Rabu, 01/06/2011 11:48 WIB
Nasib Anas Bisa Naas (1)
Bintang Terang Anas Mulai Pudar
Didik Supriyanto - detikNews
Nasib Anas Bisa Naas (1)
Bintang Terang Anas Mulai Pudar
Didik Supriyanto - detikNews
http://www.detiknews.com/read/2011/06/01/114819/1651590/159/bintang-terang-anas-mulai-pudar?nd991103605
Anas Urbaningrum
Jakarta - Anas Urbaningrum sempat terlihat sebagai the rising star politik Indonesia, setelah terpilih sebagai Ketua Umum Partai Demokrat (PD), tahun lalu. Itu juga berarti masa depan cerah bagi partai yang dilahirkan SBY. Peran penting partai berlambang Mercy itu, juga posisi dinasti SBY akan tetap bertahan aman pada tahun-tahun mendatang di bumi politik Indonesia.
Bagaimana tidak, pada saat partai-partai lain kekurangan kader mumpuni sehingga terpaksa mengusung muka-muka lama (yang terbukti tidak laku dijual pada arena pemilu), PD menampilkan tokoh muda. Kelebihan Anas bukan hanya pada kemudaannya, tetapi pada reputasi, kecerdasan, dan tentu saja laku politik.
Anas adalah sedikit tokoh muda yang menggeluti dunia politik, tetapi tidak terlibat skandal. Jangankan skandal, kasus-kasus kecil yang kerap menjebak politisi muda saja, dia berhasil melewatinya. Ketika menjadi Ketua Umum HMI pada zaman Orde Baru, Anas terlihat tidak masuk kendali para seniornya. Hubungan dengan senior berjalan baik, tapi independensi tetap terjaga.
Oleh karena itu, ketika zaman berganti, menyusul tumbangnya rezim Soeharto, Anas mendapatkan peran penting. Dia ditunjuk Presiden Habibie menjadi anggota perancang undang-undang politik. Dia juga ditunjuk sebagai tim verifikasi partai politik untuk Pemilu 1999. Usai Pemilu, Presiden Gus Dur mengangkatnya sebagai anggota KPU.
Sebagai aktivis HMI, libido politik Anas tinggi. Lembaga negara independen, macam KPU dan komisi negara lain, tak cukup mewadahi obsesi politiknya. Karena itu, setelah sukses menggelar Pemilu 2004, dia pun meninggalkan KPU. Meskipun para seniornya di Partai Golkar mengajaknya bergabung, namun dia tidak ragu masuk PD. Apalagi SBY sendiri yang mengundangnya.
Anas langsung mendapatkan mandat penting dari SBY: menyelesaikan berbagai kemelut internal partai politik di daerah. Dia berkeliling di berbagai daerah, menyelesaikan satu per satu konflik yang sudah mulai akut di partai baru. Dia mendengarkan keluhan semua pihak, menawarkan rekonsiliasi, dan menindak kader-kader yang lakunya sudah keterlaluan. Anas sukses mengemban amanah SBY.
Sepak terjang Anas dalam mengurusi PD, mengingatkan pada Akbar Tandjung, Ketua Umum Partai Golkar yang juga seniornya di HMI: rajin menyambangi pengurus daerah, mengembangkan semangat kebersamaan, mendengarkan semua keluhan, tidak segan mengulurkan bantuan kepada semua kader, dan tentu saja tidak meledak-ledak, apalagi menggebrak-gebrak.
Bagi Anas, politik adalah tindakan rasional, rasionalitas yang tetap menjunjung tinggi nilai-nilai. Ideologi boleh saja mati, tetapi politik harus disiapkan berlandaskan konsep jelas, dijalankan berdasarkan strategi yang rapi dan taktik yang jitu. Sopan santun jadi koridornya.
Setiap pernyataan dan tindakan politik selalu disorot dan dicatat rakyat, oleh karena itu tidak pada tempatnya aktor politik berkata dan bertindak sembarangan. Semua harus terukur. Lebih baik mengulang atau memodifikasi pernyataan normatif daripada menyerukan kata-kata provokatif.
Laku politik Anas tidak jauh beda dengan SBY. Ini bukan karena Anas harus menirukan gaya bosnya, tetapi secara alamiah memang ada kesamaan. Beda di umur dan pengalaman saja.
Oleh karena itu, terpilihnya Anas Urbaningrum sebagai Ketum PD, tidak hanya melambungkan optimisme para kader PD, bahwa masa depan partainya akan jaya seiring dengan mundurnya SBY dari panggung politik, tetapi juga meyakinkan para pengamat politik bahwa Anas tidak lama lagi akan menjadi bintang besar dalam jagat politik Indonesia.
Pertama, partai-partai pesaing PD gagal menampilkan tokoh muda yang jadi harapan rakyat. Mereka kesulitan menemukan kader muda yang mumpuni sehingga terpaksa memilih stok lama, yang jelas-jelas tidak laku di pasar pemilu. Kedua, terlepas dari kinerja dan prestasi, gaya politik SBY dipercaya masih disukai rakyat Indonesia. Dan itu tercermin dalam diri Anas.
Makanya, jika Anas diusung PD menjadi capres, maka peluangnya sangat besar untuk terpilih. Anas adalah the rising star. Tapi itu dulu. Kini semua berubah dalam sekejab, setelah Bendahara Umum PD M Nazaruddin terindikasi terlibat skandal korupsi pembangunan Wisma Atlet SEA Games di Palembang.
Masa depan politik Anas pun menjadi tidak jelas. Pertama, rakyat terbelakak matanya, bahwa seorang Anas ternyata dikelilingi oleh orang-orang buruk laku. Celakanya ketika indikasi keterlibat Nazaruddin semakin kuat, Anas tidak bisa bertindak tegas. Kini banyak orang meragukan integritas politiknya.
Kedua, perbedaan pandangan dan langkah dalam menangani skandal Nazaruddin, antara SBY dan para politisi senior partai, dengan Anas bersama fungsionaris muda partai, membenarkan rumor yang beredar pada saat Munas PD tahun lalu, bahwa SBY dan para senior partai sesungguhnya tidak menyukai terpilihnya Anas sebagai ketum.
Anas mungkin tidak akan disingkirkan dari kedudukannya di partai, tetapi skandal Nazaruddin dan kegagalan dalam menanganinya, akan menyudutkan Anas sehingga dia tidak bisa berbuat apa-apa. Mungkin dia memiliki keliatan ala Akbar Tandjung dalam mengatasi belitan politik, tetapi ingat Anas bermain di kandang PD, bukan di Golkar.
Bagaimana tidak, pada saat partai-partai lain kekurangan kader mumpuni sehingga terpaksa mengusung muka-muka lama (yang terbukti tidak laku dijual pada arena pemilu), PD menampilkan tokoh muda. Kelebihan Anas bukan hanya pada kemudaannya, tetapi pada reputasi, kecerdasan, dan tentu saja laku politik.
Anas adalah sedikit tokoh muda yang menggeluti dunia politik, tetapi tidak terlibat skandal. Jangankan skandal, kasus-kasus kecil yang kerap menjebak politisi muda saja, dia berhasil melewatinya. Ketika menjadi Ketua Umum HMI pada zaman Orde Baru, Anas terlihat tidak masuk kendali para seniornya. Hubungan dengan senior berjalan baik, tapi independensi tetap terjaga.
Oleh karena itu, ketika zaman berganti, menyusul tumbangnya rezim Soeharto, Anas mendapatkan peran penting. Dia ditunjuk Presiden Habibie menjadi anggota perancang undang-undang politik. Dia juga ditunjuk sebagai tim verifikasi partai politik untuk Pemilu 1999. Usai Pemilu, Presiden Gus Dur mengangkatnya sebagai anggota KPU.
Sebagai aktivis HMI, libido politik Anas tinggi. Lembaga negara independen, macam KPU dan komisi negara lain, tak cukup mewadahi obsesi politiknya. Karena itu, setelah sukses menggelar Pemilu 2004, dia pun meninggalkan KPU. Meskipun para seniornya di Partai Golkar mengajaknya bergabung, namun dia tidak ragu masuk PD. Apalagi SBY sendiri yang mengundangnya.
Anas langsung mendapatkan mandat penting dari SBY: menyelesaikan berbagai kemelut internal partai politik di daerah. Dia berkeliling di berbagai daerah, menyelesaikan satu per satu konflik yang sudah mulai akut di partai baru. Dia mendengarkan keluhan semua pihak, menawarkan rekonsiliasi, dan menindak kader-kader yang lakunya sudah keterlaluan. Anas sukses mengemban amanah SBY.
Sepak terjang Anas dalam mengurusi PD, mengingatkan pada Akbar Tandjung, Ketua Umum Partai Golkar yang juga seniornya di HMI: rajin menyambangi pengurus daerah, mengembangkan semangat kebersamaan, mendengarkan semua keluhan, tidak segan mengulurkan bantuan kepada semua kader, dan tentu saja tidak meledak-ledak, apalagi menggebrak-gebrak.
Bagi Anas, politik adalah tindakan rasional, rasionalitas yang tetap menjunjung tinggi nilai-nilai. Ideologi boleh saja mati, tetapi politik harus disiapkan berlandaskan konsep jelas, dijalankan berdasarkan strategi yang rapi dan taktik yang jitu. Sopan santun jadi koridornya.
Setiap pernyataan dan tindakan politik selalu disorot dan dicatat rakyat, oleh karena itu tidak pada tempatnya aktor politik berkata dan bertindak sembarangan. Semua harus terukur. Lebih baik mengulang atau memodifikasi pernyataan normatif daripada menyerukan kata-kata provokatif.
Laku politik Anas tidak jauh beda dengan SBY. Ini bukan karena Anas harus menirukan gaya bosnya, tetapi secara alamiah memang ada kesamaan. Beda di umur dan pengalaman saja.
Oleh karena itu, terpilihnya Anas Urbaningrum sebagai Ketum PD, tidak hanya melambungkan optimisme para kader PD, bahwa masa depan partainya akan jaya seiring dengan mundurnya SBY dari panggung politik, tetapi juga meyakinkan para pengamat politik bahwa Anas tidak lama lagi akan menjadi bintang besar dalam jagat politik Indonesia.
Pertama, partai-partai pesaing PD gagal menampilkan tokoh muda yang jadi harapan rakyat. Mereka kesulitan menemukan kader muda yang mumpuni sehingga terpaksa memilih stok lama, yang jelas-jelas tidak laku di pasar pemilu. Kedua, terlepas dari kinerja dan prestasi, gaya politik SBY dipercaya masih disukai rakyat Indonesia. Dan itu tercermin dalam diri Anas.
Makanya, jika Anas diusung PD menjadi capres, maka peluangnya sangat besar untuk terpilih. Anas adalah the rising star. Tapi itu dulu. Kini semua berubah dalam sekejab, setelah Bendahara Umum PD M Nazaruddin terindikasi terlibat skandal korupsi pembangunan Wisma Atlet SEA Games di Palembang.
Masa depan politik Anas pun menjadi tidak jelas. Pertama, rakyat terbelakak matanya, bahwa seorang Anas ternyata dikelilingi oleh orang-orang buruk laku. Celakanya ketika indikasi keterlibat Nazaruddin semakin kuat, Anas tidak bisa bertindak tegas. Kini banyak orang meragukan integritas politiknya.
Kedua, perbedaan pandangan dan langkah dalam menangani skandal Nazaruddin, antara SBY dan para politisi senior partai, dengan Anas bersama fungsionaris muda partai, membenarkan rumor yang beredar pada saat Munas PD tahun lalu, bahwa SBY dan para senior partai sesungguhnya tidak menyukai terpilihnya Anas sebagai ketum.
Anas mungkin tidak akan disingkirkan dari kedudukannya di partai, tetapi skandal Nazaruddin dan kegagalan dalam menanganinya, akan menyudutkan Anas sehingga dia tidak bisa berbuat apa-apa. Mungkin dia memiliki keliatan ala Akbar Tandjung dalam mengatasi belitan politik, tetapi ingat Anas bermain di kandang PD, bukan di Golkar.
(diks/iy)Rabu, 01/06/2011 13:26 WIB
Nasib Anas Bisa Naas (2)
Buruk Nazar, Anas Digoyang
Deden Gunawan - detikNews
Jakarta - Skandal M Nazaruddin benar-benar menimbulkan huru-hara politik dalam Partai Demokrat (PD). Partai besutan Presiden SBY ini harus menangkis semua tuduhan yang mengarah padanya. Tidak hanya itu, kader pun terbelah menyikapi skandal mantan bendum PD itu.
Sebut saja sikap Dewan Kehormatan PD yang sejak awal ingin menjatuhkan sanksi kepada Nazar. Langkah DK tersebut sempat mendapat kritikan dari sejumlah kader PD yang duduk di DPR. Dengan dalih menghormati proses hukum yang sedang berjalan di KPK, para kolega Nazar berharap DK tidak buru-buru menjatuhkan sanksi kepada mantan anggota Komisi III DPR itu.
Tapi DK tetap memecat Nazar dari kursi bendum, Senin (23/05/2011). Alasannya politisi 33 tahun itu dianggap telah melanggar etika serius. Selain itu, sepak terjang Nazar selama ini juga dianggap telah menyudutkan nama baik partai.
Meski sudah jadi keputusan DK, konon elit PD tidak satu suara menyikapi pemecatan itu. Informasi yang beredar di internal PD, Anas Urbaningrum, Ketua Umum PD yang juga menjabat Wakil Ketua DK PD, tidak menandatangani surat pemecatan itu.
Sumber detikcom di internal PD menuturkan, sebenarnya sedari awal Anas kurang sepakat dengan penjatuhan sanksi terhadap Nazar. Karena sikap Anas ini, putusan sanksi terhadap Nazar molor hingga lebih dari sepekan.
Anas memang mengalami dilema. Selama ini Anas dekat dengan Nazar yang kini terbelit banyak kasus. Bahkan pada 2007, Anas dan Nazar sempat membuat perusahaan bersama dengan mendirikan PT Panahatan dan PT Anugerah Nusantara. Dalam perusahaan itu Anas duduk sebagai salah satu komisaris. Namun kabarnya pada 2008, Anas keluar dari perusahaan itu.
"Anas bilang merasa heran. Sebab merasa tidak pernah andil dengan menyetorkan modal dana atau tenaga sama sekali dalam proses pendirian atau operasional perusahaan. Tapi dia langsung ditunjuk sebagai komisaris," jelas Sekretaris DK PD Amir Syamsuddin menirukan ucapan Anas.
Bukti kedekatan Anas dan Nazar tidak terelakkan ketika setelah menang di Kongres PD ke II yang digelar 2010 Anas menempatkan Nazar di posisi strategis, sebagai bendum. Jabatan untuk Nazar ini sempat dikeluhkan internal PD. Sebab Nazar kader anyar. Ia baru masuk 2007. Tapi kok langsung melejit kariernya dengan menjadi bendahara umum. Sementara banyak kader yang merasa berdarah-darah sejak awal justru tidak masuk dalam jajaran inti DPP.
Sementara sumber detikcom di lingkungan Istana mengatakan, sebenarnya SBY, sejak Kongres PD di Bandung sudah tidak sreg dengan majunya Anas sebagai calon ketua umum. Bahkan SBY sempat meminta Anas untuk mundur di menit-menit akhir menjelang pemilihan ketua umum digelar.
Hanya saja saat itu Anas mengatakan, mundur tidaknya dirinya tergantung konstituen. "Sebaiknya tanyakan saja ke konstituen. Sebab mereka yang punya hak suara," kata Anas seperti ditirukan sumber detikcom.
Nah, dengan kejadian yang menimpa Nazar saat ini beberapa kalangan di internal PD menganggap sebagai bagian dari skenario untuk menyingkirkan Anas. Sebab Nazar dianggap sebagai orang dekat Anas, sehingga apapun yang dilakukan Nazar melekat pada Anas.
Jangan heran kalau Anas jadi gamang ketika ada desakan untuk memecat Nazar dari kepengurusan partai. Anas pun berulangkali menolak usulan untuk memberi sanksi Nazar yang disuarakan sebagian besar anggota DK PD.
"Di DK PD itu kan mayoritas pendukungnya Andi Mallarangeng, seperti Amir Syamsudin, Jero Wacik, dan EE Mangindaan. Kalau SBY netral. Wajar saja kalau mereka mau buru-buru kasih sanksi ke Nazar. Karena target utamanya adalah Mas Anas," beber Ketua DPP PD Bidang Kominfo Ruhut Sitompul kepada detikcom.
Menurut Ruhut, sekalipun DK telah memecat Nazar namun Anas sebagai Ketua Umum DPP belum mau mengambil sikap. "DPP saat ini belum memberikan sanksi apapun kepada Nazar. Jadi sebenarnya putusan DK tidak serta merta menjadi putusan DPP," tegas Ruhut.
Politisi yang juga pemain sinetron ini membenarkan kalau upaya untuk mendelegitimasi atau melengserkan Anas memang sudah terlihat sejak kasus Nazar bergulir. Ruhut menuding mereka berasal dari kubu Menpora Andi Mallarangeng yang kalah dalam perebutan kursi ketua umum di Kongres PD setahun lalu.
"Orang-orangnya Andi,seperti Denny Kailimang, Kastorius Sinaga, Andi Nurpati, dan anak-anak LSM yang baru kemarin sore masuk Demokrat. Mereka inilah orang-orangnya Andi dan memberi pernyataan ke mana-mana. Padahal mereka itu orang baru," keluh Ruhut.
Terhadap adanya upaya untuk menggeser Anas, Ruhut berharap semua harus dilakukan sesuai mekanisme. Misalnya di Kongres. "Kalau mau bertindak jantan. Tunggu saja Kongres PD 4 tahun lagi. Baru itu ksatria.Jangan menggunting dalam lipatan," pungkasnya.
Denny Kailimang pun membantah tudingan Ruhut. Menurutnya tidak benar kelompok Andi Mallarangeng ingin menyerang Nazar untuk menggoyang Anas. Ia juga menegaskan tidak ada perpecahan di PD. "Saya diangkat di DPP dan patuh atas semua perintah Ketua Umum Pak Anas," kata Denny.
Sebut saja sikap Dewan Kehormatan PD yang sejak awal ingin menjatuhkan sanksi kepada Nazar. Langkah DK tersebut sempat mendapat kritikan dari sejumlah kader PD yang duduk di DPR. Dengan dalih menghormati proses hukum yang sedang berjalan di KPK, para kolega Nazar berharap DK tidak buru-buru menjatuhkan sanksi kepada mantan anggota Komisi III DPR itu.
Tapi DK tetap memecat Nazar dari kursi bendum, Senin (23/05/2011). Alasannya politisi 33 tahun itu dianggap telah melanggar etika serius. Selain itu, sepak terjang Nazar selama ini juga dianggap telah menyudutkan nama baik partai.
Meski sudah jadi keputusan DK, konon elit PD tidak satu suara menyikapi pemecatan itu. Informasi yang beredar di internal PD, Anas Urbaningrum, Ketua Umum PD yang juga menjabat Wakil Ketua DK PD, tidak menandatangani surat pemecatan itu.
Sumber detikcom di internal PD menuturkan, sebenarnya sedari awal Anas kurang sepakat dengan penjatuhan sanksi terhadap Nazar. Karena sikap Anas ini, putusan sanksi terhadap Nazar molor hingga lebih dari sepekan.
Anas memang mengalami dilema. Selama ini Anas dekat dengan Nazar yang kini terbelit banyak kasus. Bahkan pada 2007, Anas dan Nazar sempat membuat perusahaan bersama dengan mendirikan PT Panahatan dan PT Anugerah Nusantara. Dalam perusahaan itu Anas duduk sebagai salah satu komisaris. Namun kabarnya pada 2008, Anas keluar dari perusahaan itu.
"Anas bilang merasa heran. Sebab merasa tidak pernah andil dengan menyetorkan modal dana atau tenaga sama sekali dalam proses pendirian atau operasional perusahaan. Tapi dia langsung ditunjuk sebagai komisaris," jelas Sekretaris DK PD Amir Syamsuddin menirukan ucapan Anas.
Bukti kedekatan Anas dan Nazar tidak terelakkan ketika setelah menang di Kongres PD ke II yang digelar 2010 Anas menempatkan Nazar di posisi strategis, sebagai bendum. Jabatan untuk Nazar ini sempat dikeluhkan internal PD. Sebab Nazar kader anyar. Ia baru masuk 2007. Tapi kok langsung melejit kariernya dengan menjadi bendahara umum. Sementara banyak kader yang merasa berdarah-darah sejak awal justru tidak masuk dalam jajaran inti DPP.
Sementara sumber detikcom di lingkungan Istana mengatakan, sebenarnya SBY, sejak Kongres PD di Bandung sudah tidak sreg dengan majunya Anas sebagai calon ketua umum. Bahkan SBY sempat meminta Anas untuk mundur di menit-menit akhir menjelang pemilihan ketua umum digelar.
Hanya saja saat itu Anas mengatakan, mundur tidaknya dirinya tergantung konstituen. "Sebaiknya tanyakan saja ke konstituen. Sebab mereka yang punya hak suara," kata Anas seperti ditirukan sumber detikcom.
Nah, dengan kejadian yang menimpa Nazar saat ini beberapa kalangan di internal PD menganggap sebagai bagian dari skenario untuk menyingkirkan Anas. Sebab Nazar dianggap sebagai orang dekat Anas, sehingga apapun yang dilakukan Nazar melekat pada Anas.
Jangan heran kalau Anas jadi gamang ketika ada desakan untuk memecat Nazar dari kepengurusan partai. Anas pun berulangkali menolak usulan untuk memberi sanksi Nazar yang disuarakan sebagian besar anggota DK PD.
"Di DK PD itu kan mayoritas pendukungnya Andi Mallarangeng, seperti Amir Syamsudin, Jero Wacik, dan EE Mangindaan. Kalau SBY netral. Wajar saja kalau mereka mau buru-buru kasih sanksi ke Nazar. Karena target utamanya adalah Mas Anas," beber Ketua DPP PD Bidang Kominfo Ruhut Sitompul kepada detikcom.
Menurut Ruhut, sekalipun DK telah memecat Nazar namun Anas sebagai Ketua Umum DPP belum mau mengambil sikap. "DPP saat ini belum memberikan sanksi apapun kepada Nazar. Jadi sebenarnya putusan DK tidak serta merta menjadi putusan DPP," tegas Ruhut.
Politisi yang juga pemain sinetron ini membenarkan kalau upaya untuk mendelegitimasi atau melengserkan Anas memang sudah terlihat sejak kasus Nazar bergulir. Ruhut menuding mereka berasal dari kubu Menpora Andi Mallarangeng yang kalah dalam perebutan kursi ketua umum di Kongres PD setahun lalu.
"Orang-orangnya Andi,seperti Denny Kailimang, Kastorius Sinaga, Andi Nurpati, dan anak-anak LSM yang baru kemarin sore masuk Demokrat. Mereka inilah orang-orangnya Andi dan memberi pernyataan ke mana-mana. Padahal mereka itu orang baru," keluh Ruhut.
Terhadap adanya upaya untuk menggeser Anas, Ruhut berharap semua harus dilakukan sesuai mekanisme. Misalnya di Kongres. "Kalau mau bertindak jantan. Tunggu saja Kongres PD 4 tahun lagi. Baru itu ksatria.Jangan menggunting dalam lipatan," pungkasnya.
Denny Kailimang pun membantah tudingan Ruhut. Menurutnya tidak benar kelompok Andi Mallarangeng ingin menyerang Nazar untuk menggoyang Anas. Ia juga menegaskan tidak ada perpecahan di PD. "Saya diangkat di DPP dan patuh atas semua perintah Ketua Umum Pak Anas," kata Denny.
(ddg/iy)
Rabu, 01/06/2011 15:46 WIB
Nasib Anas Bisa Naas (3)
SBY-Anas Renggang, Mr A Senang
M. Rizal - detikNews
Nasib Anas Bisa Naas (3)
SBY-Anas Renggang, Mr A Senang
M. Rizal - detikNews
Jakarta - Partai Demokrat (PD) masih terus gonjang-ganjing. Setelah skandal Nazaruddin, kini dikabarkan pucuk pimpinan PD tengah perang dingin. Hubungan Ketua Umum PD Anas Ubaningrum dengan Ketua Dewan Pembina dan pendiri PD, SBY diisukan kian memburuk.
Benarkan hubungan Anas dan SBY memburuk? Sejumlah elit PD memilih bungkam soal kabar ini. Maklum SBY sudah mewanti-wanti kadernya untuk tidak sembarangan bicara.
"Saya nggak tahu, saya nggak mau komentar soal itu," kata Ketua DPP PD bidang Penegakan Hukum, Benny K Harman kepada detikcom.
Isu memburuknya hubungan SBY santer ketika Anas tidak terlihat saat Dewan Kehormatan PD mengumumkan pemberhentian Nazar sebagai bendum PD. Terlebih lagi setelah itu, Anas juga berkali-kali tidak menghadiri rapat PD di kediamaan SBY di Cikeas.
Hubungan Anas dengan SBY sebenarnya sudah kurang menyenangkan dari awal. SBY sejatinya tidak merestui Anas menjadi ketum PD. Ketua Dewan Pembina PD itu lebih mendukung Andi Mallarangeng sebagai Ketum PD. Sumber detikcom di lingkungan Istana mengatakan, sejak Kongres PD di Bandung 2010 lalu, SBY sudah tidak sreg dengan majunya Anas sebagai calon ketua umum.
Bahkan SBY sempat meminta Anas untuk mundur di menit-menit akhir menjelang pemilihan ketua umum digelar. Namun tanpa dinyana Anas melawan perintah SBY itu. Anas mengatakan, mundur tidaknya dirinya tergantung konstituen. "Sebaiknya tanyakan saja ke konstituen. Sebab mereka yang punya hak suara," kata Anas seperti ditirukan sumber detikcom.
Tidak dinyana kenekatan Anas berbuah kemenangan dan dia pun terpilih sebagai Ketum PD. Kini setahun setelah Anas menjabat, hubungan Anas dan SBY kembali meruncing setelah kasus Nazar meledak. Beberapa kali terjadi pembangkangan kubu Anas atas perintah yang diisyarakatkan SBY dalam penanganan kasus Nazar. Saat SBY menginginkan kasus Nazar diusut DK, Anas menandinginya dengan membentuk tim pencari fakta yang melindungi Nazar.
Ketika SBY memerintahkan Anas melakukan upaya untuk memulangkan Nazar dari Singapura, kubu Ketum PD ini melakukan penolakan. "Pak SBY meminta PD proaktif dalam upaya membujuk Nazaruddin kembali ke Indonesia secara sukarela. Kalau perlu dibuat tim khusus untuk menjemput dia," kata Kastorius Sinaga, ketua DPP PD yang selama ini seperti menjadi penyampai pesan SBY.
Ketua FPD Jafar Hafsah telah menandatangani tim penjemput Nazar yang mengaku tengah berobat ke Singapura. Tim penjemput antara lain berisi Sutan Bathoegana. Tapi kubu Anas justru malah memberi pernyataan yang membangkang. "Ngapain dijemput. Pak Jafar itu bukan dokter jadi kita hormatilah surat dari dokter," kata Ketua Kominfo PD Ruhut Sitompul.
Anas tentunya menghadapi banyak kasus yang harus diselesaikan. Selain kasus Nazar, Anas juga harus bisa merampungkan kasus kader lainnya yang mengancam citra PD. Pasca Nazar, elit PD yakni Andi Nurpati yang dilaporkan oleh MK.
Kasus Nazar dan kasus Andi tentu menjadi PR berat bagi Anas untuk membuktikan diri sebagai ketua umum yang mumpuni. Bila gagal membawa PD keluar dari kasus yang merusak citranya itu, bukan tidak mungkin Anas bisa saja dilengserkan.
Kini isu yang berkembang menyebutkan nasib Anas akan sama seperti Muhaimin Iskandar selaku Ketua Umum DPP PKB versus PKB Gus Dur. Menggeser Anas dinilai cukup beralasan melihat kedekatannya dengan Nazar yang hingga kini pemberhentiannya sampai sekarang dikabarkan belum ditandatangani Anas selaku ketua umum.
Selain itu adanya kecurigaan SBY terhadap Anas yang bermanuver sendiri, makanya tidak heran bila selama ini Anas selalu ditempeli Edhie Baskoro (Ibas), putra SBY. Karena Anas dicurigai tidak hanya membawa kepentingan PD, tapi bendera HMI yang diketahui memiliki link-link kuat dengan sejumlah partai politik besar lainnya.
"Setelah kasus Nazar ini posisi Anas sangat tidak aman. Nasibnya sangat tergantung SBY, tentu saja setelah Gusti Allah," kata sumber yang dekat dengan Anas.
Tapi isu ketegangan hubungan SBY-Anas dibantah Sekretaris Departemen Pemajuan dan Perlindungan HAM DPP PD Rachland Nashidik. Katanya Anas dan SBY masih harmonis.Justru menurut Rachland, sampai saat ini SBY begitu menyayangi dan dekat dengan Anas. Yang ada hanyalah perbedaan pandangan belaka.
"Ah itu nggak ada, tidak ada ketegangan atau hubungan yang tidak harmonis. Ini kan awalnya yang dikembangkan oleh salah satu kawan kita, lantas itu yang ramai, tapi sebenarnya tidak ada itu," kilahnya kepada detikcom.
Ia pun menyatakan banyak berita dan informasi yang tidak valid yang beredar saat ini mengenai hubungan Ketua Umum dan Ketua Dewan Pembina PD.
Sumber detikcom di PD menyatakan isu renggangnya Anas dan SBY justru dimainkan orang yang ingin memanfaatkan perseteruan antara Anas dengan Andi. "Orang ini sekalian ingin ada bersih-bersih agar mendapatkan positioning yang bisa langsung mendapatkan akses ke atas," jelasnya.
Wakil Sekjen DPP PD Ramadhan Pohan juga menyatakan gonjang-ganjing adanya perseteruan di internal partai dimanfaatkan pihak ketiga. Pihak ini bukan pihak internal, tapi dari luar. Bahkan, Ramadhan pun menunjuk 'Mr A' sebagai orang yang berada di belakang layar memanfaatkan kader-kadernya untuk memperkeruh suasana di PD. Siapa Mr A? Sejumlah sumber menyebut Mr A adalah mentor politik Anas.
"Yang bersangkutan bukan dari PD. Ia iri dengan suara PD yang meningkat 300 persen," kata Ramadhan.
Benarkan hubungan Anas dan SBY memburuk? Sejumlah elit PD memilih bungkam soal kabar ini. Maklum SBY sudah mewanti-wanti kadernya untuk tidak sembarangan bicara.
"Saya nggak tahu, saya nggak mau komentar soal itu," kata Ketua DPP PD bidang Penegakan Hukum, Benny K Harman kepada detikcom.
Isu memburuknya hubungan SBY santer ketika Anas tidak terlihat saat Dewan Kehormatan PD mengumumkan pemberhentian Nazar sebagai bendum PD. Terlebih lagi setelah itu, Anas juga berkali-kali tidak menghadiri rapat PD di kediamaan SBY di Cikeas.
Hubungan Anas dengan SBY sebenarnya sudah kurang menyenangkan dari awal. SBY sejatinya tidak merestui Anas menjadi ketum PD. Ketua Dewan Pembina PD itu lebih mendukung Andi Mallarangeng sebagai Ketum PD. Sumber detikcom di lingkungan Istana mengatakan, sejak Kongres PD di Bandung 2010 lalu, SBY sudah tidak sreg dengan majunya Anas sebagai calon ketua umum.
Bahkan SBY sempat meminta Anas untuk mundur di menit-menit akhir menjelang pemilihan ketua umum digelar. Namun tanpa dinyana Anas melawan perintah SBY itu. Anas mengatakan, mundur tidaknya dirinya tergantung konstituen. "Sebaiknya tanyakan saja ke konstituen. Sebab mereka yang punya hak suara," kata Anas seperti ditirukan sumber detikcom.
Tidak dinyana kenekatan Anas berbuah kemenangan dan dia pun terpilih sebagai Ketum PD. Kini setahun setelah Anas menjabat, hubungan Anas dan SBY kembali meruncing setelah kasus Nazar meledak. Beberapa kali terjadi pembangkangan kubu Anas atas perintah yang diisyarakatkan SBY dalam penanganan kasus Nazar. Saat SBY menginginkan kasus Nazar diusut DK, Anas menandinginya dengan membentuk tim pencari fakta yang melindungi Nazar.
Ketika SBY memerintahkan Anas melakukan upaya untuk memulangkan Nazar dari Singapura, kubu Ketum PD ini melakukan penolakan. "Pak SBY meminta PD proaktif dalam upaya membujuk Nazaruddin kembali ke Indonesia secara sukarela. Kalau perlu dibuat tim khusus untuk menjemput dia," kata Kastorius Sinaga, ketua DPP PD yang selama ini seperti menjadi penyampai pesan SBY.
Ketua FPD Jafar Hafsah telah menandatangani tim penjemput Nazar yang mengaku tengah berobat ke Singapura. Tim penjemput antara lain berisi Sutan Bathoegana. Tapi kubu Anas justru malah memberi pernyataan yang membangkang. "Ngapain dijemput. Pak Jafar itu bukan dokter jadi kita hormatilah surat dari dokter," kata Ketua Kominfo PD Ruhut Sitompul.
Anas tentunya menghadapi banyak kasus yang harus diselesaikan. Selain kasus Nazar, Anas juga harus bisa merampungkan kasus kader lainnya yang mengancam citra PD. Pasca Nazar, elit PD yakni Andi Nurpati yang dilaporkan oleh MK.
Kasus Nazar dan kasus Andi tentu menjadi PR berat bagi Anas untuk membuktikan diri sebagai ketua umum yang mumpuni. Bila gagal membawa PD keluar dari kasus yang merusak citranya itu, bukan tidak mungkin Anas bisa saja dilengserkan.
Kini isu yang berkembang menyebutkan nasib Anas akan sama seperti Muhaimin Iskandar selaku Ketua Umum DPP PKB versus PKB Gus Dur. Menggeser Anas dinilai cukup beralasan melihat kedekatannya dengan Nazar yang hingga kini pemberhentiannya sampai sekarang dikabarkan belum ditandatangani Anas selaku ketua umum.
Selain itu adanya kecurigaan SBY terhadap Anas yang bermanuver sendiri, makanya tidak heran bila selama ini Anas selalu ditempeli Edhie Baskoro (Ibas), putra SBY. Karena Anas dicurigai tidak hanya membawa kepentingan PD, tapi bendera HMI yang diketahui memiliki link-link kuat dengan sejumlah partai politik besar lainnya.
"Setelah kasus Nazar ini posisi Anas sangat tidak aman. Nasibnya sangat tergantung SBY, tentu saja setelah Gusti Allah," kata sumber yang dekat dengan Anas.
Tapi isu ketegangan hubungan SBY-Anas dibantah Sekretaris Departemen Pemajuan dan Perlindungan HAM DPP PD Rachland Nashidik. Katanya Anas dan SBY masih harmonis.Justru menurut Rachland, sampai saat ini SBY begitu menyayangi dan dekat dengan Anas. Yang ada hanyalah perbedaan pandangan belaka.
"Ah itu nggak ada, tidak ada ketegangan atau hubungan yang tidak harmonis. Ini kan awalnya yang dikembangkan oleh salah satu kawan kita, lantas itu yang ramai, tapi sebenarnya tidak ada itu," kilahnya kepada detikcom.
Ia pun menyatakan banyak berita dan informasi yang tidak valid yang beredar saat ini mengenai hubungan Ketua Umum dan Ketua Dewan Pembina PD.
Sumber detikcom di PD menyatakan isu renggangnya Anas dan SBY justru dimainkan orang yang ingin memanfaatkan perseteruan antara Anas dengan Andi. "Orang ini sekalian ingin ada bersih-bersih agar mendapatkan positioning yang bisa langsung mendapatkan akses ke atas," jelasnya.
Wakil Sekjen DPP PD Ramadhan Pohan juga menyatakan gonjang-ganjing adanya perseteruan di internal partai dimanfaatkan pihak ketiga. Pihak ini bukan pihak internal, tapi dari luar. Bahkan, Ramadhan pun menunjuk 'Mr A' sebagai orang yang berada di belakang layar memanfaatkan kader-kadernya untuk memperkeruh suasana di PD. Siapa Mr A? Sejumlah sumber menyebut Mr A adalah mentor politik Anas.
"Yang bersangkutan bukan dari PD. Ia iri dengan suara PD yang meningkat 300 persen," kata Ramadhan.
(zal/iy)Rabu, 01/06/2011 17:10 WIB
Nasib Anas Bisa Naas (4)
Anas Memperkenalkan, Nazar Yang Menggarap
Deden Gunawan - detikNews
Jakarta - Anas Urbaningrum kini lebih banyak bungkam. Ketua Umum Partai Demokrat (PD) itu selalu menghindar jika ingin ditanya soal kasus yang melilit M Nazaruddin, Bendahara Umum PD. Setiap dicegat wartawan dalam sejumlah acara Anas memilih menghindar.
Anas saat ini pantas gusar. Nazar yang merupakan orang dekat Anas disangkakan terlibat suap proyek Wisma Atlet untuk SEA Games di Palembang dan memberikan uang 120 dolar Singapura kepada Sekjen MK Janedjri M Gaffar.
Anas, sebagai seorang ketua umum partai, tentunya ikut bertanggung jawab atas perilaku anak buahnya. Apalagi Nazar masuk jajaran elit partai atas peran Anas. Sebelum Anas memimpin PD, ia sudah akrab dengan Nazar. Jejak keakraban itu bisa dilihat dari catatan adanya perusahaan yang didirikan Anas dan Nazar.
Anas masuk perusahaan Nazar itu pada 2007 dan duduk sebagai komisaris. Anas lantas melepas saham yang dimiliki di perusahaan Nazar pada 2008. Dengan bekal mitra bisnis itu, tidak aneh bila pada 2010, saat Anas menang memimpin PD, Nazar pun dipilih sebagai bendum.
Jabatan politis di PD itu makin mengeratkan hubungan Anas-Nazar. Sang bendum selalu menjadi orang yang bisa diandalkan untuk membiayai kegiatan ketumnya. Setiap kegiatan yang dilakukan Anas, Nazar tanpa banyak cincong memberikan dukungan dana. Untuk biaya penyewaan pesawat saja misalnya, Nazar menyadangkan uang miliaran. Disebut-sebut, Rp 10 miliar diberikan ke Anas dan Ibas setiap tahunnya.
"Semua aliran dana ke partai maupun petinggi partai dia catat semua. Termasuk biaya penyewaan pesawat untuk kegiatan Anas dan Ibas yang setahunnya mencapai Rp 10 miliar," jelas sumber yang dekat dengan Anas.
Anas disebut-sebut selalu mengajak Nazar jika bertemu dengan menteri atau pejabat pemerintahan. Dalam pertemuan-pertemuan itu, Nazar dikenalkan pada sang pejabat. Sumber detikcom mengungkapkan, setelah kenal dengan sang pejabat, Nazar langsung mem-follow up dan ujung-ujungnya Nazar mendapatkan proyek-proyek di pemerintahan.
Aksi Nazar memborong proyek pemerintah sudah menjadi hal yang lumrah dilakukan para bendahara partai. Partai memang membutuhkan banyak uang untuk membiayai kelangsungan hidupnya. Kalau hanya mengandalkan dana dari pemerintah dan iuran anggota saja tentu tidak cukup.
Nah, pada kondisi inilah peran bendahara umum di setiap partai sangat penting. Setiap bendahara di masing-masing partai pasti ditugasi untuk mencari dana-dana dari sumber lain. Sialnya, yang jadi sasaran adalah proyek-proyek pemerintah.
Menurut pengamat Politik UI Arbi Sanit, saat ini semua partai, mencari dana dari proyek-proyek pemerintah untuk mendukung kegiatan politiknya. Karena PD sebagai partai penguasa, tentu porsinya jadi lebih banyak. Jadi, kata Arbi, bukan hanya PD yang main-main proyek pemerintah. Golkar,PDIP, PKS, dan partai lain juga bermain. Cuma porsinya tidak seperti PD.
"Masing-masing bendahara umumnya punya koneksi ke sejumlah perusahaan, baik pemerintah maupun swasta. Minimal punya koneksi istimewa," ujar Arbi.
Tapi yang Arbi heran, kenapa bendahara umum PD, yang usianya muda bisa koneksi sebanyak itu. Sehingga dipercaya mengelola keuangan partai. "Saya heran kenapa Nazar bisa jadi bendahara umum. Dan menghimpun proyek-proyek pemerintah yang konon nilainya mencapai Rp 42 triliun dalam setahun depan. Bila dapat 10% saja Nazar bisa menghimpun dana setidaknya Rp 4 triliun," tukas Arbi.
Posisi Nazar sebagai bendum tentu menimbulkan kecemburuan. Bukan hanya dari luar PD. Dari internal pun Nazar juga mendapat sorotan. Sorotan terutama dari para pesaing Anas saat kongres, seperti kubu Andi Mallarangeng maupun Marzuki Alie.
Maka begitu Nazar kena kasus, banyak pihak yang berkepentingan ingin menggesernya. Sekalian kasus Nazar pun dipakai seteru Anas untuk menakar kekuatan mantan ketum PB HMI itu. Bukan tidak mungkin, kalau tidak membuktikan diri bisa mengatasi kemelut akibat skandal Nazar, Anas pun digulingkan.
Tapi dari hitung-hitungan politik, Anas kelihatannya tidak akan digulingkan di tengah jalan. Anas memiliki akar yang kuat di DPD-DPD. Kemungkinan besar, SBY hanya akan menegaskan pengaruh dirinya di PD memakai moment Nazar.
"Saat ini ada kecenderungan elit-elit PD tidak lagi mendengar intruksi SBY,sebagai Ketua Dewan Pembina. SBY mengalami kemerosotan pengaruh di dalam saat ini," jelas Arbi.
Kemerosotan kepemimpinan itu dimulai saat pembentukan Pansus Mafia Pajak. Awalnya, sejumlah elit PD menjadi penggagas usulan angket Mafia Pajak. Sementara SBY tidak sepakat. Kasus lainnya, soal pembangunan gedung baru DPR.
Sedangkan dalam kasus Nazar, penentangan elit PD terhadap SBY semakin terlihat ketika sikap Dewan Kehormatan PD yang diketuai SBY, justru mendapat tentangan dari sejumlah elit DPP. Bahkan anggota-anggota DK PD balik diserang usai memecat Nazar dari posisi bendahara umum.
"Karena saat ini banyak yang terkesan mbalelo SBY kemudian mengerahkan orang-orang kepercayaannya seperti Kastorius Sinaga, Jero Wacik dan EE Mangindaan. Merekalah yang ditugasi untuk menghadapi para pembangkang di PD," duga Arbi.
Anas saat ini pantas gusar. Nazar yang merupakan orang dekat Anas disangkakan terlibat suap proyek Wisma Atlet untuk SEA Games di Palembang dan memberikan uang 120 dolar Singapura kepada Sekjen MK Janedjri M Gaffar.
Anas, sebagai seorang ketua umum partai, tentunya ikut bertanggung jawab atas perilaku anak buahnya. Apalagi Nazar masuk jajaran elit partai atas peran Anas. Sebelum Anas memimpin PD, ia sudah akrab dengan Nazar. Jejak keakraban itu bisa dilihat dari catatan adanya perusahaan yang didirikan Anas dan Nazar.
Anas masuk perusahaan Nazar itu pada 2007 dan duduk sebagai komisaris. Anas lantas melepas saham yang dimiliki di perusahaan Nazar pada 2008. Dengan bekal mitra bisnis itu, tidak aneh bila pada 2010, saat Anas menang memimpin PD, Nazar pun dipilih sebagai bendum.
Jabatan politis di PD itu makin mengeratkan hubungan Anas-Nazar. Sang bendum selalu menjadi orang yang bisa diandalkan untuk membiayai kegiatan ketumnya. Setiap kegiatan yang dilakukan Anas, Nazar tanpa banyak cincong memberikan dukungan dana. Untuk biaya penyewaan pesawat saja misalnya, Nazar menyadangkan uang miliaran. Disebut-sebut, Rp 10 miliar diberikan ke Anas dan Ibas setiap tahunnya.
"Semua aliran dana ke partai maupun petinggi partai dia catat semua. Termasuk biaya penyewaan pesawat untuk kegiatan Anas dan Ibas yang setahunnya mencapai Rp 10 miliar," jelas sumber yang dekat dengan Anas.
Anas disebut-sebut selalu mengajak Nazar jika bertemu dengan menteri atau pejabat pemerintahan. Dalam pertemuan-pertemuan itu, Nazar dikenalkan pada sang pejabat. Sumber detikcom mengungkapkan, setelah kenal dengan sang pejabat, Nazar langsung mem-follow up dan ujung-ujungnya Nazar mendapatkan proyek-proyek di pemerintahan.
Aksi Nazar memborong proyek pemerintah sudah menjadi hal yang lumrah dilakukan para bendahara partai. Partai memang membutuhkan banyak uang untuk membiayai kelangsungan hidupnya. Kalau hanya mengandalkan dana dari pemerintah dan iuran anggota saja tentu tidak cukup.
Nah, pada kondisi inilah peran bendahara umum di setiap partai sangat penting. Setiap bendahara di masing-masing partai pasti ditugasi untuk mencari dana-dana dari sumber lain. Sialnya, yang jadi sasaran adalah proyek-proyek pemerintah.
Menurut pengamat Politik UI Arbi Sanit, saat ini semua partai, mencari dana dari proyek-proyek pemerintah untuk mendukung kegiatan politiknya. Karena PD sebagai partai penguasa, tentu porsinya jadi lebih banyak. Jadi, kata Arbi, bukan hanya PD yang main-main proyek pemerintah. Golkar,PDIP, PKS, dan partai lain juga bermain. Cuma porsinya tidak seperti PD.
"Masing-masing bendahara umumnya punya koneksi ke sejumlah perusahaan, baik pemerintah maupun swasta. Minimal punya koneksi istimewa," ujar Arbi.
Tapi yang Arbi heran, kenapa bendahara umum PD, yang usianya muda bisa koneksi sebanyak itu. Sehingga dipercaya mengelola keuangan partai. "Saya heran kenapa Nazar bisa jadi bendahara umum. Dan menghimpun proyek-proyek pemerintah yang konon nilainya mencapai Rp 42 triliun dalam setahun depan. Bila dapat 10% saja Nazar bisa menghimpun dana setidaknya Rp 4 triliun," tukas Arbi.
Posisi Nazar sebagai bendum tentu menimbulkan kecemburuan. Bukan hanya dari luar PD. Dari internal pun Nazar juga mendapat sorotan. Sorotan terutama dari para pesaing Anas saat kongres, seperti kubu Andi Mallarangeng maupun Marzuki Alie.
Maka begitu Nazar kena kasus, banyak pihak yang berkepentingan ingin menggesernya. Sekalian kasus Nazar pun dipakai seteru Anas untuk menakar kekuatan mantan ketum PB HMI itu. Bukan tidak mungkin, kalau tidak membuktikan diri bisa mengatasi kemelut akibat skandal Nazar, Anas pun digulingkan.
Tapi dari hitung-hitungan politik, Anas kelihatannya tidak akan digulingkan di tengah jalan. Anas memiliki akar yang kuat di DPD-DPD. Kemungkinan besar, SBY hanya akan menegaskan pengaruh dirinya di PD memakai moment Nazar.
"Saat ini ada kecenderungan elit-elit PD tidak lagi mendengar intruksi SBY,sebagai Ketua Dewan Pembina. SBY mengalami kemerosotan pengaruh di dalam saat ini," jelas Arbi.
Kemerosotan kepemimpinan itu dimulai saat pembentukan Pansus Mafia Pajak. Awalnya, sejumlah elit PD menjadi penggagas usulan angket Mafia Pajak. Sementara SBY tidak sepakat. Kasus lainnya, soal pembangunan gedung baru DPR.
Sedangkan dalam kasus Nazar, penentangan elit PD terhadap SBY semakin terlihat ketika sikap Dewan Kehormatan PD yang diketuai SBY, justru mendapat tentangan dari sejumlah elit DPP. Bahkan anggota-anggota DK PD balik diserang usai memecat Nazar dari posisi bendahara umum.
"Karena saat ini banyak yang terkesan mbalelo SBY kemudian mengerahkan orang-orang kepercayaannya seperti Kastorius Sinaga, Jero Wacik dan EE Mangindaan. Merekalah yang ditugasi untuk menghadapi para pembangkang di PD," duga Arbi.
(ddg/iy)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar