SEMBILAN MUKJIZAT NABI MUSA AS
Ilustrasi Oleh: letsbesmart.blogspot.com
Umat di masa Nabi Musa AS mudah terpengaruh hal-hal yang berhubungan dengan ilmu gaib atau sihir. Oleh karenanya Allah SWT menganugerahkan sembilan mukjizat kepada Musa AS untuk meyakinkan orang-orang di masa itu atas keberadaan dan kekuatan Musa AS. Dari sembilan mukjizat yang diberikan Allah SWT itu hanya dua yang terkenal, sementara tujuh mukjizat yang lain seringkali terlupakan.
Sebelum kita membahas peristiwa-peristiwa menarik ini, seyogyanya kita uraikan terlebih dahulu perbedaan antara mukjizat dengan sihir.Sebuah mukjizat adalah suatu aksi atau perbuatan luarbiasa dan lain daripada yang lain dan tidak dapat dilakukan oleh orang biasa. Terjadinya mukjizat hanya diberikan oleh Allah SWT melalui para Nabi-Nya yang terpilih. Tanda-tanda suatu mukjizat yang lain adalah:
- Pelaku mukjizat selalu berakhlak mulia dan tidak mempertontonkan mukjizatnya kepada umat hanya untuk sekedar main-main.
- Masing-masing Nabi hanya dapat menunjukkan mukjizat-mukjizat yang ditentukan Allah SWT bagi dirinya. Wewenang atas mukjizat semata-mata ada pada Allah SWT.
- Mukjizat dengan jelas menunjukkan bahwa terjadinya karena ada kekuatan yang lebih tinggi yang membuat hal itu bisa terjadi.
- Pribadi-pribadi pilihan yang menjadi perantara untuk melakukan mukjizat tidak pernah menganggap bahwa yang dilakukannya itu karena kekuatan luar biasa yang dimilikinya. Mereka percaya bahwa Allah SWT yang telah mengijinkan terjadinya mukjizat itu demi memperlihatkan Keberadaan-Nya dan Kekuatan-Nya, dan untuk menumbuhkan Iman kepada-Nya.
- Bukan berupa tipu daya kebendaan yang nampak seolah-olah istimewa bagi yang melihatnya.
- Berlangsungnya mukjizat terlihat jelas oleh semua yang menyaksikannya, tidak seperti pertunjukkan sulap atau sihir yang hanya nampak sungguhan bagi penontonnya saja namun tidak demikian bagi pemainnya.
- Para Nabi yang diberi mukjizat tidak pamer ataupun menyombongkan kemampuan anugerah Allah SWT itu.
- Para Nabi tidak mengharapkan perhargaan, imbalan uang, maupun ketenaran pribadi atas mukjizatnya.
Disisi lain, sihir adalah pekerjaan tipuan-mata yang dipertunjukkan oleh orang-orang yang berkepribadian lemah atau bahkan tak berkepribadian sama sekali. Hidup mereka (tukang-tukang sihir itu) penuh dengan dosa.Sebaliknya dengan para Nabi yang memperoleh mukjizat, bahkan penentang-penentangnya pun meyakini bahwa para Nabi itu adalah orang-orang yang baik pribadinya.Karena sihir hanyalah tipu daya kebendaan semata, maka dapat dengan mudah dikacaukan. Tidaklah demikian halnya dengan mukjizat, karena adalah murni perbuatan Allah SWT semata. Sebagai contoh, didalam Surat Al-Anfal Ayat 17, Allah SWT berfirman kepada Rasulullah SAW,
وَمَا رَمَيْتَ إِذْ رَمَيْتَ وَلَكِنَّ اللَّهَ رَمَى
…, dan bukan kamu yang melempar ketika kamu melempar, tetapi Allah-lah yang melempar.. …
Segenggam debu bercampur kerikil yang dilemparkan oleh Rasulullah SAW ke arah pasukan musuh di Perang Badar berubah menjadi badai debu atas campur tangan Allah SWT sehingga membuyarkan barisan pasukan musuh. Akibatnya, pasukan kaum kafir menderita kekalahan telak dari pasukan Muslim yang berjumlah lebih kecil dibandingkan mereka.
Sihir biasanya dikerjakan untuk keperluan mencari uang ataupun mendongkrak popularitas.
Sihir juga bisa dilakukan untuk menimbulkan perselisihan antara seseorang dengan yang lain, bahkan untuk merusak hubungan suami-istri.
Begitulah sihir, disatu sisi nampaknya bisa menghibur, namun bila disalahgunakan bisa berakibat sangat menghancurkan.
Kini, marilah kita kembali membahas Mukjizat Nabi Musa AS. Kapan saja Nabi Musa AS mengeluarkan tangan beliau dari balik jubah, telapak tangan beliau nampak putih bercahaya, ini bukan karena suatu penyakit.
Fir’aun, penguasa pada waktu itu, mengumpulkan para penyihir handal dan merancang adu kepiawaian dengan Musa AS. Para penyihir bertanya kepada Musa AS, “Kamikah yang akan memulai menunjukkan kebolehan kami, ataukah kamu mau lebih dahulu?” Musa menjawab, “Silahkan kalian memulai.” Maka mulailah para penyihir itu melemparkan tali-tali mereka ke tanah, dimata para penonton nampak bahwa itu adalah ular-ular yang berkeliaran. Kemudian, Nabi Musa AS melemparkan tongkat beliau ke tanah. Tidak hanya sekedar berubah menjadi seekor ular, tetapi bahkan ular ini terus bergerak menelan ular jadi-jadian buah tipu-daya para penyihir itu. Maka Fir’aun pun menderita kekalahan yang menyakitkan.
Terinspirasi oleh dua mukjizat di atas, banyak orang-orang yang tidak beriman sepanjang hidupnya berubah menerima Islam. Maka Fir’aun berkata kepada kaum Muslim ini, (sebagaimana diwahyukan Allah SWT kepada Rasulullah SAW di dalam Al-Qur’an Surat Al-A’raaf Ayat 124-125).
Akan kupotong tangan dan kaki kalian pada sisi yang berlainan sebagai hukuman. Dan aku salib kalian bersama-sama. Maka merekapun (Ahli-ahli sihir) menjawab, “(Tidak menjadi masalah bagi kami) Sesungguhnya bagaimanapun juga kami akan menemui Rabb (Tuhan) kami.”
Mereka yang baru saja menjadi muslim inipun memanjatkan sebuah doa yang indah.(Surat Al-A’raaf Ayat 126)… Wahai Tuhan kami, tambahkanlah kesabaran dalam diri kami, dan wafatkanlah kami sebagai Muslim (orang yang berserah-diri (kepada Allah)).
Nabi Musa AS berdakwah menyeru orang-orang kafir selama duapuluh tahun di Mesir. Namun orang-orang kafir berulang-kali melanggar janji-janji mereka, dan terus mengganggu dan menganiaya orang-orang yang telah beriman. Sesungguhnya, Allah SWT telah menurunkan banyak tanda-tanda yang terang sebagai hidayah/petunjuk bagi Fir’aun dan rakyatnya. Berikut adalah uraian ringkas perihal tanda-tanda itu:
(nahimunkar.com)Rakyat Fir’aun telah mengalami kekurangan pangan (paceklik) dan bahkan kekurangan buah-buahan selama beberapa tahun. Fir’aun dan para pengikutnya pun berjanji kepada Musa AS, bahwa jika Tuhannya Musa menghilangkan kesulitan ini maka mereka akan mengikuti Jalan Allah SWT. Dan Musa AS pun memanjatkan doa, maka paceklik pun berlalu.Tetapi orang-orang kafir itu ingkar janji dengan mengatakan, “Paceklik itu pasti berlalu setelah sekian lama berlangsung.”Allah SWT pun menurunkan hujan badai yang berakibat banjir sebagai hukuman atas kedurhakaan mereka. Maka mereka berjanji akan menerima Islam jika banjir berhenti. Musa AS kembali memohon kepada Allah SWT agar menghentikan hujan. Banyaknya air hujan yang membasahi bumi menyuburkan tanah sehingga hasil pertanianpun jadi sangat melimpah. Pemandangan indah berlimpahnya hasil pertanian membuat orang-orang kafir merasa aman dan mapan, dan tidak lagi mempedulikan janji yang telah mereka ucapkan kepada Nabi Musa AS.Akibatnya, Allah SWT mengirimkan hama belalang yang dengan ganasnya memakan semua tanaman pertanian yang tengah tumbuh subur. Alhasil, ladang pertanian yang telah membesar-hatikan orang-orang kafir itupun sirna dalam sekejap mata. Lagi-lagi mereka minta tolong kepada Musa AS untuk berdoa kepada Allah SWT agar mereka terbebas dari kemalangan ini. Mereka berjanji lagi, “Kali ini, kami pasti menepati janji.” Musa AS kembali lagi memohon kepada Allah SWT. Hama belalang pun tidak lagi dikirimkan Allah SWT. Ladang pertanian mereka pulih kembali. Begitu masa panen tiba, mereka menuai hasilnya dan menyimpannya di rumah-rumah mereka. Dan sekali lagi, mereka pun melupakan janji mereka.Selanjutnya, Allah SWT menurunkan hama pengerat (kutu dsb) untuk memakan hasil panen yang mereka simpan di rumah. Lagi-lagi, orang-orang kafir ini bergegas kepada Nabi Musa AS dengan permintaan dan janji yang sama. Dengan penuh kesabaran, Nabi Musa pun memenuhi permintaan mereka dan sekali lagi memohon pertolongan Allah SWT. Sekali lagi siksaan dihentikan, sekali lagi pula orang-orang kafir ini mengulangi perbuatan mereka. Merasa cukup pangan, bisa makan enak dan menikmati hidup, mereka tidak lagi membutuhkan Allah SWT sama sekali.Allah menghukum mereka dengan mengirimkan beribu-ribu katak ke lahan mereka. Katak pun menyebar kemana-mana, di rumah-rumah mereka, di teko pemasak air, di dalam tempat penyimpanan makanan, juga didalam air minum mereka. Orang-orang kafir ini menangis sejadi-jadinya penuh keputus-asaan, lalu meminta Musa kembali berdoa, dan berjanji lagi untuk berserah-diri (ber-Islam) segera setelah mereka terbebaskan dari masalah. Musa AS yang baik hati pun kembali lagi memohon pertolongan Allah, dan Allah pun mengabulkan, katak-katak itupun disingkirkan dari mereka. Lagi-lagi pula, orang-orang kafir ini tidak hanya mengingkari janji mereka, bahkan menjadi-jadi kesombongan mereka dengan berkata, “Musa benar-benar seorang penyihir yang sangat piawai.”Allah SWT mengirimkan lagi satu hukuman yang lain, kali ini dalam bentuk darah. Ketika orang-orang kafir mengambil air minum dari sumur, air yang diambil berubah menjadi darah. Makanan yang mereka makan pun berisi darah. Jika mereka mencoba memasak makanan, juga berubah menjadi darah. Atas mukjizat Allah SWT, orang-orang mukmin terhindar dari keadaan ini. Kejadian ini hanya berlangsung di rumah-rumah orang-orang kafir. Kemudian, jika orang-orang kafir meminta air kepada orang-orang mukmin, air itupun berubah menjadi darah begitu akan dimanfaatkan oleh orang-orang kafir.Lagi-lagi para pengikut Fir’aun ini bergegas kepada Nabi Musa AS dengan janji-janji yang selanjutnya mereka ingkari lagi ketika hukuman telah diangkat dari mereka. Oleh karena perilaku mereka yang demikian itulah Allah SWT berfirman, “Mereka itu amat sombong dan adalah pelaku dosa-pelaku dosa kambuhan (keras kepala dalam keburukannya).”Setelah itu, orang-orang kafir itu dihukum dengan wabah penyakit sejenis cacar. Sekitar tujuh puluh ribuan orang tewas akibat penyakit ini. Mereka pun datang lagi kepada Musa AS agar mendoakan mereka. Dengan janji, bahwa pasti kali ini mereka akan mengikuti petunjuk Allah SWT setelah mereka terbebaskan dari penderitaan ini.Namun, kemudian mereka bukannya sekedar ingkar janji, bahkan mereka melemparkan tuduhan bahwa keberadaan Musa di tengah-tengah merekalah yang mengakibatkan terjadinya kemalangan demi kemalangan itu. Maka, orang-orang kafir mengusir Nabi Musa AS dan para mukminin dari rumah mereka, selanjutnya kaum kafir itupun mengikuti kemana mereka pergi untuk kemudian membunuh mereka. Akhir pelarian kaum Muslim pengikut Musa AS, sampailah mereka di tepi laut. Allah SWT membelahkan air laut untuk mereka, sehingga mereka bisa selamat sampai ke seberang. Adapun Fir’aun dan para pengikutnya; yang mengejar Musa AS dan orang-orang mukmin dengan penuh amarah; ditenggelamkan oleh Allah SWT di dalam laut.Ulama telah menyimpulkan bahwa masa paceklik dan kekurangan buah-buahan itu berlangsung selama tujuh tahun. Adapun hukuman yang lain, masing-masing berlangsung selama seminggu. Diantara satu hukuman dengan yang lain mereka mempunyai waktu pembebasan selama tiga minggu. Namun tak satupun dari peringatan-peringatan itu menjadi penolong bagi mereka untuk keluar dari kegelapan kekufuran.Hal diatas diceritakan Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW melalui firman-Nya yang terdapat didalam Al-Qur’an Surat Al-A’raaf Ayat 130~133,Dan Sesungguhnya Kami telah menghukum para pengikut Fir’aun dengan paceklik dan kekurangan pangan sebagai peringatan (agar mereka mengambil pelajaran). Namun ketika kebaikan (kemakmuran) datang kepada mereka, mereka berkata, “Ini hasil kerja keras kami.” Namun ketika kemalangan mendera mereka, mereka lemparkan sebab kemalangan itu kepada Musa dan para pengikutnya. Ketahuilah! bahwa sesungguhnya kemalangan itu dari Allah (karena kekufuran mereka), namun kebanyakan mereka tidak mengetahui. Mereka berkata, “Bagaimanapun yang kamu datangkan tanda-tanda untuk menyihir kami, sekali-kali kami tidak akan beriman kepadamu”. Maka Kami turunkan kepada mereka; hujan badai, belalang, kutu, katak, dan darah (secara berturut-turut) sebagai tanda bukti yang terang, namun tetap saja mereka berlaku sombong, dan mereka adalah kaum mujrimun (jahat perangainya, penyembah berhala, pelaku dosa).Sejauh pembahasan kita, sampai disini kita dapat menarik beberapa kesimpulan:
Orang sangat mudah melupakan Allah SWT ketika mereka dalam kemakmuran, meskipun seharusnya kenikmatan yang diperoleh hendaknya menjadikannya lebih bersyukur. Sayangnya, kebanyakan kita berbuat sebaliknya. Misalnya, Walaupun kita telah berkecukupan sarana dan prasarana yang bagus-bagus, sangat sedikit dari kita yang menghadiri shalat berjama’ah ke masjid secara teratur.Allah SWT tetap berkehendak untuk memberikan petunjuknya walaupun kepada para pelaku dosa kambuhan.
Allah SWT memberikan pengampunan lagi dan lagi (hingga waktu yang ditetapkan-Nya)
Nabi-nabi memiliki sifat kesabaran dan ketulusan yang tiada tara, sehingga oleh karena itu mereka menjadi orang-orang pilihan Allah SWT.Barangsiapa mendapatkan petunjuk hendaklah sadar-diri bahwa ia sangat beruntung, dan karenanya haruslah ia bersyukur kepada Allah SWT.Bahwasanya kita memiliki mukjizat yang tetap hidup di tengah-tengah kita, yakni Kitabullah Al-Qur’an. Maka hendaklah kita mengikuti petunjuk-petunjuk yang terkandung didalam Al-Qur’an agar kita dapat menikmati keberhasilan dalam hidup kita sekarang dan hidup kita di masa yang kemudian.Saya berdoa, Semoga Allah SWT selalu melimpahkan barakah-Nya kepada kita. Amiin.“Speeches For An Inquiring Mind”Author by Imtiaz Ahmad M. Sc., M. Phil. (London)Translated by Ir. Gusti Noor Barliandjaja and Muhammad Arifin M.A. (Madinah)
Nabi Musa a.s.
Nabi Musa alayhi s-salām - ( عليه السلام ) |
|
---|---|
Nama asal | Mūsa - موسى |
Kelahiran | sekitar 2076 sebelum hijrah (sekitar 1392 sebelum masihi) Mesir |
Kematian | sekitar 1952 sebelum hijrah (sekitar 1272 sebelum masihi) Moab, Syria |
|
Bagi Nabi Musa a.s. secara umum, lihat Moses.
Nabi Musa a.s. (Ibrani: מֹשֶׁה Inggeris Mošé Tiberia Mōšeh; Arab: موسى, Mūsā; Ge'ez: ሙሴ Musse) merupakan seorang Nabi dan Rasul yang telah menerima Kitab Taurat.Isi kandungan
Kelahiran Nabi Musa
Nabi
Musa diutuskan oleh Allah bagi memimpin Bani Israil ke jalan benar.
Beliau merupakan anak kepada Imran dan Yukabad binti Qahat, (Musa bin
Imran bin Qohath bin Lewi bin Yakqub bin Ishaq bin Ibrahim), bersaudara
(adik-beradik mengikut sesetengah periwayatan) dengan Nabi Harun, dilahirkan di Mesir pada pemerintahan Firaun.
Firaun Dengan Mimpi
Waktu
kelahirannya cukup cemas kerana Firaun menguatkuasakan undang-undang
supaya setiap bayi lelaki yang dilahirkan terus dibunuh. Tindakan itu
diambil kerana dia sudah terpengaruh dengan ahli nujum yang mentafsirkan
mimpinya. Firaun bermimpi Mesir terbakar dan penduduknya mati,
melainkan kalangan Kaum Israel, sedangkan ahli nujum mengatakan kuasa
negara itu akan jatuh ke tangan lelaki Kaum Israel. Disebabkan khuatir,
dia memerintahkan setiap rumah digeledah dan jika mendapati bayi lelaki
perlu dibunuh.
Ibu Nabi Musa, Yukabad melahirkan seorang bayi lelaki (Musa) dan
kelahiran itu dirahsiakan. Kerana merasa bimbang dengan keselamatan
Musa, apabila musa mencecah umur tiga bulan Musa dihanyutkan ke Sungai
Nil. Musa yang terapung di sungai itu ditemui isteri Firaun , Asiah
sendiri ketika sedang mandi dan tanpa berlengah dibawanya ke istana.
Melihat isterinya membawa seorang bayi, Firaun dengan tidak teragak-agak
menghunuskan pedang untuk membunuh Musa. Asiah berkata: “Janganlah
dibunuh anak ini kerana aku menyayanginya. Baik kita menjadikannya
seperti anak sendiri kerana aku tidak mempunyai anak.” Dengan kata-kata
dari Asiah tersebut, Firaun tidak sampai hati untuk membunuh Musa.
Nabi Musa Bertemu ibunya
Kemudian
Asiah mendapatkan pengasuh tetapi tidak seorang pun yang dapat
mendodoikan Musa dengan baik, malah dia asyik menangis dan tidak mahu
disusui. Selepas itu, ibunya sendiri tampil untuk mengasuh dan
membesarkannya di istana Firaun.Al-Quran menghuraikan peristiwa itu:
“Maka Kami kembalikan Musa kepada ibunya supaya senang hatinya dan tidak
berdukacita dan supaya dia mengetahui janji Allah itu benar, tetapi
kebanyakan manusia tidak mengetahuinya.”
Pada satu hari, Firaun mendukung Musa yang masih kanak-kanak, tetapi
dengan tiba-tiba janggutnya ditarik hingga dia kesakitan, lalu berkata:
“Wahai isteriku, mungkin kanak-kanak ini yang akan menjatuhkan
kekuasaanku.” Isterinya berkata: “Sabarlah, dia masih kanak-kanak, belum
berakal dan mengetahui apa pun.” Sejak berusia tiga bulan hingga dewasa
Musa tinggal di istana itu sehingga orang memanggilnya Musa bin Firaun.
Nama Musa sendiri diberi keluarga oleh Firaun.
Mukjizat Nabi Musa hadapi Firaun
Meleraikan pergaduhan
Kisah
pertembungan di antara mukjizat Nabi Musa dengan sihir dari tukang
sihir firaun dikata bermula disebab satu peristiwa di mana pada satu
ketika semasa Musa mengambil meninjau di sekitar kota dan kemudian
beliau terserempak dua lelaki sedang berkelahi, masing-masing di
kalangan Bani Israel bernama Samiri dan bangsa Firaun, Fatun. Melihatkan
pergaduhan itu Musa mahu mententeramkan mereka, tetapi ditepis Fatun.
Tanpa berlengah Musa terus menghayunkan satu penumbuk ke atas Fatun,
lalu tersungkur dan meninggal dunia.
Apabila mendapati lelaki itu meninggal dunia kerana tindakannya, Musa
memohon ampun kepada Allah seperti dinyatakan dalam al-Quran: “Musa
berdoa: Wahai Tuhanku, sesungguhnya aku telah menganiayai diriku sendiri
kerana itu ampunilah aku. Maka Allah mengampuninya, sesungguhnya Dialah
yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”
Nabi Musa keluar dari Mesir dan berkahwin
Tidak
lama kemudian orang ramai mengetahui kematian Fatun disebabkan Musa dan
berita itu turut disampaikan kepada pemimpin kanan Firaun. Akhirnya
mereka mahu menangkap Musa. Disebabkan terdesak, Musa mengambil
keputusan keluar dari Mesir. Beliau berjalan tanpa arah dan tujuan,
tetapi selepas lapan hari, beliau sampai di kota Madyan, iaitu kota Nabi
Syu’aib di timur Semenanjung Sinai dan Teluk Aqabah di selatan
Palestin.
Musa tinggal di rumah Nabi Syu’aib a.s. (Jethro) beberapa lama sehingga berkahwin dengan anak gadisnya bernama Ṣaffūrah (Zipporah). Selepas menjalani kehidupan suami isteri di Madyan, Musa meminta izin Syu’aib untuk pulang ke Mesir.
Berbicara dengan Allah
Dalam
perjalanannya itu, akhirnya baginda dan isterinya tiba di Bukit Sinai.
Dari jauh, baginda ternampak api, lalu terfikir mahu mendapatkannya
untuk dijadikan penyuluh jalan. Baginda meninggalkan isterinya sebentar
untuk mendapatkan api itu. Apabila sampai di tempat api menyala itu,
baginda mendapati api menyala pada sebatang pokok, tetapi tidak membakar
pokok berkenaan. Ini menghairankannya dan ketika itu baginda terdengar
suara wahyu daripada Tuhan.
Selepas itu Allah berfirman kepadanya, bermaksud: “....Wahai Musa sesungguhnya Aku Allah, iaitu Tuhan semesta alam.”
Firman-Nya lagi, bermaksud: “Dan lemparkan tongkatmu, apabila tongkat
itu menjadi ular Musa melihatnya bergerak seperti seekor ular, dia
berundur tanpa menoleh. Wahai Musa datanglah kepada-Ku, janganlah kamu
takut, sungguh kamu termasuk orang yang aman.”
Selepas itu Allah berfirman lagi kepada Musa, maksudnya: “Masukkan
tanganmu ke leher bajumu, pasti keluar putih bersinar dan dakapkan kedua
tanganmu ke dada kerana ketakutan....”. Tongkat baginda yang bertukar
menjadi ular dan tangan putih berseri-seri itu adalah dua mukjizat yang
dikurniakan Allah kepada Nabi Musa.
Pulang ke Mesir dan berhadapan dengan ahli sihir firaun
Tatkala
baginda dalam perjalanan pulang dari Madyan ke Mesir, bagi menghadapi
Firaun dan pengikutnya yang fasik. Firaun cukup marah mengetahui
kepulangan Musa yang mahu membawa ajaran lain daripada yang diamalkan
selama ini sehingga memanggil semua ahli sihir untuk mengalahkan dua
mukjizat berkenaan. Ahli sihir Firaun masing-masing mengeluarkan
keajaiban, ada antara mereka melempar tali terus menjadi ular. Namun,
semua ular yang dibawa ahli sihir itu ditelan ular besar yang berasal
daripada tongkat Musa.
Firman Allah bermaksud: “Dan lemparkanlah apa yang ada di tangan
kananmu, pasti ia akan menelan apa yang mereka buat. Sesungguhnya apa
yang mereka buat itu hanya tipu daya tukang sihir dan tidak akan menang
tukang sihir itu dari mana saja ia datang.”
Semua keajaiban ahli sihir itu ditewaskan Musa menggunakan dua
mukjizat berkenaan, menyebabkan sebahagian daripada kalangan pengikut
Firaun, termasuk isterinya mengikuti ajaran yang dibawa Musa. Melihatkan
ahli sihir dan sebahagian pengikutnya beriman dengan ajaran Nabi Musa,
Firaun marah, lalu menghukum golongan berkenaan. Manakala isterinya
sendiri diseksa hingga meninggal dunia.
Nabi Musa membelah laut dan tenggelamnya firaun dan kuncu-kuncunya
Nabi Musa bersama orang beriman terpaksa melarikan diri sehingga mereka sampai di Laut Merah. Dengan kuasa Allah, laut itu terbelah dan mereka dapat melintasinya. Namun, Firaun dan tenteranya yang sudah mengamuk mengejar mereka dari belakang, tetapi mereka semua mati ditenggelamkan laut.Al-Quran menceritakan: “Dan ingatlah ketika Kami belah laut untukmu, lalu Kami selamatkan kamu dan Kami tenggelamkan Firaun dan pengikutnya sedang kamu sendiri menyaksikan.”
Nabi Musa bermunajat di Bukit Sina
SELEPAS
keluar dari Mesir, Nabi Musa bersama sebahagian pengikutnya dari
kalangan Bani Israel menuju ke Bukit Sina untuk mendapatkan kitab
panduan daripada Allah. Namun, sebelum itu Musa disyaratkan berpuasa
selama 30 hari pada Zulkaedah. Ketika mahu bermunajat, beliau
beranggapan bau mulutnya kurang menyenangkan. Beliau menggosok gigi dan
mengunyah daun kayu, lalu perbuatannya ditegur malaikat dan beliau
diwajibkan berpuasa 10 hari lagi.Dengan itu puasa Musa genap 40 hari.
Sewaktu bermunajat, Musa berkata: “Ya Tuhanku, nampakkanlah zatMu
kepadaku supaya aku dapat melihatMu.” Allah berfirman: “Engkau tidak
akan sanggup melihatKu, tetapi cuba lihat bukit itu. Jika ia tetap
berdiri tegak di tempatnya seperti sediakala, maka nescaya engkau dapat
melihatku.” Musa terus memandang ke arah bukit yang dimaksudkan itu dan
dengan tiba-tiba bukit itu hancur hingga masuk ke perut bumi, tanpa
meninggalkan bekasnya.Musa terperanjat dan gementar seluruh tubuh lalu
pengsan.
Bertasbih
Apabila
sedar, Musa terus bertasbih dan memuji Allah, sambil berkata: “Maha
besarlah Engkau ya Tuhan, ampuni aku dan terimalah taubatku dan aku akan
menjadi orang pertama beriman kepadaMu.” Sewaktu bermunajat, Allah
menurunkan kepadanya kitab Taurat. Menurut ahli tafsir, ketika itu kitab
berkenaan berbentuk kepingan batu atau kayu, namun padanya terperinci
segala panduan ke jalan diredhai Allah.
Sebelum Musa pergi ke bukit itu, beliau berjanji kepada kaumnya tidak
akan meninggalkan mereka lebih 30 hari. Tetapi Nabi Musa tertunda 10
hari, kerana terpaksa mencukupkan 40 hari puasa. Bani Israel kecewa
dengan kelewatan Musa kembali kepada mereka. Ketiadaan Musa membuatkan
mereka seolah-olah dalam kegelapan dan ada antara mereka berfikir
keterlaluan dengan menyangka beliau tidak akan kembali lagi. Dalam
keadaan tidak menentu itu, seorang ahli sihir dari kalangan mereka
bernama Samiri mengambil kesempatan menyebarkan perbuatan syirik. Dia
juga mengatakan Musa tersesat dalam mencari tuhan dan tidak akan
kembali. Ketika itu juga, Samiri membuat sapi betina daripada emas. Dia
memasukkan segumpal tanah, bekas dilalui tapak kaki kuda Jibril ketika
mengetuai Musa dan pengikutnya menyeberangi Laut Merah. Patung itu
dijadikan Samiri bersuara.(Menurut cerita, ketika Musa dengan kudanya
mahu menyeberangi Laut Merah bersama kaumnya, Jibril ada di depan
terlebih dulu dengan menaiki kuda betina, kemudian diikuti kuda jantan
yang dinaiki Musa dan pengikutnya. Kemudian Samiri menyeru kepada orang
ramai: “Wahai kawan-kawanku, rupanya Musa sudah tidak ada lagi dan tidak
ada gunanya kita menyembah Tuhan Musa itu. Sekarang, mari kita sembah
anak sapi yang diperbuatkan daripada emas ini. Ia dapat bersuara dan
inilah tuhan kita yang patut disembah.”
Selepas itu, Musa kembali dan melihat kaumnya menyembah patung anak sapi. Beliau marah dengan tindakan Samiri.
Firman Allah: “Kemudian Musa kembali kepada kaumnya dengan marah dan
bersedih hati. Berkata Musa; wahai kaumku, bukankah Tuhanmu menjanjikan
kepada kamu suatu janji yang baik? Apakah sudah lama masa berlalu itu
bagimu atau kamu menghendaki supaya kemurkaan Tuhanmu menimpamu, kerana
itu kamu melanggar perjanjianmu dengan aku.”
Musa bertanya Samiri, seperti diceritakan dalam al-Quran: “Berkata
Musa; apakah yang mendorongmu berbuat demikian Samiri? Samiri menjawab:
Aku mengetahui sesuatu yang mereka tidak mengetahuinya, maka aku ambil
segenggam tanah (bekas tapak Jibril) lalu aku masukkan dalam patung anak
sapi itu. Demikianlah aku menuruti dorongan nafsuku.”
Kemudian Musa berkata: “Pergilah kamu dan pengikutmu daripadaku,
patung anak sapi itu akan aku bakar dan lemparkannya ke laut,
sesungguhnya engkau akan mendapat seksa.”Umat Nabi Musa bersifat keras
kepala, hati mereka tertutup oleh kekufuran, malah gemar melakukan
perkara terlarang, sehingga sanggup menyatakan keinginan melihat Allah,
baru mahu beriman.
Firman Allah: “Dan ingatlah ketika kamu berkata: Wahai Musa, kami
tidak akan beriman kepadamu sebelum kami melihat Allah dengan terang,
kerana itu kamu disambar halilintar, sedangkan kamu menyaksikannya.
Selepas itu Kami bangkitkan kamu selepas mati, supaya kamu bersyukur.”
Kezaliman Firaun
Allah
memberikan banyak nikmat kepada Bani Israel, antaranya dibebaskan
daripada kezaliman Firaun, menjalani kehidupan di kawasan subur,
mempunyai Taurat dan rasul di kalangan mereka, tetapi mereka tidak
bersyukur, malah memberikan pelbagai alasan. Mereka juga membelakangi
wahyu Allah kepada Musa supaya berpindah ke Palestin. Alasan diberikan
kerana mereka takut menghadapi suku Kan’an. Telatah Bani Israel yang
pengecut itu menyedihkan hati Musa, lalu beliau berdoa: “Ya Tuhanku, aku
tidak menguasai selain diriku dan diri saudaraku Harun, maka
pisahkanlah kami dari orang fasik mengingkari nikmat dan kurniaMu.”
Hukuman Bani Israel yang menolak perintah itu ialah Allah
mengharamkan mereka memasuki Palestin selama 40 tahun dan selama itu
mereka berkeliaran di atas muka bumi tanpa tempat tetap.Mereka hidup
dalam kebingungan sehingga semuanya musnah. Palestin kemudian dihuni
oleh generasi baru.
Bani Israel juga memperlekehkan rasul mereka, yang dapat dilihat
melalui kisah sapi seperti dalam surah al-Baqarah: “Dan ingatlah ketika
Musa berkata kepada kaumnya, sesungguhnya Allah menyuruh kamu
menyembelih sapi betina. Mereka berkata; apakah kamu hendak menjadikan
kami bahan ejekan...”
Maqam
Muslim mempercayai Maqam (tempat perkuburan) Nabi Musa terletak di di suatu tempat yang dinamai Maqam El-Nabi Musa, berada di 11 km (6.8 b) keselatan bandar Jericho dan 20 km (12 b) ke timur Jerusalem dekat kawasan gersang Judea.[1]
Maqamnya terletak disebelah kanan jalan utama Jerusalem-Jericho,
kira-kira 2 km (1.2 b) melepasi papan tanda yang menunjukkan paras laut
terendah menghala ke tapak ini. Beberapa dominasi utama empayar Islam
seperti Fatimid, Taiyabi dan Dawoodi Bohra juga mendakwa disinilah Nabi Musa dikebumikan.[2] Dalam Kitab Ulangan
atau Devarim ada menyebut akan kematian Nabi Musa dan dikebumikan di
suatu lembah yang terletak di Tanah Moab berhadapan dengan Beth-peor"
(ke timur Sungai Jordan) dan menyatakan "sehingga hari ini tiada siapa
pun mengetahui dimanakah ia (Musa) dikebumikan".[3]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar