Surat Nabi Muhammad Itu Membuat Raja Kristen Masuk Islam
VOA-ISLAM.COM -
http://www.voa-islam.com/news/indonesiana/2011/12/25/17181/surat-nabi-muhammad-itu-membuat-raja-kristen-masuk-islam/
Setelah Perjanjian Hudaibiyyah Rasulullah Saw memiliki kesempatan untuk berdakwah yang lebih luas. Beliau mengirimkan banyak surat kepada pembesar di berbagai negeri untuk menyeru mereka kepada Islam.
Pada zaman Rasulullah Saw ada golongan yang beragama Nasrani. Menurut Imam Ibnul Qayyim Al Jauzi, dalam Hidayatu Al-Hayara fi Ajwibati Al-Yahud wa An-Nashara, umat Nasrani pada masa Rasulullah sudah tersebar di sebagian belahan dunia. Di Syam, (hampir) semua penduduknya adalah Nasrani. Adapun di Maghrib, Mesir, Habasyah, Naubah, Jazirah, Maushil, Najran, dan lain-lain, meski tidak semuanya, namun mayoritas penduduknya adalah Nasrani.
Terhadap mereka, Rasulullah SAW senantiasa melakukan Dakwah, seperti yang pernah beliau lakukan kepada Raja Najasyi, seorang Raja Nashrani yang tinggal di Ethiopia. Rasulullah SAW pun mengirimi surat kepada Najasyi untuk bertauhid kepada Allah SWT. Berikut adalah pesan surat tersebut:
"Dari Muhammad utusan Islam untuk An-Najasyi, penguasa Abissinia (Ethiopia). Salam bagimu, sesungguhnya aku bersyukur kepada Allah yang tidak ada Tuhan kecuali Dia, Raja, Yang Maha Suci, Yang Maha Sejahtera, Yang Mengaruniakan keamanan, Yang Maha Memelihara, dan aku bersaksi bahwa Isa putra Maryam adalah ruh dari Allah yang diciptakan dengan kalimat Nya yang disampaikan Nya kepada Maryam yang terpilih, baik dan terpelihara. Maka ia hamil kemudian diciptakan Isa dengan tiupan ruh dari-Nya sebagaimana diciptakan Adam dari tanah dengan tangan Nya. Sesungguhnya aku mengajakmu ke jalan Allah. Dan aku telah sampaikan dan menasihatimu maka terimalah nasihatku. Dan salam bagi yang mengikuti petunjuk."
Ketika Rasulullah Saw menulis surat kepada Raja Najasyi untuk menjadi seorang muslim, maka Raja Najasyi mengambil surat itu, beliau lalu meletakkan ke wajahnya dan turun dari singgasana. Raja Najasyi lalu mengirimkan surat kepada Rasulullah Saw dan menyebutkan tentang keislamannya. Beliaupun masuk Islam melalui Ja’far bin Abi Tholib ra.
Raja An-Najasyi akhirnya meninggal dunia pada bulan Rajab tahun ke-9 Hijriyyah. Rasulullah Saw memberitakan hal itu pada hari wafatnya lalu melakukan shalat ghaib untuknya. Beliau juga mengabarkan bahwa Raja An-Najasyi kelak akan masuk surga.
Rasulullah SAW juga pernah melakukan perperangan terhadap kaum Nashrani. Hal ini bermula ketika salah satu surat beliau telah dibawa oleh Harits bin Umair ra. yang akan diberikan kepada Raja Bushra yang Nashrani. Ketika sampai di Mu’tah, maka Syarahbil Ghassani yang ketika itu menjadi salah seorang hakim kaisar telah membunuh utusan Rasulullah SAW. Membunuh utusan, menurut aturan siapa saja, adalah suatu kesalahan besar. Rasulullah SAW sangat marah atas kejadian itu.
Maka Rasulullah SAW menyiapkan pasukan sebanyak tiga ribu orang. Zaid bin Haritsah ra. telah dipilih menjadi pemimpin pasukan tersebut. Rasulullah SAW bersabda, "Jika ia mati syahid dalam peperangan, maka Ja'far bin Abi Thalib ra. menggantinya sebagai pemimpin pasukan. Jika ia juga mati syahid, maka penlimpin pasukan digantikan oleh Abdullah bin Rawahah ra. Jika ia juga mati syahid, maka terserah kaum muslim untuk memilih siapa pemimpinnya". (Desastian/Pizaro)
MasyaAllah! Keluarga Gus Dur Ikut Kebaktian Natal dengan Gereja Yasmin
Bogor (Voa-Islam) – Masya Allah keluarga Gus Dur pun ikut-ikutan ibadah Natal di salah satu rumah jemaat GKI Yasmin. Setelah gagal mendekati bangunan gereja miliknya, jemaat GKI Taman Yasmin akhirnya menggelar ibadah di salah satu rumah jemaat di kompleks perumahan itu. Hadir menyaksikan ibadah tersebut keluarga mantan Presiden KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur).
Di lokasi ibadah, Perumahan Taman Yasmin, Kota Bogor, Minggu (25/12/2011), putri Gus Dur Inayah Wahid dan bibinya, Lily Wahid, duduk di tengah-tengah puluhan jemaat, yang mayoritas mengenakan kemeja putih. Ibadah juga dijaga anggota Barisan Ansor Serba Guna (Banser).
Ibadah dengan tema 'Memuliakan Allah yang Mulia' itu tetap berlangsung khidmat. Ibadah dipimpin oleh Pdt Esakatri Parahita. Dalam khotbahnya, Pdt Esakatri menyampaikan, kelahiran Yesus Kristus di Betlehem adalah jauh dari layak. Dia hanya diterima di kandang domba dan ditemani gembala-gembala.
"Tidak ada tempat bagi-Nya," kata Pdt Esaktri menambahkan jemaat patut bersyukur masih ada tempat menjalankan ibadah Natal meski di sebuah rumah kecil.
Karena itu, Pdt Esakatri melanjutkan, makna Natal adalah sesuai dengan hati jemaat. Tidak semata-mata tergantung dengan suasana dari luar. "Sukacita itu berasal dalam hati kita," katanya.
Berbicara di hadapan para jemaat, Lily Wahid dan Inayah Wahid, mengucapkan "Selamat Natal dan Tahun Baru" kepada para jemaat. Melihat kondisi jemaat GKI Yasmin, Lily yakin bahwa orang Indonesia adalah orang yang beriman. "Tidak ada tekanan apapun yang bisa menggoyahkan iman orang Indonesia," kata Lily yang juga anggota DPR ini.
Lily menyampaikan, tekanan-tekanan dari orang yang mengaku Islam adalah tidak mewakili Islam. Dia mencontohkan bagaimana Nabi Muhammad SAW bisa hidup berdampingan dengan damai bersama orang Kristen dan Yahudi di Madinah.
Inayah menyampaikan, jika ayahnya Gus Dur masih hidup mungkin ia mengatakan, "Di rumah yang mungkin tidak besar ini, mungkin Indonesia kelihatan aslinya, beragam." Inayah disambut tepuk tangan oleh para jemaat.
Sementara itu, di penghujung ibadah, artis Glenn Fredly yang juga hadir dalam ibadah tersebut, menyanyikan sebuah lagu berjudul 'Jadilah Terang'. Sebelum menyanyi seadanya dengan iringan gitar akustik, dia juga membacakan puisi yang karya seorang pendeta asal Papua, yang berjudul 'Dari Papua untuk Indonesia'.
Ibadah juga dihadiri oleh The Asian Muslim Action Network (Aman), yang membagikan bunga kepada para jemaat. Beberapa wanita berjilbab membagikan bunga sebagai tanda dukungan kebebasan beribadah bagi warga negara di Indonesia.
Di lokasi ibadah, Perumahan Taman Yasmin, Kota Bogor, Minggu (25/12/2011), putri Gus Dur Inayah Wahid dan bibinya, Lily Wahid, duduk di tengah-tengah puluhan jemaat, yang mayoritas mengenakan kemeja putih. Ibadah juga dijaga anggota Barisan Ansor Serba Guna (Banser).
