.
Pada saat itulah berlaku ketentuan Allah swt terhadap orang-orang yang menyangka dirinya telah berbuat kebaikan, padahal sesungguhnya melakukan keburukan.
“Katakanlah, ‘Apakah akan Kami beritahukan kepadamu tentang orang-orang yang paling merugi perbuatannya? Yaitu orang-orang yang telah sia-sia perbuatannya dalam kehidupan dunia ini, sedangkan mereka menyangka bahwa mereka berbuat sebaik-baiknya.’.” (QS Al Kahfi : 103-104).
Saudara-saudara sekalian, dulu saya tidak bisa mengerti kemaksiatan macam apa yang akan menguasai Bumi ini sehingga gelap gulita tak ada cahaya. Apakah semua orang menjadi pezinah, pembunuh, pemabuk, penjudi, koruptor, atau penipu? Kini saya mengerti bahwa maksud dari Rasulullah saw bahwa Bumi akan diliputi oleh kemaksiatan itu adalah kemaksiatan yang namanya demokrasi!
Coba perhatikan saat ini di berbagai belahan dunia telah digaungkan dan dikeramatkan itu yang namanya politik demokrasi. Bahkan, di Timur Tengah tengah digenjot dan dipaksa untuk mengikuti sistem politik demokrasi. Syetan Jin Iblis dan Syetan Manusia Dajjal tengah berdendang untuk mencapai kemenangannya. Dengan demokrasi, para penjahat kemanusiaan dan perampok kekayaan negara akan mudah menguasai hajat hidup orang banyak dan bersenang-senang di atas penderitaan orang lain. Dengan demokrasi, berarti terbuka lebar ribuan pintu kemaksiatan yang perwujudannya adalah korupsi, aksi tipu-tipu, jual-beli legislasi, kemunafikan, pertengkaran, konflik horizontal, tirani kehidupan, pembunuhan, penganiayaan, degradasi moral, kebebasan tak terbatas, perampokan hak rakyat, pelacuran, kriminalitas, berkurangnya rasa hormat serta persaudaraan, dan lain sebagainya.
Dalam tulisan lain akan dikupas bagaimana kebejatan demokrasi di negara mbah demokrasi, AS.
Jika merujuk pada hadits Nabi di atas bahwa Bumi akan diliputi kemaksiatan, artinya demokrasi akan menguasai dunia. Itu pasti. Demokrasi akan menang dengan beragam bentuknya, tersebar hampir merata di muka Bumi. Mari kita buktikan dengan memperhatikan kondisi dunia pada hari-hari selanjutnya. Kegelapan pun semakin pekat. Para kapitalis, pencoleng, pendusta, dan pemimpin rakus bersuka ria memakan harta-harta rakyat di berbagai negara. Orang-orang baik tertipu dalam posisinya. Orang-orang kecil yang sudah bingung akan tambah bingung.
Khusus di negeri ini, Indonesia yang kita cintai, kondisi kegelapan itu sedang dan terus menyempurnakan kegelapannya. Hal itu telah dilukiskan oleh Prabu Siliwangi ratusan tahun silam dalam bahasa Sunda berikut ini.
Buta-buta nu baruta. Mingkin hareup mingkin bedegong, ngaleuwihan kebo bulé. Arinyana teu nyaraho, jaman manusa dikawasaan ku sato!
Dalam bahasa Indonesia.
Raksasa-raksasa yang beringas semakin hari semakin bandel, sombong, pongah, brutal, dan sewenang-wenang melebihi kerbau bule. Mereka tidak sadar bahwa zaman manusia sudah dikuasai binatang!
Itu sudah takdir yang tidak bisa diubah-ubah lagi. Saat ini kegelapan kemaksiatan belum mencapai puncaknya. Namun, sebentar lagi kejahatan akan benar-benar berkuasa di seluruh muka Bumi ini. Penderitaan, keputusasaan, dan kebingungan akan menghinggapi banyak orang. Gelap, gelap sekali keadaannya.
Akan tetapi, kekuasaan Raja Kegelapan itu hanya akan bertahan sangat sebentar karena Al Mahdi akan segera datang menghapus seluruh kegelapan dan memenuhi Bumi ini dengan kebaikan hingga tak ada seorang pun yang dirugikan. Hal itu sesuai dengan teori dalam ilmu fisika, yaitu semakin besar tekanan, semakin besar pula perlawanan terhadap tekanan itu. Perhatikan balon. Jika balon itu ditekan dan terus ditekan, pada titik tertentu akan terjadi ledakan. Perhatikan pula air dalam pipa atau dalam alat suntik yang jika ditekan, air akan keluar sesuai dengan energi yang dikeluarkan penekan.
Renungkanlah nasihat Syekh Abdul Qadir Jaelani. Jika kemaksiatan, penderitaan, dan kejahatan itu diibaratkan malam, semakin malam akan semakin gelap dan semakin dingin. Semakin malam penderitaan itu semakin menyiksa. Kalau kita berdoa, tak akan dikabulkan karena bukan waktunya. Artinya, jika kita berdoa agar malam segera berakhir, tetapi berdoa pada pukul 10 malam, itu pasti tidak akan dikabulkan. Akan tetapi, doa itu tetap didengar dan mendapatkan pahala atas perilaku berdoanya walaupun tidak akan mengubah keadaan. Sehebat apapun kita berdoa agar cepat siang, Allah swt tak akan mengabulkannya. Demikian pula dalam kehidupan ini. Sehebat apa pun kita berdoa agar kemaksiatan, penderitaan, kehinaan, kebingungan, dan kejahatan ini hilang, tak akan dikabulkan. Hal itu disebabkan memang sedang waktunya kemenangan untuk kegelapan. Semakin gelap, semakin menderita, semakin menyakitkan.
Akan tetapi, Syekh Abdul Qadir Jaelani mengatakan bahwa semakin malam, semakin dingin, semakin gelap, itu artinya pertanda fajar segera tiba. Matahari sebentar lagi terbit. Pada waktu yang tepat Sang Surya kembali menyinari Bumi, kehangatan pun datang menyenangkan. Kegetiran malam pun sudah tak ada lagi. Kehangatan pagi terus berubah menjadi terang benderang sebagaimana Sang Surya menerangi Bumi dengan sinarnya yang terang dan bermanfaat bagi seluruh kehidupan ini.
Al Mahdi datang menghancurkan kemaksiatan. Bumi penuh keadilan. Demokrasi pun terbuang dalam sejarah memilukan. Hal itu disebabkan demokrasi merupakan pintu gerbang ribuan kemaksiatan di muka Bumi ini.
Khusus di negeri kita, Indonesia tercinta, ada pesan leluhur dari Kitab Musarar Jayabaya, yaitu:
Banyak hal yang luar biasa. Hujan salah waktu. Banyak gempa dan gerhana. Nyawa tidak berharga. Tanah Jawa berantakan. Kemudian, Raja Kara Murka Kutila musnah. Kemudian, kelak akan datang Tunjung Putih Semune Pudak Kasungsang. Lahir di Bumi Mekah. Menjadi raja di dunia, bergelar Ratu Amisan, redalah kesengsaraan di Bumi, nakhoda ikut ke dalam persidangan. Raja keturunan waliyullah. Berkedaton dua di Mekah dan Tanah Jawa. Letaknya dekat dengan Gunung Perahu, sebelah barat tempuran. Dicintai pasukannya. Memang raja yang terkenal sedunia.
Setelah anomali iklim, bencana alam, bencana kemanusiaan, bencana politik, bencana ekonomi, dan bencana-bencana lainnya sempurna menghancurkan negeri ini, maka Raja Kara Murka Kutila pun musnah. Raja Kara Murka itu artinya para pemimpin yang saling jegal, saling menjatuhkan. Kutila itu artinyademokrasi atau reformasi. Maksudnya adalah zaman atau era para pemimpin saling jegal sebagai ciri khas demokrasi yang menyuarakan reformasi itu akan musnah, hilang, hancur. Kemudian, tampil pemimpin baru yang memiliki sifat nasionalis-religius, sebagaimana yang disampaikan Jayabaya tadi, berkedaton dua di Mekah dan Tanah Jawa, ‘punya dua istana, yaitu satu di Mekah dan satu lagi di Indonesia’. Maksudnya, pemimpin yang taat menjalankan ajaran Islam serta sangat mencintai rakyat dan tanah airnya. Pemimpin ini akrab di telinga masyarakat Indonesia dengan sebutan Ratu Adil.
Mengapa demokrasi hancur? Penyebabnya adalah perilaku para elit sendiri, sebagaimana yang disebutkan oleh Prabu Siliwangi, yaitu:
Jayana buta-buta, hanteu pati lila; tapi, bongan kacarida teuing nyangsara ka somah anu pada ngarep-ngarep caringin reuntas di alun-alun. Buta bakal jaradi wadal, wadal pamolahna sorangan.
Artinya:
Kekuasaan raksasa-raksasa buta itu tidak terlalu lama, tetapi selama berkuasa itu keterlaluan sekali menindas rakyat susah yang sedang berharap datangnya mukjizat, pohon beringin tumbang di alun-alun. Raksasa-raksasa itu akan menjadi tumbal, tumbal kejahatannya sendiri.
Para elit yang pongah itu akan hancur karena tindakannya sendiri. Mereka akan terbelalak saat kejatuhannya yang tiba-tiba. Mereka tidak percaya bisa terjerembab seperti itu.
Demikianlah. Kembali pada judul tulisan ini. Saya baru paham sekarang bahwa yang dimaksud kemaksiatan yang meliputi Bumi ini adalah sistem politik demokrasi. Saya sangat senang karena demokrasi akan hancur dan dihancurkan oleh Imam Mahdi yang akan memenuhi Bumi dengan kebaikan. Kebenaran akan menang. Kejahatan dan kemaksiatan di muka Bumi ini akan musnah. Demikian pula di negeri ini, demokrasi akan jatuh merana. Situasi akan berubah cepat dalam kepemimpinan Ratu Adil yang akan membuang demokrasi dalam sampah perpolitikan.
Sekarang tinggal keputusan kita sendiri. Akankah posisi kita berada dalam barisan Imam Mahdi dan Ratu Adil atau menjadi musuhnya atau mungkin hanya menjadi penonton?
Ingat, setiap keputusan dan tindakan kita akan menimbulkan akibat terhadap diri kita sendiri, baik di dunia ini maupun di akhirat. Kita harus memilih untuk kebaikan diri kita sendiri. Saat kita memilih posisi, Allah swt memperhatikan apa yang terjadi dalam jiwa kita dan dengan itulah Allah swt menentukan kualitas setiap jiwa di sisi-Nya.
Akan tetapi, setelah terjadi penabrakan gedung menara kembar WTC di AS yang menghebohkan pada September 2001 itu, saya merasa aneh. Saya melihatnya seperti sebuah rekaman film. Saya seperti sudah mengetahui kejadian itu sebelum terjadi secara nyata. Hal itu disebabkan saya merasa pernah membaca kejadian itu beberapa bulan sebelumnya, yaitu sekitar Mei 2001. Kemudian, saya mencoba mengobrak-abrik perpustakaan pribadi saya mencari buku yang melukiskan peristiwa tersebut. Akhirnya, saya dapatkan. Bahkan, di buku itu sudah tertulis berbagai malapetaka di Irak yang kemudian terbukti beberapa tahun setelahnya. Sejak saat itu, saya mulai lagi mencoba memahami hadits-hadits yang dulu dianggap lemah, bahkan dianggap sebagai dongengan.
Dalam tulisan kali ini saya ingin berbagi dengan Saudara-saudara pembaca yang budiman mengenai hadits Nabi yang dulu sulit saya pahami. Ada dua hadits yang membuat saya tertarik, yaitu Rasulullah saw menyatakan bahwaAl Mahdi akan datang ketika Bumi ditimpa banyak bencana. Pernyataan selanjutnya adalah Al Mahdi akan datang membersihkan Bumi dan meliputinya dengan kebaikan sebagaimana Bumi telah tertutupi oleh kemaksiatan.
Pada 2001 saya sama sekali tidak bisa paham bahwa Al Mahdi akan datang ketika Bumi ditimpa banyak bencana. Bagaimana mungkin? Bencana apa? Saat itu sama sekali tidak ada tanda-tanda datangnya bencana di muka Bumi ini. Semua berjalan normal. Wajar toh jika saya kemudian mengikuti orang-orang yang ahli agama itu dengan menganggapnya sebagai hadits lemah. Akan tetapi, pada saat inisubhanallah, hadits itu bisa sangat mudah dipahami karena bencana demi bencana sudah menjadi tontonan banyak orang setiap hari di seluruh muka Bumi ini. Bencana-bencana yang terjadi saat ini membuktikan kebenaran hadits Nabi tersebut yang sekaligus pula menjadi petunjuk bagi kita tentang kehadiran Al Mahdi yang akan membersihkan Bumi dari segala kemaksiatan, kemudian memenuhinya dengan kebaikan dan keadilan.
Di samping itu, saya pun tidak bisa mengerti bahwa Al Mahdi akan memenuhi Bumi ini dengan kebaikan setelah sebelumnya diliputi kemaksiatan. Saya tidak bisa mengerti jika Bumi ini bisa diliputi atau tertutupi oleh kemaksiatan. Bagaimana mungkin? Saya tidak bisa paham jika Bumi ini seluruhnya berada dalam kemaksiatan. Hal itu sangat mustahil terjadi. Bukankah setiap hari selalu ada pertarungan antara kemaksiatan dan kebaikan? Orang-orang baik, moralis, humanis, dan religius selalu berupaya keras melakukan perlawanan terhadap kejahatan dan kemaksiatan. Jadi, Bumi ini tidak akan pernah ditutupi seluruhnya oleh kemaksiatan karena selalu ada perlawanan. Demikian pemikiran saya saat itu. Dengan pemikiran seperti itu, wajar pula saya menganggap hadits tersebut lemah karena akal memustahilkannya terjadi.
Akan tetapi, saat ini saya benar-benar paham bahwa Bumi ini akan sungguh-sungguh diliputi awan gelap kemaksiatan. Pada saat ini pun sebenarnya Bumi sedang dalam proses percepatan ke arah kegelapan tersebut. Perlawanan dari orang-orang baik sama sekali tidak mempengaruhi bagi kejahatan dan kemaksiatan untuk menguasai seluruh muka Bumi. Sebentar lagi Bumi akan benar-benar gelap penuh kemaksiatan. Seluruhnya akan tunduk dan takluk pada kemaksiatan. Puncak kejahatan akan merajai seluruh muka Bumi ini. Hal itu disebabkan kaum moralis, orang-orang baik, humanis, religius, dan idealis telah tertipu serta tenggelam dalam kemaksiatan. Orang-orang akan menyangka berbuat kebaikan, padahal sesungguhnya sedang melakukan penguatan dan dukungan terhadap berkuasanya kemaksiatan di muka Bumi ini.
Pada saat itulah berlaku ketentuan Allah swt terhadap orang-orang yang menyangka dirinya telah berbuat kebaikan, padahal sesungguhnya melakukan keburukan.
“Katakanlah, ‘Apakah akan Kami beritahukan kepadamu tentang orang-orang yang paling merugi perbuatannya? Yaitu orang-orang yang telah sia-sia perbuatannya dalam kehidupan dunia ini, sedangkan mereka menyangka bahwa mereka berbuat sebaik-baiknya.’.” (QS Al Kahfi : 103-104).
Saudara-saudara sekalian, dulu saya tidak bisa mengerti kemaksiatan macam apa yang akan menguasai Bumi ini sehingga gelap gulita tak ada cahaya. Apakah semua orang menjadi pezinah, pembunuh, pemabuk, penjudi, koruptor, atau penipu? Kini saya mengerti bahwa maksud dari Rasulullah saw bahwa Bumi akan diliputi oleh kemaksiatan itu adalah kemaksiatan yang namanya demokrasi!
Coba perhatikan saat ini di berbagai belahan dunia telah digaungkan dan dikeramatkan itu yang namanya politik demokrasi. Bahkan, di Timur Tengah tengah digenjot dan dipaksa untuk mengikuti sistem politik demokrasi. Syetan Jin Iblis dan Syetan Manusia Dajjal tengah berdendang untuk mencapai kemenangannya. Dengan demokrasi, para penjahat kemanusiaan dan perampok kekayaan negara akan mudah menguasai hajat hidup orang banyak dan bersenang-senang di atas penderitaan orang lain. Dengan demokrasi, berarti terbuka lebar ribuan pintu kemaksiatan yang perwujudannya adalah korupsi, aksi tipu-tipu, jual-beli legislasi, kemunafikan, pertengkaran, konflik horizontal, tirani kehidupan, pembunuhan, penganiayaan, degradasi moral, kebebasan tak terbatas, perampokan hak rakyat, pelacuran, kriminalitas, berkurangnya rasa hormat serta persaudaraan, dan lain sebagainya.
Dalam tulisan lain akan dikupas bagaimana kebejatan demokrasi di negara mbah demokrasi, AS.
Jika merujuk pada hadits Nabi di atas bahwa Bumi akan diliputi kemaksiatan, artinya demokrasi akan menguasai dunia. Itu pasti. Demokrasi akan menang dengan beragam bentuknya, tersebar hampir merata di muka Bumi. Mari kita buktikan dengan memperhatikan kondisi dunia pada hari-hari selanjutnya. Kegelapan pun semakin pekat. Para kapitalis, pencoleng, pendusta, dan pemimpin rakus bersuka ria memakan harta-harta rakyat di berbagai negara. Orang-orang baik tertipu dalam posisinya. Orang-orang kecil yang sudah bingung akan tambah bingung.
Khusus di negeri ini, Indonesia yang kita cintai, kondisi kegelapan itu sedang dan terus menyempurnakan kegelapannya. Hal itu telah dilukiskan oleh Prabu Siliwangi ratusan tahun silam dalam bahasa Sunda berikut ini.
Buta-buta nu baruta. Mingkin hareup mingkin bedegong, ngaleuwihan kebo bulé. Arinyana teu nyaraho, jaman manusa dikawasaan ku sato!
Dalam bahasa Indonesia.
Raksasa-raksasa yang beringas semakin hari semakin bandel, sombong, pongah, brutal, dan sewenang-wenang melebihi kerbau bule. Mereka tidak sadar bahwa zaman manusia sudah dikuasai binatang!
Itu sudah takdir yang tidak bisa diubah-ubah lagi. Saat ini kegelapan kemaksiatan belum mencapai puncaknya. Namun, sebentar lagi kejahatan akan benar-benar berkuasa di seluruh muka Bumi ini. Penderitaan, keputusasaan, dan kebingungan akan menghinggapi banyak orang. Gelap, gelap sekali keadaannya.
Akan tetapi, kekuasaan Raja Kegelapan itu hanya akan bertahan sangat sebentar karena Al Mahdi akan segera datang menghapus seluruh kegelapan dan memenuhi Bumi ini dengan kebaikan hingga tak ada seorang pun yang dirugikan. Hal itu sesuai dengan teori dalam ilmu fisika, yaitu semakin besar tekanan, semakin besar pula perlawanan terhadap tekanan itu. Perhatikan balon. Jika balon itu ditekan dan terus ditekan, pada titik tertentu akan terjadi ledakan. Perhatikan pula air dalam pipa atau dalam alat suntik yang jika ditekan, air akan keluar sesuai dengan energi yang dikeluarkan penekan.
Renungkanlah nasihat Syekh Abdul Qadir Jaelani. Jika kemaksiatan, penderitaan, dan kejahatan itu diibaratkan malam, semakin malam akan semakin gelap dan semakin dingin. Semakin malam penderitaan itu semakin menyiksa. Kalau kita berdoa, tak akan dikabulkan karena bukan waktunya. Artinya, jika kita berdoa agar malam segera berakhir, tetapi berdoa pada pukul 10 malam, itu pasti tidak akan dikabulkan. Akan tetapi, doa itu tetap didengar dan mendapatkan pahala atas perilaku berdoanya walaupun tidak akan mengubah keadaan. Sehebat apapun kita berdoa agar cepat siang, Allah swt tak akan mengabulkannya. Demikian pula dalam kehidupan ini. Sehebat apa pun kita berdoa agar kemaksiatan, penderitaan, kehinaan, kebingungan, dan kejahatan ini hilang, tak akan dikabulkan. Hal itu disebabkan memang sedang waktunya kemenangan untuk kegelapan. Semakin gelap, semakin menderita, semakin menyakitkan.
Akan tetapi, Syekh Abdul Qadir Jaelani mengatakan bahwa semakin malam, semakin dingin, semakin gelap, itu artinya pertanda fajar segera tiba. Matahari sebentar lagi terbit. Pada waktu yang tepat Sang Surya kembali menyinari Bumi, kehangatan pun datang menyenangkan. Kegetiran malam pun sudah tak ada lagi. Kehangatan pagi terus berubah menjadi terang benderang sebagaimana Sang Surya menerangi Bumi dengan sinarnya yang terang dan bermanfaat bagi seluruh kehidupan ini.
Al Mahdi datang menghancurkan kemaksiatan. Bumi penuh keadilan. Demokrasi pun terbuang dalam sejarah memilukan. Hal itu disebabkan demokrasi merupakan pintu gerbang ribuan kemaksiatan di muka Bumi ini.
Khusus di negeri kita, Indonesia tercinta, ada pesan leluhur dari Kitab Musarar Jayabaya, yaitu:
Banyak hal yang luar biasa. Hujan salah waktu. Banyak gempa dan gerhana. Nyawa tidak berharga. Tanah Jawa berantakan. Kemudian, Raja Kara Murka Kutila musnah. Kemudian, kelak akan datang Tunjung Putih Semune Pudak Kasungsang. Lahir di Bumi Mekah. Menjadi raja di dunia, bergelar Ratu Amisan, redalah kesengsaraan di Bumi, nakhoda ikut ke dalam persidangan. Raja keturunan waliyullah. Berkedaton dua di Mekah dan Tanah Jawa. Letaknya dekat dengan Gunung Perahu, sebelah barat tempuran. Dicintai pasukannya. Memang raja yang terkenal sedunia.
Setelah anomali iklim, bencana alam, bencana kemanusiaan, bencana politik, bencana ekonomi, dan bencana-bencana lainnya sempurna menghancurkan negeri ini, maka Raja Kara Murka Kutila pun musnah. Raja Kara Murka itu artinya para pemimpin yang saling jegal, saling menjatuhkan. Kutila itu artinyademokrasi atau reformasi. Maksudnya adalah zaman atau era para pemimpin saling jegal sebagai ciri khas demokrasi yang menyuarakan reformasi itu akan musnah, hilang, hancur. Kemudian, tampil pemimpin baru yang memiliki sifat nasionalis-religius, sebagaimana yang disampaikan Jayabaya tadi, berkedaton dua di Mekah dan Tanah Jawa, ‘punya dua istana, yaitu satu di Mekah dan satu lagi di Indonesia’. Maksudnya, pemimpin yang taat menjalankan ajaran Islam serta sangat mencintai rakyat dan tanah airnya. Pemimpin ini akrab di telinga masyarakat Indonesia dengan sebutan Ratu Adil.
Mengapa demokrasi hancur? Penyebabnya adalah perilaku para elit sendiri, sebagaimana yang disebutkan oleh Prabu Siliwangi, yaitu:
Jayana buta-buta, hanteu pati lila; tapi, bongan kacarida teuing nyangsara ka somah anu pada ngarep-ngarep caringin reuntas di alun-alun. Buta bakal jaradi wadal, wadal pamolahna sorangan.
Artinya:
Kekuasaan raksasa-raksasa buta itu tidak terlalu lama, tetapi selama berkuasa itu keterlaluan sekali menindas rakyat susah yang sedang berharap datangnya mukjizat, pohon beringin tumbang di alun-alun. Raksasa-raksasa itu akan menjadi tumbal, tumbal kejahatannya sendiri.
Para elit yang pongah itu akan hancur karena tindakannya sendiri. Mereka akan terbelalak saat kejatuhannya yang tiba-tiba. Mereka tidak percaya bisa terjerembab seperti itu.
Demikianlah. Kembali pada judul tulisan ini. Saya baru paham sekarang bahwa yang dimaksud kemaksiatan yang meliputi Bumi ini adalah sistem politik demokrasi. Saya sangat senang karena demokrasi akan hancur dan dihancurkan oleh Imam Mahdi yang akan memenuhi Bumi dengan kebaikan. Kebenaran akan menang. Kejahatan dan kemaksiatan di muka Bumi ini akan musnah. Demikian pula di negeri ini, demokrasi akan jatuh merana. Situasi akan berubah cepat dalam kepemimpinan Ratu Adil yang akan membuang demokrasi dalam sampah perpolitikan.
Sekarang tinggal keputusan kita sendiri. Akankah posisi kita berada dalam barisan Imam Mahdi dan Ratu Adil atau menjadi musuhnya atau mungkin hanya menjadi penonton?
Ingat, setiap keputusan dan tindakan kita akan menimbulkan akibat terhadap diri kita sendiri, baik di dunia ini maupun di akhirat. Kita harus memilih untuk kebaikan diri kita sendiri. Saat kita memilih posisi, Allah swt memperhatikan apa yang terjadi dalam jiwa kita dan dengan itulah Allah swt menentukan kualitas setiap jiwa di sisi-Nya.
Orang-Orang yang Tertipu
oleh Tom Finaldin
Minggu, 10 April 2011.
Bandung, Putera Sang Surya
Jika dikatakan bahwa demokrasi itu salah dan penuh dengan kejahatan, kemudian diserukan untuk segera menghentikan sistem politik tersebut, orang-orang yang belum mengetahui ilmunya biasanya menolak. Hal itu disebabkan mereka masih berpandangan bahwa demokrasi itu luhur dan agung serta merupakan sistem politik yang dapat menjawab kebutuhan manusia. Mereka kurang pengetahuan karena hanya mendengar isu. Isu yang dikembangkan memang demokrasi itu adalah sistem politik terhebat, padahal sangat buruk. Maklum, demokrasi itu kan hanya isu dan penerapannya di Indonesia pun atas dasar isu, tidak pernah ada pengkajian serius terlebih dahulu tentang baik-buruknya demokrasi diterapkan di Indonesia. Karena hidup berdasarkan isu, tak heran jika kualitas hidupnya pun sebatas isu, tidak bernilai tinggi.
Dalam Al Quran, menurut penafsiran saya, orang-orang yang menolak untuk menghentikan demokrasi itu diibaratkan orang-orang yang tertipu, bahkan mereka memang benar-benar tertipu. Tertipu karena kurang pengetahuan.
Perhatikan firman Allah swt berikut ini.
“Apabila dikatakan kepada mereka ‘Janganlah berbuat kerusakan di muka Bumi!’ Mereka menjawab, ‘Sesungguhnya kami justru orang-orang yang melakukan perbaikan’.
Ingatlah, sesungguhnya merekalah yang berbuat kerusakan, tetapi mereka tidak menyadarinya.” (QS Al Baqarah : 11-12)
Demokrasi adalah sistem politik yang membuat Bumi menjadi rusak. Buktinya bisa dilihat dalam kehidupan kita sehari-hari di berbagai belahan dunia lainnya. Ayat di atas tepat sekali dialamatkan kepada orang-orang yang tertipu oleh isu demokrasi. Adapun orang-orang yang telah mendapatkan pencerahan menyadari bahwa demokrasi itu bejat dan merusakan Bumi, lalu memberitahukan kepada khayalak ramai agar menghentikan sistem politik rendahan yang merusakkan Bumi itu. Akan tetapi, orang-orang menolak dan memberikan bantahan bahwa sesungguhnya demokrasi itu penuh kebaikan dan bermaksud memperbaiki kehidupan umat manusia. Mereka sendiri mengklaim diri dengan bangga sebagai pejuang demokrasi karena meyakini perilaku mereka adalah benar untuk perbaikan. Itulah yang digambarkan dalam ayat di atas dengan mereka menjawab, ‘Sesungguhnya kami justru orang-orang yang melakukan perbaikan’.
Akan tetapi, sayangnya mereka sebenarnya justru sedang melakukan kerusakan di muka Bumi ini, tetapi tidak menyadarinya, sebagaimana ayat di atas, ingatlah, sesungguhnya merekalah yang berbuat kerusakan, tetapi mereka tidak menyadarinya.Mereka tidak sadar bahwa dengan melakukan praktik-praktik demokrasi berarti membuka banyak peluang untuk bermunculannya perilaku-perilaku yang merusak, baik itu merusakkan pikiran manusia, fisik manusia, ekonomi, tatanan pergaulan, maupun merusakkan alam semesta. Soal demokrasi merusakkan alam semesta ada pada tulisan lain di blog ini. Gampang kok menerangkannya, soalnya kan demokrasi itu digembar-gemborkan oleh kapitalis. Kapitalis itu sangat senang mengeruk keuntungan dari berbagai lini sampai-sampai merusakkan lingkungan yang akhirnya menimbulkan kerusakan ekosistem. Rusaklah alam semesta. Sekarang ini kan kita sudah merasakan kerusakannya, ya nggak? Mudah kan mengilustrasikannya?
Dalam Al Quran, menurut penafsiran saya, orang-orang yang menolak untuk menghentikan demokrasi itu diibaratkan orang-orang yang tertipu, bahkan mereka memang benar-benar tertipu. Tertipu karena kurang pengetahuan.
Perhatikan firman Allah swt berikut ini.
“Apabila dikatakan kepada mereka ‘Janganlah berbuat kerusakan di muka Bumi!’ Mereka menjawab, ‘Sesungguhnya kami justru orang-orang yang melakukan perbaikan’.
Ingatlah, sesungguhnya merekalah yang berbuat kerusakan, tetapi mereka tidak menyadarinya.” (QS Al Baqarah : 11-12)
Demokrasi adalah sistem politik yang membuat Bumi menjadi rusak. Buktinya bisa dilihat dalam kehidupan kita sehari-hari di berbagai belahan dunia lainnya. Ayat di atas tepat sekali dialamatkan kepada orang-orang yang tertipu oleh isu demokrasi. Adapun orang-orang yang telah mendapatkan pencerahan menyadari bahwa demokrasi itu bejat dan merusakan Bumi, lalu memberitahukan kepada khayalak ramai agar menghentikan sistem politik rendahan yang merusakkan Bumi itu. Akan tetapi, orang-orang menolak dan memberikan bantahan bahwa sesungguhnya demokrasi itu penuh kebaikan dan bermaksud memperbaiki kehidupan umat manusia. Mereka sendiri mengklaim diri dengan bangga sebagai pejuang demokrasi karena meyakini perilaku mereka adalah benar untuk perbaikan. Itulah yang digambarkan dalam ayat di atas dengan mereka menjawab, ‘Sesungguhnya kami justru orang-orang yang melakukan perbaikan’.
Akan tetapi, sayangnya mereka sebenarnya justru sedang melakukan kerusakan di muka Bumi ini, tetapi tidak menyadarinya, sebagaimana ayat di atas, ingatlah, sesungguhnya merekalah yang berbuat kerusakan, tetapi mereka tidak menyadarinya.Mereka tidak sadar bahwa dengan melakukan praktik-praktik demokrasi berarti membuka banyak peluang untuk bermunculannya perilaku-perilaku yang merusak, baik itu merusakkan pikiran manusia, fisik manusia, ekonomi, tatanan pergaulan, maupun merusakkan alam semesta. Soal demokrasi merusakkan alam semesta ada pada tulisan lain di blog ini. Gampang kok menerangkannya, soalnya kan demokrasi itu digembar-gemborkan oleh kapitalis. Kapitalis itu sangat senang mengeruk keuntungan dari berbagai lini sampai-sampai merusakkan lingkungan yang akhirnya menimbulkan kerusakan ekosistem. Rusaklah alam semesta. Sekarang ini kan kita sudah merasakan kerusakannya, ya nggak? Mudah kan mengilustrasikannya?
Minggu, 10 April 2011
Hakikat Demokrasi:
dari Pengusaha oleh Pengusaha untuk Pengusaha
oleh Tom Finaldin
Bandung, Putera Sang Surya. http://tom-finaldin8.blogspot.com/2011/04/hakikat-demokrasi-dari-pengusaha-oleh.html
Kita menyangka bahwa demokrasi itu agung karena mementingkan rakyat, semuanya terserah rakyat, seluruhnya untuk rakyat. Dari rakyat oleh rakyat untuk rakyat. Dalam kenyataannya, semua itu dusta, bohong, omong kosong, karena demokrasi itu hanya tipu daya syetan. Sesungguhnya, yang terjadi adalah dari pengusaha oleh pengusaha untuk pengusaha. Hal itu bisa diperhatikan dari perjalanan sejarah demokrasi itu sendiri sampai hari ini. Tidak perlu terlalu jauh melihat sejarah demokrasi dari awalnya sekali, yaitu dari Athena kuno meskipun sebetulnya saat itu pun sudah ditentang olehPlato dan Aristotle. Ingat, jangan dibolak-balik kenyataannya, soalnya sampai sekarang banyak yang berpendapat bahwa Plato itu menyetujui demokrasi. Itu salah besar. Justru dia menganggap bahwa demokrasi itu berbahaya dan merupakan sistem politik yang rendahan.
Mari kita perhatikan dimulainya demokrasi modern akibat revolusi industri di Perancis. Perancis disebut-sebut sebagai negeri peletak awal demokrasi modern. Dulu Perancis dikuasai oleh pemerintahan otokrasi. Raja adalah wakil Tuhan. Bentengnya adalah para bangsawan dan penghulu agama (bukan Islam!). Raja, bangsawan, dan pemimpin agama itu disebut masyarakat feodal.
Dalam perkembangan sejarahnya, timbul golongan masyarakat baru, yaitu golongan pengusaha. Mereka punya banyak perusahaan, industri, dan karyawan. Agar perusahaannya lebih untung, mereka harus memiliki kekuasaan dalam pemerintahan. Mereka memang yang paling tahu aturan-aturan dan undang-undang yang bisa menguntungkan usahanya, bukan raja, bangsawan, ataupun pendeta.
Para pengusaha merasa tidak bebas, tertekan oleh pemerintahan feodal. Hanya golongan pemerintah yang untung. Mereka tidak bisa mengembangkan usahanya ke tingkat maksimal. Akhirnya, mereka sepakat untuk merebut kekuasaan. Akan tetapi, mereka tak memiliki kekuatan untuk menjatuhkan pemerintahan.
Setelah berpikir, mereka pun memutuskan untuk menggunakan rakyat jelata sebagai senjatanya. Rakyat pun dipengaruhi, ditipu, dikaburkan pemikirannya, diajak bergerak. Mereka membohongi rakyat agar mau bergerak untuk mewujudkan liberte, fraternite, egalite (kebebasan, persamaan, persaudaraan). Rakyat pun bergerak karena memang pemerintahan feodal itu benar-benar menyengsarakan. Kaum pengusaha berhasil membuat rakyat menjadi alat perangnya.
Revolusi pun berhasil, menang. Raja hancur, bangsawan minggir, para pendeta tersungkur. Para pengusaha menang. Selanjutnya, dibentuklah sistem pemerintahan demokrasi. Setiap orang bisa memilih, bisa menjatuhkan menteri, bisa rapat berkumpul seperti rapat para raja, dan rakyat ikut bersuara dalam pemerintahan. Akan tetapi, pada saat yang sama pula rakyat dengan mudah di-PHK, ditindas, diberi upah kecil, dibeli paksa tempat tinggalnya, hasil produksi rumahannya ditolak oleh pengusaha, dipersulit dengan bunga pinjaman mencekik, tak jelas apa yang bisa dimakan esok hari. Hal itu disebabkan rakyat yang telah digunakan berperang itu tidak memiliki bagian dalam menentukan aturan-aturan perusahaan. Mereka yang duduk di parlemen adalah orang-orang yang dekat dengan para pengusaha atau pengusahanya itu sendiri. Tentunya, pasti aturan-aturan yang dibuat adalah untuk kepentingan pengusaha, bukan untuk rakyat. Rakyat tetap menderita. Jadilah negeri itu kapitalistis.
Semboyan yang dulu digunakan adalah hanya teriakan kosong sebagai penyemangat. Setelah para pengusaha itu mendapatkan kekuasaan, semboyan itu ditinggalkannya, cuma tercatat dalam sejarah. Semboyan itu dipergunakan lagi apabila ada masalah pelik untuk dijadikan alasan dusta mengukuhkan kepentingannya sendiri.
Dari sejarah demokrasi modern, jelas sekali bahwa yang punya banyak peranan adalah para pengusaha. Oleh sebab itu, yang beruntung ya pengusaha juga.
Soekarno pun mewanti-wanti masalah demokrasi ini.
“Perbaikan nasib ini hanyalah bisa datang seratus prosen bilamana di masyarakat sudah tidak ada kapitalisme dan imperialisme. Hal itu disebabkan stelsel inilah yang menjadi kemadean tumbuh di atas tubuh kita, hidup dan subur dari kita, hidup dan subur dari tenaga kita, rezeki kita, zat-zat masyarakat kita.
Orang akan menanya, kenapa tidak cukup dengan parlemen? Tidakkah dapat terkabul semua kehendak rakyat jelata di dalam parlemen setelah dapat merebut jumlah kursi yang terbanyak? Tidakkah rakyat dapat meneruskan semua ia punya kehendak ekonomi asal saja suaranya di dalam parlemen sudah lebih dari separo?
Pembaca, di dalam praktiknya, parlemen, nyatalah hal yang demikian itu tak dapat terjadi. Pertama, oleh karena biasanya kaum borjuislah yang mendapat lebih banyak kursi. Mereka, kaum borjuis itu, banyak alat propagandanya. Mereka punya surat-surat kabar, mereka punya radio-radio, mereka punya bioskop-bioskop, mereka punya sekolah-sekolah, mereka punya gereja-gereja, mereka punya buku-buku, mereka punya partai-partai. Semuanya itu biasanya dapatlah menjamin suara terbanyak bagi borjuis di dalam parlemen. Semuanya itu menjamin bahwa biasanya utusan-utusan rakyat jelata kalah suara. Kedua, kalaupun rakyat jelata bisa menang suara, kalaupun rakyat jelata dapat merebut jumlah kursi yang terbanyak, maka toh tetap tak mungkin terjadi kesamarataan ekonomi itu. Sejarah parlemen democratie sudah beberapa kali mengalami kejadian arbeidersmeerderheid. Misalnya, dulu di Inggeris pernah terjadi di bawah pimpinan Ramsay Mc Donald. Akan tetapi, dapatkah waktu itu dilangsungkan kesamarataan ekonomi?
Ya, demokrasi politik itu hanya bau-baunya, bukan?
Di negeri-negeri modern benar ada parlemen, benar ada ‘tempat perwakilan rakyat’, benar rakyat namanya ‘boleh ikut memerintah’, tetapi ach, kaum borjuis lebih kaya daripada rakyat jelata. Mereka dengan harta kekayaannya, dengan surat-surat kabarnya, dengan buku-bukunya, dengan midrasah-midrasahnya, dengan propagandis-propagandisnya, dengan bioskop-bioskopnya, dengan segala alat-alat kekuasaannya bisa mempengaruhi semua akal pikiran kaum pemilih, mempengaruhi semua aktivitas politik. Mereka, misalnya, membikin ‘kemerdekaan pers’ bagi rakyat jelata menjadi suatu omongan kosong belaka. Mereka menyulap ‘kemerdekaan pikiran’ bagi rakyat jelata menjadi suatu ikatan pikiran. Mereka memperkosa ‘kemerdekaan berserikat’ menjadi suatu kedustaan publik. Mereka punya kemauan menjadi wet, mereka punya politik menjadi politiknya staat, mereka punya perang menjadi peperangannya ‘negeri’. Oleh karena itu, benar sekali perkataan Caillaux bahwa kini Eropa dan Amerika di bawah kekuasaan feodalisme baru.
Akan tetapi, kini kekuasaan feodal itu tidak digenggam oleh kaum tanah sebagaimana sediakala. Kini ia digenggam oleh perserikatan-perserikatan industri yang selamanya bisa mendesakkan kemauannya terhadap kepada staat.’
Benar sekali juga perkataan de Brouckere bahwa ‘demokrasi’ sekarang itu sebenarnya adalah suatu alat kapitalisme, suatu kapitalistische instelling, suatu kedok bagi dictatuur van het kapitalisme! ‘Demokrasi’ yang demikian itu harus kita lemparkan ke dalam samudera, jauh dari angan-angan dan keinginan massa.”
Sekarang mari kita lihat bagaimana ujung demokrasi pada waktu ini. Tak salah jika kita melihat demokrasi di AS karena negeri ini dianggap paling demokratis dan selalu mendesakkan keinginannya kepada setiap negara untuk mencontoh cara-cara hidupanya.
Sejarah sudah mencatat bahwa pengusahalah yang sebenarnya bermain dan kemudian menarik keuntungan. Para pengusaha itu bisa memelihara orang di dalam kekuasaan atau langsung masuk sendiri di dalam kekuasaan. Ternyata, saat ini pun sama saja. Itu bisa dilihat dari para penguasa Amerika yang ternyata terdiri atas para pengusaha yang menggunakan wewenangnya untuk kepentingan para pengusaha, baik untuk dirinya sendiri, teman-temannya, maupun industri-industri yang mendukung tegaknya kekuasaan. Perhatikan bahwa Dick Cheney, sebelum menjadi wakil prersiden, adalah CEO Halliburton yang berbasis di Dallas, Texas. Condoleezza Rice adalah Direktur Chevron antara 1991-2001. Donald Rumsfeld adalah direktur non-eksekutif perusahaan ABB, sebuah perusahaan enginering raksasa yang berbasis di Zurich antara 1990-2001. Presiden Bush Senior pernah mendirikan perusahaan minyak bernama Zapata Oil yang berkedudukan di New York pada 1953. Sampai 1966, Bush Tua menjadi presidenZapata Off-Shore. Presiden Bush Junior juga belepotan dengan minyak. Di Texas ia mendirikan perusahaan minyak kecil-kecilan, dinamakan Arbusto Energy (arbusto dalam bahasa Spanyol berarti bush/semak belukar). Dalam perjalanan selanjutnya, ia bergabung dengan Harken Energy Corporation. Ketika Harken kedodoran, sebagian besar sahamnya dijual ke pialang Saudi, Shaikh Abdullah Bakhsh. Bush kemudian menjual sahamnya sebesar satu juta dolar sebelum masuk pilihan gubernur di Texas (Amien Rais : 2008).
Bukan mereka saja yang berlatar belakang pengusaha. Banyak juga yang lainnya. Agar kehidupan demokrasinya langgeng, mereka meluaskan operasi usahanya ke negara-negara lain, lalu berkolaborasi dengan pemimpin negara lain untuk merampok kekayaan alam negara yang diincarnya. Hasil rampokan itulah yang kemudian dinikmati oleh negara besar itu di samping tentunya mereka sendiri memiliki sumber daya alam yang besar.
Seorang politisi terkemuka Zimbabwe pernah berujar, “Di gedung PBB bolehlah berkibar bendera warna-warni dengan rupa-rupa negara dan ideologi, tetapi sebenarnya yang berkibar adalah perusahaan-perusahaan transnasional. Semuanya hanyalah bisnis.”
Dari paparan di atas, ternyata tetap saja dari dulu sampai sekarang demokrasi itu hakikatnya adalah dari pengusaha oleh pengusaha untuk pengusaha, bukan dari rakyat oleh rakyat untuk rakyat. Rakyat hanyalah data angka statistik yang kerap dimainkan untuk ditipu agar sistem politik yang menguntungkan para pengusaha itu tetap langgeng.
Mari kita perhatikan dimulainya demokrasi modern akibat revolusi industri di Perancis. Perancis disebut-sebut sebagai negeri peletak awal demokrasi modern. Dulu Perancis dikuasai oleh pemerintahan otokrasi. Raja adalah wakil Tuhan. Bentengnya adalah para bangsawan dan penghulu agama (bukan Islam!). Raja, bangsawan, dan pemimpin agama itu disebut masyarakat feodal.
Dalam perkembangan sejarahnya, timbul golongan masyarakat baru, yaitu golongan pengusaha. Mereka punya banyak perusahaan, industri, dan karyawan. Agar perusahaannya lebih untung, mereka harus memiliki kekuasaan dalam pemerintahan. Mereka memang yang paling tahu aturan-aturan dan undang-undang yang bisa menguntungkan usahanya, bukan raja, bangsawan, ataupun pendeta.
Para pengusaha merasa tidak bebas, tertekan oleh pemerintahan feodal. Hanya golongan pemerintah yang untung. Mereka tidak bisa mengembangkan usahanya ke tingkat maksimal. Akhirnya, mereka sepakat untuk merebut kekuasaan. Akan tetapi, mereka tak memiliki kekuatan untuk menjatuhkan pemerintahan.
Setelah berpikir, mereka pun memutuskan untuk menggunakan rakyat jelata sebagai senjatanya. Rakyat pun dipengaruhi, ditipu, dikaburkan pemikirannya, diajak bergerak. Mereka membohongi rakyat agar mau bergerak untuk mewujudkan liberte, fraternite, egalite (kebebasan, persamaan, persaudaraan). Rakyat pun bergerak karena memang pemerintahan feodal itu benar-benar menyengsarakan. Kaum pengusaha berhasil membuat rakyat menjadi alat perangnya.
Revolusi pun berhasil, menang. Raja hancur, bangsawan minggir, para pendeta tersungkur. Para pengusaha menang. Selanjutnya, dibentuklah sistem pemerintahan demokrasi. Setiap orang bisa memilih, bisa menjatuhkan menteri, bisa rapat berkumpul seperti rapat para raja, dan rakyat ikut bersuara dalam pemerintahan. Akan tetapi, pada saat yang sama pula rakyat dengan mudah di-PHK, ditindas, diberi upah kecil, dibeli paksa tempat tinggalnya, hasil produksi rumahannya ditolak oleh pengusaha, dipersulit dengan bunga pinjaman mencekik, tak jelas apa yang bisa dimakan esok hari. Hal itu disebabkan rakyat yang telah digunakan berperang itu tidak memiliki bagian dalam menentukan aturan-aturan perusahaan. Mereka yang duduk di parlemen adalah orang-orang yang dekat dengan para pengusaha atau pengusahanya itu sendiri. Tentunya, pasti aturan-aturan yang dibuat adalah untuk kepentingan pengusaha, bukan untuk rakyat. Rakyat tetap menderita. Jadilah negeri itu kapitalistis.
Semboyan yang dulu digunakan adalah hanya teriakan kosong sebagai penyemangat. Setelah para pengusaha itu mendapatkan kekuasaan, semboyan itu ditinggalkannya, cuma tercatat dalam sejarah. Semboyan itu dipergunakan lagi apabila ada masalah pelik untuk dijadikan alasan dusta mengukuhkan kepentingannya sendiri.
Dari sejarah demokrasi modern, jelas sekali bahwa yang punya banyak peranan adalah para pengusaha. Oleh sebab itu, yang beruntung ya pengusaha juga.
Soekarno pun mewanti-wanti masalah demokrasi ini.
“Perbaikan nasib ini hanyalah bisa datang seratus prosen bilamana di masyarakat sudah tidak ada kapitalisme dan imperialisme. Hal itu disebabkan stelsel inilah yang menjadi kemadean tumbuh di atas tubuh kita, hidup dan subur dari kita, hidup dan subur dari tenaga kita, rezeki kita, zat-zat masyarakat kita.
Orang akan menanya, kenapa tidak cukup dengan parlemen? Tidakkah dapat terkabul semua kehendak rakyat jelata di dalam parlemen setelah dapat merebut jumlah kursi yang terbanyak? Tidakkah rakyat dapat meneruskan semua ia punya kehendak ekonomi asal saja suaranya di dalam parlemen sudah lebih dari separo?
Pembaca, di dalam praktiknya, parlemen, nyatalah hal yang demikian itu tak dapat terjadi. Pertama, oleh karena biasanya kaum borjuislah yang mendapat lebih banyak kursi. Mereka, kaum borjuis itu, banyak alat propagandanya. Mereka punya surat-surat kabar, mereka punya radio-radio, mereka punya bioskop-bioskop, mereka punya sekolah-sekolah, mereka punya gereja-gereja, mereka punya buku-buku, mereka punya partai-partai. Semuanya itu biasanya dapatlah menjamin suara terbanyak bagi borjuis di dalam parlemen. Semuanya itu menjamin bahwa biasanya utusan-utusan rakyat jelata kalah suara. Kedua, kalaupun rakyat jelata bisa menang suara, kalaupun rakyat jelata dapat merebut jumlah kursi yang terbanyak, maka toh tetap tak mungkin terjadi kesamarataan ekonomi itu. Sejarah parlemen democratie sudah beberapa kali mengalami kejadian arbeidersmeerderheid. Misalnya, dulu di Inggeris pernah terjadi di bawah pimpinan Ramsay Mc Donald. Akan tetapi, dapatkah waktu itu dilangsungkan kesamarataan ekonomi?
Ya, demokrasi politik itu hanya bau-baunya, bukan?
Di negeri-negeri modern benar ada parlemen, benar ada ‘tempat perwakilan rakyat’, benar rakyat namanya ‘boleh ikut memerintah’, tetapi ach, kaum borjuis lebih kaya daripada rakyat jelata. Mereka dengan harta kekayaannya, dengan surat-surat kabarnya, dengan buku-bukunya, dengan midrasah-midrasahnya, dengan propagandis-propagandisnya, dengan bioskop-bioskopnya, dengan segala alat-alat kekuasaannya bisa mempengaruhi semua akal pikiran kaum pemilih, mempengaruhi semua aktivitas politik. Mereka, misalnya, membikin ‘kemerdekaan pers’ bagi rakyat jelata menjadi suatu omongan kosong belaka. Mereka menyulap ‘kemerdekaan pikiran’ bagi rakyat jelata menjadi suatu ikatan pikiran. Mereka memperkosa ‘kemerdekaan berserikat’ menjadi suatu kedustaan publik. Mereka punya kemauan menjadi wet, mereka punya politik menjadi politiknya staat, mereka punya perang menjadi peperangannya ‘negeri’. Oleh karena itu, benar sekali perkataan Caillaux bahwa kini Eropa dan Amerika di bawah kekuasaan feodalisme baru.
Akan tetapi, kini kekuasaan feodal itu tidak digenggam oleh kaum tanah sebagaimana sediakala. Kini ia digenggam oleh perserikatan-perserikatan industri yang selamanya bisa mendesakkan kemauannya terhadap kepada staat.’
Benar sekali juga perkataan de Brouckere bahwa ‘demokrasi’ sekarang itu sebenarnya adalah suatu alat kapitalisme, suatu kapitalistische instelling, suatu kedok bagi dictatuur van het kapitalisme! ‘Demokrasi’ yang demikian itu harus kita lemparkan ke dalam samudera, jauh dari angan-angan dan keinginan massa.”
Sekarang mari kita lihat bagaimana ujung demokrasi pada waktu ini. Tak salah jika kita melihat demokrasi di AS karena negeri ini dianggap paling demokratis dan selalu mendesakkan keinginannya kepada setiap negara untuk mencontoh cara-cara hidupanya.
Sejarah sudah mencatat bahwa pengusahalah yang sebenarnya bermain dan kemudian menarik keuntungan. Para pengusaha itu bisa memelihara orang di dalam kekuasaan atau langsung masuk sendiri di dalam kekuasaan. Ternyata, saat ini pun sama saja. Itu bisa dilihat dari para penguasa Amerika yang ternyata terdiri atas para pengusaha yang menggunakan wewenangnya untuk kepentingan para pengusaha, baik untuk dirinya sendiri, teman-temannya, maupun industri-industri yang mendukung tegaknya kekuasaan. Perhatikan bahwa Dick Cheney, sebelum menjadi wakil prersiden, adalah CEO Halliburton yang berbasis di Dallas, Texas. Condoleezza Rice adalah Direktur Chevron antara 1991-2001. Donald Rumsfeld adalah direktur non-eksekutif perusahaan ABB, sebuah perusahaan enginering raksasa yang berbasis di Zurich antara 1990-2001. Presiden Bush Senior pernah mendirikan perusahaan minyak bernama Zapata Oil yang berkedudukan di New York pada 1953. Sampai 1966, Bush Tua menjadi presidenZapata Off-Shore. Presiden Bush Junior juga belepotan dengan minyak. Di Texas ia mendirikan perusahaan minyak kecil-kecilan, dinamakan Arbusto Energy (arbusto dalam bahasa Spanyol berarti bush/semak belukar). Dalam perjalanan selanjutnya, ia bergabung dengan Harken Energy Corporation. Ketika Harken kedodoran, sebagian besar sahamnya dijual ke pialang Saudi, Shaikh Abdullah Bakhsh. Bush kemudian menjual sahamnya sebesar satu juta dolar sebelum masuk pilihan gubernur di Texas (Amien Rais : 2008).
Bukan mereka saja yang berlatar belakang pengusaha. Banyak juga yang lainnya. Agar kehidupan demokrasinya langgeng, mereka meluaskan operasi usahanya ke negara-negara lain, lalu berkolaborasi dengan pemimpin negara lain untuk merampok kekayaan alam negara yang diincarnya. Hasil rampokan itulah yang kemudian dinikmati oleh negara besar itu di samping tentunya mereka sendiri memiliki sumber daya alam yang besar.
Seorang politisi terkemuka Zimbabwe pernah berujar, “Di gedung PBB bolehlah berkibar bendera warna-warni dengan rupa-rupa negara dan ideologi, tetapi sebenarnya yang berkibar adalah perusahaan-perusahaan transnasional. Semuanya hanyalah bisnis.”
Dari paparan di atas, ternyata tetap saja dari dulu sampai sekarang demokrasi itu hakikatnya adalah dari pengusaha oleh pengusaha untuk pengusaha, bukan dari rakyat oleh rakyat untuk rakyat. Rakyat hanyalah data angka statistik yang kerap dimainkan untuk ditipu agar sistem politik yang menguntungkan para pengusaha itu tetap langgeng.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar