Hisab awal Ramadhan 1432 H
Bulan Sya'ban 1432 H tinggal beberapa hari lagi. Sebentar lagi umat Islam akan memasuki bulan Ramadhan 1432 H. Menjelang kedatangan bulan suci ini, hendaknya ummat Islam mempersiapkan diri dengan sebaik-baiknya agar ibadah-ibadah yang dilakukan selama bulan Ramadhan tersebut dapat dilakukan secara optimal.
Dalam tulisan ini, penulis bermaksud menjelaskan proses perhitungan atau hisab datangnya bulan Ramadhan 1432 H. Pada akhirnya, untuk umat Islam di Indonesia, keputusan datangnya bulan Ramadhan akan diputuskan oleh pemerintah Indonesia, dalam hal ini Menteri Agama. Karena itu perhitungan disini hanyalah berfungsi untuk memberikan perkiraan (yang akurat) bagi siapa saja yang ingin mengetahui bagaimana cara menghisab.
***
Menentukan konjungsi geosentrik
Seperti biasa, perhitungan dimulai dengan menentukan kapan terjadinya bulan baru (new moon) atau konjungsi geosentrik. Yang dimaksud dengan konjungsi geosentrik adalah ketika menurut pusat bumi (geosentrik), matahari dan bulan memiliki bujur ekliptika (dalam koordinat ekliptika geosentrik) yang sama. (Sebagai catatan tambahan, bujur ekliptika ini adalah bujur ekliptika yang nampak (apparent) yaitu bujur ekliptika sejati ditambah dengan faktor koreksi seperti koreksi aberasi dan nutasi.) Disini, kita akan gunakan lima data perhitungan dari algoritma atau sumber yang berbeda.
Hasil perhitungan pertama, fase bulan baru (new moon) dihitung secara langsung menggunakan algoritma Meeus, maka untuk datangnya bulan Ramadhan ini, konjungsi geosentrik Insya Allah terjadi pada tanggal 30 Juli 2011 pukul 18:39:47 UT atau tanggal 31 Juli 2011 pukul 01:39:47 WIB.
Hasil perhitungan kedua , jika kita gunakan perhitungan bujur ekliptika nampak geosentrik untuk bulan dan matahari dengan menggunakan algoritma Meeus, kita peroleh bulan dan matahari keduanya memiliki bujur ekliptika nampak geosentrik yang sama pada 30 Juli 2011 pukul 18:39:45 UT atau tanggal 31 Juli 2011 pukul 01:39:45 WIB, yang berarti hanya berselisih dua detik dari perhitungan di atas. Pada waktu tersebut, bujur ekliptika nampak geosentrik bulan dan matahari adalah 127 derajat 15 menit busur 56 detik busur atau 127:15:56 D:M:S.
Hasil perhitungan ketiga, NASA merilis data fase bulan baru yang jatuh pada 30 Juli 2011 pukul 18:40 UT (lihat di http://eclipse.gsfc.nasa.gov/phase/phase2001gmt.html kemudian lihat data new moon untuk tahun 2011). Hasil ini tentu saja sama hingga menit terdekat dengan dua perhitungan di atas, karena NASA juga menggunakan algoritma Meeus.
Hasil perhitungan keempat, Steve Moshier (http://www.moshier.net/) juga menghitung data tabel bulan baru sejak 3000 tahun sebelum Masehi hingga tahun 3000 Masehi dengan menggunakan algoritma DE406 (http://www.moshier.net/newmoontab.zip). Untuk kejadian ini, bulan baru jatuh pada Julian Day Ephemeris 2455773.2784 TD atau 30 Juli 2011 pukul 18:40:54 TD. Karena masih dalam satuan TD (Dynamical Time), maka jika dikonversi ke UT harus dikurangi dengan Delta_T untuk tahun 2011 sebesar 67 detik sehingga fase bulan baru menjadi 30 Juli 2011 pukul 18:39:47 UT. Hasil ini tepat sama dengan hasil perhitungan fase bulan menggunakan algoritma Meeus di atas.
Hasil perhitungan kelima, dari software Accurate Times karya Mohamad Odeh, data fase-fase bulan juga dapat diperoleh. Perlu diketahui, software Accurate Times ini menggunakan data koreksi VSOP87 untuk matahari dan ELP untuk bulan. Untuk bulan baru yang kita tinjau kali ini, dengan menggunakan Delta_T = 67 detik, diperoleh fase bulan baru geosentrik pada 30 Juli 2011 pukul 18:39:47 UT.
Dari lima data perhitungan di atas, dapat disimpulkan bahwa fase bulan baru atau konjungsi geosentrik jika dibulatkan ke menit terdekat terjadi pada 30 Juli 2011 pukul 18:40 UT atau 31 Juli 2011 pukul 01:40 WIB.
(Sebagai catatan: konjungsi geosentrik di atas terjadi ketika pusat matahari, pusat bulan dan pusat bumi berada pada suatu bidang yang sama, dalam hal ini bidang ini tegaklurus pada bidang ekliptika. Karena itu faktor lokasi di permukaan bumi tidak berpenngaruh sama sekali pada proses perhitungan di atas. Namun jika yang ditunjau adalah konjungsi toposentrik, yang berarti pusat matahari, pusat bulan dan suatu lokasi di permukaan bumi terletak segaris, atau juga berarti pusat matahari dan pusat bulan memiliki bujur ekliptika toposentrik yang sama menurut suatu lokasi, maka waktu terjadinya konjungsi toposentrik akan bergantung dari setiap lokasi. Sebagai contoh, menurut Jakarta (106:51 BT, 06:09 LS, 0 m) konjungsi toposentrik terjadi pada pukul 01:05 WIB sedangkan menurut Surabaya (112:43 BT, 07:13 LS, 0 m) adalah pukul 00:59 WIB. Disini, konjungsi toposentrik tidak akan dibahas.)
***
Lunasi dan umur Sya'ban 1432 H
Data fase bulan baru sebelumnya untuk datangnya bulan Sya'ban 1432 H adalah 1 Juli 2011 pukul 15:54 WIB. Dengan demikian, lunasi bulan untuk Sya'ban 1432 H adalah 29 hari 9 jam 46 menit. Lama lunasi ini sedikit lebih kecil dari rata-rata 1 bulan sinodik yang besarnya 29 hari 12 jam 44 menit.
Dari berbagai sumber, 1 Sya'ban 1432 H di Indonesia jatuh pada hari Ahad, 3 Juli 2011. Selanjutnya, hisab serta rukyah akan dilakukan pada tanggal Ahad, 31 Juli 2011 saat maghrib di lokasi-lokasi setempat. Jika hisab dan rukyah menunjukkan hasil positif pada maghrib 31 Juli 2011, berarti 1 Ramadhan 1432 H jatuh pada 1 Agustus 2011, yang sekaligus menunjukkan bahwa Sya'ban 1432 H berisi 29 hari.
***
Hisab bulan dan matahari
Proses perhitungan azimuth (arah mata angin) dan altitude (ketinggian dari ufuk) posisi bulan dan matahari membutuhkan beberapa variabel, yaitu (1) lokasi yang meliputi bujur geografis, lintang geografis serta ketinggian lokasi dari permukaan laut, (2) waktu perhitungan, yaitu tahun - bulan - tanggal - jam - menit - detik. Tahun - bulan - tanggal sudah ditetapkan, yaitu 31 Juli 2011. Adapun untuk jam - menit - detik, ini bergantung pada kapan akan dihitung. Jika dihitung pada saat matahari terbenam, berarti waktu matahari terbenam pada 31 Juli 2011 bergantung kepada lokasi di atas. Dengan kata lain, jika sudah ditetapkan hisab akan dilakukan pada waktu matahari terbenam, berarti variabelnya adalah tanggal-bulan-tahun serta lokasi tersebut.
Disini, lokasi yang akan dipilih adalah pantai Parangkusumo, Yogyakarta dengan koordinat 110:18 BT, 08:01 LS dan 0 meter di atas permukaan laut. Disini sengaja dipilih lokasi tersebut karena Insya Allah pada tanggal 31 Juli 2011, penulis bersama-sama dengan komunitas rukyatul hilal di Yogyakarta akan melakukan observasi hilal di tempat tersebut.
Berikut ini hasil perhitungan, baik menurut geosentrik maupun toposentrik.
***
Sunset
Pada 31 Juli 2011 di Parangkusumo, matahari Insya Allah terbenam (sunset) pada pukul 17:38:05 WIB, baik menurut geosentrik maupun toposentrik. Kondisi yang terjadi pada saat matahari terbenam adalah ketika ketinggian (true altitude) matahari pada waktu tersebut sama dengan minus koreksi refraksi dikurangi dengan sudut jari-jari matahari. Koreksi refraksi / pembiasan atmosfer adalah 34 menit busur atau 00:34:00 derajat, sedangkan sudut jari-jari matahari saat itu adalah 15 menit busur 45 detik busur atau 00:15:45 derajat, sehingga ketinggian (true altitude) matahari pada saat terbenam di Parangkusumo adalah minus 00:34:00 derajat dikurangi 00:15:45 derajat = minus 00:49:45 derajat. Ketinggian matahari sebesar minus 00:49:45 terjadi pada pukul 17:38:05 WIB.
(sebagai catatan tambahan, jika ketinggian lokasi tidak nol atau sama dengan h bersatuan meter, maka true altitude matahari saat terbenam = minus koreksi refraksi dikurangi dengan sudut jari-jari matahari dikurangi 0.0347*h^(1/2). Tanda * dan ^ masing-masing menunjukkan perkalian dan pangkat. Artinya saat matahari terbenam, true altitude matahari untuk ketinggian h di atas permukaan laut bernilai lebih rendah daripada true altitude matahari di permukaan laut. Sehingga, matahari terbenam lebih terlambat jika diamati di ketinggian tertentu dibandingkan dengan di permukaan laut.)
***
Moonset
Pada 31 Juli 2011 di Parangkusumo, bulan Insya Allah terbenam (moonset) pada pukul 18:09:23 WIB, baik menurut geosentrik maupun toposentrik. Kondisi yang terjadi pada saat bulan terbenam adalah ketika ketinggian (true altitude) bulan pada waktu tersebut sama dengan minus koreksi refraksi ditambah dengan 0.7275*sudut paralaks bulan. Sudut paralaks bulan saat itu adalah 59 menit busur 23 detik busur atau 00:59:23 derajat, sehingga ketinggian (true altitude) bulan pada saat terbenam di Parangkusumo adalah minus 00:34:00 derajat + 0.7275*(00:59:23) derajat = positif 9 menit busur 7 detik busur = 00:09:07 derajat.
Selanjutnya, waktu moonset di Parangkusumo dibulatkan ke menit terdekat, yaitu pukul 18:09 WIB
(sebagai catatan tambahan, jika ketinggian lokasi tidak nol atau sama dengan h bersatuan meter, maka true altitude bulan saat terbenam = minus koreksi refraksi ditambah dengan 0.7275*sudut paralaks bulan dikurangi 0.0347*h^(1/2).)
***
Catatan tentang Sunset dan Moonset
Meeus menulis dalam bukunya Astronomical Algorithm bahwa terbit dan terbenamnya matahari dipengaruhi oleh faktor pembiasan atmosfer. Efek pembiasan ini bergantung pada temperatur di permukaan bumi, serta tekanan atmosfer. Ternyata pembiasan juga bergantung pada panjang gelombang cahaya matahari. Karena itu koreksi atmosfer sebesar 34 menit busur sebenarnya merupakan pendekatan saja. Ditambah lagi dengan penelitian Schaefer dan Liller tentang fluktuasi pembiasan di dekat horison sebesar 0,3 derajat, maka Meeus menulis, "it should be mentioned here that giving rising and setting times of a body more accurately than to the nearest minute makes no sense." Maknanya adalah ketelitian dalam menentukan waktu terbit dan terbenam suatu benda langit tidak lebih dari menit terdekat. Secara teori memang kita bisa menghitung hingga dalam satuan detik, tetapi itu tidak ada maknanya (makes no sense) karena banyaknya ketidakpastian seperti tersebut di atas. Karena itu dalam menentukan kapan matahari dan bulan terbit atau terbenam, pada akhirnya secara fisis kita mesti menentukannya hingga menit terdekat, bukan detik.
***
Umur bulan saat Sunset dan Selisih Moonset dan Sunset
Selanjutnya kita bulatkan ke menit terdekat untuk waktu sunset di Parangkusumo, yaitu pada pukul 17:38 WIB. Karena konjungsi geosentrik terjadi pada pukul 01:40 WIB, maka umur bulan saat sunset sama dengan waktu sunset dikurangi waktu konjungsi geosentrik sama dengan 15 jam 58 menit.
Selanjutnya Selisih Moonset dan Sunset adalah Waktu Moonset dikurangi Sunset = 18:09 - 17:38 = 31 menit.
***
Data matahari dan bulan saat sunset
Meskipun waktu sunset (dan moonset) telah dibulatkan hingga menit terdekat, untuk sementara ini data azimuth dan altitude matahari dan bulan masih ditulis hingga detik busur terdekat. Pada akhirnya hasilnya nanti akan dibulatkan.
Saat sunset di Parangkusumo, azimuth geosentrik dan true altitude geosentrik matahari berturut-turut adalah 288:21:25 derajat dan minus 00:49:45 derajat, sedangkan azimuth geosentrik dan true altitude bulan geosentrik berturut-turut adalah 283:08:48 derajat dan positif 07:26:05 derajat. Dengan demikian selisih azimuth geosentrik adalah 05:12:36 derajat, sedangkan selisih altitude geosentrik adalah 08:15:50 derajat. Dapat dihitung pula besar sudut elongasi geosentrik antara bulan dan matahari saat sunset sebesar 09:45:44 derajat. Selanjutnya, besar iluminasi geosentrik bulan saat sunset adalah 0,73%.
Sementara untuk hasil toposentrik, azimuth toposentrik dan true altitude toposentrik matahari berturut-turut adalah 288:21:25 derajat dan minus 00:49:54 derajat, sedangkan azimuth toposentrik dan true altitude bulan toposentrik berturut-turut adalah 283:08:45 derajat dan positif 06:27:05 derajat. Dengan demikian selisih azimuth toposentrik adalah 05:12:39 derajat, sedangkan selisih altitude toposentrik adalah 07:17:00 derajat. Dapat dihitung pula besar sudut elongasi toposentrik antara bulan dan matahari saat sunset sebesar 08:56:59 derajat. Selanjutnya, besar iluminasi toposentrik bulan saat sunset adalah 0,61%.
Disini, sudut elongasi adalah besarnya sudut pemisah antara pusat matahari dengan pusat bulan. Semakin besar sudut elongasi, maka bulan akan semakin mudah terlihat saat sunset. Sementara iluminasi adalah perbandingan antara luasan cakram bulan yang memantulkan cahaya matahari dengan luasan cakram total. Saat bulan baru, iluminasi = 0 %, sedangkan saat bulan purnama, iluminasi = 100 %. Semakin besar iluminasi, semakin mudah pula bulan akan terlihat.
Dari data di atas, nampak bahwa azimuth toposentrik tidak jauh berbeda dengan azimuth geosentrik, baik untuk matahari maupun bulan. Adapun altitude toposentrik matahari bernilai 9 detik busur lebih rendah daripada azimuth geosentrik matahari, dimana 9 detik busur ini adalah sudut paralaks matahari. Sedangkan altitude toposentrik bulan bernilai sekitar 59 menit busur lebih rendah daripada altitude geosentrik bulan, sebab nilai tersebut bersumber dari sudut paralaks bulan sebesar 59 menit 23 detik busur. Perlu diketahui bahwa sudut paralaks suatu benda langit merupakan perbandingan antara jari-jari bumi dengan jarak bumi ke benda langit tersebut.
Selanjutnya, selisih azimuth toposentrik dapat dikatakan hampir sama dengan selisih azimuth geosentrik, yaitu sekitar 5,2 derajat. Sedangkan selisih altitude toposentrik sekitar 7,3 derajat adalah lebih kecil sekitar satu derajat dari selisih altitude geosentrik sekitar 8,25 derajat. Akhirnya, sudut elongasi toposentrik adalah sekitar 8,85 derajat, bernilai sekitar 0,9 derajat lebih kecil daripada sudut elongasi geosentrik yang bernilai sekitar 9,75 derajat.
***
Bagaimanakah dengan kemungkinan pengamatan hilal di tempat-tempat lain di Indonesia?
Di bagian timur Indonesia, seperti di Jayapura (140:38 BT, 2:28 LU), sunset terjadi pada 17:51 WIT, dimana pada saat itu, selisih altitude geosentrik bulan dengan matahari sekitar 6,2 derajat sedangkan untuk toposentrik sekitar 5,2 derajat. Dengan azimuth bulan sekitar 6,3 derajat di sebelah selatan matahari saat terbenam, maka elongasi geosentrik 8,8 derajat dan toposentrik 8,2 derajat.
Di Manado saat sunset, selisih altitude geosentrik bulan dengan matahari sekitar 6,8 derajat sedangkan untuk toposentrik sekitar 5,8 derajat. Dengan azimuth bulan sekitar 6,4 derajat di sebelah selatan matahari saat terbenam, maka elongasi geosentrik 9,4 derajat dan toposentrik 8,7 derajat.
Di Jakarta saat sunset, selisih altitude geosentrik bulan dengan matahari sekitar 8,2 derajat sedangkan untuk toposentrik sekitar 7,2 derajat. Dengan azimuth bulan sekitar 5,5 derajat di sebelah selatan matahari saat terbenam, maka elongasi geosentrik 9,9 derajat dan toposentrik 9,1 derajat.
Di Banda Aceh saat sunset, selisih altitude geosentrik bulan dengan matahari sekitar 7,4 derajat sedangkan untuk toposentrik sekitar 6,4 derajat. Dengan azimuth bulan sekitar 7,4 derajat di sebelah selatan matahari saat terbenam, maka elongasi geosentrik 10,4 derajat dan toposentrik 9,8 derajat.
Dari beberapa data di atas, nampak bahwa di Indonesia selisih ketinggian bulan dengan matahari saat sunset berkisar dari rentang 5 hingga 8 derajat. Dengan Dengan azimuth bulan bervariasi sekitar 5 hingga 7 derajat di sebelah selatan matahari saat matahari terbenam, maka akhirnya diperoleh elongasi berkisar dari 8 hingga 10 derajat.
Berdasarkan data hisab di atas, nampaknya ada peluang besar hilal dapat diamati pada 31 Juli 2011 maghrib. Jika dapat diamati, dan selanjutnya diakui dan diputuskan oleh Pemerintah Indonesia, dalam hal ini Menteri Agama, maka 1 Ramadhan 1432 H Insya Allah akan jatuh pada 1 Agustus 2011.
***
Demikian beberapa paparan singkat tentang prediksi awal Ramadhan 1432 H. Banyak kalangan sepakat bahwa awal Ramadhan 1432 H Insya Allah akan jatuh pada 1 Agustus 2011. Semoga bermanfaat.
Sedikit tambahan, dalam rangka menyebarluaskan ilmu falak dengan niat ikhlas dan mengharap pahala dari Allah SWT, bagi kalangan masyarakat umum, masjid dan sebagainya yang ingin mengetahui ilmu falak secara lebih detail lewat kajian yang intensif, silakan hubungi penulis:
Dr. Eng. Rinto Anugraha
Dosen Fisika UGM / Kepala Lab Fisika Material dan Instrumentasi Jurusan Fisika UGM
Email rinto@ugm.ac.id
0858 - 7839 - empat nol lima empat
Krangkungan, Condong Catur, Sleman Yogyakarta
Dosen Fisika UGM / Kepala Lab Fisika Material dan Instrumentasi Jurusan Fisika UGM
Email rinto@ugm.ac.id
0858 - 7839 - empat nol lima empat
Krangkungan, Condong Catur, Sleman Yogyakarta
Quote:
BalasHapushttp://www.detiknews.com/read/2011/07/31/181825/1693313/10/?992204topnews
Minggu, 31/07/2011 18:18 WIB
Laporan dari Den Haag
Sidang Isbat Malam Ini Pembodohan Umat
Eddi Santosa - detikNews
Den Haag - Perintah agama untuk melakukan ru'yatul hilal (mengamati bulan baru, red) dilakukan pada tanggal 29 Sya'ban, bukan pada 30 Sya'ban atau 31/7/2011 malam ini. Sidang isbat malam ini merupakan pembodohan umat dan cuma seremoni buang-buang anggaran.
Hal itu disampaikan Prof. Dr. Sofjan Siregar, MA, pakar syariah pada Universitas Islam Eropa, Rotterdam, kepada detikcom, Minggu (31/7/2011).
"Jika memang terlihat hilal setelah maghrib 29 Sya'ban (Sabtu, 30 Juli 2011) kemarin, maka ditetapkan besoknya adalah awal bulan Ramadan. Namun jika tidak bisa dilihat, baik karena mendung atau karena posisi hilal masih terlalu kecil atau masih di bawah horizon, maka besoknya dianggap hari ke-30 Sya'ban, sehingga Ramadan dimulai bertepatan dengan 1 Agustus 2011," terang Sofjan.
Dijelaskan, konjungsi terjadi pada 29 Sya'ban atau Sabtu (30/7/2011). Posisi hilal di Indonesia pada waktu terbenam matahari tidak memungkinkan untuk bisa diru'yah, maka otomatis besoknya 31/7/2011 adalah 30 Sya'ban 1432 H, sehinggaawal Ramadan jatuh pada 1/8/2011.
"Dengan demikian usaha Kementerian Agama menggelar sidang isbat pada malam ini, 30 Sya'ban atau Minggu 31/7/2011, bukan hanya sia sia, tapi termasuk pembodohan umat," ujar Sofjan.
Menurut Sofjan,Menteri Agama harus berhenti menghamburkan uang APBN menggelar sidang isbat pada 30 Sya'ban atau 31/7/2011, yang tidak ada pengaruhnya dengan penentuan awal Ramadan.
"Lain halnya jika dilakukan pada 29 Sya'ban, itu masih bisa difahami oleh umat. Bertahun-tahun sudah kebiasaan buruk semacam ini dilakukan. Itu sangat sesat dan menyesatkan umat," pungkas Sofjan.
(es/es)
ZA: Membaca Komentar dan kritik di detik tanggal 1 Agustus 2011 tersebut... apabila benar apa yang diungkap oleh Sdr.Sofyan Siregar tersebut... sungguh adalah perbuatan yang sangat memalukan dan sangat keji apa yang ditampilkan oleh Depag... dimana pelaksanaan syariah dengan cara yng tidak benar dan cenderung main2 melaksanakan tatacara syariah yang sudah baku bagi para ulama muslim diseluruh Dunia...
Lalu apa maksud sesungguhnya yang dilakukan Depag dengan cara2 yang tidak benar2 tersebut...??? Quovadis.. Dwpag. Seyogianya Menteri agama segera mengambil tindakan secara hukum dan administrasi serta pertanggungan jawab moral dan agama didepan publik....
Semoga saja Bp m Menteri Agama bisa segera mengklarifikasi.. kondisi ini...
Wassalam..