Ibadah dengan tema 'Memuliakan Allah yang Mulia' itu tetap berlangsung khidmat. Ibadah dipimpin oleh Pdt Esakatri Parahita. Dalam khotbahnya, Pdt Esakatri menyampaikan, kelahiran Yesus Kristus di Betlehem adalah jauh dari layak. Dia hanya diterima di kandang domba dan ditemani gembala-gembala.
"Tidak ada tempat bagi-Nya," kata Pdt Esaktri menambahkan jemaat patut bersyukur masih ada tempat menjalankan ibadah Natal meski di sebuah rumah kecil.
Karena itu, Pdt Esakatri melanjutkan, makna Natal adalah sesuai dengan hati jemaat. Tidak semata-mata tergantung dengan suasana dari luar. "Sukacita itu berasal dalam hati kita," katanya.
Berbicara di hadapan para jemaat, Lily Wahid dan Inayah Wahid, mengucapkan "Selamat Natal dan Tahun Baru" kepada para jemaat. Melihat kondisi jemaat GKI Yasmin, Lily yakin bahwa orang Indonesia adalah orang yang beriman. "Tidak ada tekanan apapun yang bisa menggoyahkan iman orang Indonesia," kata Lily yang juga anggota DPR ini.
Lily menyampaikan, tekanan-tekanan dari orang yang mengaku Islam adalah tidak mewakili Islam. Dia mencontohkan bagaimana Nabi Muhammad SAW bisa hidup berdampingan dengan damai bersama orang Kristen dan Yahudi di Madinah.
Inayah menyampaikan, jika ayahnya Gus Dur masih hidup mungkin ia mengatakan, "Di rumah yang mungkin tidak besar ini, mungkin Indonesia kelihatan aslinya, beragam." Inayah disambut tepuk tangan oleh para jemaat.
Sementara itu, di penghujung ibadah, artis Glenn Fredly yang juga hadir dalam ibadah tersebut, menyanyikan sebuah lagu berjudul 'Jadilah Terang'. Sebelum menyanyi seadanya dengan iringan gitar akustik, dia juga membacakan puisi yang karya seorang pendeta asal Papua, yang berjudul 'Dari Papua untuk Indonesia'.
Ibadah juga dihadiri oleh The Asian Muslim Action Network (Aman), yang membagikan bunga kepada para jemaat. Beberapa wanita berjilbab membagikan bunga sebagai tanda dukungan kebebasan beribadah bagi warga negara di Indonesia.
Innalilahi wainna Ilaihi rojiun. [Desas/dtk]
Mengapa oh Mengapa, Polisi Tak Bisa Ungkap Bom 'Salibis' Ambon?
VOA-ISLAM.COM - Sudah tidak terhitung banyaiknya teror dan ledakan bom terjadi di kota Ambon dalam empat bulan terakhir. Dan selama itu juga Polisi tidak pernah bisa menangkap pelakunya maupun mengungkap motif maupun jaringannya.
Meskipun Polisi begitu bangga dengan prestasi penangkapan terhadap Hairudin alias Dino sebulan lalu, ternyata tidak mengungkap sedikitpun akan kasus teror bom di kota Ambon. Ketika itu Dino tertangkap tangan membawa bom rakitan hanyalah seorang preman pasar yang sering melakukan pencurian. Dino membawa bom bukan untuk diledakkan tapi hanya untuk menakut-nakuti orang.
Sekian banyak teror bom yang terjadi di kota Ambon seakan memperkuat dugaan bahwa Ambon tengah dilanda konflik atau kerusuhan.
Mengapa polisi yang biasanya sigap dan cepat menangani teror bom di tempat lain, terutama di Jawa, tapi tumpul dan seakan tak mampu mengungkap teror bom di kota Ambon?
Sebagai contoh, ketika terjadi pengeboman di depan gereja Kepunton Solo, hanya dalam hitungan jam polisi telah mengetahui pelaku dan jaringannya.
Namun kenapa ketika terjadi pengeboman di kota Ambon Polisi tidak bisa mengungkap apapun dari peristiwa tersebut. Polisi tidak pernah mengungkap siapa pelaku dan jaringannya, apa motif dan tujuannya? Padahal kota Ambon relatif sangat kecil dan untuk keluar dari kota Ambon hanya ada satu jalan raya utama. Hanya dibutuhkan waktu 30 menit untuk berkeliling kota Ambon dengan mengendarai sepeda motor.
Inilah rangkaian teror bom yang terjadi dalam empat bulan terakhir yang sampai sekarang belum mampu diungkap oleh polisi:
1. Bom dan senjata api yang di pakai para perusuh Salibis untuk menyerang warga Muslim di Kampung Warigin dalam tragedi 11/9. Dalam insiden berdarah tanggal 9 Septerber tersebut, tatusan rumah terbakar, delapan orang Muslim tewas di antaranya terkena bom, dan ratusan warga menderita luka tembakan peluru tajam. Sampai sekarang polisi belum mengungkap apalagi menetapkan para perusuh Salibis tersebut sebagai teroris.
2. Tanggal 20 Oktober, sebuah bom meledak di depan hotel Josiba di jalan Tulukabessy. Bom diduga dilempar oleh pengendara sepeda motor.
3. Pada bulan November ada dua ledakan bom yang meledak di Karang Panjang dan bom yang meledak di jalan Philips Latrumahina Paradais. Kedua bom tersebut sampai sekarang belum terungkap siapa pelakunya?
4. Ledakan bom di bulan Desember ini, yaitu dua bom yang meledak di Air Mata Cina (Amaci) pada peristiwa penyerangan Salibis di perkampungan Muslim tanggal 13 Desember. Dalam penyerangan tersebut perusuh salibis melemparkan dua buah bom ke arah permukiman muslim Air Mata Cina. Akibat ledakan bom tersebut 5 orang warga muslim mengalami luka berat.
5. Ledakan bom tanggal 14 Desember yang mengguncang kota Ambon, tepatnya di Jalan Baru pada sebuah lorong yang letaknya tidak jauh dari Gereja Silo. Bom yang meledak menjelang magrib pada pukul 18.30 WIT itu diletakkan di samping sebuah bengkel las.
6. Ledakan bom pada Senin, 19 desember pukul 20.30 WIT di wilayah yang dihuni oleh dua komunitas Islam dan Kristen di daerah Air Salobar, tepatnya di RT 06 yang warganya didominasi oleh Nasrani. Di wilayah ini, kaum muslimin hanya menempati sepertiga dari wilayah Air Salobar dengan posisi terjepit dikelilingi oleh permukiman Kristen.
Polisi yang biasanya begitu gesit, tanggap dan cepat mengungkap teror bom di tempat lain yang melibatkan tersangka aktivis Islam, mengapa sampai sekarang tak mampu mengungkap teror bom yang terjadi di Ambon? Ilmu militer apa yang belum dipelajari polisi sehingga mereka kesulitan mengungkap motif, pelaku dan jaringan teror bom di Ambon? Apakah harus ada korban massal akibat teror bom, supaya polisi serius mengusut kasus-kasus teror bom di Ambon. Mengapa oh mengapa? [AF]
Umat Islam Jangan Sampai Diracuni Dengan Budaya Natal
JAKARTA (voa-islam.com) - Hari raya natal yang diperingati umat Kristiani sudah menjadi budaya di negeri-negeri mayoritas Kristen. Natal yang tidak pernah ada contohnya dan diperintahkan dalam bible ini oleh Herbert W. Amstrong dalam bukunya The Plain Truth about Christmas terang-terangan dikritik lantaran budaya natal ini berasal dari budaya pagan.
Masih dalam buku tersebut, atribut-atribut natal seperti pohon cemara juga merupakan budaya pagan kuno, pohon itu disebut "Mistletoe" yang dipakai pada saat perayaan musim panas, karena mereka harus memberikan persembahan suci kepada matahari, yang telah memberikan mukjizat penyembuhan.
Sementara kisah Sinterklas atau Santa Claus asalnya adalah Santo Nicolas seorang pendeta yang diagung-agungkan oleh bangsa Yunani dan Latin.
Dari sinilah kemudian budaya natal mendunia di tengah-tengah kaum kristiani dengan atribut-atribut pohon natal dan Sinterklas. Budaya ini pun lama kelamaan menjalar ke berbagai negeri muslim seperti di Indonesia. Ironisnya yang ikut meramaikan syiar agama Kristen ini adalah umat Islam sendiri baik secara sukarela maupun terpaksa. Fakta ini bisa kita lihat di berbagai perusahaan ataupun ritail-ritail di mal di mana mereka yang mengenakan atribut natal seperti Sinterklas adalah karyawan-karyawan muslim.
Melihat fenomena tersebut Ketua MUI (Majelis Ulama Indonesia) pusat KH. Ahmad Cholil Ridwan, Lc. mengungkapkan bahwa bagaimana pun perayaan natal merupakan bagian dari perang budaya yang dilancarkan oleh barat terhadap Islam. Lebih lanjut ia mengibaratkan budaya seperti bunga dalam satu pohon sedangkan rantingnya adalah syari’at dan akarnya adalah ‘aqidah.
“Natalan itu saya kira budaya, di mana sekarang itu sedang perang budaya Islam dengan budaya barat. Budaya itu ibarat bunga bagi pohon, batangnya dengan rantingnya itu kan syari’at ibadah, ‘aqidahnya itu akar. Seperti pakaian menutup aurat itu syari’at tapi bentuk warna, bahan, corak pakaian yang menutup aurat itu budaya. Seperti di timur tengah, orang laki-laki Indonesia pecinya hitam, syari’atnya adalah menutup kepala, cara menutup kepala apakah pakai peci atau blangkon itu budaya,” jelasnya kepada voa-islam.com Senin (19/12).
Budaya menurut ulama yang juga pimpinan SKPPMI (Syabakah Konsumen Pengusaha Produsen Muslim Indonesia) ini bukanya tidak berbahaya, justru menurutnya jika budaya ini telah terkontaminasi maka laksana pestisida yang ditaburkan, meski awalnya hanya mengenai daun nantinya ranting hingga akarnya pun juga akan kering bahkan mati.
“Budaya ini bukan tidak berbahaya justru sangat berbahaya. Apabila pohon itu daunnya disemprot dengan racun, maka nanti seminggu daunnya rontok sampai nanti kemudian anting dan cabangnya ikut kering, tiga minggu hingga sebulan nanti akarnya ikut kering lalu matilah pohon itu secara total, seperti petani kalau menghilangkan hama kan begitu,” paparnya.
Akhirnya pengasuh Ponpes Al Husnayain ini mengimbau agar umat Islam menolak budaya yang jelas-jelas bertentangan dengan Islam seperti budaya mengucapkan selamat natal atau mengenakan atribut-atribut natal.
“Nah, budaya barat itu racun, kalau pohon Islam itu sudah diracuni dengan budaya barat dengan Sinterklas, ucapan selamat natal dan lain sebagainya, akarnya itu akan ikut rusak. Jadi umat Islam harus menyerukan bahwa budaya yang bertentangan dengan syari’at Islam itu harus ditolak karena budaya itu harus sesuai dan sejalan dengan syari’at Islam,” tutupnya. (Ahmed Widad)
Natal dan Tahun Baru Syi'ar Agama Kafir, Umat Islam Jangan Ikut-ikutan
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah yang Esa. Shalawat dan salam kepada Nabi terakhir, Muhammad bin Abdillah, serta keluarga dan sahabat beliau.
Setiap umat memiliki hari besarnya masing-masing untuk mengenang dan menghidupkan moment tertentu atau untuk mengungkapkan kebahagiaan, kesenangan, dan syukur yang sifatnya berulang setiap tahun. Dan Allah mengetahui kecenderungan yang ada dalam diri manusia ini, karenanya Dia memberi petunjuk untuk mengapresiasikannya dengan cara yang mulia. Yaitu dengan mengingatkan hikmah penciptaan, tugas manusia, dan ibadah kepada Allah.
Dari Anas bin Malik Radhiyallahu 'Anhu berkata, "Ketika Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam tiba di Madinah, penduduk Madinah memiliki dua hari raya yang mereka bermain-main (bersenang-senang) di dalamnya. Lalu beliau bertanya, "Dua hari apa ini?" Mereka menjawab, "Dua hari yang kami bermain-main (bersenang-senang) di dalamnya pada masa Jahiliyah." Maka Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda, "Sesungguhnya Allah telah mengganti untuk kalian dua hari tersebut dengan Idul Adha dan Idul Fitri." (HR. Abu Dawud dan Ahmad).
Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam pernah berkata kepada Abu Bakar Radhiyallahu 'Anhu, "Hai Abu Bakar, setiap kaum memiliki hari raya, dan inilah hari raya kita." (HR. Bukhari).
Dua hadits ini menjadi dalil bahwa hari raya umat Islam hanya dua tersebut. Berbeda dengan hari raya selainnya, baik yang bersifat keagamaan, kenegaraan, atau duniawi.
Banyak sekali nas syar'i yang menerangkan karakteristik umat ini yang berbeda dengan umat, agama, dan kelompok lainnya, agar menjadi umat terbaik. Yaitu umat Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi Wasallam yang menjadi rasul terakhir dengan kitab suci al-Qur'an.
كُنْتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ
"Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah." (QS. Ali Imran: 110).
Dalam hadits Mu'awiyah bin Haidah berkata, Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda, "Kalian adalah penyempurna tujuh puluh umat. Kalian yang terbaik dan paling mulia di mata Allah 'Azza wa jalla." (HR. Ahmad, Tirmidzi, Ibnu Majah, dan al-Hakim).
Beliau bersabda lagi, "Penghuni surga ada 120 baris. Sedangkan umat ini sebanyak 80 barisnya." (HR, Tirmidzi, Ibnu Majah, dan Ahmad).
Namun kenyataannya, pada zaman ini banyak umat Islam yang tidak memahami posisi dan kedudukan mereka. Malahan mereka tertarik dengan perayaan hari Natal dan tahun baru yang menjadi syi'ar agama Kristen. Hal ini disebabkan tidak adanya pemahaman yang benar dan lemahnya ikatan aqidah mereka. Sehingga mereka terkadang ikut-ikutan dengan budaya dan tradisi orang kafir, antara lain:
- Saling mengucapkan selamat hari raya Natal, saling kirim kartu lebaran baik melalui pos atau internet.
- Ikut serta memeriahkan hari Raya Natal di gereja, hotel, gedung serba guna, atau melalui media elektronik.
- Membeli pohon natal dan memasang patung Sinterklas (Santa Claus) yang katanya mencintai anak-anak dengan membagi-bagikan hadiah sejak malam Natal hingga malam tahun baru.
- Bermaksiat, melakukan kejahatan, dan mabuk-mabukan pada malam tahun baru serta bentuk-bentuk lainnya.
Hari raya Natal dan tahun baru tidak boleh dijadikan sebagai hari yang dirayakan oleh umat Islam, dengan dua alasan: Pertama, mengandung nilai keagamaan yang kufur. Yaitu menyandang sifat tuhan kepada Al-Masih Isa bin Maryam, reinkarnasi, memberhalakan Isa, menganggapnya sebagai anak Allah, disalib, dan keyakinan lainnya.
Kedua, mengandung nilai kefasikan, berbuat seenaknya, berakhlak seperti binatang yang tak pantas ditiru manusia, terlebih oleh orang beriman.
Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam sangat tegas melarang ritual seperti ini. Dalam hadits shahih disebutkan, ada seseorang bernazar di masa Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam untuk menyembelih unta di Bawwanah –yaitu nama suatu tempat-, ia lalu mendatangi Nabi dan berkata: “Aku bernazar untuk menyembelih unta di Bawwanah”, Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda: “Apakah di sana ada berhala jahiliyah yang disembah?” Mereka berkata: “Tidak”, beliau bersabda: “Apakah di sana dilakukan perayaan hari raya mereka?.” Mereka berkata : “tidak.” Beliau bersabda: “Tunaikanlah nazarmu, sesungguhnya tidak boleh menunaikan nazar yang berupa maksiat kepada Allah dan yang tidak mampu dilakukan oleh anak Adam.” (HR. Abu Dawud dan sanadnya sesuai syarat as-Shahihain).
Dari Abdullah bin Amru bin 'Ash Radhiyallahu 'Anhu, beliau berkata:
مَنْ بَنَى بِبِلاَدِ الأَعَاجِمِ وَصَنَعَ نَيْرُوزَهُمْ وَمِهْرَجَانَهُمْ وَتَشَبَّهَ بِهِمْ حَتَّى يَمُوتَ وَهُوَ كَذَلِكَ حُشِرَ مَعَهُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
”Barangsiapa yang membangun negeri orang-orang kafir, meramaikan peringatan hari raya nairuz (tahun baru) dan karnaval mereka serta menyerupai mereka sampai meninggal dunia dalam keadaan demikian. Ia akan dibangkitkan bersama mereka di hari kiamat.” (Sunan al-Baihaqi IX/234). [PurWD/voa-islam.com]
Marakanya pegawai atau karyawab muslim yang mengenakan atribut natal di berbagai perusahaan, ritail di mal-mal hingga took-toko, membuat KH. Cholil Ridwan ketua MUI (Majelis Ulama Indonesia) pusat prihatin.
Ia mengatakan bahwa jika umat Islam saja haram mengikuti perayaan natal bersama apalagi mengenakan atribut-atribut natal sebab itu sama saja mendukung perayaan nata.
“Sebenarnya sudah ada fatwa MUI, di zaman Buya HAMKA itu telah dikeluarkan fatwa MUI bahwa natalan bersama itu haram, kalau kemudian kita sendiri menggunakan atribut-atribut natalan berarti kan kita bukan hanya ikut tapi mendukung apalagi berhari-hari kan, sebelum tanggal 25 sudah pakai,” kata Kyai Cholil, sapaan akrabnya kepada voa-islam.com Senin (19/12/2011).
Ulama asli Betawi itu juga menyayangkan sikap pemerintah yang tidak mengawal fatwa MUI dan tidak melindungi ‘aqidah umat sehingga membiarkan umat Islam melawan arus kristenisasi.
“Dari situ memang teruji iman seseorang, bahwa ia harus bekerja apalagi kalau tidak pakai atribut natal dipecat. Inilah karena tidak ada proteksi dari pemerintah, pemerintah kan mestinya memproteksi fatwa MUI supaya jalan kemudian memelihara ‘aqidah umat seperti di Malaysia, bedanya dengan Indonesia d Malaysia itu Islam agama negara sehingga diproteksi baik Islamnya maupun umatnya, nah kita ini tidak umat dibiarkan saja untuk berhadapan saja dengan arus ‘kristenisasi’” jelasnya.
Lebih lanjut KH. Cholil Ridwan mengungkapkan bahwa akibat kelemahan dari pemerintah dan ketidak pedulian ulama untuk melindungi ‘aqidah umat, maka fatwa haram mengikuti natal bersama yang pernah difatwakan Prof. Dr. Buya HAMKA akhirnya hanya menjadi fosil.
“Walaupun natalan itu budaya tapi itukan kristenisasi juga kalau kita ikuti kita akan terpengaruh. Ini saya pikir kelemahan pemerintah dan ulama-ulama juga membiarkan. Fatwa haramnya natal bersama itu kan sekarang tidak ada suaranya lagi, fatwa itu jadi fosil di museum yang tidak efektif lagi digunakan,” ungkapnya.
Pengasuh Ponpes Al Husnayain ini mengisahkan bagaimana Buya HAMKA dengan berani harus mengorbankan jabatannya sebagai ketua umum MUI dari pada harus mencabut fatwa haramnya natal bersama. Lebih lanjut ia kembali menegaskan yang membuat Buya HAMKA teguh mempertahankan fatwa tersebut sehingga masih berlaku hingga saat ini adalah larangan dalam hadits untuk menyerupai suatu kaum.
“Kalau saya sudah sendiri sudah ngomong di mana-mana kalau natalan itu haram, sampai saya bilang Buya HAMKA itu mengundurkan diri dari jabatannya sebagai ketua umum MUI karena disuruh mencabut fatwa itu dan sampai sekarang fatwa itu tidak pernah dicabut, artinya fatwa itu masih berlaku bahwa haram ikut natalan bersama apalagi dia aktif sebagai orang yang menggunakan atribut Sinterklas. Dasarnya itu kan ada sebuah hadits;
مَنْ تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَ مِنْهُمْ
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa ‘ala aalihi wasallam bersabda: ”Barang siapa yang menyerupai suatu kaum maka dia termasuk bagian dari kaum tersebut.” (HR. Abu Dawud dan dishahihkan oleh Ibnu Hibban).” Kenapa masjid tidak pakai bel karena itu kan milik gereja karena itulah turun syari’at adzan, jadi tidak boleh kita menggunakan atribut mereka,” kisah KH. Cholil.
Pengurus Badan Kerjasama Pondok Pesantren Indonesia (BKsPPI) ini menilai, jika selama ini sikap lembaga-lembaga Kristen saja selalu tidak mengindahkan aturan-aturan yang berlaku, apalagi sekedar himbauan untuk tidak memerintahkan karyawan atau pegawai muslim menggunakan atribut natal.
“Dia sendiri merasa menjalankan perntah agama untuk mendakwahi agamanya, ada kesempatan di mana pemerintah dan ulamanya tidak ketat, ya dia ambil kesempatan itu. Jadi himbauan itu tidak ada artinya bagi mereka, undang-undang yang mengatakan bahwa sekolah-sekolah wajib menyediakan buku-buku agama untuk mengajarkan agama yang sama dengan anak didik itu kan tidak dilakukan oleh lembaga-lembaga Kristen. Kalau muridnya Islam kan wajib menyediakan guru agama Islam, tapi itu tidak dilakukan apalagi soal perusahaan yang pegawainya Islam,” tuturnya.
Ulama yang aktif di DDII ini pun menyarankan sebuah solusi yang komprehensif mulai dari toleransi para pengusaha Kristen, Pemerintah juga perlu membuat undang-undang yang mengaturnya hingga kekompakan umat Islam untuk tidak ikut merayakan natal bersama.
“Mestinya dia kalau mau hidup rukun beragama dengan pemeluk Islam pegawai dia yang Islam itu tidak perlu menggunakan atribut natal. Pemerintah juga mestinya membuat aturan, Perda atau apa pun bahwa perusahaan yang memiliki pegawai yang muslim dan bukan beragam Kristen tidak boleh diperintah untuk menggunakan atribut-atribut natalan itu seperti Sinterklas dan lain sebagainya. Tapi umat Islamnya juga mesti harus kompak tidak ikut merayakan natalan,” tandasnya.
Terakhir, pengurus SKPPMI (Syabakah Konsumen Pengusaha Produsen Muslim Indonesia) ini memaparkan bahwa meski natal adalah sebatas budaya namun tetap berbahaya lantaran bisa menyebabkan tercabutkan ‘aqidah seorang muslim.
“Natalan itu saya kira budaya, di mana sekarang itu sedang perang budaya Islam dengan budaya barat. Budaya itu ibarat bunga bagi pohon, batangnya dengan rantingnya itu kan syari’at ibadah, ‘aqidahnya itu akar. Seperti pakaian menutup aurat itu syari’at tapi bentuk warna, bahan, corak pakaian yang menutup aurat itu budaya. Seperti di timur tengah, orang laki-laki Indonesia pecinya hitam, syari’atnya adalah menutup kepala, cara menutup kepala apakah pakai peci atau blangkon itu budaya.
Budaya ini bukan tidak berbahaya justru sangat berbahaya. Apabila pohon itu daunnya disemprot dengan racun, maka nanti seminggu daunnya rontok sampai nanti kemudian anting dan cabangnya ikut kering, tiga minggu hingga sebulan nanti akarnya ikut kering lalu matilah pohon itu secara total, seperti petani kalau menghilangkan hama kan begitu. Nah, budaya barat itu racun, kalau pohon Islam itu sudah diracuni dengan budaya barat dengan Sinterklas, ucapan selamat natal dan lain sebagainya, akarnya itu akan ikut rusak. Jadi umat Islam harus menyerukan bahwa budaya yang bertentangan dengan syari’at Islam itu harus ditolak karena budaya itu harus sesuai dan sejalan dengan syari’at Islam,” tutupnya
Haram Ikut Merayakan Hari Besar Orang-Orang Musyrik
By: Ikhwanul Muwahhidien
Badan Pengurus Pusat MPI (Mahasiswa Pencinta Islam)Allah Ta’ala berfirman:
وَإِن كَادُواْ لَيَفْتِنُونَكَ عَنِ الَّذِي أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ لِتفْتَرِيَ عَلَيْنَا غَيْرَهُ وَإِذاً لاَّتَّخَذُوكَ خَلِيلاً. وَلَوْلاَ أَن ثَبَّتْنَاكَ لَقَدْ كِدتَّ تَرْكَنُ إِلَيْهِمْ شَيْئاً قَلِيلاً . إِذاً لَّأَذَقْنَاكَ ضِعْفَ الْحَيَاةِ وَضِعْفَ الْمَمَاتِ ثُمَّ لاَ تَجِدُ لَكَ عَلَيْنَا نَصِيراً
"Dan hampir-hampir mereka itu merusak (keyakinanmu) terhadap ayat-ayat yang telah Kami wahyukan kepadamu, agar engkau mengadakan kata kata dusta akan kami (dengan perintah) selain Nya. Selanjutnya (apabila engkau mentaati mereka) pastilah mereka menjadikan dirimu sebagai kekasih. Dan apabila tidak Kami teguhkan (keimananmu) sungguh hampir-hampir engkau condong sedikit kepada mereka. Dan apabila engkau telah condong kepada mereka (orang orang musyrik) itu, Kami timpakan kepadamu siksa yang berlipat lipat di dunia dan siksa yang berlipat-lipat setelah kematian, kemudian engkau tidak akan mendapatkan pertolongan sedikitpun dari Kami" (Qs. Al-Isra’ 73-75).
Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu berkata: "Sesungguhnya kalian terbiasa mengerjakan perbuatan-perbuatan yang dalam pandangan kalian urusan itu lebih ringan dari sehelai rambut. Akan tetapi kami (para shahabat) dahulu ketika Rasul masih hidup, meyakininya sebagai mubiqaat (penghancur keimanan)."
Asbaabub Nuzul
Dari shahabat Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma: “Suatu hari keluarlah Umayyah bin Khalaf dan Abu Jahal berserta beberapa tokoh kafir Quraish yang lain, mereka mendatangi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan berkata: “Wahai Muhammad, datanglah engkau (ke tempat peribadatan kami) kemudian SENTUHLAH BERHALA BERHALA KAMI, maka kami pasti masuk Islam karenanya.” Rasul begitu besar keinginan agar orang-orang itu masuk Islam, maka beliau condong untuk melaksanakan hal itu. Akan tetapi turunlah firman Allah di atas. (HR. Ibn Mardawaih dan Ibnu Abi Hatim, dengan sanad Jayyid)
وَلاَ تَرْكَنُواْ إِلَى الَّذِينَ ظَلَمُواْ فَتَمَسَّكُمُ النَّارُ وَمَا لَكُم مِّن دُونِ اللّهِ مِنْ أَوْلِيَاء ثُمَّ لاَ تُنصَرُونَ
"Dan janganlah kamu condong kepada orang-orang yang zalim (kafir) sehingga kamu pasti terbakar api neraka, dan kamu tidak akan mendapatkan penolong selain Allah, kemudian mereka itu pun tidak akan mampu memberikan pertolongan kepadamu" (QS. Hud: 113)
وَقَدْ نَزَّلَ عَلَيْكُمْ فِي الْكِتَابِ أَنْ إِذَا سَمِعْتُمْ آيَاتِ اللّهِ يُكَفَرُ بِهَا وَيُسْتَهْزَأُ بِهَا فَلاَ تَقْعُدُواْ مَعَهُمْ حَتَّى يَخُوضُواْ فِي حَدِيثٍ غَيْرِهِ إِنَّكُمْ إِذاً مِّثْلُهُمْ إِنَّ اللّهَ جَامِعُ الْمُنَافِقِينَ وَالْكَافِرِينَ فِي جَهَنَّمَ جَمِيعاً
Dan telah diturunkan (ajaran) kepada kalian, bahwa apabila kalian mendengar ayat-ayat Allah dipermainkan dan diingkari maka janganlah sekali kali kalian duduk bersama mereka (orang-orang yang mempermainkan ayat-ayat Allah dan mengingkarinya), sehingga mereka mengalihkan pembicaraan kepada pembicaraan yang lain. (Apabila) kalian tetap duduk-duduk bersama mereka ketika mereka mempermainkan ayat-ayat Allah) maka kalian sama dengan mereka. Sesungguhnya Allah mengumpulkan orang-orang munafik dan orang kafir seluruhnya di dalam neraka Jahanam. (QS. An-Nisa’ 140)
وَلَن تَرْضَى عَنكَ الْيَهُودُ وَلاَ النَّصَارَى حَتَّى تَتَّبِعَ مِلَّتَهُمْ
Dan sekali kali tidak akan pernah ridha kepadamu orang-orang Yahudi dan tidak pula Nasrani, sehingga kalian mengikuti kebiasaan (agama) mereka. (QS. Al-Baqarah: 120)
Sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
"Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum, maka dia termasuk dari bagian kaum itu" (HR. Abu Daud, Kitabul Libas: 4/314. Ahmad, al Musnad: 7/142 no: 5114. Hadits shahih)
"Sungguh kalian pasti mengikuti kebiasaan orang-orang sebelum kalian, sejengkal demi sejengkal, sehasta demi sehasta. Sehingga apabila mereka masuk ke dalam lobang biawak tentu kalian mengikuti mereka. Kami bertanya: “Ya Rasulullah, apakah mereka itu orang-orang Yahudi dan Nasranikah?” Rasul menjawab: “Kalau bukan mereka, siapa lagi?” (HR. Al-Bukhary, Kitabul I’tisham: 13/300. Muslim, Kitabul Ilmi: 4/2154, no: 2569)
Bukan golongan kami orang-orang yang bertasyabbuh dengan orang-orang selain golongan kami. (HR. At-Tirmidzi, as-Sunan: 7/335, no: 2696. hadits hasan)
"Sesungguhnya orang orang Yahudi dan Nasrani itu tidak beragama. Maka selisihilah mereka" (HR. al Bukhary, Kitabul Anbiya: 6/496. Muslim: Kitabul Libas: 3/1663, no: 2103)
"Selisihilah orang orang Yahudi" (HR. Abu Daud, Kibush Sholah: 1/147. no: 652. Hadits shahih)
Pada waktu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam datang ke Madinah, penduduk Madinah memiliki dua hari raya, di mana mereka bersenda-gurau di dua hari itu. Maka Rasul bersabda: Aku datang kepada kalian sedangkan kalian memiliki dua hari dimana kalian bersenda-gurau di dalamnya. Sesungguhnya Allah telah mengganti untuk kalian dua hari yang lebih baik dari pada keduanya. Yaitu hari ‘Iedul Fitri dan hari raya Qurban. (HR. Ahmad: 12362)
Umar bin Khattab radhiyallaahu ‘anhu berkata:
Jauhilah orang-orang asing dan kaum musyrikin di hari raya mereka, di gereja-gereja mereka. Sesungguhnya murka Allah pasti menimpamu apabila engkau melakukan hal yang dilarang itu. (HR. al-Baihaqy. Dalam Iqtidha’: 192 dan 197)
Abdullah bin Amr bin ‘Ash radhiyallaahu ‘anhumaa
Barangsiapa menetap di wilayah orang-orang musyrik, membuat hidangan untuk hari raya mereka dan menyerupai mereka, hingga orang itu meninggal. Maka dia akan berkumpul bersama orang-orang musyrik itu di hari kiamat kelak. (Iqtidha’ Shiratal Mustaqim: 84)
Ibnul Qoyyim al jauziyyah
Adapun ucapan selamat terhadap simbol simbol kekufuran secara khusus, telah menjadi ijma kaum muslimin haram hukumnya. Seperti mengucapkan selamat atas hari raya atau puasa mereka dengan mengatakan “Hari raya yang diberkahi bagimu,” atau “Selamat merayakan hari besar ini,” dan lain lain. Yang demikian itu (meskipun misalkan orang yang mengucapkan terbebas dari kekufuran) maka hal itu termasuk perkara yang diharamkan. Karena perbuatan itu serupa dengan orang yang mengucapkan selamat kepada orang lain karena orang itu telah bersujud kepada salib. Bahkan dosanya lebih besar di hadapan Allah dan murka Allah lebih besar dari pada ucapan selamat terhadap orang-orang yang minum khamr, membunuh , berzina dan lain-lain. Karenanya banyak orang yang tidak kokoh agamanya terjerumus dalam hal itu dan tidak mengetahui keburukan perbuatannya. Barangsiapa mengucapkan selamat kepada seseorang karena perbuatan maksiat, bid’ah dan kekufurannya (kepada Allah) berarti dia telah mengundang murka Allah dan amarah-Nya. (Ahkam Ahludz Dzimmah dalam Fatawa al ‘Ashriyyah juz 22)
Ibnu Taimiyah rahimahullah
Tidak ada perbedaan dalam urusan bekerja sama dengan orang-orang kafir dalam masalah hari raya dengan bekerja sama dengan orang-orang kafir dalam menjalankan ajaran agama. Karena penyerupaan dalam masalah hari raya merupakan penyerupaan dalam masalah kekufuran.” (Iqtidha Shiratal Mustaqim: 208). Wallahu a’lamu bis-shawaab.
Nasihat Kepada Setiap Muslim yang Ikut Mengamankan Perayaan Natal
Oleh: Ust. Purnomo
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah. Shalawat dan salam semoga terlimpah kepada Rasulullah, keluarga dan para sahabatnya.
Perusakan akidah yang dilancarkan musuh Islam sudah sedemikian hebat. Istilah-istilah baru pun dimunculkan untuk membuat rancu pemahaman kaum muslimin terhadap agamanya. Sehingga hak dan batil menjadi samar. Pemahaman Islam menjadi kacau dengan munculnya penafsiran-penafsiran modern terhadap dalil-dalil dan istilah syar’i. Dalilpun sering dipakai bukan pada tempatnya.
Di antara pemahaman Islam yang menjadi target utama serangan mereka adalah wala’ dan bara’. Sehingga umat Islam salah dalam menempatkan kecintaan dan kebenciannya. Kawan dianggap lawan dan harus diperangi. Sebaliknya musuh dianggap teman yang harus dilindungi, dibela, dan dicintai.
Pada rublik Corner's Quote (Sabtu, 18/12/2010) voa-islam.com menyoroti tentang sepak terjang Banser Anshor dalam membela non Muslim dan sekte non Islam. Tapi di sisi lain catatan konflik Banser dengan sesama muslim menjadikannya sangat ironi.
Banser dan Pengamanan NatalPada tahun ini, Kepolisian Resor (Polres) Pelabuhan Tanjung Perak akan melibatkan Banser untuk mengamankan perayaan Natal dan Tahun Baru 2011 di kawasan Tanjung Perak. (Sumber; Okezone.com/17 Desember 2010)
Sedangkan di wilayah Kediri, rencananya Banser akan dilibatkan oleh Polres Kediri Kota dalam pengamanan pelaksanaan Natal dan Tahun Baru 2011, khususnya akan di siagakan di tempat peribadatan umat kristiani. Bahkan menurut Kapolres Kediri Kota AKBP Mulya Hasudungan Ritonga, jumlahnya cukup fantastic yaitu sekitar ada sekitar 80 anggota. (Sumber: beritaJatim.com/14 Desember 2010)
Pada tahun lalu, Banser pun telah ikut serta dalam pelaksanaan pengamanan dan penjagaan keamanan Natal dan tahun baru, khususnya di sekitar wilayah Gereja. Jumlah personil Banser -menurut Kepala Satuan Koordinasi Nasional (Kasatkornas), H Tatang Hidayat, 14 Desember 2009, lalu-, yang diturunkan 500.000 anggota di seluruh Indonesia.
Menyoroti Keterlibatan Umat Muslim Dalam Pengamanan Perayaan Natal
Menurut penjelasan Kapolres Pelabuhan Tanjung Perak AKBP Yuda Gustawan, Jumat (17/12/2010) dilibatkannya Banser dalam pengamanan Natal dan tahun baru 2011 untuk menjalin kerjasama dan kerukunan umat beragama.
Hal ini serupa dengan yang diungkapkan Kepala Satuan Koordinasi Nasional (Kasatkornas), H Tatang Hidayat pada tahun lalu, “Kita siap membantu aparat kepolisian dalam mengamankan Natal dan Tahun Baru, karena ini sudah menjadi tradisi Ansor menjaga kerukunan umat beragama,” katanya, 14 Desember 2009.
Tujuan yang terlihat mulia dengan ikut serta mengamanakan perayaan hari raya orang kafir dianggap sebagai akhlak mulia dan toleransi yang diperintahkan Islam. Bahkan tidak sedikit yang menggolongkannya sebagai bentuk tolong-menolong yang diperintahkan Al-Qur’an.
وَتَعَاوَنُوا عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوَى وَلَا تَعَاوَنُوا عَلَى الْإِثْمِ وَالْعُدْوَانِ
"Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran." (QS. Al-Maidah: 2)
Padahal ikut mengamankan perayaan Natal, bagi umat dan ormas Islam, seolah memberikan pembenaran dan dukungan kepada perayaan tersebut. Sementara bagi umat Kristiani, perayaan Natal adalah hari raya untuk memperingati, merenungkan dan bersyukur atas kelahiran Yesus ke dunia sebagai tuhan dan juruselamat penebus dosa. Itu merupakan perayaan kekufuran dan kezaliman terbesar terhadap Allah. Karenanya tolong-menolong di dalamnya adalah haram.
"Dan mereka berkata: "Tuhan Yang Maha Pemurah mengambil (mempunyai) anak". Sesungguhnya kamu telah mendatangkan sesuatu perkara yang sangat mungkar, hampir-hampir langit pecah karena ucapan itu, dan bumi belah, dan gunung-gunung runtuh, karena mereka mendakwa Allah Yang Maha Pemurah mempunyai anak. Dan tidak layak bagi Tuhan Yang Maha Pemurah mengambil (mempunyai) anak." (QS. Maryam: 66-92)
Benar, Allah tak pernah mengangkat seorang anak untuk-Nya. Karena hal itu menunjukkan ada kakurangan dalam diri-Nya dan masih butuh pada selain-Nya. Padahal Allah Maha Kaya dan Terpuji.
Ahlak Mulia yang disalahartikan
Sesungguhnya toleransi dan akhlak mulia maknanya bukan ikut-ikutan dan dukung-mendukung terhadap pemeluk agama lain dalam kebatilan mereka, bekerjasama dan berserikat dalam kebatilan tersebut. Khususnya jika kebatilan tersebut adalah menyekutukan Allah. Dalam masalah ini, wajib berbara' (berlepas diri) darinya dan tidak memberi wala' (loyalitas) kepada pelakunya. Hal itu termasuk perintah Allah dan Sunnah para nabi-Nya.
Allah Ta'ala berfirman,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا لَا تَتَّخِذُوا الْيَهُودَ وَالنَّصَارَى أَوْلِيَاءَ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاءُ بَعْضٍ وَمَنْ يَتَوَلَّهُمْ مِنْكُمْ فَإِنَّهُ مِنْهُمْ إِنَّ اللَّهَ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الظَّالِمِينَ
"Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin-pemimpin (mu); sebahagian mereka adalah pemimpin bagi sebahagian yang lain. Barang siapa di antara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang dzalim." (QS. Al Maidah: 51)
Ibnu Abi Hatim telah meriwayatkan dari Muhammad bin Sirin, dia berkata: Abdullah bin 'Utbah berkata, "Hendaknya salah seorang mereka berhati-hati agar tidak menjadi Yahudi dan Nashrani tanpa disadarinya.” Ibnu Sirin meyakini bahwa Abdullah bin ‘Utbah menghendaki dari makna ayat di atas.
Perayaan Natal Berkaitan Dengan Masalah Akidah
Sesungguhnya perayaan-perayaan hari raya seperti Natal ini mengandung nilai kekufuran. Yaitu menyandangkan sifat tuhan kepada Al-Masih Isa bin Maryam, reinkarnasi, memberhalakan Isa, menganggapnya sebagai anak Allah, ia mati disalib, dan keyakinan lainnya. Dan keyakinan tersebut telah membuat murka Allah Ta’ala.
Sesungguhnya ikut serta dalam perayaan batil tersebut, menfasilitasi atau mengamankankannya menunjukkan kecocokan dan keridhaan terhadap perayaan itu dan pengakuan akan kebenaran keyakinan mereka. Walaupun orang yang ikut-ikutan merayakan hari raya tersebut meyakini berbeda aqidah dengan mereka, tapi ia berada di atas bahaya besar akibat kejahilannya dalam sikapnya tersebut. Karena keridlaan terhadap kekufuran adalah kekufuran juga.
Sesungguhnya ikut serta dalam perayaan Natal, menfasilitasi atau mengamankankannya menunjukkan kecocokan dan keridhaan terhadap perayaan itu dan pengakuan akan kebenaran keyakinan mereka.
Syaikh Abdurrahman bin Hasan Alu Syaikh dalam al-Mathlab al Hamid fi Bayan Maqaasid al-Tauhid menulis, “Ingkar wajib bersamaan dengan kemampuan. Sedangkan membenci semata adalah selemah-lemah iman. Sedangkan ridla dengan kemungkaran dan mengikuti kemungkaran tersebut merupakan kehancuran yang tidak ada harapan keberuntungan bersamanya.”
Sesungguhnya ikut menjaga tempat-tempat perayaan hari raya Natal berarti ikut meramaikan dan memeriahkan tempat perayaan kekufuran. Dan itu menunjukkan keridlaannya kepada acara tersebut. Padahal, seharusnya seorang muslim meninggalkan tempat tersebut dan tidak ikut mendengarkan atau memeriahkannya.
بَشِّرِ الْمُنَافِقِينَ بِأَنَّ لَهُمْ عَذَابًا أَلِيمًا الَّذِينَ يَتَّخِذُونَ الْكَافِرِينَ أَوْلِيَاءَ مِنْ دُونِ الْمُؤْمِنِينَ أَيَبْتَغُونَ عِنْدَهُمُ الْعِزَّةَ فَإِنَّ الْعِزَّةَ لِلَّهِ جَمِيعًا وَقَدْ نَزَّلَ عَلَيْكُمْ فِي الْكِتَابِ أَنْ إِذَا سَمِعْتُمْ آَيَاتِ اللَّهِ يُكْفَرُ بِهَا وَيُسْتَهْزَأُ بِهَا فَلَا تَقْعُدُوا مَعَهُمْ حَتَّى يَخُوضُوا فِي حَدِيثٍ غَيْرِهِ إِنَّكُمْ إِذًا مِثْلُهُمْ إِنَّ اللَّهَ جَامِعُ الْمُنَافِقِينَ وَالْكَافِرِينَ فِي جَهَنَّمَ جَمِيعًا
"Kabarkanlah kepada orang-orang munafik bahwa mereka akan mendapat siksaan yang pedih. (Yaitu) orang-orang yang mengambil orang-orang kafir menjadi teman-teman penolong dengan meninggalkan orang-orang mukmin. Apakah mereka mencari kekuatan di sisi orang kafir itu? Maka sesungguhnya semua kekuatan kepunyaan Allah. Dan sungguh Allah telah menurunkan kepada kamu di dalam Al Qur'an bahwa apabila kamu mendengar ayat-ayat Allah diingkari dan diperolok-olokkan (oleh orang-orang kafir), maka janganlah kamu duduk beserta mereka, sehingga mereka memasuki pembicaraan yang lain. Karena sesungguhnya (kalau kamu berbuat demikian), tentulah kamu serupa dengan mereka. Sesungguhnya Allah akan mengumpulkan semua orang-orang munafik dan orang-orang kafir di dalam Jahanam." (QS. Al Nisa': 138-140)
Dalam tiga ayat di atas, Allah Subhanahu wa Ta'ala melarang duduk-duduk di majelis yang di dalamnya terdapat penghinaan dan pengingkaran terhadap ayat-ayat Allah. Dan di antara bentuk kekufuran yang paling besar adalah ucapan orang Nashrani bahwa Allah punya anak, dia mati, Dia satu dari tiga (trinitas), Maha suci dan Mahatinggi Allah dari apa yang mereka tuduhkan kepada-Nya.
Kemudian Allah mengabarkan bahwa orang yang mendengarkan celotehan dari keyakinan-keyakinan batil ini, dia seperti mereka dan dihukumi sebagai munafik dan kelak akan dihimpun pada hari kiamat bersama mereka, kita berlindung kepada Allah dari kehinaan ini.
Sesungguhnya ikut menjaga tempat-tempat perayaan hari raya Natal berarti ikut meramaikan dan memeriahkan tempat perayaan kekufuran. Dan itu menunjukkan keridlaannya kepada acara tersebut.Padahal, seharusnya seorang muslim meninggalkan tempat tersebut dan tidak ikut mendengarkan atau memeriahkannya.
Harusnya Berlepas Diri Dari Kekufuran
Sesungguhnya Allah dan Rasul-Nya berlepas diri dari orang yang menolong pelaku kebatilan dalam melakukan aksinya. Dan kebatilan terbesar adalah kufur kepada Allah dan menuduh Allah punya anak, Dia mati lalu hidup kembali. Keyakinan-keyakinan ini adalah perkara yang sangat buruk dan jahat yang membuat kulit dan bulu setiap mukmin bergidik, bahkan benda-benda matipun tak terima dengan tuduhan tersebut.
"Dan mereka berkata: 'Tuhan Yang Maha Pemurah mengambil (mempunyai) anak'. Sesungguhnya kamu telah mendatangkan sesuatu perkara yang sangat mungkar. Hampir-hampir langit pecah karena ucapan itu, dan bumi belah, dan gunung-gunung runtuh, karena mereka mendakwa Allah Yang Maha Pemurah mempunyai anak. Dan tidak layak bagi Tuhan Yang Maha Pemurah mengambil (mempunyai) anak. Tidak ada seorang pun di langit dan di bumi, kecuali akan datang kepada Tuhan Yang Maha Pemurah selaku seorang hamba." (QS. Maryam: 88-93)
Langit dan bumi kaget dengan ucapan tersebut, bagaimana mungkin seorang muslim yang mentauhidkan Allah bisa ikut serta, mendukung, dan bergembira dengan perayaan-perayaan hari raya tersebut yang jelas-jelas menghina Allah dengan terang-terangan. Keyakinan ini membatalkan peribadatan kepada Allah, karena inilah Allah Ta'ala menyifati Ibadurrahman (Hamba-hamab Allah yang Mahapengasih) bersih dari semua itu:
وَالَّذِينَ لَا يَشْهَدُونَ الزُّورَ
"Dan orang-orang yang tidak memberikan persaksian palsu. . ." (QS. Al Furqaan: 72)
Makna al Zuur, adalah hari raya dan hari besar kaum musyrikin sebagaimana yang dikatakan Ibnu Abbas, Abul 'Aliyah, Ibnu sirin, dan ulama lainnya dari kalangan sahabat dan tabi'in.
Karena seorang muslim berada di atas kebenaran, yang lebih pas ia menyeru mereka kepada kebenaran yang diyakininya. Jika tidak mampu berdakwah maka janganlah mendukung kebatilan mereka. Tapi ia pergi menjauhinya sebagai bentuk keingkarannya. Dan itu terkategori selemah-lemahnya iman.
Dilarang Ikut Berbahagia dan Memeriahkan Acara Batil
Allah melarang menampakkan kebahagiaan pada saat hari besar mereka, walau tidak ikut serta orang kafir dalam merayakannya. Dasarnya adalah hadits Anas radliyallah 'anhu, berkata: "Ketika Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam tiba di Madinah, mereka memiliki dua hari hari untuk bermain-main (bersenang-senang) pada masa jahiliyah. Lalu beliau bersabda: "Sesungguhnya Allah telah memberikan ganti untuk kalian yang lebih baik dari keduanya, yaitu hari raya Idul Fitri dan hari raya korban." (Dishahihkan oleh al Albani dalam Shahih al Jaami', no. 4460)
Dalam hadits 'Uqbah bin 'Aamir radliyallah 'anhu, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Hari 'Arafah dan hari-hari Tasyriq adalah hari raya kita umat Islam, hari-hari itu adalah hari untuk makan dan minum (bersenang-senang)," (dishahihkan oleh Al Albani).
Sesungguhnya hari raya merupakan syi’ar zahir bagi setiap ajaran atau agama tertentu. Natal dan tahun baru, merupakan syi’ar agama Nasrani (Kristen). Karenanya dilarang ikut serta mendukung dan menfasilitasi perayaan hari raya Natal orang kafir Nasrani. Apa lagi di dalamnya dikumandangkan kekufuran penghinaan terhadap Allah Ta’ala. Sesungguhnya dosa ini sangat berat.
Sesungguhnya hari raya merupakan syi’ar zahir bagi setiap ajaran atau agama tertentu. Natal dan tahun baru, merupakan syi’ar agama Nasrani (Kristen). Karenanya dilarang ikut serta mendukung dan menfasilitasi perayaan hari raya Natal orang kafir Nasrani.
Namun hal ini tentu sangat berbeda bagi orang yang ikut mengamankan dan melancarkan jalannya acara Natalan. Di sana dia bersuka cita, bahkan boleh jadi makan dan minum di tempat tersebut dengan jamuan dari pihak Gereja. Semua ini bertentangan dengan tuntunan akidah Islam. Wal’iyaz Billah.. [PurWD/voa-islam.com]
Inggris: Palang Merah Larang Perayaan Natal
LONDON (voa-islam.com): Palang Merah telah melarang penggalangan dana dari 430 perusahaan mereka yang digunakan untuk merayakan Natal.
Para staf juga telah diperintahkan untuk menurunkan dekorasi dan menghilangkan pernik-pernik lain dari perayaan umat Kristen itu karena hal tersebut bisa menyinggung perasaan Muslim.
Langkah yang diambil Palang Merah ini sendiri telah memicu kritik dan ejekan. Christine Banks, seorang sukarelawan di sebuah toko milik Palang Merah di New Romney, Kent, mengatakan: "Kami memasang sebuah kandang Natal di jendela dan kami kemudian disuruh untuk menurunkannya. Tampaknya kami tidak bisa memiliki apapun yang berhubungan dengan Natal."
"Ketika kami mengirim kartu, mereka mengatakan hanya boleh menulis salam musim atau semoga mendapatkan yang terbaik. Tidak boleh berhubungan langsung dengan perayaan Natal."
"Kami diminta itu karena kami tidak boleh membuat orang-orang Muslim marah."
Kemarin pejabat di markas pusat Palang Merah di London menegaskan bahwa Natal telah dilarang dari 430 toko-toko mereka yang selama ini telah menyumbang lebih dari 20 £ untuk pendapatan tahun lalu.
"Palang Merah adalah organisasi netral dan kita tidak ingin disejajarkan dengan partai politik atau filsafat tertentu," kata juru bicara Palang Merah.
Dia menambahkan, "di toko-toko orang dapat memasang dekorasi seperti hiasan atau salju musiman. Tetapi ditegaskan bahwa hal-hal yang mewakili Natal tidak dapat ditampilkan."
Itu adalah langkah dari Palang Merah di Inggris, belum jelas mengapa mereka mengambil upaya seperti ini, apakah ini berkaitan dengan misi-misi mereka di daerah konflik dunia seperti di Afghanistan dan mereka ingin menunjukkan jika mereka juga "peduli dengan Muslim" menurut cara mereka sendiri? (Za/dMail)
Para staf juga telah diperintahkan untuk menurunkan dekorasi dan menghilangkan pernik-pernik lain dari perayaan umat Kristen itu karena hal tersebut bisa menyinggung perasaan Muslim.
Langkah yang diambil Palang Merah ini sendiri telah memicu kritik dan ejekan. Christine Banks, seorang sukarelawan di sebuah toko milik Palang Merah di New Romney, Kent, mengatakan: "Kami memasang sebuah kandang Natal di jendela dan kami kemudian disuruh untuk menurunkannya. Tampaknya kami tidak bisa memiliki apapun yang berhubungan dengan Natal."
"Ketika kami mengirim kartu, mereka mengatakan hanya boleh menulis salam musim atau semoga mendapatkan yang terbaik. Tidak boleh berhubungan langsung dengan perayaan Natal."
"Kami diminta itu karena kami tidak boleh membuat orang-orang Muslim marah."
Kemarin pejabat di markas pusat Palang Merah di London menegaskan bahwa Natal telah dilarang dari 430 toko-toko mereka yang selama ini telah menyumbang lebih dari 20 £ untuk pendapatan tahun lalu.
"Palang Merah adalah organisasi netral dan kita tidak ingin disejajarkan dengan partai politik atau filsafat tertentu," kata juru bicara Palang Merah.
Dia menambahkan, "di toko-toko orang dapat memasang dekorasi seperti hiasan atau salju musiman. Tetapi ditegaskan bahwa hal-hal yang mewakili Natal tidak dapat ditampilkan."
Itu adalah langkah dari Palang Merah di Inggris, belum jelas mengapa mereka mengambil upaya seperti ini, apakah ini berkaitan dengan misi-misi mereka di daerah konflik dunia seperti di Afghanistan dan mereka ingin menunjukkan jika mereka juga "peduli dengan Muslim" menurut cara mereka sendiri? (Za/dMail)
Sejarah Hari Krismas
Daripada Wikipedia, ensiklopedia bebas.
Lompat ke: pandu arah, cari
Penganut Kristian merayakan hari kelahiran Jesus yang disebut sebagai Hari Krismas atau Hari Natal pada 25 Disember pada setiap tahun.
Sarjana Kristian menyatakan tahun sebenar Jesus ialah pada tahun 6 atau 7 sebelum masehi. Mungkin juga pada tahun 8 dan 6 sebelum tarikh masehi. Ketidakpastian tarikh ini tidaklah menghairankan kerana gereja Kristian zaman dahulu tidak mementingkan tarikh. [1]
Hari raya yang terbesar dalam agama Kristian ialah Paskah bukan Hari Natal. Hari Natal itu baru dirayakan di Persidangan Rome tahun 354 m , di Contantinople 376 m dan di Antiochia 388 m Menurut Usener, mulanya Hari lahir Jesus disambut pada 6 Januari. Tetapi Paus Liberius menukar kepada 25 Disember. Gereja-gereja Katholik merayakan hari lahir Jesus pada 7 Januari sehingga sekarang.
Hanya pada 530 masehi tarikh lahir lahir Jesus ditetapkan . Pendeta bangsa Scythian juga ahli nujum bernama Dionzysius Eziguus menetapkan pada 25 Disember , tanpa sebarang alasan munasabah .
Menurut almanak Yulius ,tarikh 25 Disember sebenarnya tarikh lahirnya matahari. Dewa Mithra dilahirkan pada 25 Disember juga . Plitach menyatakan dewa Orisis iaitu dewa orang Mesir lahir pada 27 Disember. Dewa Horus dan dewa Apollo dilahirkan pada 28 Disember. Semua dewa di atas adalah nama dewa matahari.
Dr JJ Ch. Abinene menyatakan hari lahir Jesus mulanya tidak dirayakan kerana perayaan ini menyerupai kebiasaan orang kafir. Dalam Perjanjian Baru tidak pernah disebut perayaan hari natal ini. Namun akhirnya hari lahir Jesus dirayakan juga iaitu pada 6 Januari di Mesir sekitar abad ke-3, di Galilea 360 m dan di Sepanyol 380 m. Kemudian di Rome tetapi tarikhnya 25 disember.
Ketika Rasulullah Saw. menantang berbagai keyakinan bathil dan pemikiran rusak kaum musyrikin Mekkah dengan Islam, Beliau dan para Sahabat ra. menghadapi kesukaran dari tangan-tangan kuffar. Tapi Beliau menjalani berbagai kesulitan itu dengan keteguhan dan meneruskan pekerjaannya.
BalasHapus