Pondok digempur, Ketua JAT Dompu Bima jadi target buruan polisi
Hanin Mazaya
Jum'at, 15 Juli 2011 14:45:15
Hits: 95
BIMA (Arrahmah.com) – Kosongnya Pondok Pesantren Umar bin Khottob (UBK) di Sila, Bima, NTB menjadikan polisi dan tim Densus 88 leluasa mengobrak-abrik pesantren tersebut. Dan benar saja, setelah polisi masuk tiba-tiba terjadi beberapa kali bunyi letusan, serta terbakarnya rumah pimpinan pondok pesantren tersebut. Polisi tidak mengkonfirmasi siapa yang melakukan pembakaran rumah pemimpin pondok UBK tersebut.
Setelah merangsek ke pondok pesantren Umar bin Khottob yang berada di desa Sila, polisi kini mengobrak-abrik rumah Ketua JAT cabang Dompu, lapor Muslimdaily. Untuk diketahui, jarak dari desa Sila tempat pondok UBK ke desa Dompu ditempuh dengan waktu satu jam.
Awal mula dicarinya Ketua JAT Dompu pasca terjadinya “letusan” di pondok UBK yang menewaskan salah satu ustadz bernama Firdaus. Ustadz Firdaus merupakan warga desa Dompu yang bekerja di pondok UBK Sila. Keluarga ustadz Firdaus dari Dompu berangkat ke Sila untuk mengambil jenazah. Setelah keluar dari pondok, rombongan penjemput jenazah dihadang polisi. Jenazah kemudian direbut polisi serta 11 keluarga penjemput jenazah ditangkap.
Kabar ini membuat warga desa Dompu yang menunggu kedatangan jenazah menjadi marah. Kemudian warga Dompu melakukan pemblokiran jalan serta untuk menuntut jasad ustadz Firdaus dikembalikan, serta tim penjemput jenazah dibebaskan.
Pada Selasa malam kemudian jenazah dikembalikan, dan enam orang yang ditahan dipulangkan. Esoknya tiga orang lagi dilepaskan polisi, namun dua orang masih ditahan dan statusnya menjadi tersangka, karena dianggap mengetahui insiden “letusan” di pondok UBK.
Setelah pemakaman, pemblokiran jalan di Dompu pun berakhir. Namun, setelah itu polisi menggeledah rumah ustadz Taqiyudin yang juga Ketua JAT cabang Dompu, karena dituding polisi telah memprovokasi warga Dompu melakukan pemblokiran jalan. Saat dilakukan penggeledahan, Ketua JAT cabang Dompu tersebut sudah tidak berada di rumah.
Ditanya mengenai kondisi sebenarnya yang menewaskan ustadz Firdaus, sumber MuslimDailymenyatakan tidak tahu kejadian sebenarnya, karena banyak kabar simpang siur yang menyebutkan ustadz Firdaus meninggal terkena ledakan kompor, sedang kabar lain menyebutkan ustadz Firdaus ditembak, seperti yang dilaporkan beberapa media.
Sementara itu, dilaporkan radio KBR68H, Majelis Ulama Indonesia Kabupaten Bima Nusa Tenggara Barat meminta polisi menutup sementara pondok pesantren Umar bin Khottob.
Ketua MUI Kabupaten Bima Abdurrahim Haris mengatakan, penutupan dilakukan sampai polisi selesai menuntaskan kasus meledaknya bom di pondok pesantren tersebut. Menurut Abdurrahim, kasus yang menimpa pondok pesantren Umar bin Khattab telah memberikan imej buruk bagi presantren di Kabupaten Bima. (muslimdaily/arrahmah.com)l
Polisi klaim temukan bahan peledak dan dokumen jihad di pesantren Umar Bin Khattab
Rasul Arasy
Kamis, 14 Juli 2011 10:09:57
Hits: 968
MATARAM (Arrahmah.com) – Polisi mengklaim telah menemukan bahan peledak, dokumen jihad, dan pakaian militer dalam penggerebekan di Pondok Pesantren Umar Bin Khattab (UBK), di Desa Sanolo, Kecamatan Bolo, Kabupaten Bima, Rabu, (13/7/2011).
Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Kepolisian Daerah Nusa Tenggara Barat Ajun Komisaris Besar Sukarman mengatakan, saat melakukan penggerebekan di pondok pesantren tersebut, polisi menghadapi sembilan kali ledakan di setiap ruangan yang didatangi.
“Ledakan terakhir mengeluarkan asap tebal,’’ katanya pada Kamis (14/7).
Hasil “temuan” dari penggerebekan itu di antaranya, sembilan buah bom molotov, 30 buah senapan angin, pedang, golok, busur panah, VCD tentang jihad, dua unit CPU, puluhan buku jihad, kaos Jamaah Anshorut Tauhid, dan bahan-bahan yang diduga untuk membuat bom seperti rangkaian kabel dan solder.
Saat tim gabungan dari Brimob dan Satuan Anti Teror melakukan penggerebekan, mereka tidak menemukan pimpinan pondok pesantren tersebut.
Sementara itu, di Desa OO, Kecamatan Dompu, Kabupaten Dompu, polisi menggerebek rumah Ustad Taqiudin yang diduga memiliki hubungan dengan pondok pesantren Umar Bin Khattab. Yang bersangkutan diperkirakan sudah pergi ke hutan, polisi mendapati sejumlah barang seperti yang ditemukan di Bima. Di antaranya buku jihad, topi militer dan baret, komputer, flash disk. Barang-barang tersebut sudah dibawa ke Markas Polres Dompu.
Kepala Polda NTB Brigadir Jenderal Arif Wachyunadi mengatakan bahwa hari ini pihaknya berencana bertemu dengan tokoh-tokoh masyarakat dan agama di Bima.
Sebelumnya warga Pondok Pesantren Umar Bin Khattab sempat memblokir polisi untuk masuk ke kawasan pondok.
Upaya memasuki Ponpes UBK pimpinan Abrori dilakukan polisi untuk melakukan penyelidikan setelah tewasnya Ustad Suryanto Abdullah alias Firdaus, 31 tahun, yang diduga meninggal akibat ledakan bom rakitan.
“Kapolda akan melakukan pendekatan kepada ponpes dan memberi arahan anggota polisi,” kata Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Polda NTB, Ajun Komisaris Besar Sukarman Husein, Rabu(13/7).
Ustad Firdaus ditemukan tewas setelah terjadinya ledakan yang diduga bom pada Senin (11/7) pukul 15.30 WITA. Namun, baru Selasa (12/7) siang pukul 11.00 WITA, Firdaus diketahui tewas setelah sebuah angkot yang membawa jenazahnya dicegat polisi saat angkot tersebut menuju ke kampungnya di Desa OO, Kecamatan Dompu, Kabupaten Dompu.
Saat jenazah tiba, polisi berusaha membuka pemblokiran jalan Jalan Dompu–Bima, tepatnya di depan SMP Negeri 2 Dompu. Akibatnya, terjadi bentrokan yang mengakibatkan tiga orang luka. Satu di antara yang terluka adalah anggota polisi.
Kemarin petang pukul pukul 18.00 WITA, jenazah Firdaus sudah diserahkan kepada keluarganya dan pukul 20.30 WITA langsung dikuburkan di makam keluarga di Dompu. (TI/arrahmah.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar