Rabu, 13 September 2017

SEMBILAN MUKJIZAT NABI MUSA AS

Ilustrasi Oleh: letsbesmart.blogspot.com
Umat di masa Nabi Musa AS mudah terpengaruh hal-hal yang berhubungan dengan ilmu gaib atau sihir. Oleh karenanya Allah SWT menganugerahkan sembilan mukjizat kepada Musa AS untuk meyakinkan orang-orang di masa itu atas keberadaan dan kekuatan Musa AS. Dari sembilan mukjizat yang diberikan Allah SWT itu hanya dua yang terkenal, sementara tujuh mukjizat yang lain seringkali terlupakan.

Sebelum kita membahas peristiwa-peristiwa menarik ini, seyogyanya kita uraikan terlebih dahulu perbedaan antara mukjizat dengan sihir.
Sebuah mukjizat adalah suatu aksi atau perbuatan luarbiasa dan lain daripada yang lain dan tidak dapat dilakukan oleh orang biasa. Terjadinya mukjizat hanya diberikan oleh Allah SWT melalui para Nabi-Nya yang terpilih. Tanda-tanda suatu mukjizat yang lain adalah:
  • Pelaku mukjizat selalu berakhlak mulia dan tidak mempertontonkan mukjizatnya kepada umat hanya untuk sekedar main-main.
  • Masing-masing Nabi hanya dapat menunjukkan mukjizat-mukjizat yang ditentukan Allah SWT bagi dirinya. Wewenang atas mukjizat semata-mata ada pada Allah SWT.
  • Mukjizat dengan jelas menunjukkan bahwa terjadinya karena ada kekuatan yang lebih tinggi yang membuat hal itu bisa terjadi.
  • Pribadi-pribadi pilihan yang menjadi perantara untuk melakukan mukjizat tidak pernah menganggap bahwa yang dilakukannya itu karena kekuatan luar biasa yang dimilikinya. Mereka percaya bahwa Allah SWT yang telah mengijinkan terjadinya mukjizat itu demi memperlihatkan Keberadaan-Nya dan Kekuatan-Nya, dan untuk menumbuhkan Iman kepada-Nya.
  • Bukan berupa tipu daya kebendaan yang nampak seolah-olah istimewa bagi yang melihatnya.
  • Berlangsungnya mukjizat terlihat jelas oleh semua yang menyaksikannya, tidak seperti pertunjukkan sulap atau sihir yang hanya nampak sungguhan bagi penontonnya saja namun tidak demikian bagi pemainnya.
  • Para Nabi yang diberi mukjizat tidak pamer ataupun menyombongkan kemampuan anugerah Allah SWT itu.
  • Para Nabi tidak mengharapkan perhargaan, imbalan uang, maupun ketenaran pribadi atas mukjizatnya.
Disisi lain, sihir adalah pekerjaan tipuan-mata yang dipertunjukkan oleh orang-orang yang berkepribadian lemah atau bahkan tak berkepribadian sama sekali. Hidup mereka (tukang-tukang sihir itu) penuh dengan dosa.
Sebaliknya dengan para Nabi yang memperoleh mukjizat, bahkan penentang-penentangnya pun meyakini bahwa para Nabi itu adalah orang-orang yang baik pribadinya.
Karena sihir hanyalah tipu daya kebendaan semata, maka dapat dengan mudah dikacaukan. Tidaklah demikian halnya dengan mukjizat, karena adalah murni perbuatan Allah SWT semata. Sebagai contoh, didalam Surat Al-Anfal Ayat 17, Allah SWT berfirman kepada Rasulullah SAW,

وَمَا رَمَيْتَ إِذْ رَمَيْتَ وَلَكِنَّ اللَّهَ رَمَى

…, dan bukan kamu yang melempar ketika kamu melempar, tetapi Allah-lah yang melempar..

Segenggam debu bercampur kerikil yang dilemparkan oleh Rasulullah SAW ke arah pasukan musuh di Perang Badar berubah menjadi badai debu atas campur tangan Allah SWT sehingga membuyarkan barisan pasukan musuh. Akibatnya, pasukan kaum kafir menderita kekalahan telak dari pasukan Muslim yang berjumlah lebih kecil dibandingkan mereka.
Sihir biasanya dikerjakan untuk keperluan mencari uang ataupun mendongkrak popularitas.
Sihir juga bisa dilakukan untuk menimbulkan perselisihan antara seseorang dengan yang lain, bahkan untuk merusak hubungan suami-istri.

Begitulah sihir, disatu sisi nampaknya bisa menghibur, namun bila disalahgunakan bisa berakibat sangat menghancurkan.
Kini, marilah kita kembali membahas Mukjizat Nabi Musa AS. Kapan saja Nabi Musa AS mengeluarkan tangan beliau dari balik jubah, telapak tangan beliau nampak putih bercahaya, ini bukan karena suatu penyakit.

Fir’aun, penguasa pada waktu itu, mengumpulkan para penyihir handal dan merancang adu kepiawaian dengan Musa AS. Para penyihir bertanya kepada Musa AS, “Kamikah yang akan memulai menunjukkan kebolehan kami, ataukah kamu mau lebih dahulu?” Musa menjawab, “Silahkan kalian memulai.” Maka mulailah para penyihir itu melemparkan tali-tali mereka ke tanah, dimata para penonton nampak bahwa itu adalah ular-ular yang berkeliaran. Kemudian, Nabi Musa AS melemparkan tongkat beliau ke tanah. Tidak hanya sekedar berubah menjadi seekor ular, tetapi bahkan ular ini terus bergerak menelan ular jadi-jadian buah tipu-daya para penyihir itu. Maka Fir’aun pun menderita kekalahan yang menyakitkan.

Terinspirasi oleh dua mukjizat di atas, banyak orang-orang yang tidak beriman sepanjang hidupnya berubah menerima Islam. Maka Fir’aun berkata kepada kaum Muslim ini, (sebagaimana diwahyukan Allah SWT kepada Rasulullah SAW di dalam Al-Qur’an Surat Al-A’raaf Ayat 124-125).

Akan kupotong tangan dan kaki kalian pada sisi yang berlainan sebagai hukuman. Dan aku salib kalian bersama-sama. Maka merekapun (Ahli-ahli sihir) menjawab, “(Tidak menjadi masalah bagi kami) Sesungguhnya bagaimanapun juga kami akan menemui Rabb (Tuhan) kami.”
Mereka yang baru saja menjadi muslim inipun memanjatkan sebuah doa yang indah.(Surat Al-A’raaf Ayat 126)
… Wahai Tuhan kami, tambahkanlah kesabaran dalam diri kami, dan wafatkanlah kami sebagai Muslim (orang yang berserah-diri (kepada Allah)).

Nabi Musa AS berdakwah menyeru orang-orang kafir selama duapuluh tahun di Mesir. Namun orang-orang kafir berulang-kali melanggar janji-janji mereka, dan terus mengganggu dan menganiaya orang-orang yang telah beriman. Sesungguhnya, Allah SWT telah menurunkan banyak tanda-tanda yang terang sebagai hidayah/petunjuk bagi Fir’aun dan rakyatnya. Berikut adalah uraian ringkas perihal tanda-tanda itu:

Rakyat Fir’aun telah mengalami kekurangan pangan (paceklik) dan bahkan kekurangan buah-buahan selama beberapa tahun. Fir’aun dan para pengikutnya pun berjanji kepada Musa AS, bahwa jika Tuhannya Musa menghilangkan kesulitan ini maka mereka akan mengikuti Jalan Allah SWT. Dan Musa AS pun memanjatkan doa, maka paceklik pun berlalu.Tetapi orang-orang kafir itu ingkar janji dengan mengatakan, “Paceklik itu pasti berlalu setelah sekian lama berlangsung.”
Allah SWT pun menurunkan hujan badai yang berakibat banjir sebagai hukuman atas kedurhakaan mereka. Maka mereka berjanji akan menerima Islam jika banjir berhenti. Musa AS kembali memohon kepada Allah SWT agar menghentikan hujan. Banyaknya air hujan yang membasahi bumi menyuburkan tanah sehingga hasil pertanianpun jadi sangat melimpah. Pemandangan indah berlimpahnya hasil pertanian membuat orang-orang kafir merasa aman dan mapan, dan tidak lagi mempedulikan janji yang telah mereka ucapkan kepada Nabi Musa AS.
Akibatnya, Allah SWT mengirimkan hama belalang yang dengan ganasnya memakan semua tanaman pertanian yang tengah tumbuh subur. Alhasil, ladang pertanian yang telah membesar-hatikan orang-orang kafir itupun sirna dalam sekejap mata. Lagi-lagi mereka minta tolong kepada Musa AS untuk berdoa kepada Allah SWT agar mereka terbebas dari kemalangan ini. Mereka berjanji lagi, “Kali ini, kami pasti menepati janji.” Musa AS kembali lagi memohon kepada Allah SWT. Hama belalang pun tidak lagi dikirimkan Allah SWT. Ladang pertanian mereka pulih kembali. Begitu masa panen tiba, mereka menuai hasilnya dan menyimpannya di rumah-rumah mereka. Dan sekali lagi, mereka pun melupakan janji mereka.
Selanjutnya, Allah SWT menurunkan hama pengerat (kutu dsb) untuk memakan hasil panen yang mereka simpan di rumah. Lagi-lagi, orang-orang kafir ini bergegas kepada Nabi Musa AS dengan permintaan dan janji yang sama. Dengan penuh kesabaran, Nabi Musa pun memenuhi permintaan mereka dan sekali lagi memohon pertolongan Allah SWT. Sekali lagi siksaan dihentikan, sekali lagi pula orang-orang kafir ini mengulangi perbuatan mereka. Merasa cukup pangan, bisa makan enak dan menikmati hidup, mereka tidak lagi membutuhkan Allah SWT sama sekali.
Allah menghukum mereka dengan mengirimkan beribu-ribu katak ke lahan mereka. Katak pun menyebar kemana-mana, di rumah-rumah mereka, di teko pemasak air, di dalam tempat penyimpanan makanan, juga didalam air minum mereka. Orang-orang kafir ini menangis sejadi-jadinya penuh keputus-asaan, lalu meminta Musa kembali berdoa, dan berjanji lagi untuk berserah-diri (ber-Islam) segera setelah mereka terbebaskan dari masalah. Musa AS yang baik hati pun kembali lagi memohon pertolongan Allah, dan Allah pun mengabulkan, katak-katak itupun disingkirkan dari mereka. Lagi-lagi pula, orang-orang kafir ini tidak hanya mengingkari janji mereka, bahkan menjadi-jadi kesombongan mereka dengan berkata, “Musa benar-benar seorang penyihir yang sangat piawai.”
Allah SWT mengirimkan lagi satu hukuman yang lain, kali ini dalam bentuk darah. Ketika orang-orang kafir mengambil air minum dari sumur, air yang diambil berubah menjadi darah. Makanan yang mereka makan pun berisi darah. Jika mereka mencoba memasak makanan, juga berubah menjadi darah. Atas mukjizat Allah SWT, orang-orang mukmin terhindar dari keadaan ini. Kejadian ini hanya berlangsung di rumah-rumah orang-orang kafir. Kemudian, jika orang-orang kafir meminta air kepada orang-orang mukmin, air itupun berubah menjadi darah begitu akan dimanfaatkan oleh orang-orang kafir.
Lagi-lagi para pengikut Fir’aun ini bergegas kepada Nabi Musa AS dengan janji-janji yang selanjutnya mereka ingkari lagi ketika hukuman telah diangkat dari mereka. Oleh karena perilaku mereka yang demikian itulah Allah SWT berfirman, “Mereka itu amat sombong dan adalah pelaku dosa-pelaku dosa kambuhan (keras kepala dalam keburukannya).”
Setelah itu, orang-orang kafir itu dihukum dengan wabah penyakit sejenis cacar. Sekitar tujuh puluh ribuan orang tewas akibat penyakit ini. Mereka pun datang lagi kepada Musa AS agar mendoakan mereka. Dengan janji, bahwa pasti kali ini mereka akan mengikuti petunjuk Allah SWT setelah mereka terbebaskan dari penderitaan ini.
Namun, kemudian mereka bukannya sekedar ingkar janji, bahkan mereka melemparkan tuduhan bahwa keberadaan Musa di tengah-tengah merekalah yang mengakibatkan terjadinya kemalangan demi kemalangan itu. Maka, orang-orang kafir mengusir Nabi Musa AS dan para mukminin dari rumah mereka, selanjutnya kaum kafir itupun mengikuti kemana mereka pergi untuk kemudian membunuh mereka. Akhir pelarian kaum Muslim pengikut Musa AS, sampailah mereka di tepi laut. Allah SWT membelahkan air laut untuk mereka, sehingga mereka bisa selamat sampai ke seberang. Adapun Fir’aun dan para pengikutnya; yang mengejar Musa AS dan orang-orang mukmin dengan penuh amarah; ditenggelamkan oleh Allah SWT di dalam laut.
Ulama telah menyimpulkan bahwa masa paceklik dan kekurangan buah-buahan itu berlangsung selama tujuh tahun. Adapun hukuman yang lain, masing-masing berlangsung selama seminggu. Diantara satu hukuman dengan yang lain mereka mempunyai waktu pembebasan selama tiga minggu. Namun tak satupun dari peringatan-peringatan itu menjadi penolong bagi mereka untuk keluar dari kegelapan kekufuran.
Hal diatas diceritakan Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW melalui firman-Nya yang terdapat didalam Al-Qur’an Surat Al-A’raaf Ayat 130~133,
Dan Sesungguhnya Kami telah menghukum para pengikut Fir’aun dengan paceklik dan kekurangan pangan sebagai peringatan (agar mereka mengambil pelajaran). Namun ketika kebaikan (kemakmuran) datang kepada mereka, mereka berkata, “Ini hasil kerja keras kami.” Namun ketika kemalangan mendera mereka, mereka lemparkan sebab kemalangan itu kepada Musa dan para pengikutnya. Ketahuilah! bahwa sesungguhnya kemalangan itu dari Allah (karena kekufuran mereka), namun kebanyakan mereka tidak mengetahui. Mereka berkata, “Bagaimanapun yang kamu datangkan tanda-tanda untuk menyihir kami, sekali-kali kami tidak akan beriman kepadamu”. Maka Kami turunkan kepada mereka; hujan badai, belalang, kutu, katak, dan darah (secara berturut-turut) sebagai tanda bukti yang terang, namun tetap saja mereka berlaku sombong, dan mereka adalah kaum mujrimun (jahat perangainya, penyembah berhala, pelaku dosa).
Sejauh pembahasan kita, sampai disini kita dapat menarik beberapa kesimpulan:
Orang sangat mudah melupakan Allah SWT ketika mereka dalam kemakmuran, meskipun seharusnya kenikmatan yang diperoleh hendaknya menjadikannya lebih bersyukur. Sayangnya, kebanyakan kita berbuat sebaliknya. Misalnya, Walaupun kita telah berkecukupan sarana dan prasarana yang bagus-bagus, sangat sedikit dari kita yang menghadiri shalat berjama’ah ke masjid secara teratur.
Allah SWT tetap berkehendak untuk memberikan petunjuknya walaupun kepada para pelaku dosa kambuhan.
Allah SWT memberikan pengampunan lagi dan lagi (hingga waktu yang ditetapkan-Nya)
Nabi-nabi memiliki sifat kesabaran dan ketulusan yang tiada tara, sehingga oleh karena itu mereka menjadi orang-orang pilihan Allah SWT.
Barangsiapa mendapatkan petunjuk hendaklah sadar-diri bahwa ia sangat beruntung, dan karenanya haruslah ia bersyukur kepada Allah SWT.
Bahwasanya kita memiliki mukjizat yang tetap hidup di tengah-tengah kita, yakni Kitabullah Al-Qur’an. Maka hendaklah kita mengikuti petunjuk-petunjuk yang terkandung didalam Al-Qur’an agar kita dapat menikmati keberhasilan dalam hidup kita sekarang dan hidup kita di masa yang kemudian.
Saya berdoa, Semoga Allah SWT selalu melimpahkan barakah-Nya kepada kita. Amiin.
“Speeches For An Inquiring Mind”
Author by Imtiaz Ahmad M. Sc., M. Phil. (London)
Translated by Ir. Gusti Noor Barliandjaja and Muhammad Arifin M.A. (Madinah)
(nahimunkar.com)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar