Inilah Nasib Yunani Bila Keluar dari Zona Euro
Senin, 28 Mei 2012, 05:57 WIB. http://www.republika.co.id/berita/internasional/global/
Parlemen Yunani
REPUBLIKA.CO.ID, Mantan Perdana Menteri Yunani menegaskan bahwa keluarnya negaranya dari Zona Euro akan merugikan semua pihak.
Terkait kemungkinan keluarnya Yunani dari Zona Euro, George Papandreou mengatakan, "Jajak pendapat menunjukkan bahwa 70-75 persen rakyat Yunani ingin negaranya tetap berada dalam Zona Euro."
Seperti diberitakan BBC, Papandreou menambahkan, jika Yunani bertahan di Zona Euro maka pemerintah negara ini harus melaksanakan agenda yang sangat sulit. Meski ada kemungkinan perubahan dalam agenda tersebut, perubahan itu sangat minim bakal terjadi. Namun tidak ada solusi lain dan kita harus memilih.
Papandreou juga mengatakan, krisis Yunani adalah krisis yang sangat dahsyat di mana rakyat negara ini telah banyak kehilangan sumber-sumber penghasilan . Produk Domestik Bruto Yunani dalam waktu singkat turun drastis disebabkan resesi di Eropa. Namun kondisi ini bukan berarti bahwa rakyat Yunani menentang perubahan, mereka justru menuntut perubahan.
Di akhir pernyataannya, mantan PM Yunani menandaskan, jika negara ini terpaksa keluar dari Zona Euro, maka kemungkinan Yunani akan mengalami kebangkrutan. Redaktur: Endah Hapsari. Sumber: irib/bbc
Eropa Makin Tak Sabar Tendang Yunani dari Zona Euro
Ilustrasi
“Yunani bukan urusan yang besar. Itu bukan risiko besar, bank dan perusahaan asuransi kami dapat menyerapnya.”
NEW YORK, Jaringnews.com - Kendati dalam retorikanya negara-negara yang tergabung dalam Zona Euro menginginkan Yunani tetap berada di zona satu mata uang itu, pada kenyataannya banyak diantara mereka bersikap sebaliknya. Mereka makin tak sabar ingin menendang negara bermasalah itu dari keanggotaan kawasan.
Hal ini tampak dari berbagai langkah yang kini mulai dipersiapkan untuk mengantisipasi skenario hengkangnya Yunani. Sebagaimana ditulis oleh Binyamin Appelbaum untuk New York Times, kini negara-negara Eropa semakin bisa menerima jika Yunani harus meninggalkan Zona Euro. Hal itu bukan saja karena disfungsi politik di negara tersebut disadari makin parah, melainkan juga karena konsekuensi dari hal itu makin disadari tidak semenakutkan yang diduga sebelumnya.
Beberapa tahun terakhir banyak negara Eropa yang semakin menyiapkan diri untuk hidup tanpa kehadiran Yunani. Banyak bank telah mencatatkan kerugian akibat investasi di negeri itu dan sejumlah perusahaan telah menyiapkan rencana kontingensi. Di sisi lain Masyarakat Eropa (ME) telah menyiapkan dana penyelamatan untuk sejumlah negara yang dianggap rapuh seperti Portugal, Irlandia dan Spanyol.
Semua kebijakan ini juga telah pula mengurangi kemungkinan risiko yang menimpa Amerika Serikat, sehingga kejadian seperti yang dialami oleh tragedi Lehman beberapa tahun lalu yang menyebar menjadi kepanikan di seluruh dunia, tampaknya tak akan terjadi. Lagipula lembaga investasi dan perbankan AS sudah mengurangi secara tajam investasi mereka di Eropa.
Memang sejumlah pakar mengatakan persiapan Eropa belum sepenuhnya rampung mengantisipasi hengkangnya Yunani. Kerugian yang diakibatkannya –bila terjadi--diperkirakan masih besar dan sangat tidak pasti. Hal ini pula yang menyebabkan Jerman masih terus berusaha mempertahankan Yunani berada di Zona Euro.
Namun, pada sisi lain, semakin terlihat bahwa risiko yang ditakutkan itu makin bisa diprediksi. Ini terlihat dari fakta bahwa sejumlah pemimpin negara-negara Eropa semakin mau bahkan semakin ingin mengomentari secara terbuka tentang kemungkinan keluarnya Yunani dari Zona Euro. Padahal sebelumnya mereka segan berbicara tentang hal ini untuk menjaga hubungan dengan Yunani.
“Kami terus bekerja keras untuk memitigasi risiko semacam itu,” kata Menteri Keuangan Jerman, Jan Kees de Jager, seusai mengadakan rapat dengan para menteri keuangan Eropa, pekan lalu. “Itu sebabnya risiko penularan sangat jauh lebih kecil daripada yang diperkirakan satu setengah tahun lalu,” tambah dia.
Para ekonom di sebuah bank di Jerman belakangan ini sudah bisa menghadirkan angka. Bila Yunani keluar dari Zona Euro kerugian pemerintah Jerman paling sekitar 100 miliar euro atau sekitar tiga persen dari Produk Domestik Bruto (PDB) nya. Sementara itu François Baroin, mantan menteri keuangan Perancis mengatakan keluarnya Yunani akan merugikan negara itu paling banyak 50 miliar euro, kira-kira 3 persen dari PDB mereka.
“Yunani bukan urusan yang besar. Itu bukan risiko besar, bank dan perusahaan asuransi kami dapat menyerapnya,” kata Baroin ketika diwawancarai sebuah radio Perancis.
Menteri Keuangan Slovenia, Janez Sustersic bersikap lebih tegas lagi. Menurut dia, negara-negara yang tergabung dalam Zona Euro ingin mengirimkan pesan kepada Yunani bahwa sangat mungkin negara itu ditendang dari Zona Euro sebelum dilaksanakannya Pemilu Juni ini di negara itu, jika memang hal itu diperlukan.
Menurut Susteric, sebagaimana dilaporkan Reuters, keputusan akan tetap bertahan atau keluar dari Zona Euro memang ada di tangan para warga Yunani yang akan melakukan pemungutan suara Juni ini. Tetapi ia menekankan keluarnya Yunani dari Zona Euro adalah pilihan yang nyata.
"Kami siap bila Yunani tetap berada di Zona Euro, semua orang senang karena ini skenario terbaik yang mungkin,” kata dia. “Tetapi jika tidak, ada juga opsi lain, opsi yang nyata, yakni Yunani keluar dari Zona Euro. Hal itu bukan tidak mungkin.”
Komisioner ME, Karel De Gucht pekan ini mengatakan ME dan Bank Sentral Eropa kini mempersiapkan skenario andai Yunani jadi keluar dari Zona Euro.
Sebuah jajak pendapat pekan ini menunjukkan bahwa sentimen yang berkembang di Yunani adalah adanya kemungkinan menangnya partai kiri Syriza. Partai ini sebelumnya telah mengancam untuk tidak mengindahkan kebijakan penyelamatan ekonomi Yunani yang selama ini digagas oleh neagra-negara Zona Euro. Mereka juga mengancam akan keluar dari Zona Euro.
Perbankan Eropa Butuh Rekapitalisasi Setara RAPBN 2012
Ilustrasi
FRANKFURT, Jaringnews.com - Bank-bank di Eropa diperkirakan membutuhkan rekapitalisasi lebih dari 100 miliar euro atau sekitar 135 miliar dollar AS. Angka ini mencapai sekitar 1.215 triliun rupiah atau setara nilai RAPBN 2012.
Namun hal itu masuk dalam pembahasan pertemuan antara Kanselir Jerman Angela Merkel dan Presiden Prancis pada Sabtu kemarin soal rencana rekapitalisasi perbankan.
Kejatuhan nilai bank-bank yang memiliki eksposur obligasi pemerintah daru Yunani dan negara euro lainnya yang mengalami krisis telah memicu masalah serius bank Dexia, bank campuran milik pemerintah Prancis dan Belgia.
"Ada risiko tinggi bahwa krisis ini semakin mengalami ekskalasi dan meluas," kata Menteri Kuangan Jerman Wolfgang Schaeuble kepada koran Frankfurter Allgemeine Sonntagszeitung, Minggu ini.
Jerman dan Prancis masih berbeda pendapat soal bagaimana memperkuat perbankan dan mengatasi menjalarnya krisis di pasar finansial yang menyusul kemungkinan gagal bayar Yunani.
Prancis juga memperkirakan kebutuhan dana talangan sekitar 400 miliar euro atau dua kali lipat dari perkiraan IMF. Namun, Jerman menyatakan dana tersebut seharusnya digunakan sebagai cadangan terakhir. ( / Nvl)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar