Amerika akui mereka ingin membunuh Moammar Gaddafi
Hanin Mazaya
Senin, 27 Juni 2011 08:47:42
Hits: 252
TRIPOLI (Arrahmah.com) - Laksamana Amerika, Locklear, komandan teroris salibis NATO dalam operasi di Libya mengakui dalam sebuah wawancara dengan anggota “komite layanan bersenjata rumah perwakilan rakyat AS”, Turner, bahwa aliansi berusaha untuk membunuh Kolonel Gaddafi meskipun bertentangan dengan pernyataan publik bahwa untuk “penghapusan fisik” diperlukan tentara NATO di Libya.
“Otorisasi PBB memiliki tiga komponen, blokade, zona larangan terbang dan perlindungan sipil. Dan Locklear menjelaskan bahwa lingkup perlindungan sipil sedang ditafsirkan untuk mengizinkan penghapusan rantai komando militer Gaddafi yang mencakup Gaddafi itu sendiri,” ujar kebijakan luar negeri seperti yang dikutip Locklear, ia menambahkan bahwa saat ini misi NATO didefinisikan seperti itu.
“Saya juga percaya sebelumnya bahwa kami (menargetkan Gaddafi) dan pernyataan itu telah ditegaskan,” ujar Turner.
Kongres ini juga melaporkan bahwa Locklear mengatakan bahwa pasukan darat diperlukan untuk “penghapusan” Gaddafi selama periode ketidakstabilan di Libya.
Tidak puas dengan keterlibatan Amerika dalam aksi militer di Libya, anggota kongres berulangkali menunjukkan bahwa tuhuan dari operasi terhadap Gaddafi masih belum jelas. Di satu sisi, teroris Obama berpendapat bahwa Gaddafi harus pergi dan di sisi lain, ia mengatakan bahwa “penghapusan” pemimpin Libya bukanlah ujuan anti-koalisi Salibis. Beberapa anggota Kongres bahkan telah mengajukan gugatan terhadap Gedung Putih karena agresi Amerika di Libya.
Pihak berwenang dari negara-negara NATO berpendapat untuk waktu yang lama bahwa pembunuhan Gaddafi bukanlah tujuan utama dari aksi militer di Libya, tapi pada awal Juni, nada pernyataan oleh perwakilan aliansi mulai berubah. Sejak 10 Juni, seorang pejabat senior pemerintah Amerika mengatakan “tak seorang pun akan meneteskan air mata” jika kolonel Gaddafi tewas dalam pemboman.
Di awal Juni, putri Gaddafi, Aisah mengajukan tuntutan hukum di Paris dan Brussels sehubungan dengan pembunuhan kerabatnya oleh NATO. Di bulan Mei, pemboman oleh teroris NATO di Tripoli menewaskan putra bungsu Gaddafi, Saif al-Arab al-Gaddafi dan tiga cucunya. (haninmazaya/arrahmah.com)
Cengkeraman Yahudi terhadap Indonesia sejak sebelum merdeka
Althaf
Senin, 27 Juni 2011 08:37:26
Hits: 496
BANDUNG (Arrahmah.com) – Sadar atau tidak, perekonomian bangsa Indonesia hingga saat ini masih dalam cengkraman Zionis. Hal tersebut terlihat dari tingkat kesejahteraan yang masih menjadi impian semata bagi sebagian besar rakyat Indoensia. Meski dianugrahi sumber daya alam melimpah, namun justru dinikmati bangsa lain.
Demikian pendapat Ketua ICMI Orwil Jabar, Prof. Dr H. Burhan Arief yang disampaikan dalam diskusi ”Yahudi: Perkembangan dan Model Ekonomi” di Aula Al Ma’soem, Bandung, Sabtu (25/6/2011).
Burhan menambahkan, indikasi tersebut juga terlihat dari semakin besarnya ketergantungan bantuan terhadap asing dan sistem ekonomi yang tidak berpihak pada kepentingan rakyat Indonesia yang mayoritas muslim. Hal itu juga diperkuat dengan adanya komunitas Yahudi di Indonesia dari berbagai kalangan hingga oknum birokrasi, sehingga “jalur” tersebut semakin memuluskan usaha Zionis di Indonesia, termasuk menguasai ekonomi.
Burhan lantas menceritakan pengalamannya yang pernah berdialog dengan seorang Dirjen yang terang-terangan mengaku keturunan Yahudi. Bahkan tanpa ada rasa bersalah, sang Dirjen terus terang mendukung Yahudi-Israel) yang saat itu tengah menggempur Palestina.
“Atau yang nyata saja, kita bisa lihat betapa banyak yayasan sosial yang didanai atau berafiliasi dengan Zionis yang beroperasi di Indonesia,” terang Burhan, sambil menyebut beberapa yayasan tersebut.
Untuk itu dirinya memberi solusi bahwa jalan keluarnya kembali kepada Al Qur’an dan Sunnah serta persatuan umat Islam. Karena Zionis rasanya sulit dikalahkan jika hanya mengandalkan akal, termasuk kemajuan teknologi.
Sementara itu di tempat sama, sejarawan Prof. Mansur Suryanegara pun mengamini pendapat Burhan. Menurut Mansur, kelompok Yahudi lebih dulu eksis jauh sebelum Indonesia merdeka. Hal tersebut dapat dilihat dari beberapa pergerakan yang ada saat itu, yang jelas nyata berkiblat pada Yahudi. “Bahkan hingga penyusunan UUD 1945 dan penetapan dasar negara (Pancasila) tidak lepas dari campur tangan lobi Yahudi di Indonesia,” ungkap Mansur sambil menyebut beberapa tokoh kemerdekaan.
Sementara dari segi ekonomi, Mansur memberi contoh, sistem kapitalis dan liberal yang dianut hingga saat ini menunjukan Indonesia masih di bawah kepentingan asing (yahudi). Sehingga semboyan keadilan dan kesejahteraan hanya menjadi slogan penguasa saja.
Senada dengan Burhan, Mansur pun menyarankan agar umat Islam menggalakan koperasi syariah (baitulmaal wa tamwil) sebagai sentra kegiatan ekonomi umat, sehingga cara ini diharapkan mampu menghidupkan ekonomi umat dengan terbebas dari sistem riba.
“Jangan belanja di mal-mal itu, karena itu sama dengan menyumbang dana buat mereka (Zionis) dan mematikan toko atau warung tetangga kita,” ajaknya. Yang menarik dalam diskusi tersebut juga ditunjukan beberapa buku tentang gerakan Zionis di Indonesia, termasuk buku, ”SBY Antek Yahudi Amerika?” karangan Eggi Sudjana. Rencananya buku tersebut akan dibedah pekan depan dengan mendatangkan penulisnya. (hdy/arrahmah.com)
Sempat olok-olok sorban, Pendeta Theo akhirnya minta maaf
Althaf
Senin, 13 Juni 2011 18:02:26
Hits: 3591
SITUBONDO (Arrahmah.com) - Ketua Umum Forum Komunikasi Kristiani Jakarta (FKKJ), Gbu Theo Bela, menyatakan permintaan maafnya kepada Majelis Mujahidin Indonesia (MMI) dan Front Pembela Islam (FPI) terkait kabar penculikan Aprilia Dyah Kusumaningrum alias Lia, 22 tahun, pelayan gereja di Situbondo, Jawa Timur, beberapa waktu lalu.
“Atas pemahaman awam itu, saya mengaku khilaf dan minta maaf kepada MMI dan FPI,” kata Theo Bela, Minggu malam (12/6/2011), seperti dikutip Tempointerakif.
Theo Bela mengaku bahwa dalam benaknya dia membayangkan bila sekumpulan orang yang bersorban itu seperti anggota kelompok MMI dan FPI. Namun, setelah menghayati secara mendalam, Theo mengakui kesimpulan dan kesan dia tentang sosok bersorban itu keliru.
Theo mengakui bila tuduhan itu sangat prematur. Namun, dia bersungguh-sungguh mengatakan tak berniat memojokan umat Islam.
“Pemahaman awal saya terhadap orang bersorban itu seperti orang-orang MMI dan FPI,” kata Theo.
“Dengan sadar dan bertanggung jawab, saya menyatakan mencabut omongan saya mengenai penculikan itu,” lanjutnya.
Ia berharap dengan permohonan maafnya, MMI dan FPI bisa menerima dan memaafkannya.
“Saya berjanji tak akan gegabah dan tidak akan mengulanginya lagi,” kata Theo.
Sebelumnya, Theo Bela mensinyalir pelaku penculikan adalah anggota Front Pembela Islam (FPI) atau Majelis Mujahidin Indonesia (MMI).
“Pelaku memakai baju dan sorban putih seperti FPI atau MMI,” kata Theo. “Mohon laporkan polisi jika ada yang tahu soal penculikan ini.”
Ketua Lajnah Tanfidziyah Majelis Mujahidin Indonesia (MMI), Irfan S. Awwas, meminta agar Pendeta Gbu Theo Bela mencabut pernyataannya soal penculikan Aprilia Dyah Kusumaningrum alias Lia, 22 tahun, seorang pelayan Gereja Pantekosta di Situbondo, Jawa Timur, yang dikabarkan diculik sejumlah pria bersorban beberapa waktu lalu.
“Saya minta Pendeta Theo Bela mencabut omongannya,” kata Irfan S. Awwas.
Menurut Irfan, tuduhan itu tidak memiliki bukti yang mengarah pada keterlibatan anggota MMI seperti yang dituduhkan dalam penculikan itu. “Ngapain menculik perempuan, tidak ada kerjaan,” kata Irfan. “Itu fitnah.”
Irfan menyatakan bahwa organisasinya tak ada kaitan dengan kasus penculikan itu. “Sama sekali tak terkait MMI,” kata Irfan. (tmp/arrahmah.com)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar