Uji Coba Kapal Induk China Sukses
http://internasional.kompas.com/read/2011/05/09/00201151/Bertemu.Kapal.Induk.AS.Sebelum.DirompakEgidius Patnistik | Senin, 15 Agustus 2011 | 11:56 WIB
AP Photo/Kyodo News
BEIJING, KOMPAS.com -
Kapal induk pertama China kembali ke pelabuhan setelah menyelesaikan dengan "mulus" uji coba yang dirancang untuk menguji kemampuan kapal itu, lapor kantor berita remsi Xinhua, Senin (15/8/2011).
Petinggi Militer China Kunjungi Israel
BEIJING, KOMPAS.com.com-
Senin, 15 Agustus 2011 | 09:36 WIB
http://internasional.kompas.com/read/2011/08/15/09361628/Petinggi.Militer.China.Kunjungi.Israel
AP
Kepala Staf Militer China, General Chen Bingde, Minggu, bertemu dengan mitranya dari Israel, Jenderal Benny Gantz
Kapal induk pertama milik China telah mengakhiri uji pelayaran perdananya, Minggu (14/8/2011) kemari. Sebagian kawasan pelabuhan Dalian di China timur laut ditutup untuk menyambut kedatangan kapal induk sepanjang 300 meter itu.
Pelayaran perdana itu memicu kekhawatiran baru di kawasan terhadap arah dan tujuan pembangunan pesat kekuatan militer China, dan langsung menuai reaksi. Pada hari yang sama dengan pelayaran perdana kapal induk itu, Taiwan memamerkan rudal Hsiung Feng III yang diklaim dirancang khusus untuk "membunuh" kapal induk.
Demikian dilaporkan kantor berita Chinese News Service, Minggu. Kapal induk eks-Uni Soviet yang dibangun ulang oleh China itu mulai berlayar untuk pertama kalinya, Rabu pekan lalu, dan menjalankan uji pelayaran untuk mengetes berbagai fungsi dasar kapal, seperti mesin dan sistem kendali.
Raksasa Asia lainnya, Jepang, mempertanyakan niat China mengembangkan kapal induk. Hari Jumat, Menteri Pertahanan Jepang Toshimi Kitazawa meminta China menjelaskan mengapa negara itu membutuhkan kapal induk untuk melengkapi angkatan bersenjatanya.
"Kapal induk sangat mudah digerakkan dan bersifat ofensif. Kami ingin China menjelaskan mengapa mereka membutuhkan kapal induk. Ini jelas akan membawa pengaruh besar di kawasan," tandas Kitazawa.
Pada hari yang sama kapal induk China ini kembali ke galangannya di Dalian, kapal induk AS USS George Washington mengunjungi Vietnam, salah satu negara yang berseteru dengan China dalam memperebutkan Kepulauan Spratly di Laut China Selatan.
China sendiri telah berulang kali menegaskan, kapal induk itu hanya akan digunakan sebagai ajang latihan dan riset untuk membangun kapal induk sendiri di masa depan. Negara kekuatan ekonomi terbesar kedua di dunia itu juga menegaskan, seluruh pembangunan kekuatan militernya bersifat defensif, bukan untuk mengganggu atau menyerang negara lain.
JERUSALEM, KOMPAS.com -
Kepala Staf Militer China, Jenderal Chen Bingde, Minggu (14/8/2011), bertemu dengan mitranya dari Israel, Jenderal Benny Gantz dan Menteri Pertahanan Ehud Barak di Tel Aviv. Sebuah pernyataan dari kementerian pertahanan Israel menyebutkan, "Menteri Pertahanan dan Kepala Staf Militer China membahas situasi di wilayah itu, hubungan-hubungan dengan Otoritas Palestina dan situasi di Pakistan dan Iran, serta perang melawan terorisme global."
Juni lalu Ehud Barak melakukan kunjungan yang langka ke Beijing. Saat itu Barak berbicara dengan para pemimpin China. Kunjungan itu atas undangan mitranya dari China, Liang Guanglie.Seorang jurubicara militer Israel sebelumnya menyatakan, selama perjalanannya, Chen akan bertemu dengan para pejabat keamanan senior dan menghadiri brifing strategis dan keamanan, mengunjungi IDF Urban Warfare Training Centre, dan mengamati pelatihan pasukan IDF (pasukan pertahanan Israel). Radio militer Israel menggambarkan kunjungan itu sebagai 'bersejarah". Namun militer Israel menolak untuk mengatakan berapa lama Chen akan berada di negara itu.
Kerjasama pertahanan antara kedua negara sempat mandeg setelah dua kali intervensi AS yang menggangalkan perjanjian perdagangan senjata antara Israel dengan China. Pertama terkait penjualan pesawat mata-mata canggih Phalcon pada tahun 2000. Kedua pada kasus pembelian suku cadang untuk pembangunan pesawat pengintai tanpa awak Israel, Harpy, lima tahun kemudian.
Kunjungan Chen terjadi saat Israel tengah berusaha untuk meyakinkan masyarakat internasional agar menentang upaya Palestina mendapat pengakuan PBB di Majelis Umum PBB pada bulan September. Di masa lalau, Israel juga mencari dukungan China, salah satu anggota kunci di Dewan Keamanan PBB, untuk memberikan tindakan lebih keras terhadap program nuklir Iran yang kontroversial.
JERUSALEM, KOMPAS.com -
Kepala Staf Militer China, Jenderal Chen Bingde, Minggu (14/8/2011), bertemu dengan mitranya dari Israel, Jenderal Benny Gantz dan Menteri Pertahanan Ehud Barak di Tel Aviv. Sebuah pernyataan dari kementerian pertahanan Israel menyebutkan, "Menteri Pertahanan dan Kepala Staf Militer China membahas situasi di wilayah itu, hubungan-hubungan dengan Otoritas Palestina dan situasi di Pakistan dan Iran, serta perang melawan terorisme global."
Juni lalu Ehud Barak melakukan kunjungan yang langka ke Beijing. Saat itu Barak berbicara dengan para pemimpin China. Kunjungan itu atas undangan mitranya dari China, Liang Guanglie.Seorang jurubicara militer Israel sebelumnya menyatakan, selama perjalanannya, Chen akan bertemu dengan para pejabat keamanan senior dan menghadiri brifing strategis dan keamanan, mengunjungi IDF Urban Warfare Training Centre, dan mengamati pelatihan pasukan IDF (pasukan pertahanan Israel). Radio militer Israel menggambarkan kunjungan itu sebagai 'bersejarah". Namun militer Israel menolak untuk mengatakan berapa lama Chen akan berada di negara itu.
Kerjasama pertahanan antara kedua negara sempat mandeg setelah dua kali intervensi AS yang menggangalkan perjanjian perdagangan senjata antara Israel dengan China. Pertama terkait penjualan pesawat mata-mata canggih Phalcon pada tahun 2000. Kedua pada kasus pembelian suku cadang untuk pembangunan pesawat pengintai tanpa awak Israel, Harpy, lima tahun kemudian.
Kunjungan Chen terjadi saat Israel tengah berusaha untuk meyakinkan masyarakat internasional agar menentang upaya Palestina mendapat pengakuan PBB di Majelis Umum PBB pada bulan September. Di masa lalau, Israel juga mencari dukungan China, salah satu anggota kunci di Dewan Keamanan PBB, untuk memberikan tindakan lebih keras terhadap program nuklir Iran yang kontroversial.
LOMBA SENJATA
Jumat, 12 Agustus 2011 | 02:36 WIB
Rudal hasil rancang bangun asli Taiwan itu sebenarnya sudah dua kali ditampilkan di hadapan masyarakat umum sebelum ini dan dilaporkan sudah dioperasikan di kapal-kapal fregat kelas Perry milik Taiwan. Namun, selama ini rudal tersebut tak pernah diklaim sebagai pembunuh kapal induk. Pasokan senjata (AP/*/DHF)
| Minggu, 14 Agustus 2011 | 15:42 WIB
http://internasional.kompas.com/read/2011/08/14/15422779/AS.Balik.Unjuk.Gigi
Pameran sekaligus "unjuk gigi" itu digelar Amerika Serikat (AS) kurang dari seminggu, setelah China meluncurkan kapal induk terbarunya.
Taipei, Rabu - Pada hari yang sama dengan uji pelayaran perdana kapal induk pertama milik China, Taiwan juga memamerkan rudal yang diklaim sebagai ”pembunuh kapal induk” di Taipei, Rabu (10/8).
Rudal hasil rancang bangun asli Taiwan itu sebenarnya sudah dua kali ditampilkan di hadapan masyarakat umum sebelum ini dan dilaporkan sudah dioperasikan di kapal-kapal fregat kelas Perry milik Taiwan. Namun, selama ini rudal tersebut tak pernah diklaim sebagai pembunuh kapal induk.
Rudal bernama Hsiung Feng III tersebut dipajang di sebuah pameran teknologi pertahanan. Rudal sepanjang sekitar 6 meter dengan warna hijau-putih ini dipajang dengan latar belakang poster besar yang menggambarkan kapal induk mirip Varyag yang dibeli China dalam keadaan terbakar hebat terkena hantaman misil-misil ini.
Meski memiliki pemerintahan sendiri, Taiwan sampai saat ini masih diklaim sebagai salah satu bagian dari China. China mengancam, apabila Taiwan memproklamasikan kemerdekaannya, negara kekuatan ekonomi terbesar kedua di dunia itu tak akan segan-segan menggunakan kekuatan militer untuk merebut kembali Taiwan.
Selain berusaha mengembangkan industri senjatanya sendiri untuk mempertahankan diri dari China, Taiwan selama ini juga mengandalkan perlindungan dan pasokan senjata dari Amerika Serikat.
Salah satu persenjataan yang sudah lama dipesan oleh Taiwan adalah pesawat tempur F-16C/D. Namun, seiring dengan meningkatnya hubungan ekonomi antara AS dan China, sampai saat ini AS belum menyetujui penjualan pesawat tersebut ke Taiwan.
Dalam siaran pers yang diedarkan Divisi Informasi Pers Kantor Perdagangan dan Ekonomi Taipei di Jakarta, Rabu, Deputi Menteri Pertahanan Taiwan Andrew Yang mengatakan, penjualan pesawat tempur F-16 tersebut ke Taiwan adalah satu-satunya cara untuk melindungi kepentingan AS di Asia Pasifik.
”Jika AS ingin menghindari konflik di Selat Taiwan, (satu-satunya jalan) hanya dengan cara menjual pesawat tempur F-16C/D dan senjata canggih lainnya ke Taiwan. Karena apabila Taiwan kehilangan kemampuan pertahanan diri, tentunya hal ini akan berdampak terhadap perdamaian dan stabilitas di Asia Pasifik,” tutur Yang.
Menurut Yang, apabila China menggunakan kekuatan militernya untuk menguasai Taiwan, China otomatis akan memasuki Laut China Timur dan Laut China Selatan. ”Hal ini akan melukai kepentingan AS di Asia Pasifik,” ujar Yang.
Taiwan telah memesan tak kurang dari 66 pesawat F-16C/D (versi yang lebih canggih dari F-16A/B) ke AS dan masih menunggu jawaban AS hingga 1 Oktober mendatang.
Menurut Yang, meski akan membuat China marah, penjualan armada pesawat tersebut ke Taiwan tak akan berpengaruh besar terhadap hubungan AS-China. ”Apabila AS memutuskan menjual senjata tersebut (ke Taiwan), pasti akan menimbulkan reaksi kemarahan dari China karena dalam 30 tahun terakhir ini penjualan senjata AS ke Taiwan dianggap melanggar urusan dalam negeri China. Namun, penjualan itu tidak akan berpengaruh besar terhadap hubungan AS dan China, kedua pihak akan tetap mempertimbangkan kepentingan bersama,” kata Yang.
Kapal Induk
AS Balik Unjuk Gigi
KAPAL USS GEORGE WASHINGTON, KOMPAS.com -
Seolah tak mau kalah gertak, Angkatan Perang Amerika Serikat memamerkan "isi perut teknologi" dan kemampuan persenjataan salah satu kapal induk berpenggerak nuklir andalan mereka, USS George Washington, Minggu (14/8/2011).
Pameran sekaligus "unjuk gigi" itu digelar Amerika Serikat (AS) kurang dari seminggu, setelah China meluncurkan kapal induk terbarunya.
Kapal induk itu menuju ke negara bekas musuhnya, Vietnam, yang sekaligus juga salah satu negara sengketa di kawasan rebutan Laut China Selatan.
Tur gratis diikuti sejumlah delegasi Angkatan Bersenjata Vietnam dan beberapa pejabat pemerintahnya. Kapal induk itu memang tengah berlabuh di pantai selatan negara itu. Kunjungan kapal induk bertenaga nuklir ini adalah yang kedua kalinya, sekaligus menunjukkan hubungan militer antarkedua negara yang berjalan dengan baik dan hangat.
Namun tak bisa dipungkiri, kunjungan USS George Washington kali ini bukannya tanpa maksud, menyusul semakin memanasnya hubungan antarsejumlah negara pengklaim di kawasan Asia Tenggara itu dengan China.
Seperti diwartakan, China mengklaim seluruh kawasan Laut China Selatan sebagai milik dan daerah kekuasaannya. Klaim itu memicu kemarahanan lima negara, empat di antaranya anggota ASEAN yakni Taiwan, Malaysia, Brunei Darussalam, Filipina, dan Vietnam.
Kemarahan selama ini juga diwarnai dan dipicu sejumlah insiden yang melibatkan kapal-kapal China, baik sipil maupun Angkatan Laut.
Di Vietnam, kemarahan rakyatnya diwujudkan dalam beberapa kali unjuk rasa di depan kedutaan besar China. Padahal unjuk rasa adalah suatu kegiatan politik yang jarang dilakukan di negeri otoriter komunis itu.
Pada Rabu kemarin, China meluncurkan kapal induk pertamanya dalam uji coba pelayaran. Kapal itu awalnya bekas kapal induk salah satu negara mantan Uni Soviet, yang dibeli dan dibangun kembali oleh China.
Bukan tidak mungkin China juga masih akan membangun kapal sejenis pada masa mendatang, apalagi mereka sangat tertutup dalam mengungkap besaran belanja pertahanan mereka selama ini. (AP/DWA)
SEOUL, KOMPAS.com -
http://internasional.kompas.com/read/2010/07/19/14334540/Kapal.Induk.AS.Merapat.ke.KorselSebuah kapal induk Amerika Serikat (AS) dan tiga kapal perusak akan mengunjungi Korea Selatan pekan ini menjelang latihan angkatan laut gabungan untuk menghadapi Korea Utara setelah tenggelamnya sebuah kapal perang Seoul.
Tiga kapal perusak dari kelompok tempur kapal induk itu, termasuk USS McCampbell, juga akan mengunjungi pelabuhan-pelabuhan Korsel pada hari yang sama. "Kedatangan kami di sini adalah satu bukti kekuatan aliansi kami dan kesiapan kami yang tetap untuk mempertahankan Korsea Selatan," kata perwira komandan kapal induk AS itu, David Lausman, dalam sebuah pernyataan.
Para pejabat, Senin (19/7), mengatakan, kapal induk USS George Washington yang berbobot mati 97.000 ton, yang berpangkalan di Yokosuka, Jepang akan tiba di kota pelabuhan Busan, Rabu, untuk persinggahan lima hari.
Seoul dan Washington akan melakukan latihan perang bulan ini untuk menghadapi Korea Utara (Korut). Rincian-rincian menyangkut latihan gabungan yang telah direncanakan itu akan diumumkan pekan ini apabila Menteri Pertahanan AS Robert Gates dan Menlu Hillary Clinton mengunjungi Seoul.
Mereka akan melakukan perundingan dengan sejawat-sejawat mereka Rabu utuk menunjukkan solidaritas di tengah-tengah ketegangan dengan Korut menyangkut tenggelamnya sebuah kapal perang Korea Selatan, Cheonon, pada Maret lalu. Korsel dan AS sekutunya, yang mengutip hasil penyelidikan satu tim internasional, menuduh Korut mentorpedo kapal perang itu yang menewaskan 46 pelautnya.
Korut membantah terlibat dalam insiden itu dan mengatakan sebuah pernyataan Dewan Keamanan PBB pada 9 Juli-- yang mengecam serangan itu tanpa menyebut nama pelakunya, tidak benar.
DEPOK, KOMPAS.com -
Mualim MV Sinar Kudus
Bertemu Kapal Induk AS Sebelum Dirompak
Pelajaran apa yang bisa dipetik dari pembebasan awak kapal MV Sinar Kudus? Hari Suhairi (30), mualim 3 MV Sinar Kudus meminta agar negara-negara di dunia bersatu melawan perompakan. Alasannya, perompakan di wilayah perairan Somalia sudah bertahun-tahun terjadi.
Kami sempat bersimpangan dengan kapal induk milik Amerika Serikat. Ada pesawat yang juga melintas di atas kami, tetapi mereka diam saja.
-- Hari Suhairi 30, mualim 3 MV Sinar Kudus
"Perompakan di Somalia tidak lepas dari kondisi negara tersebut yang kacau. Pemerintahan tidak kuat dan banyak pengangguran. Sementara sekitar perairan Somalia menjadi jalur pelayaran internasional," kata Hari saat ditemui di rumahnya di Depok, Jawa Barat, Minggu (8/5/2011) malam.
Padahal, sekitar perairan Somalia menjadi jalur perdagangan dunia. Hari menduga ada yang memelihara untuk memancing di air keruh.
Gangguan keamanan di wilayah ini meluas. Tidak hanya masuk ke wilayah Perairan Somalia, melainkan juga perairan internasional. MV Sinar Kudus contohnya, kapal ini dicegat perompak di perairan internasinal Laut Arab, sekitar 60 mil dari batas Perairan Somalia.
"Kami sudah di luar daerah rawan di antara Teluk Eden dan Pulau Suqutra. Namun tetap saja mengalami perompakan," kata Hari. Menurutnya, aneh jika negara-negara di dunia tidak bisa melawan perompakan.
Perompakan, katanya, sama halnya dengan tindak teror yang harus dilawan. Sayangnya hal ini belum menjadi semangat bersama di laut. Dia mengisahkan pengalaman awak MV Sinar Kudus, sebelum melewati Perairan Somalia.
Saat itu, awak kapal melaporkan perjalanannya ke UKMTO (United Kingdom Maritime Trade Operations). Laporan ini dimaksudkan agar dunia internasional mengetahui perjalanan MV Sinar Kudus.
Namun ketika terjadi perompakan, tidak ada respons dari organisasi maritim Inggris itu. Begitu pun ketika MV Sinar Kudus sesaat dikuasai perompak. "Kami sempat bersimpangan dengan kapal induk milik Amerika Serikat. Ada pesawat yang juga melintas di atas kami, tetapi mereka diam saja," katanya sambil terheran.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar