In picture: Pink Lake in western Australia
Pink
Lake in western Australia
Lake Hillier or Pink Lake is
a salt lake in the Goldfields-Esperance region of Western Australia. It lies about 3
kilometers west of Esperance and is bounded to the East by the South Coast Highway
http://en.alalam.ir/news/1596560
- See more at:
http://en.alalam.ir/news/1596560#sthash.ZhpGDWSA.dpuf
Bank BRIC vs Bank Dunia:
http://www.islamtimes.org/vdcefo8wvjh8ewi.rabj.html
Sekelompok negara-negara berkembang telah membuka sebuah bank pembangunan baru (BRICS) yang berusaha menghancurkan monopoli keuangan yang dipegang oleh lembaga-lembaga keuangan dukungan Barat.
Pravin Gordhan, Menteri Keuangan Afrika Selatan, pada hari Selasa (26/3/13) menambahkan bahwa pihaknya telah membuat kemajuan sangat baik dengan membentuk sebuah bank dunia baru yang bergerak di bidang pembangunan.
Para menteri keuangan Brazil, Rusia, India, Cina (BRICS) dan Afrika Selatan telah bertemu di Durban, Afrika Selatan untuk menghadiri KTT BRICS kelima pekan ini.
"Belum lama ini kita membahas tentang pembentukan sebuah bank di bidang pembangunan. Hari ini kita siap untuk memulainya," kata Presiden Afrika Selatan Jacob Zuma, hari Senin (25/3/13).
Bank BRIC akan menyajikan solusi alternatif untuk sistem perbankan global yang selama ini didominasi Barat. Perbankan Barat itu terdiri dari lembaga-lembaga seperti Bretton Woods (Bank Dunia) dan International Monetery Fund (Dana Moneter Internasional).
Bank baru itu akan memberi cadangan valuta asing kolektif untuk membiayai proyek-proyek pembangunan di negara-negara berkembang dan negara miskin.
Berdasarkan kesepakatan itu, dua kelompok ekonomi baru yang cukup besar (Cina dan Brazil) setuju untuk menghapus dolar AS dari setengah perdagangan mereka.
Kelima negara itu akan menyumbang hingga 10 miliar dolar dalam peluncuran bank pembangunan baru itu.
Bank itu akan beroperasi dengan mata uang nasional dan tidak akan menggunakan mata uang tunggal dalam transaksi perdagangan bilateral dan multilateral.
Anggota BRICS mengatakan bahwa lembaga-lembaga seperti Bank Dunia, IMF dan Dewan Keamanan PBB tidak bertindak efektif dalam menangani masalah-masalah ekonomi global.
Negara-negara BRICS merupakan 40 % lebih dari populasi dunia dan menyumbang lebih dari 25 % persen dari produk domestik bruto dunia.[IT/r]
Pilpres Mesir dan "Permainan" Militer
Hasil
perhitungan cepat pemilu presiden Mesir di luar negeri menunjukkan
terbentangnya jalan bagi militer untuk menguasai puncak kekuasaan negeri
Piramida itu. Dilaporkan, El-Sisi meraih sekitar 90 persen suara dalam
penghitungan tersebut. Meskipun komisi pemilihan umum Mesir secara resmi
belum menyampaikan pengumuman mengenai hasil penghitungan pilpres di
luar negeri, namun kepingan puzzle politik menampilkan indikasi semakin
kuatnya kemenangan militer untuk menguasai tampuk kekuasaan Mesir.
Dijadwalkan pemilu presiden Mesir secara nasional akan digelar pada 26
dan 27 Mei mendatang. Sejumlah arus politik menilai pemilu ini sudah
direkayasa dan hasilnya sudah bisa ditebak sejak awal. Bahkan kemunculan
dua calon presiden dalam pilpres Mesir kali ini semakin mempertebal
indikasi tersebut.
Jenderal Abdul
Fatah El-Sisi punya kans besar untuk meraih suara terbanyak dalam pemilu
presiden Mesir. El Sisi bersaing dalam pilres dengan mengusung slogan
kepentingan nasional seperti upaya penyelamatan negara, menjaga keamanan
nasional, menggenjot pertumbuhan ekonomi dan memberantas kemiskinan.
Sementara itu, pesaingnya, Hamdin Sabahi mengusung slogan lain yang
tidak jauh berbeda dengan mengedepankan isu-isu nasionalisme.
Kini, pasca tergulingnya Mursi dari jabatannya sebagai presiden Mesir,
kubu militer semakin kuat meningkatkan cengkeramannya di tubuh kekuasaan
negeri Piramida itu. Selama beberapa dekade, militer telah menjadi
bagian penting dari struktur kekuasaan Mesir. Lebih dari setengah abad,
para jenderal militer juga memainkan peran besar dalam mengendalikan
roda perekonomian negara Afrika Utara itu.
Para analisis memandang kudeta terhadap Mursi juga dipengaruhi oleh
kepentingan ekonomi politik para pentolan militer Mesir yang mulai redup
ketika kubu Ikhwanul Muslimin sempat berkuasa sebentar. Kini, El-Sisi
hadir untuk mengembalikan seluruh harapan militer yang hampir punah
ketika Mursi berkuasa.
Poin
penting lainnya, Barat, terutama AS juga "merestui" rezim militer yang
berkuasa di Mesir. Sebab, sejak kudeta militer terhadap Mursi, AS dan
Uni Eropa tidak menyatakan penentangannya, bahkan faktanya mereka juga
memberikan dukungan terhadap pemerintah interim Mesir yang dikuasai
militer. Bantuan finansial negara-negara Barat terhadap pemerintah Kairo
dan dukungan terhadap El-Sisi dalam pilpres Mesir menunjukkan sambutan
hangat Barat terhadap berkuasanya kubu militer.
Selain itu, tidak kalah penting adalah dukungan negara-negara Arab
terutama Arab Saudi yang bersedia menggelontorkan dana besar-besaran
bagi kemenangan rezim militer Mesir.
Tampaknya, dukungan dua arus dari luar dan dalam semakin meneguhkan
indikasi akan terpilihnya El-Sisi dalam pemilu presiden Mesir. Naiknya
Sabahi sebagai capres jelas bukan rival yang kuat bagi jenderal Mesir
itu. Kampanye politik kubu El-Sisi sudah menyatakan kemenangannya
sebelum pemilu digelar di dalam negeri. Sudah bisa ditebak bagaimana
hasilnya nanti. Mungkin, inilah permainan militer Mesir.(IRIB
Indonesia/PH)
AS, Militer Mesir dan Israel
Beberapa
hari menjelang pemilu presiden Mesir, Martin Dempsey, Kepala Staf
Angkatan Bersenjata AS mengatakan bahwa masa depan hubungan militer
kedua negara dipengaruhi oleh sikap pemerintah baru Kairo. Dempsey di
Brussels baru-baru ini menegaskan, meski hubungan antara militer AS dan
Mesir masih tetap terjaga, tapi berhasil atau tidaknya pemerintahan
mendatang akan berpengaruh terhadap hubungan kedua belah pihak. Lalu
bagaimana sikap sebenarnya Washington terhadap Mesir. Apakah Mesir akan
kembali menjadi sekutu utama Washington di dunia atau tidak ?
Tampaknya, untuk menjawab pertanyaan tersebut perlu menelisik latar
belakang hubungan antara Washington-Kairo, dan juga Washington-Tel Aviv,
serta urgensinya dari sudut pandang hubungan Mesir dan AS. Mesir di era
Anwar Sadat dan Hosni Mubarak merupakan sekutu strategis AS di kawasan
Afrika Utara dan Timur Tengah. Selain itu, Mesir selama tiga dekade
terakhir senantiasa menjadi eksekutor kebijakan AS dalam berbagai isu
kawasan mengenai Palestina dan rezim Zionis.
Tapi, meletusnya revolusi rakyat Mesir dan naiknya Ikhwanul Muslim di
puncak kekuasaan telah mengubah wajah politik negeri Piramida itu.
Bahkan merevisi sikap Gedung Putih sendiri. Setidaknya, meskipun
mengungkapkan kekhawatiran terhadap situasi dan kondisi Mesir, tapi
Washington tidak memutuskan hubungan dengan Kairo di era pemerintahan
Mursi yang tidak berumur panjang. Kondisi tersebut terus berlangsung
selama dua tahun pasca revolusi rakyat, hingga akhirnya Mursi
digulingkan melalui kudeta militer.
Kemudian, AS bisa bernafas lega seiring terjadinya perubahan arus
politik di Mesir dengan tumbangnya Mursi dan Ikhwanul Muslimin, yang
disingkirkan dari dinamika politik negara Afrika Utara itu. Di
permukaan, AS menunjukkan sikapnya sebagai "negara kampium demokrasi"
dengan mengkritik pemerintahan transisi Mesir yang mengkudeta Mursi demi
mengecoh publik dunia. AS juga mengurangi bantuan militer tahunannya
kepada Kairo, yang memicu reaksi dari pemerintah Mesir. Bahkan,
pemerintah sementara Mesir mulai mempertimbangkan untuk melirik Rusia
yang menjadi rival AS.
Tapi
faktanya ketergantungan Mesir terhadap AS tidak bisa diputus begitu
saja. Washington pun ingin mengembalikan posisi Kairo sebagai sekutu
utama Gedung Putih di kawasan, sebagaimana di era rezim diktator Mubarak
sebelumnya.
Naiknya jenderal El-Sisi merupakan bagian
dari upaya Kairo menarik dukungan Washington. Selain rezim Zionis,
Mesir merupakan negara kedua yang paling besar mendapat bantuan militer
dari AS.
Setiap tahun Washington
menggelontorkan dana sekitar $1,3 milyar bagi militer Mesir. Kini
El-Sisi memiliki alasan untuk mendapatkan kembali bantuan itu dengan
dalih memberantas terorisme. Pada saat yang sama, Juru Bicara
kementerian Luar Negeri AS belum lama ini mengungkapkan bahwa Menlu AS,
John Kerry bermaksud untuk melanjutkan pemberian bantuan militer bagi
Mesir dan 10 helikopter Apache, Sebab Kairo telah menjaga hubungannya
dengan Washington dan memenuhi komitmennya mengenai Israel.(IRIB
Indonesia/PH)
Nasrallah: The pro-Israeli project against the Resistance is crumbling
The axis of resistance will achieve victory against its opponents in
Lebanon and in Syria, Hezbollah leader Hassan Nasrallah said in a speech
on Sunday.
“The project against the resistance is crumbling. The resistance axis
will achieve victory,” he told a cheering crowd in a televised speech.
“We pledge to all our leaders [...] our martyrs, our umma and our people
that we will stay in our perseverance and achieve victory.”
The speech, celebrating the fourteenth anniversary of the liberation
of South Lebanon from Israeli occupation, touched on the current
security and political situations in Syria, Lebanon and Israel.
Speaking of Hezbollah’s victory in 2000, when Israeli forces left
southern Lebanon after nearly two decades of occupation, Nasrallah said
the resistance group’s power of deterrence was responsible for
preventing major Israeli action in Lebanon.
“We gather here on the occasion of the victory on May 25, 2000.
Repercussions of this victory still exist on both sides of the front,”
he said. “This achievement is a Lebanese, Arab and Islamic achievement.”
“We respect the great sacrifices made by our people, and stress that
this achievement is a result of all these sacrifices,” he added. “This
victory did not come for free.”
“Deterrence is the only way to protect Lebanon and its resources,”
Nasrallah said. “The resistance is working day and night to develop this
deterrent capability.”
“There is no point where there will be 'enough' deterrent capability. Israel has one of the strongest armies in the world.”
While Nasrallah noted an increase in Israeli violations of Lebanese
sovereignty, as well as numerous incidents along the border involving
kidnappings of Lebanese shepherds and destruction of Lebanese property
and crops, he attributed it to Israeli fear.
“This is an expression of Israeli anger. Their entity is based on
humiliating and insulting. They can't stand seeing people across the
border living with their heads held high,” he said.
“Their army is more afraid than it causes fear,” he added. “We can
see how they rely on shields, unmanned vehicles. They are afraid to that
extent. Israeli leaders and its population are afraid of the readiness
of this resistance.”
“The resistance possesses the capability, the wisdom to prevent any realities the enemy wants to impose in the region.”
Switching to Syria, Nasrallah hailed its governments under both
presidents Hafez and Bashar al-Assad, saying Syria was “the heart of
Arabism” and one of the few steadfast opponents of Israel in the region.
“Syria was and still is the country that has the honor of not having any kind of ties with Israel,” he said.
The Hezbollah leader spoke of a recurrent “project” by Israel and its
international supporters to destroy the resistance axis - consisting of
Hezbollah, Syria and Iran - in the Middle East.
“The US and those who support them are sending weapons and political
cover to takfiris from all over the world and bringing them to Syria,”
he said. “They do so in order to destroy the resistance axis against
Israel.”
However, he claimed, the efforts to dismantle the Syrian regime have been unsuccessful.
“There is no doubt that the plot targeting Syria has witnessed a lot of problems and suffered many defeats,” Nasrallah said.
“But Syria has persevered, and the resistance axis has shown
cohesion. The other project has not achieved a decisive victory, and it
won't.”
“The battlefield of this project is now in Syria, but Syria will
achieve victory. They won't impose their ideas on us,” he added. “The
time will come when people will discover that Syria was able to fend off
dangers and catastrophes. Even the governments who conspired against
Syria will come to regret their actions and thank Syria for its
perseverance.”
As in previous speeches, Nasrallah pointed out that international efforts to fund the Syrian rebels have already backfired.
“One factor [in the resistance’s struggle] is uncovering the true
face of the armed groups in Syria. It is now clear that these groups are
threatening everyone, even the ones of funded them,” he said.
Nasrallah came out in support of the upcoming Syrian presidential
elections, in which Bashar al-Assad is widely expected to win against
the two other candidates, who are largely unknown.
He denounced the Syrian opposition’s position against the elections,
saying the rebels were trying to intimidate potential voters.
“They are trying to prevent elections in Syria,” he said. “They are
threatening attacks, saying anyone who participates in the elections
will be executed, even those who don't vote for Assad.”
“For groups like the Al-Nusra Front, the elections are not only
forbidden, they are heresy. Why impose your belief on others?” Nasrallah
added.
Nasrallah ended his speech by discussing the current political
situation in Lebanon, Sunday marking the beginning of a political vacuum
in the country as parliamentarians failed to elect a president before
the May 25 deadline.
Without directly naming Lebanese Forces leader and presidential
candidate Samir Geagea, Nasrallah accused the March 14 coalition, which
opposes Hezbollah, of knowingly championing a controversial candidate
who could never be elected.
“This candidacy [Geagea's] aims to prevent the discussion of a
serious candidacy from the other side [March 14],” he said. “The other
side never aimed to elect a president before May 25. Their goal was to
extend the president [incumbent Michel Suleiman]'s term.”
“There was never an opportunity to elect a new president, just an opportunity to extend the term.”
March 8, the other main political bloc, has not officially nominated another candidate for the presidency.
“We hear people say we are behind the political vacuum. When it comes
to rumors and accusations, everyone can say what they want,” Nasrallah
said.
“You can hold us responsible, but it's no simple issue. It's an issue of national responsibility.”
Nasrallah called for continued dialogue to find a president.
“This is a difficult period, but people can't lose their temper,” he
added. “We must maintain civil peace and continue dialogue nationally.”
“We want a president as soon as possible,” he said. “There is still a
real opportunity to elect a strong president who can maintain
stability, enjoy real support and unite all sides.”
“We are humble in our goals. We want a president who does not
conspire against the Resistance, who doesn't stab us in the back,”
Nasrallah added. “We're not looking for a president who protects the
Resistance.”
“Otherwise, we have no difficult conditions. Such an opportunity exists.”
Mohon ceritakan juga kejadian-kejadian di masa pengasingan Imam Khomeini di Najaf?
http://indonesian.irib.ir/hikayat1/-/asset_publisher/1XzC/content/apa-yang-terjadi-selama-pengasingan-imam-khomeini-di-najaf
Imam Khomeini ra selama di Najaf mengajar Bahs-e Kharej (kuliah tingkat mujtahid) dan menyampaikan prinsip teori pemerintahan Islam dengan topik wilayatul faqih. Pada saat yang sama, beliau juga aktif memantau perkembangan politik Iran dan dunia Islam dengan beragam cara beliau melakukan komunikasi dengan para revolusioner, keluarga syuhada 15 Khordad dan para tahanan politik. Setelah Imam Khomeini menetap di Irak, sejumlah ulama revolusioner Iran menyusul Imam ke Najaf dan sejumlah lainnya atas permintaan Imam Khomeini tetap tinggal di Iran supaya komunikasi Imam Khomeini dengan kebangkitan di dalam negeri tetap berjalan dan untuk menjaga hasil kebangkitan 15 Khordad.
Keberadaan Imam Khomeini ra di Irak merupakan sebuah kesempatan sehingga komunikasi Imam Khomeini dengan mahasiswa dan umat Islam di luar negeri lebih dekat dan lebih baik dari sebelumnya. Hal ini dengan sendirinya memiliki peran penting dalam menyampaikan pemikiran Imam Khomeini dan tujuan kebangkitan kepada dunia. Terkait serangan rezim Zionis dan perang antara negara-negara Arab dengan Israel, Imam Khomeini berusaha mendukung kebangkitan umat Islam Palestina dan negara-negara yang berada di garis terdepan. Beliau melakukan berbagai pertemuan dengan para pemuka lembaga perjuangan Palestina, mengirim para utusan ke Lebanon, memberikan bantuan materi dan maknawi dan mengeluarkan fatwa penting dan bersejarah bahwa mendukung kebangkitan bangsa Palestina dan negara-negara yang diserang baik senjata, ekonomi maupun spiritual merupakan kewajiban agama. Ini adalah usaha pertama kali yang dilakukan dalam skala luas oleh salah seorang marji taklid Syiah.
Sementara di dalam negeri, meskipun kondisinya benar-benar tertekan, para pengikut Imam Khomeini di hauzah, universitas maupun di tengah-tengah masyarakat dengan segala pengorbanannya, mereka mencetak dan menyebarkan pidato, buku, dan risalah Imam Khomeini untuk menjaga agar hubungan masyarakat dan generasi muda dengan tujuan kebangkitan tetap terjaga. Tentu saja di jalan ini banyak dari mereka yang harus merasakan pengasingan, pemenjaraan, penyiksaan dan bahkan mencapai syahadah. Contohnya adalah Syahadah Ayatullah Saidi dan Ayatullah Ghaffari akibat penyiksaan yang dilakukan oleh pasukan Shah Pahlevi.
Di pelbagai tahapan; ketika Shah Pahlevi merayakan pesta peletakan mahkota dan 2500 tahun kerajaan serta pesta kesenian Shiraz yang menghabiskan ratusan juta dolar biaya yang dipaksakan kepada rakyat teraniaya Iran dan mengokohkan tujuan Amerika di Iran dan kawasan, pada peristiwa pembentukan partai Rastakhis Shah Pahlevi dan ketika penandatanganan kerjasama antara Shah Pahlevi dan rezim Zionis, pesan-pesan dan pidato-pidato Imam Khomeini di Najaf merupakan satu-satunya lidah penyambung protes dan perlawanan rakyat Iran yang disampaikan kepada penduduk dunia dan menghidupkan semangat revolusi di hati rakyat Iran. Biasanya, setiap tahun tepat pada ulang tahun 15 Khordad para santri muda dan revolusioner hauzah memperingati peristiwa tersebut dengan melakukan demonstrasi dan menyelenggarakan acara baik umum maupun khusus - dalam keterasingan dan kesendirian - yang paling tampak adalah kebangkitan 3 hari para santri di madrasah Feizieh Qom pada tahun 1354 Hs. Teriakan "Mampus Pemerintahan Pahlevi" dan "Salam untuk Khomeini" berlanjut selama 3 hari di Qom meskipun harus menghadapi tekanan dan ancaman Shah Pehlevi. Dan pada akhirnya pasukan khusus Shah Pahlevi anti huru hara menyerang melalui atap dan pintu madrasah Feizieh dan menangkap sekitar 500 santri dan untuk sementara madrasah feizieh kembali diliburkan dan hanya pesan dan pidato Imam Khomeini yang mendukung sikap berani ini.
Peristiwa kebangkitan ulama anti RUU Negara Bagian dan juga referendum Shah Pahlevi berakibat munculnya kebangkitan 15 Khordad. Tindakan Imam Khomeini dan keberadaan Imam Khomeini sebagai pemimpin kebangkitan menjadikan para marji taklid Iran waktu itu bekerjasama dan sependapat. Hasil pertemuan dan perundingan Imam Khomeini dengan para marji taklid biasanya disampaikan berupa pengumuman bersama atau pengumuman secara terpisah. Para santri muda dan murid-murid revolusioner Imam Khomeini melakukan dukungan terhadap kebangkitan namun banyak anasir yang punya nama tidak mampu memahami kebangkitan Imam Khomeini dan senantiasa berusaha menggagalkannya dengan beragam cara. Mereka terdiri dari berbagai kalangan luas. Mulai dari para penentang filsafat dan irfan, orang-orang yang sok suci yang menganggap politik tidak pantas bagi ulama, sampai kelompok-kelompok Hujjatieh dan Velayati.
Dalam pertemuan umum dan khusus, masing-masing dari mereka senantiasa mempertanyakan tujuan kebangkitan. Selain itu, ada juga orang-orang yang hanya menginginkan ketenangan yang menilai marjaiyat dan pimpinan agama hanya terbatas pada dicium tangannya, menulis risalah dan mengumpulkan zakat dan khumus, dan menganggap kebangkitan Imam Khomeini sebagai faktor pengacau kondisi yang mereka maukan, juga orang-orang yang secara resmi atau di balik layar ada ikatan dengan rezim Shah Pahlevi.
Imam Khomeini yang kesabarannya terkenal di kalangan masyarakat, dalam pesannya menyebutkan betapa sulitnya perjuangan di masa-masa itu:
"Sakit hati yang dirasakan oleh ayah tua kalian dari orang-orang kolot ini sama sekali tidak pernah dirasakan dari tekanan dan kesulitan yang dilakukan orang lain... belajar bahasa asing dibilang kufur, filsafat dan irfan dianggap dosa dan syirik. Di madrasah Feiziyeh putra kecil saya almarhum Mostafa meminum air dengan kendi; mereka mencuci kendi tersebut karena saya mengajarkan filsafat!"
Dengan semua kesulitan ini kehadiran Imam Khomeini secara langsung dalam peristiwa tahun 1340 sampai 1343 Hs di hauzah ilmiah Qom, menjadikan semua upaya musuh gagal. Namun pengasingan Imam Khomeini merupakan awal masa keteraniayaan dan keterasingan panjang para pengikut Imam Khomeini di hauzah dan mulai berkembang dan menguatnya gerakan musuh. Tekanan-tekanan Shah Pahlevi dan penumpasan kebangkitan menciptakan sarana sehingga mayoritas ulama menilai sebaiknya diam! Sehingga ketika kebangkitan kembali mencapai puncaknya pada tahun 1356 Hs tidak terlihat ada gerakan, pesan dan ucapan terang-terangan yang menunjukkan adanya usaha menyukseskan tujuan kebangkitan, selain selebaran-selebaran Imam Khomeini dan para pengikutnya, kalaupun terlihat itu sangat sedikit." (IRIB Indonesia / Emi Nur Hayati)
Dikutip dari penuturan almarhum Hujjatul Islam Sayid Ahmad Khomeini, anak Imam Khomeini ra.
Sumber: Pa be Pa-ye Aftab; Gofteh-ha va Nagofteh-ha az Zendegi Imam Khomeini ra, 1387, cetakan 6, Moasseseh Nashr-e Panjereh.
Energi aktif para pemuda dan orang-orang terpelajar yang mampu menanggung beban perjuangan dipakai untuk mempelajari titik kelemahan ajaran bahaiyat dan cara-cara dakwah untuk melawan ajaran ini. Para pemuka organisasi ini sama sekali tidak melihat dan tidak menerima bahwa gerakan mereka adalah berjuang melawan obyek yang pada hakikatnya adalah menyimpang dari garis perjuangan. Karena aliran Baha'i merupakan alat mutlak politik di bawah kekuasaan rezim Shah Pahlevi dan merupakan obyek politik Amerika, bukan gerakan akidah dan pemikiran.
Bahaya Baha'i dikarenakan anasir gerakan ini berperan sebagai pelaksana program internasional yang dikoordinasi oleh Israel dan sebagai mata-mata dan penjaga kepentingan Israel dan Amerika untuk memata-matai Shah Pahlevi di sumber-sumber sensitif negara. Berjuang melawan mereka secara nyata adalah berjuang melawan faktor-faktornya. Ini adalah satu poin yang tidak pernah ada dalam program organisasi Anjoman Hojjatieh. Itulah mengapa organisasi Hojjatieh sejak pertama didirikannya sampai kemenangan Revolusi Islam Iran selalu aman dari serangan SAVAK.
Pada pasal 9 Anggaran Dasar Anjoman Hojjatiyeh disebutkan, "Organisasi tidak akan pernah mencampuri urusan politik." Oleh karena itu, salah satu syarat untuk menjadi anggota adalah menyerahkan perjanjian tertulis bahwa tidak ada campur tangan urusan politik.
Dalam dokumen SAVAK yang ditandatangani oleh kepala kantor ke tiga disebutkan, "Pengurus organisasi Dakwah Islam (bagian dari organisasi Anjoman Hojjatieh) di pusat, dalam rangka melakukan perjuangan ilmiah meminta kepada SAVAK untuk memberikan bantuan yang diperlukan di bidang ini..."
Di dalam dokumen lainnya dengan tanda tangan kepala unit intelijen komite bersama anti huru hara tertulis, "Berdasarkan informasi, Haj Syeikh Mahmoud Zakerzadeh (Tavallai) terkenal dengan sebutan Halabi, sebagai penyelenggara pertemuan ini (organisasi Hojjatieh) ada kerjasama dengan bagian 21 badan intelijen dan keamanan Tehran. Sebaiknya meminta penjelasan kepadanya akan segala informasi terkait pertemuan yang diselenggarakan sebelum memanggil yang lainnya."
Pada tahun 1357 Hs ketika Imam Khomeini memboikot pesta hari ketiga dan nisfu Sya'ban karena melakukan protes dan unjuk rasa terhadap kekejaman rezim Shah Pahlevi, organisasi Anjoman Hojjatieh turun ke lapangan dengan penuh semangat untuk membubarkan unjuk rasa. Penyimpangan pemikiran dan penafsiran yang tidak pada tempatnya dan negatif terkait kemunculan Imam Mahdi af dan syarat-syarat kemunculan beliau dalam logika mereka sedemikian parahnya sehingga segala bentuk perjuangan politik dan upaya menyiapkan kekuasaan orang-orang saleh atas negara merupakan hal yang dikecam. Karena akan menyebabkan terlambatnya kemunculan Imam Mahdi af. Jelas bahwa dengan logika semacam ini maka menerima kezaliman, kebangkitan 15 Khordad dan teriakan Imam Khomeini melawan ketidakadilan dikecam oleh mereka.
Front lain di hauzah yang muncul dan mendapat dukungan SAVAK di hadapan kebangkitan Imam Khomeini adalah sikap dan langkah-langkah Agha Sayid Mohammad Kazem Shariatmadari dan gerakan yang dikelolanya. Ulama besar sudah mengetahui esensinya sejak 6 Khordad 1326 Hs dimana ia seorang diri pergi menyambut Shah Pahlevi, memuji dan menyanjung taghut di depan Shah Pahlevi, padahal para ulama Tabriz melakukan pemboikotan.
Bagaimanapun juga, setelah wafatnya Ayatullah Boroujerdi, dengan memanfaatkan kondisi hauzah, masyarakat dan secara lahiriah membarengi kebangkitan tahun 1340 dan 1341 Hs ia mengumumkan dirinya sejajar dengan marjaiyat. Padahal ketika pasca pengasingan Imam Khomeini, masyarakat siap melakukan kebangkitan, badan kepengurusan dengan bantuan anasir seperti dia mampu mengontrol keadaan. Laporan tertanggal 17/3/1342 Hs kepala SAVAK Qom terkait telpon dan surat jawaban Agha Shariatmadari adalah satu contoh dari langkah-langkah dia di hari-hari itu.
Setelah Zuhur hari yang lalu, nama tersebut di atas, kepala SAVAK berbicara melalui telepon ke Tabriz. Shariatmadari mengatakan, "Saya ingin mengusulkan dua poin kepada Anda:
1. Himbau masyarakat agar tenang dan jangan sampai melakukan demonstrasi. Di Qom masyarakat melakukan demonstrasi tapi mereka berhadap-hadapan dengan polisi. Peluru tidak sesuai dengan jiwa. Untuk itu, cegahlah perkumpulan dan demonstrasi.
2. Usahakan jangan sampai melakukan penghinaan terhadap yang mulia Shah Pahlevi. Saya benar-benar marah terhadap Khomeini. Saya sudah katakan kepada Khomeini jangan berbuat demikian terhadap Shah Pahlevi dan jangan berbicara bertentangan dengan pemerintah dan politik. Namun ia tidak mau mendengarkan sehingga terjadi seperti hari ini. Selain itu, siapkan juga pamflet penuh tanda tangan dukungan untuk saya." (IRIB Indonesia / Emi Nur Hayati)
Dikutip dari penuturan almarhum Hujjatul Islam Sayid Ahmad Khomeini, anak Imam Khomeini ra.
Sumber: Pa be Pa-ye Aftab; Gofteh-ha va Nagofteh-ha az Zendegi Imam Khomeini ra, 1387, cetakan 6, Moasseseh Nashr-e Panjereh.
Apa yang Terjadi Selama Pengasingan Imam Khomeini di Najaf?
Mohon ceritakan juga kejadian-kejadian di masa pengasingan Imam Khomeini di Najaf?
http://indonesian.irib.ir/hikayat1/-/asset_publisher/1XzC/content/apa-yang-terjadi-selama-pengasingan-imam-khomeini-di-najaf
Imam Khomeini ra selama di Najaf mengajar Bahs-e Kharej (kuliah tingkat mujtahid) dan menyampaikan prinsip teori pemerintahan Islam dengan topik wilayatul faqih. Pada saat yang sama, beliau juga aktif memantau perkembangan politik Iran dan dunia Islam dengan beragam cara beliau melakukan komunikasi dengan para revolusioner, keluarga syuhada 15 Khordad dan para tahanan politik. Setelah Imam Khomeini menetap di Irak, sejumlah ulama revolusioner Iran menyusul Imam ke Najaf dan sejumlah lainnya atas permintaan Imam Khomeini tetap tinggal di Iran supaya komunikasi Imam Khomeini dengan kebangkitan di dalam negeri tetap berjalan dan untuk menjaga hasil kebangkitan 15 Khordad.
Keberadaan Imam Khomeini ra di Irak merupakan sebuah kesempatan sehingga komunikasi Imam Khomeini dengan mahasiswa dan umat Islam di luar negeri lebih dekat dan lebih baik dari sebelumnya. Hal ini dengan sendirinya memiliki peran penting dalam menyampaikan pemikiran Imam Khomeini dan tujuan kebangkitan kepada dunia. Terkait serangan rezim Zionis dan perang antara negara-negara Arab dengan Israel, Imam Khomeini berusaha mendukung kebangkitan umat Islam Palestina dan negara-negara yang berada di garis terdepan. Beliau melakukan berbagai pertemuan dengan para pemuka lembaga perjuangan Palestina, mengirim para utusan ke Lebanon, memberikan bantuan materi dan maknawi dan mengeluarkan fatwa penting dan bersejarah bahwa mendukung kebangkitan bangsa Palestina dan negara-negara yang diserang baik senjata, ekonomi maupun spiritual merupakan kewajiban agama. Ini adalah usaha pertama kali yang dilakukan dalam skala luas oleh salah seorang marji taklid Syiah.
Sementara di dalam negeri, meskipun kondisinya benar-benar tertekan, para pengikut Imam Khomeini di hauzah, universitas maupun di tengah-tengah masyarakat dengan segala pengorbanannya, mereka mencetak dan menyebarkan pidato, buku, dan risalah Imam Khomeini untuk menjaga agar hubungan masyarakat dan generasi muda dengan tujuan kebangkitan tetap terjaga. Tentu saja di jalan ini banyak dari mereka yang harus merasakan pengasingan, pemenjaraan, penyiksaan dan bahkan mencapai syahadah. Contohnya adalah Syahadah Ayatullah Saidi dan Ayatullah Ghaffari akibat penyiksaan yang dilakukan oleh pasukan Shah Pahlevi.
Di pelbagai tahapan; ketika Shah Pahlevi merayakan pesta peletakan mahkota dan 2500 tahun kerajaan serta pesta kesenian Shiraz yang menghabiskan ratusan juta dolar biaya yang dipaksakan kepada rakyat teraniaya Iran dan mengokohkan tujuan Amerika di Iran dan kawasan, pada peristiwa pembentukan partai Rastakhis Shah Pahlevi dan ketika penandatanganan kerjasama antara Shah Pahlevi dan rezim Zionis, pesan-pesan dan pidato-pidato Imam Khomeini di Najaf merupakan satu-satunya lidah penyambung protes dan perlawanan rakyat Iran yang disampaikan kepada penduduk dunia dan menghidupkan semangat revolusi di hati rakyat Iran. Biasanya, setiap tahun tepat pada ulang tahun 15 Khordad para santri muda dan revolusioner hauzah memperingati peristiwa tersebut dengan melakukan demonstrasi dan menyelenggarakan acara baik umum maupun khusus - dalam keterasingan dan kesendirian - yang paling tampak adalah kebangkitan 3 hari para santri di madrasah Feizieh Qom pada tahun 1354 Hs. Teriakan "Mampus Pemerintahan Pahlevi" dan "Salam untuk Khomeini" berlanjut selama 3 hari di Qom meskipun harus menghadapi tekanan dan ancaman Shah Pehlevi. Dan pada akhirnya pasukan khusus Shah Pahlevi anti huru hara menyerang melalui atap dan pintu madrasah Feizieh dan menangkap sekitar 500 santri dan untuk sementara madrasah feizieh kembali diliburkan dan hanya pesan dan pidato Imam Khomeini yang mendukung sikap berani ini.
Peristiwa kebangkitan ulama anti RUU Negara Bagian dan juga referendum Shah Pahlevi berakibat munculnya kebangkitan 15 Khordad. Tindakan Imam Khomeini dan keberadaan Imam Khomeini sebagai pemimpin kebangkitan menjadikan para marji taklid Iran waktu itu bekerjasama dan sependapat. Hasil pertemuan dan perundingan Imam Khomeini dengan para marji taklid biasanya disampaikan berupa pengumuman bersama atau pengumuman secara terpisah. Para santri muda dan murid-murid revolusioner Imam Khomeini melakukan dukungan terhadap kebangkitan namun banyak anasir yang punya nama tidak mampu memahami kebangkitan Imam Khomeini dan senantiasa berusaha menggagalkannya dengan beragam cara. Mereka terdiri dari berbagai kalangan luas. Mulai dari para penentang filsafat dan irfan, orang-orang yang sok suci yang menganggap politik tidak pantas bagi ulama, sampai kelompok-kelompok Hujjatieh dan Velayati.
Dalam pertemuan umum dan khusus, masing-masing dari mereka senantiasa mempertanyakan tujuan kebangkitan. Selain itu, ada juga orang-orang yang hanya menginginkan ketenangan yang menilai marjaiyat dan pimpinan agama hanya terbatas pada dicium tangannya, menulis risalah dan mengumpulkan zakat dan khumus, dan menganggap kebangkitan Imam Khomeini sebagai faktor pengacau kondisi yang mereka maukan, juga orang-orang yang secara resmi atau di balik layar ada ikatan dengan rezim Shah Pahlevi.
Imam Khomeini yang kesabarannya terkenal di kalangan masyarakat, dalam pesannya menyebutkan betapa sulitnya perjuangan di masa-masa itu:
"Sakit hati yang dirasakan oleh ayah tua kalian dari orang-orang kolot ini sama sekali tidak pernah dirasakan dari tekanan dan kesulitan yang dilakukan orang lain... belajar bahasa asing dibilang kufur, filsafat dan irfan dianggap dosa dan syirik. Di madrasah Feiziyeh putra kecil saya almarhum Mostafa meminum air dengan kendi; mereka mencuci kendi tersebut karena saya mengajarkan filsafat!"
Dengan semua kesulitan ini kehadiran Imam Khomeini secara langsung dalam peristiwa tahun 1340 sampai 1343 Hs di hauzah ilmiah Qom, menjadikan semua upaya musuh gagal. Namun pengasingan Imam Khomeini merupakan awal masa keteraniayaan dan keterasingan panjang para pengikut Imam Khomeini di hauzah dan mulai berkembang dan menguatnya gerakan musuh. Tekanan-tekanan Shah Pahlevi dan penumpasan kebangkitan menciptakan sarana sehingga mayoritas ulama menilai sebaiknya diam! Sehingga ketika kebangkitan kembali mencapai puncaknya pada tahun 1356 Hs tidak terlihat ada gerakan, pesan dan ucapan terang-terangan yang menunjukkan adanya usaha menyukseskan tujuan kebangkitan, selain selebaran-selebaran Imam Khomeini dan para pengikutnya, kalaupun terlihat itu sangat sedikit." (IRIB Indonesia / Emi Nur Hayati)
Dikutip dari penuturan almarhum Hujjatul Islam Sayid Ahmad Khomeini, anak Imam Khomeini ra.
Sumber: Pa be Pa-ye Aftab; Gofteh-ha va Nagofteh-ha az Zendegi Imam Khomeini ra, 1387, cetakan 6, Moasseseh Nashr-e Panjereh.
Anjoman Hojjatieh dan Upaya Menggagalkan Kebangkitan Imam Khomeini ra
Organisasi Anjoman Hojjatieh memperluas gerakannya dengan memanfaatkan kecenderungan umum masyarakat pada pemikiran Islam karena berkah kebangkitan 15 Khordad, khususnya para pemuda. Cara menarik anggota dan pertemuan sembunyi-sembunyi organisasi ini memiliki daya tarik tersendiri supaya tenaga-tenaga beragama bergabung bersamanya. Aktivitas organisasi ini -mau tidak mau- sesuai dengan keinginan SAVAK.Energi aktif para pemuda dan orang-orang terpelajar yang mampu menanggung beban perjuangan dipakai untuk mempelajari titik kelemahan ajaran bahaiyat dan cara-cara dakwah untuk melawan ajaran ini. Para pemuka organisasi ini sama sekali tidak melihat dan tidak menerima bahwa gerakan mereka adalah berjuang melawan obyek yang pada hakikatnya adalah menyimpang dari garis perjuangan. Karena aliran Baha'i merupakan alat mutlak politik di bawah kekuasaan rezim Shah Pahlevi dan merupakan obyek politik Amerika, bukan gerakan akidah dan pemikiran.
Bahaya Baha'i dikarenakan anasir gerakan ini berperan sebagai pelaksana program internasional yang dikoordinasi oleh Israel dan sebagai mata-mata dan penjaga kepentingan Israel dan Amerika untuk memata-matai Shah Pahlevi di sumber-sumber sensitif negara. Berjuang melawan mereka secara nyata adalah berjuang melawan faktor-faktornya. Ini adalah satu poin yang tidak pernah ada dalam program organisasi Anjoman Hojjatieh. Itulah mengapa organisasi Hojjatieh sejak pertama didirikannya sampai kemenangan Revolusi Islam Iran selalu aman dari serangan SAVAK.
Pada pasal 9 Anggaran Dasar Anjoman Hojjatiyeh disebutkan, "Organisasi tidak akan pernah mencampuri urusan politik." Oleh karena itu, salah satu syarat untuk menjadi anggota adalah menyerahkan perjanjian tertulis bahwa tidak ada campur tangan urusan politik.
Dalam dokumen SAVAK yang ditandatangani oleh kepala kantor ke tiga disebutkan, "Pengurus organisasi Dakwah Islam (bagian dari organisasi Anjoman Hojjatieh) di pusat, dalam rangka melakukan perjuangan ilmiah meminta kepada SAVAK untuk memberikan bantuan yang diperlukan di bidang ini..."
Di dalam dokumen lainnya dengan tanda tangan kepala unit intelijen komite bersama anti huru hara tertulis, "Berdasarkan informasi, Haj Syeikh Mahmoud Zakerzadeh (Tavallai) terkenal dengan sebutan Halabi, sebagai penyelenggara pertemuan ini (organisasi Hojjatieh) ada kerjasama dengan bagian 21 badan intelijen dan keamanan Tehran. Sebaiknya meminta penjelasan kepadanya akan segala informasi terkait pertemuan yang diselenggarakan sebelum memanggil yang lainnya."
Pada tahun 1357 Hs ketika Imam Khomeini memboikot pesta hari ketiga dan nisfu Sya'ban karena melakukan protes dan unjuk rasa terhadap kekejaman rezim Shah Pahlevi, organisasi Anjoman Hojjatieh turun ke lapangan dengan penuh semangat untuk membubarkan unjuk rasa. Penyimpangan pemikiran dan penafsiran yang tidak pada tempatnya dan negatif terkait kemunculan Imam Mahdi af dan syarat-syarat kemunculan beliau dalam logika mereka sedemikian parahnya sehingga segala bentuk perjuangan politik dan upaya menyiapkan kekuasaan orang-orang saleh atas negara merupakan hal yang dikecam. Karena akan menyebabkan terlambatnya kemunculan Imam Mahdi af. Jelas bahwa dengan logika semacam ini maka menerima kezaliman, kebangkitan 15 Khordad dan teriakan Imam Khomeini melawan ketidakadilan dikecam oleh mereka.
Front lain di hauzah yang muncul dan mendapat dukungan SAVAK di hadapan kebangkitan Imam Khomeini adalah sikap dan langkah-langkah Agha Sayid Mohammad Kazem Shariatmadari dan gerakan yang dikelolanya. Ulama besar sudah mengetahui esensinya sejak 6 Khordad 1326 Hs dimana ia seorang diri pergi menyambut Shah Pahlevi, memuji dan menyanjung taghut di depan Shah Pahlevi, padahal para ulama Tabriz melakukan pemboikotan.
Bagaimanapun juga, setelah wafatnya Ayatullah Boroujerdi, dengan memanfaatkan kondisi hauzah, masyarakat dan secara lahiriah membarengi kebangkitan tahun 1340 dan 1341 Hs ia mengumumkan dirinya sejajar dengan marjaiyat. Padahal ketika pasca pengasingan Imam Khomeini, masyarakat siap melakukan kebangkitan, badan kepengurusan dengan bantuan anasir seperti dia mampu mengontrol keadaan. Laporan tertanggal 17/3/1342 Hs kepala SAVAK Qom terkait telpon dan surat jawaban Agha Shariatmadari adalah satu contoh dari langkah-langkah dia di hari-hari itu.
Setelah Zuhur hari yang lalu, nama tersebut di atas, kepala SAVAK berbicara melalui telepon ke Tabriz. Shariatmadari mengatakan, "Saya ingin mengusulkan dua poin kepada Anda:
1. Himbau masyarakat agar tenang dan jangan sampai melakukan demonstrasi. Di Qom masyarakat melakukan demonstrasi tapi mereka berhadap-hadapan dengan polisi. Peluru tidak sesuai dengan jiwa. Untuk itu, cegahlah perkumpulan dan demonstrasi.
2. Usahakan jangan sampai melakukan penghinaan terhadap yang mulia Shah Pahlevi. Saya benar-benar marah terhadap Khomeini. Saya sudah katakan kepada Khomeini jangan berbuat demikian terhadap Shah Pahlevi dan jangan berbicara bertentangan dengan pemerintah dan politik. Namun ia tidak mau mendengarkan sehingga terjadi seperti hari ini. Selain itu, siapkan juga pamflet penuh tanda tangan dukungan untuk saya." (IRIB Indonesia / Emi Nur Hayati)
Dikutip dari penuturan almarhum Hujjatul Islam Sayid Ahmad Khomeini, anak Imam Khomeini ra.
Sumber: Pa be Pa-ye Aftab; Gofteh-ha va Nagofteh-ha az Zendegi Imam Khomeini ra, 1387, cetakan 6, Moasseseh Nashr-e Panjereh.
Bank BRIC vs Bank Dunia:
http://www.islamtimes.org/vdcefo8wvjh8ewi.rabj.html
Bank BRICS Saingi Bank Dunia dan IMF
Islam
Times - Bank baru itu akan memberi cadangan valuta asing kolektif untuk
membiayai proyek-proyek pembangunan di negara-negara berkembang dan
negara miskin.
Vladimir Putin, Presiden Rusia dan Jacob Zuma, Presiden Afrika Selatan.JPG
Sekelompok negara-negara berkembang telah membuka sebuah bank pembangunan baru (BRICS) yang berusaha menghancurkan monopoli keuangan yang dipegang oleh lembaga-lembaga keuangan dukungan Barat.
Pravin Gordhan, Menteri Keuangan Afrika Selatan, pada hari Selasa (26/3/13) menambahkan bahwa pihaknya telah membuat kemajuan sangat baik dengan membentuk sebuah bank dunia baru yang bergerak di bidang pembangunan.
Para menteri keuangan Brazil, Rusia, India, Cina (BRICS) dan Afrika Selatan telah bertemu di Durban, Afrika Selatan untuk menghadiri KTT BRICS kelima pekan ini.
"Belum lama ini kita membahas tentang pembentukan sebuah bank di bidang pembangunan. Hari ini kita siap untuk memulainya," kata Presiden Afrika Selatan Jacob Zuma, hari Senin (25/3/13).
Bank BRIC akan menyajikan solusi alternatif untuk sistem perbankan global yang selama ini didominasi Barat. Perbankan Barat itu terdiri dari lembaga-lembaga seperti Bretton Woods (Bank Dunia) dan International Monetery Fund (Dana Moneter Internasional).
Bank baru itu akan memberi cadangan valuta asing kolektif untuk membiayai proyek-proyek pembangunan di negara-negara berkembang dan negara miskin.
Berdasarkan kesepakatan itu, dua kelompok ekonomi baru yang cukup besar (Cina dan Brazil) setuju untuk menghapus dolar AS dari setengah perdagangan mereka.
Kelima negara itu akan menyumbang hingga 10 miliar dolar dalam peluncuran bank pembangunan baru itu.
Bank itu akan beroperasi dengan mata uang nasional dan tidak akan menggunakan mata uang tunggal dalam transaksi perdagangan bilateral dan multilateral.
Anggota BRICS mengatakan bahwa lembaga-lembaga seperti Bank Dunia, IMF dan Dewan Keamanan PBB tidak bertindak efektif dalam menangani masalah-masalah ekonomi global.
Negara-negara BRICS merupakan 40 % lebih dari populasi dunia dan menyumbang lebih dari 25 % persen dari produk domestik bruto dunia.[IT/r]
Kebingungan Barat Menyikapi Kontrak Gas Rusia-Cina
Rusia
menandatangani kontrak penting ekspor gas alam dengan Cina, negara yang
merupakan kekuatan ekonomi terbesar kedua di dunia. Perusahaan gas
Rusia, Gazprom dan perusahaan nasional minyak Cina akhirnya
menandatangani kontrak bersejarah terkait pengiriman gas dari Rusia ke
Cina setelah melakukan negosiasi selama 10 tahun.
Sesuai isi kontrak itu, Rusia akan mengekspor gasnya ke Cina mulai tahun
2018 untuk waktu 30 tahun. Menurut keterangan Alexey Miller, Direktur
Eksekutif Gazprom , nilai kontrak ini mencapai 400 milyar dolar Amerika
dan harga yang disepakati kedua negara untuk setiap meter kubik gas
tidak akan dipublikasikan dan tetap menjadi rahasia.
Berdasarkan nilai kontrak yang mencapai 400 milyar dolar Amerika itu dan
kapasitas pertahun jalur pipa penyaluran gas yang akan dibangun kedua
negara, harga gas alam Rusia ditaksir sekitar 350 dolar setiap meter
kubiknya.
Penandatanganan kontrak dilakukan dalam
kunjungan Vladimir Putin, Presiden Rusia ke Shanghai, Cina. Putin
berkunjung ke Cina untuk menghadiri Konferensi CICA (Conference of
Interaction and Confidence Building Measures in Asia), konferensi untuk
membangun interaksi dan melakukan langkah-langkah menumbuhkan
kepercayaan di Asia.
Putin dan sejawatnya dari Cina,
Xi Jinping menandatangani 49 perjanjian kerjasama di bidang energi,
transportasi dan infrastruktur.
Kesepakatan-kesepakatan ini membantu Rusia dan Cina lepas dari dolar
Amerika dan untuk pembayarannya kedua negara menggunakan Yuan dan Ruble.
Langkah tersebut diharapkan dapat melemahkan dominasi dolar Amerika
sebagai mata uang sah internasional. Kesepakatan Rusia dan Cina juga
dinilai akan mendatangkan keuntungan finansial dan ekonomi bagi Rusia,
khususnya di sektor energi, di saat negara itu tengah terlibat konflik
dengan Barat terkait krisis di Ukraina
Barat menuduh
Rusia telah menciptakan ketegangan di Ukraina, dan menjatuhkan sanksi
terhadap sejumlah petinggi Rusia dan tokoh-tokoh pendukung Rusia.
Pada saat yang sama Amerika Serikat menekankan berlanjutnya kebijakan
yang diterapkannya saat ini untuk mereaksi kesepakatan dagang Rusia dan
Cina. Sehubungan dengan hal ini, Jen Psaky, Juru Bicara Kementerian Luar
Negeri Amerika, Rabu malam dalam sebuah konferensi pers mengatakan,
"Penandatanganan kontrak gas antara Rusia dan Cina tidak akan
berpengaruh pada strategi Washington untuk menekan Rusia supaya merubah
sikapnya terkait peristiwa yang terjadi di Ukraina."
Sepertinya penandatanganan kontrak jual-beli gas Rusia dan Cina pada
kondisi seperti sekarang ini adalah sebuah kemenangan besar bagi Rusia.
Amerika dan sekutu-sekutu Eropanya berambisi untuk memperketat sanksi
terhadap Rusia. Salah satu tujuan tur Eropa, Joe Biden, Wakil Presiden
Amerika pada kenyataannya adalah upaya untuk meyakinkan negara-negara
Eropa untuk memberikan dukungan lebih besar kepada Amerika dalam masalah
ini.
Namun ketergantungan gas Eropa kepada Rusia yang meliputi 30 persen kebutuhan gas wilayah itu semakin mempersulit Eropa.
Oleh karenanya minimal secara kasat mata petinggi Uni Eropa mendesak
dilanjutkannya ekspor gas dari Rusia. Jose Manuel Barroso, ketua Komisi
Eropa, Rabu lalu dalam suratnya untuk Vladimir Putin, meminta Presiden
Rusia itu untuk menepati janji terkait berlanjutnya penyaluran gas ke
Eropa.
Barroso menegaskan, selama dialog segitiga
antara Rusia, Ukraina dan Uni Eropa terus berlanjut, penyaluran gas
tidak boleh berhenti. Sekalipun demikian, dengan menandatangani kontrak
gas dengan Cina, Rusia ingin menunjukkan bahwa Moskow memiliki kemampuan
untuk merubah struktur kebijakan gasnya. Eropalah sebenarnya yang tidak
punya kesiapan untuk mengurangi ketergantungannya kepada gas Rusia.
(IRIB Indonesia/HS)
Ketidakmampuan Musuh Hadang Kemajuan Iran dalam Perspektif Rahbar
Rahbar
atau Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran, Ayatullah al-Udzma Sayid Ali
Khamenei menekankan, musuh bangsa Iran dengan berbagai dalih, tidak akan
pernah mampu mencegah kemajuan Republik Islam.
Berbicara di di hadapan para mahasiswa (taruna) militer Universitas
Imam Husein as pada hari Rabu (21/5), Rahbar menandaskan, "Isu-isu
seperti nuklir, Hak Asasi Manusia (HAM), serta berbagai isu lainnya yang
dilontarkan kekuatan arogan dunia terhadap bangas Iran hanya sekedar
cari-cari alasan."
Komandan tertinggi angkatan
bersenjata Republik Islam Iran ini menekankan, tujuan musuh dari dalih
seperti ini dan beragam represi yang dipaksakan kepada Iran adalah
membuat bangsa Iran menyerah serta berpaling dari memusuhi kekuatan
imperialis dan arogan dunia, namun hal ini tidak akan pernah terjadi.
Pasca kemenangan Revolusi Islam Iran, musuh tidak mampu menahan
kegeramannya menyaksikan kemajuan bangsa Iran yang bersandar pada
kemampuan dalam negeri dan independensi. Musuh juga tidak pernah lelah
memanfaatkan berbagai sarana dan prasarana untuk mencegah kemajuan
bangsa Iran serta membuat bangsa ini menyerah kepada tekanan mereka.
Meski berbagai permusuhan dan alasan yang digunakan imperialis dunia,
gerakan bangsa Iran menggapai puncak kemajuan terus berlanjut dan tujuan
dari gerakan ini adalah merealisasikan slogan "Kita Mampu". Republik
Islam sejak 35 tahun lalu senantiasa menjadi target konspirasi musuh,
namun demikian negara ini dengan bersandar pada kemampuan dalam negeri
berhasil meraih banyak prestasi di berbagai bidang. Prestasi seperti
kemajuan di bidang pertahanan-rudal, farmasi, teknologi nano,
pemanfaatan energi nuklir untuk kepentingan damai serta kemampuannya
yang melejit menjadi salah satu rujukan sains di dunia merupakan hasil
dari slogan "Kita Mampu".
Bertepatan dengan
berbagai prestasi ini, pengaruh Iran di pentas dunia internasional serta
peran Tehran sebagai salah satu pemain berpengaruh dalam konstelasi
dunia juga semakin kentara bagi semua pihak. Keberhasilan Iran di
berbagai bidang meski terus dihadapkan pada konspirasi busuk musuh
menuai reaksi luas sampai ke luar perbatasan negara ini. Dan kini
berbagai bangsa dunia bahagia dengan kemajuan yang dicapai bangsa Iran
yang mengandalkan independensi tanpa bersandar pada pihak asing.
Menurut ungkapan Rahbar, pemerintah yang tidak memiliki keberanian
melawan arogansi kekuatan imperialis dunia, gembira dengan perlawanan
Republik Islam Iran dan mereka memuji sikap bangsa Iran. Kegagalan
represi dan konspirasi musuh terhadap Republik Islam membuat musuh
khususnya Amerika Serikat sangat geram.
Penyalahgunaan
isu nuklir, HAM dan isu-isu lain oleh Amerikan dan menjadikannya dalih
untuk menekan Iran adalah reaksi Washington atas kegagalannya mencegah
kemajuan bangsa Iran.
Pengalaman 35 tahun bangsa Iran
di berbagai bidang termasuk militer seperti perang pertahanan suci
(perang delapan tahun yang dipaksakan), politik dan ekonomi
mengindikasikan bahwa bangsa Iran tanpa bersandar pada pihak lain
berhasil menggapai kemajuan di berbagai bidang sehingga negara ini
menjadi teladan bagi bangsa lain. (IRIB Indonesia/MF)
Syrian rally to support government, army against militants
Syrian demonstrators wave national flags and portraits of
President Bashar al-Assad in the northwestern coastal city of Latakia on March 6, 201
- See more at:
http://en.alalam.ir/news/1596604#sthash.x3naghc6.dpuf
People across Syria have held massive rallies to
express their support for the government of President Bashar al-Assad and the
country’s army.
http://en.alalam.ir/news/1596604
A large crowd of people took part in a rally held
in the city of Idlib
on Thursday.
The demonstrators carried Syrian flags and
chanted slogans in support of the Syrian government and the country’s army that
has been battling foreign-backed militants over the past three years.
They also expressed support for the holding of
the forthcoming presidential elections in the Arab country. Syrian people will
go to the polls on June 3 to elect their next president as Damascus has insisted that it would hold the
vote despite the foreign-backed militancy that has plagued the country for more
than three years.
In a similar move, pro-government rallies were
held in the capital Damascus, Homs, Tartous, and Hasakah. The demonstrators
voiced their support for the presidential elections and rejected foreign
interference in the country’s internal affairs.
President Assad's popularity has been on the rise
following recent military gains.
Meanwhile, Syrian Special Forces broke a long
siege on the Aleppo Central Prison by foreign-backed militants, gaining access
to the army garrison and resupplying it with food and munitions, Syria's official news agency SANA reported.
The Syrian military forces then deployed troops
within 200 meters of the prison compound before storming its immediate
surroundings. At least 50 militants were killed in the attack. There are nearly
4,000 inmates in the sprawling prison.
Syria
has been gripped by a foreign-hatched war since 2011. According to reports,
Western powers and their regional allies - especially Qatar, Saudi
Arabia and Turkey
- are supporting the militants operating inside Syria.
BA/BA
- See more at:
http://en.alalam.ir/news/1596604#sthash.x3naghc6.dpuf
Friday, May 23, 2014 9:00 AM
Hezbollah strong enough to confront Takfiris, Israel: Qassem
Hezbollah fighters
take part in a parade in this file photo.
Hezbollah’s war
against extremist groups in Syria
is not distracting it from fighting its eternal enemy Israel, according to the party’s
deputy general-secretary.
http://en.alalam.ir/news/1596556
I
"“Israel is the
enemy of humanity and truth, said Qassem"
srael is the main enemy,” said Sheikh Naim
Qassem. “But the tactical priority depends on the direct threat, so our
confrontation with Takfiri groups derives from the direct danger they
represent, and it does not affect our readiness to confront Israel.”
Qassem gave the speech in a conference organized
by the Institute
of Wisdom Knowledge as
part of the Permanent Conference for Resistance, The Daily Star reported.
The institute is a research school close to
Hezbollah that specializes in philosophical and religious studies.
The talk focused on demonstrating that Israel’s existence is illegitimate, that the
regime is an eternal enemy to Lebanon
and all Arabs, and that armed resistance is the right way of confronting it.
“Israel
is the enemy of humanity and truth,” said Qassem. “It cannot coexist with
anyone.”
He added that diplomatic resistance, which he
said was the preferred choice for Israel, had achieved nothing for
the Arabs. Armed struggle, on the other hand, had accomplished a unique victory
for Lebanon
and the region, he explained.
He referred specifically to May 25, the day in
2000 when Israeli troops withdrew from the Lebanese south after 18 years of
occupation, due largely to Hezbollah’s resistance activities.
Concerning the Syrian crisis, Qassem said there
was a plan to defeat Syria
and thus the resistance project, which he said was the reason behind
Hezbollah’s need to confront the “Takfiris.”
BA/BA
- See more at:
http://en.alalam.ir/news/1596556#sthash.ZckmyXpS.dpuf
Friday, May 23, 2014 12:10 PM
Terrorist mortar attack hits Assad election rally, 21 Syrians dead
Syrians hold heart
shaped placards bearing portraits of President Bashar al-Assad during a meeting
gathering workers in his support ahead of the upcoming presidential elections
on May 13, 2014 in Damscus.
Terrorists in Syria have bombarded a campaign
rally in support of President Bashar al-Assad's re-election in a June 3 poll,
killing at least 21 people.
The mortar fire hit a tent where Assad supporters
had gathered in the southern city of Daraa
late on Thursday and also wounded at least 30 people, the so-called Syrian
Observatory for Human Rights said.
Assad faces two little known challengers in next
month's vote and is widely expected to clinch a third seven-year term in office
despite the raging war.
The Observatory said a child was among the dead
in the attack, the first of its kind on Assad supporters since campaigning got
underway earlier this month.
The June 3 poll will be held only in
government-controlled areas.
BA/BA
- See more at:
http://en.alalam.ir/news/1596627#sthash.xRUNE062.dpuf
SEDIKIT MEMBALIK SEJARAH INDONESIA....
KITA BISA RENUNGKAN PEMIKIRAN SALAH SEORANG PEJUANG DI TAHUN 1946...????
SEKEDAR CUPLIKAN DARI KARYA TAN MALAKA
https://www.marxists.org/indonesia/archive/malaka/1946-Thesis.htm
WALAU DEMIKIAN ... ANALISA2NYA... MENGANDUNG ...KEMUNGKINAN BAHWA TAN MALAKA BELUM MEMAHAMI BENAR SIAPA DIBALIK KEKUASAAN WOODROW WILSON SANG ARSITEK KEUANGAN AMERIKA YANG SANGAT KAPITALISTIS... DAN IDE LIGA BANGSA...ITU..??
DEMIKIAN JUGA SIAPA DIBALIK PEMBERONTAKAN CROMWELL DI INGGRIS.. YANG MENGHUKUM PANCUNG RAJA ASLI KERAJAAN INGGRIS.. DAN KONON DIGANTI OLEH RAJA BONEKA BUATAN... PARA KONSPIRASI...
YAKNI RAJA BARU YANG BERASAL DARI JERMAN...??
NAMUN TULISAN INI SEACARA LOGIKA DAN PEMAHAMAN POLITIK SANGAT BERBOBOT.. DENGAN KONDISI BANGSA INDONESIA PADA ZAMAN ITU...
SECARA JUJUR HINGGA KINI.. BELUM BISA ADA YANG MENANDINGI KEHEBATANNYA.. DALAM ANALISIS..POLITIKNYA..
KITA CUKUP BANGGA ... SEBAGAI BANGSA INDONESIA.. YANG DENGAN OTODIDAKNYA... MAMPU MENGIMBANGI PARA INTELEKTUAL INTERNASIONAL.. WALAUPUN KONDISI SANGAT TERBATAS...
WALAU DEMIKIAN ... ANALISA2NYA... MENGANDUNG ...KEMUNGKINAN BAHWA TAN MALAKA BELUM MEMAHAMI BENAR SIAPA DIBALIK KEKUASAAN WOODROW WILSON SANG ARSITEK KEUANGAN AMERIKA YANG SANGAT KAPITALISTIS... DAN IDE LIGA BANGSA...ITU..??
DEMIKIAN JUGA SIAPA DIBALIK PEMBERONTAKAN CROMWELL DI INGGRIS.. YANG MENGHUKUM PANCUNG RAJA ASLI KERAJAAN INGGRIS.. DAN KONON DIGANTI OLEH RAJA BONEKA BUATAN... PARA KONSPIRASI...
YAKNI RAJA BARU YANG BERASAL DARI JERMAN...??
NAMUN TULISAN INI SEACARA LOGIKA DAN PEMAHAMAN POLITIK SANGAT BERBOBOT.. DENGAN KONDISI BANGSA INDONESIA PADA ZAMAN ITU...
SECARA JUJUR HINGGA KINI.. BELUM BISA ADA YANG MENANDINGI KEHEBATANNYA.. DALAM ANALISIS..POLITIKNYA..
KITA CUKUP BANGGA ... SEBAGAI BANGSA INDONESIA.. YANG DENGAN OTODIDAKNYA... MAMPU MENGIMBANGI PARA INTELEKTUAL INTERNASIONAL.. WALAUPUN KONDISI SANGAT TERBATAS...
TENTANG DUNIA LUAR DAN DALAM INDONESIA
1. DUNIA LUAR.
1.A. PERTENTANGAN DUA SISTEM.
Dua sistem yang sangat bertentangan sifatnya sekarang berhadapan muka
satu sama lainnya di dunia ini. Sistem yang muda tetapi tumbuh terus
ialah sistem sosialisme, yang berlaku di Soviet Rusia. Sistem yang sudah
tua ialah sistem kapitalisme yang berpusat di Amerika Serikat dan
Inggris. Buntutnya sistem ini adalah imperialisme yang merayap-rayap di
Asia dan Afrika. Sistem Sosialisme berkuasa dalam daerah kurang lebih
1/6 muka bumi yang berpenduduk kurang lebih 200 juta manusia, ialah
hampir 1/10 seluruh cacah jiwa bumi kita ini. Pengaruhnya sistem
Sosialisme di antara seluruhnya penduduk dunia di luar Rusia teristimewa
pula di tanah jajahan seperti Asia dan Afrika amat besar sekali.
Imperialisme Amerika langsung menguasai Philipina dan sangat besar
sekali pengaruhnya pada Kanada, Amerika Tengah, dan Selatan, yang jumlah
luasnya hampir 1/3 daratan di seluruh dunia. Sebelum dan sesudahnya
perang dunia ke II, Kapitalisme Amerika sangat mempengaruhi Tiongkok dan
bagian Asia yang lain, juga Afrika, Australia, Eropa termasuk juga
Inggris. Imperialisme Inggris semakin lama semakin renggang
perhubungannya dengan Free State Irlandia, dengan Afrika Selatan,
Australia dan Kanada serta sekarang dalam pertikaian hebat dengan tiang
tempat berdirinya selama ini, yakni India dan Mesir. Strategi baru
berdasarkan Teknik Atom menambah kemerdekaan tiap-tiap Dominion Inggris
dan memperenggang antara Inggris dan masing-masing Dominionnya.
Dalam masa 10 tahun permulaannya Soviet Rusia berdiri (1917-1927),
dia amat dimusuhi oleh Kapitalisme dan Imperialisme dunia. Jepang
membantu dengan tentara dan senjata kepada kaum kontra revolusinya yaitu
Rusia Putih di Siberia (1918), Inggris dan Perancis mendaratkan
tentaranya di Archangel (1919), Rumania dan Polandia (1920) yang dibantu
sepenuhnya oleh Inggris dan Perancis yang pula dari Barat, semua
serangan itu dapat ditangkis oleh Sosialis Soviet Rusia dengan berhasil.
Demikian pula semua serangan dari pihak kontra revolusi di bawah
pimpinan bekas para jendral Tsar seperti Khochlak, Denikin, Wrangel dan
lain-lain dihancur-leburkan oleh senjata lahir dan batin (yang paling
utama adalah batin) Republik Sosialis yang muda remaja itu.
Sesudahnya semua percobaan menyerang dengan senjata kemiliteran itu
gagal, maka barulah dunia Kapitalisme mengakui Soviet Rusia lahir dan
batin serta mengajak para wakil Soviet berunding di Genoa pada tahun
1922, ialah sesudahnya 5 tahun Sosialisme Rusia berdiri. Pengakuan atas
kekuatan Soviet Rusia itu adalah kekuatan de fakto bukan de jure.
Pengakuan dan perundingan atas dasar "duduk sama rendah dan tegak sama
tinggi" itu, tiadalah mengurangkan kecurigaan dan kegelisahan dunia
Imperialisme dengan jajahannya terhadap Sosialisme di Rusia itu.
Meskipun senjata militer tidak lagi dilakukan terhadap Soviet Rusia
tetapi tidak putus-putusnya dunia Kapitalisme mencoba memfitnah dan
membusukkan di mata dunia luar Rusia dengan jalan anti propaganda yang
serendah-rendahnya. Dari tahun 1928 sampai perang dunia ke II ini,
Kapitalisme dunia kaget, kagum, dan gemetar melihat kemajuan pesat
Sosialisme di Rusia, disebabkan oleh pelaksanaan Rencana Ekonomi
berturut-turut. Kemajuan semacam itu terutama dalam perkara teknik,
pertanian dan perindustrian serta yang berhubungan dengan itu dalam hal
sosial dan kebudayaan yang belum pernah dialami oleh bagian dunia lain
dan di tempat manapun juga.
Tetapi dunia Kapitalisme tetap curiga walaupun kagum tetapi benci,
meskipun maklum sungguh tentang kesanggupan Sosialisme dan kegagalan
Kapitalisme. Baru setelah Jerman Fasis menyerang Rusia pada bulan Juni
1941 maka Kapitalisme Amerika dan Inggris menghampiri dan mengadakan
perserikatan melawan perserikatan Fasis Jerman-Jepang-Italia.
Nyatanya sekarang bahwa perserikatan itu sama sekali tidak
berdasarkan atas persamaan sifat. Apabila musuh bersama itu telah jatuh
maka tegaklah kembali pertentangan sifat yang lama, pertentangan sistem
sosialisme dengan sistem kapitalisme.
1.B. DUA "BISUL" PEPERANGAN.
George Washington, Presiden Pertama Amerika Serikat, memformulirkan,
menetapkan, politik luar negeri dengan cara negatif, cara meniadakan.
Dia mengusulkan supaya Amerika Serikat menjauhi "foreign entanglement",
menjauhi supaya perkara luar negeri yang bisa menyebabkan Amerika
Serikat terlibat dalam peperangan. Inilah politik "isolasi", politik
menyingkirkan diri yang masyur itu. Memang Amerika Serikat yang luasnya 3
½ juta mil persegi dan penduduk baru beberapa juta saja di masa itu
belum berapa membutuhkan dunia luar berupa pasar buat membeli bahan
ataupun buat menjual barang pabriknya. Amerika membutuhkan tenaga dan
modal asing. Keduanya datang bertimbun-timbun dari Eropa.
Paul Monroe sudah sampai ke tingkat sejarah Amerika Serikat bilamana
Amerika Serikat membutuhkan Amerika Tengah dan Selatan sebagai pasar.
Inilah artinya dasar politiknya "America for the Americans" ialah
Amerika buat orang Amerika. Dalam hakekatnya pepatah ini berarti, bukan
saja lagi Amerika di Utara perlu buat pasarnya Amerika Serikat sendiri,
tetapi juga seluruhnya Amerika Utara, tengah dan Selatan hendaknya
dimonopoli oleh kapital Amerika Utara. Politik negatif George Washington
kini menidak bolehkan kapital asing bermarajalela di seluruhnya benua
Amerika. Politik meng-isolir, mengasingkan diri dari negara asing, yang
dimajukan oleh Monroe dan berbadan pada Partai Republik, sekarang dalam
hakekatnya meng-isolir kapital asing di kedua benua Amerika.
Presiden Wilson, bapak Volkbond, Serikat Bangsa, pemimpin Partai
Demokrat dengan mancampuri Perang Dunia ke I, akhrinya mengisolir
Amerika Serikat dari Serikat Bangsa yang dianjurkan oleh Presiden
Amerika sendiri itu, nyatalah sudah Amerika Serikat sudah sampai ke
tingkat imperialisme, yang memerlukan pasar buat bahan, hasil pabrik dan
penanaman modalnya. Cuma lembaga (tradisi) dan pertengkaran antara dua
partai terbesari itu menyebabkan Partai Demokrat masih malu-malu kucing.
Perang Dunia ke II ini sekali lagi menarik Amerika Serikat, di bawah
pemerintah Partai Demokrat pula, ke jurang politik "foreign
entanglement". Memang almarhum Presiden Roosevelt dan penggantinya
Presiden Truman sudah terlibat betul dalam imperialisme dunia. Kehendak
Presiden Truman, supaya Amerika "tetap kuat, supaya tetap memegang
pimpinan dan melakukan pimpinan itu untuk perdamaian dunia" adalah
hasrat dan perkataan tepat-jitu seseorang wakil imperialisme tulen.
Usaha campur tangan "mendirikan Korea yang demokratis", membantu anak
angkat Tiongkok yang "merdeka dan demokratis" dengan Y.M.C.A (Kumpulan
Pemuda Kristen), modal dan penasehat militer dsb., memproklamirkan
"Commonwealth Filipina" yang "berdaulat dan merdeka" penuh tetapi
mendudukan tentara atau armada Amerika di Filipina "berdaulat dan
merdeka" itu pada tanggal 4 Juli tahun ini dan menduduki semua pulau
yang penting buat siasat perang di seluruh Lautan Teduh, memang semuanya
perbuatan imperialis 100% yang diselimuti dengan perkataan "perdamaian
dunia" dsb., yang lazim dipakai oleh "Winston Churcill dan Tenno Haika.
Hilanglah ketakutan Amerika Serikat akan terlibatnya dalam politik luar
negeri sesudah Perang Dunia ke II ini. Lenyaplah keinginannya hendak
"menyingkirkan" diri dari diplomasi yang agresif. Amerika Serikat
sekarang sudah terikat oleh kapital yang ditanamnya di seluruh dunia dan
politik imperialisme yang dilakukan di seluruh Asia Timur dan lautan
teduh.
Pasar buat bahan, hasil pabrik dan tempat menanam modal Inggris,
jajahan dalam arti sebenarnya berada di Afrika, Asia Dekat dan Tengah.
Terhadap Afrika dan Asia, Inggris bersikap si penjajah tulen. Di Eropa
Barat dan Tengah Inggris mempunyai pasar pula buat menjual barang
pabriknya dan menanam modalnya. Buat menjaga pasarnya itu dia
menjalankan politik memecah dan mengadakan "block". Negara yang besar
dipecah atau dikepung. Nederland yang kuat di abad ke 17 dipecah menjadi
Negara Belgia dan Belanda sekarang. Perancis yang kuat di jaman
Napoleon, dikepung dan diperangi oleh "block" beberapa negara Eropa di
bawah pimpinan Inggris. Jerman di bawah Leiser di kepung dan diperangi
oleh "block Negara" di bawah pimpinan Inggris (1914-1918). Jerman di
bawah Nazi dikepung dan diperangi oleh "Block Negara" di bawah pimpinan
Inggris (1939-1945). Sekarang Negara Soviet-Rusialah yang terkuat di
Eropa. Inggris sedang berusaha keras mengadakan "block Negara" di Eropa
Barat, di sekitar Lautan Tengah dan di Asia Dekat dan Tengah. Jalan
terpenting buat Inggris ke Hindustan ialah Terusan Suez dan kedua
Trans-Jordania-Irak. Sjahdan Irak seperti juga Iran amat penting sekali
buat imperialisme Inggris, berhubung dengan minyak-tanah dan jalan darat
dan udara pergi ke India. Di sinilah Inggris sekarang berusaha
mengadakan "Block Negara" Turki-Arab di bawah pimpinannya menentang
Soviet Rusia. Kabarnya konon di Irak berada 200.000 serdadu Inggris.
Soviet Rusia tentulah insaf betul akan maksud Inggris terhadap dirinya
di masa ini. Soviet Rusia tentunya belum lupa akan sikap Inggris
terhadap dirinya dari waktu berdirinya pada tahun 1917 sampai pecahnya
perang Jerman-Rusia tahun 1941. Soviet Rusia membalas aksi ekonomi dari
pihak Inggris dengan aksi ekonomi dan aksi diplomasi dengan aksi
diplomasi pula. Produksi minyak di Rumania yang dahulu dikuasai Inggris
sekarang jatuh ke tangan Rusia. Di Iran rupanya Rusia bisa mendapatkan
hak mendirikan kongsi minyak dengan Iran. Dengan begtiu maka monopoli
Inggris-Amerika di Iran terancam oleh kongsi Rusia-Iran. Oleh musuh
Rusia tindakan Rusia semacam ini dikatakan tindakan imperialisme merah.
Terjemahan semacam itu memangnya gampang dimengerti dan dipercayai oleh
otak yang kurang kritis, apalagi oleh semangat yang memang berat
sebelah. Tetapi dalam suasana pergulatan hidup mati antara yang
mem-block dan yang diblock yang diperdalam pula oleh pertentangan lama
antara sistem sosialisme dan sistem kapitalisme, susahlah dicari titik
berhentinya politik Sosialisme yang mempertahankan diri dan titik
melangkahnya politik imperialisme-merah atau putih dan akhirnya mana
yang "sebab", mana pula yang "akibat".
Teranglah sudah di sekitarnya negara Iran-Irak dan Turki berada "bisul"
peperangan yang sewaktu-waktu bisa meletus. Inilah bisul yang pertama.
Di Asia Timur umumnya di Korea khususnya di mana Trusteeship Rusia
berdampingan dengan Trusteeship Amerika berada "bisul" peperangan yang
sewaktu-waktu pula bisa meletus.
Inilah bisul yang kedua.
3. Di sekitarnya Pertentangan.
Pertentangan yang mencolok mata dalam beberapa hal-ichwal kehidupan
manusia dalam masyarakat sosialisme di Rusia dan dalam masyarakat
kemodalan, seperti di Amerika, Inggris dll. ialah:
a. Dalam hal Politik.
Di Soviet Rusia. Pada permulaan revolusi di tahun 1917, maka
pemerintah negara berdasarkan Diktatornya Kaum Proletar, dalam arti
proletar mesin dan tanah di bawah pimpinan Partai Komunis, yang
beranggota beberapa puluh ribu orang saja, memaksakan kemauannya atas
seluruh penduduk Rusia, yang lebih kurang 150 juta itu. Dalam pemilihan
umum yang baru lalu Partai Komunis dengan anggota dan calonnya sudah
menjadi beberapa juta dan jumlah pemilih sudah hampir 100 juta orang.
Kekuasaan tetap di tangannya pekerja dalam pabrik, tambang dan
pertanian.
b. Di dunia kemodalan.
Dalam masyarakat, di mana kekuasaan (birokrasi), kekayaan dan
kebudayaan dipegang oleh kaum borjuis (bankir, pemilik pabrik, pedagang
dengan para pembantunya profesor, pembesar Negara, Pangreh Praja,
jurnalis, pendeta, dsb.), maka pemilihan umum itu cuma berarti
memindahkan kekuasaan negara dari tangannya satu golongan kaum borjuis
ke tangan golongan borjuis yang lain. Dengan perkakas pemerintah yang
berupa birokrasi, dibantu oleh alat propaganda yang kuat, maka beberapa
biji kaum kapitalis itu bisa memaksakan kemauannya atas seluruh Rakyat.
Dalam masyarakat kapitalis, maka demokrasi itu adalah satu kedok buat
menutupi muka kediktatoran beberapa biji kapitalis atas seluruhnya
rakyat.
c. Dalam hal bahan.
Soviet Rusia berbahagia mempunyai hampir semuanya macam bahan kodrat
seperti arang, minyak tanah dan listrik, hampir semuanya bahan logam,
seperti besi, mas, perak, platina, dll., hampir semuanya bahan
pemakaian, seperti kapas, wol, kayu, kecuali getah, tetapi bisa diganti;
dan akhirnya makanan yang melimpah, karena tanahnya luas dan subur,
Soviet Rusia tak begitu membutuhkan bahan dari luar.
Inggris cuma kecukupan arang saja. Minyak didatangkan dari semua
pelosok dunia. Besi tak cukup; mesti didatangkan dari luar. Timah dari
Malaya. Hampir semua logam yang lain-lain tak terdapat di Inggris. Kapas
kurang halus dari Hindustan. Yang halus dari Sudan (Mesir). Getah dari
Malaya. Cuma +40% barang makanan bisa dihasilkan di Negara
Inggris sendiri. Sebagian besar dari daging atau gandum mesti
didatangkan dari luar (Argentina, Australia, Hindustan, dll.).
Amerika Serikat berbahagia pula memiliki alam yang mengandung hampir
semuanya jenis bahan. Timah dan getah yang tidak ada di Amerika Serikat
bisa diperoleh di Amerika Selatan. Cuma boleh jadi sekali minyak tanah
sudah hampir kering dipompa dari kandungan bumi Amerika Serikat.
Kapitalis Amerika sudah lama insyaf akan hal ini. Sebab itulah maka
Standard Oil Co. mempertajam hidungnya mencium-cium di mana ada minyak
dan sudah lama mempererat cengkramannya pada kebanyakan sumber minyak di
luar Amerika. Getah dan Timahpun adalah persoalan terpenting buat
perindustrian terpenting di Amerika Serikat ialah perindustrian oto dan
pesawat terbang.
d. Dalam hal perburuhan.
Dengan hancurnya beberapa biji kapitalis serta jatuhnya alat
produksi di tangan masyarakat buat masyarakat, dengan lenyapnya "hasrat
mencari untung", lenyapnya "dasar produksi yang anarkis" dan lenyapnya
"kebiasaan berlomba-lomba menghasilkan dan menjual murah" seperti di
dunia kapitalis, maka kedudukan Rakyat di Soviet Rusia tidak lagi
bertinggi berendah kedudukan buruh dan majikan, melainkan kedudukan
mereka sesama pekerja.
Perbedaan tentulah tak akan lenyap begitu saja, karena terbawa oleh
pengaruh lama dan pengaruh kapitalisme di sekitar Soviet Rusia.
Perbedaan terbawa pula oleh perbedaan pekerjaan, tetapi perbedaan itu
makin lama makin berkurang, selama penghisapan tenaga kaum buruh oleh
majikan tiada berlaku, selama produksi bukan dilakukan buat mencari
untung oleh beberapa biji kapitalis yang berlomba-lomba, melainkan buat
keperluan masyarakat seluruhnya menurut satu perhitungan, selamanya
itulah pula krisis dan pengangguran tetap (permanent unemployment) tak
akan dikenal di Rusia sosialis.
Sekaya-kayanya Amerika (dan Inggris) dan selama penghasilan cuma buat
memburu untung sebesar-besarnya oleh beberapa biji kapitalis dengan
jalan berlomba-lomba mempertinggi teknik, mengurangkan gaji buruh dan
mengurangkan banyaknya buruh dipakai maka kedudukan Rakyat dalam garis
besarnya adalah kedudukan majikan dan buruh, bertinggi berendah dan
kedudukan yang mengancam dan terancam.
Kaum buruh ialah bagian penduduk yang terbesar dalam masyarakat itu,
selalu terancam oleh pengangguran. Adapun pengangguran itu adalah suatu
penyakit yang tetap terkandung oleh masyarakat kapitalisme. Penyakit
pengangguran itu bisa lenyap kalau kapitalisme dan kaum kapitalis
sendiri lenyap dari muka bumi Amerika, Inggris & Co.
Sebelum perang dunia kedua ini, maka pengangguran tetap di Amerika
Serikat kurang lebih 11 juta orang dan Inggris kurang lebih 2 juta
orang.
e. Dalam hal pertanian.
Dengan lenyapnya Latifudian (tuan tanah ningrat) yang memiliki tanah
ratusan kilometer persegi luasnya dan lenyapnya kasta kaum Ningrat di
Rusia, maka lenyaplah pula tindasan dan isapan kaum Ningrat atas
tenaganya buruh tanah dan lenyaplah pula akhirnya proletar tanah dalam
arti lama. Dengan kemajuan kolektivisme (kerja bersama) dan mekanisasi
(pemakaian mesin) maka timbullah kaum pekerja tanah di samping pekerja
pabrik dan tambang.
Kedudukan buruh terhadap majikan (tani terhadap tuan tanah) bertukar menjadi kedudukan pekerja terhadap pekerja: sama rata.
Di Amerika dan Inggris penghisapan dan penindasan farmers (tuan tanah)
besar dan menengah terhadap jutaan buruh tanah, ialah mereka yang hidup
dengan gaji semata-mata, masih marajalela. Seperti buruh mesin maka
buruh tanah di Amerika, Inggris dll., masih menderita tindasan dan
penghisapan dan masih terancam oleh pengangguran yang mengenai jutaan
manusia pada waktu yang tetap pasti datangnya.
f. Dalam hal kebangsaan.
Di Soviet Rusia perbedaan bentuk badan, besar tubuh, warna kulit dan
perbedaan bahasa dan kebudayaan satu golongan manusia dengan golongan
manusia lainnya tiada lagi menimbulkan pertentangan, kebencian dan
permusuhan. Soviet Rusia sanggup memusatkan semua persamaan di antara
satu golongan manusia dengan golongan manusia yang lain, umpamanya dalam
keperluan hidup (politik dan ekonomi). Sanggup pula memberi kelonggaran
pada perbedaan, umpamanya tentangan bahasa dan kebudayaan. Dengan
memakai bahasa Rusia sebagai bahasa pengantar buat seluruhnya Soviet
Rusia dan membiarkan bangsa kulit putih, Turki, Mongolia memakai dan
memajukan bahasanya sendiri dalam satu "federasi" besar atas sistem
sosialisme, maka pertentangan kebangsaan hilang lenyap.
Pertentangan kebangsaan hilang lenyap. Pertentangan majikan dan buruh
yang melekat pada sistem kapitalisme memperdalam perbedaan bangsa dan
bangsa, dalam sesuatu masyarakat kapitalisme. Dalam negara Amerika
Serikat yang membanggakan "demokrasi" dan "kemerdekaan" itu, ada tempat
dalam kereta api umpamanya, yang tiada bisa dimasuki oleh bangsa Niger
(orang hitam). Bangsa yang malang ini acap kali menderita serangan
kejam, yang termashur di dunia dengan perkataan "lynch", ialah "pukulan
sampai mati", kalau ada orang hitam yang melanggar atau disangka
melanggar kehormatannya (perempuan) bangsa kulit putih. Orang berwarna
di Afrika Selatan amat dipisahkan tempatnya dengan orang kulit putih
baik dalam ekonomi, politik ataupun pergaulan hari-hari saja. Dalam
kereta kendaraan sering tertulis "for white men only", cuma buat orang
putih saja.
Masih segar dalam peringatan kita tulisan di Shanghai di kebun umum,
"Chinese and dogs are not allowed", Tionghoa dan anjing dilarang masuk.
4. Kemungkinan pertentangan.
Sejarah masyarakat kita yang mengandung pertentangan sosialisme itu,
logisnya, bisa menimbulkan 4 kemungkinan. 1) Kapitalisme menang dan
sosialisme lenyap; 2) Keduanya sosialisme dan kapitalisme bersama-sama
masyarakat manusia hilang lenyap; 3) Kapitalisme dan sosialisme
berkompromi; 4) sosialisme menang sempurna.
Bahwa kapitalisme akan menang sempurna dan sosialisme akan lenyap sama
sekali, tidaklah mungkin. Sekarangpun di negara kapitalis yang
sekuat-kuatnya, sosialisme adalah satu faktor, satu kekuatan yang tiada
bisa dibatalkan. Di Amerika atau Inggris ada "undang-undang perburuhan"
yang menjamin penghidupan (walaupun sederhana) kaum proletar. Hak kaum
buruh mendirikan perkumpulan dan surat kabar dan mengirimkan wakilnya ke
Dewan Perwakilan sudah lama diakui dan dijalankan di Amerika, Inggris
dll.
Bahwa sosialisme dan kapitalisme keduanya bersama masyarakat manusia
kita akan lenyap dari muka bumi, tiadalah perlu banyak diperundingkan.
Kemungkinan itu memang ada, umpamanya kalau negara sosialis dan
serikatnya berperang habis-habisan dengan negara kapitalis dan
serikatnya memakai senjata yang tiada lagi mengindahkan perikemanusiaan.
Tetapi kemungkinan ini beralasan pula atas kemungkinan bahwa manusia
itu sudah tak berakal dan berkemanusiaan lagi. Dengan perkataan lain:
manusia itu bukan manusia lagi.
Lebih mungkin hal 3, bahwa kapitalisme dan sosialisme akan berkompromi,
atau dengan jalan ambil mengambil, atau sebagai dua sistem yang
bertentangan, tetapi hidup sebagai dua tetangga yang berdamai atas dasar
hormat-menghormat.
Kemungkinan ini bisa berlaku, kalau beberapa syarat bisa pula berlaku.
PERTAMA: pada satu pihak dunia Sosialis cukup mempunyai "bahan" buat
per-industriannya buat menjamin penghidupan yang cukup tinggi buat
penduduknya dan teknik yang cukup kuat buat pertahanan masyarakatnya
terhadap serangan Dunia Kapitalis yang mungkin terjadi. Pada lain pihak
Dunia Kapitalis mesti tetap punya pasar buat membeli bahan pabrik, pasar
buat menjual hasil pabrik dan daerah buat menanam modalnya. Karena
modalya dan pabriknya kaum kapitalis senantiasa bertambah besar itu
adalah syarat hidupnya kapitalisme pada satu pihak, tetapi pada pihak
lain jajahan dan pasar sekarang saja sudah amat sempit buat seluruhnya
kapitalisme di dunia, maka susahlah kalau tidak mustahil, yang dunia
kapitalisme bisa terus hidupnya. Atau dunia kapitalisme akan terpaksa
bertempur dengan dunia Sosialis atau akan meletus kegembungan diri
sendiri.
Tiap-tiap krisis, pengangguran dan pemogokan umum di dunia kapitalis di
waktu damaipun akan menambah simpati kaum proletar di negara kapitalis
tehradap negara sosialis yang tak mengenal penyakit krisis, pengangguran
dan pemogokan umum semacam itu.
Sebaliknya pula kebusukan negara kapitalis itu akan menambah cemburu,
kecurigaan dan kebencian kaum kapitalis di negara kapitalis terhadap
kemakmuran dan ketenraman negara sosialis itu. Pada lagi di waktu
revolusi dalam salah satu negara kapitalis atau di masa peperangan
imperialis, sudahlah buat Negara Sosialis dan Negara Kapitalis buat
menjauhi peperangan satu sama lainnya.
KEDUA: pembagian hasil di antara kaum kapitalis dan kaum buruh, yang
berupa untung dll. (termasuk bunga uang gaji dan pensiun) buat kaum
borjuis serta upah buat kaum proletar, haruslah semakin lama semakin
mendekati sama rata dengan tidak melalui jalan revolusi. Tetapi
kesulitan penyelesaian itu dengan damai amat susah sekali diperoleh,
kalau tidak mustahil. Karena memperbesar upah buat kelas-buruh berarti
memperkecil untung buat kaum borjuis. Kalau untungnya kecil, maka bunga
uang buat meminjam modal itu sendirinya naik. Sendirinya pula harga
barang pemakaian sehari-hari naik. Sendirinya pula, akhirnya, upah yang
diperbesar tadi dibatalkan oleh harga-harga keperluan buruh sehari-hari
naik itu. Kenaikan upah itu tak berguna. Kaum buruh perlu berusaha
kembali menaikan upahnya dengan jalan pemogokan. Lain pula kalau upah
buruh amat tinggi, maka kaum borjuis mencoba mendapatkan dan memakai
mesin baru yang lebih cepat dan kuat (mekanisasi). Dengan begini maka
terpaksa pula sebagian kaum buruh dilepas, sebab mesin baru yang
cepat-kuat tadi membutuhkan sedikit orang saja. Dengan begitu maka
timbullah pula pengganguran. Semua percobaan buat menaikkan upah dengan
jalan pemogokan dari pihak kaum pekerja dan jalan mengurangi banyak
pekerja (pengangguran) dengan jalan mekanisasi dari pihak kaum kapitalis
ialah bunga api yang sewaktu-waktu bisa membakar minyak tanah revolusi
dalam masyarakat kapitalisme.
KETIGA: Kedudukan Negara Penjajah dan Negara Terjajah (seperti Inggris
dan Hindustan) mesti dengan secara damai pula mendekati keadaan dua
Negara Merdeka. Tetapi buat Negara Penjajah ini berarti kehilangan pasar
buat membeli bahan yang murah, kehilangan pasar tempat menjual hasil
pabriknya dengan harga tetap mahal dan kehilangan daerah yang tetap aman
buat menanam modal yang tetap besar untungnya. Karena kemerdekaan tulen
buat Negara Terjajah itu berarti mengendalikan harga bahannya dan di
mana bisa memakai bahannya itu untuk pabriknya sendiri. Selainnya dari
pada itu memakai pasar dalam negaranya sendiri buat menjual hasil
pabriknya sendiri dan kalau perlu dengan menolak sama sekali masuknya
atau mempajaki barang pabrik Negara Asing yang bisa menjadi saingan buat
hasil pabriknya sendiri. Akhirnya di mana ada kesempatan negara dulunya
terjajah, tetapi sekarang Merdeka tulen, andaikan secara kapitalis itu
tentulah akan memakai daerahnya sendiri buat menanam modalnya sendiri.
Pada tingkat permulaan mungkin sesuatu Negara baru Merdeka itu mau dan
perlu memakai modal asing, tetapi dalam tempo sedikit saja modal asing
itu akan takut dan ngeri sendiri melihat kemajuan dan persaingan hebat
dari Negara baru itu. Umumnya Asia dan Afrika mempunyai banyak bahan dan
tenaga yang murah harganya. Membangunkan kapitalisme Asia seluruhnya
berarti buat kapitalisme Eropa dan Amerika membangunkan saingan
perdagangan yang kalau diperbandingkan dengan perdagangan Jepang sebelum
perang Dunia ke II, adalah seperti perbandingan gajah dengan lalat.
KEEMPAT: Ketiganya Almarhum Negara Fasis, yakni Jerman, Italia dan
Jepang tetap bisa dikangkangi dan diinjak lehernya. Ini membutuhkan
kekuatan dan persatuan kokoh antara Bekas Sekutu, ialah Inggris, Amerika
dan Rusia. Sedikit saja kekuatan atau persatuan mengangkangi dan
menekan ketiga negara yang berjumlah penduduk + 200 juta itu
longgar, maka akan bangunlah kembali negara bekas fasisyang akan
mendapatkan bermacam-macam jalan buat menimbulkan kembali perlawanan
membalas dendam. Sekarang belum lagi negara menang berunding dengan
negara kalah buat menentukan nasib negara-kalah itu, sudah timbul
percekcokan hebat antara 3 negara menang, yakni Inggris, Amerika dan
Rusia.
Boleh jadi sekali kalau perundingan sudah dimulai akan timbul
pertentangan, malah permusuhan yang hebat, yang tak bisa dipadamkan.
Sekarang pun sudah terdengar kabar, bahwa masing-masing negara menang
akan mengurus perdamaian dengan bagian negara kalah yang didudukinya
saja. Dengan begitu, maka negara kalah akan berupa terbagi-bagi. Tetapi
begitu pula negara menang. Jikalau negara menang itu terbagi-bagi, maka
akan terbukalah jalan buat mereka negara kalah dengan jalan tertutup,
setengah terbuka dan akhirnya terang-terangan bersatu-diri dan
mengadakan perlawanan seperti dilakukan di Jerman sesudah Perang Dunia
ke-I. Apakah jalan persatuan dan imperialisme Jerman itu kelak akan
dipimpin oleh partai fasis pula atau oleh bentuk lain, bolehlah
diserahkan kepada sejarah saja. Tetapi sudahlah beberapa kali sejarah
Jerman membuktikan, bahwa bangsa Jerman tak bisa dikangkangi,
dikendalikan oleh negara asing ataupun dibagi-bagi kedaulatan,
kemerdekaan, daerah atau administrasinya, buat selama-lamanya.
Mengingat kesulitan 4 perkara ini sebagai syarat buat negara sosialis
dan negara kapitalis mengadakan kompromi, maka keadaan berkompromi itu
adalah seolah-olah surga yang mesti didapat setelah melalui jembatan
rambut menyeberangi api neraka.
Kemungkinan terakhir, 4) ialah: Kemenangan sempurna pada pihak
sosialisme atas kapitalisme. Ini tiada akan berarti bahwa kapitalisme
akan lenyap sama sekali. Sebab hasilnya (positive-result) yang dibawa
oleh kapitalisme ialah teknik, administrasi dan kerja bersama dalam
sesuatu perindustrian, akan dibawa terus, bahkan dimajukan oleh
sosialisme. Kemenangan sosialisme yang sempurna berarti, bahwa
sosialismelah sistem yang akan diakui dan dijalankan di seluruh dunia.
Dalam garis besarnya ini berarti: usaha mencocokkan produksi dan
distribusi dengan cara teratur (rational), kerja bersama (cooperation),
dan tergabung (coordination), untuk kemakmuran tiap-tiap anggota
masyarakat yang bekerja di seluruh dunia. Akan lenyaplah cara
menghasilkan menurut kehendak dan keperluan seseorang kapitalis, buat
mencari untung seseorang diri. Akan hilanglah perlombaan menjual murah
dan mencari untung besar dan berhubung dengan itu, hilanglah
pengangguran, krisis, imperialisme, peperangan dan penjajahan.
Alasan buat kepastian kemenangan sosialisme atas kapitalisme adalah bermacam-macam, di antaranya adalah:
PERTAMA: dalam hal politik.
Dalam masyarakat kapitalis, maka beberapa biji kapitalis dengan
hartanya membikin birokrasi dan menyewa kaki-tangannya buat menindas dan
menghisap golongan terbesar dalam masyarakat, ialah pekerja otak. Dalam
masyarakat sosialis, maka harta perseorangan buat kemakmuran tiap-tiap
anggota masyarakat. Dalam masyarakat semacam ini kekuasaan politik tiada
lagi dimonopoli oleh beberapa biji kapitalis buat kepentingan dirinya
sendiri, melainkan oleh semua yang bekerja.
KEDUA: Dalam hal ekonomi.
Dalam masyarakat kapitalis pendapat baru (teknik) dipakai buat memukul
perusahaan saingan. Mesin baru bisa mengadakan barang yang lebih banyak,
lebih bagus dan lebih murah. Tetapi sebaliknya sering pula mesin baru
dibeli oleh satu monopoli, terus dibuang atau dipendam karena takut
kalau mesin baru menimbulkan terlampau banyak pengangguran, jadinya
mengguncangkan pasar pula. Kalau pengangguran tiba-tiba terjadi, maka
sebagian besar kaum buruh kehilangan upah. Jadinya mereka tidak sanggup
membeli apa-apa walaupun mesin baru bisa mengadakan barang yang bagus
dan murah. Kalau barang tak laku, pabrik terpaksa pula ditutup.
Masyarakat sosialis, yang tidak berdasarkan concurrentie itu, melainkan
berdasarkan perhitungan atas apa dan berapa keperluannya masyarakat itu,
akan bergembira kalau seseorang anggotanya mendapatkan mesin baru buat
memperbanyak, mempercepat dan memperbagus hasilnya. Syahdan keperluan
dan keinginan manusia itu tak ada hingganya. Sesudah keperluan makan
tertutup, orang mau pakaian. Seusudah keduanya tertutup, orang mau
kendaraan. Seterusnya orang mau bunyi-bunyian dll. Makan dan minumanpun
adalah bermacam-macam tingkatnya, dari yang perlu buat hidup seperti
nasi, sampai ke goreng ayam, sate perkedel, dll. Pakaian: dari celana
karung sampai mori, palmbeach dsbnya. Kendaraan: dari kuda dan kereta
angin sampai ke oto dan pesawat terbang. Bunyi-bunyian dari biola sampai
radio. Demikianlah seterusnya, dari yang perlu sampai ke setengah mewah
dan mewah. Berhubung dengan tak ada batasnya keinginan manusia itu maka
tak pula ada batasnya buat kemajuan teknik dan temannya itu ilmu.
Produksi bisa membumbung setinggi-tingginya.
Seperti sudah dibayangkan lebih dahulu, maka dalam masyarakat kapitalis
tak ada kecocokan antara produksi dan distribusi. Barang itu dihasilkan
oleh beberapa biji kapitalis, dengan tak merembukan banyak dan sifat
barangnya satu sama lainnya, menurut rancangan. Kemajuan barang tadi
dijual di pasar dan dibeli oleh yang mampu saja. Mungkin barang itu
kurang, kalau kemampuan melebihi. Mungkin pula barang itu kelebihan,
kalau kemampuan si pembeli kekurangan. Celakanya kalau barang itu
kekurangan, maka harganya naik, dan untungnya besar. Dalam hal ini
beberapa biji kapitalis yang sama-sama menghasilkan barang yang kurang
tadi, dengan tidak berembuk satu sama lainnya memperbanyak barang
sekuat-kuatnya. Tiba-tiba barang itu melimpah. Harganya merosot. Untung
kecil, hilang berganti menjadi kerugian. Parbik terus ditutup dan
pengangguran timbul.
Dalam masyarakat sosialis, maka banyak dan sifatnya barang yang akan
dihasilkan dihitung lebih dahulu oleh satu badan yang dibentuk oleh
masyarakat itu sendiri. Banyak dan sifatnya hasil semua (pabrik,
tambang, kebun) yang sudah dimiliki oleh masyarakat itu, dicocokkan
lebih dahulu dengan keperluan dan haknya anggota masyarakat yang
bekerja. Banyak hasil dan pemakaian hasil tiadalah diombang-ambingkan
oleh kekuatan membeli seseorang anggota masyarakat lagi, melainkan
didasarkan atas perhitungan yang nyata, ialah keperluan masing-masing
anggota yang bekerja. Dalam masyarakat yang sosialis perhitungan itu
masih berdasarkan upah orang yang bekerja, atau sebagian atas upah dan
sebagian atas keperluan masusia umumnya. Dalam masyarakat komunisme
penghasilan (produksi) berdasarkan: tiap-tiap orang kerja menurut
kesanggupannya. Pembagian hasil berdasarkan: tiap-tiap orang mengambil
hasil menurut keperluannya.
KETIGA: Dalam hal diplomasi.
Dalam masyarakat dunia kapitalis maka Negara yang kapitalis yang kaya
dan kuat dalam kemiliteran dan teknik bisa memaksa kemauannya sendiri
atas negara yang lemah buat dijadikan jajahan: ialah pasar tetap buat
membeli bahan, menjual hasil pabrik dan mengembangkan modalnya.
Pemaksaan itu (Imperialisme) menimbulkan peperangan dengan Negara lemah
tadi atau dengan negara lain karena ingin pula mempunyai jajahan seperti
itu atau lantaran takut kalau negara perampas bermula akan bertambah
kuat dan bertambah berbahaya buat dirinya sendiri.
Dalam masyarakat dunia sosialis, semua bahan dunia bisa di hitung dan
dikumpulkan oleh satu badan yang dibentuk oleh masyarakat dunia itu.
Barang bahan itu bisa diperoleh diri sesuatu negara yang punya, dengan
penukaran dengan hasil pabrik atau uangnya negara yang membutuhkan
barang bahan itu. Dengan hilangnya rebut-merebut pasar buat membeli
bahan dan menjual barang-pabrik dengan lenyapnya usaha mencari untung
dan bunga uang, maka hilanglah pula alasan dan dasar yang terpenting
buat peperangan.
Keuntungan masyarakat sosialis dalam hal sosial, kebudayaan dll., amat
terlampau banyak. Tetapi kelebihan kekokohan masyarkaat sosialis dalam
hal politik, ekonomi, dan diplomasi seperti diuraikan di atas tadi sudah
cukup memberi jaminan bahwa masyarakat sosialis mesti menang. Sejarah
masyarakat sudah membuktikan bahwa masyarakat sosialis mesti menang.
Sejarah masyarkaat sudah membuktikan bahwa masyarakat yang lebih kokoh
ekonomi, teknik dan politiknya menggantikan yang lebih lemah, masyarakat
feodal menggantikan masyarakat budak, dan masyarakat kapitalis
menggantikan masyarakat feodal. Sekaranglah jamannya buat maysarakat
sosialis menggulingkan masyarakat kapitalis. Atau dunia kita terpaksa
kembali menjunjung "undang-undang rimba" (the law of the jungle) dalam
pergaluan satu negara dengan lain. Dengan bertambah cepatnya maju teknik
perang (bom-atom) maka bertambah cepatlah pula masyarakat kapitalis itu
didorong oleh "undang-undang rimba" itu ke perang dunia ke II sampai
hancur lebur semuanya masyarakat kita manusia.
5. UNO sebagai PENDAMAI.
Buat menegakkan perdamaian dunia belumlah cukup kalau League of Nations
(Serikat Bangsa) ditukar saja dengan United Nations Organitation (UNO).
Tidak saja namanya, tetapi juga "sikapnya" mesti ditukar.
League of Nations, lebih dikenal di jaman penjajahan Belanda dengan
nama Volkenbond, cukup penting dan mulia maksudnya, ialah: menyelesaikan
perselisihan Negara dan Negara dengan jalan perundingan. Cukup kuat
pula "sanction"nya, ialah hukuman atas negara bersalah sebagai jaminan
sesuatu putusan bersama dalam League itu. Kalau nyata sesuatu negara
bersalah karena membahayakan perdamaian dunia, maka negara itu harus
diboikot. Tetapi Jepang yang sudah nyata salahnya, karena terang
bersikap ceroboh (aggressive) di Mancuria terhadap Tiongkok (1931) tiada
diboikot. Sebabnya itu ialah lantaran pemboikotan terhadap Jepang itu
dianggap pembukaan peperangan dunia. Jadi orang takut akibatnya
menjalankan putusan League of Nations tadi, putusan bulat dari semua
negara anggota, kecuali Siam. Ketakutan League of Nations kepada
akibatnya memboikot Jepang, menimbukan akibat yang lebih menakutkan
lagi. Kecerobohan Fasis Italia terhadap Abessinia dan kecongkakan
Musolini terhadap League segera dibuntuti dengan kecerobohan Nazi Jerman
terhadap Polandia, Norwegia dll. Di Eropa dan kecongkakan Hitler
terhadap League. Akhirnya maka "sikap" lemah, takut akibat-kecil tadi
berujung pada Perang Dunia ke II, akibat sebesar-besarnya.
Kalau UNO dari mulanya akan bersikap lemah pula seperti Badan yang
diwarisinya maka UNO pun akan mewarisi nasibnya League of Nations. Tidak
saja UNO harus mempunyai wujud yang nyata, organisasi yang teguh, serta
"sanction" yang terang tertulis, tetapi terutama pula UNO mesti berani
menanggung akibatnya menjalankan sesuatu putusan yang sah.
Seperti League of Nations, maka UNO bermaksud penting mulia menegakkan
perdamaian dunia dengan jalan menyelesaikan pertikaian negara dan
negara. Sanctionnya UNO lebih tegas, pasti dan kuat dari sanction-nya
League of Nations.
Kalau sesuatu negara terang ceroboh, maka menurut undang-undang UNO,
tidak saja harus diboikot dalam arti ekonomi atau perhubungan, tetapi
juga boleh digempur.
Sifatnya sesuatu kecerobohan itu terang pula termaktub dengan Anggaran
Dasarnya UNO Kecerobohan itu dalam hakekatnya didasarkan atas
pelanggaran dua hak sesuatu bangsa, yakni pertama menentukan
pemerintahnya sendiri (right of self determination) dan kedua
mempertahanakan Kemerdekaan Negaranya (right of self defence).
Pelanggaran itu berlaku, kalau salah satu dari lima perkara yang
ditentukan pada salah atu konferensi dunia berlaku, ialah: 1) kalau
sesuatu negara mengumumkan perang pada negara lain (sudah tentu yang
bukan menyerang!); 2) mengerahkan tentara daratnya buat menyerang; 3)
mengerahkan armadanya dan pesawat terbangnya; 4) mempersenjatai sesuatu
golongan dalam negara lain yang menyerang negara lain itu; 5) mengepung
ekonominya negara lain (blokade ekonomi).
Yang akan menjadi ujian buat UNO kelak terutama sekali adalah dua persoalan:
1. Bagaimana sikap UNO terhadap bangsa yang melepaskan dirinya dari
salah satu bentuk penjajahan dan mempertahankan kemerdekaan yang
diperolehnya terhadap serangan luar.
2. Bagaimana sikap UNO terhadap negara yang maju dengan perminataan
mempunyai pasar-tetap, baik berupa protection (perlindungan),
commonwealth ataupun free state (persoalan "the haves and the haves
not").
PERSOALAN I
Berhubung dengan persoalan 1) apakah UNO akan menganggap sesuatu negara
yang "menyerang" satu bangsa yang memerdekakan dirinya dan
mempertahankan kemerdekaannya itu adalah satu negara "ceroboh"? Apakah
UNO dalam hal ini akan memboikot atau mengempur negara ceroboh itu?
Dalam arti yang tegas-hidup buat Indonesia sekarang pertanyaan itu kita boleh susun, sebagai berikut:
Apakah si Licik-Pendusta Diplomasi Inggris dengan bonekanya si
Congkak-Cacah-Camar-Ceroboh tetapi pengecut Belanda, yang memakai
tentara darat, laut dan udara, mengadakan pengepungan ekonomi,
mempersenjatai dan mengerahkan Jepang dan Bangsa Indonesia yang
bodoh-goblok menyerang bangsa Indonesia yang memerdekakan dirinya dan
mempertahankan kemerdekaannya selama 8 bulan ini, bukan satu
kecerobohan?
Kalau belum terang, apakah UNO tak patut mengirimkan satu komisi yang
terdiri dari beberapa Negara, termasuk juga negara yang tiada
berkepentingan minyak tanah, getah atau timah di Indonesia ini? apakah
sikap Inggris dan bonekanya Belanda dibenarkan, apakah ini tidak akan
berarti membenarkan "penjajahan" dan membatalkan "hak kemerdekaan
sesuatu bangsa" (right of self-determination) dan "hak mempertahankan
diri" (right of self-defence) ialah dua tiang tempat berdirinya UNO?
Kalau seandainya Inggris dan bonekanya Belanda memang melanggar
kemerdekaan Indonesia dan memang ceroboh, tiadakah perlu Inggris Belanda
diboikot dan digempur? apakah sikap sikap lemah seperti terhadap Jepang
pada tahun 1931 pula yang akan diambil?
Satu pepatah yang masyur sekali berhubung dengan sikap yang mesti
dipakai oleh para hakim dalam satu perkara di salah satu Negara
demokratis yang kuno di Indonesia di jaman lampau berbunyi: "Tiba di
mata dipicingkan dan tiba di perut dikempiskan". Artinya itu kalau yang
bersalah itu adalah berdekatan dengan para hakim maka perkara itu
ditutup saja. Menurut dasar negara itu juga patutlah: "Tinggi kayu aru
dilangkahi dan rendah bilang-bilang diseluduki". Artinya, walaupun yang
kiranya bersalah itu berkedudukan tinggi, maka para hakim mesti berani
melangkahi, berani melakukan hukuman, ialah kalau perlu. Jika yang
diperiksa itu rendah kedudukannya dalam masyarakat, maka para hakim
harus lebih merendah (hati) lagi: lebih objektif dan lebih ramah-tamah.
Tetapi apakah negara kecil-kecil dan negara besar-ponakan Inggris,
apakah (our cousin) Amerika Serikat akan bisa, berani mau sampai hati
mengambil tindakan terhadap Inggris? Teranglah Amerika Serikat sampai
hati "me-atomi" satu negara Asia, seperti Jepang, tetapi apakah Amerika
Serikat akan berani, mau dan sampai hati menegor, memboikot atau
menggempur Inggris, Nica kalau terang bersalah?
Apakah dalam hal ini berlaku pepatah kuno di atas: "Tiba di mata dipicingkan, tiba di perut dikempiskan?
Kalau tidak sanggup, maka cuma satu jalan yang patut dipilih oleh
Amerika Serikat. "Tinggalkan" UNO seperti dulu Amerika meninggalkan
League. Kalau Amerika Serikat tetap tinggal duduk dalam UNO maka dia
ikut tanggung akibat yang lebih besar: kecerobohan bebas dari hukuman
terus-menerus, bahkan dapat sanction, ialah "cap" pula dari UNO sampai
……ke Perang Dunia 3.
PERSOALAN II.
Karena rapatnya perhubungan persoalan pertama di atas dengan persoalan
kedua, maka dalam pemecahannya persoalan pertama sudah termasuk pula
pemecahan persoalan kedua ini: yaknim boleh atau tidakkah dibenarkan
oleh UNO permintaan baru untuk mempunyai pasar tetap, berupa
commonwealth atau free state?
Seandainya kelak sesudah beberapa tahun salah satu negara Jerman,
Italia, Jepang atau ketiganya serentak bangun kembali atau negara baru
seperti Tiongkok atau Brazil, dll., memajukan permintaan di atas, apakah
UNO akan menolak saja permintaan semacam itu? Tegasnya, permintaan
semacam itu berhubungan rapat dengan persoalan "the haves and the haves
not", yang punya tak punya jajahan atau pasar tetap.
Dalam hal ini apakah alasan "imperialisme licik, bohong, jahanam
Inggris" dan bonekanya Belanda-Perancis buat menolak permintaan negara
kapitalis baru, yang memang butuh pula dengan pasar itu?
Kalau Inggris menolak buat orang lain dan membenarkan buat dirinya
sendiri seperti terhadap Jerman, Italia, Jepang di jaman League, maka
akibatnya penolakan itu akan diwarisi pula oleh UNO Kebangunan Jerman,
Italia, Jepang ditambah negara kapitalis baru ……..akhirnya perang dunia
ke 3, dan bubarnya UNO karena "tak jujur" , munafiknya sendiri.
Kalau Inggris membenarkan negara kalah ditambah beberapa negara baru
berjajahan, sedangkan semua jajahan sudah dibagi-bagi di antara Inggris
dan bonekanya, maka ini buat kapitalisme imperialisme Inggris dan para
bonekanya "berhara-kiri" ialah membunuh diri sendiri.
6. INDONESIA, SERBA-SERBI
Penyakit "ist" dan "isme"
"Ist" ialah akhiran kata, beralasan bahasa asing seperti juga "isme".
"Ist" mengartikan seseorang, sebagai pengikut orang yang berarti,
umumnya dalam dunia berpikir. Jadi Marxist, ialah pengikutnya Marx.
"Isme" ialah paham, sebagai buah pikiran seseorang ahli pikir. Budhisme
umpamanya, ialah buah pikiran ahli pikir Hindustan di masa dahulu,
bernama Budha. "Sosialisme" banyak coraknya, tetapi yang dinamai
"scientific-sosialisme", atau sosialisme menurut ilmu pasti dibentuk
oleh Marx dan teman pembentuknya Engels.
Sesuatu "isme" itu tentulah dibentuk pada "satu masa", dalam "suasana
dan keadaan tertentu" dengan memakai "cara berpikir yang tertentu" serta
"wujud dan penjuru penilik yang pasti" pula. Budhisme di atas dibentuk
oleh Gautama Budha + 2500 tahun lampau dalam masyarakat pertanian
dan pertukangan yang sederhana dan agak tentram dengan cara berpikir
logika berdasarkan idealisme dengan wujud melenyapkan kasta Hindu buat
sama-rata di antara Rakyat di masa itu.
Sosialisme, bentukan Marx-Engels, timbul + 100 tahun lampau
dalam masyarakat kapitalisme muda, tetapi bergelora dengan cara berpikir
dialektis berdasarkan kebendaan (materialisme) dengan wujud melenyapkan
kelas borjuis menuju masyarakat sama-rata di antara kaum pekerja
seluruh dunia.
Banyak sekali bahayanya mengakui diri "ist" yang sebenarnya dan
mengandung "isme" tulen, sambil menuduh orang lain sebagai "ist" palsu
dan pengikut " isme" lancung. Apalagi kalau masa revolusi dalam iklim
yang termasyur panas dalam segala-gala dan dalam masyarakat yang
mengandung 93% buta huruf kita ini.
Banyak orang yang tak bisa membedakan "cara berfikir" (metode) dan buah
(hasil) berpikir. Seorang guru yang mengajarkan "cara" menjelaskan satu
persoalan (perhitungan) mungkin salah perhitungannya sedangkan muridnya
mungkin benar. Mungkin si Guru tadi "silap", karena terburu-buru, salah
baca dll, sedangkan "cara" (metode) menghitungnya sudah tentu benar.
Demikian pula tak akan mustahil kalau sekiranya "perhitungan" Marx
sendiri -- yang manusia juga -- dalam politik, ekonomi dll. silap,
karena belum nyata semua bukti politik, ekonomi dll. di masa hidupnya
itu. Meskipun begitu Marx tetap "guru" dalam sebenarnya dalam "cara"
berpikir "dialektika-materialistis" itu. Dalam hal banding-membanding
perhitungan politik, ekonomi dll. Di Indonesia dengan paham Marx 100
tahun yang lampau orang mesti berlaku awas sekali. Janganlah dilupakan,
bahwa suasana dan keadaan politik, ekonomi dan kebudayaan masyarakat
Eropa dahulu dan sekarang berlainan dengan keadaan di Indonesia
sekarang. Lagi pula kalau membawa-bawa Kautyskisme, Leninisme,
Stalinisme, Trotskyisme ke Indonesia ini, janganlah ditelan paham,
perhitungan atau sikap mereka itu bulat mentah begitu saja.
Karena paham perhitungan atau sikap mereka itu adalah hasil perhitungan
politik, ekonomi, kebudayaan yang bersejarah berlainan dari pada
Indonesia kita di alam panas ini. Akhirnya kalau meraba-raba pertikaian
di antara salah satu "isme" di atas dengan salah satu lainnya, janganlah
lupa mengemukakan suasana persoalan mereka itu dalam arti
seluas-luasnya dan sedalam-dalamnya. Kalau tidak begitu, maka kekacauan
yang akan ditimbulkan oleh pengertian setengah-setengah itu lebih besar
dari pada tiada memajukan isme dan pertikaian isme itu sama sekali.
Jarang orang bisa menduga korban bisikan palsu saja dalam masyarkat yang
mengandung 93% buta huruf ini. Yang beruntung tentulah musuh!.
Lebih baik pakai saja "metode" berpikirnya Marx serta syarat penting
dalam sosialisme, buat dilaksanakan atas bahan politik, ekonomi,
kebudayaan, sejarah dan jiwa revolusioner Rakyat Indonesia sekarang ini
menentang imperlialisme, buat mewujudkan masyarkat yang cocok dengan
kekuatan lahir batin Rakyat Indonesia dalam suasana internasional yang
bergelora ini. Kalau hasil perhitungan kita itu disetujui dan dijalankan
oleh Rakyat Indonesia, maka hal itu adalah bukti yang senyata-nyatanya,
bahwa perhitungan tiada salah tak berapa salahnya. "The proof of the
pudding is in the eating", pengalaman itulah guru yang sebaik-baiknya.
Ekonomi
Di lain tempat sudah dilakukan kupasan tentang watak dan daerah
kapital internasional di Indonesia sebelum Belanda menyerah kepada
Jepang di bulan Maret 1942. Sepintas lalu perlu dituliskan di sini
beberapa hal yang berhubungan dengan hal yang tersebut sebagai "gelang
penyambung" saja dalam "rantai karangan" kami ini.
Perusahaan Indonesia di jaman Belanda ialah perindustrian dan pertanian
bahan mentah dan barang mewah. Bahan mentah dan bahan mewah itu
tiadalah diadakan buat Rakyat Indonesia melainkan buat diperdagangkan
oleh Belanda dengan negara yang membutuhi. Barang mewah, seperti teh,
kopi, gula tembakau dll. sebagian besar dipakai oleh Belanda sendiri di
Negeri Belanda, sebagian kecil oleh Rakyat Indonesia, tetapi sebagian
besar untuk diperdagangkan ke semua penjuru dunia. Barang bahan seperti
kapok, getah, kopra, sisal, palm-alie dll. sebagian besar pula buat
diperdagangkan. Hasil tambang seperti minyak tanah, arang, timah,
bauxite, emas, dan intan sebagian kecil sekali diperdagangkan oleh
Belanda ke luar negeri.
Hampir semua mesin buat pabrik gula, teh, kopi, padi, kina, kopra dll.,
mesin buat tambang minyak, arang, timah, emas dll., adalah barang yang
bukan dibikin oleh Belanda baik di Indonesia ataupun di negeri Belanda,
melainkan barang yang dibeli oleh pedagang Belanda dari Inggris, Jerman
dll. Seperti negeri Belanda sendiri, maka Indonesia bukanlah negeri
tempatnya perindustrian berat, ialah tempatnya "mesin pembikin mesin"
atau tempatnya "mesin ibu". Bukan karena tak ada bahan buat membikin
mesin, seperti besi dan campurannya bauxite, allumunium dll, atau bukan
pula karena tak ada modal, tenaga ataupun pasar dalam negeri, tetapi
pertama sekali berhubungan dengan kecakapan dan semangatnya si penjajah
Belanda, sebagian penduduk negara pertanian dan pedagang. Kedua
berhubungan dengan terikatnya Belanda dalam hal ekonomi, politik, dan
diplomasi kepada Inggris, tuan besarnya, dengan menimbulkan persaingan
membikin berbagai-bagai mesin di Indonesia ini. Apalagi kalau Belanda
itu mendapat perintah halus (pas op hoor!) dari Inggris "majikannya"
supaya jangan sekali-kali berlaku demikian.
Kapital Internasional di Indonesia ini berpusat pada Anglo-Dutch,
Inggris-Belanda. Dalam perusahaan "mengerok" minyak bumi dari pangkuan
bumi kita, seperti BPM yang termasyur itu, Inggris menanamkan modal 40%
dan Belanda 60%. Ini belum berapa hebat eratnya ikatan Inggris ke
lehernya kapitalis Belanda di Indonesia yang oleh dunia luar dikenal
sebagai "Dustch-Est-Indies (Hindia Belanda). Kalau dikaji pula
dalam-dalam artinya "perjanjian" Anglo-Dutch tentang "getah dan timah"
di Malaya dan "getah dan timah" di Indonesia buat mengendalikan pasar di
dunia dan artinya Singapura buat ekspor dan impor keluar dan ke dalam
Indonesia ini, maka di belakang tanda nama (naambord) "Dutch-Indies" itu
sebenarnya tertulis "Anglo-Dutch-Indies".
Di sekitarnya kapital "Anglo-Dutch" itulah terdapat kapital Amerika, Tiongkok, Perancis, Jepang dan sebagainya.
Sudah diketahui bahwa "untung" modal Belanda di Indonesia dipukul rata F
500.000.000 (uang lama) setahun. Sedangkan begrooting (anggaran-uang)
negara pukul ratanya belum lagi F 400.000.000. Dalam hal ini sudah
termasuk pula pensiun pegawai Belanda. Untung F 500.000.000 ditambah
sebagian dari F 400.000.000 terus mengalir ke negeri Belanda. Uang itu
ditabungkan atau dibungakan dengan jalan memindahkannya ke Amerika,
Jerman atau lain tempat. Sisanya uang tadi dipakai buat spekulasi di
pasar (beurs) di Amsterdam dan di Rotterdam. Kalau sebagian saja uang F
500.000.000 itu dipakai buat "industrialisasi" di Indonesia, sudah lama
Indonesia mempunyai industri enteng dan berat cukup buat kemakmuran dan
pertahanan Indonesia setinggi-tingginya dan sehebat-hebatnya. Tetapi
kemakmuran Indonesia itu harus cukup digambarkan oleh Departemen Ekonomi
dengan hasil perhitungan Huender. Menurut perhitungan itu, maka
pencarian si "inlander" cuma sebenggol sehari. Si Belanda lain
memutar-mutar "kecelakaan" "si "inlander" ini menjadi "kebahagiaan"
dengan mengatakan bahwa si "inlander" bisa hidup dengan sebenggol
sehari.
Perkara pertahanan Indonesia, maka pintu gerbang kita, yang anehnya
pula kebetulan dijaga oleh Jenderal Ten Poorten (di pintu gerbang),
dengan "batuknya" Jepang sudah dibukakan dengan tergopoh-gopoh.
Kebanggaan Belanda terhadap dunia luar atas kerendahannya keperluan si
"inlander" yang "dilindunginya" itu, ditambah pula dengan penghinaan
atau kecerdasan bangsa Indonesia. Si Belanda selalu dengungkan dengan
lisan dan tulisan ajaran pada murid-inlander, bahwa semua tambang,
pabrik, kereta, kapal, kebun dan kantor yang dibangunkan oleh Belanda
itu memberi penghidupan dan menjamin keamanan bangsa Indonesia. Bukan
sebaliknya, bahwa semuanya itu adalah alat-perkakas pemeras tenaganya si
"inlander" buat kemakmuran dan memewahkan hidupnya si Belanda.
Didikan sekolah Belanda, propaganda surat kabar dan buku
kesusastraannya akhirnya, tetapi tak kurang pentingnya di beberapa pulah
tahun belakangan ini "Kristening Politik" yang dijalankan imperialisme
Belanda, menghasilkan satu golongan bangsa Indonesia, yang karena kurang
perkataan yang lebih tepat kami sebutkan saja dengan nama baru ialah
"inlanders-alat". Di antara jenis sejawatnya, "inlanders-alat" kita ini
tak ada taranya di seluruh dunia ini, baikpun di jajahan ataupun di
negara merdeka. "Inlanders-alat" ini terdapat dalam Badan pemerintah,
kepolisian dan kemiliteran imperialisme Belanda. Reserve besar dari
"inlanders-alat" ini terdapat pada golongan intelligensia, ber- atau tak
bertitel.
Titel ini buat mereka "inlanders-alat" cuma memberi jaminan kecerdasan
dalam hal yang berhubungan dengan teknik dan ilmu yang tak bersangkutan
dengan ilmu masyarakat saja. Dalam semua ilmu yang berhubungan dengan
masyarakat, teristimewa politik, ekonomi mereka menunjukan sifat mereka
yang teristimewa pula sebagai "inlanders-alat". Tidak ada di seluruh
dunia ini yang lebih gampang dipakai oleh imperialisme asing buat
melakukan kemajuannya dari pada "inlanders-alat" ini, ialah hasil
pendidikan sekolah Belanda dan sekolah zending yang dibantunya dengan
segala tipu-dustanya.
Sebagai alat pemerintah, maka "inlanders-alat" mendapatkan tempat
paling cocok seperti "kandang bernaung". Seolah-olah tak ada lagi
kandang yang lebih bagus buat dirinya dari pada kandang yang dibikinkan
oleh tuannya. Seakan-akan tak ada lagi nasi dan tulang yang lebih enak
dari pada nasi dan tulang yang dilemparkan tuannya kepadanya. Telinganya
siap-sedia mendengarkan perintah tuannya. Matanya tajam buat menerkam
mangsa dan bangsanya sendiri, kalau perintah datang dari "atas" ialah
dari mereka yang menurut ilmu dan pahamnya yang memberi pelajaran
penghidupan dan perlindungan pada diri dan bangsanya. Begitu setianya
pada tuannya, sehingga pukulan yang diberikan kepadanya, dianggap
sebagai hukuman adil terhadap dirinya. Tak ada yang berat hukuman itu
buat dirinya. Kalau kadang-kadang hukuman dan pukulan itu menghilangkan
kesabarannya bukanlah karena rasa keadilan, kebangsaan, kehormatan atas
diri sendiri dan kemerdekaan sebagai manusia atau bangsa. Melainkan
karena agak lama ia menunggu kesempatan, bilamana dengan ekor di antara
kaki belakangnya ia diberi izin boleh kembali menjilat-jilat kaki
tuannya dan menjalankan perintah tuannya itu dengan lebih cepat dan
menjalankan perintah tuannya itu dengan lebih cepat dan kalau lebih
perlu lebih kejam dan bengis terhadap bangsanya sendiri, semata-mata
buat kesenangan tuan "ndoro"nya itu.
Imperialisme Jepang mendapatkan alat yang baik sekali dari
"inlanders-alat" ini, yang memang berada dalam keadaan budak yang
kehilangan tuan. Manusia yang bisa menerima perintah semacam ini
sudahlah tentu menderita kesengsaraan dan membutuhkan "tuan". Sedikit
saja lagi usaha yang perlu dilakukan oleh tuan baru, yang menggelari
dirinya "saudara-tua". Beri makan secukupnya pada "inlanders-alat" yang
ditinggalkan tuannya tadi dan tukar saja perkataan "bevel" (perintah)
dengan kata "merei", sendirinya jawab "inlanders-alat" yang dulu
berbunyi "ja-meneer" bertukar "hai", semua pekerjaan sebagai alatnya
imperialisme asing akan berjalan terus.
Jepang tak mempunyai sumber minyak di negerinya. Perlu minyak dari
Indonesia. Tak mempunyai besi cukup. Sudah lama besi itu didatangkan
dari Malaya dan Tiongkok. Jepang tahu pula bahwa Borneo, Sulawesi, dan
Sumatera banyak mengandung logam besi. Jepang tak mempunyai timah,
bauxite, getah, makanan dll. Semuanya ada di Indonesia. Ringkasnya
Jepang paling miskin tentangan bahan buat makanan dan industri-berat,
tetapi sebaliknya paling kaya tentangan nafsu mengangkangi seluruh dunia
dan menempeleng serta membagero-kan siapa yang tak setuju dengan
maksudnya.
Saudara tua kita juga amat insyaf, bahwa kalau Indonesia diangkat
menjadi negara industri-berat, lambat laun, kekuasaan akan pindah dari
negara Jepang, yang miskin itu ke Indonesia, apalagi kalau Indonesia
dimerdekakan! Barang bahan penting buat industri-berat mesti diangkat ke
Jepang 5000 km jauhnya dari Indonesia. Di Jepang mesti terpusat
industri berat. Sendirinya di Jepang akan terpusat kepandaian buat
teknik, kimia dan ilmu lainnya. Indonesia mesti terus ditekan sebagai
negara perusahaan bahan mentah dan pertanian buat makanan. Sedikit saja
Indonesia meningkat ke industri berat, Jepang mesti kalah oleh
Indonesia, karena semua bahan berada di Indonesia. Jadi Indonesia mesti
tetap ditekan, tinggal tetap negara bahan mentah dan pertanian. Politik
pendidikan dan kebudayaan Indonesia mesti dicocokkan dengan kedudukannya
sebagai "negara-alat" dalam "Asia-Timur-Raya", ialah alat pula buat
mengangkangi seluruh Asia dan akhirnya seluruh dunia menurut Rencana
Tanaka.
Sudah siap "inlanders-alat" para peminpin rakyat dan intelligensia
sebagai reserve, buat menjalankan administrasi, perindustrian, pertanian
Indonesia, warisan dari Imperialisme Belanda, buat dipakai oleh
imperialisme Jepang menegakkan "Asia-Timur-Raya" tadi. Pamong Pradja,
Tyuuo-Sngi-In, Para Kakka made in Japan, Pemimpin Besar, Tengah dan
Kecil atas "Panca Darma", semuanya "Kirei" berdiri mendengar "Komando"
dari Tenno-Heika di Tokyo.
Puluan ribu pemuda dilatih sebagi Heiho, pembantu serdadu Jepang,
dikirimkan ke semua pulau di Indonesia, bahkan juga ke Birma dan Siam
buat "orang suci" di Asia Timur Raya. Para "Kakka" Indonesia memihak
kepada Jepang, bukan karena persoalan kalah-menang, melainkan karena
Jepang berada pada "kebenaran, keadilan, dan kesucian"………katanya.
Diketahui sekarang, bahwa 3 atau 4 juta "romusha" mati karena memang
kekurangan pakaian, tempat tinggal, obat-obatan dan makanan. Mereka
(biasanya diculik) dikerahkan buat meninggalkan desa, pekerjaan dan anak
isteri, menggali lubang pertahanan militer, lapangan terbang dll.
Keperluan militer di mana-mana.
Buat membalas "jasa" Jepang menetapkan Indonesia negara pertanian, dan
perusahaan bahan semata-mata, dengan memeras keringat, dan darah
putera-puteri (pelayan Indonesia) maka ada pula kakka yang setuju dengan
penyerahan Eklatan dan Pahang kepada Siam, dan Semenangjung Melayu,
Borneo Utara dan ……….Shonanto, Yakni pusat strategi seluruhnya Indonesia
bersama Birma, Siam Annam dan Filipina …………..kepada militerisme Jepang.
"Inlanders-alat" tetapi konsekuen dengan watak dan sejarahnya sebagai alat imperialisme asing.
INDONESIA KELUAR
Beberapa persoalan yang terpenting yang mengenai dunia luar umumnya
dalam garis besarnya tentulah pula mengenai Indonesia. Indonesia
tiadalah bisa lepas dari pada persoalan yang berhubungan dengan
pertentangan sosialisme dengan kapitalisme, pertentangan si Penjajah
(the haves) dan Yang-Ingin-Menjajah (the haves not), pertentangan si
Penjajah dan si Terjajah, serta akhirnya pertanyaan "Hari Depannya" UNO.
Tetapi beberapa persamaan dunia Indonesia dengan dunia luar itu
tiadalah boleh menyesatkan kita ke daerah cara berpikir yang sering
disebut dengan cara "mekanis", ialah cara jalannya mesin yang tak
berotak itu. Karena persoalan ini atau itu dipecahkan di luar Indonesia
dengan hasil demikian, maka persoalan itu mesti dipecahkan di Indonesia
dengan hasil serupa itu pula, dengan tiada mengindahkan beberapa
perbedaan. Yang terpenting ialah membentuk persoalan itu di Indonesia
ini (het stellen van het probleem) dan cara (metode) yang dipakai buat
memecahkan persoalan itu. Bukanlah hasil pemecahan itu yang terpenting.
Tidak saja persamaan dalam garis besarnya yang mesti diperhatikan,
tetapi juga beberapa perbedaan, walaupun kecil rupanya. Tiadalah boleh
dilupakan, bahwa beberapa perbedaan kecil itu kalau dikumpulkan bisa
menjadi perbedaan besar (kuantitas menjadi kualitas, perbedaan banyak
bertukar menjadi perbedaan sifat). Buat membentuk persoalan dan
memecahkan persoalan itu di Indonesia ini perlulah pula kemerdekaan
berpikir dan keberanian. Keberanian dan kemerdekaan berpikir dalam hal
membentuk persoalan dan memecahkan persoalan itulah yang membawa Lenin
kepada sistem baru kepada hasil perhitungan dalam hal organisasi dan
taktik strategi. Kalau Lenin meng-aminkan saja apa yang dimajukan oleh
Karl Kautsky, pendeta Internasional II, dalam hal taktik strategi, dan
menghapalkan saja pendapat Kautsky & Co di Eropa Barat dengan tiada
memperhatikan perbedaan Rusia dengan Eropa Barat, maka Rusia tak akan
sampai meningkat ke masa Diktator Proletariat, ke Rencana 5 tahun,
pertanian kolektif, dll. Lenin dan para kawannya tak akan bisa lebih
jauh berpikir dan bertindak dari kaum Mensheviki atau
Sosial-Revolusioner. Dengan memakai cara berpikir Dialektis Materialisme
dan memperhatikan dasar komunisme dalam garis besarnya, mungkin sekali
Indonesia akan mendapatkan sistem yang berlain rupa dengan Negara Luar,
meskipun tiada berlainan sifat, ialah dalam hal Organisasi, Taktik dan
Strategi.
Bagaimanapun juga karena banyak persamaan tadi dengan Dunia Luar,
seperti tersebut pada permulaan fasal in, maka uraian yang bersangkutan
boleh diperpendek saja.
DIPLOMASI DAN DIPLOMAT
Diplomasi Indonesia semenjak hampir 10 bulan ini sudah sangat
terlibat dalam "perhitungan" banwa imperialisme Inggris itu bisa
dipisahkan (di-isolir) dari pada imperialisme Belanda dan ditumbukkan
kepada imperialisme Belanda. Berdasarkan perhitungan ini, maka dianggap
amat untunglah si Diplomat kita, yang berikhtiar mengadu-dombakan
Inggris dengan Belanda. Dengan demikian diharapkan paling sedikitnya si
Inggris akan memusuhi si Belanda dan Indonesia mendapatkan kesempatan
buat mempersiapkan diri. Tetapi nyatalah sekarang, bahwa sudah
berbulan-bulan berdiplomasi hasil yang sebenarnya dari pada
"perhitungan" ini ialah: pada satu pihak Inggris menyerahkan Surabaya,
Semarang, Bandung, dll. kepada Belanda yang dikeluarkannya dari
kantongnya dan memintakan daerah antara Ci Sedane dan Ci Tarum buat
dipakai si Belanda sebagai batu-peloncat buat menjajah Indonesia
kembali, permintaan mana katanya dikabulkan oleh para pembesar
Indonesia. Pada lain pihak pergerakan revolusioner ditindas keras
(Kongres "Persatuan Perjuangan" 17 Maret di Madiun) serta badan
pemerintahan dan ketentaraan hendak dipindahkan kepada kaum-jinak
(moderat). Pengharapan palsu masuk ke dalam kalbu segolongan bangsa
Indonesia. Hal ini berakibat melemahkan semangat Rakyat di samping
Belanda mempersiapkan diri. Seandainya si Diplomat kita berpikir dan
berlaku jujur, maka di sinilah kita mendapat contoh yang tepat, yang
menggambarkan perbedaan antara memahamkan sesuatu teori dengan
mengapalkan saja teori itu. Pula mengambarkan perbedaan melaksanakan
teori itu dengan mempelajari sungguh-sungguh keadaan di tempat
melaksanakannya dengan meniru-niru saja pelaksanaan teori tadi di lain
tempat dan di lain tempo: perbedaan pelaksanaan secara dialektis dengan
pelaksanaan secara mekanis seperti mesin.
Teori devide-et-empire, mengadu-dombakan bangsa kontra bangsa ataupun
golongan melawan golongan memangnya dalam dipahamkan serta jitu
dilaksanakan oleh Kerajaan Romawi di jaman kuno dan oleh Inggris dan
Belanda lebih dari 300 tahun di belakangan ini. Tetapi janganlah
dilupakan "machtsfaktor" (faktor kekuasaan) yang dipakai dengan
perhitungan di sampingnya atau di belakangnya pelaksanaan politik
mengadu-dombakan itu. Dan apakah faktor kekuasaan yang ada lahir dan
batin di Indonesia cukup dikenal, disusun, dan dipakai oleh si Diplomat
Indonesia?
Adakah gerakan tentara atau gerakan Murba yang diatur dan dipakai dengan "perhitungan" membantu gerakan "lidah" si diplomat?
Ataukah semua diplomasi dipusatkan kepada gerakan lidahnya si Diplomat
itu saja? Hal yang terpenting pula apakah "perhitungan" bahwa
imperialisme Inggris itu bisa dipisahkan dan diadu-dombakan dengan
imperialisme Belanda? Di atas tadi sudah dikemukakan, bahwa Dutch Indies
itu dalam arti ekonomi ialah Anglo-Dutch-Indies. Hasil terpenting buat
kemakmuran dan pertahanan Indonesia seperti minyak tanah dan karet,
sudah dikendali oleh kongsi minyak kepunyaan Anglo-Dutch dan kebun getah
Inggris yang ada di Indonesia ini. Singapura, simpang jalan dunia
terletak di tengah-tengah kepulauan Indonesia sudah mengendalikan
perdagangan keluar dan masuk Indonesia. Perjanjian Anglo-Dutch tentang
penghasilan penjualan getah dan timah yang dibikin tiap-tiap tahun, yang
mengenai harga ratusan juta rupiah sudah mengekang jalannya ekonomi
Indonesia. Ringkasnya dalam hal ekonomi imperialisme Inggris dengan
sempurna dan efektif mengekang imperialisme Belanda. Kalau Sir Hendrik
Deterding diberi gelar Sir oleh Inggris, maka ini bukan berarti
keulungan si Hendrik ini tentangan lain hal daripada keulungan menjadi
kaki-tangannya imperialisme Inggris. Titel itu diberikan oleh Inggris di
mana ia mendapatakan kaki-tangannya yang patuh, buat mengekang ekonomi
dan politik negara yang mau dijadikan atau sudah dijadikan mangsanya. Di
Hongkong diberikan kepada Tionghoa Sir Robert Ho Tung buat mengapusin
seluruhnya Tiongkok. Di Hindustan titel itu dihamburkan kepada beberapa
biji orang Hindu yang ikhlas menjalankan peran sebagai kaki-tangan
imperialisme Inggris lahir ataupun batin, seperti seseorang
menghamburkan tulang-tulang kepada anjing yang disukainya. Malaya pun
tiada kelupaan. Hartawan Besar Sultan Johor di tempat strategi dunia
yang terpenting "beruntung" pula mendapat titel Sir itu. Sepintas lalu
hal ini kelihatan perkara kecil saja. Tetapi kalau kepentingan Malaka
dan Singapura dalam hal ekonomi dan strategi dipelajari dalam-dalam,
maka kalung "Sir" yang dianugerahkan oleh Raja Inggris kepada Ibrahim,
Sultan Hartawan Johor itu besar sekali maknanya. Sir Ibrahim sudah
memberi kekuasaan besar dalam perekonomian kerajaan Johor kepada kapital
Inggris, Sir Ibrahim salah seorang otokrat terkaya di Asia, menaruh
simpanan besar di Bank Inggris. Sir Ibrahim akhirnya adalah turunan pula
dari pada keluarga Sultan Johor yang hidup di masa Stamford Raffles,
lebih dari 100 tahun lampau. Salah seorang putra Sultan Johor tadi
berhak mewarisi Singapura, tetapi karena gila ditolak oleh Rakyat Johor
sebagai Raja dan sebagai ahli-waris pulau Singapura. Ahli-waris yang
gila ini d culik dan diajak berunding oleh Raffles di Singapura. Hasil
perundingan ini pada suatu pihak Putra gila yang ditolak oleh Rakyat
Johor tadi beruntung diakui oleh Raffles. Pada lain pihak Raffles
beruntung dapat membeli Singapura dengan harga $60.000 (enam puluh ribu
dollar). Kecerdasan Raffles ialah satu dari pada pujaan dunia
imperialisme Inggris – tiadalah terletak pada ketangkasan matanya
melihat kepentingan Singapura buat ekonomi dan strategi. 1500 tahun
lampau kearajaan Sriwijaya sudah insyaf akan hal ini. 500 tahun lampau
kerajaan Majapahit penuh insyaf akan keinsyafan seluruhnya di Sriwijaya
tadi. Rafles sebagai ahli sejarah Indonesia tentulah lebih insyaf dari
pada siapapun juga, akan hal, bahwa bukanlah dia Raffles yang pertama
sekali menampak kepentingannya Singapura dipandang dari sudut
perdagangan dan strategi. Tetapi dia cukup cerdas buat menaksir, bahwa
kalau ia berhubungan dengan orang Indonesia yang sedikit saja cerdas ia
tak akan mendapat Singapura dengan harga $60.000. Ia perlu berunding
dengan orang gila, buat membeli Singapura dengan harga gila.
Kemarin bandit, perampok, sekarang sesudah menjadi raja, berlagak
dermawan. Hal ini lazim di dunia feodal. Kemarin tukang catut atau
tukang smokkel, dan sesudah kaya-raya berlagak menjadi dermawan. Hal ini
masih lazim di dunia kapitalisme. Kemarin merampok negara merdeka,
sekarang berlagak menjadi pelindung ataupun "Ratu Adil". Inipun lazim di
dunia imperialisme. Tangan kanan membacok tangan kiri mengobati supaya
si mangsa bisa dipakai sebagai budak. Sesudahnya Inggris mencatut
Singapura dan merampok Malaka, maka dia berlagak sebagai pelindung.
Demikian para Sultan dilambuk, dikenyangkan dan di-Sir, supaya mereka
merampas dan memeras Rakyatnya buat kepentingan karet dan timah
kapitalis Inggris di Malaka. Dengan memakai para Sultan di Semenanjung
Tanah Malaka umumnya dan "Sir" Ibrahim khususnya di samping Sir Hendry
Deterding sebagai kaki-tangannya di Indonesia, maka dalam hakekatnya
imperialisme Inggris sudah menguasai seluruhnya Indonesia, termasuk
Malaka dan Borneo Utara dalam hal politik dan ekonomi.
Dalam hal strategi kepentingan Singapura lebih nyata lagi. Ambillah
jangka dan bikin satu lingkaran dengan radius 150 mil. Dalam lingkaran
itu terletak Birma, Siam, Annam, Filipina, seluruhnya Republik Indonesia
dan Australia. Inilah yang kita pernah namai Aslia (Asia-Australia).
Menurut ahli Barat penduduk di Aslia itu termasuk ke dalam satu bangsa.
Sepintas lalu kelihatan bahwa bagian bumi ini dikuasai oleh iklim yang
sama dan musim yang sama (monsun). Jadi watak ekonominya pun mempunyai
banyak persamaan. Berhubung dengan itu membutuhkan satu koordinasi
perekonomian. Tetapi yang kita terutama mau kemukakan di sini ialah
kepentingan lingkaran ini dipandang dari penjuru strategi. Dengan
Singapura sebagai pusat, maka menurut kekuatannya pesawat terbang Perang
Dunia ke II, Aslia terletak dalam "flying radius" (lingkaran terbang).
Lingkaran teknik atom yang berada di Australia (?) tiada akan
mengecilkan arti Singapura dan Aslia.
Menurut U.P dalam surat kabar Hindustan The Bharat Yuoti, 5 Mei, 1946
ini, maka dalam konferensi commonwealth Inggris pada tanggal 3 Mei di
London yang diketuai oleh Perdana Menteri Attlee, maka pemerintah
Inggris mengusulkan supaya Australia berunding dengan Belanda buat
memperoleh Bandung dan beberapa pelabuhan penting buat melindungi
Kerajaan (Empire) Inggris di bagian Selatan dan Barat Daya-nya Pasifik.
Australia dengan tegas menolak usulan ini karena tiada menghendaki
akibatnya diplomasi imperialis semacam itu. Australia tiada ingin
memusuhi Republik Indonesia. Bahkan sebaliknya Australia mengharap
adanya Pemerintah Rakyat (popular government) di Indonesia dengan siapa
Australia ingin hendak mengadakan Alliance (persekutuan), sekali lagi
kelihatan politik mulus jahanamnya Inggris terhadap Indonesia. Walaupun
gagal Indonesia mesti selalu berlaku awas selama imperialisme Inggris
masih berada di sekitarnya Aslia ini, dan belum dibongkar sampai ke
akar-akarnya.
Nyatalah di sini, bahwa Inggris menganggap Aslia dalam hal strategi
sebagai satu unit kesatuan. Jepang tentu tidak ketinggalan. Ini hari
Singapura direbut Jepang pada tanggal 13 Februari 1942, besoknya
Singapura ditukar namanya menjadi Shonanto (Kota Gemilang). Seluruh
Aslia dinamainya Selatan. Sriwijaya dan Majapahit sudah cukup mengerti
akan persatuan daerah Aslia itu dalam segala-gala.
Gerakan politik, diplomasi dan strategi Sriwijaya dan Majapahit juga
dengan segala keinsyafan ditujukan ke arah kesatuan daerah Aslia itu.
Oleh orang Tionghoa pun semuanya itu dinamai Huana (bahasa Hokkian).
Sekarang kalau kita, Rakyat Indonesia revolusioner, ingin mengadakan
rencana yang praktis, yang penting buat kemakmuran dan terutama pula
buat keamanan Republik Indonesia sekarang dan di hari depan, maka
tiadalah boleh kita ketinggalan oleh paham 500 tahun lampau (Majapahit)
apalagi oleh paham yang sudah masak 1500 tahun lampau (Sriwijaya).
Berbahaya selalu keadaan Republik Indonesia dalam ekonomi dan strategi
kalau kita tidak insyaf akan artinya politik dan strategi Rafles dan
Yamasita. Walaupun ada Federasi Perancis dan Filipina Merdeka, tetapi
dengan adanya Hongkong (Inggris) maka praktisnya Aslia adalah efektif
dikuasai oleh Armada Inggris. Di tangan imperialisme Inggrislah
sebenarnya terletak kekuasaan ekonomi dan militer buat mengangkangi
seluruh Aslia. Imperialisme Inggris dan Belanda dan Perancis sebagai
boneka para Sultan atau Raja dan sebagian intelligensia sebagai kaki
tangan maka di masa damai dia mengendalikan politik-ekonomi Aslia.
Dengan Singapura sebagai Dasar Armada dan Pesawat, serta Australia Putih
dan Ceylon sebagai garis kedua (teknik atom?), maka imperialisme
Inggris di waktu perang berniat menguasai seluruhnya Aslia
(Asia-Australia). Mau tidak mau, dalam prakteknya Republik Indonesia,
Merdeka 100% mesti bertentangan dengan Imperialisme Inggris. Di waktu
damai kepentingan ekonomi Indonesia Merdeka 100% mesti bertentangan
dengan kepentingan ekonomi penjajahan Inggris. Dalam masa perang
Singapura akan mengancam Indonesia Merdeka, yang tiada mau dibonekakan
oleh Imperialisme Inggris. Real-politik, politik sebenarnya, (bukan
impian) memaksa Indonesia pada satu pihak berhadapan muka dengan
imperialisme Inggris. Maka real politiklah pula pada lain pihak yang
akan memaksa Indonesia Merdeka mengumpulkan semua tenaga revolusioner
dalam lingkaran Aslia, flying-radius, buat ditumbukkan kepada
imperialisme Inggris.
Kita percaya bahwa taktik-strategi yang cerdas, organisasi yang elastis
(seperti karet) dengan usaha yang penuh kesabaran ketetapan hati, kita
sanggup berhadapan muka dengan imperialisme Inggris Singa Ompong itu.
Maka berhubungan dengan semua di atas pula, semua percobaan "diplomat
ulung" di Indonesia ini berusaha memisahkan Belanda dan Inggris dan
mengadu-dombakan Inggris dengan Belanda adalah seorang "cerdik" yang
mencoba memisahkan dan mengadu-dombakan kepala buaya dengan ekornya.
Semujur-mujurnya si Diplomat ulung tadi ia cuma bisa menghindarkan
dirinya dari pukulan ekor buaya itu. Tetapi semalang-malangnya si Cerdik
itu dia pasti akan masuk lebih dalam di rangkungan buaya tadi.
Adalah tiga syarat yang terutama kalau seorang ingin hendak menjalankan
diplomasi bersandar kepada Devide et empera itu dalam keadaan
revolusioner sekarang. Pertama sekali, kekuatan diri sendiri dan
kepercayaan atas diri sendiri mestinya ada cukup. Kedua, diplomasi itu
mesti bersifat revolusioner yang ada dalam negeri. Ketiga, diplomasi
devide-et-empera yang revolusioner itu mesti ditujukan kepada
bangunan-musuh yang mengandung pertentangan sesungguhnya, ialah
pertentangan keperluan (ekonomi). Kalau seseorang diplomat Indonesia
yang revolusioner mengemukakan pertentangan-tajam dalam hal keperluan
penting antara Inggris dan Amerika, bahkan dengan Australia
(commonwealth-Inggris), dan pertentangan itu terus akan berlaku selama
Indonesia itu masih berada dalam ruangan kemerdekaan nasional, kita tak
akan menyangkal (membantah), memangnya diplomasi-bambu-runcing dengan
program minimum berlaku dalam suasana pertentangan hebat di antara
gabungan Kapitalisme dan Imperialisme Asing, yang berada di Indonesia di
jaman Belanda.
Si Pengelamun, Si-Tukang-Berpangku-Tangan, Si-Serba-Tak-Bisa tetapi
nasionalis dan percaya saja kepada siapa saja kecuali pada diri sendiri,
Si-Pengharap Pertolongan-Luar, dalam waktu damai boleh menertawakan
atau mengecilkan artinya Aslia, tetapi sebagai gabungan revolusioner
dalam lingkaran-terbang (flying-sphere) dengan Singapura sebagai pusat.
Mereka boleh bermimpi-mimpi mengharapkan pertolongan jatuh dari langit,
sambil menyeburkan isme ini atau itu ke kiri ke kanan. Mereka boleh
terus berpangku tangan sambil bermimpi melayang ke langit sampai
.........revolusi atau peperangan akan melemparkan mereka kembali ke
dunia nyata, kembali ke tanah yang keras itu. Sesudah hampir sepuluh
bulan si Tukang-Maki dan mengejek sering dengan memakai kedok
internasionalis tetapi nasionalis yang bisa dipakai Nica, Jepang ataupun
Sibar dalam prakteknya mestinya sudah insyaf, bahwa dalam revolusi atau
peperangan, maka Rakyat Indonesia dalam suasana dan keadaan
internasional seperti sekarang terpaksa berdiri atas kaki sendiri, pada
organisasi sendiri, bersandar pada otak, hati dan jantung sendiri, pada
kecerdasan, keberanian dan ketabahan hati sendiri. Teristimewa pula
mesti berdiri atas alat hidup sendiri dan senjata sendiri, walaupun
hanya bambu runcing saja. Di samping kepercayaan dan tindakan
berdasarkan kekuatan diri sendiri yang sebenarnya, haruslah kita
berusaha meluaskan lapangan perjuangan ke daerah yang memberi
kemungkinan memberi hasil (Aslia). Baru bertindak begitu rupa, supaya
dapat merebut simpati dan pertolongan tak langsung dari opini publik di
Asia, Afrika, Eropa dan Amerika. Semata-mata menyandarkan paham,
organisasi dan aksi atas kekuatan yang tiada bisa dipakai sekarang,
karena jauh atau belum bisa keluar, ataupun kalau keluar belum tentu
bisa dipakai menurut kehendak atau kepentingan kita, sama juga dengan
sikap seseorang yang ingin menamai diri seorang revolusioner, tetapi
takut kepada revolusi. Dalam perjuangan yang sebenarnya ini memang
nyata, siapa yang revolusioner di waktu revolusi dan siapa yang
revolusioner di waktu damai: Si Pembelalang di dalam gelap,
Si-penggertak dari sebalik gunung.
Persatuan Perjuangan yang didirikan pada tanggal 5 Januari 1946 tahun
ini, cukup memperhatikan kekuatan kawan dan lawan, cukup memperhatikan
sifat dan susunannya semua golongan yang ada dalam Indonesia
(social-structure), sifat dan tingkatnya revolusi Indonesia, kepentingan
dan pertentangan dalam kapitalisme dan imperialisme Asing. Persatuan
yang diikat oleh Minimum-Program yang revolusioner terasa perlunya
setelah di saat itu nyata kelemahan perjuangan, disebabkan oleh
banyaknya partai dan banyaknya laskar. Pada beberapa tempat seperti
Surabaya, Tegal, Pekalongan, dan Ciamis sudah timbul sengketa di antara
laskar dan laskar, serta partai dan partai. Kalau Persatuan Pejuangan
tak tampil ke muka, mungkin sengketa tadi akan lebih mendalam dan
berakhir pada perang saudara, yang menguntungkan musuh.
Belum lagi 2 (dua) bulan Persatuan Perjuangan, yang sanggup mengikat
141 organisasi politik, sosial, ekonomi, dan militer, berjalan maka
datanglah undangan dari pihak pemerintah Republik buat bersama membentuk
Kabinet Baru, sesudahnya kabinet lama, Kabinet Soetan Sjahrir
meletakkan jabatannya. Persatuan Perjuangan menolak campur membentuk
Kabinet Baru, bukan karena tiada sanggup menerima "tanggung-jawab"
seperti dibisikkan oleh satu pihak ke sana sini, melainkan karena ada
hakekatnya Presiden menghendaki supaya yang "terpentingnya" dalam
Minimum-Program dibatalkan! Sebenarnya susah sekali mengetahui berapa
luasnya dan di mana batasnya kekuasaan "Presiden" Republik Indonesia di
masa revolusi ini. Undang-undang Dasar yang memusatkan kekuasaan dan
tanggung jawab pada Presiden dan praktek memerintah sekarang yang
memusatkan kekuasan dan tanggung jawab pada Perdana Menteri cuma
membingungkan yang mempelajari saja. Si Pelajar akan lebih bingung lagi
kalau diketahui bahwa Presiden berdiam di Yogyakarta sedangkan Perdana
Menterinya di kota Nica Jakarta, yang sudah dicelupnya kembali dengan
nama "Batavia". Sebenarnya Persatuan Perjuangan sudah siap sedia dengan
para calon yang sanggup menerima pangkat menteri dengan atau tiada
dengan Tan Malaka. Tetapi setelah ditentukan "disiplin" terhadap mereka
yang akan menerima pangkat menteri yang akan membatalkan
Minimum-Program, maka tiadalah seorang juga di antara para calon
tersebut yang masuk ke dalam kabinet Sjahrir yang ke-2. Sebenarnya patut
dipuji sikap para calon yang lebih mementingkan dasar, prinsip daripada
pangkat.
Bukankah Rakyat dan Pemuda bertempur mengorbankan jiwanya buat dasar,
prinsip yang nyata dan sah? Janganlah disalahkan para calon Persatuan
Perjuangan yang memegang teguh dasar, haluan Revolusi Indonesia
sekarang!
Semenjak terbentuknya minimum-program ialah 4 atau 5 bulan sampai
sekarang, maka belumlah ada kelihatan cacatnya salah satu dari 7 pasal
yang dikemukakan. Malah sebaliknya, kalau salah satu daripada 7 pasal
itu dilanggar, dilemahkan atau dibelokkan, maka nyata sekali sikap dan
tindakan rakyat terhadap tindakan semacam itu. Pelucutan Jepang yang
bermula hampir dilakukan yang berlainan dengan tulisan dan lisan pasal
4, mengadakan perlawanan sekeras-kerasnya dari pihak rakyat di daerah
Surakarta.
Sebab itulah rupanya tak jadi diadakan Markas Sekutu, seperti di Solo,
ialah menurut pengumuman yang bermula diterima rakyat Solo. Tetapi
apakah sudah cukup jaminan supaya tentara Jepang dari Pulau Galang kelak
betul-betul akan dikirim ke Jepang dan bukan ke salah satu pulau di
Indonesia, itu tiadalah bisa dipastikan.
Tulisan dan lisan pasal 4 itu memang bermaksud supaya seperti yang
sudah-sudah terjadi di mana-mana tempat tentara Jepang jangan dipakai
lagi buat merobohkan Republik Indonesia. Yang amat penting pula tentulah
pasal 1 berhubungan dengan "perundingan" Minimum-Program menuntut
supaya perundingan itu berdasar atas pengakuan kemerdekaan 100%. Artinya
kemerdekaan 100% mesti lebih dahulu diakui. Perundingan yang akan
dilakukan ialah buat menetapkan pengakuan itu dan membuat perjanjian
yang berdasarkan kemerdekaan 100% itu. Dengan perkataan lain,
perundingan itu adalah perundingan dua negara merdeka. Bahwa dalam
keadaan perang sekarang kemerdekaan 100% bisa dicapai dengan "goyangan
lidah" itu adalah berlawanan dengan pikiran sehat, dengan sejarah
manusia dan berlawanan dengan "sifatnya" sesuatu "perundingan". Bukankah
berunding itu berarti tawar-menawar, memberi dan menerima, tolak
angsur? Dimanakah lagi letaknya "tawar-menawar" kalau satu pihak mau
mendapatkan 100% yang sebelum berunding dibantah keras oleh lain pihak?
Mungkin mendapatkan 90% ataupun dalam teori 99%, tetapi perundingan yang
tiada berdasarkan atas pengakuan kemerdekaan 100% tidak akan
mendapatkan yang 100% itu. Seandainya tercapai kemerdekaan 99%, bahkan
100% pun, tetapi kalau pasal 6 dan 7 dibatalkan, dilemahkan atau
dibelokkan, maka lambat laun kemerdekaan 99% atau 100% tadi akan turun
sampai 50% atau 10%. Kalau kapitalisme asing kembali bermarajalela
seperti sebelum Jepang masuk, maka Parlemen Pemerintah Pusat, Daerah,
kota dan desa Indonesia akan segera "dikebiri", kalau tidak dibeli sama
sekali oleh kapital asing yang kuat dan teguh itu. Jadinya pasal 6 dan 7
yang ingin menyita perindustrian dan perkebunan "musuh" itu adalah satu
jaminan. Pertama supaya kemerdekaan di atas tetap 100%. Kedua supaya
revolusi anti-imperialisme ini cukup memberi jaminan kekuasan dan
kemakmuran kepada proletar mesin dan tanah. Ketiga supaya proletar mesin
dan tanah kelak sesudah Indonesia merdeka 100%, dengan menjalankan
"Rencana Ekonomi", segera bisa meningkat ke negara berdasarkan
sosialisme yang mempunyai cukup alat mempertahankan kemakmuran dan
kemerdekaannya, karena sudah mempunyai industri berat berdasarkan bahan
dan tenaga yang ada di Indonesia ini. Syukurlah pula pasal menyita dari
Minimum Program tu sudah disetujui bahkan dijalankan oleh proletar mesin
dan tanah, di mana ada pabrik, tambang dan kebun musuh berada.
Cocok dengan kehendak dan tindakan Inggris mendudukkan kembali
Imperialisme Belanda di Indonesia dan bersama dengan kaum "moderate"
(jinak) Indonesia memberantas kaum "extremist", maka sesudah Kongres
Persatuan Perjuangan di Madiun pada bulan Maret tanggal 17, para
pemimpin seperti Abikusno, Mr. Gatot, Sayuti Melik, Mr. Jamin, Chairoel
Saleh, Soekarni dan Tan Malaka ditangkap setengah resmi, setengah tidak
dengan tak ada tuduhan apa-apa.
Sampai dua setengah bulan (2 Mei 1946) ketika bagian brosur ini ditulis
belum juga diperiksa perkaranya. Rupanya radio Hilversum-lah yang
pertama tahu akan terjadinya penangkapan dan Belandalah yang amat
bergembira lantaran penangkapan ini.
Penangkapan itu dilakukan pada tanggal 17 Maret 1946. Sedangkan radio
Belanda di Jakarta dan Hilversum sudah mendengungkan berita yang amat
menggembirakan mereka itu ke seluruh dunia pada tanggal 16 Maret 1946.
Menurut kabar radio baru ini maka Komisi van Poll memandang penangkapan
itu sebagai bukti "kekuatan lebihnya" PM Sjahrir daripada Tan Malaka.
Tetapi "kekuatan lebih" itu terbantah pula oleh penyiaran radio Belanda
juga tentangan laporan van Poll itu juga, yang mengatakan bahwa
penangkapan Tan Malaka amat menyukarkan perundingan Belanda dengan
"Nederlandsch-Indie" itu. Sebenarnya "kekuatan lebih" itu baru kelak
ternyata apabila rakyat menerima usul si Belanda, yang rupanya sudah
percaya benar akan kekuatan Sutan Sjahrir itu. Kalau Rakyat tiada
menerima usul Belanda itu, maka penangkapan yang "tiada" berdasar
undang-undang yang sudah tercantum dan disahkan itu, melainkan karena
perbedaan politik itu saja bisa pula menimbulkan akibat yang tiada
disangka-sangka dan dikehendaki. Usul Belanda yang tiada selama lagi
akan dimajukan oleh van Mook, terutama dalam mengakui Indonesia
seluruhnya dalam status otonomi, walaupun katanya, nama Indonesia dalam
statussemacam itu boleh dinamakan Republik. Dengan begitu Belanda sudah
menginjak-injak kemerdekaan dan kedaulatan Rakyat Indonesia yang
diproklamirkan pada tanggal 17 Agustus 1945. Terhadap keluar, negeri
Indonesia tak bersuara sama sekali. Terhadap ke dalam Belanda
merobek-robek daerah (teritori), administrasi dan perekonomian
Indonesia. Belanda akan kembali mengatur pegawai Indonesia dan kembali
menduduki pabrik, tambang dan kebunnya serta memasukkan kapital asing
dengan tak ada batasnya. Disampingnya itu "Hindia Belanda" yang
"Autonoom" itu harus mengakui hutang "Hindia-Belanda" sebelum Jepang
masuk. Kalau semua usul itu kelak diterima, maka kemerdekaan yang jauh
kurang dari 100% dalam politik itu akan diturunkan pula sekian persen
oleh hutang Indonesia tadi dan oleh kekuasaan pegawai-cap-Belanda serta
oleh bermaharaja-lelanya kapitalisme di pemerintahan pusat dan daerah.
Kekuatan lebih yang ditimpakan atas pemimpin-pemimpin Persatuan
Perjuangan, yang berdiri atas pengakuan 100% itu akan berupa kekuatan
nol % terhadap kapitalisme dan imperialisme asing. Bagaimana juga
memutar lidah dan pena, otonomi Indonesia di mana kapitalisme asing
merajalela akan membawa Indonesia kembali ke jurang perbudakan, mungkin
lebih dari sediakala.
Selama dua setengah bulan Persatuan Perjuangan berdiri, maka persatuan
yang berdasarkan perjuangan itu dikenalkan kepada seluruh lapisan
Rakyat, dari Sultan-Sunan sampai ke kaum jembel. Front anti imperialis
ini mengambil rakyat sebulat-bulatnya, sepenuh-penuhnya buat
mempertahankan kemerdekaan Republik 100%. Sebagai langkah pertama siasat
ini mesti diambil. Siasat semacam itu dicocokkan dengan keadaan
Indonesia dan dengan sejarah revolusi di mana-mana di dunia. Pertarungan
yang dua setengah bulan itu sudah memberi ujian kepada semua lapisan
tadi. Ternyata sudah setelah penangkapan Madiun terjadi ujian tadi sudah
membawa pembelaan kemerdekaan Indonesia ke tingkat kedua. Kaum borjuis
tengah, sebelah atas, ialah sebagian kaum saudagar, Pamong Praja, dan
intelligensia sudah melempem dan berbalik muka. Mereka tidak tahan
menjalankan ujian itu, asyik memikirkan bagaimana menghentikan
perjuangan ini dan kembali menduduki kursi di sudut-sudut kantor yang
dituan-besari oleh Belanda. Sikap melempem di tengah revolusi itu
bukanlah monopolinya kaum tengah Indonesia saja. Memang itu sifatnya
kaum tengah, ialah maju-mundur lebih banyak mundur daripada maju dan
kalau terlampau berat lekas mundur, dan memilih pihak yang kiranya
menang. Borjuis tengah Indonesia, seperti saudagar tengah, Pamong-Praja
dan intelligensia memang tak bisa konsekuen baik dalam revolusi nasional
ataupun dalam revolusi sosial.
Sifat memilih dan membidik siapa yang kuat dan akan menang dalam
pergulatan itu memangnya terbawa oleh susunan ekonomi dan sosial
Indonesia. Kaum tengah Indonesia tak mempunyai tempat bersandar maupun
dalam ekonomi ataupun dalam politik. Saudagar tengah Indonesia tak kenal
sama saudagar importor sendiri, pabrikant (pemilik pabrik) Indonesia
sendiri atau pun bankir sendiri. Mereka bersandar pada Importir asing,
pabrik-asing dan bankir asing. Demikian pula Pamong Praja dan
reservenya, ialah kaum intelligensia bersandar pada imperialisme asing.
Tak ada Parlemen atau pemerintah nasional yang bisa dijadikan tujuan
dalam usaha mereka mencari pangkat. Imperialisme Belanda dalam
penjajahan 350 tahun itu jaya menghasilkan satu golongan pamong-praja
dan reservenya, golongan intelligensia yang mempunyai semangat ingin
memasuki kantor gubernur di bawah perintah sep Belanda, "semangat
inlander". Semangat inlander ini amat tebal dan tak gampang
diombang-ambingkan oleh semangat revolusioner. Kalau sep-Belanda hilang
seperti pada penyerahan Belanda 8 Maret 1942, maka "para inlander"
merasa bahagia mendapatkan "sep-baru" dan mempelajari "jongkok" baru,
ialah jongkok ala Nippon. Apabila rakyat memproklamirkan kemerdekaan
pada tanggal 17 Agusuts 1945, maka "para-inlander" dengan setengah
percaya dan setengah tak percaya memasuki kantor Republik, tetapi
apabila "sep-lama" datang, maka gelisah lagi. Sekarang dengan
memuncaknya perjuangan, maka sudah banyak para inlanders tadi yang
mengenal kembali "his masters voice" itu (suara tuannya). Mereka kembali
bersedia menerima perintah tuan-lama buat keperluan tuan lama itu,
kalau perlu menentang kemauan bangsa sendiri.
Kini mereka para inlanders menunggu saat bilamana mereka dengan aman
bisa melompat sambil berteriak-teriak: Tuan-besar sudah kembali! Sifat
kaum tengah memang tengah memang sangsi bolak-balik di antara golongan
atas dan bawah. Di mana ada kapital nasional dan borjuis nasional yang
kukuh kuat, maka dalam masa revolusi kaum tengahnya sangsi bolak-balik
di antara borjuis atas dan proletar nasional. Akhirnya di tengah-tengah
kesukaran perjuangan mereka membelok kepada yang kiranya akan menang. Di
Indonesia kapital dan borjuis yang kuat-kukuh itu terdiri dari bangsa
asing. Mungkin pada permulaan perjuangan para inladers memihak kepada
rakyat-murba. Tetapi kalau perjuangan itu sedikit lama dan tampaknya
sukar, maka mereka akan mengabdi kepada kapital dan borjuis asing
manapun juga. Dalam dua setengah bulan Persatuan Perjuangan itu berdiri,
aliran "para-inlanders" terasa benar. Makin keras desakan
Sekutu-Inggris-Belanda dengan "moderate"nya, makin keras pula semangat
para inlanders dalam Persatuan Perjuangan membatalkan "minimum program"
yang memang revolusioner itu sama sekali, atau men-sabot, membelokan,
melemahkan artinya. Sesudah penangkapan Madiun proses ini berlaku lebih
cepat dan lebih nyata lagi. Tetapi dengan melemahkan, membelokkan,
bahkan seandainya dengan membatalkan Minimum Program sama sekali ini
tiada berarti rakyat Indonesia dengan Pemudanya akan bisa dibelokkan
dilemahkan ataupun dipatahkan semangatnya membela kemerdekaan 100% dan
menolak kapitalisme asing.
Mungkin nama Persatuan Perjuangan dan Minimum Program akan dijadikan
barang "bisikan", bahkan mungkin bisa ditutup sama sekali, tetapi selama
rakyat dan pemudanya terus memperjuangkan kemerdekaan 100% dan
penolakan kapitalisme asing, maka selama itulah pula Persatuan
Perjuangan, yang berarti Persatuan mereka yang berjuang, serta Minimum
Programnya, akan berlaku. Nama kumpulan atau program baru mungkin bisa
menipu rakyat dan pemudanya, sebagian atau seluruhnya buat sementara
waktu, tetapi tidak buat selama-lamanya.
Semenjak penangkapan Madiun dengan radio Hilversumnya, nyatalah sudah
bahwa Persatuan Perjuangan dan program minimum sudah meningkat ke
periode (musim) kedua dalam perjuangan anti-imperialisme dan
revolusi-nasional ini. Dalam periode kedua ini kaum setengah ke sini
setengah ke sana, setengah revolusioner dan setengah kompromis itu mesti
disingkirkan sama sekali. Karena mereka sudah nyata, dan memegang terus
mereka itu berarti melemahkan barisan perjuangan. Persatuan Perjuangan
bukanlah berarti kumpulan kaum revolusioner dan kaum kompromis yang
lengkap siap dengan 1001 perkataan buat menyelimuti politik
kompromisnya. Sesudah penangkapan Madiun maka perjuangan revolusi
Indonesia mesti dikembalikan ke tangan mereka yang tegas-tegas mengakui
kemerdekaan 100%, menolak perundingan yang tiada berdasarkan perngakuan
100% itu dan tegas terang menolak kapitalisme asing dengan siasat
menyita perusahaan musuh. Pembersihan mesti dilakukan.
Dan dalam masa pembersihan itu mesti dilakukan dengan cepat dan kalau
perlu dengan deras-tangkas. Kalau tidak maka kaum kompromis akan jaya
melembekkan semangat perjuangan, membelokkan atau mematahkan perjuangan
itu sama sekali dan mengembalikan Indonesia ke status penjajahan dengan
atau tidak-dengan nama "Republik".
Setengah kaum tengah bagian atas yang dipelopori oleh "ahli" politik
dan "ahli" diplomasi serta para pamong praja dan intelligensia sudah
terjerumus atau sengaja menerjunkan dirinya k etengah-tengah barisan
Nica. Kaum pembelok, yang sudah menjalankan rolnya dengan terbuka,
setengah tertutup atau sama sekali bersembunyi itu mesti di-isolir,
dipisahkan atau sama sekali diberantas dari perjuangan revolusioner.
Persatuan Perjuangan revolusioner mesti terdiri dari kaum dan golongan
revolusioner saja. Dalam periode kedua ini, sesudah ujian dua setengah
bulan ini, maka golongan yang tetap revolusioner ialah: Pertama,
golongan proletariat perindusterian, yakni buruh pabrik, bengkel,
tambang, pengangkutan, listrik, percetakan, PTT dll.
Kedua, proletariat tani, ialah buruh kebun bersama dengan kaum tani
biasa, kaum tani menengah, sampai ke tani sederhana (kerja dan cukup
buat keluarga sendiri saja), terus ke setengah tani, setengah buruh
tani. Ketiga, kaum Marhaen ialah pedagang kecil, warga-kecil seperti
juru tulis, guru, dan intelligensia miskin di kota-kota. Semuanya
golongan ketiga ini menghendaki sungguh lenyapnya imperialisme asing dan
berdirinya terus Republik Indonesia, dan banyak sekali memberikan
pengorbanan harta dan jiwanya dalam semua garis pertempuran. Ketiga
golongan yang masih revolusioner dalam periode kedua di masa revolusi
nasional ini lebih kurang terikat oleh aliran pula, yakni aliran
ke-Islaman, kebangsaan, dan keproletaran (sosialisme, komunisme ataupun
anarkis-sindikalisme). Ketiga aliran ini terus menerus mempengaruhi
pergerakan anti-imperialisme di Indonesia selama lebih 40 tahun di
belakang ini. Dalam periode kedua inipun ketiga aliran itu tiadalah bisa
diabaikan.
PARI tiada akan melupakan tiga aliran yang terbuka atau tertutup pada
sanubari tiga golongan tersebut di atas. Ketiga aliran itu
masing-masingnya lebih kurang mempengaruhi masing-masingnya ketiga
golongan tadi. Tetapi boleh jadi sekali dan sepatutnyalah pula
ke-Islaman lebih tebal dari pada kaum tani, kebangsaan lebih tebal pada
kaum marhaen dan ke-proletaran pada golongan proletariat.
PARI mesti mencocokkan organisasi, prinsip, paham, taktik-strategi dan
slogannya dengan kekuatan-revolusioner dalam negeri dan teman
penyambutnya di luar negeri serta dengan keadaan dalam dan luar
Indonesia buat melakukan program minimum dan maksimumnya. Pencocokan itu
mesti senantiasa dilakukan dan diperoleh berhubung dengan perubahan
musim (periode) perjuangan dan peralihan pusat kekuatan dari golongan ke
golongan yang revolusioner. Buat periode kedua ini cukuplah sudah
Minimum Programnya Persatuan Perjuangan, yang kalau dirasa perlu bisa
ditambah di sana sini, dengan tiada mengurangi semangatnya yang
revolusioner. Setelah kemerdekaan 100% tercapai, maka akan berlakulah
program maksimum, yang maksudnya menuju kepada Indonesia berdasarkan
sosialisme, bersandarkan kekuatan diri dan mengingat keadaan di sekitar
Indonesia. Pertama sekali amat tidak bijaksana mengumumkan program
maksimum pada musim revolusi-nasional demokratis ini.
HARI DAN TANGKISAN
Akan terlampau jauh ke muka kalau kita di sini menguraikan program
maksimum. Kita yang di tengah-tengah perjuangan yang sungguh ini, di
tengah-tengah dentuman bom, meriam, dan mortir, wajib memusatkan semua
pikiran, perhatian dan kemauan pada barang yang nyata dan praktis saja.
Sekejap kita melayangkan meninggalkan daratan, sebegitulah pula kita
melalaikan perjuangan yang sebenarnya dan meringankan pekerjaan musuh
memerangi kita. Cukuplah sudah kalau diperingatkan saja bahwa setelah
revolusi-nasional-demokratis yang sempurna kelak sudah berlaku dan
kemerdekaan 100% tercapai, maka program maksimum yakni sosialisme 100%
akan segera dijalankan. Mungkin apa tidaknya sosialisme 100% bisa
dijalankan adalah sama sekali tergantung pada kekuatan lahir-batin
Indonesia sendiri dan keadaan di sekitar Indonesia.
Memeriksa dan menguraikan kemungkinan di sektor Indonesia akan memakan
banyak waktu dan tempat. Tetapi semua kemungkinan bisa dibulatkan
seperti berikut: Pertama, Perang Dunia ke-3 timbul. Dalam hal ini,
tentulah sendirinya Indonesia akan berhadapan dengan persoalan
sosialisme dalam suasana peperangan. Kemungkinan pertama ini membawa
kemungkinan terlibat atau tidaknya Indonesia dalam perang dunia ke-3
itu. Kedua, dunia akan mengalami perdamaian beberapa lama sesudahnya
kemerdekaan 100% tercapai. Dalam hal ini persoalan sosialisme di
Indonesia harus diselesaikan dengan sifat dan cara berlainan dari pada
di waktu peperangan.
In picture: Pink Lake in western Australia
Pink Lake in western Australia
Lake Hillier or Pink Lake is a salt lake in the
Goldfields-Esperance region of Western Australia. It lies about 3
kilometers west of Esperance and is bounded to the East by the South
Coast Highway
- See more at: http://en.alalam.ir/news/1596560#sthash.ZhpGDWSA.dpufIn picture: Pink Lake in western Australia
Pink Lake in western Australia
Lake Hillier or Pink Lake is a salt lake in the
Goldfields-Esperance region of Western Australia. It lies about 3
kilometers west of Esperance and is bounded to the East by the South
Coast Highway
- See more at: http://en.alalam.ir/news/1596560#sthash.ZhpGDWSA.dpuf
Tidak ada komentar:
Posting Komentar