Gizmodo
Gizmodo
Mainan yang menggambarkan Presiden AS Barack Obama dan Usamah bin Ladin
TERKAIT :
Mengejutkan! Dephan AS Ternyata tak Punya Bukti Kalau Usamah bin Ladin Tewas
Jumat, 16 Desember 2011 15:02 WIB
REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON —
Usamah bin Ladin tewas pada 1 Mei lalu. Namun rupanya warga AS pun ada yang tak puas dengan keterangan pemerintah AS terhadap kematian Usamah.
Redaktur laman gaya hidup Gizmodo, Sam Biddle, akhirnya mencoba mengorek lebih jauh lagi perihal kematian Usamah. Benarkah negaranya terlibat dan sejauh mana bukti-bukti yang ada.
Biddle menggunakan jalur Freedom of Information Act (FOIA).
Ia meminta akses data ke Dephan AS yaitu Pentagon soal bukti-bukti lengkap yang menyatakan pemerintah AS terlibat atau memiliki dokumen soal tewasnya Usamah. Lewat jalur FOIA, pemerintah AS wajib menjelaskan serinci mungkin permintaan yang diajukan oleh warga negaranya. Bahkan kalau tak puas dengan jawabannya, warga negara masih bisa mendesak Dephan untuk banding informasi itu.
Apa hasilnya dari permintaan Biddle?
Cukup mengejutkan. Ternyata pemerintah AS tak memiliki selembar dokumen pun, termasuk foto dan atau video, atau cuplikan video terkait pemakaman Usamah di laut maupun operasi itu.
William T Kammer, kepala divisi Freedom on Information Direktorat Jasa Eksekutif Dephan AS, mengatakan pada Biddle bahwa ia tak menemukan satu bukti pun soal Usamah tewas!
Kammer meminta informasi ini ke sejumlah pihak di dalam Dephan AS.
[1] Pertama, ia meminta ke Office of the Chairman of the Joint Chief Staff (OCJC). "Kami telusuri ke Direktorat Operasi Global yang biasanya menyimpan seluruh dokumen soal operasi, kami mencari hard copy maupun data elektronik. Tapi tak ada catatan satupun tentang itu. Kami juga mencari data dari email Ketua Joint Chiefs of Staff AS Admiral Mike Mullen, hasilnya pun nihil. Kami mencari dalam server maupun hard disk lainnya, juga tidak ada rekaman soal tewasnya Usamah," demikian Kammer. Pencarian itu dibatasi oleh jangka waktu 1 Mei-31 Mei 2011.
[2] Kammer mencoba jalan lain. Ia ke US Special Operations Command (USSOCOM). Tugas komando ini adalah untuk menghancurkan setiap ancaman teroris yang ada. Artinya, setiap ada operasi khusus yang melibatkan angkatan bersenjata AS, maka USSOCOM mengetahuinya. Hasilnya pun serupa. "USSOCOM mencari dokumen di markas dan di sejumlah tempat lain, tak ada rekaman apapun terkait permintaan Anda soal Usamah bin Ladin. Kami mencari lewat sistem pencarian spesifik maupun hard copy dan data elektronik termasuk email, tetap tidak ada!" kata Kammer.
Dua jalan buntu. Kammer mencoba alternatif ketiga. Dengan asumsi Usamah, sesuai pernyataan AS bahwa dikubur di laut, maka USS Carl Vinson harusnya mengetahui operasi tersebut. Kammer meminta data ke USS Carl Vinson. Komando AL Armada Pasifik menegaskan tak ada satupun prajurit AS yang merekam, memfoto, penguburan Usamah ke laut. Kammer juga sempat memeriksa sistem email kapal induk tersebut, siapa tahu ada yang berdiskusi soal Usamah, ternyata tak ada satupun hasilnya.
Pernyataan Dephan ini tentu saja aneh. Karena operasi khusus membunuh Usamah adalah operasi tingkat tinggi. Bahkan detik-detik penggerebakannya disaksikan oleh Presiden AS Barack Obama dan Menlu Hillary Clinton.
"Lha, kalau tidak ada satupun di militer AS yang punya bukti Usamah telah tewas, apakah ia benar-benar tewas? Atau bagaimana?" tanya Biddle dengan gusar.
Anda pilih percaya yang mana? Usamah tewas atau ternyata....
Redaktur: Stevy Maradona
Sumber: Gizmodo
STMIK AMIKOM
TERKAIT :
Mengenal 'Sang Pembunuh' Usamah bin Ladin (3), Mata-Mata yang Seperti Pustakawan
Defense News
Michael G Vickers
Michael G Vickers
TERKAIT :
Mengenal 'Sang Pembunuh' Usamah bin Ladin (3), Mata-Mata yang Seperti Pustakawan
Minggu, 04 September 2011 20:13 WIB
REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON --
Lazimnya seorang intelejen, sosok Michael G Vickers, sangat berbeda jauh dari gambaran agen-agen rahasia di film Hollywood .
Vickers malah lebih mirip dengan seorang pengacara yang rapi, dengan jas hitam, kemeja putih, dan kacamata. Bukan seseorang yang mengerti tentang rudal Stinger atau senjata AK-47.
Adik Vickers, Richard, yang bekerja sebagai pegawai rumah sakit, mengatakan, "Tiap kali saya mengenalkan kakak saya ke teman-teman, mereka selalu mengatakan dia sangat sopan. Mereka kira dia kerja di perpustakaan."
Dalam buku Charlie Wilson's War, yang diangkat menjadi film olehHollywood , Vickers digambarkan sebagai sosok agen intelejen yang romatis dan doyan film-film James Bond.
Vickers bersekolah diHollywood High School . Dia tadinya bermimpi jadi atlet. Namun gagal dan banting setir jadi anggota pasukan khusus Baret Hijau pada 1973 di usia 19 tahun. "Saat itu jadi Baret Hijau kedengerannya sangat keren," kata dia.
Selama 10 tahun berikutnya, Vickers belajar menjadi agen intelejen yang mumpuni. Ia bisa terjun payung dengan membawa senjata nuklir. Belajar mengenai persenjataan Uni Sovyet, dan ikut serta dalam pembebasan sandera diHonduras .
Pada 1983, Vickers bergabung dengan CIA unit paramiliter. Dia dikirim keLebanon untuk mengumpulkan data intelejen terkait pemboman barak militer marinir AS di Beirut pada 1983. Tak lama kemudian, Vickers mulai berurusan dengan hal ihwal Mujahidin di Afghanistan.
Vickers hengkang dari CIA pada 1986. Selama 20 tahun setelah itu ia sibuk dalam sejumlah lembaga penelitian dan universitas (Vickers lulus master dariWharton School dan doktoral dari John Hopkins School of Advanced International Studies).
Presiden George W Bush terkesan dengan keahlian Vickers saat ia diundang untuk rapat terkait situasi terkini di Irak. Vickers kemudian masuk ke dalam tim Menhan Robert Gates dan berlanjut ke pemerintahan Presiden Obama.
"Vickers adalah satu satunya orang yang mengerti soal bisnis (Alqaidah) ini," kata Wakil Direktur CIA Michael J Morell saat penyerbuan ke rumah Usamah, Mei lalu.
Jauh hari sebelum penyerbuan ke markas Usamah di Abbottabad, Vickers sudah mengurusi tetek bengek laporan intelejen dariPakistan . Vickers yang mengusulkan agar AS mengirimkan tim Navy Seal ke rumah Usamah. Sementara banyak petinggi Departemen Pertahanan dan Pentagon AS keberatan dengan rencananya itu karena terlalu berisiko.
Kini, 10 tahun setelah peristiwa 9/11 yang menghancurkan menara kembarWorld Trade Center , Vickers masih terus berjibaku dengan Alqaidah. Ia disebut-sebut bakal jadi direktur CIA di masa depan. Namun ia tak mengendorkan pengintaiannya atas Alqaidah, "Mereka masih sangat berbahaya," kata dia.
Vickers malah lebih mirip dengan seorang pengacara yang rapi, dengan jas hitam, kemeja putih, dan kacamata. Bukan seseorang yang mengerti tentang rudal Stinger atau senjata AK-47.
Adik Vickers, Richard, yang bekerja sebagai pegawai rumah sakit, mengatakan, "Tiap kali saya mengenalkan kakak saya ke teman-teman, mereka selalu mengatakan dia sangat sopan. Mereka kira dia kerja di perpustakaan."
Dalam buku Charlie Wilson's War, yang diangkat menjadi film oleh
Vickers bersekolah di
Selama 10 tahun berikutnya, Vickers belajar menjadi agen intelejen yang mumpuni. Ia bisa terjun payung dengan membawa senjata nuklir. Belajar mengenai persenjataan Uni Sovyet, dan ikut serta dalam pembebasan sandera di
Pada 1983, Vickers bergabung dengan CIA unit paramiliter. Dia dikirim ke
Vickers hengkang dari CIA pada 1986. Selama 20 tahun setelah itu ia sibuk dalam sejumlah lembaga penelitian dan universitas (Vickers lulus master dari
Presiden George W Bush terkesan dengan keahlian Vickers saat ia diundang untuk rapat terkait situasi terkini di Irak. Vickers kemudian masuk ke dalam tim Menhan Robert Gates dan berlanjut ke pemerintahan Presiden Obama.
"Vickers adalah satu satunya orang yang mengerti soal bisnis (Alqaidah) ini," kata Wakil Direktur CIA Michael J Morell saat penyerbuan ke rumah Usamah, Mei lalu.
Jauh hari sebelum penyerbuan ke markas Usamah di Abbottabad, Vickers sudah mengurusi tetek bengek laporan intelejen dari
Kini, 10 tahun setelah peristiwa 9/11 yang menghancurkan menara kembar
Redaktur: Stevy Maradona
Sumber: New York Times
Charlie Wilson War
Sosok Michael Vickers (kanan) beradu akting dengan Tom Hanks (kiri) dalam film Charlie Wilson's War
TERKAIT :
Mengenal 'Sang Pembunuh' Usamah bin Ladin (2), Sosok Vickers Pernah Difilmkan Hollywood
Minggu, 04 September 2011 17:40 WIB
REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON --Sosok Michael G Vickers sebagai intelejen sebagai 'pembunuh Usamah bin Ladin' rupa-rupanya pernah difilmkan. Pada 2007, Hollywood merilis film Charlie Wilson's War yang dibintangi Tom Hanks dan Julia Roberts.
Di film itu, Hanks yang menjadi Charlie Wilson anggotaKongres AS bekerja sama dengan Julia Roberts untuk meminta dana pada pemerintah AS. Dana itu akan mereka gunakan untuk mempersenjatai warga Afghanistan dari serangan Uni Sovyet.
Lobi mereka berhasil. Malah mereka bisa mendatangkan Presiden Pakistan Zia Ul Haq ke Amerika untuk mau bekerjasama menampung para pejuangAfghanistan . Kongres AS setuju mengucurkan dana ratusan juta dolar AS untuk mempersenjatai Mujahidin.
Nah untuk mengetahui kondisi di lapangan, Charlie Wilson bekerjasama dengan seorang agen CIA. Agen inilah, Michael G Vickers, yang saat itu masuk dalam seksi Afghanistan-Pakistan CIA. Vickers digambarkan jago bermain catur dan eksentrik, namun jenius merancang operasi intelejen.
Selama masa pemerintahan Presiden Ronald Reagan, Vickers menjadi dalang bagi pasokan senjata keAfghanistan . Senjata, yang di film tersebut dibeli dari Israel , mengalir bagi pejuang Afghanistan pimpinan Gulbuddin Hekmatyar dan Jalaluddin Haqqani.
"Ya, kebanyakan kolega saya waktu itu kini sudah beralih ke sisi 'gelap'" kata Vickers. "Ketika itu (perang Afghanistan-Sovyet) kami (CIA) sadar mereka (mujahidin) bukanlah sekutu yang sempurna. Tapi Anda harus bersepakat dengan 'setan' untuk mengalahkan 'setan' lainnya," tegas dia.
Bagi Vickers, setan saat ini adalah Alqaidah. Dan Vickers lebih berhati-hati ketimbang Leon Panetta untuk menyusun langkah penghabisan Alqaidah. Ia memperkirakan, masih ada empat tokoh penting Alqaidah yang masih hidup diPakistan . Dan masih ada 10-20 tokoh lainnya di Pakistan , Yaman, dan Somalia .
Bagaimana kalau AS berhasil membunuh semua anggota Alqaidah? Vickers mengaku tak bisa 'membunuh' tuntas organisasi yang awalnya bertujuan membantu mujahidinPakistan itu. "Anda tak bisa membunuh ide tentang Alqaidah," kata dia.
"Anda tak bisa menghilangkan ide Alqaidah. Tapi Anda bisa melumpuhkan kemampuan terorisme mereka. Jadi ya, sangat mungkin menghancurkan Alqaidah tapi butuh waktu lama," sambung Vickers panjang lebar.
Di film itu, Hanks yang menjadi Charlie Wilson anggota
Lobi mereka berhasil. Malah mereka bisa mendatangkan Presiden Pakistan Zia Ul Haq ke Amerika untuk mau bekerjasama menampung para pejuang
Nah untuk mengetahui kondisi di lapangan, Charlie Wilson bekerjasama dengan seorang agen CIA. Agen inilah, Michael G Vickers, yang saat itu masuk dalam seksi Afghanistan-Pakistan CIA. Vickers digambarkan jago bermain catur dan eksentrik, namun jenius merancang operasi intelejen.
Selama masa pemerintahan Presiden Ronald Reagan, Vickers menjadi dalang bagi pasokan senjata ke
"Ya, kebanyakan kolega saya waktu itu kini sudah beralih ke sisi 'gelap'" kata Vickers. "Ketika itu (perang Afghanistan-Sovyet) kami (CIA) sadar mereka (mujahidin) bukanlah sekutu yang sempurna. Tapi Anda harus bersepakat dengan 'setan' untuk mengalahkan 'setan' lainnya," tegas dia.
Bagi Vickers, setan saat ini adalah Alqaidah. Dan Vickers lebih berhati-hati ketimbang Leon Panetta untuk menyusun langkah penghabisan Alqaidah. Ia memperkirakan, masih ada empat tokoh penting Alqaidah yang masih hidup di
Bagaimana kalau AS berhasil membunuh semua anggota Alqaidah? Vickers mengaku tak bisa 'membunuh' tuntas organisasi yang awalnya bertujuan membantu mujahidin
"Anda tak bisa menghilangkan ide Alqaidah. Tapi Anda bisa melumpuhkan kemampuan terorisme mereka. Jadi ya, sangat mungkin menghancurkan Alqaidah tapi butuh waktu lama," sambung Vickers panjang lebar.
Redaktur: Stevy Maradona
Sumber: New York Times
AP
Michael G Vickers
Michael G Vickers
Mengenal Michael Vickers 'Sang Pembunuh' Usamah bin Ladin (1)
Minggu, 04 September 2011 16:53 WIB
REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON-— "Saya hanya ingin membunuh mereka (Alqaidah)," lata Michael G Vickers (58), mantan agen Badan Intelejen AS (CIA) yang berhasil melancarkan operasi membunuh Usamah bin Ladin, beberapa bulan lalu.
New York Times menurunkan artikel khusus membahas soal Vickers, pada 3 September lalu. Vickers, mantan anggota pasukan khusus Baret Hijau, hidupnya hanya berkutat soal Alqaidah. Saban hari dia mendapat laporan berapa banyak anggota senior Alqaidah yang sudah tewas.
Beberapa waktu terakhir, laporan yang masuk sudah bertumpuk-tumpuk di meja kerjanya. Ini terlihat dari berita tewasnya orang nomor dua di Alqaidah dalam serangan CIA, akhir bulan lalu. Kemudian anggota senior Alqaidah juga dibunuh pada Juni kemarin, dan puncaknya saat operasi CIA di Abbottabad yang menewaskan Usamah.
"Hidup saya hanya untuk melumpuhkan Alqaidah," kata dia lagi. Vickers bertugas dibawah Menhan AS Leon E Panetta sebagai staf khusus. Panetta adalah mantan direktur CIA, tempat Vickers bertugas sebelumnya.
Selain melumpuhkan Alqaidah, Vickers juga bertanggungjawab atas pergerakan TalibanAfghanistan . Amerika Serikat, yang mempersenjatai pejuang mujahidin Afghanistan saat negeri mereka diserbu Uni Sovyet. Sebuah tulah bagi AS bertahun-tahun kemudian.
Sumber di pemerintahan mengatakan, peran Vickers sangat sentral dalam operasi memburu teroris. Ia yang meyakinkan mantan menhan Robert M Gates untuk terus fokus memburu Usamah. Vickers juga jadi dalang operasi penyamaran AS di Suriah danPakistan , yang menewaskan puluhan anggota Alqaidah. Vickers juga yang berperan bagi Panglima AS Jenderal Stanley A McChrystal di Afghanistan untuk melanjcarkan operasi khusus Alqaidah di Irak dan Afghanistan .
"Kami punya seorang predator dan kami membangun armada perang di sekitar dia," kata McChrystal yang kini sudah pensiun, saat ditanya soal peran Vickers. "Dia benar-benar sosok yang penting."
New York Times menurunkan artikel khusus membahas soal Vickers, pada 3 September lalu. Vickers, mantan anggota pasukan khusus Baret Hijau, hidupnya hanya berkutat soal Alqaidah. Saban hari dia mendapat laporan berapa banyak anggota senior Alqaidah yang sudah tewas.
Beberapa waktu terakhir, laporan yang masuk sudah bertumpuk-tumpuk di meja kerjanya. Ini terlihat dari berita tewasnya orang nomor dua di Alqaidah dalam serangan CIA, akhir bulan lalu. Kemudian anggota senior Alqaidah juga dibunuh pada Juni kemarin, dan puncaknya saat operasi CIA di Abbottabad yang menewaskan Usamah.
"Hidup saya hanya untuk melumpuhkan Alqaidah," kata dia lagi. Vickers bertugas dibawah Menhan AS Leon E Panetta sebagai staf khusus. Panetta adalah mantan direktur CIA, tempat Vickers bertugas sebelumnya.
Selain melumpuhkan Alqaidah, Vickers juga bertanggungjawab atas pergerakan Taliban
Sumber di pemerintahan mengatakan, peran Vickers sangat sentral dalam operasi memburu teroris. Ia yang meyakinkan mantan menhan Robert M Gates untuk terus fokus memburu Usamah. Vickers juga jadi dalang operasi penyamaran AS di Suriah dan
"Kami punya seorang predator dan kami membangun armada perang di sekitar dia," kata McChrystal yang kini sudah pensiun, saat ditanya soal peran Vickers. "Dia benar-benar sosok yang penting."
Redaktur: Stevy Maradona
Sumber: New York Times
Tidak ada komentar:
Posting Komentar