Syekh Imran Hossein: "Masa Depan Islam Ada Di Surat Ar Ra'd Ayat 11"
Selasa, 14/06/2011 16:38 WIB | Versi Cetak
Dalam sesi terakhir acara “The Future Islam,” Syekh Imran Hosein meminta Umat Islam untuk bangkit. Bangkit menyadari kekeliruannya selama ini karena diombang-ambing oleh sistem non Islam sebagai landasan kehidupan.
“Kita adalah pecundang yang menyedihkan,” ujarnya kecewa.
Menurut, Ulama yang pernah mengenyam pendidikan Islam di Karachi, Pakistan tersebut, Umat Islam hanya akan bangkit lewat petunjuk dan tuntunan yang ada dalam agamanya sendiri, yakni Al Qur’an dan Sunnah.
Pada dasarnya banyak yang ingin beliau paparkan. Namun kendala waktu dan kondisi tubuh yang mulai diserang lelah, membuat Guru besar tamu di Universitas Putera Malaysia ini mengambil contoh pada bidang ekonomi saja.
Langkah pertama yang mesti dijalankan pada sektor ekonomi adalah didirikannya pasar mikro Islam di pedesaan.
“Anda harus membuat mikro market (pasar mikro) di pedesaan. Di dalam pasar mikro tersebut Anda harus melarang pemakaian uang kertas. Hanya boleh menggunakan uang sunnah, Dinar-Dirham.” sarannya.
Alasan pengarang buku 'The Importance of the Prohibition of Riba in Islam' itu adalah faktor keberkahan sebagai dampak dari sebuah transaksi Islam.
“Ketika Anda berjuang menggunakan uang sunnah, bukan hanya mendapatkan manfaat, tetapi antum akan diberkahi dan diberikan ampunan.” katanya
Selanjutnya, jika selama ini masih minimnya peredaran mata uang Dinar-Dirham, Syekh Imran menyarankan agar umat memanfaatkan beras sebagai alat jual beli, “Kalau ada kekurangan Dinar dan Dirham, Anda akan menggunakan padi/beras sebagai uang.”
Model pasar mikro ini, sambung beliau, harus secara cepat disebar ke berbagai pelosok pedesaan. “Ketika anda sudah menciptakan pasar mikro pertama di pedesaan, Anda harus bergerak dengan cepat menduplikasi, memperbayak pasar-pasar mikro tersebut ke pedesaan lainnya. Uang kertas akan dikelilingi oleh Dinar dan Dirham di pedesaan.”
Sebelum menyelesaikan pemaparannya, Syekh Imran berpesan agar umat Islam berbenah diri dan harus yakin bahwa umat Islam hanya akan berubah lewat tangannya sendiri, bukan orang lain.
“Sebelum saya mengakhiri, masa depan Islam ada dalam ayat ini: Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri (QS. Ar-Ra'd ayat 11, red.)” pungkasnya. (pz)
Memakmurkan Rakyat dengan Pasar, Bukan dengan Mencetak Uang Banyak-Banyak
Rabu, 06/07/2011 08:29 WIB | Versi Cetak
Ini adalah cerita nyata dari negeri yang mengaku dirinya sebagai negeri adi kuasa. Al kisah hampir tiga tahun lalu negeri itu menjadi pemicu krisis keuangan global, yang dampaknya nyaris merambah ke seluruh dunia. Karena mereka mengira bahwa supply uang-lah yang bisa mengatasi krisis tersebut, maka banyak-banyak uang Dollar dicetak. Sejak krisis memuncak September 2008 hingga kini, konon bank sentral-nya negeri itu –Federal Reserve– telah ‘mencetak uang’ dari awang-awang sebanyak US$ 1.6 trilyun. Teratasikah krisis mereka dengan injeksi uang yang luar biasa banyaknya tersebut ?Ternyata tidak...!
Data resmi inflasi yang dikeluarkan pemerintah negeri itu setahun terakhir memang hanya 3.2 % (data per April 2011), tetapi banyak pihak di negeri itu sendiri yang meragukan kebenarannya—di antaranya adalah Shadow Government Statistics yang meng-klaim inflasi sesungguhnya bisa lebih dari dua kalinya.
Menurut saya sendiri pengukuran inflasi yang paling akurat adalah dengan menggunakan indikator harga emas —karena adanya bukti yang sahih bahwa daya beli emas (yang direpresentasikan oleh Dinar) adalah stabil sejak jaman Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam— yaitu satu Dinar untuk satu ekor kambing kelas baik.
Dengan menggunakan indikator kenaikan harga emas, kita tahu bahwa sejak krisis memuncak September 2008 dan pemerintah negeri itu mulai mencetak uang dengan skala besar, harga emas telah melonjak lebih dari dua kalinya dari kisaran US$ 750/Oz ke angka diatas US$ 1,500/Oz hari-hari ini.
Apa ini artinya ? bila Anda hidup di negeri tersebut dengan uang Dollar-nya dan penghasilan Anda dalam Dollar tidak bisa naik dua kalinya atau lebih selama tiga tahun terakhir—maka Anda akan merasakan penurunan kemakmuran. Bentuknya adalah barang-barang kebutuhan Anda menjadi lebih berat untuk Anda beli.
Pemerintah negeri itu yang menggunakan teori Keynesian —yaitu teorinya John Maynard Keynes (1936) bahwa negaralah yang paling efektif dalam mempengaruhi siklus ekonomi— yang kemudian diaplikasikan dengan tindakan bank sentral mengendalikan jumlah uang dan kebijakan fiskal pemerintah—ternyata gagal dalam mengatasi krisis, yang berarti juga gagal dalam mempertahankan kemakmuran rakyatnya.
Di dunia barat sendiri sebenarnya pendekatan Keynesian ini tidak sedikit yang menentangnya. Adalah Frederich August Von Hayek —pemenang hadiah Nobel ekonomi tahun 1974— yang juga pendukung teori Austrian, yang antara lain menjadi penentang utamanya.
Dalam bukunya yang kondang “Denationalisation of Money : The Argument Refined” (The Institute of Economic Affairs, London–1990) , Hayek bahkan menuduh bahwa kebijakan moneter bank sentral lebih merupakan penyebab terjadinya depresi di suatu negara ketimbang menyembuhkannya. Lebih jauh dalam teori Austrian ini, pemerintah atau bank sentral tidak seharusnya ‘mencetak uang’ atau setidaknya tidak menjadi satu-satunya pihak yang mencetak uang.
Uang bisa saja dikeluarkan oleh pihak manapun (termasuk swasta) —yang akan digunakan dan dipercayai masyarakat sejauh daya belinya bisa dijaga konstant terhadap sekumpulan barang-barang yang dibutuhkan di masyarakat tersebut. Sebaliknya juga demikian, uang yang dikeluarkan oleh bank sentral atau oleh pemerintah sekalipun— bila daya belinya tidak bisa dijaga —maka dengan sendirinya akan ditinggalkan masyarakat. Pendapat ini juga diamini oleh penulis kondang yang dianggap ‘dewa’-nya ekonom futuristis barat— yang konon prediksi ekonominya terbukti benar dalam dua dasawarsa terakhir—John Naisbitt dalam bukunya Mind Set ! (2006).
Masih segar diingatan kita peristiwa krisis moneter 1997/1998 di Indonesia, ketika warga negeri ini yang kaya rame-rame memindahkan uangnya dari Rupiah ke Dollar atau mata uang asing lainnya karena Rupiah yang daya belinya anjlog tinggal ¼-nya selama krisis kala itu. Hal yang sama terjadi di negeri-negeri ekonomi kuat dunia saat ini yang mulai meninggalkan Dollar atau setidaknya mengurangi ketergantungannya terhadap Dollar —karena meskipun Dollar adalah uang resmi yang dikeluarkan oleh otoritas yang berwenang dari negeri adi kuasa— kenyataan menunjukkan bahwa daya belinya terus merosot.
Ketika masyarakat kehilangan kepercayaan terhadap uang resmi yang dikeluarkan oleh pemerintah, apa yang mereka lakukan ? Selain menukarnya dengan mata uang lain , masyarakat juga ‘mengaman’-kan uangnya dalam bentuk benda-benda riil seperri rumah, mobil, sawah, kebon dan lain sebagainya.
Tetapi rumah, mobil dan sejenisnya bukanlah komoditi yang mudah dipertukarkan, maka dia tidak menjadi uang yang sesungguhnya. Uang yang sesungguhnya adalah komoditi yang liquid —mudah dipertukarkan dan nilainya terbentuk oleh mekanisme pasar sempurna— tidak diintervensi oleh siapapun.
Maka dalam Islam, referensi yang sahih untuk uang adalah hadits riwayat Muslim, Abu Daud, Tirmidzi, Nasa’i, dan Ibn Majah, dengan teks Muslim dari ‘Ubadah bin Shamit, NabiShallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda, “(Juallah) emas dengan emas, perak dengan perak, gandum dengan gandum, sya’ir dengan sya’ir, kurma dengan kurma, dan garam dengan garam (denga syarat harus) sama dan sejenis serta secara tunai. Jika jenisnya berbeda, juallah sekehendakmu jika dilakukan secara tunai”.
Pertanyaan berikutnya adalah di mana barang-barang tersebut dengan mudah dipertukarkan atau diperjual belikan ? Ya tentunya di pasar ! Maka mungkin inilah pelajarannya, mengapa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam mendirikan pasar sedari dini terbentuknya negara Madinah —karena melalui pasar-pasar inilah umat atau rakyat saling memenuhi kebutuhan hidupnya— saling memakmurkan.
Pelajaran berharga ini hendaknya yang perlu menjadi prioritas para pemimpin yang ingin memakmurkan rakyatnya, tidak perlu terlau banyak meributkan ‘pencetakan’ uang —tetapi kerja keraslah untuk memutar barang di pasar-pasar !— Insyaallah rakyat akan bisa lebih cepat makmur. Wa Allahu A’lam.
For examples:
Alternate Unemployment Charts
The seasonally-adjusted SGS Alternate Unemployment Rate reflects current unemployment reporting methodology adjusted for SGS-estimated long-term discouraged workers, who were defined out of official existence in 1994. That estimate is added to the BLS estimate of U-6 unemployment, which includes short-term discouraged workers.
The U-3 unemployment rate is the monthly headline number. The U-6 unemployment rate is the Bureau of Labor Statistics’ (BLS) broadest unemployment measure, including short-term discouraged and other marginally-attached workers as well as those forced to work part-time because they cannot find full-time employment.
Unemployment Data Series
(Subscription required.) View Download Excel CSV File Last Updated: June 3rd, 2011
Have you ever wondered why the CPI, GDP and employment numbers run counter to your personal and business experiences? The problem lies in biased and often-manipulated government reporting.
John Williams'
"Shadow Government Statistics"
johnwilliams@shadowstats.com
Tel: (415) 512-7701
American Business Analytics & Research LLC
The Hearst Building
5 Third Street, Suite 1301
San Francisco, CA 94103
"Shadow Government Statistics"
johnwilliams@shadowstats.com
Tel: (415) 512-7701
American Business Analytics & Research LLC
The Hearst Building
5 Third Street, Suite 1301
San Francisco, CA 94103
Some Biographical & Additional Background Information |
Formally known as Walter J. Williams, my friends call me John. For nearly 30 years, I have been a private consulting economist and, out of necessity, had to become a specialist in government economic reporting.
One of my early clients was a large manufacturer of commercial airplanes, who had developed an econometric model for predicting revenue passenger miles. The level of revenue passenger miles was their primary sales forecasting tool, and the model was heavily dependent on the GNP (now GDP) as reported by the Department of Commerce. Suddenly, their model stopped working, and they asked me if I could fix it. I realized the GNP numbers were faulty, corrected them for my client (official reporting was similarly revised a couple of years later) and the model worked again, at least for a while, until GNP methodological changes eventually made the underlying data worthless.
That began a lengthy process of exploring the history and nature of economic reporting and in interviewing key people involved in the process from the early days of government reporting through the present. For a number of years I conducted surveys among business economists as to the quality of government statistics (the vast majority thought it was pretty bad), and my results led to front page stories in the New York Times and Investors Business Daily, considerable coverage in the broadcast media and a joint meeting with representatives of all the government's statistical agencies. Despite minor changes to the system, government reporting has deteriorated sharply in the last decade or so.
An old friend -- the late-Doug Gillespie -- asked me some years back to write a series of articles on the quality of government statistics. The response to those writings (the Primer Series available on this page) was so strong that we started Shadow Government Statistics in 2004. The newsletter is published as part of my economic consulting services. -- John Williams
MESIN ATM yang membagikan Koin Emas Asli!!! hanya di Abu Dhabi
Glittering prize: An Emirati man tries the 'Gold to Go' vending machine at the Emirates Palace Hotel in Abu Dhabi
That will do nicely: He collects a gold bar wrapped in gift paper from an ATM-style kiosk which monitors the daily gold price and offers small bars up to 10 grams or coins
A 10-gram gold ingot which he purchased from the "Gold to Go" vending machine. The well-heeled in the Gulf can now grab gold from a hotel lobby in the UAE
Thomas Geissler the CEO of Oriente Lux, left, and an Emirati official remove the cover of the ATM-style kiosk
__________________
Alternate Unemployment Charts
The seasonally-adjusted SGS Alternate Unemployment Rate reflects current unemployment reporting methodology adjusted for SGS-estimated long-term discouraged workers, who were defined out of official existence in 1994. That estimate is added to the BLS estimate of U-6 unemployment, which includes short-term discouraged workers.
The U-3 unemployment rate is the monthly headline number. The U-6 unemployment rate is the Bureau of Labor Statistics’ (BLS) broadest unemployment measure, including short-term discouraged and other marginally-attached workers as well as those forced to work part-time because they cannot find full-time employment.
Unemployment Data Series
(Subscription required.) View Download Excel CSV File Last Updated: June 3rd, 2011
Published by horizonwatcher at 14:18 under Berita Pilihan and tagged:video
Bagi anda yang senang berinvestasi dengan emas atau semata-mata pengkoleksi emas, atau barangkali ingin memberi suatu hadiah/cinderamata berupa emas pada orang-orang yang anda sayangi, maka sudah ada ATM yang mengeluarkan batangan emas murni saat ini. ATM emas pertama di dunia ini diproduksi oleh perusahaan yang bernama GOLD to go. Namun ATM ini sepertinya masih lama sampai ke Indonesia, karena tercatat baru beberapa negara yang sudah dipasangi ATM emas ini di antaranya Jerman, Amerika Serikat, Uni Emirat Arab, Italia, dan baru-baru ini di London, Inggris.
Harga emas yang dipatok oleh mesin ATM ini selalu diperbaharui setiap 10 menit sekali mengikuti harga emas di pasaran dunia. Anda bisa memilih batangan emas yang berkualitas dunia ini sesuai yang anda inginkan dengan memilih menu pada layar monitor ATM, disertai dengan kemunculan contoh produk. Terdapat berbagai pilihan emas, mulai dari batangan emas 10 gr, 5 gr, 1 gr, dan 1 ounce (28,35 gr). Selain itu juga terdapat jenis Krugerrand (1/10, ¼, dan 1 ounce), Kangaroo (1/10 dan 1 ounce), dan Maple Leaf (1/10 ounce).
Untuk mendapatkan batangan emas dari ATM, bisa dengan cara memasukkan uang cash ke dalam ATM atau cara lain dengan menggunakan kartu kredit antara lain Mastercard, VISA, Eurocard, dan Girocard.
Batangan emas yang anda inginkan akan anda terima dalam bentuk rapi, tersimpan dalam kotak yang layak dipakai langsung untuk hadiah.
Vitality option is the vitality utilized for the needs of regular . Elective vitality additionally naturally amicable . www[dot]samb[dot]at/95Nzl
BalasHapus