Palu semarak sambut Revolusi Islam Menuju Futuhat Al Aqsho
M. Fachry
Selasa, 28 Juni 2011 07:51:37
Hits: 239
PALU (Arrahmah.com) - Masjid Raya Baiturrohim, Palu, Sulawesi Tengah, Ahad, 26 Juni 2011. Hari masih pagi, namun kesibukan telah terlihat di Masjid Raya kebanggaan masyarakat Palu tersebut. Beberapa panitia terlihat memasang sebuah layar besar, baik di tempat peserta ikhwan maupun akhwat. Sebuah film tentang Palestina, terutama kondisi terkini Masjid Al Aqsho akan diputar sebelum acara inti digelar, Revolusi Islam Menuju Futuhat Al Aqsho.
Masalah Palestina Masalah Umat Islam Sedunia
Menjelang pukul 09.00 WIB, acara Revolusi Islam Menuju Futuhat Al Aqsho dimulai. Ustadz Hartono, pengasuh PP Hidayatullah, Palu, membuka acara sekaligus memandu acara yang digelar di Masjid Raya Baiturrahim, Palu, Sulawesi Tengah. Film tentang Palestina diputar, pesertapun semakin banyak, semangat para peserta semakin terlihat menyaksikan penderitaan dan kondisi kaum Muslimin Palestina, terutama Masjid Al Aqsho yang kini dalam cengkraman zionis yahudi Israel, laknatullah alahim!
Setelah pemutaran film, Ustadz Imaduddin (Gema Salam) sebagai pembicara pertama menyampaikan materi History of Al Aqsho. Beliau menyampaikan bahwa Masjid Al Aqsho adalah bangunan tertua kedua setelah Ka’bah di Mekkah, tempat suci dan terpenting ketiga setelah Mekkah dan Madinah.
Sayangnya, saat ini Masjid Al Aqsho, kota suci ummat Islam tersebut dikuasai oleh zionis yahudi Israel dan hendak diruntuhkan untuk kemudian dibangun di atasnya Haykal Sulaiman, tempat suci kaum yahudi. Ummat Islam di Palestina hingga saat ini didzolimi di seluruh lini kehidupannya oleh zionis yahudi dan kaum Muslimin hingga saat ini belum berhasil membebaskan Palestina.
Revolusi Islam Menuju Futuhat Al Aqsho
Sesi berikutnya disampaikan oleh Ustadz M Fachry (Sharia4Indonesia) yang juga Pemred Arrahmah.com. Beliau menyampaikan materi The Tsunami of Change, yang diawali dengan penjelasan singkat kedudukan suci Masjid Al Aqsho bagi kaum Muslimin. Menurut beliau sangat tepat jika saat ini, di tengah kaum Muslimin biasanya memperingati Isra dan Mi’raj Nabi Muhammad SAW., maka juga dibahas kondisi terkini Masjid tempat Mi’rajnya Nabi Muhammad SAW., yakni Masjid Al Aqsho yang dikuasai oleh zionis yahudi Israel. Saatnya bagi kaum Muslimin untuk membebaskan Masjid Al Aqsho!
Dalam presentasinya, Ustadz M Fachry mengutip editorial majalah Al Qaeda, Inspire Edisi 5, yang menulis :
“Menurut kami, revolusi yang tengah mengguncang singgasana para diktator itu baik bagi orang-orang Islam, baik bagi mujahidin dan buruk bagi imperialis Barat dan cecunguk-cecunguk mereka di dunia Islam.”
Beliau juga mengutip pendapat Syekh Anwar Al Awlaki yang mengomentari gelombang revolusi yang terjadi di Timur Tengah saat ini.
“Revolusi mampu mematahkan ketakutan yang selama ini mendekam di hati dan benak kaum Muslimin bahwa para tiran tidak bisa dikalahkan.”
Kesimpulannya, The Tsunami of Change atau gelombang revolusi yang saat ini tengah menghantam Timur Tengah dan menumbangkan para rezim diktaktor di sana menjadi jalan pembuka untuk Futuhat atau membebaskan Al Aqsho. Hal ini diperkuat dengan nubuwah atau kabar-kabar dari Nabi SAW., yang sudah banyak muncul, diantaranya akan keluarnya 12.000 pasukan dari Aden dan Abyan di Yaman, dan juga keluarnya pasukan berbendera hitam dari Khurasan.
Min Huna Nabda wa Fil Aqsho Naltaqiy
Sesi terakhir roadshow Revolusi Islam Menuju Futuhat Al Aqsho di Palu diisi oleh Ustadz Abdurrahman (Gema Salam), membawakan materi “Min Huna Nabda wa Fil Aqsho Naltaqiy”.
Di awal, beliau menjelaskan bahwa Masjid Al Aqsho telah lama terjajah oleh yahudi, alaihim la’natullah. Begitu juga bangsa muslim palestina dan juga negara timur tengah. Ketika kaum Muslimin bangkit untuk menagakkan syari’at Jihad menuju pembebasan maka mereka (musuh-musuh Islam) berseru dan memberikan stigma bahwa kaum Muslimin adalah teroris.
Sesungguhnya posisi ummat Islam sekarang berada diantara Iman dan kufur. Begitu pula dengan peperangan yang terjadi. Perang terorisme hakikatnya adalah perang terhadap ummat Islam. Sebagaimana yang telah di umumkan oleh G.W. bush bahwa ini adalah perang salib sebelum diralat menjadi perang melawan terorisme global. Maka siapa yang ikut dalam tunggangan orang kafir dalam hal ini maka ia termasuk dari mereka alias kafir. Hukum ini adalah yang paling jelas dalam kitabullah, sebagaimana Allah SWT., sampaikan di Al Qur’an Surat Al Maidah, ayat 51.
“ wahai orang beriman janganlah kalian menjadikan orang – orang yahudi dan Nashrani teman setia, sebagian mereka adalah teman bagi yang lain. Dan barangsiapa berpaling kepada mereka (menolong mereka memerangi muslim) maka dia termasuk mereka (kafir), sesumgguhmya Allah tidak memberi hidayah kepada orang zholim “
Menurutnya beliau, kendala yang terbesar dalam menghadapi pasukan Salibis yahudi adalah para pemimpin yang mereka setir dengan demokrasi. Demokrasi telah memberikan kontribusi besar bagi Amerika (Salibis yahudi) dalam menjajah kaum muslimin dari segi politik disamping menghancurkan pondasi Tauhid.
Solusi untuk membebaskan Al Aqsho menurut beliau adalah mencari Negara islam independen untuk membebaskan Al Aqsho. Hal tersebut telah disambut oleh Iraq 6 Tahun yang lalu. Mereka membangun Negara yang bertujuan untuk menegakkan agama Allah dan melakukan pembebasan mulai dari titik tolak Iraq sampai nanti ke negri Syam. Di sisi lain Yaman juga melakukan hal tersebut.
Selain itu, di timur tengah juga telah diusahakan demo untuk menuntut perubahan pemimpin dan sistem. Demo adalah cara yang teringan untuk mencapai pada kemaslahat ummat. Ketika tidak lagi ditempuh maka cara satu – satunya adalah Jihad fie Sabilillah sampai tegakknya Dinullah dan sampai mereka berhenti dari kezhaliman mereka terhadap ummat ini.
Maka mulai lah dari sini, persiapkan diri. Bantulah saudaramu lewat artikel, media, dakwah, infaq dan kekuatan agar mengusir penjajah dari tanah Islam.
Ummat Islam Palu semangat untuk bebaskan Al Aqsho
Tiba sesi Tanya jawab, para peserta semakin bersemangat dan jumlahnya semakin bertambah banyak. Selain mempertanyakan secara detil tentang roadshow Revolusi Islam Menuju Futuhat Al Aqsho, seorang peserta menyatakan keinginannya untuk bisa ikut serta membebaskan Al Aqsho di bumi Palestina.
Suasana tanya jawab semakin hangat dan semarak. Ratusan peserta tampak antusias mengikuti jalannya tanya jawab dan mendengarkan seluruh jawaban dari para pembicara. Teriakan takbir sesekali terdengar menambah semangat dan ghiroh keIslaman para peserta. Menjelang sholat dzuhur acara diakhiri dengan satu tekad bersama, di Palu kita mulai dan di Al Aqsho kita bertemu. Allahu Akbar!
Source : Talazum/Sharia4Indonesia.com
28 Rajab 1432 H / 28 Juni 2011
"Mereka memperkosaku seperti ini !"
Fadly
Senin, 5 Februari 2007 05:20:03
Hits: 9013
Artikel ini ditujukan untuk setiap muslim yang masih memiliki darah mengalir di nadinya
Nadia adalah salah satu korban tentara Amerika di penjara Abu Ghraib. Dia ditangkap tanpa alasan. Ketika dia dibebaskan dari penjara, tidak langsung kembali ke pangkuan keluarganya sebagaimana kebanyakan tahanan lainnya yang telah mengalami hal buruk, meskipun ketika dia telah terbakar oleh api penindasan dan kerinduan pada keluarganya.
Nadia kabur dengan segera setelah dia meninggalkan penjara, bukan karena perasaan malu yang akan diterimanya karena sejumlah kejahatan yang dilakukannya, akan tetapi karena apa yang telah dialami olehnya dan wanita Iraq lain yang tertangkap, yaitu pemerkosaan dan penyiksaan yang dilakukan oleh tentara Amerika di penjara Abu Ghraib. Dinding penjara mengungkapkan banyak cerita tragis, namun apa yang dikisahkan Nadia merupakan kebenaran hidup dan sekaligus neraka hidup.
Nadia memulai ceritanya:
“Aku sedang mengunjungi salah seorang kerabatku, kemudian tiba-tiba tentara Amerika memasuki rumahnya dan mulai menggeledah rumah itu. Mereka menemukan beberapa senjata ringan. Maka merekapun menangkap semua orang yang berada di rumah itu termasuk aku. Aku mencoba menjelaskan pada penerjemah yang menyertai patroli Amerika bahwa aku hanyalah seorang pengunjung. Akan tetapi pembelaanku gagal. Aku kemudian menangis, memohon pada mereka, sampai hilang kesadaran karena takut ketika mereka membawaku ke penjara Abu Ghraib.
Nadia melanjutkan: “mereka menempatkanku sendirian di sebuah sel penjara yang gelap dan kotor. Aku berharap aku akan segera dibebaskan, utamanya setelah penyelidikan terbukti aku tidak melakukan kejahatan”.
Nadia menjelaskan sambil air matanya mengalir ke pipinya, sebuah pertanda betapa banyak dia telah mengalami penderitaan.
“Hari pertama sangat menyusahkan. Selnya berbau tidak sedap, lembab dan gelap, kondisi ini membuatku semakin lama semakin takut. Suara tertawa prajurit di luar sel semakin membuatku ketakutan. Aku khawatir akan apa yang menimpaku nanti. Untuk pertama kalinya aku merasa berada dalam cengkraman situasi yang sulit dan aku telah memasuki sebuah dunia yang tidak dikenal yang aku tidak akan pernah keluar darinya.
Ditengah beraneka ragamnya perasaanku saat itu, aku mendengar suara seorang tentara wanita Amerika berbicara dalam bahasa Arab. Dia berkata kepadaku: “Aku tidak mengira penjual senjata di Iraq adalah wanita.” Ketika aku mulai mencoba menjelaskan kepadanya kondisi yang sebenarnya, dia memukulku dengan kejam. Aku menangis dan berteriak “Demi Allah ! aku dianiaya, demi Allah ! aku dianiya”
Tentara wanita itu menghujaniku dengan cacian dengan cara yang belum pernah aku bayangkan bisa terjadi atau aku akan diperlakukan seperti itu dalam keadaan apapun selamanya. Kemudian dia mulai menertawakanku sambil mengatakan bahwa dia telah memonitorku sepanjang hari dengan satelit, dan bahwa mereka mampu melacak musuh-musuh mereka meskipun sedang berada di dalam kamar tidur mereka sendiri dengan teknologi Amerika.
Kemudian dia tertawa dan berkata,”Aku mengawasimu ketika kamu bercinta dengan suamimu.” Aku menjawab dengan suara kebingungan “Tapi aku belum menikah”.
Dia memukuliku selama lebih dari 1 jam dan dia memaksaku minum segelas air, yang kemudian kuketahui mereka memberi obat di air itu. Aku mendapatkan kembali kesadaranku setelah 2 hari dalam keadaan telanjang. Segera aku tahu jika aku telah kehilangan sesuatu yang hukum apapun di dunia tidak akan mampu mengembalikannya kepadaku lagi. Aku telah diperkosa. Aku kemudian histeris tak terkontrol, dan aku mulai memukulkan kepalaku dengan keras ke tembok sampai lebih dari lima tentara Amerika yang dikepalai tentara wanita itu memasuki sel dan mulai memukuliku, kemudian mereka memperkosaku bergantian sambil tertawa-tawa dan menperdengarkan musik dengan keras.
Hari demi hari skenario pemerkosaan terhadapku diulangi. Dan setiap hari mereka menemukan cara baru yang lebih kejam dibanding dengan yang sebelum-sebelumnya.”
Nadia mulai menjelaskan perbuatan mengerikan dari Amerika bajingan:
“Setelah sekitar satu bulan, seorang tentara negro memasuki selku dan melemparkan 2 potong pakaian militer Amerika kepadaku. Dalam bahasa Arab yang lemah dia mengatakan agar aku memakainya. Setelah dia menutup kepalaku dengan kantong hitam, dia menuntunku ke toilet umum yang ada pipa untuk air dingin dan panas, dan dia memintaku untuk mandi. Kemudian dia menutup pintu dan pergi.
Aku menjadi sangat lelah dan merasakan kesakitan, tanpa mempedulikan banyaknya memar di tubuhku aku menuangkang sejumlah air ke badanku. Sebelum aku selesai mandi, tentara negro tadi masuk ke dalam. Aku ketakutan dan memukul wajahnya dengan mangkok air. Namun dia sangat kuat, dia memperkosaku dengan kejam dan meludahi mukaku, kemudian dia pergi dan kembali lagi dengan 2 tentara yang membawaku kembali ke sel.
Perlakuan seperti itu terus berlanjut, yang paling parah kadang aku diperkosa sampai 10 kali dalam sehari, membuat kesehatanku sangat buruk.”
Nadia berlanjut mengungkapkan perbuatan Amerika yang mengerikan terhadap wanita-wanita Iraq, dia berkata:
“Setelah lebih dari 4 bulan, seorang tentara wanita datang, dan aku menyimpulkan dari percakapannya dengan tentara lainnya jika namanya adalah Mary. Dia berkata kepadaku “sekarang kamu memiliki kesempatan emas, karena seorang petugas yang memiliki posisi tinggi akan mengunjungi kita hari ini. Jika kamu menghadapinya dengan sikap yang positif kamu akan dibebaskan, terutama karena kami sekarang yakin kamu tidak bersalah.”
Aku menjawab,”Jika kalian yakin aku tidak bersalah, mengapa kalian tidak membebaskan aku?”
Dia menjerit dengan gelisah,”Satu-satunya yang menjamin terbebasnya kamu adalah sikap positifmu terhadap mereka.”
Dia membawaku ke toilet umum, dan dia mengawasiku mandi sambil membawa tongkat tebal untuk memukulku jika aku tidak melakukan perintahnya. Kemudian, dia memberiku make up, dan memperigatkanku untuk tidak menangis dan merusak make up ku. Lalu dia membawaku ke sebuah ruangan kosong yang di situ tidak ada apapun kecuali sebuah penutup lantai. Setelah satu jam dia datang dengan ditemani 4 tentara dengan memegang kamera. Dia melepas bajunya dan mulai menggangguku seoalah-olah dia adalah seorang lelaki. Tentara lainnya tertawa dan memperdengarkan musik yang ribut, mengambil photoku dalam berbagai pose, dan mereka menunjuk-nunjuk wajahku. Yang wanita menyuruhku tersenyum, jika tidak dia akan membunuhku. Dia mengambil pistol dari salah satu temannya dan menembakkan empat peluru di dekat kepalaku seraya bersumpah bahwa peluru yang kelima akan ditembakkan tepat di kepalaku.
Setelah itu, keempat tentara lainnya memperkosaku secara bergantian sampai aku kehilangan kesadaranku. Ketika kesadaranku pulih aku menemukan diriku di sel dengan bekas-bekas gigitan, kuku dan rokok ada di sekujur tubuhku.”
Nadia berhenti bercerita tentang tragedi yang menimpanya untuk menyeka air matanya, kemudian dia melanjutkan lagi: “Kemudian suatu hari Mary datang dan mengatakan kepadaku bahwa aku kooperatif dan akan dibebaskan setelah aku menonton film yang mereka rekam. Aku merasa sakit setelah menonton filmnya, dan Mary mengatakan,”Kamu telah diciptakan hanya untuk membuat kami bersenang-senang”. Saat itu aku menjadi sangat marah dan aku menyerangnya meskipun aku takut akan reaksinya, aku akan membunuhnya kalau saja tentara lain tidak turut campur. Ketika para tentara melepaskanku, Mary menghujaniku dengan pukulan, kemudian mereka meninggalkanku.
Setelah kejadian itu, tidak ada seorangpun yang menggangguku selama lebih dari satu bulan. Aku menghabiskan masa itu dengan beribadah dan berdoa pada Allah Ta’ala yang memiliki seluruh kekuatan untuk menolongku.
Mary datang dengan beberapa tentara yang memberiku pakaian yang kukenakan ketika mereka menangkapku dan membawaku ke sebuah mobil Amerika. Kemudian mereka melemparkanku di sebuah jalan raya setelah memberiku 10.000 dinar Iraq.
Aku pergi ke sebuah rumah yang berdekatan dengan tempat aku dibuang, dan untuk mengetahui reaksi keluargaku, aku memilih mengunjungi salah seorang kerabatku supaya mereka mengetahui apa yang telah menimpaku ketika menghilang. Aku mengetahui bahwa saudaraku telah memasang papan tanda duka untukku selama lebih dari 4 bulan, mereka menganggapku sebagai orang yang sudah mati.
Aku memahami jika tikaman malu sudah menungguku. Maka, aku pergi ke Baghdad dan menemukan sebuah keluarga yang baik yang menampungku, dan aku bekerja pada keluarga ini sebagai pembantu dan guru privat bagi anak-anaknya.
Nadia terheran dalam kesakitan, penyesalan dan kemarahan:
“Siapa yang akan memuaskan dahagaku? Siapa yang akan mengembalikan keperawananku? Apa salah keluarga dan familiku? Aku mengandung seorang bayi, bahkan akupun tidak tahu siapa ayahnya.”
Dan Nadia mengakhiri ceritanya sampai di sini.
Apakah Amerika hanya memperkosa Nadia ataukah mereka memperkosa seluruh pria dan wanita di Ummat Islam ? Nadia adalah saya dan anda, istrimu dan juga istriku, saudarimu dan juga saudariku, ibumu serta ibuku. Dimanakah para pembela kesucian Islam! Dimanakah para pembela Islam!
“Mungkin masih banyak kisah menyesakan dada, bagi kita ummat Islam. Mungkin masih ada Nadia-Nadia lain di dalam penjara penuh penjaga babi dan kera berbangsa Amerika. Dimanakah kalian, jikalau kalian tidak tersentuh dengan cerita saudari kita, marahkah kalian dengan perlakuan manusia-manusia yang lebih kotor dari binatang ternajis sekalipun, bahkan mungkin mereka menjadi yang paling hina di Dunia dan Akhirat. Bangunlah wahai ummat!! Tidur kalian sudah terlalu lelap!!”
Sumber: lahaonline.com
12 warga Pakistan tewas akibat serangan brutal pesawat tanpa awak milik salibis AS
Althaf
Senin, 27 Juni 2011 22:20:28
Hits: 194
PESHAWAR (Arrahmah.com) –
Sekurangnya 12 orang dilaporkan tewas dalam serangan pesawat tak berawak milik salibis AS di Waziristan Selatan pada Senin (27/6/2011), Dawn News melansir.
Pesawat itu melepaskan empat rudal pada sebuah kendaraan yang sedang melaju di Birmal Tehsil, Waziristan, dan menewaskan sekurangnya 12 orang yang diklaim pemerintah sebagai militan.
Sementara itu warga setempat sudah mulai untuk mengevakuasi mayat dari tempat kejadian. (althaf/arrahmah.com)
28 Rajab 1432 H / 28 Juni 2011
Hanin Mazaya
Selasa, 28 Juni 2011 07:07:39
KUNAR (Arrahmah.com) -
Pertempuran sengit meletus di distrik Watapur, provinsi Kunar, yang berbatasan dengan provinsi Nooristan, Mujahidin dari dua provinsi ini bergabung dan saling membantu dalam pertempuran saat helikopter salibis AS menurunkan pasukannya dan mencoba melakukan misi melawan Mujahidin pada Minggu (26/6/2011).
Menurut laporan terbaru, pertempuran berlanjut sampai hari berikutnya dengan satu helikopter AS ditembak jatuh dan dihancurkan, menewaskan sedikitnya 15 tentara salibis AS, sementara itu, dua tentara boneka juga tewas selama pertempuran.
Mujahidin Imarah Islam Afghanistan di distrik Tagab, provinsi Kapisa, menembak jatuh satu pesawat tak berawak milik musuh yang tengah melakukan pengintaian.
Dalam perisiwa lainnya, tiga tentara penjajah AS tewas dan seorang lainnya terluka dalam pertempuran dengan Mujahidin Imarah Islam Afghanistan di distrik Barak, provinsi Logar.
Pertempuran berlanjut hingga satu jam dan tiga Mujahid terluka dalam pertempuran itu. Peristiwa terjadi pada Senin (27/6).
Sekitar enam tentara boneka tewas dan tujuh lebih terluka dengan tiga kendaraan ranger hancur dalam pertempuran antara tentara boneka dengan Mujahidin di ibukota provinsi Logar pada Senin (27/6).
Seorang agen NDS (agen intelijen Afghanistan) ditembak mati oleh penembak jitu mujahid pada Senin di Nadir Shah Kot, provinsi Khost. (haninmazaya/arrahmah.com)
MUI: Masyarakat Mampu Pakai Premium Hukumnya Dosa
Althaf
Senin, 27 Juni 2011 22:25:08
Hits: 474
JAKARTA (Arrahmah.com) -
Majelis Ulama Indonesia berpendapat, masyarakat golongan mampu yang memakai premium merupakan perbuatan dosa. Ketua MUI Ma’ruf Amien usai bertemu Menteri ESDM Darwin Saleh di Jakarta, Senin (27/6/2011) mengatakan, produk premium yang mendapat subsidi negara merupakan hak masyarakat tidak mampu. “Jadi, kalau masyarakat mampu memakai premium berarti sama saja mengambil hak orang tidak mampu dan itu dosa,” katanya.
Darwin mengatakan, hak masyarakat tidak mampu memakai premium telah diatur dalam UU yang merupakan produk hukum antara pemerintah dan DPR. Sesuai UU, lanjutnya, premium hanya diperuntukkan bagi golongan tidak mampu atau duafa.
Kenaikan harga pertamax sekarang ini, menurut dia, juga tidak boleh menjadi alasan memakai premium. “Tingginya harga pertamax mesti disiasati dengan membatasi penggunaannya dan bukan dengan beralih ke premium,” ujarnya.
Ketua MUI lainnya Hafizh Utsman menambahkan, MUI telah mengeluarkan Fatwa No 22 tentang Pertambangan Ramah Lingkungan tertanggal 26 Mei 2011. “Intinya, proses pertambangan mesti sesuai aturan dan untuk kesejahteraan rakyat. Kalau tidak memenuhi aturan dan kesejahteraan rakyat maka itu perbuatan dosa,” katanya.
Amidhan menambahkan, pihaknya akan terus membuat fatwa yang bertujuan efisiensi energi dan sumber daya alam sesuai ajaran agama. “Kami ingin masyarakat sejahtera melalui penghematan energi dan sumber daya alam,” ujarnya.
Ia juga mengatakan, pihaknya berupaya mencegah orang mengambil sesuatu yang bukan haknya dan memakai energi secara berlebihan termasuk pencurian listrik, sehingga orang lain menjadi tidak terpenuhi. “Energi terutama tidak terbarukan merupakan produk yang terbatas dan menjadi kebutuhan dasar,” katanya.
MUI, lanjutnya, meminta pemerintah membuat kebijakan agar energi dan sumber daya alam tidak dipakai secara berlebihan dan dapat memenuhi kesejahteraan masyarakat. (ant/arrahmah.com)
28 Rajab 1432 H / 28 Juni 2011
Afghanistan, Iran, dan Pakistan 'bersama-sama perangi terorisme'?
Althaf
Ahad, 26 Juni 2011 08:19:51
Hits: 872
TEHERAN (Arrahmah.com) –
Presiden Afghanistan, Iran, dan Pakistan sepakat pada Sabtu (25/6/2011) bertemu dan menyatukan komitmen bersama dalam memerangi terorisme.
“Semua pihak menekankan komitmen mereka terhadap upaya yang ditujukan untuk melenyapkan ekstrimisme, militansi, terorisme, serta menolak campur tangan asing, yang terang-terangan bertentangan dengan semangat Islam, tradisi budaya damai dan kepentingan rakyat di wilayah,” seperti diungkapkan dalam pernyataan bersama saat ketiga presiden bertemu di Teheran kemarin (25/6).
“Semua pihak sepakat untuk melanjutkan pertemuan di tingkat departemen luar negeri, dalam negeri, keamanan, dan ekonomi untuk menyiapkan peta pertemuan berikutnya yang dijadwalkan di Islamabad sebelum akhir 2011,” tambah pernyataan yang disiarkan oleh kantor berita resmi Iran,IRNA.
Iran dan Pakistan juga “mendukung rekonsiliasi nasional yang sedang berlangsung di Afghanistan.”
Presiden Afghanistan, Hamid Karzai, dan rekannya dari Iran dan Pakistan, Mahmoud Ahmadinejad dan Asif Ali Zardari, mengadakan pembicaraan tiga arah pada Jumat (24/6) menjelang konferensi kontra-terorisme yang dihadiri oleh enam negara pada hari Sabtu (25/6).
Ketiga pemimpin membahas “cara-cara memerangi terorisme, ekstremisme, dan perdagangan obat terlarang,” kata IRNA, Jumat (24/6).
Sebuah pernyataan yang dipasang di situs kepresidenan Iran mengatakan bahwa tiga presiden tersebut menyatakan keprihatinan mereka atas meningkatnya ekstremisme dan terorisme, berkurangnya keamanan, dan mereka bersikeras tentang perlunya kerja sama untuk memerangi fenomena ini.”
KTT Teheran ini muncul saat 60 orang tewas dan 120 orang lainnya terluka dalam serangan bom di sebuah rumah sakit Afghanistan pada Sabtu (25/6).
Insiden maut ini terjadi di tengah pengumuman oleh Presiden AS Barack Obama bahwa Washington akan menarik 33.000 tentaranya dari Afghanistan pada akhir musim panas mendatang. (althaf/arrahmah.com)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar