WOOOOWWW... CERITA... SUKSES ....& SUKSESI..& TRAGEDI.. PR MAKAR MADIUN ..N JKRT.. 1948.& 1965...>>
JASMERAH.. N JAS...JIS.. JUS..PR PENELIKUNG SEJARAH MAU MAEN CULAS..>>
WASPADA..N AWAS..
PKI N ANTEK ASENG ASING YG KEJI..N SANGAT ZHOLIM ..
WASPADA N AWAS..
https://www.facebook.com/zainal.ariefin.18/posts/10209717740090208
by Arham Rasyid
30 September 1948.
Setelah Madiun dikuasai pasukan Siliwangi dan Brawijaya , orang-orang komunis berpencar.
Pada pekan ke dua oktober 1948, Musso dan Amir Syarifuddin, dua pucuk pimpinan PKI berselisih paham .
Konflik keduanya karena rebutan kekuasaan dan beda pendapat soal basis
penyerangan . Musso akhirnya berpisah jalan , ia bergerak ke Tegalombo,
Ponorogo, Jawa Timur dengan pengawal terakhir hanya tersisa dua orang.
Musso ditembak di mata air pemandian umum setelah dikepung satu pleton
tentara. Mayatnya dibawa ke rumah sakit Ponorogo dengan mengendarai
bendi .
Difoto lalu diawetkan dengan formalin.
Tapi karena mayatnya tetap membusuk, diam-diam akhirnya dibakar.
29 November 1948.
Dengan rambut gondrong, brewok tak terurus, muka pucat seperti kehilangan darah, Amir Syarifuddin menyerah.
Berhari-hari di rawa dengan bekal minim membuat Amir lunglai dan
terserang disentri. Dia sulit keluar dari rawa di hutan Klambu,
Grobogan, Jawa Tengah, yang terkenal angker. Amir berjalan
terpincang-pincang saat dijemput pasukan Senopati.
Bekas Perdana menteri Indonesia itu hanya memakai piyama, sarung lusuh, dan tak bersepatu, layaknya gembel.
Pada 1953 Amir dibawa ke Ngalihan, Solo. Larut malam ia dieksekusi
mati. Kata-kata terakhirnya adalah "bersatulah kaum buruh sedunia. Aku
mati untukmu !".
Hingga berkalang tanah, makamnya tanpa nisan tak
dikenal orang dan tak terurus. Peristiwa Ngalihan menjadi penutup
episode Madiun yang menelan ribuan orang.
22 November 1965.
DN Aidit ditangkap dalam sebuah penggerebekan setelah bersembunyi di
dalam lemari. Kolonel Yasir Hadibroto, komandan Brigade IV infanteri
membawa Aidit meninggalkan Solo menuju ke arah Barat dengan
iring-iringan tiga mobil jip.
Tanpa sepengetahuan jip satu dan jip
dua, jip terakhir dibelokkan Kolonel Yasir ke markas Batalyon 444.
Dengan tangan terborgol di belakang, Yasir membawa Aidit ke sebuah sumur
tua, lalu mempersilahkan Aidit mengucapkan pesan terakhir.
Aidit malah berapi-api pidato.
Dor !! Pidato Aidit-pun diakhiri dengan tembakan yang melubangi
dadanya. Penanggung jawab G 30 S/PKI ini terjungkal masuk sumur .
Konflik antara Amir Syarifuddin dan Musso di masa PKI Madiun ternyata
gak selesai sampai di situ . Konflik pendahulu ini diturunkan ke
penerusnya.
Sebelum sukses jadi pimpinan partai, bersama Nyoto dan
Lukman, Aidit terlebih dahulu "mengkudeta" kelompok PKI tua, Alimin dkk
yang dinilai melakukan banyak kesalahan. Alimin pada dasarnya gak
sejalan dengan prinsip-prinsip Musso .
Ironisnya , menjelang petaka
1965 menurut Soetarni bekas istri Nyoto, suaminya malah disingkirkan
Aidit karena kedekatan Nyoto dengan Bung Karno.
Nyoto memang sempat menyerang keyakinan Aidit tentang kudeta. "Revolusi siapa melawan siapa ?"
tanya Nyoto.
Muncul pula spekulasi dari kesaksian Soebandrio bahwa Aidit ditelikung
Sjam Kamaruzzaman soal perintah pembunuhan tujuh jenderal .
Sungguh lika-liku seteru yang rumit.
Dari mana sebenarnya ideologi komunis ini berakar di Nusantara ?
Jauh sebelum PKI Aidit dan Musso , seorang tokoh bernama Semaoen ,
menanamkan komunisme ke Sarekat Islam (SI) , yang kemudian menjadi benih
konfliknya dengan HOS.Tjokroaminoto yg notabene adalah gurunya .
Padahal Tjokro pernah berkata "Bagi kita tak ada socialisme atau
rupa-rupa isme lainnja. Jang lebih baik, lebih elok dan lebih mulia,
melainkan socialisme jang berdasar islam itulah sadja".
Tjokro
menegaskan keutamaan, kebesaran, kemuliaan dan keberanian, bisa tercapai
lewat ilmu tauhid. Buah pikiran Tjokro selalu berlandaskan penafsiran
Alqur'an dan hadits, karena itu pula ia tak takut menyerang Karl Marx
yang menurutnya nyata-nyata memungkiri Tuhan.
Pada tahun 1919 Semaoen akhirnya memilih hengkang dari Sarekat Islam dan mengubah SI Semarang menjadi Sarekat Rakyat.
Pada 1920, Semaoen mengambil alih Indische Sociaal Democratische
Vereeneging (ISDV) dan mengganti namanya menjadi PARTAI KOMUNIS
INDONESIA.
Nah..
Inilah awal dan akhir kisah
pemimpin-pemimpin partai penyebab jatuhnya korban jiwa manusia yang
terbanyak dalam sejarah Indonesia.
Genosida yang kini seolah akan
dikaburkan oleh segelintir orang-orang yang entah dari mana tiba-tiba
saja mendaku diri sebagai pihak yang terzalimi.
Adakah ibrah yang bisa diambil ?
adakah kesan husnul khotimah dari shirah PKI-iyah di atas ?
wallahu'alam bisshowab..
Yang bisa kita simpulkan bersama, gak usah jauh-jauh dulu ngomong soal
pengkhianatan bangsa, kalo dalam tubuh internal PKI sendiri saja
ternyata sarat khianat mengkhianati, tipu muslihat, saling sikut, baku
hantam, kalah filem India .
Beberapa di antaranya berakhir tragis dengan mati secara mengenaskan.
Lantas apa yang hendak mereka banggakan dan ingin mereka bangkitkan dari ideologi busuk ini ?
Orang-orang gagal kok jadi panutan ? Beberapa orang yang ada di
friendlist kita pasti ada saja yang masih meyakini kalo gak ada yang
perlu dikuatirkan dari PKI.
Kata mereka kita paranoid, sumbu pendek, dan ngawur soal kebangkitan ini. PKI katanya sudah mati.
Ya, itu gak salah. PKI mati secara harfiah, tapi ideologinya hidup dan
merajalela. Anak-anak muda yang bangga dengan kekiri-kirian,
petantang-petenteng pake kaos gambar Semaoen, atau pake pin palu arit.
Berfoto profil saya Indonesia saya pancasila tapi gak sungkan
mengorek-ngorek luka lama bangsa. Begitu disenggol, eeh.. manis di bibir
memutar kata.
Pemerintah kayaknya sudah saatnya merevisi Tap
MPRS No.25 Tahun 1966 Tentang Pembubaran PKI. Kalo sekadar dibubarkan,
barisan upacara juga dibubarkan, tapi toh senin depan bisa berbaris
lagi.
Jadi jangan dibubarkan, melainkan dibasmi. Seperti kecoak di kamar mandi.
Mungkin ada yang mau protes , dari mana sumber tulisan cerita-cerita di atas ?
Baiklah.. Sekadar info saja kalo ini semua gw rangkum dari tiga edisi khusus majalah Tempo.
Edisi Tjokroaminoto Guru Para Pendiri Bangsa, Majalah Tempo agustus 2011.
Edisi Musso dan Madiun, Majalah Tempo november 2010.
Dan edisi Peran Aidit dalam G 30 S/PKI, Majalah Tempo oktober 2007.
Kebetulan gw kolektor edisi-edisi khusus majalah Tempo yang sejak dulu
gw akui belum ada media yg setara dengannya dalam hal investigasi dan
bank data.
Kalo masih ada lagi yang ngomong ini gak obyektif,
waduh... keterlaluan deh. Kurang obyektif gimana kalo Pak GM sebagai
orang yg kemarin pertama kali berisik mempermasalahkan rencana pemutaran
film Pengkhianatan G 30 S/PKI oleh TNI Angkatan Darat dan menganggapnya
sebagai propaganda Orde Baru, ternyata juga punya pengaruh yang kuat di
majalah ini.
So, kalo yg gw tulis ini hoax, berarti salahkan juga Pak GM yang ikut andil mengakomodir berita hoax. Hehe..
Akhirul kalam .
Dulu Bung Karno pernah berkata "JASMERAH, Jangan Sekali-sekali melupakan sejarah"
Sekarang izinkan Bung Arham juga berkata "JASHUJAN , Jangan Sok Tahu dan Sok Jadi korban"
Tabik.. gw mau lanjut gebuk-gebuk adonan kue dulu. Maklum, cuma tukang kue yang sedikit melek sejarah.
Jadi bisanya sebatas gebukin kue saja . Pengen sih gebukin PKI , tapi sayang gw bukan presiden . Hiks..
*copas
Sudah hampir 2 bulan Soeharto dipaksa berhenti sebagai presiden oleh kekuatan mahasiswa dan rakyat.
Dengan demikian gagallah rencananya untuk terus menjadi Presiden sampai
dengan 2003. Sementara itu 21/2 bulan lagi adalah hari genapnya 33 tahun
meletusnya G30S.
Ki Oetomo Darmadi (Swadesi, No 1541/Th XXX/Juli 1998) mengemukakan, "Sudah 33 tahun tragedi nasional, apa yang disebut G30S menjadi ganjalan
sejarah. Sudah seyogianya di era reformasi sekarang misteri tersebut
disingkap secara transparan, jujur terbuka".
"Mengapa, ini penting sebagai pelajaran sejarah, betapa dahsyatnya akibat-akibat yang ditimbulkan oleh peristiwa tersebut terhadap kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Antara lain bangsa ini terbelah menjadi dua: Orde Lama dan Orde Baru,
dengan implikasi luas pada sektor kehidupan sosial, politik, ekonomi dan
pertahanan keamanan. Terlebih-lebih jika ditilik dari hak dasar azasi
manusia (HAM) hampir seluruh Deklarasi HAM PBB (10 Des 1948) dilanggar.
Pancasila hanya dijadikan lips-service, dan hampir semua hak warga sipil
yang termaktub dalam batang tubuh UUD 45 dinodai.
Terlalu banyak lembar catatan keganasan rezim Soeharto selama 32 tahun berkuasa, sehingga ada yang menjuluki 'drakula', pembunuh berdarah dingin den sebagainya. Tidak mengherankan jika Indonesia ditempatkan
sebagai pelanggar HAM terberat, sebab korban penubunuhan massal
peristiwa G.30-S/PKI 1965 saja melampaui korban Perang Dunia II."
Sesungguhnya sudah lama dituntut supaya misteri G30S yang sesungguhnya diungkap secara terbuka, jujur dan adil. Hanya saJa tuntutan semacam itu di masa Soeharto berkuasa suatu yang mustahil bisa dilaksanakan. Sebab
dengan membuka misterinya, akan terbuka lah bahwa G3OS yang sesungguhnya
ialah G30S/Soeharto, bukan G30S/PKI.
HUBUNGAN SOEHARTO DENGAN G30S
Hubungan Soeharto, terutama dengan Kolonel Latief, seorang tokoh G3OS, begitu akrab dan mesranya. Lepas dari persoalan apakah hubungan yang erat itu karena Soeharto yang menjadi bagian atau pimpinan G30S yang
tersembunyi, atau karena kelihaian Soeharto memanfaatkan tokoh-tokoh
G30S untuk mencapai tujuannya menjadi orang pertama di Indonesia.
Hubungannya itu dapat diketahui, ketika pada 28 September 1965, Kolonel Latief bersama isterinya berkunjung ke rumah Jenderal Soeharto di jalan H. Agus Salim. Menurut Kolonel Latief (Kolonel Latief: "Pembelaan sidang Mahmilti II Jawa Bagian Barat" 1978) maksud kunjungannya ialah guna menanyakan adanya info Dewan Jenderal, sekaligus melaporkan kepada beliau.
"Oleh beliau justru memberitahukan kepada saya, bahwa sehari sebelum saya datang, ada seorang bekas anak buahnya berasal dari Yogyakarta, bernama Soebagiyo, memberitahukan tentang adanya info Dewan Jenderal AD yang
akan mengadakan coup d'etat terhadap kekuasaan pemerintahan Presiden
Soekarno. Tanggapan beliau akan diadakan penyelidikan".
Seterusnya Kolonel Latief mengemukakan bahwa 30 September 1965 (malam),
ia berkunjung ke RSPAD untuk menjumpai Jenderal Soeharto, yang sedang
menunggui putranya yang tersiram sup panas. Sambil menjenguk putrandanya
itu, juga untuk melaporkan bahwa dini hari l Oktober l965 G30S akan
melancarkan operasinya guna menggagalkan rencana kudeta yang hendak
dijalankan Dewan Jenderal. Kunjungannya ke Jenderal Soeharto di RSPAD
tersebut, adalah merupakan hasil kesepakatan dengan Kolonel Untung dan
Brigjen Supardjo.
Seperti diketahui menurut Brigjen Supardjo (Tempo, 1 Oktober 1988) tanggal 16 September 1965 telah terbentuk gerakan tsb, di bawah pimpinan Letnan Kolonel Untung. Kolonel Latief semula berkeberatan Letkol Untung menjadi pimpinannya dan meminta supaya gerakan dipimpin seorang jenderal. Tetapi karena Kamaruzzaman (Syam) memtahankan supaya tetap Untung, karena ia pengawal presiden, maka akhirnya Letnan Kolonel Untung yang memimpinnya.
Kamaruzzaman ini menurut Wertheim (Wertheim: "Sejarah tahun 1965 yang tersembunyi" dalam Suplemen Arah, No 1 th 1990) adalah "seorang double agent". Yang dimaksud "double agent" Wertheim ialah agennya Aidit (dalam Biro Khusus) dan agen Soeharto (yang diuntungkan oleh Peristiwa G30S).
Sesungguhnya G30S tak akan bisa melancarkan operasi militernya dini hari l Oktober 1965 itu, sekiranya Jenderal Soeharto mencegahnya dan bukan membiarkannya. Tampaknya karena Soeharto berkepentingan agar Men/Pangad
A. Yani terbunuh, maka dengan diam-diam direstuinya operasi militer G30S
yang hendak dilancarkan itu. Jika Soeharto tidak berkepentingan
terbunuhnya A. Yani, tentu rencana operasi G30S itu akan dicegahnya,
atau langsung saja Kolonel Latief ditangkapnya, atau rencana G30S itu
dilaporkannya kepada atasannya, misalnya kepada Jenderal Nasution.
Dengan demikian operasi G30S itu gagal.
Bagi Kolonel Latief dengan tidak ada pencegahan dari Jenderal Soeharto, berarti Jenderal Soeharto merestuinya dan operasi G30S dini hari l Oktober
dilaksanakannya.
Soeharto merestui operasi G30S itu secara diam-diam, karena ia mengetahui ada sebuah konsensus dalam TNI-AD bahwa bila Pangad berhalangan,
otomatis Panglima Kostrad yang menjadi penggantinya. Dan Panglima
Kostrad ketika itu adalah dirinya sendiri.
MALING BERTERIAK MALING
Paginya (pukul 6.30), dengan dalih ia mendapat informasi dari tetangganya, Mashuri, bahwa Jendral A. Yani dan beberapa jenderal lain telah terbunuh, Soeharto dengan Toyotanya, sendirian (tanpa pengawal) berahgkat ke
Kostrad. Melalui Kebun Sirih, Merdeka Selatan. Soeharto sudah tahu benar
siapa sasaran G30S.
Sejalan dengan laporan yang disampaikan Kolonel Latief kepada Jenderal Soeharto di RSPAD malam itu, maka daerah, dimana markas Kostrad terletak, tidak diawasi atau dijaga pasukan G30S. Yang dijaga hanya daerah lain saja di Merdeka Selatan. Ini menjadi indikasi adanya saling pengertian antara G30S dengan Panglima Kostrad. Jika tidak ada saling pengertian, tentu daerah
di mana Markas Kostrad berada juga akan dijaga pasukan G30S.
Menurut Yoga Sugama (Yoga Sugama: "Memori Jenderal Yoga" [hal: 148-153]) pada pagi 1 Oktober 1965 itu, dirinyalah yang pertama tiba di Kostrad.
Kepada Ali Murtopo, Yoga Sugama memastikan bahwa yang melancarkan
gerakan penculikan dini hari tersebut, adalah anasir-anasir PKI. Ali
Murtopo tidak begitu saja mau menerima keterangan Yoga Sugama tersebut.
Setelah ada siaran RRI pukul 7.20, yang mengatakan telah terbentuk Dewan Revolusi yang diketuai Kolonel Untung, maka Yoga Sugama memperkuat kesimpulannya di atas. Sebab Yoga Sugama kenal Untung sebagai salah
seorang perwira TNI-AD yang berhaluan kiri. Untung pernah menjadi anak
buahnya ketika RTP II bertugas menumpas PRRI di Sumatera Barat.
Jenderal Soeharto juga bertanya kepada Yoga Sugama, "Apa kira-kira Presiden Soekarno terlibat dalam gerakan ini." Yoga Sugama dengan tegas menjawab "Ya". Tuduhan Yoga Sugama bahwa dibelakang gerakan itu adalah
anasir-anasir PKI dan Presiden Soekarno terlibat, tentu saja sangat
membesarkan hati Soeharto. Karena dengan demikian rencananya untuk
menghancurkan PKI dan menggulingkan Presiden Soekarno mendapat dukungan
dari bawahannya.
Pada pukul jam 9.00 pagi itu Jenderal Soeharto (Tempo, 1 Oktober 1998) memberikan briefing. Dengan tegas ia mengatakan: "Saya banyak mengenal Untung sejak dulu. Dan Untung sendiri sejak 1945 merupakan anak didik tokoh PKI Pak Alimin". Ini tentu bualan Soeharto saja. Sebab Pak Alimin baru kembali ke Indonesia pertengahan tahun 1946. Bagaimana ia mendidik Untung sejak tahun 1945, padahal ketika itu Pak Alimin masih berada di daratan
Tiongkok.
Tidak lah kebetulan Kamaruzzaman mempertahankan Kolonel Untung menjadi pimpinan G30S. Sudah diperhitungkannya, bahwa suatu ketika nama Untung
tsb akan dapat digunakan sebagai senjata oleh Soeharto untuk
menghancurkan PKI. Kamaruzzaman memang seorang misterius. Secara formal
dia adalah orangnya Aidit (dalam BC). Sedang sesungguhnya dia adalah di
pihak lawannya Aidit, dia bertugas menghancurkan PKI dari dalam.
Untuk itu lah maka Kamaruzzaman, seperti dikatakan Manai Sophian (Manai
Sophiaan ("Kehormatan bagi yang berhak") membuat ketentuan bahwa
persoalan yang akan disampaikan kepada Aidit, harus melalui dirinya.
Banyak hal yang penting yang tak disampaikannya pada Aidit. Akibatnya
setelah gerakan dimulai terjadilah kesimpangsiuran, penyimpangan yang
merugikan Aidit/PKI.
Sesuai dengan rencananya, maka Soeharto (G.30-S pemberontakan PKI", Sekneg, 1994, hal 146, 47) pada 1 Oktober tersebut tanpa sepengetahuan, apalagi seizin Presiden/Pangti Soekarno mengangkat dirinya menjadi
pimpinan TNI-AD. Padahal jabatan Panglima suatu angkatan, adalah jabatan
politik. Itu merupakan hak prerogatif Presiden untuk menentukan siapa orangnya.
Dikesampingkannya hak prerogatif Presiden/Pangti ABRI tersebut, diakui Soeharto dalam 4 petunjuk kepada Presiden Soekarno yang harus disampaikan oleh Kolonel KKO Bambang Widjanarko yang berkunjung ke Kostrad 1 Oktober 1965 itu. Kedatangan Bambang Widjanarko adalah untuk memanggil Jenderal Pranoto Reksosamudro yang telah diangkat menjadi caretaker Menpangad sementara oleh Presiden, untuk datang ke Halim menemui Presiden Soekarno.
Usaha Bambang Widjanarko untuk meminta Jenderal Pranoto Reksosamudro ke Halim itu dihalangi Soeharto. Empat petunjuk tersebut ialah:
1. Mayjen TNI Pranoto Reksosamudro
dan Mayjen TNI Umar Wirahadikusumah tidak dapat menghadap Presiden
Soekarno untuk tidak menambah korban. (Ini berarti Soeharto menuduh
Presiden Soekarno lah yang bertanggungjawab atas penculikan sejumlah
jenderal dini hari 1 Oktober tersebut. Sesuai dengan jawaban Yoga Sugama
kepadanya tentang keterlibatan Presiden Soekarno dalam G30S. Karena
Ketua Dewan Revolusi adalah Kolonel Untung, pasukan pengawal Presiden
Soekarno)
2. Mayjen TNI Soeharto untuk
sementara telah mengambil oper pimpinan TNI-AD berdasarkan perintah
Tetap Men/Pangad. (Ini berarti perintah tetap Men/Pangad, maksudnya
konsensus dalam TNI-AD lebih tinggi dari hak prerogatif presiden dalam
menentukan siapa yang harus memangku jabatan panglima suatu angkatan).
3. Diharapkan agar perintah-perintah
Presiden Soekarno selanjutnya disampaikan melalui Mayjen TNI Soeharto.
(Ini berarti Mayien TNI Soeharto yang mengatur Presiden Soekarno untuk
berbuat ini atau itu, meski pun dibungkus dengan kata-kata "diharapkan".
Semestinya Presiden yang mengatur Mayjen Soeharto, bukan sebaliknya.
Presiden adalah Panglima Tertinggi ABRI).
4. Mayjen TNI Soeharto memberi
petunjuk kepada Kolonel KKO Bambang Widjanarko agar berusaha membawa
Presiden Soekarno keluar dari Pangkalan Udara Halim Perdanakusumah,
karena pasukan yang berada di bawah komando Kostrad akan membersihkan
pasukan-pasukan pendukung G3OS yang berada di Pangkalan Udara Halim
Perdana Kusumah sebelum tengah malam 1 Oktober 1965. (Ini berarti
Soeharto "memerintahkan" Soekarno meninggalkan Pangkalan Udara HPK,
karena Halim akan diserbu. Padahal sebelumnya Presiden Soekarno telah
memerintahkan kepada Brigjen Supardjo supaya menghentikan operasi
militer G30S dan jangan bergerak tanpa perintahnya. Tampaknya perintah
lisan Presiden/Pangti Soekarno demikian, dianggap tidak berlaku bagi
dirinya. Malahan situasi itu digunakannya untuk "memukul" pasukan G30S.
Empat petunjuk Mayjen Soeharto kepada Presiden Soekarno melalui Kolonel KKO Bambang Widjanarko menunjukkan: dengan menggunakan G30S, Jenderal Soeharto mulai l Oktober 1965 secara de facto menjadi penguasa di Indonesia. Sebagai langkah awal untuk memegang kekuasaan de jure di
Indonesia nantinya. Ya, maling berteriak maling. Dirinya yang kudeta,
PKI yang dituduhnya melakukan pemberontakan.
===
Gimana pendapat loe tentang PKI? Kalau diliat sejarahnya, lebih banyak
sisi hitam. Tapi cara lewat politiknya limuayan cemerlang. Gimana
pendapat loe? Trus, gw denger, di bogor ada spanduk yang memuat PKI
(palu arit). Mungkin ga kira2 PKI bangkit lagi?
Ada dua bagian, yaitu:
Bagian Pertama soal Peristiwa Madiun yang sudah pernah disidangkan
di pengadilan Jakarta Pusat tahun 1956. D.N. Aidit sebagai Sekjen CC PKI
dituntut karena dianggap mencemarkan nama baik Wakil Presiden Drs. Moh
Hatta dengan tulisannya “ Tangan Hatta Berlumuran Darah” Namun karena
D.N. Aidit minta agar Moh. Hatta diajukan sebagai saksi ternyata
Pengadilan tidak bisa mengajukannya maka sidang diberhentikan dengan
ketentuan tuntutan Hatta batal.
D.N. Aidit dalam pembelaanya telah diuraikan dengan jelas, tak
terbantah , bahwa peristiwa Madiun September 1948 adalah bualan Hatta
dalam melaksanakan usulan AS ( Marle Cockran ) di Konferensi Sarangan –
Madiun agar diadakan pembasmian terhadap kaum merah ( Red Drive Proposal
) dalam rangka kapitulasi pada Belanda di Konferensi Meja Bundar (KMB)
di tahun 1949 yang sangat merugikan Indonesia .
Baca brosur D.N. Aidit Menggugat.
Bagian kedua memuat deretan fakta yang tidak terbantah bahwa
peristiwa September 1965 Soeharto dengan dukungan AS (CIA) adalah
dalang sebenarnya, dalam kup terhadap Presiden Soekarno, pembunuhan
Jendral A yani cs, membunuh 3 juta rakyat Indonesia , memenjarakan 2
juta orang yang tidak bersalah, menangkapi , menyiksa , memperkosa,
perampasan terhadap kekayaan pribadi korban Orba 1965.
Semoga kutipan tulisan dapat menambah wawasan kita semua. Surya –
Surabaya dan Waspada-Medan yang memuat tulisan peristiwa Madiun sudi
memuat di harian-nya , kutipan tulisan tersebut diatas bila masih
memegang teguh etika jurnalistik yaitu hak korban menjelaskan soalnya.
Terima kasih atas perhatian Bapak , Ibu dan saudara semua.
***
Ringkasan
FAKTA KEBENARAN KORBAN TRAGEDI 1965
1.INDONESIA JAMRUD KHATULISTIWA
Indonesia yang demikian luas dengan kekayaan alam yang melimpah
merupakan sasaran yang sangat menarik bagi negara-negara maju untuk bisa
memanfaatkan kekayaan Indonesia , disamping juga memiliki jumlah
penduduk yang demikian banyak sehingga sangat potensial sebagai tenaga
kerja yang murah baik dalam proses produksi maupun sebagai tenaga
cadangan di waktu perang, disamping sebagai pasar yang potensial bagi
hasil industri negara – negara maju. Karena kelemahan sendirilah
akhirnya bangsa Indonesia menjadi jajahan bangsa lain ( Belanda, Jepang
dan lainnya ).
2. INDONESIA DI TENGAH PERANG DINGIN
Setelah Perang Dunia II berakhir dan Indonesia memproklamasikan
kemerdekaannya, terjadilah era perang dingin antara Blok Barat (
kapitalis) dan blok Timur (sosialis) yang sebenarnya berlanjut sampai
saat ini (tahun 2005) dengan kadar yang berbeda – beda sesuai dengan
perkembangan situasinya. Era perang dingin ini sampai mempengaruhi
rakyat Indonesia , sehingga secara garis besar rakyat Indonesia juga
terbelah menjadi dua, yaitu yang setuju dengan paham kapitalis (golongan
kanan) dan yang setuju dengan paham sosiallis (golongan kiri).
Kondisi ini diketahui benar oleh negara-negara maju sehingga
mereka berlomba-lomba menanamkan pengaruhnya di Indonesia , terutama
negar-negara kapitalis sesuai dengan kepentingan negaranya
masing-masing.
3. PERISTIWA MADIUN 1948 ( KONSPIRASI POLITIK KAUM KOLONIALIS/IMPERIAL IS MELIKUIDASI RI )
Pada tanggal 29 Januari 1948 Kabinet Hatta dibentuk dengan Programnya :
a. Melaksanakan hasil persetujuan Renville.
b. Mempercepat terbentuknya Negara Indonesia Serikat (berserikat dengan Belanda).
c. Reorganisasi dan Rasionalisasi Angkatan Perang RI ( RERA APRI ).
d. Pembangunan.
Pemerintahan Hatta inilah yang dinilai oleh kaum kiri sebagai
pemerintahan yang paling tunduk dan akan menyerahkan kedaulatan RI
kepada Belanda, sehingga timbul ketidak puasan yang luas terutama karena
ada rencana dari Hatta untuk merasionalisasi TNI kemudian membentuk
tentara Federal bekerjasama dengan Belanda.
* Mulai bulan Februari 1948 Kolonel A.H. Nasution bersama Divisi
Siliwangi hijrah dari Jawa Barat menuju Yogyakarta sebagai pelaksanaan
dari perjanjian Renville kemudian ditempatkan tersebar di wilayah Jawa
Tengah dan sebagian Jawa Timur, khususnya di daerah yang kekuatan kaum
kirinya cukup kuat, seperti di Solo dan Madiun yang dimaksudkan untuk
persiapan membersihkan kaum kiri tersebut. Pasukan siliwangi tersebut
segera menjadi pasukan elite pemerintahan Hatta dengan kelengkapan
tempur yang lebih baik sehingga timbul iri hati pada pasukan diluar
Divisi Siliwangi.
* Pada bulan April 1948 terjadi demonstrasi terutama dari pelajar di Jawa Timur menentang RERA.
* Pada Bulan Mei 1948 di Solo tentara Divisi Panembahan Senopati melakukan demonstrasi menentang RERA.
* Pada tanggal 2 Juli 1948 komandan Divisi Panembahan Senopati ,
Kolonel Sutarto dibunuh oleh tembakan senjata api orang tak dikenal,
kemudian diikuti dengan penculikan dan pembunuhan terhadap beberapa
orang kiri, antara lain Slamet Widjaya dan Pardjo, serta beberapa
perwira dari Divisi Panembahan Senopati , antara lain Mayor Esmara
Sugeng, Kapten Sutarto, Kapten Suradi, Kapten Supardi dan Kapten
Mudjono, yang kesemuanya diduga kuat dilakukan oleh Divisi Siliwangi
sebagai kepanjangan tangan pemerintahan Hatta. Walaupun kemudian
pembunuh Kolonel Sutarto tertangkap, tetapi pemerintah tidak
mengadilinya bahkan oleh Jaksa Agung ketika itu malahan dibebaskan
dengan alasan tidak dapat dituntut secara hukum (yuridisch
staatsrechtelijk) .
* Penculikan dan pembunuhan ini terus berlanjut terhadap orang-orang
kiri maupun anggota Divisi Panembahan Senopati sehingga menimbulkan
keresahan dan suasana saling curiga – mencurigai dan ketegangan yang
tinggi.
* Pada tanggal 21 Juli 1948 diadakan pertemuan rahasia di Sarangan
Jawa Timur antara Amirika Serikat yang diwakili oleh Gerard Hopkins
(penasehat urusan politik luar negeri) dan Merle Cochran (Wakil AS di
Komisi Jasa-jasa baik PBB) dengan lima orang Indonesia yaitu: Wakil
Presiden Moh . Hatta , Natsir, Sukiman, R.S Sukamto (Kapolri) dan
Mohammad Rum yang menghasilkan rencana kompromi berupa likuidasi bidang
ekonomi, politik luar negeri, UUD 1945 dan juga Reorganisasi dan
Rasionalisasi (RERA) dibidang Angkatan Perang dengan menyingkirkan
orang-orang (pasukan) yang di cap sebagai golongan kiri/merah dan
terkenal dengan Red Drive Proposal atau usulan pembasmian kaum kiri.
* Pada tanggal 13 September 1948 terjadilah pertempuran antara
Divisi Panembahan Senopati dibantu ALRI melawan Divisi Divisi Siliwangi
yang diperkuat pasukan-pasukan lain yang didatangkan ke Solo oleh
pemerintahan Hatta.
* Pada tanggal 15 September 1948 dilakukan gencatan senjata yang
disaksikan oleh Panglima Besar Jendral Soedirman, petinggi-petinggi
militer RI dan juga Residen Sudiro. Devisi Panembahan Senopati mentaati
gencatan senjata namun lawan terus melakukan aksi-aksi yang agresif dan
destruktif.
* Sementara itu sebagian anggota Politbiro CC PKI yang tinggal di
Yogyakarta memutuskan untuk berusaha keras agar pertempuran Solo
dilokalisasikan dan mengutus Suripno untuk menyampaikan hal tersebut
kepada Muso, Amir Syarifudin dan lainnya yang sedang berkeliling Jawa.
Rombongan Muso mensetujui putusan tersebut. Jadi dalam hal ini kebijakan
PKI sesuai atau sejalan dan menunjang kebijaksanaan Panglima Jendral
Soedirman.
* Sementara itu penculikan-penculik an dan pembunuhan terhadap
orang-orang dan personil militer golongan kiri semakin mengganas dengan
puncaknya pada tanggal 16 September 1948 markas Pemuda Sosialis
Indonesia (Pesindo) di Jalan, Singosaren Solo diserbu dan diduduki oleh
kaki tangan Hatta (Siliwangi) sehingga pertempuran Solo semakin
menghebat.
* Aksi pembersihan orang-orang kiri ini tidak hanya terjadi di Solo,
tetapi meluas ke Madiun dan derah lainnya, dan hasil RERA ini TNI yang
tadinya berkekuatan 400.000 hanya tinggal 57.000. Sementara itu ancaman
Belanda masih didepan mata terbukti kemudian dengan aksi agresi Militer
Belanda II.
Madiun
* Oleh pemerintah Hatta didatangkanlah ke Madiun pasukan-pasukan
Siliwangi yang langsung menduduki beberapa pabrik gula, mengadakan
latihan-latihan militer serta menindas para buruh pabrik gula dengan
membunuh seorang aggota Serikat Buruh Gula bernama Wiro Sudarmo serta
melakukan pemukulan-pemukulan dan intimidasi terhadap para buruh.
Penempatan pasukan ini tidak dilaporkan kepada komandan Terotorial
Militer setempat sehingga menimbulkan ketegangan dan kemudian kesatuan
militer setempat, yaitu Brigade 29 atas persetujuan KomandanTeritorial
Militer setempat bergerak melucuti pasukan Siliwangi .
* Dalam keadaan panas, kacau dan tak terkendali itu karena Residen
Madiun tidak ada ditempat dan Walikota sakit, maka pada tanggal 19
September 1948 Front Demokrasi Rakyat (FDR) mengambil prakarsa untuk
mengangkat Walikota Madiun Supardi sebagai pejabat residen sementara dan
pengangkatan ini telah disetujui oleh pembesar-pembesar sipil maupun
militer dan dilaporkan kepemerintah pusat di Yogyakarta serta dimintakan
petunjuk lebih lanjut. Peristiwa inilah yang mengawali apa yang disebut
sebagai “ Peristiwa Madiun”.
* Pada tanggal 19 September 1948 malam hari, pemerintahan Hatta
menuduh telah terjadi “ Pemberontakan PKI “ sehingga dikerahkanlah
kekuatan bersenjata oleh Hatta untuk menumpas dan menimbulkan konflik
horisontal dengan korban ribuan orang terbunuh, baik golongan kiri,
tentara maupun rakyat golongan lain.
* Pada tanggal 14 Desember 1948, sebelas orang pemimpin dan anggota
PKI dibunuh di Dukuh Ngalihan Kelurahan Halung Kabupaten Karanganyar
Karisidenan Surakarta pada jam 23.30, yaitu: 1. Amir Syarifudin, 2.
Suripto, 3. Maruto Darusman, 4, Sarjono, 5. Dokosuyono, 6 Oei Gee Hwaat,
7. Haryono, 8.Katamhadi, 9. Sukarni, 10. Ronomarsono, 11. D. Mangku.
Sementara itu lebih kurang 36.000 aktifis revolusioner lainnya ditangkap
dan dimasukkan kedalam penjara dan sebagian dibunuh tanpa proses hukum,
antara lain di penjara Magelang 31 anggota dan simpatisan PKI, di
Kediri berpuluh-puluh orang termasuk Dr. Rustam, anggota Fraksi PKI dan
BP KNPI , di Pati antara lain Dr. Wiroreno dan banyak lagi yang lainnya.
* Berdasarkan fakta pada saat ini Syarifudin menjadi Perdana Menteri
dan memimpin pemerintahan, karena dikhianati dalam perjanjian Renville
maka secara ksatria dan demokratis menyerahkan kembali mandat pemerintah
kepada Presiden Soekarno, sehingga sangat naif menuduhnya bersama
golongan kiri melakukan pemberontakan dan membentuk pemerintahan
Soviet-Madiun.
* Amir Syarifudin bekas Perdana Menteri Republik Indonesia yang juga
berada di kota itu (Madiun) telah membantah segala sesuatu yang
disiarkan dari Yogyakarta pada masa itu. Penjelasannya melalui radio,
“Undang – Undang Dasar kami adalah Undang –Undang Dasar Republik
Indonesia , bendera kami adalah Merah Putih dan lagu kebangsaan tidak
lain dari Indonesia Raya,” seperti disiarkan pada tanggal 20 September
1948 oleh Aneta, Kantor Berita Belanda di Indonesia .
* Bahwa kollaborasi antar pemerintahan Hatta dengan pihak kolonialis
Belanda maupun imperialis Amirika Serikat dengan sekutu-sekutunya telah
berhasil memecah belah persatuan dan kesatuan serta pembelokan jalanya
revolusi Indonesia .
* Pada tanggal 19 Desember 1948 itu pula Belanda menyerbu dan
menduduki Yogyakarta dengan perlengkapan perang bantuan Amirika, hal itu
terjadi setelah politik Red Drive Proposal sukses dilaksanakan oleh
pemerintah Hatta demi tercapainya persetujuan Roem-Royen yang merugikan
RI yang dilanjutkan dengan terselenggaranya Konferensi Meja Bundar (KMB)
yang dimulai pada tanggal 23 Agustus 1949 sampai 2 November 1949. dan
kemudian lahirlah Republik Indonesia Serikat (RIS) dengan konstitusi
RIS-nya, dan hal yang sangat merugikan Indonesia antara lain Irian Barat
masih ditangan Belanda dan hutang Hindia Belanda sebesar US Dollar 1,13
miliar menjadi tanggungan RI (hutang itu antara lain adalah biaya untuk
memerangi RI), juga terjadi penurunan pangkat dalam APRI (Angkatan
Perang Republik Indonesia) bila menjadi APRIS ( Angkatan Perang Republik
Indonesia Serikat ).
* Pada tahun 1954, meskipun sudah kedaluwarsa, Aidit dihadapkan pada
pengadilan di Jakarta mengenai Peristiwa Madiun. Dalam hal ini PKI
dituduh mengadakan Kudeta . Dasarnya adalah pidato Hatta yang menyatakan
entah benar entah tidak bahwa PKI mendirikan negara soviet di Madiun
dengan mengangkat Wakil Walikota Supardi jadi Residen sementara untuk
mengisi kekosongan. Ini dianggap melanggar KUHP pada pasal 310 dan pasal
311. Dalam persidangan Aidit mintah agar Moh. Hatta tampil sebagai
saksi. Jaksa menyatakan keberatan atas pembuktian yang akan diajukan
oleh Aidit, maka jaksa harus mencabut tuduhan pasal-pasal tersebut di
atas.Pada akhirnya keberatan jaksa dan tuduhan terhadap Aidit melanggar
pasal 310 dan pasal 311 KUHP cicabut. Karenanya Aidit tak dapat dituntut
dan bebas tanpa syarat.
Kesimpulan dari Peristiwa Madiun
1. Pihak imperialis kolonialis pimpinan Amirika Serikat dalam
menerapkan politik pembersihan kaum kiri (Red Drive Proposal) di
Indonesia sebagai bagian makro politiknya untuk membendung komunisme,
telah membersihkan orang-orang kiri ( komunis ) dari salah satu syarat
mutlak pengakuan negara Republik Indonesia oleh dunia internasional
(pihak Barat).
2. Pemerintah Hatta menerima dan melaksanakan tawaran tersebut
antara lain dengan membuat program Reorganisasi dan Rasionalisasi (RERA)
di lingkungan Angkatan Perang yang kemudian menimbulkan gelombang
penolakan yang luas.
3. Untuk meredam penolakan tersebut dilakukan upaya-upaya yang
sistematis, antara lain dengan melakukan teror berupa pembunuhan,
penculikan, penahanan dan intimidasi lainnya, terutama kepada kaum kiri,
yang kemudian dikenal dengan Peristiwa Solo.
4. Peristiwa Madiun sama sekali bukanlah pemberontakan PKI ,
apalagi fitnah bahwa PKI telah mendirikan Negara Negara Soviet Madiun,
tetapi merupakan rekayasa jahat pemerintahan Hatta guna mendapatkan
momentum (kondisi dan Situasi) yang tepat untuk digunakan sebagai dalih
(dasar) untuk menyingkirkan (membasmi) golongan kiri dari pemerintahan
maupun Angkutan Perang yang kemudian mendapat perlawanan dari rakyat
yang konsekuen anti kolonialis / imperialis.
4. GEJOLAK DALAM PENOLAKAN RERA dan KMB
Gejolak sebagai akibat penolak RERA dan KMB ini terjadi dimana-mana antara lain.
1. Peristiwa Batalyon 426 di Kudus tahun 1950 karena menolak dilucuti
dan diberlakukan RERA, batalyon ini serbu dan melarikan diri ke
barat,sebagian bergabung dengan DI/TII di Jawa Tengah dan Jawa Barat.
2. Peristiwa Merbabu Merapi Complex (MMC), terjadi di daerah Semarang
, Solo, Magelang dan Yogyakarta, yaitu pejuang – pejuang revolusi yang
menolak RERA dan KMB.
3. Peristiwa Barisan Sakit Hati di Cirebon (BSH), yaitu para pejuang revolusi yang menolak RERA dan KMB.
4. Peristiwa APRA ( Angkatan Perang Ratu Adil ) dipimpin Westerling,
yaitu para bekas KNIL yang tidak puas kepada pemerintah RIS.
5. Pergolakan Kahar Muzakar di Sulawesi Selatan.
Gejolak –gejolak yang terjadi ini membuktikan keberhasilan politik pecah
belah (devide et empera) kaum kolonialis Belanda dengan sekutunya kaum
imperialis Amirika dan antek – anteknya.
5. MEMPERTAHANKAN NKRI , PANCASILA DAN UUD 1945
1. Republik Indonesia Serikat ( RIS )
RIS hanya bertahan beberapa bulan dan akhirnya bubar kembali menjadi
NKRI, ini karena pemimpin dan rakyat Indonesia telah sadar akan politik
pecah belah dari pihak nekolim dan antek-anteknya yang akan tetap
mempertahankan pengaruhnya di Indonesia , terbukti antara lain dengan
adanya pemberontakan Republik Maluku Selatan ( RMS ) dan pemberontakan
Angkatan Perang Ratu Adil (APRA) pimpinan Westerling.
2. Pemberontakan – pemberontakan
Disamping itu pihak kolombia dan antek- anteknya tidak henti – hentinya
menggoyang Indonesia dengan adanya pemberontakan PRRI dan PERMESTA yang
secara aktif dibantu oleh Amirika Serikat juga membantu DI/TII di Aceh
serta mendalangi percobaan pembunuhan Presiden Soekarno ( Antara lain
peristiwa Cikini , peristiwa Cimanggis , peristiwa Makasar, penembakan
Idul Adha, peristiwa Raja Mandala, dan lain-lainnya) .
3. Dekrit Presiden 5 Juli 1959
Pada sidang sidang di konstitusi telah terbukti bahwa kaum nasionalis
sejati , yaitu telah terbukti bahwa kaum Nasionalis sejati, yaitu PKI
dan PNI adalah mati-matian mempertahankan Pancasila sebagai dasar Negara
dan NKRI sebagai satu-satunya pilihan, sehingga Konstituante menemui
jalan buntu sampai keluarnya Dekrit Presiden 5 Juli 1959, dimana
didektif kembali ke UUD 1945 dengan PKI dan PNI menjadi pendukung
setianya. Karena golongan lain menghendaki dasar negara yang bukan
Pancasila.
4. Pendukung Setia Bung Karno
PKI dan PNI merupakan pendukung setia politik Bung Karno, Dukungan ini
terwujud antara lain di dalam Dekrit Presiden 5 Juli 1959, Manipol –
USDEK, perebutan Irian Barat, penganyangan Malaysia . Kecuali itu
keluarnya Undang-Undang Pokok Agraria (UUPA) dan Undang-Undang Pokok
Bagi Hasil (UUPBH) tahun 1960 didukung sepenuhnya oleh PKI dan PNI,
namun di lain pihak banyak yang tidak senang Bung Karno intim dengan PKI
terutama golongan Kanan dan neokolonialis termasuk Amirika Serikat yang
ingin meluaskan pengaruhnya di Indonesia dengan menjanjikan bantuan
namun ditolak oleh Bung Karno. Dengan kata – katanya yang terkenal GO TO
HELL WITH YOUR AID.
5. Bung Karno Dijadikan Presiden Seumur Hidup
Melihat besarnya kekuatan PKI yang tumbuh pesat menjadi partai terkuat
maka pihak nekolim khawatir bila pemilu digelar PKI akan menang mutlak
dan otomatis presidennya juga dari orang PKI. Oleh karena itu pihak
Angkatan Darat melalui Jendral A.H. Nasution dengan mengajak Suwiryo (
Ketua PNI waktu itu) mengusulkan agar Bung Karno di jadikan presiden
seumur hidup, agar tidak perlu dilakukan pemilu, sehingga dengan
demikian tertutuplah kesempatan bagi orang PKI menjadi Presiden, dan ini
adalah sebuah akal licik dari Angkatan Darat (hal ini juga diakui
sendiri oleh Brigjen Suhardiman).
6. Pembubaran Partai Masyumi dan PSI
Presiden Soekarno membubarkan partai Masyumi dan PSI karena antara lain
banyak pimpinannya terlibat dalam pemberontakan DI/TII maupun PRRI
,PERMESTA. Banyak kalangan partai tersebut menuduh bahwa ini adalah
karena politik PKI, sehingga menambah ketegangan dan rasa permusuhan
secara horizontal antara lain dengan timbulnya peristiwa Kanigora di
Kediri , di Jawa Tengah dan ditempat –tempat lainnya.
6. KUB & KEJAHATAN BESAR KEMANUSIAAN JENDRAL SUHARTO
1. Prolog
1. Skenario Pihak Nekolim
Dari awal memang pihak Amirika Serikat dan sekutu – sekutunya
telah menyiapkan dan melaksanakan beberapa sekenario untuk menguasai
Indonesia antara lain dengan :
1. Mendukung perjuangan kemerdekaan Indonesia tetapi Indonesia harus
membasmi komunis lebih dulu dan akan menyadarkan aliasi dengan Barat
(Peristiwa Madiun – KMB dan RIS).
2. Menghasut beberapa daerah untuk berontak agar RI lemah (PRRI, PEMERSTA, RMS DAN DI/TII) dan menjadi boneka AS.
3. Mendukung perjuangan memasukkan Irian Barat ke Indonesia dengan
imbalan agar AS bisa menguasai bahan baku di Indonesia, tetapi gagal
karena ditolak Bung Karno.
1. Usaha menggulingkan Pemerintahan Soekarno
Pemerintahan Soekarno yang semakin ke “kiri” dinilai banyak merugikan
kepentingan blok Barat (nekolim) sehingga diambil langkah untuk
menggulingkannya dengan berbagai cara, antara lain :
* Tetap memberikan Bantuan bagi Angkatan Darat Indonesia untuk
mendukung peranan anti komunis dan membentuk jaringan kerja intelejen
guna usaha untuk menggulingkan Soekarno.
* Penyiaran desas – desus dan penyesatan informasi, antara lain dari
koran Malaysia seolah-olah PKI akan menggulingkan Jendral A.H. Nasution
( KSAD) dengan cara menyusupkan orang ke Angkatan Darat dan lain – lain
yang menambah panas dan ganasnya perpolitikan di Indonesia .
2. Isu Dewan Jendral
Pada awalnya isu Dewan Jendral yang akan mengambil olih kekuasaan
itu diangap isu fitnah dari PKI, tetapi dalam kenyataan yang terjadi
Jendral Soeharto telah merekayasa dan mengambil alih kekuasan dari
Presiden Soekarno, mengganti semua pejabat dari tingkat Menteri,
Gubernur, Bupati sampai Lurah dengan orang-orang Angkatan Darat yang
setia kepadanya, sedangkan pejabat-pejabat yang tidak loyal kepada
Soeharto dicopot bahkan ditangkap, dimasukkan kedalam penjara, disiksa
dan dibunuh untuk menegakkan dan melanggengkan kekuasaannya.
Sebenarnya ada hasil rekaman rapat Dewan Jendral oleh bekas Mayor
Rudhito dan pengakuan Brigjen Sukendro, namun isu kesaksian tersebut
tidak pernah dipersoalkan lagi.
3. Isu Dokumen Gilchrist
Bersamaan dengan adanya isu Dewan Jendral maka muncul dokumen
Gilchrist yang menyebutkan adanya” Our Local Army Friends” yang
seolah-olah memperkuat isu Dewan Jendral. Tetapi ternyata kemudian bahwa
isu Dewan Jendral dan dokumen Gilchrist merupakan jebakan bagi kekuatan
revolusioner agar memuluskan Jendral Soeharto ke jenjang Kepala Negara (
Presiden).
2. Kondisi Politik Dalam Negeri
Situasi panas di bibang politik menjalar ke seluruh roda kehidupan
bangsa Indonesia , termasuk suasana curiga-mencurigai, rivalitas yang
berlebihan, saling tuduh dan lain – lain, namun yang paling menonjol
adanya.:
1. Isu Angkatan ke –5 dan Senjata dari RRC
Pada kunjungan Menlu Subandrio ke RRC , PM Chou En Lei menjajikan
untuk mempersenjatai 40 batalion tentara secara lengkap , penawaran ini
gratis tanpa syarat dan kemudian dilaporkan ke Bung Karno tetapi belum
juga menetapkan waktunya sampai meletusnya G 30 S . Pada awal tahun 1965
Bung Karno mempunyai ide tentang angkatan ke –5 yang berdiri sendiri
terlepas dari ABRI. Tetapi kalangan Militer (AD) tidak setuju dan hal
ini lebih menimbulkan nuansa curiga-mencurigai karena pihak militer
menuduh itu ulahnya PKI. Hal ini memang direkayasa oleh CIA melalui
pemberitaan di Koran Bangkok yang mengutip berita dari koran Hongkong.
2. Isu Sakitnya Bung Karno
Sejak tahun 1964 sampai menjelang meletusnya G 30 S telah beredar
isu sakit parahnya Bung Karno. Hal ini meningkatkan kasak kusuk dan isu
perebutan kekuasaan apabila Bung Karno meningggal dunia.
Menurut Subandrio , Aidit tahu persis bahwa Bung Karno hanya Sakit
ringan saja, jadi tidak ada alasan sakitnya bung Karno digunakan PKI
untuk mengambil alih kekuasaan.
3. Isu masalah Tanah dan Bagi Hasil (Aksi Sepihak)
Pada tahun 1960 keluarlah Undang – Undang Pokok Agraria (UUPA) dan
Undang – Undang Pokok Bagi Hasil (UUPBH) yang sebenarnya merupakan
kelanjutan dari Panitiya Agraria yang dibentuk pada tahun 1948. Panitiya
Agraria yang menghasilkan UUPA terdiri dari wakil pemerintah dan wakil
berbagai ormas tani yang menceriminkan 10 kekuatan partai politik pada
masa itu. Walaupun UU – nya sudah ada namun pelaksanaan di daerah tidak
jalan sehingga menimbulkan gesekan antara para petani penggarap dengan
pihak pemilik tanah yang takut terkena UUPA, melibatkan sebagian massa
pengikutnya dengan melibatkan sebagian massa pengikutnya dengan
melibatkan backing aparat keamanan.
Peristiwa yang menonjol dalam rangka ini antara lain peristiwa
Bandar Betsi di Sumatera Utara, peristiwa du Klaten dan peristiwa di
Ketaon, Banyudono, Boyolali, yang memakan korban seorang pemuda tani
bernama Jumeri yang disebut sebagai’ aksi sepihak ‘ dan kemudian
digunakan dalih oleh militer untuk membersihkannya.
3. Persiapan Pihak Jendral Soeharto
1. Dengan latar belakang yang kurang terpuji karena telah melakukan berbagai pelanggaran, antara
Lain :
1. Terlibat sebagai pelaku dalam Peristiwa Kudeta tahun 1946,
tetapi begitu pelaku kudeta ditindak dengan cepat dan lihainya segera
turut serta menangkapi para pelaku lainnya, sehingga tampaknya
seolah-olah dia sebagai pahlawan penyelamat.
2. Terlibat sebagai dalang berbagai penjualan inventaris AD dan
penyelundupan ekspor gula sewaktu menjabat Panglima Diponegoro
berpangkat kolonel, dibantu oleh Letkol Munadi, Mayor Yog Sugama dan
Mayor Sudjono Humardani. Untuk menindaknya Mabes AD membentuk tim
dipimpin Mayjen Suprapto, dengan anggota S. Parman, MT Haryono dan
Sutoyo. Sebenarnya Nasution menghendaki agar Soeharto cs diseret ke
pengadilan militer, tetapi karena dibela Gatot Subroto maka presiden
Soekarno memeti-eskan perkara ini, tetapi Nasution tetap mencopot
Soeharto sebagai Panglima Diponegoro dan mengirimnya belajar ke Seskoad,
di sanalah Soeharto bertemu dan bergaul dengan Brigadir Jendral Suwarno
yang merupakan agen CIA dan telah berhasil menciptakan Seskoad menjadi
pemikir dan produsen perwira-perwira calon pucuk pimpinan AD maupun
pemimpin – pemimpin pemerintahan di kemudian hari.
3. Dalam rangka konfrontasi dengan Malaysia pada bulan Mei 1964
dibentuk Komando Mandala Siaga (Kolaga) yang dipimpin oleh Men. Pangau
Laksdya Omar Dani sebagai wakilnya Brigjen Achmad Wiranata Kusuma.
Achmad kemudian digantikan oleh Mayjen Soeharto yang juga merangkap
sebagai Pang Kostrad. Terjadi friksi antara Omar Dani dengan Soeharto,
bahkan Soeharto menyatakan kepada Presiden Soekarno bahwa Omar Dani
tidak cocok sebagai Panglima Kolaga. Soeharto sebagai Wakil Pang Kolaga
juga melakukan sabotase berupa penyelundupan dan menghambat pingiriman
pasukan ke Malaysia terutama dilakukan melalui Kemal Idris. Disamping
itu juga melakukan penghianatan dengan cara mengirim pasukan yang tidak
siap (Diponegoro) dan memberitahukan kepada Inggris pasukan – pasukan
diselundupkan ke Malaysia sehingga pasukan-pasukan itu dengan mudah
ditangkap atau dihancurkan. Hal ini semua tentu sepengetahuan pimpinan
AD, tetapi pimpinan AD tidak berbuat apa-apa karena ,memang mengikuti
skenario dekolim. Dari 546 terasa ditahan Malaysia hanya 21 dari AD.
2. Menggalang Letkol Untung, Kolonel Latief dan
Brigjen Suparjo untuk membahas rencana Dewan Jendral yang akan
menggulingkan Bung Karno. Dan Soeharto menjajikan tambahan pasukan, yang
kemudian ternyata adalah Yon 454 dan Yon 530.
3. Soeharto memberi perintah dengan telegram No. T.220/9 pada tanggal 15 September
1965 dan mengulangi lagi dengan radiogram No. T.239/9 pada tanggal 21 September
1965 kepada Yon 5.30 Brawijaya. Jawa Timur dan Yogya dan Yon 454 Banteng
Raider Diponegora Jawa Tengah untuk datang ke Jakarta dengan
kelengkapan tempur penuh. Ketika datang ke Kostrad diterima oleh
Soeharto dan juga dilakukan inspeksi pasukan pada tangal 29 September
1965. Sedangkan Yon 328 Siliwangi datang dengan tanpa peluru. Tanggal 30
September 1965, jam 17.00 WIB , Yon 454 diperintahkan ke Lubang Buaya
untuk bergabung dengan pasukan – pasukan yang lainnya guna melakukan
gerakan pada malam harinya.
4. Merekrut Yoga Sugama tanpa produser yang benar
untuk ditarik ke Kostrad dari posnya di luar negeri ( Yugoslavia ).
Begitu pengumuman RRI tentang adanya G 30 S, maka segera Yoga Sugama
menyatakan bahwa PKI telah berontak dan memerintahkan agar gudang-gudang
senjata di buka untuk melawan PKI. Dari mana ia tahu bahwa memang bukan
mereka sendiri yang merencanakan dan merekayasa, karena Yoga Sugama
adalah anak buah setia Soeharto sejak di Diponegoro (Jawa Tengah)
5. Melakukan kontak rahasia dengan Malaysia dan
CIA. Disamping melakukan penyelundupan dan melakukan sabotase berupa
menghambat gerakan militer ke Malaysia, Soeharto juga melakukan
kontak-kontak dengan Malaysia , Inggris maupun AS (CIA), tugas ini
sebagian besar pelaku lapangannya adalah Ali Murtopo dengan tujuan untuk
mematangkan pelaksanaanya rencana gerakannya. Ini juga terbukti dengan
cepatnya pihak Soeharto melakukan perdamaian dengan Malaysia setelah
mendapat surat Pemerintah 11 Maret 1966.
6. Pengendalian dan Pemanfaatan Syam Kamaruzaman.
Soeharto telah lama mengenal Syam di yogyakarta awal revolusi 1945. Pada
tanggal 31 Desember 1947 Syam Kamaruzaman bersama lima orang dari
kelompok Pathuk masuk ke Jakarta. Aktifitas mereka di Jakarta termasuk
Syam mendirikan Serikat Buruh terutama Serikat Buruh Transport. Syam
Kamaruzaman ikut serta mendirikan Serikat Buruh Pelayaran dan Pelabuhan
serta menjadi salah seorang pengurus. Pada tahun 1951 ikut serta
membantu DN. Aidit keluar dari kapal dan pelabuhan sewaktu Aidit datang
kembali dari luar Jakarta . Sejak itu dia mempunyai hubungan dengan
DN.Aidit. Pada tahun 1964 Syam diangkat sebagai ketua Biro Khusus yaitu
jaringan PKI tetapi diluar struktur resmi PKI dengan tugas menyampaikan
informasi ke Aidit selaku ketua CC PKI, membina anggota ABRI dan
melaksanakan tugas-tugas lain yang tidak diketahui oleh pimpinan formal
PKI. Ini adalah merupakan penyimpangan dari kebiasaan Partai Komunis
Indonesia . Kedekatan Syam ini dimanfaatkan dan dikendalikan sepenuhnya
oleh CIA dan Soeharto. Informasi menyesatkan telah dimasukkan ke PKI.
Kondisi ini yang mungkin oleh Bung Karno dikatakan sebagai “
keblingernya Pimpinan PKI”.
4. Kondisi pertentangan Internal Angkatan Darat
Sebenarnya telah lama terjadi pertentangan antara faksi-faksi di
kalangan internal AD yaitu sejak reorganisasi dan rasionalisasi Angkatan
Perang Indonesia dalam pemerintahan Hatta. Pertentangan itu terutama
antara profesionalisme model Barat yang dibumbui oleh pembelajaran
politik sebagai bagian dari keikusertaanya dalam kekuasaan negara,
dengan semangat revolusioner warisan revolusi 1945 yang masih kental
dikalangan perwira menengah AD.
Pada tahun 1965 telah terpecah dalam dua kubu, yaitu kubunya
Jendral achmad Yani yang loyal kepada Presiden Soekarno dan kubunya
Jendral A.H. Nasution – Soeharto yang tidak mendukung kebijaksanaan
Presiden Soekarno tentang persatuan nasional terutama tentang Nasakom
dan Penggayangan Malaysia.
Dengan lihainya Soeharto bertindak seolah-olah loyal terhadap
kepemimpinan Nasution maupun Yani dan sekaligus pendukung Soekarno,
namun dilain pihak Soeharto merangkul kelompok perwira yang ingin
menyelamatkan Bung Karno, dan kemudian kelompok tersebut diorganisasi
dan dimanfaatkan untuk menghancurkan kelompok Yani maupun Nasution ,
menghancurkan PKI yang kemudian merebut kekuasaan.
5. Kondisi Pihak PKI
Sebenarnyalah pihak PKI tidak melakukan persiapan apa-apa,
persiapan PKI hanyalah memenuhi himbauan Presiden Soekarno guna mengirim
tenaga dengan komposisi yang mencerminkan Nasakom untuk dididik sebagai
sukarelawan menganyang Malaysia, tetapi pada saat G 30 S meletus
latihan sedang dicutikan oleh Komodor Udara Dewanto sebagai penanggung
jawab akhir latihan sukarelawan, jadi memang tidak untuk melakukan
gerakan.
Aidit hanya menyuruh beberapa orang ke daerah untuk memonitor
situasi dan menunggu perintah lebih lanjut yang ternyata tidak pernah
diberikannya. Dalam surat Aidit kepada Bung Karno, Aidit menyatakan
bahwa PKI tidak terlibat dalam G 30 S adalah murni gerakan militer (AD)
karena adanya salah urus diantara militer sendiri.
Adapun keterlibatan Syam dalam G 30 S tidak bisa dipandang
mewakili PKI, karena disamping dia seorang intel AD agen CIA, juga tidak
mendapat mandat dari CC PKI, justru keterlibatan Syam dalam G 30 S
bertujuan untuk memberi kesempatan legalitas bagi Jendral Soeharto guna
menghancurkan gerakan, juga menghancurkan PKI serta Bung Karno.
2. Pelaksanaan G 30 S
1. Fakta-rakta sebelum terjadinya G 30 S
1. Pada bulan April 1962 ketika Presiden Kenedy bertemu dengan PM
Inggris Harold McMillan keduanya sepakat tentang kehendak untuk
melekuidasi Soekarno pada saatnya yang tepat, untuk itu dinas intelejen
(CIA dan M16) bekerjasama saling isi – mengisi untuk merealisasikannya.
2. Dalam bulan Desember 1964 seorang Duta Besar Pakistan di Eropa
melaporkan kepada Menlu Zulfikar Ali Bhuto tentang hasil percakapannya
dengan seorang perwira intelejen Belanda yang bertugas di NATO yang
menginformasikan sejumlah dinas intelejen Barat sedang menyusun suatu
skenario akan terjadi kudeta militer yang terlalu dini yang dirancang
untuk gagal, dengan begitu terbukalah secara legal bagi AD Indonesia
untuk menghancurkan kaum komunis dan menjadikan Bung Karno sebagai
tawanan Angkatan Darat. Indonesia akan jatuh kepangkuan Barat laksana
sebuah apel busuk.
3. Hal senadapun telah dilaporkan oleh wartawan Der Spiegel bernama
Godian Troeller bahwa akan terjadi perebutan kekuasaan oleh militer
dalam waktu dekat.
4. Dalam bulan April 1965 Elsworth Bunker utusan khusus Presiden AS
Jhonson menghabiskan waktu 15 hari di Indonesia guna melakukan evaluasi.
AS paling tidak menghadapi enam pilihan untuk membuat perhitungan
terhadap Indonesia dan Presiden Soekarno seperti ditulis oleh David
Johnson :
1. Tidak campur tangan dengan kemungkinan Indonesia jatuh ketangan Komunis.
2. Mencoba berbuat sesuatu agar Soekarno mengubah politiknya yang kian ke kiri tetapi tidak ada hasilnya .
3. Singkirkan Soekarno dengan akibat yang tidak dapat diduga.
4. Dukung AD untuk mengambil alih kekuasaan yang telah bertahun-tahun dilaksanakan tetapi belum berhasil.
5. Usahakan provokasi PKI untuk melakukan aksi yang akan membuahkan
legitimasi untuk pembasmian selanjutnya bergerak untuk menghadapi
Soekarno.
6. Sebagai varian no 5, jika PKI tidak melakukan sendiri maka
alternatifnya ini perlu dilengkapi dengan segala macam rekayasa untuk
mendiskriditkan PKI hingga terjadi situasi untuk membasmi PKI dan
Soekarno sekaligus. Pilihan terakhir inilah yang kemudian diambil.
5. Kira –kira seminggu sebelum meletus G 30 S seluruh tenaga
ahli perusahaan Westinghouse (AS) ditarik dari proyek PLTU Tanjung Perak
Surabaya tanpa alasan yang jelas dan digantikan dengan tenaga dari
Jepang, karena pemerintah AS telah mengetahui akan terjadinya G 30 S.
6. Pada tanggal 23 April 1965 Dubes AS di Jakarta , Jones
membuat laporan rahasia kepada Wakil Menlu AS Urusan Timur Jauh William
Burdy yang juga tokoh CIA tentang rancangan kudeta di Indonesia yang
disampaikan secara pribadi dan langsung kepadanya. Kemudian dalam
telegram No 1879 tangal 24 Mei 1965 dari Bangkok Jones melaporkan bahwa
rencana tersebut tertunda karena para penggerak tidak dapat bekerja
lebih cepat lagi. Jadi rencana kudeta terhadap Bung Karno itu memang ada
dan dikendalikan oleh pihak nekolim.
7. Pada tanggal 30 September 1965 malam Aidit diculik oleh
militer yang berseragam Cakrabirawa dan tidak dikenalnya dengan dalih
dipanggil ke Istana, namun ternyata dibawa ke Halim dan diisolasi di
rumah Serda Suwardi, hanya bisa berhubungan dengan Central Komando I di
Penas melalui kurir yaitu Syam Kamaruzaman sendiri, sehingga praktis dia
tidak bisa apa-apa semuanya tergantung Syam intel AD dan CIA yang
berhasil menyusup ke tubuh PKI untuk menghancurkan PKI.
8. Tidak ada anggota PKI yang berada dalam pasukan G 30 S, melainkan hanya Syam Kamaruzaman sendiri.
9. Tanggal 30 September 1965 malam kira-kira jam 22.00 Kolonel
Latief telah melaporkan tentang rencana G 30 S kepada Jendral Soeharto
di Rumah Sakit Gatot Subroto.
2. Fakta –fakta Dalam Pelaksanaan Gerakan
1. Pasukan yang digunakan dalam G 30 S didatangkan ke Jakarta dan bergerak ke Lubang Buaya atas perintah Kostrad.
2. Naskah pengumuman pertama tentang G 30 S disiapkan oleh Syam dan
ditandatangani oleh Untung dan Brigjen Suparjo yang menyatakan
penyelamatan Presiden Soekarno dari kudeta Dewan Jendral.
3. Naskah pengumuman kedua dan naskah –naskah lain dibuat oleh Syam
namun tidak diteken oleh Untung meski namanya disebutkan, jadi tidak sah
dan nama Letkol Untung telah dicatut oleh Syam. Justru pengumuman kedua
ini yang isinya bertentangan 180 derajat dengan pengumuman pertama,
yaitu mendemisionerkan kabinet Dwikora, kekuasaan berpindah kepada Dewan
Revolusi, kenaikan pangkat bagi pelaksanaan gerakan. Isi pengumuman ini
sungguh telah memojokkan G 30 S dan kemudian digunakan alasan untuk
menghancurkannya.
4. Pembunuhan para Jendral tahanan G 30 S baik di Jakarta maupun
Yogyakarta dilakukan sendiri oleh pasukan yang terlibat G 30 S.
5. Tidak ada penyiksaan , pencukilan mata, maupun penyiletan kemaluan
Jendral oleh Gerwani maupun angggota Pemuda Rakyat, ini sesuai dengan
Visum et Repertum dari tim dokter yang mengautopsi (bedah mayat) para
Jendral yaitu tim dokter yang diketahui oleh Brigjen TNI Dr. Rubiono
Kertapati dengan visum et repertum nomor 103, 104, 105, 106, 107, 108
109 ( untuk tujuh korban) yang menyatakan tidak ada bekas penyiksaan
dalam tubuh korban seperti penyiksaan, pencukilan mata dan sebagainya.
Hal itu dinyatkan oleh Presiden Soekarno dalam pidato pada HUT LKBN
Antara tanggal 12 Desember 1965 dan pembukaan Konferensi Gubernur
Seluruh Indonesia tanggal 13 Desember 1965.
6. Pada saat gerakan yaitu tanggal 30 September 1965 maupun 1 Oktober
1965, Lubang Buaya menjadi tempat latihan sukarelawan pengganyangan
Malaysia ini sedang kosong karena Sukwan dicutikan oleh Komandan Udara
Dewanto.
7. D.N. Aidit diambil dari tempat isolasinya di rumah Sersan Suwandi
di Halim selanjutnya dipaksa oleh Syam untuk terbang ke Yogyakarta untuk
akhirnya jatuh dalam kekuasaan agen intel AD tamatan sekolah intel AD
di Bogor bernama Sriharto Harjominangun yang telah menyusup dalam Biro
Khusus PKI . Awal November 1965 Aidit ditangkap dan dieksekusi oleh
Kolonel Yasir Hadibroto atas perintah Soeharto.
8. Baik pada saat gerakan tanggal 1 Oktober 1965 maupun sesudahnya
tidak ada satupun dari pemerintahan, baik pemerintahan Pusat,
pemerintahan Daerah Tingkat II maupun sampai Tingkat Kelurahan yang
dipaksa turun oleh orang PKI untuk diganti dengan orang-orangnya.
9. Tidak ada gerakan massa PKI dimanapun yang dikerahkan guna mendukung atau membantu G 30 S.
10. Pada tanggal 1 Oktober 1965 malam hari, RRI diambil alih oleh
Pasukan RPKAD (Kostrad) tanpa terjadi tembak-menembak ( damai ) dan
pasukan yang tadinya kembali kepada induk kesatuan yang
memerintahkannya.
11. Jadi memang G 30 S ini dirancang oleh Arsiteknya yang Mayjen TNI
Soeharto untuk membunuh saingan – saingannya, untuk kemudian gagal,
sehingga momentum tersebut dapat dipakai dalih untuk menghancurkan PKI
dan menggusur Bung Karno.
12. Pada tanggal 2 Oktober 1965 Soeharto didampingi oleh Yoga Sugama
dan anggota kelompok bayangannya mendatangi Bung Karno memberikan kuasa
kepada Soeharto untuk memulihkan keamanan. Surat kuasa tersebut
merupakan surat kuasa pertama yang mengawali kemenangan Soeharto dan
cikal bakal terbentuknya Kopkamtib (kemudian berubah menjadi
Bakorstanas) , yang merupakan alat palu godam rezim Soeharto untuk
melibas siapa saja yang menentang kekuasaan rezim Orde Baru Soeharto.
3. Epilog
Fakta – fakta setelah Terjadinya Gerakan
1. Fakta – fakta Kejahatan yang dilakukan oleh Jendral Soeharto
1. Jendral Soeharto mengangkat dirinya sendiri sebagai pimpinan tertinggi Angkatan Darat.
2. Jendral Soeharto membangkang perintah dengan cara pada waktu
Jendral Amir Mahmud dan Jendral Pranoto Reksosamodro telah dihalangi
ketika dipanggil menghadap Presiden Soekarno ke Bogor dalam situasi
genting dan sangat menentukan.
3. Melakukan pembredelan mass media sehingga yang bisa terbit
hanyalah harian Berita Yudha dan Angkatan Bersenjata yang merupakan
corong mereka guna menciptakan opini luas dan memonopoli kebenaran versi
Soeharto.
4. Melakukan penangkapan, penahanan, penyiksaan, perampasan hak asasi
manusia, melakukan pembunuhan terhadap Aidit, Lukman dan Nyoto yang
berstatus Menteri sehingga perbuatan tersebut sudah dapat dikategorikan
sebagai makar terhadap pemerintahan yang sah guna melaksanakan ambisinya
menggusur Bung Karno sebagai Presiden RI. Dengan cara tersebut sebagai
KUDETA MERANGKAK.
5. Menyalah-gunakan Surat Perintah 11 Maret 1966 justru untuk
menggulingkan Bung Karno dengan menangkapi para menteri pembantu Bung
Karno, memenjarakan dan bahkan ada yang dibunuhnya.
6. Membubarkan PKI, yang mana Bung Karno sendiri walaupun ditahan sampai mati tidak pernah mau membubarkan PKI.
7. Mengganti secara paksa para anggota DPR dan MPR yang tidak sejalan
dengan politiknya untuk diganti dengan orang-orangnya guna melicinkan
jalan menuju penggantian Presiden dari Bung Karno kepadanya dan membuat
produk-produk hukum guna mendukung kekuasaannya, diantaranya TAP MPRS
No.25 Tahun 1966 tentang PKI sebagai organisasi terlarang diseluruh
wilayah Negara RI dan larangan menyebarkan atau mengembangkan paham atau
ajaran Komunisme/Marxisme- Leninisme dan TAP MPRS No. 33 tahun 1976
tentang pencabutan kekuasaan pemerintahan Soekarno.
8. Melakukan pembantaian massal terhadap para tahanan yang telah
ditahan dengan dalih pembersihan G 30 S dan anggota PKI, dimana lebih
dari 3.000.000 (tiga juta)orang dibunuh tanpa proses pengadilan dan ini
merupakan pembantaian manusia terbesar di dunia di luar perang dan
sepanjang sejarah manusia berada di muka bumi.
9. Menerbitkan aturan tidak bersih lingkungan untuk merampas hak
asasi manusia keturunan anggota PKI untuk menduduki posisi tertentu
dalam pemerintahan, misalnya menjadi TNI, POLRI dan Pegawai Negeri Sipil
maupun pegawai BUMN.
10. Menghasut dan merekrut massa untuk dijadikaan atau dipengaruhi sebagai pelaku pembantaian massal terhadap orang-orang PKI.
11. Memalsukan sejarah seolah – olah dalam G 30 S adalah PKI jadi
kedua –duanya adalah satu dalam melakukan gerakan, padahal keduanya
adalah berbeda sama sekali.
12. Melakukan penangkapan dan penahanan secara semena-mena tanpa
proses hukum serta membuangnya di Pulau Buru, Nusakambangan, Plantungan
dan lain-lain tanpa fasilitas kemanusiaan yang cukup sehingga banyak
yang meninggal dunia.
2. Fakta – fakta Kejadian Lainnya
PKI dalam hal lain
1. Tidak ada gerakan massa PKI untuk mendukung G 30 S.
2. Tidak ada penggantian satupun dari kepala pemerintahan mulai
Kepala Desa (Lurah), Camat,Bupati/ Walikota, Gubernur maupun Presiden
oleh orang PKI.
3. PKI tidak menguasai gedung-gedung pemerintahan maupun proyek-proyek vital.
4. PKI tidak mengangkat senjata untuk melawan atau pun melakukan perlawanan bawah tanah sebagai persiapan untuk memberontak.
Jadi tidak ada suatu indikasi maupun bukti bahwa PKI melakukan
pemberontakan dan makar terhadap pemerintah yang sah baik ditingkat
pusat maupun daerah.
7. KESIMPULAN
1. Dari uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa :
1. Peristiwa 1965 adalah merupakan kudeta (Makar) yang dilakukan oleh
Jendral Soeharto dengan disponsori secara aktif oleh Amirika Serikat,
Inggris, Australia, pengikut-pengikutny a dengan diikuti peristiwa
pelanggaran HAM berat berupa penangkapan, penahanan, penyiksaan,
pembunuhan ( penghilangan paksa ) dan mendiskriminasikan mereka termasuk
keturunannya.
2. Bahwa Jendral A. Yani cs dibunuh atas rekayasa dan skenario Jendral Soeharto, guna melancarkan jalan upaya kudetanya.
3. Bahwa untuk menguasai dan membentuk pendapat umum, Jendral
Soeharto mulai pada tanggal 2 Oktober sampai tanggal 10 Oktober 1965
melakukan pembredelan ( larangan terbit) tanpa hak kepada semua surat
kabar kecuali harian Berita Yudha dan Angkatan Bersenjata yang digunakan
sebagai corong propaganda mereka dan telah melansir dan
membesar-besarkan berita bohong serta fitnah yang keji seolah-olah telah
terjadi penyiksaan, penyiletan kemaluan jendral – jendral yang diculik
ke lubang buaya, dicungkil matanya sambil melakukan pesta seks yang
disebut “Pesta Harum Bunga” oleh Pemuda Rakyat dan Gerwani.
4. Akibat fitnah dan bohong ini telah menyulut rasa antipati dan
histeria massa untuk menghukum orang – orang yang dicurigai sebagai PKI,
dan dipakai landasan memfitnah bahwa orang PKI itu a-moral, atheis,
kafir, dan lain-lainnya yang jelek, sehingga perlakuan apa saja
diaanggap halal dan boleh diterapkan semuanya.
5. Bahwa Bung Karno telah ditahan dan mengalami penyiksaan fisik dan psikisnya sampai beliau meninggal dunia.
6. Bahwa PKI sebagai kekuatan politik besar yang menang secara
demokratis telah secara sistematis dihancurkan oleh kekuatan militer
Angkatan Darat atas perintah Soeharto.
7. Bahwa untuk melanggengkan kekuasaannya Jendral Soeharto dan
kroni-kroninya telah mengeluarkan berbagai peraturan perundang-undangan
yang cacat hukum antara lain: Tap MPRS No 25 tahun 1966, Tap MPRS No. 33
tahun 1967, tentang Aturan Bersih Diri , Bersih Lingkungan serta
aturan-aturan lain yang diskriminatif dan nyata-nyata tidak sejalan
dengan norma – norma agama, norma UUD 1945 maupun norma-norma dalam
Pancasila serta bertentangan dengan norma-norma yang berlaku universal
di seluruh dunia.
8. Secara singkat dan tegas dapat dikatakan bahwa Jendral Soeharto telah melakukan kejahatan sebagai berikut :
* Melakukan Makar (kudeta) terhadap pemerintahan yang sah.
* Melakukan pelanggaran HAM berat.
* Melakukan kebohongan publik.
* Melakukan Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN).
* Melakukan penyimpangan atas makna Surat Perintah 11 Maret 1966.
Semua kejahatan diatas harus diadili dan dihukum setimpal dan korbannya
harus direhabilitasi, diberika kompensasi maupun restitusi, baik baik
menyangkut harkat dan martabatnya maupun
Information about KUDETA 65/ Coup d'etat '65, click: http://www.progind. net/
http://geocities. com/lembaga_ sastrapembebasan /
Last edited by Menara_Jakarta; 03-03-09 at 19:15.
SAKSI2 SEJARAH ..KORBAN G30S PKI -1965
http://www.ngelmu.id/kesaksian-amoroso-katamsi-pemeran-soeharto-di-film-g30spk1-menceritakan-fakta-mengejutkan/
Pada kamis 21/09 salah sebuah televisi swasta menghadirkan dr.
Amoroso Katamsi, pemeran Soeharto dalam film Pengkhianatan G30S PKI. Pak
Amoroso Katamsi ditanya, umur berapa beliau ketika memerankan Soeharto.
Dijawabnya ketika dimulai shooting tahun 1981 beliau berumur 43 tahun.
Lalu ditanya lagi umur berapa saat peristiwa G30S PKI terjadi. Beliau menjawab spontan “umur 27 tahun”.
Ini artinya sinkron, beliau lahir tahun 1938.
Menurutnya saat itu dia sudah mahasiswa hampir selesai, tinggal menunggu pengambilan sumpah dokter saja.
Beliau lalu ditanya, apa yang diingatnya seputar kejadian tanggal 30 September 1965 dan sesudahnya.
Pak Amoroso menjelaskan bahwa dia ingat betul saat itu di pagi hari
tanggal 1 Oktober 1965 sekitar jam 7 pagi, RRI menyiarkan pidato Letkol
Untung yang mengklaim bahwa ada gerakan 30 September serta pembentukan
Dewan Revolusi, kemudian mendemisionerkan kabinet, dll. Pokoknya seperti
yang ditulis dalam buku-buku sejarah.
Baru pada sore/malam harinya, dari RRI ada pidato Pak Harto.
Ketika dikonfirmasi apakah cerita yang ada dalam film yang dirinya
ikut berperan didalamnya sesuai/sama atau tidak dengan kejadian
sebenarnya di saat itu, tegas dr. Amoroso Katamsi menjawab “SAMA! Sama
dengan yang saya tahu”.
Apalagi beliau saat itu adalah yang berhadapan dengan PKI, karena dia tergabung dalam HMI.
Nah, kesaksian dari seorang Amoroso Katamsi yang saat itu sudah
berusia 27 tahun, pemuda yang berpendidikan baik, cerdas (djaman doeloe
bisa sekolah sampai jadi dokter disaat sebagian besar orang sebangsanya
cuma tamat SD/SMP, tentu tidak sembarangan lho!), seorang aktivis
mahasiswa saat itu, semestinya lebih layak dipercaya ketimbang kesaksian
seseorang yang kala itu masih bocah usia 6 tahun yang cuma tahu bahwa
bapaknya tidak merokok. Tanyalah apa yang disiarkan RRI, pasti dia tidak
tahu. Anak kecil mana mudheng siaran berita serius.
Cerita seorang berpendidikan dokter, asli tidak aspal, yang sepanjang
hidupnya tidak bermasalah soal integritas dirinya, juga lebih layak
untuk dipertimbangkan ketimbang cerita seseorang yang pernah melakukan
tindakan kebohongan.
* * *
Dua tahun lalu, September 2015, ketika ramai issu bahwa negara akan
meminta maaf kepada PKI, plus adanya “pengadilan/gugatan” yang digelar
di negeri Belanda, mengadili negara Republik Indonesia, dimana pak
Todung Mulya Lubis dan ibu Nursyahbani Katjasungkana ikut hadir disana,
acara ILC TV One juga mengupas seputar kejadian 30 September 1965.
Saat itu dihadirkan putera puteri jendral korban G30S dan juga anak tokoh PKI.
Putri para jendral yang hadir saat itu ibu Amelia Yani dan ibu Catherine Pandjaitan.
Putri jendral Ahmad Yani, ibu Amelia Yani bercerita apa yang dia
alami, lihat dan dengar sendiri malam itu. Pak Yani yang dibangunkan
oleh pasukan Tjakra Bhirawa dan diminta segera ikut mereka dengan alasan
dipanggil Paduka Jang Mulia (PJM) Presiden. Pak Yani meminta waktu
untuk mandi dulu, namun tidak diijinkan karena harus cepat. Akhirnya Pak
Yani menawar, setidaknya cuci muka dan ganti baju, namun anggota Tjakra
Bhirawa yang sudah tidak sabar kemudian menembak Jendral Ahmad Yani
dari belakang.
Apa yang diceritakan ibu Amelia Yani sama dengan yang ada dalam
adegan film G30S PKI. Saat itu bu Amelia Yani usianya sudah belasan
tahun. Artinya keterangan beliau cukup bisa dianggap valid.
Putri Jendral DI Pandjaitan, ibu Catherine, juga bercerita bagaimana
beliau menyaksikan sendiri bagaimana proses ayahnya dibunuh dengan
sadis. Saat itu usianya 17-18 tahun, dia melihat dari atas balkon
rumahnya, ketika bapaknya dipukul dengan popor senjata kemudian ditembak
tepat di kepala oleh Tjakra Bhirawa. Kemudian tubuhnya diseret sampai
ke depan rumah. Lalu ketika di depan pagar rumah, tubuh jendral DI
Pandjaitan dilemparkan lewat pagar kemudian dimasukkan ke dalam truk.
Catherine muda saat itu berusaha mengejar bapaknya yang diseret, tapi
tentu saja tak terkejar. Dalam keputus-asaan dia histeris dan meraupkan
ceceran darah bapaknya ke wajahnya. Catherine mengakui memang itu yang
dilakukannya saat itu, sama persis dengan yang digambarkan dalam adegan
film.
Kesaksian Catherine 2 tahun lalu, diulang tadi malam sekitar jam 8 di
iNews TV. Ibu Catherine diwawancarai secara live by phone oleh host
iNews, dan ditanya pendapatnya soal nyinyiran sebagian masyarakat yang
mengatakan film G30S PKI adalah TIDAK SESUAI dengan kejadian sebenarnya
alias TIDAK BENAR.
Catherine balik mempertanyakan : bagian mana yang tidak benar?!
Beliau kembali mengulang cerita kejadian 52 tahun lalu, sama persis
dengan yang diceritakannya saat diundang hadir di ILC, 2 tahun lalu.
Sampai pada bagian dia melihat bapaknya dipukul dengan senjata lalu
ditembak di kepala hingga otaknya berceceran, Catherine mengaku dia
masih merinding saat menceritakan itu. Shocknya tidak mudah hilang
bertahun-tahun karena dia menyaksikan sendiri kejadiaan malam itu, saat
usianya 17 tahunan.
* * *
Jajang C. Noor, istri almarhum Arifin C. Noor sang sutradara film
G30S PKI, malam ini juga dihadirkan di iNews TV. Saat pembuatan film
tersebut, Jajang menjadi pencatat adegan. Dia bercerita bahwa suaminya
melakukan riset selama 2 tahunan untuk membuat film itu. Semua istri
para pahlawan revolusi diminta menceritakan kejadian yang mereka alami
saat rumah mereka mendadak didatangi pasukan Tjakra Bhirawa. Para ibu
itu didampingi putra dan putrinya yang ikut menjadi saksi hidup. Khusus
ibu Ahmad Yani yang malam itu tidak sedang berada di rumah, karena
sedang di rumah dinas, kesaksian diberikan oleh anak-anak beliau. Bahkan
ibu Ahmad Yani sampai nyaris pingsan ketika mengetahui bagaimana
kematian suaminya.
Menurut Jajang, setiap peristiwa penculikan jendral shootingnya
selama 1 minggu. Misalnya serangkaian shooting peristiwa penculikan dan
pembunuhan Jendral Ahmad Yani, waktunya satu minggu. Shooting kejadian
di rumah Pak Nasution juga satu minggu, begitu pula shooting di rumah
korban yang lainnya.
Uniknya, shooting schene penculikan secara tidak sengaja selalu tepat
pada malam Jum’at. Sama dengan kejadian sebenarnya yang terjadi pada
Kamis malam Jum’at.
Setiap shooting film, anggota keluarga jendral yang bersangkutan
selalu hadir untuk menyaksikan adegan demi adegan, untuk memastikan
akurasinya. Apalagi lokasi shooting memang di rumah kediaman tempat
kejadian sebenarnya berlangsung.
Jadi, dimana letak ketidakbenarannya?!
Kalau soal Aidit merokok, diakui oleh Jajang bahwa itu memang
tafsiran Arifin untuk menggambarkan seseorang yang sedang mencari
ketenangan di tengah ketegangan, biasanya merokok. Efek asap diperlukan
oleh sutradara untuk memberikan efek dramatisasi suasana.
Hal ini dibenarkan oleh Prof. Salim Said Selasa malam di acara ILC,
bahwa tafsiran sutradara itu sesuatu yang LUMRAH untuk memberikan dampak
dramatis dalam suatu adegan.
Jadi tidak layak diributkan, hanya karena adegan Aidit merokok maka semua adegan dalam film itu bohong.
Lagipula, Ilham Aidit hanya meributkan soal bapaknya yang tidak
merokok, bukan? Tapi dia tidak bisa membantah alur gerakan 30 September
malam itu. Anak umur 6 tahun mana tahu hal-hal serius? Sesuai dengan
usianya yang dia tahu hanyalah bermain, makan dan mungkin ingatan
tentang kenangan manis bersama keluarga terdekat.
Ade Irma Suryani Nasution saat itu juga berumur 6 tahun. Dia juga tidak paham apa yang sedang terjadi malam itu.
Itu sebabnya dia tertembak. Kalau saja dia sudah dewasa atau minimal
remaja, tentu nalurinya akan merasa takut dan logikanya pasti akan
menuntunnya untuk berlindung, cari aman.
Justru karena dia bocah cilik lugu yang tak tahu apa-apa, maka malam itu dia menjadi martir.
* * *
Soal dipilihnya Arifin C. Noor sebagai sutradara, Jajang bercerita
saat itu Pak Dipo (G. Dwipayana), Direktur PPFN (Pusat Produksi Film
Negara), mencari sutradara yang akan diminta untuk membuat film sejarah
tentang peristiwa G30S PKI.
Goenawan Mohammad menyarankan nama Arifin C. Noor dan Teguh Karya sebagai sutradara kawakan saat itu.
Pak Dipo kemudian memilih Arifin.
Jadi, kalau akan dibuat film baru soal peristiwa G30S PKI, sanggupkah
menghadirkan saksi mata yang masih hidup dari setiap pelaku dan
korban?!
Istri para Jendral pahlawan revolusi, setelah 52 tahun berlalu, saya
yakin sudah banyak yang wafat (atau malah sudah wafat semuanya?).
Putera puteri para pahlawan revolusi yang saat peristiwa itu terjadi
berusia setidaknya 17 tahun, sekarang mestinya berusia 69 tahun.
Masa iya yang akan dijadikan rujukan adegan adalah anak usia 5-6 tahun saat itu? Malah jadi meragukan dan konyol.
Alih-alih membuat film yang lebih akurat, bisa jadi malah makin banyak meleset dari aslinya.
Jangan sampai nanti para jendral yang sudah mengorbankan nyawanya itu
justru jadi tokoh antagonis dan para anggota PKI justru jadi “korban”
yang layak diberi simpati.
PKI kan bukan hanya 30 September 1965 saja melakukan pemberontakan
keji dan pengkhianatan terhadap bangsa dan negara. Bukankah tahun
1926-1927 dan tahun 1948 PKI juga memberontak??!
Anehnya, mereka yang ngotot PKI tidak bersalah dan hanya jadi korban,
biasanya tidak mampu menjawab kalau disodorkan fakta pemberontakan PKI
tahun 1948.
Itu sebabnya mereka hanya berputar-putar di seputar peristiwa G30S PKI saja.
Tak ada argumen apapun yang mampu menyanggah kekejaman PKI tahun 1948.
Kalau mau membuat film tentang PKI, sekalian saja dibuat panjang,
mulai pemberontakan tahun 1926-1927 dan tahun 1948. Agar generasi muda
sekarang lebih bisa memotret sejarah secara utuh dan mendapat gambaran
tentang PKI dengan lebih komplit.
Embie C. Noor, adik almarhum Arifin C Noor, yang menjadi ilustrator
musik di film G30S PKI, mengatakan senang sekali jika film bisa dibalas
dengan film juga.
Tapi yang terpenting jangan ada pemutarbalikan sejarah!