1. Sabtu kemarin, kami kedatangan tamu. Beliau adalah senior kami, usia 63 tahun, mantan pejabat tinggi intelijen & militer
2. Beliau 2 thn lalu, menelpon kami beri ‘clue’ ttg Jokowi pd akhir
putaran I Pilkada DKI saat kami terpengaruh citra Jokowi. Hati2 katanya
3. Beliau ini puluhan tahun lalu, pernah sgt dekat dgn Prabowo dan
cendana. Beliau ahli dlm analis intelijen, seolah2 punya indra keenam
4. Beliau ini jarang2 mau ketemu orang, tapi sabtu kemarin beliau
datang, kami diskusi hampir 6 jam. Banyak info yg menarik &
misterius
5. Beliau mulai dgn pertanyaan : “Dik, coba kamu
analisa apa dibalik hilangnya pesawat MAS MH370. Cek deh, apa hubnya dgn
RI ? Hehe
6. Kami berdiskusi khusus topik MAS MH370 hampir 1
jam. Mulai dari pertanyaan: 1. siapa yg paling diuntungkan dgn hilangnya
pesawat itu
7.2 Siapa yg punya motif ? 3. Siapa yg punya
kemampuan memalsukan dokumen2, menyelundupkan senjata/peledak ? 4. Siapa
saja penumpang ?”
8. 5. Siapa yg tdk jadi berangkat, tapi
kopernya masuk ke bagasi/kabin pesawat ? 6. Siapa yg paling dirugikan?
7. Bgmn modus operandi ? Dst
9. Beliau punya hipotesa : 1.
Pesawat ini tak akan pernah ditemukan 2. RI akan jadi kambing hitam 3.
Informasi2 palsu/sesat akan dimunculkan
10. Lalu kami diskusikan
beberapa informasi sumber intelijen. Sayangnya OTR. Off the record
dipublikasikan saat ini….ada saatnya nanti
11. Premis yg harus
kita pedomani adalah : Indonesia adalah negara yg menjadi incaran utk
dikuasai, dikendalikan, dirampok kekayaan SDA nya
12. Harus
diingat, sebagian besar konflik atau perang antar negara adalah terkait
kepemilikan SDA. RI kaya raya /melimpah SDA nya
13. Kekayaan RI
tdk terbatas meliputi tanah, migas & mineral, hutan, sinar &
panas matahari, laut, dst, juga rakyat = pasar potensial
14.
Indonesia memiliki Papua, pulau masa depan RI. Konsesi Freeport 1/60
luas Papua, dan yg diekplorasi baru sekian persen dari 1/60 itu
15. Singkatnya, RI setiap saat dlm bahaya, dan kini sedang dalam bahaya
besar. Momentum pergantian kekuasaan. Suksesi presiden, DPR, DPD dst
16. Teka – teki kedua : “Dik, coba kamu cek kemana Megawati tgl 1-5
Maret 2014 kemarin?” Apakah Mega ada muncul dipublik? Kalau tdk, kemana?
17. Kami cari liputan media ttg aktifitas Mega 1-5 maret. Ternyata tgl 2
– 4 Mega ‘hilang’. Coba teman2 bantu, mgkin kami salah/tdk teliti
18. Kami telp kolega di Bandara Halim PK, cari info. Tdk ada nama
Megawati /elit PDIP di manifest, tapi ada pesawat jet pribadi yg terbang
19. Kami tanya apakah pesawat pribadi tsb bisa terbang non stop sampai
ke Washington DC, AS atau London, Inggris. Jwbnya : Tidak.
20.
Analisa sementara : paling banter pesawat itu terbang ke Singapore.
Apakah lanjut ke AS, Inggris atau negara lain, blm diketahui.
21.
Dari berita media, disebutkan tgl 1 Maret sore hari Megawati terlihat
bersama rombongan dan jokowi di Surabaya, lalu ke Bandara Juanda
22. Mega ‘hilang’ s/d tgl 5 Maret, Jokowi 3 Maret di Balaikota. Kemana
Mega? Apakah dari Juanda lgsg ke Spore? mgkin lanjut ke AS/Inggris?
23. Berita di bbrpa media, megawati ketemu presiden AS di sebuah negara
sekutu AS pd tgl2 tsb. Agendanya : jokowi dicapreskan. Benarkah?
24. Kami teliti agenda Obama pada tgl 1-5 Maret. Ternyata full di
Washington DC. Ada tamu negara Endy Kenny PM Irlandia di White House
25. Obama hadiri peringatan St. Patrick’s Day, jamuan kenegaraan dgn PM
Irlandia, jumpa pers, pidato program kesejahteraan pengangguran AS,
26. Ringkasnya, jadwal Obama padat di Gedung Putih. Hampir mustahil Obama bertemu Megawati di sela2 kesibukannya.
27. Pada tgl 3 Maret, memang ada pertemuan tertutup Obama dan Wapres Biden di Oval Room, tapi agenda resminya : press meeting.
28. Satu2nya kemungkinan Megawati ketemu Obama di AS utk bicarakan
capres PDIP adalah pada tgl 3 Maret itu. Bgmn dgn di luar AS ?
29. Jika disebut2 Megawati ketemu ‘penguasa’ AS di Inggris, pasti bukan dgn Obama, mungkin dgn Bill Clinton, mantan presiden AS
30. Jika Megawati ke London pada 1 Maret sore hari, 20 jam kemudian
Megawati tiba di sana. Kami sdh cari agenda Clinton : tdk ada di London
31. Bill Clinton dan Hillary Clinton adalah tokoh sangat berpengaruh di
AS. Mereka dianggap mentor Obama. Bahkan pengendali Presiden Obama
32. Tokoh2 Ring 1 Clinton, dikenal dgn julukan “Arkansas Connection”
adalah pemerintah bayangan di AS, mengendalikan pemerintahan Obama
33. James Riady, Stanley Greenberg, John Kerry, Rahm Emanuel dst adalah
elite arkansas connetion >> liat bangan di kolom
comment>>> pic.twitter.com/vPj0BpbSIu
34. Mengenai pengaruh Clinton, terutama Hillary Clinton di AS, publik
AS percaya Clinton lebih powerful dibanding Obama sekali pun
35.
Survey CNN 8 jam lalu, menyimpulkan Clinton lebih dipercaya rakyat AS
terkait karakter, kemampuan solusi masalah, pengaruh dst
36.
Megawati, jika benar2 bertemu dgn penguasa AS, yg dimaksud adalah
Clinton (Hillary and/or Bill) ? Apakah di London, DC atau Spore?
37. Clinton sangat dekat /karib dgn James Riady, dewa penyelamat Bill
Clinton, saat pilpres AS dulu. James donatur terbesar Clinton
38.
Besarnya pengaruh James thdp Clinton dibuktikan dgn keterlibatan Stan
Greenberg sbg mastermind rekayasa popularitas/elektabilitas Jokowi
39. Luar biasa, di samping Stan, Evan Greenberg (CEO RI-AS, sepupu
Stan), John Kerry (menlu AS), Yeal Rubinstein (Dubes Israel utk
Spore),..
40. Sampai William Hague (Menlu Inggris) dst, terlibat
dlm pemenangan Jokowi. Mereka diminta James Riady utk membantu Jokowi
for RI 1 Boneka
41. Tapi biarlah, tdk diusah dipikirkan siapa
yang ditemui secara rahasia oleh Megawati (jika benar). Fakta Mega
umumkan Jokowi capres PDIP
42.Senior kami itu, minta kami analisa tulisan tangan Megawati ini, nanti terungkap misterinya >>
43. pencapresan Jokowi oleh PDIP tetap kami nilai misteri. Banyak
faktor hil mustahal terjadi, jika Mega/PDIP konsiten logikanya
44. 1. PDIP/Megawati pengusung ideologi marhaen, soekarnoisme,
pancasilais, nasionalis. Bertolak belakang dgn Jokowi & tokoh2
dibalik Jokowi
45. Jokowi, para mafia cina, cukong2, koruptor2
BLBI, almunus2 kursus PKC (P Komunis China), Elit2 PDIP dibalik Jokowi :
kapitalis liberal
46. Secara ideologi, kelompok Pro Jokowi
adalah musuh besar soekarnoisme /marhaenis, nasionalis, pancasilais.
Track record mereka jelas
47. 2. Meski Megawati akan duetkan
Jokowi dgn Ryamizard Ryacudu sang patriot pancasilais agamis sejati,
tapi ancaman thdp NKRI tetap besar
48. 3) Pencapresan Jokowi
mungkin bawa berkah bagi perolehan suara PDIP. 9 april adalah
taruhannya. Jika PDIP < 20%, Jokowi Effect = NOL
49. Jokowi
Effect yg digembar gemborkan media milik konglo cina dan media bayaran,
terbukti NOL pada pilkada2 yg tampilkan Jokowi sbg VG
50.
Terbukti semua Cagub/Cabup PDIP yg dibantu Jokowi sbg Vote Getter
(pemancing suara), kalah total. Jabar, Banten, Bali, Jatim dst. ILUSI
51. Jika pemilu 9/4 nanti PDIP raih suara 17% – 20%, Jokowi kelaut.
Tenggelam dimakan ikan. 17-20% itu adalah suara captive PDIP, loyalis
52. Jokowi bakal disahkan pencapresannya jika PDIP raih suara 30% atau
36% sebagaimana diklaim lembaga2 survey selama ini. Terbuktikah ?
53. 4) Capres Jokowi antarkan Mega menjadi pelanggar hukum, breach of
warranty Perjanjian Batutulis, khususnya Pasal 7. Reputasi Mega Hancur
54. 5) Jika Jokowi akhirnya terpilih Presiden, musibah dan bencana
besar bagi Megawati, keluarga besar Sukarno, bangsa dan negara ini
55. Jokowi terpilih jd presiden pasti didorong merebut kendali PDIP
dari tangan Megawati. Trah Sukarno dihabisi. Keputusan Mega = Bunuh Diri
56. Mafia Cina berkuasa, jauh lebih brutal merampok negara ketimbang selama 32 tahun masa Orba, 15 tahun masa reformasi, ..
57. Atau selama 15 bulan Jokowi sbg Gub DKI. Mafia cina pesta pora,
APBN, APBD, SDA, kekayaan negara jadi bancakan mereka. RI dijajah cina
58. Itu artinya, Megawati blunder terbesar dlm sejarah hidupnya, dosa
terberat dan tdk terampuni, dia khianati pendiri RI, BAPAKNYA sendiri
59. Jokowi presiden, kami haqqul yakin, gejolak politik akan berkembang
jadi pergolakan, kerusuhan, huru – hara, perang saudara, NKRI Ends !
60. Meski AS sdh tempatkan 9000 dari rencana 67.000 marinir nya di
Darwin, Australia utk menjaga civil war di RI ketika Jokowi berkuasa,
61. Tapi, tujuan utama AS bukan stabiltas RI, melainkan mewujudkan
“Clinton Program” yg tertunda pada 1998. RI dipecah jadi 6 negara baru !
62. Sejak 3 thn lalu, target utama AS dan sekutunya tidak lagi Papua.
Tetapi Indonesia. RI. Mereka tdk jajah scra fisik. Tdk seperti itu
63. Penjajahan AS atau China sekalipun terhadap negara lain adalah
melalui “pengendalian total” atas politik, ekonomi, pasar dan SDA !
64. Ekonomi Indonesia secara defacto dijajah etnis cina/tiongho
64. Ekonomi Indonesia secara defacto dijajah etnis cina/tionghoa dng
penguasaan > 90% kekayaan negara. Cina ingin berkuasa juga scra
politik
65. Kesempatan itu datang ketika Obama /PD AS menjadi penguasa di AS dan James Riady punya akses serta pengaruh di Gedung Putih
66. Sbgmna diketahui bersama, mitra Presiden SBY di AS adalah Partai
Republik, bukan partai demokrat. SBY dulu diendors Presiden Bush
67. Knp tiba2 Presiden SBY seolah2 setujui skenario AS (baca : arkansas
& china connection, mafia /konglo cina) wujudkan presiden Boneka ?
68. Tanggal 14 Maret SBY tiba2 berpidato, “mari pilih presiden baru…”
tgl 14 Maret, Mega Restui Jokowi …
Ada apa ? Heuheu
69. SBY berpidato seperti itu setelah bertemu di Chairul Tanjung,
boneka antoni salim, majikan besar jokowi. Ada deal2 khususkah ? Heuheu
70. Sebelumnya Aburizal Bakrie bertemu dgn CT dgn kemasan Silaturahim
dgn Forum Pemred (FR), Kemudian, CT dan FR bertemu Presiden SBY
71. Mari baca yg tersirat, jgn hny yg tersurat. Setiap keping informasi
adalah puzzle dari sebuah gambar besar. Mari susun gambarnya hehe
72. Silahkan susun gambar dari keping2 informasi dibahas kami tadi..
Lengkapi dgn keping info pada pembahasan berikutnya .. Monggo..
73. Mega langgar perjanjian..mega menghilang..mega setuju jokowi.. Ahok
jadi Gub DKI ..panglima TNI ketemu CEO Freeport ..SBY – CT – FR
74. MK akan adili gugatan YIM, putus sebelum 9/4, bakal cawapres Jokowi
adalah RR, SBY ketemu Prabowo di cikeas, menlu AS, inggris ke Jkta
75. Dubes Israel utk singapore kumpulkan LSM di Ritz Carlton JKT, ..
IHSG – rupiah menguat tipis, berita KPK senyap, pemilu pun senyap hehe
76. MAS MH370 hilang … asap dibiarkan membunuh rakyat riau sekian lama,
SBY sibuk apa ? Keanehan di PN Jakbar, .. MK dan KPK disandera ..
77. Dan seterusnya ..kumpulkan kepingnya, maka tersusun gambarnya :
Wajah Indonesia tahun 2015 dst….Merdekakan pikiran anda ..MERDEKAAA BUNG
!
WAJIB DI SHARE YA…!!!
=====
Banyak yang
menanyakan artikel ini dari siapa. Memang ada kemungkinan tidak benar,
namun ada kemungkinannya juga benar. Dalam peta analisi, kita diajarkan
utk membuat perencanaan dan analisa tentang sesuatu dari hal yg terbaik
hgg yang terburuknya. Cerdaslah dalam memahami pesan-pesan di balik ini
semua ya.
Salam Perdjoeangan Indonesia, BANGKIT..!!
Version:1.0
StartHTML:0000000105
EndHTML:0000061888
StartFragment:0000002293
EndFragment:0000061852
Home | Intelligent Leaks |
Melawan Lupa (3): 'License To Kill' Muslim Talangsari Lampung 1989
Melawan Lupa (3): 'License To Kill' Muslim Talangsari
Lampung 1989
Senin, 19 Sya'ban 1435 H / 9 Juni 2014 04:11 wib
16.993 views
Berita Terkait
*
Mega Meminta Jaksa Agung Basrief Arief Penangguhan Pemeriksaan Jokowi
*
Presiden SBY Tak Bisa Tidur Bayangkan Nasib Bangsa Jika Jokowi Jadi Presiden
*
Satu Hari Jelang Penutupan Dolly, Terjadi Perusakan Wisma Pelacuran
*
Tak Hanya Pelacuran, Human Trafficking & Praktek Kemusyrikan Marak di Dolly
Senin, 19 Sya'ban 1435 H / 9 Juni 2014 04:11 wib
16.993 views
Melawan Lupa (3): 'License To Kill' Muslim Talangsari
Lampung 1989
Saat itu, tepatnya tahun 1989 diluar negeri sana tengah
rilis film terbaru agen intelijen asal Inggris, James Bond. Film James Bond
dengan judul "License To Kill" tengah hangat diperbincangkan. Entah
suatu kebetulan atau tidak pada tema dengan kejadian yang menimpa umat Islam di
Indonesia pada tahun yang sama.
Nampaknya tidak, karena film James Bond 'License To
Kill" dirilis pada saat musim panas 'summer' di pertengahan tahun di
negeri-negeri barat sedangkan musibah kemanusiaan dan tragedi berdarah
Talangsari terjadi di awal tahun 1989 justru lebih dulu terjadi, yaitu tepatnya
pada bulan Februari 1989.
Lalu apa hubungannya?
Peristiwa Talangsari mengingatkan kita pada salah satu
pelanggaran berat atas Hak asasi manusia (gross violation of human rights).
Kekerasan militer yang dilakukan untuk menyelesaikan masalah
merupakan bentuk tindakan eksesif yang dilakukan sebagai kelanjutan dari
kebijakan-kebijakan pemerintahan Suharto. Hal ini bisa dilihat pada proses
penanganan yang dilakukan pemerintah yang cenderung membenarkan berbagai cara
yang digunakan dari mulai penangkapan, penyiksaan, penahanan, pengadilan,
dan puncaknya adalah adanya
serangan militer yang dilakukan pada perkampungan tersebut.
Peristiwa yang terjadi di Lampung Tengah tersebut terjadi
akibat kecurigaan pemerintah orba Rezim Soeharto dan LB Moerdani terhadap
pengajian Islam. Kemudian pemerintah mengambil jalan kekerasan sebagai
alternatif penyelesaian atas permasalahan tersebut.
Tak lain serial Melawan Lupa (1)(2) dan yang ketiga (3) dan
(4) ini mencoba memberikan gambaran secara komprehensif dan kekejian tragedi
berdarah baik dari mantan pelaku (1), saksi palsu (2) dan kronologis (3) hingga
sang aktor (4) yang telah melakukan pembunuhan keji kepada umat Islam yang
dapat dimaknai sebagai bentuk melestarikan "License To Kill"
pergerakan dakwah Islam di Indonesia.
Berikut Kronologis Talangsari, 1989 :
~Januari Minggu kedua tahun 1989~
Saat itu terjadi perpindahan sejumlah warga dari kota Solo,
Boyolali, Sukoharjo, Jakarta dan beberapa tempat di Jawa Barat ke Dusun
Cihideung, Desa Rajabasa Lama, Kecamatan Way Jepara, Kabupaten Lampung Tengah.
~Rabu, 12 Januari 1989~
Lewat surat bernomor 25/LP/EBL/I/1989, Kepala Desa Rajabasa
Lama, Amir Puspa Mega, setelah mendapat informasi dari Kepala Dusun (Kadus)
Talangsari, Sukidi dan kaum melaporkan kegiatan jama’ah Talangsari yang
disebutnya sebagai pengajian yang dipimpin Jayus dan Warsidi tanpa ada laporan
ke pamong setempat ke Camat Way Jepara, Drs. Zulkifli Maliki. Surat ditembuskan
ke Danramil dan Kapolsek Way Jepara.
Hari itu juga Camat Way Jepara membalas surat Kades Rajabasa
Lama lewat surat bernomor 451.48/078/09/331.1/1989 yang memerintahkan 3 hal,
yaitu
1. Kades agar menghadap Camat hari ini juga dengan membawa 4
orang yang namanya tercantum dibawah ini.
2. Orang-orang tersebut adalah: Jayus, Warsidi, Mansur
(warga setempat) dan Sukidi (Kadus Talangsari III).
3. Kades harus menghentikan dan melarang adanya kegiatan
pengajian tersebut. Apalagi mendatangkan orang-orang dari luar daerah yang
tidak diketahui/sepengetahuan pemerintah.
4.Surat yang akhirnya diantar oleh Sukidi tersebut juga
ditembuskan kepada Danramil dan Kapolres Way Jepara.
~Jum'at, 20 Januari 1989~
Warsidi mengirim surat balasan yang isinya menjelaskan 3
hal:
1. Tidak bisa hadir dengan alasan kesibukan memberi materi
pengajian di beberapa tempat.
2. Memegang hadits yang berbunyi “Sebaik-baiknya umaro ialah
yang mendatangi ulama dan seburuk-suruknya ulama yang mendatangi umaro.”
3. Mempersilahkan camat untuk datang mengecek langsung ke
Cihideung agar lebih jelas.
~Sabtu, 21 Januari 1989~
Warsidi menjelaskan orang-orang yang datang ke Talang Sari
kepada Camat, Kades Rajabasa Lama, Kadus Talangsari beserta staf pamong praja
seluruhnya sekitar 7 orang yang pada saat itu datang meninjau lokasi
transmigrasi di Talang Sari.
Pertemuan yang berakhir dengan baik dan memenuhi keinginan
yang dimaksud oleh kedua belah pihak, membicarakan konfirmasi camat soal surat
balasan Warsidi dan ditutup dengan undangan camat kepada warsidi.
~Minggu, 22 Januari 1989~
Tengah malam, Sukidi, Serma Dahlan AR dan beberapa orang
aparat keamanan mendatangi perkampungan, Sukidi dan Serka Dahlan yang
bersenjata api masuk ke Musholla al Muhajirin tanpa membuka sepatu laras dan
Serma Dahlan AR mencaci maki, mengumpat dengan perkataan “ajaran jama’ah itu
bathil, menentang pemerintah, perkampungannya akan dihancurkan” bahkan
mengacungkan senjata api dan menantang para jama’ah.
Sekitar 10-an orang jama’ah yang antara lain terdiri dari
Arifin, Sono, Marno, Diono, Usman berusaha menahan diri untuk tidak terpancing.
Setengah jam kemudian melihat tidak ada respon dari jama’ah, kedua aparat
tersebut pergi meninggalkan musholla.
~Kamis, 26 Januari 1989~
Kepala Desa Labuhan Ratu I melayangkan surat bernomor
700.41/LI/I/89 Camat Zulkifli soal Usman, anggota jama’ah Warsidi yang dianggap
meresahkan pondok pesantren Al-Islam.
~Jum’at, 27 Januari 1989~
Camat Zulkifli mengirim surat bernomor 220/165/12/1989
kepada Danramil 41121 Way Jepara, Kapten Sutiman untuk meneliti Usman, Jayus
dan Anwar yang dalam surat tersebut menurut mereka ketiga orang tersebut
mengadakan kegiatan mengatasnamakan agama tanpa sepengetahuan pemerintah.
Dalam surat yang ditembuskan ke Kapolsek dan Kepala KUA Way
Jepara, Kades Labuhan Ratu I dan Rajabasa Lama
~Sabtu, 28 Januari 1989~
Kapten Sutiman memerintahkan Kades Labuhan Ratu I, Kades
Lanuhan Ratu Induk dan Kades Rajabasa Lama lewat surat bernomor B/313/I/1989
agar menghadapkan ketiga orang jama’ah tersebut pada hari Senen, 30 Januari
1989 atau selambat-lambatnya 1 Februari 1989.
Surat yang ditembuskan kepada Dandim 0411 Metro, oloto
pimpinan kecamatan Way Jepara dan Kepala KUA Way Jepara meminta Sukidi untuk
menyerahkan daftar nama-nama jema’ah yang pernah dicatatnya bersama Bagian Tata
Usaha Koramil 41121 Way Jepara.
~Minggu, 29 Januari 1989~
Jama’ah memperoleh informasi mengenai keputusan Muspika
untuk menyerbu perkampungan jama’ah di Cihideung dari Imam Bakri, Roja’I suami
ibu lurah Sakeh, salah seorang lurah yang mengikuti pertemuan tersebut.
Informasi itu juga diterima jama’ah lainnya yaitu: Joko dan Dayat lewat salah
seorang anggota Koramil 41121 Way Jepara yang mengingatkan bahwa dalam
minggu-minggu ini perkampungan akan diserbu.
Tak lama kemudian Jayus, salah seorang jama’ah menyaksikan
Kepala desa Cihideung dan masyarakat yang berada disekitar perkampungan
mengungsi karena tidak merasa melanggar peraturan, jama’ah tetap tinggal di
Cihideung untuk menjaga kemungkinan yang tidak diinginkan, jama’ah melaksanakan
ronda malam.
~Rabu, 1 Februari 1989~
Kades Rajabasa Lama mengirim surat dengan nomor
40/LP/RBL/1989 kepada Danramil 41121 Way Jepara, Kapt. Sutiman yang meminta
untuk membubarkan pondok pesantren jama’ah dengan alasan pengajian gelap dan
para anggota jama’ah telah menanti kedatangan aparat untuk memeriksa mereka
dengan mempersiapkan bom Molotov. Surat tersebut ditembuskan kepada Kapolsek
dan Camat Way Jepara.
Mendapat surat tersebut Kapt. Sutiman langsung menyurati
Dandim 0411 Metro dengan nomor surat B/317/II/1989 yang isinya antara lain
melaporkan informasi-informasi yang diterima, meminta petunjuk untuk mengambil
tindakan dalam waktu dekat dan menyarankan agar menangkapi ke semua jema’ah
pada waktu malam hari.
Surat tersebut ditembuskan kepada Muspika Way Jepara, Danrem
043 Garuda Hitam di Tanjung Karang, Kakansospol TK II Lampung Tengah dan
Kakandepag TK II Lampung Tengah.
~Kamis, 2 Februari 1989~
Camat Zulkifli menyampaikan informasi lewat surat bernomor
220/207/12/1989 kepada Bupati KDH TK II dan Kakansospol Lampung Tengah yang
melaporkan seluruh perkembangan yang mereka dapatkan dan aksi kordinasi dengan
Muspika Way Jepara untuk mengambil langkah-langkah selanjutnya.
Pada saat yang sama di pondok Cihideung sekitar Pk 12.00
siang, anak lelaki tak dikenal dengan dengan ciri fisik sangat kekar singgah di
pondok. Orang tersebut mengaku habis melihat ladangnya di sekitar Gunung Balak
lengkap dengan golok dan pakaian petani yang biasa dikenakan anak lelaki.
Selama di perkampungan orang tersebut sempat makan dirumah
Jayus, sholat dzuhur berjama’ah, mendengarkan ceramah di mushola Mujahidin dan
bolak-balik ke rumah Jayus-Mushola. Jama’ah menyambut baik tanpa rasa curiga.
~Minggu, 5 Februari 1989~
Sekitar pukul 23.45 – petugas yang terdiri dari Serma Dahlan
AR (Ba Tuud Koramil 41121 Way Jepara), Kopda Abdurrahman, Ahmad Baherman
(Pamong Desa), Sukidi (Kadus Talangsari III), Poniran (Ketua RW Talangsari
III), Supar (Ketua RT Talangsari III) dibantu masyarakat yaitu, Kempul, Sogi
dan 2 orang lainnya menyergap salah satu pos ronda jama’ah.
7 orang jama’ah yaitu: Sardan bin Sakip (15 th), Saroko bin
Basir (16 th), Parman bin Bejo (19 th), Mujiono bin Sodik (16 th), Sidik bin
Jafar (16 tahun), Joko dan Usman ditangkap, Joko terluka parah dihantam popor
senjata. Tapi kemudian Joko dan Usman berhasil meloloskan diri.
Malam itu juga, Warsidi dan sekitar 20-an jama’ah berkumpul
dan mengirim 11 orang jama’ah: Fadilah, Heriyanto, Tardi, Riyanto, Munjeni,
Sugeng, Muchlis, Beni, Sodikin, Muadi dan Abadi Abdullah untuk membebaskan
kelima orang jama’ah yang ditangkap.
~Senin, 6 Februari 1989~
Pukul 08.30 – Serma Dahlan AR menyerahkan ke lima orang
tersebut ke Kodim 0411 Metro. Kemudian Kasdim Mayor Oloan Sinaga mengirim
berita ke Muspika dan melapor ke Danrem 043 Gatam tentang rencana penyergapan
lanjutan ke Cihideung.
Pukul 09.30 – Kasdim bersama 9 anggotanya antara lain Sertu
Yatin, Sertu Maskhaironi, Koptu Muslim, Koptu Sumarsono, Koptu Taslim Basir,
Koptu Subiyanto dan Pratu Kastanto (pengemudi jeep), Pratu Idrus dan Pratu Gede
Sri Anta, tiba di Rajabasa Lama.
Muspika menyampaikan situasi dan keadaan di lokasi
Talangsari III, Kasdim oloto petunjuk dan pengarahan kepada rombongan sebelum
berangkat ke lokasi.
Sekitar Pukul 11.00 – Rombongan bersama Muspika, Kades
Rajabasa Lama, Kadus Talangsari III dengan menggunakan 2 buah kendaraan jenis
jip dan 5 buah sepeda motor Danramil Way jepara Kapten Sutiman, beserta 2 regu
pasukannya, menyerbu Cihideung.
Tanpa didahului dialog dan memberikan peringatan terlebih
dahulu, mereka menembaki perkampungan pada saat jama’ah baru tiba dari sawah
dan oloto. Penyerbuan diawali dengan tembakan 1 kali dari rombongan aparat.
Kemudian disambut pekik takbir oleh jama’ah.
Pekik takbir itu dibalas dengan tembakan beruntun oleh
aparat. Melihat serbuan molotov, masyarakat yang masih berpakaian dan memegang
alat-alat pertanian seperti cangkul, parang, golok dan lain-lain berusaha
mempertahankan diri.
Dalam penyerbuan yang berlangsung sekitar setengah jam.
Kapten Sutiman tewas, sertu Yatin cedera, Mayor Sinaga dan pasukannya kabur,
Jip dan 4 sepeda motor ditinggal dilokasi.
Dipihak jama’ah, dua orang cedera berat. Ja’far tertembak
dan jama’ah dari Jawa Barat cedera dibacok Sutiman yang membawa senjata api dan
senjata tajam sekaligus.
Pukul 12.30 – Rombongan Sinaga sampai di Puskesmas untuk
menyerahkan Sertu Yatin lalu melaporkan kejadian tersebut ke Korem 043 Gatam
dan Polres Lampung Tengah.
Pukul 14.00 – Fadilah mewakili kelompok 11 melaporkan
kegagalan upaya pembebasan 5 orang yang disergap karena kesiangan.
Fadilah kemudian diperintahkan Warsidi ke Zamzuri di
Sidorejo untuk mengabarkan:
berita serbuan Danramil dan terbunuhnya Kapt. Sutiman;
Instruksi untuk membuat aksi yang dapat mengalihkan
perhatian aparat agar mereka dapat mengungsi dan menyelamatkan diri dari
kemungkinan adanya rencana penyerbuah lanjutan.
Pukul 15.00 – Wakapolres Lampung Tengah bersama anggotanya
tiba di Rajabasa Lama.
Pukul 17.00 – Kasrem 043 Gatam, Letkol Purbani bersama
anggotanya tiba di Rajabasa Lama dan memimpin pengintaian. Pada saat yang sama,
Fadila tiba di Sidorejo.
Pukul 18.00 – Bupati Lampung Tengah Pudjono Pranyoto bersama
rombongan tiba di Rajabasa Lama.
Pukul 18.30 – Danrem 043 Gatam, Kolonel Hendropriyono
beserta pasukan tiba di Rajabasa Lama.
Pukul 20.30 – 11 orang jama’ah mencarter Bus Wasis untuk
digunakan sebagai transportasi ke Metro. Didalam bus tersebut jama’ah menemukan
Pratu budi Waluyo. Setelah terjadi dialog, Pratu Budi mengaku berasal dari Way
Jepara. Karena dianggap termasuk orang yang menculik 5 orang jama’ah anggota
TNI itu dibunuh.
Mayatnya dibuang didaerah Wergen antara Panjang dan
Sidorejo. Jema’ah juga mencederai supir dan kenek bus tersebut.
Pukul 24.00 – Riyanto melemparkan bom molotov ke kantor
redaksi Lampung Pos yang memberitakan kasus secara tidak berimbang dan
cenderung mendeskreditkan korban. Aksi tersebut juga memang di niatkan untuk
mengalihkan perhatian aparat.
~Selasa, 7 Februari 1989~
Pukul 24.00 -- Terdengar 2 kali suara tembakan dari arah
Timur. Sugeng (jama’ah Jakarta) membalas sekali tembakan dengan pistol yang
ditinggal tewas Kapt. Soetiman.
Pukul 03.00 -- Salim seorang jama’ah yang melakukan ronda di
pos sebelah selatan memergoki 2 orang tentara yang ingin mendekat ke lokasi
jama’ah. Karena dipergoki kedua orang tentara tersebut melarikan diri.
Pukul 05.30 -- Danrem 043 Garuda Hitam Kol. Hendropriyono
bersama lebih dari satu batalion pasukan infantri dibantu beberapa Kompi
Brimob, CPM dan Polisi setempat mengepung dan menyerbu perkampungan Cihideung
dengan posisi tapal kuda. Dari arah Utara (Pakuan Aji), Selatan (Kelahang)
& timur (Kebon Coklat, Rajabasa Lama). Sementara arah barat yang ditumbuhi
pohon singkong dan jagung dibiarkan terbuka.
Pasukan yang dilengkapi senjata modern M-16, bom pembakar (napalm),
granat dan dua buah helikopter yang membentengi arah barat.
Pasukan yang dilengkapi senjata modern M-16, bom pembakar
(napalm), granat dan dua buah helikopter yang membentengi arah barat. Melihat
penyerbuan terencana dan besar-besaran, dan tidak ada jalan keluar bagi jama'ah
untuk meyelamatkan diri, jama'ah hanya bisa membentengi diri dengan membekali
senjata seadanya. Tanpa ada dialog dan peringatan, penyerangan dimulai.
Pukul 07.00 -- Karena kekuatan yang tidak seimbang, pasukan
yang dipimpin mantan menteri Transmigrasi Hendropriono ini berhasil menguasai
perkampungan jama'ah dan memburu jama'ah.
Dalam perburuan itu, aparat memaksa Ahmad (10 th) anak
angkat Imam Bakri sebagai penunjuk tempat-tempat persembunyian dan orang yang
disuruh masuk kedalam rumah-rumah yang dihuni oleh ratusan jema’ah yang
kebanyakan terdiri dari wanita dan anak-anak.
Setelah menggunakan Ahmad, aparat berhasil mengeluarkan
paksa sekitar 20 orang ibu-ibu dan anak-anak dari pondok Jayus. Ibu Saudah,
salah satu korban yang dikeluarkan paksa sudah melihat sekitar 80-an mayat yang
bergelimpangan disana-sini hasil serangan aparat sejak pukul 05.30 tadi pagi.
Ibu Saudah, salah satu korban yang dikeluarkan paksa sudah melihat
sekitar 80-an mayat yang bergelimpangan disana-sini hasil serangan aparat sejak
pukul 05.30 tadi pagi.
Setelah dikumpulkan ke-20-an ibu-ibu dan anak-anak dipukul
dan ditarik jilbabnya sambil dimaki-maki aparat “Ini istri-istri PKI”. Didepan
jama’ah seorang tentara mengatakan “perempuan dan anak-anak ini juga harus
dihabisi, karena akan tumbuh lagi nantinya”.
Pukul 07.30 -- Tentara mulai membakar pondok-pondok yang
berisi ratusan jama’ah dan anak-anak rumah panggung, dengan memaksa Ahmad
menyiramkan bensin dan membakarnya.
Dibawah ancaman senjata aparat, Ahmad berturut-turut
diperintahkan untuk membakar rumah Jayus, Ibu Saudah, pondok pesantren dan
bangunan-bangunan yang diduga berisi 80-100 orang terdiri dari bayi, anak-anak,
ibu-ibu banyak diantaranya yang masih hamil, remaja dan orang tua dibakar
disertai dengan tembakan-tembakan untuk meredam suara-suara teriakan lainnya.
Dibawah ancaman senjata aparat, Ahmad berturut-turut diperintahkan untuk
membakar rumah Jayus, Ibu Saudah, pondok pesantren dan bangunan-bangunan yang
diduga berisi 80-100 orang terdiri dari bayi, anak-anak, ibu-ibu banyak
diantaranya yang masih hamil, mayat Pak Warsidi dan Imam Bakri ditemukan
setelah Purwoko hampir membolak-balik 80-an mayat.
Sambil membakar rumah-rumah tersebut, Purwoko (10 th)
dipaksa aparat untuk mengenali wajah Warsidi dan Imam Bakri diantara
mayat-mayat jama’ah yang bergelimpangan. Mayat Pak War dan Imam Bakri ditemukan
setelah Purwoko hampir membolak-balik 80-an mayat.
Pukul 09.30 -- Setelah ditemukan, kedua mayat tersebut
kemudian diterlentangkan di pos jaga jama’ah dengan posisi kepala melewati
tempat mayat tersebut diterlentangkan (mendengak-leher terbuka-). Tak berapa
lama, seorang tentara kemudian menggorok leher kedua mayat tersebut.
Pukul 13.00 -- Kedua puluhan ibu dan anak-anak tadi kemudian
berjalan kaki sekitar 2 Km untuk dibawa ke Kodim 0411 Metro .
Pukul 16.00 -- Hendropriyono mengintrogasi ibu-ibu tersebut
dengan pertanyaan-pertanyaan: Ikut pengajian apa? Apa yang diajarkan? Gurunya
siapa? Dan menerangkan bahwa jama’ah Warsidi batil karena menentang Pancasila
dan mengamalkan ajaran PKI.
Pukul 17.00 -- Jama’ah kemudian dimasukan ke dalam penjara.
Sementara di Sidorejo pada pagi harinya atas informasi,
Sabrawi, supir bis Wasis, aparat bersama warga mengepung rumah Zamjuri. Bersama
Zamzuri ada 8 orang jema’ah yaitu: Munjeni, Salman Suripto, Soni, Diono, Roni,
Fahrudin, Isnan dan Mursalin Karena dituduh perampok oleh aparat, terjadilah
bentrok dengan Polsek Sidorejo. Serma Sudargo (Polsek Sidorejo), Arifin Santoso
(Kepala Desa Sidorejo) tewas.
Dipihak jama'ah, Diono, Soni dan Mursalin tewas, sedangkan
Roni terluka tembak.
~Kamis, 9 Februari 1989~
Pukul 08.40 -- Jama'ah yang marah mendengar kebiadaban dan
penahanan jama’ah di Kodim 0411 Metro tersebut menyerbu Kodim dan Yonif 143.
Dalam penyerbuan itu, 6 orang jama'ah tewas. Sedangkan
dipihak aparat pratu Supardi, Kopda Waryono, Kopda Bambang Irawan luka-luka
terkena sabetan golok. Satu sepeda motor terbakar dan kaca depan mobil kijang
pick up pecah.
Dua minggu kemudian Tahanan ibu-ibu di Kodim dipindahkan ke
Korem 043 Gatam. Di Korem, Hendropriyono memerintahkan anak buahnya untuk
melepas paksa jilbab-jilbab ibu-ibu jama’ah sambil berkata “tarik saja, itu
hanya kedok”.
Di
Korem, Hendropriyono memerintahkan anak buahnya untuk melepas paksa
jilbab-jilbab ibu-ibu jama’ah sambil berkata “tarik saja, itu hanya kedok”.
Penangkapan sisa-sisa anggota jama'ah oleh aparat dibantu
masyarakat oleh operasi yang disebut oleh Try Sutrisno Penumpasan hingga ke akar-akarnya.
Penangkapan para aktivis islam di Jakarta, Bandung, solo,
Boyolali, Mataram, Bima & Dompu melalui operasi intelejen yang sistematis,
sehingga banyak diantaranya sama sekali tidak mengetahui kejadian tersebut.
Berdasarkan data Korban hasil verifikasi investigasi Kontras
2005, yakni :
1. Korban Penculikan : 5 orang
2. Korban Pembunuhan di luar proses hukum : 27 orang
3. Korban Penghilangan Paksa : 78 orang
4. Korban Penangkapan Sewenang-wenang : 23 orang
5. Korban Peradilan yang Tidak Jujur : 25 orang
6. Korban Pengusiran (Ibu dan Anak) : 24 orang.
Biadab, pengajian dan dakwah Islam diberangus oleh tindakan
pembunuhan massal.
Tindakan keji pada sekelompok warga sipil tak bersenjata
diberangus dengan tindakan ala perang militer yang sadis.
Tindakan ini bukan semata-mata pengajian yang difitnah ada
unsur JI sebagaimana tudingan Riyanto disini Melawan Lupa (1): Kasus
Talangsari, Jama'ah Islamiyah dan Komnas HAM 01. Tulisan ini menjadi fakta
untuk membantah tulisan Riyanto bahwa ada kekerasan dalam doktrin agama.
Rakyat sipil, ibu-ibu, anak-anak dan warga tak berdosa
dilumat ketamakan dan kekejaman aktor intelektualnya. Dengan dalih apapun,
kekerasan pada anak-anak dan kaum lemah tak berdosa tak bisa dibenarkan.
Faktanya ada 'license to kill' dan menghantarkan komandannya ke tampuk
kekuasaan pada saat mendatang.
Sudah lebih dari 25 tahun kasus Talangsari berlalu. Bahkan
tahun 2008 silam satu per satu pihak yang terkait kasus itu diperiksa Komnas
HAM. Selama 2,5 jam, mantan Menkopolkam Sudomo diperiksa Komnas HAM.
Dalam pemeriksaan itu, Sudomo mengaku tidak mengetahui pasti
yang terjadi di lapangan. Saat itu yang bertanggung jawab di lapangan adalah
Komandan Korem yang dijabat Hendropriyono.
"Yang mengetahui itu Koramil, Korem, Kodam, KSAD, dan
Panglima. Itu urutan pertanggungjawabannya, bukan hanya di sini (pusat) tapi di
sana (daerah). Yang pertama tahu Korem. Saya sifatnya berkoordinasi sebagai
Menkopolkam," ujar Sudomo.
Hal itu dia sampaikan usai diperiksa oleh dua orang
komisioner Komnas HAM Yoseph Adi Prasetyo dan Supriadi di Komnas HAM, Jl
Latuharhari, Menteng, Jakarta Pusat, Rabu (27/2/2008).
Sudomo mengatakan, dia dimintai keterangan untuk menjelaskan
peristiwa kasus Talangsari yang terjadi pada tahun 1989.
Saat itu ada sebuah pondok pesantren yang menempati hutan
lindung di wilayah Talangsari, Lampung. "Korem saat itu dijabat
Hendropriyono. Dia yang mengecek ke sana. Saat itu warga menolak dan ada
anggota yang dibacok. Jadi ada miss understanding dengan warga karena kita
ingin melakukan sosialiasi dan mengetahui latar belakang, lantas ada peristiwa
itu (pembataian)," ujar mantan KSAL ini.
Saat peristiwa itu terjadi tidak langsung dibentuk tim
investigasi untuk melakukan tindakan. Hal itulah yang menjadi kesulitan.
Sudomo menjelaskan, peristiwa Talangsari saat itu tidak ada
kaitannya dengan politik. Jika akan dibawa ke pengadilan, yang bertanggung
jawab dan yang terlibat akan diketahui.
"Peristiwa itu diketahui setelah ada kejadian dan ada
laporan, tapi saya waktu itu minta agar Menhankam/Panglima ABRI seharusnya
dipisah. Tetapi saat itu dijabat 1 orang untuk menyelesaikan persoalan
itu," jelasnya.
"Mengenai perintah tembak di tempat bagaimana
Pak?" tanya wartawan. "Saya tidak tahu karena yang bertanggung jawab
di lapangan itu Danrem yakni Pak Hendro. Pak Hendro seharusnya datang hari ini
untuk memberikan keterangan. Tetapi saya tidak tahu," tandasnya.
Peristiwa Talangsari Lampung terjadi pada 6-7 Februari pada
1989. Saat itu terjadi serangan yang dilakukan Korem Garuda Hitam 043 Lampung
terhadap sebuah kelompok pengajian di Way Jepara, Talangsari Lampung.
Kelompok tersebut dituduh sebagai kelompok yang ingin
mendirikan negara Islam dan sebaliknya dianggap anti Pancasila. Bahkan distigma
dengan Islam sesat. Akibat dari serangan tersebut banyak korban berjatuhan.
Padahal hanya permainan sang aktor kristen anti Islam LB Moerdani melalui anak
muridnya Hendropriono.
Sang Aktor Kebencian LB Moerdani, Hingga Hendropriono. Barisan Anti Islam meski
pada sebuah sajadah
Hartono Mardjono sebagaimana dikutip Republika tanggal 3
Januari 1997 mengatakan bahwa rekrutan perwira Kopassus sangat diskriminatif
terhadap yang beragama Islam, misalnya kalau direkrut 20 orang, 18 di antaranya
adalah perwira beragama non Islam dan dua dari Islam.
Perilaku sadis tak hanya ditampakkan anak didiknya
Hendropriono, benci yang teramat dalam juga ditunjukkan seniornya LB Moerdani.
Banyak buku sejarah yang sudah membahas hal ini, dan salah satunya cerita dari
Kopassus di masa kepanglimaan Benny.
Saat Benny menginspeksi ruang kerja perwira bawahan dia
melihat sajadah di kursi dan bertanya "Apa ini?", jawab sang perwira,
"Sajadah untuk shalat, Komandan." Benny membentak "TNI tidak
mengenal ini." Benny juga sering mengadakan rapat staf pada saat menjelang
ibadah Jumat, sehingga menyulitkan perwira yang mau sholat Jumat.
Penelitian Salim Said juga menemukan hal yang sama bahwa
para perwira yang menonjol keislamannya, misalnya mengirim anak ke pesantren
kilat pada masa libur atau sering menghadiri pengajian diperlakukan
diskriminatif dan tidak akan mendapat kesempatan sekolah karena sang perwira
dianggap fanatik, sehingga sejak saat itu karir militernya suram.
Silakan perhatikan siapa para perwira tinggi beken yang
diangkat dan menduduki pos penting pada masa Benny Moerdani menjadi Pangad atau
Menhankam seperti Sintong Panjaitan; Try Sutrisno; Wiranto; Rudolf Warouw;
Albert Paruntu; AM Hendropriyono; Agum Gumelar; Sutiyoso; Susilo Bambang
Yudhoyono; Luhut Panjaitan; Ryamizard Ryacudu; Johny Lumintang; Albert
Inkiriwang; Herman Mantiri; Adolf Rajagukguk; Theo Syafei dan lain sebagainya
akan terlihat sebuah pola tidak terbantahkan bahwa perwira yang diangkat pada
masa Benny Moerdani berkuasa adalah non Islam atau Islam abangan (yang tidak
dianggap "fanatik" atau berada dalam golongan "islam
santri" menurut versi Benny).
Sudah belasan tahun kasus Talangsari berlalu. Kini satu per
satu pihak yang terkait kasus itu diperiksa Komnas HAM. Selama 2,5 jam, mantan
Menkopolkam Sudomo diperiksa Komnas HAM.
Dalam pemeriksaan itu, Sudomo mengaku tidak mengetahui pasti
yang terjadi di lapangan. Saat itu yang bertanggung jawab di lapangan adalah
Komandan Korem yang dijabat Hendropriyono.
"Yang mengetahui itu Koramil, Korem, Kodam, KSAD, dan
Panglima. Itu urutan pertanggungjawabannya, bukan hanya di sini (pusat) tapi di
sana (daerah). Yang pertama tahu Korem. Saya sifatnya berkoordinasi sebagai
Menkopolkam," ujar Sudomo.
Hal itu dia sampaikan usai diperiksa oleh dua orang
komisioner Komnas HAM Yoseph Adi Prasetyo dan Supriadi di Komnas HAM, Jl
Latuharhari, Menteng, Jakarta Pusat, Rabu (27/2/2008).
Sudomo mengatakan, dia dimintai keterangan untuk menjelaskan
peristiwa kasus Talangsari yang terjadi pada tahun 1989. Saat itu ada sebuah
pondok pesantren yang menempati hutan lindung di wilayah Talangsari, Lampung.
"Korem saat itu dijabat Hendropriyono. Dia yang
mengecek ke sana. Saat itu warga menolak dan ada anggota yang dibacok. Jadi ada
miss understanding dengan warga karena kita ingin melakukan sosialiasi dan
mengetahui latar belakang, lantas ada peristiwa itu (pembataian)," ujar
mantan KSAL ini.
Menurut Sudomo, kasus Talangsari dibuka kembali mungkin
karena ada tuntutan dari korban atau untuk mencari data. Saat peristiwa itu
terjadi tidak langsung dibentuk tim investigasi untuk melakukan tindakan. Hal
itulah yang menjadi kesulitan. - See more at:
http://www.voa-islam.com/read/indonesiana/2014/06/08/30822/am-hendropriono-dalang-pembunuhan-tragedi-munir-talangsari-lampung/#sthash.vbUusU8c.yvIEbSht.dpuf
Kesaksian Salim Said ini merupakan titik tolak paling
penting guna membongkar berbagai kerusuhan yang tidak terungkap seperti
Peristiwa 27 Juli 1996 dan Kerusuhan 13-14 Mei 1998, yang akan kita bongkar di
bawah ini menjadi rajutan ke kekerasan Tanjung Priok 1984 & Talangsari 1989
dengan aktor intelektual yang sama.
Kedekatan CSIS dan Sofjan Wanandi sudah terbangun puluhan
tahun, ia yang mengumpulkan massa menyerbu kantor PDI dan selama ini dianggap
perpanjangan tangan Soeharto ternyata agen ganda bawahan Benny Moerdani, dan
tentu saja saat itu Agum Gumelar dan AM Hendropriyono, dua murid Benny Moerdani
berada di sisi Megawati atas perintah Benny Moerdani sebagaimana disaksikan
Jusuf Wanandi dari CSIS dalam Memoirnya, A Shades of Grey/Membuka Tabir Orde
Baru.
Bila dihubungkan dengan grup yang berkumpul di sisi Jokowi
maka sudah jelas bahwa CSIS; PDIP; Budiman Sejatmiko, Agum Gumelar;
Hendropriyono; Fahmi Idris; Megawati; Sutiyoso ada di pihak Poros JK mendukung
Jokowi-JK demi menghalangi upaya Prabowo naik ke kursi presiden.
Tidak heran kelompok status quo dari kalangan perwira Benny
Moerdani membenci Prabowo karena yang menghancurkan cita-cita mendeislamisasi
Indonesia itu dengan membentuk ICMI.
Mengapa Benny Moerdani dan CSIS mau mendeislamisasi
Indonesia?
Karena CSIS didirikan oleh agen CIA, Pater Beek yang awalnya
ditempatkan di Indonesia untuk melawan komunis, namun setelah komunis kalah dia
membuat analisa bahwa lawan Amerika berikutnya di Indonesia hanya dua,
"Hijau ABRI" dan "Hijau Islam".
Lalu, Peter Beek menyimpulkan ABRI bisa dimanfaatkan untuk
melawan Islam, maka berdirilah CSIS yang dioperasikan oleh anak didiknya di
Kasebul, Sofjan Wanandi, Jusuf Wanandi, Harry Tjan Silalahi, mewakili ABRI: Ali
Moertopo, dan Hoemardani (baca kesaksian George Junus Aditjondro, murid Pater
Beek).
Pater Beek yang awalnya ditempatkan di Indonesia untuk melawan komunis
namun setelah komunis kalah dia membuat analisa bahwa lawan Amerika berikutnya
di Indonesia hanya dua, "Hijau ABRI" dan "Hijau Islam"
Tidak percaya gerakan anti Prabowo di kubu
Golkar-PDIP-Hanura-NasDem ada hubungan dengan kelompok anti Islam santri yang
dihancurkan Prabowo?
Silakan perhatikan satu per satu nama-nama yang mendukung
Jokowi-JK, ada Ryamizard Ryacudu (menantu mantan wapres Try Sutrisno-agen Benny
untuk persiapan bila Presiden Soeharto mangkat).
Ada Agum Gumelar-Hendropriyono (dua malaikat
pelindung/bodyguard Megawati yang disuruh Benny Moerdani); ada Andi Widjajanto
(anak Theo Syafeii) ada Fahmi Idris (rumahnya adalah lokasi ketika ide
Peristiwa 27 Juli 1996 dan Kerusuhan Mei 1998 pertama kali dilontarkan Benny
Moerdani); ada Luhut Panjaitan; ada Sutiyoso; ada Wiranto dan masih banyak lagi
yang lain.
Lho, Wiranto anak buah Benny Moerdani? Benar sekali, bahkan
Salim Said dan Jusuf Wanandi mencatat bahwa Wiranto menghadap Benny Moerdani
beberapa saat setelah dilantik sebagai KSAD pada Juni 1997. Saat itu Benny
memberi pesan sebagai berikut:
"Jadi, kau harus tetap di situ sebab kau satu-satunya
orang kita di situ. Jangan berbuat salah dan jangan dekat dengan saya sebab kau
akan dihabisi Soeharto jika dia tahu."
(Salim Said, halaman 320)
1. Menjatuhkan lawan menggunakan "gerakan massa"
adalah keahlian Ali Moertopo (guru Benny Moerdani) dan CSIS sejak Peristiwa
Malari di mana malari meletus karena provokasi Hariman Siregar, binaan Ali
Moertopo (lihat kesaksian Jenderal Soemitro yang dicatat oleh Heru Cahyono
dalam buku Pangkopkamtib Jenderal Soemitro dan Peristiwa 15 Januari 74 terbitan
Sinar Harapan).
2. Menurut catatan TGPF Kerusuhan Mei 98 penggerak lapangan
adalah orang berkarakter militer dan sangat cekatan dalam memprovokasi warga
menjarah dan membakar. Ini jelas ciri-ciri orang yang terlatih sebagai
intelijen, dan baik Wiranto maupun Prabowo adalah perwira lapangan tipe komando
bukan tipe intelijen, dan saat itu hanya Benny Moerdani yang memiliki kemampuan
menggerakan kerusuhan skala besar karena dia mewarisi taktik dan jaringan yang
dibangun Ali Moertopo (mengenai jaringan yang dibangun Ali Moertopo bisa dibaca
di buku Rahasia-Rahasia Ali Moertopo terbitan Tempo-Gramedia).
Siapa dia? Ada dengan LB Moerdani, Try Sutrisno, Wiranto
hingga AM Hendropriono? Bersambung ke Melawan Lupa (4) : disini
Berita Terkait Jenderal Jagal Pelanggar HAM Dukung Jokowi :
Melawan Lupa (1): Kasus Talangsari, Jama'ah Islamiyah dan
Komnas HAM 01
Melawan Lupa (2): Beberapa Nama, Saksi Palsu dan Islah
Talangsari
Melawan Lupa (3): 'Licence To Kill' Muslim Talangsari
Lampung 1989
Melawan Lupa (4): 'License To Kill' ABRI Merah & LB
Moerdani Cs
Melawan Lupa (5): Peran 'Jenderal Jagal' LB Moerdani Pada
Kerusuhan 1998
Melawan Lupa (4): 'License To Kill' ABRI Merah & LB
Moerdani Cs - See more at:
http://www.voa-islam.com/read/intelligent/2014/06/09/30835/melawan-lupa-4-license-to-kill-abri-merah-lb-moerdani-cs/#sthash.aD1LxQs1.dpuf
AM Hendropriono Dalang Pembunuhan Tragedi Munir, Talangsari,
Lampung
Riyanto 'Talangsari': Komnas HAM & Kontras Lestarikan
Citra Buruk Pada Islam
Susilo Bambang Yudhoyono Adalah Penerus LB Moerdani
Jangan remehkan lawan anda karena lawan akan mudah menyerang
anda kembali. Begitulah bunyi kata bijak tentang perlunya mawas diri dan
mengetahui lawan anda.
Demikian halnya dengan Presiden SBY, ia tidak selemah yang
anda kira. Jika Anda adalah salah satu dari sekian banyak rakyat Indonesia yang
meremehkan SBY dengan segala stigma yang dilekatkan kepadanya di media-media
nasional yang terkait dengan karakter dan kinerjanya selama menjadi presiden,
misalnya “Jenderal kok peragu”, atau “Jenderal belakang meja”, atau “SBY lamban
seperti kerbau” atau “Jenderal yang hobi curhat”, dan lain sebagainya.
Dari sisi karakter atau sifat, tampaknya SBY termasuk dalam
orang-orang yang bersifat plegmatif yang dari luar selalu terkesan peragu,
pendiam, lamban dan perlu didorong. Akan tetapi karakter pragmatif yang terlalu
sering ditekan dapat membalas dengan lebih keras sekali dia membulatkan tekad
bahwa dia telah cukup bersabar dengan para penganggu. Jadi secara teoritis
orang plegmatis hanya tampak lemah di luar tetapi sebenarnya mereka berkarakter
kuat.
Selain itu, kita juga melupakan bahwa SBY memang bukan
jenderal yang ahli pertempuran lapangan sehingga tidak heran secara wibawa dia
kalah dan tampak tidak setegas dari purnawirawan jenderal lain, katakanlah
Prabowo, namun demikian jenjang karir SBY sebagai intelejen ABRI (sekarang TNI)
justru dapat membuatnya jauh lebih misterius dibandingkan purnawirawan jenderal
lain.
Secara historis, SBY adalah pelaku reformasi bangsa namun
kita memang bangsa yang terlalu lelah dan pelupa pada banyaknya agen spin
doctor yang membuat kita lupa dengan kejahatan penguasa negara beserta
mafianya.
Faktanya pada akhir 2013 tahun ini rakyat memang benar-benar
lupa jasa SBY sebagai lokomotif utama reformasi yang di akibatkan dengan
kasus-kasu yang belakangan mencuat, dari Century, Hambalang, SKK Migas bahkan
penyadapan Ibu Ani SBY.
Ingat, SBY itu intelijen militer yang berperan dalam
membangun musuh bersama rakyat dalam melengserkan Suharto.
Kembali ke peran SBY, berkat operasi intelijen yang
dilakukannyalah maka “para pseudo reformis” dapat menjatuhkan Pak Harto yang
saat itu dikawal dua jenderal paling kuat, Wiranto sebagai mantan ajudan dan
Prabowo yang masih menantunya, termasuk dengan penyebaran press release tanpa
izin Wiranto bahwa ABRI sudah tidak mendukung Soeharto. Jadi “Bapak Reformasi”
yang sebenarnya adalah SBY dan bukan Amien Rais atau yang lain.
Saat itu dengan hanya bergerak di belakang layar, SBY bukan
saja mampu mendorong jalannya reformasi, akan tetapi juga mengambil kesempatan
dari rivalitas antara Wiranto dan Prabowo untuk kemudian memetik hasilnya
sehingga sanggup menjadi presiden Indonesia sebanyak dua periode dan membangun
Dinasti Cikeas.
Dari sisi apapun jelas operasi senyap yang dilakukan
intelejen lebih efektif dan efisien daripada operasi terbuka. Terbukti
mayoritas lawan politik SBY hari ini mulai dibungkam melalui serangkaian
operasi intelejen senyap yang mana tanpa mereka duga tiba-tiba mereka ditangkap
oleh KPK atau aparat lain.
Bisa di bilang sejauh ini SBY adalah satu-satunya pewaris
dinasti intelijen militer Indonesia yang pernah terkenal dan menjadi momok bagi
sebagian rakyat Indonesia mulai dari Zulfikli Lubis, Ali Moertopo, sampai Benny
Moerdani.
dinasti intelijen militer Indonesia yang pernah terkenal dan menjadi
momok bagi sebagian rakyat Indonesia mulai dari Zulfikli Lubis, Ali Moertopo,
sampai Benny Moerdani.
Karena itu rakyat agar tetap Waspada!
SBY, demi mengejar kekuasaan pribadi dengan menggadaikan SDA
negara untuk kekuasaan dan menikam 3 Presiden sebelumnya, yakni Suharto, Gus
Dur dan Megawati.
Karena SBY adalah generasi baru dinasti intelijen militer
Indonesia pasca matinya LB. Moerdani.
- See more at:
http://www.voa-islam.com/read/intelligent/2013/12/16/28150/the-godfather-16-sby-penerus-lb-moerdani-sumber-masalah-indonesia/#sthash.AfVrt7Uh.dpuf
Innalillah, Jenderal-Jenderal Dalang Kerusuhan Mei 1998
Mendukung Jokowi
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!
72 3
1 Print Friendly and PDF
Intelligent Leaks lainnya:
*
Melawan Lupa (1): Kasus Talangsari, Jama'ah Islamiyah dan Komnas HAM 01
*
Melawan Lupa (2): Beberapa Nama, Saksi Palsu dan Islah Talangsari
*
MafiaWar (21): Membongkar Tokoh Dibalik Pembunuhan Munir
*
The Godfather (25): Real Godfather is SBY, Intervensi Bubarkan Pendukung Jokowi
*
Perang Jenderal Kubu Jokowi vs Prabowo. Siap-siap Perang Strategi?
*
Gempar! Video Tokoh Syiah Ucapkan Selamat Pada Jalaludin Rahmat & Jokowi
*
Prabowo Vs Jokowi, Siapa Terpercik Black Campaign & Negative Campaign?
*
Wartawati Senior: Jokowi Incar Kursi Presiden Sejak Sebulan Jadi Gubernur
Berita Terkait
Senin, 15
Sya'ban 1435 H / 9 Juni 2014 18:49 wib
Melawan Lupa (4): 'License To Kill'
ABRI Merah & LB Moerdani Cs
Sepak terjang jenderal jagal dari kalangan
ABRI merah yang dipimpin kristen dan dimotori oleh LB Moerdani yang anak didik
Ali Moertopo sepanjang 30 tahun terakhir di Indonesia tak bisa dilupakan begitu
saja.
Rentetan kekejian, pembunuhan massal pada
ratusan jiwa syuhada Indonesia wajib dituntut hingga ke akar-akarnya. Tak puas
menjadi jenderal jagal, LB Moerdani membentuk murid-murid dari kalangan islam
yang tidak taat alias abangan untuk melestarikan kedigdayaannya. Muridnya
adalah Try Sutrisno, LB Moerdani, Agum Gumelar, Hendropriono hingga Wiranto dan
bahkan Presiden SBY.
Jendral
Leonardus Benny Moerdani adalah orang kuat di lingkungan ABRI pada awal dekade
80-an. Salah satu "legenda" dalam sejarah ABRI ini lulusan
Candradimuka tahun 1950. Tampilnya ia ke permukaan merupakan simbol peralihan
tongkat estafet dari generasi 45 ke generasi penerus.
?
Awal karirnya, ia berjuang
sebagai prajurit komando. Bersama Letkol Untung Syamsuri (kelak dikenal sebagai
pemimpin G30S/PKI), Benny Moerdani menorehkan prestasi membanggakan saat
perjuangan merebut Irian Barat. Lantaran prestasinya itu sempat ditawari
Presiden Soekarno untuk masuk Resimen Tjakrabhirawa. Tetapi ia menolak, sesuatu
yang langka terjadi pada saat itu, karena kebanyakan tentara menganggap
melayani Presiden Soekarno adalah suatu kebanggaan.
?
Hampir seluruh karir
militernya dihabiskan untuk mengurus soal-soal intelijen. Setelah berselisih
pendapat dengan Letjen Ahmad Yani, LB Moerdani harus meninggalkan korps baret
merah kebanggaannya (baca
LB Moerdani dan Baret Merah). Ia pun memulai karir sebagai perwira
intelijen. "Medan perang" nya mula-mula adalah Malaysia, kemudian
dipindah tugaskan ke Seoul, Korea selatan.
?
Setelah Peristiwa Malari
1974, ia dipanggil ke Jakarta oleh Ali Moertopo untuk menangani masalah-masalah
intelijen Hankam. Brigjen LB Moerdani adalah generasi intelijen berikutnya yang
dipercaya Soeharto setelah Ali Moertopo dan Yoga Soegomo. Jendral Moerdani
bersama-sama Ali Moertopo terlibat dalam CSIS (Center for Strategic and
International Studies) (lembaga studi yang banyak membantu Soeharto dalam
merumuskan kebijakan-kebijakan Orde Baru. Peran CSIS kelak tersaingi ICMI yang
diketuai BJ Habibie dan peran serta ABRI Hijau seperti Prabowo). Sampai tahun
1998, nama Jendral LB Moerdani masih dikait-kaitkan dengan agenda pihak oposisi
untuk menggantikan kekuasaan Soeharto.
Salah satunya tragedi
pembataian yang di arsiteki LB Moerdani adalah
1)
Pembantaian kaum muslim indonesia di Tanjung Priok 1984
2) Pembantaian Jamaah
Warsidi di Talangsari Lampung 1989
3) Skenario Kejatuhan
Suharto 1998
dan lainnya.
Setelah membahas Melawan
Lupa (3): 'License To Kill' Muslim Talangsari Lampung 1989 saatnya kita
beranjak ke peristiwa tak kalah sadis 5 tahun sebelum tragedi Talangsari
Tragedi ABRI Merah
Bantai Umat Islam di Tanjung Priok
Kronologis:
12 September 1984,
tengah malam.
Tanjungpriok bersimbah darah, ratusan umat Islam tersungkur ke tanah, tertembus
timah panas yang menyalak dari senjata otomatis ratusan tentara.
Mereka yang masih hidup dan tidak sempat berlari, ditendang, diinjak-injak, dan
dihajar denagn popor senjata hingga tewas.
Drama pembantaian keji itu berlanjut dengan datangnya senjumlah truk tentara.
Tubuh-tubuh tanpa nyawa itu terlempar begitu saja ke atas truk, seperti buruh
melempar karung beras.
Ditumpuk seperti ikan pindang. Menyusul kemudian sejumlah ambulans dan mobil
pemadam kebakaran. Kendaraan terakhir membersihkan sepanjang jalan itu dari
simbahan darah.
Maka keesokkan harinya, nyaris tak dijumpai lagi jejak kebiadaban itu.? (dari
buku Tanjungpriok Berdarah, Tanggung Jawab Siapa?, kumpulan fakta dan data,
Gema Insani Press)
Saksi Mata Ust. Abdul Qadir Djaelani Abdul Qadir Djaelani adalah salah seorang
ulama yang dituduh oleh aparat keamanan sebagai salah seorang dalang peristiwa
Tanjung Priok.
Karenanya, ia ditangkap dan dimasukkan ke dalam penjara. Sebagai seorang ulama
dan tokoh masyarakat Tanjung Priok, sedikit banyak ia mengetahui kronologi
peristiwa Tanjung Priok.
Ini petikan kesaksian Abdul Qadir Djaelani terhadap peristiwa Tanjung Priok 12
September 1984, yang tertulis dalam eksepsi pembelaannya berjudul ?Musuh-musuh
Islam Melakukan Ofensif terhadap Umat Islam Indonesia?.
~Tanjung Priok, Sabtu, 8
September 1984~
Dua orang petugas Koramil (Babinsa) tanpa membuka sepatu, memasuki Mushala
as-Sa?adah di gang IV Koja, Tanjung Priok, Jakarta Utara. Mereka menyiram
pengumuman yang tertempel di tembok mushala dengan air got (comberan).
Pengumuman tadi hanya berupa undangan pengajian remaja Islam (masjid) di Jalan
Sindang. Tanjung Priok, Ahad, 9 September 1984 Peristiwa hari Sabtu (8
September 1984) di Mushala as-Sa?adah menjadi pembicaran masyarakat tanpa ada
usaha dari pihak yang berwajib untuk menawarkan penyelesaian kepada jamaah kaum
muslimin.
Tanjung Priok, Senin, 10
September 1984
Beberapa anggota jamaah Mushala as-Sa?adah berpapasan dengan salah seorang
petugas Koramil yang mengotori mushala mereka. Terjadilah pertengkaran mulut
yang akhirnya dilerai oleh dua orang dari jamaah Masjid Baitul Makmur yang
kebetulan lewat. Usul mereka supaya semua pihak minta penengahan ketua RW,
diterima.
Sementara usaha penegahan sedang berlangsung, orang-orang yang tidak
bertanggung jawab dan tidak ada urusannya dengan permasalahan itu, membakar
sepeda motor petugas Koramil itu.
Kodim, yang diminta bantuan oleh Koramil, mengirim sejumlah tentara dan segera
melakukan penangkapan. Ikut tertangkap 4 orang jamaah, di antaranya termasuk
Ketua Mushala as-Sa?adah.
~Tanjung Priok, Selasa,
11 September 1984~
Amir Biki menghubungi pihak-pihak yang berwajib untuk meminta pembebasan empat
orang jamaah yang ditahan oleh Kodim, yang diyakininya tidak bersalah.
Peran Amir Biki ini tidak perlu mengherankan, karena sebagai salah seorang
pimpinan Posko 66, dialah orang yang dipercaya semua pihak yang bersangkutan
untuk menjadi penengah jika ada masalah antara penguasa (militer) dan
masyarakat. Usaha Amir Biki untuk meminta keadilan ternyata sia-sia.
~Tanjung Priok, Rabu, 12
September 1984~
Dalam suasana tantangan yang demikian, acara pengajian remaja Islam di Jalan
Sindang Raya, yang sudah direncanakan jauh sebelum ada peristiwa Mushala as-Sa?adah,
terus berlangsung juga. Penceramahnya tidak ada, termasuk Amir Biki, yang
memang bukan mubaligh dan memang tidak pernah mau naik mimbar.
Akan tetapi, dengan latar belakang rangkaian kejadian di hari-hari sebelumnya,
jemaah pengajian mendesaknya untuk naik mimbar dan memberi petunjuk. Pada
kesempatan pidato itu, Amir Biki berkata antara lain, ?Mari kita buktikan
solidaritas islamiyah.
Kita meminta teman kita yang ditahan di Kodim. Mereka tidak bersalah. Kita
protes pekerjaan oknum-oknum ABRI yang tidak bertanggung jawab itu. Kita berhak
membela kebenaran meskipun kita menanggung risiko.
Kalau mereka tidak dibebaskan maka kita harus memprotesnya.? Selanjutnya, Amir
Biki berkata, ?Kita tidak boleh merusak apa pun! Kalau ada yang merusak di tengah-tengah
perjalanan, berarti itu bukan golongan kita (yang dimaksud bukan dan jamaah
kita).? Pada waktu berangkat jamaah pengajian dibagi dua: sebagian menuju
Polres dan sebagian menuju Kodim.
Setelah sampai di depan Polres, kira-kia 200 meter jaraknya, di situ sudah
dihadang oleh pasukan ABRI berpakaian perang dalam posisi pagar betis dengan
senjata otomatis di tangan.
Sesampainya jamaah pengajian ke tempat itu, terdengar militer itu berteriak,
?Mundur-mundur!? Teriakan ?mundur-mundur? itu disambut oleh jamaah dengan
pekik, ?Allahu Akbar! Allahu Akbar!? Saat itu militer mundur dua langkah, lalu
memuntahkan senjata-senjata otomatis dengan sasaran para jamaah pengajian yang
berada di hadapan mereka, selama kurang lebih tiga puluh menit. Jamaah pengajian
lalu bergelimpangan sambil menjerit histeris; beratus-ratus umat Islam jatuh
menjadi syuhada.?
selama kurang lebih tiga
puluh menit. Jamaah pengajian lalu bergelimpangan sambil menjerit histeris;
beratus-ratus umat Islam jatuh menjadi syuhada.
Malahan ada anggota militer
yang berteriak, ?Bangsat! Pelurunya habis. Anjing-anjing ini masih banyak!?
Lebih sadis lagi, mereka yang belum mati ditendang-tendang dan kalau masih
bergerak maka ditembak lagi sampai mati.
Tidak lama kemudian datanglah dua buah mobil truk besar beroda sepuluh buah
dalam kecepatan tinggi yang penuh dengan pasukan. Dari atas mobil truk besar
itu dimuntahkan peluru-peluru dan senjata-senjata otomatis ke sasaran para
jamaah yang sedang bertiarap dan bersembunyi di pinggir-pinggir jalan.
Lebih mengerikan lagi, truk besar tadi berjalan di atas jamaah pengajian yang
sedang tiarap di jalan raya, melindas mereka yang sudah tertembak atau yang
belum tertembak, tetapi belum sempat menyingkir dari jalan raya yang dilalui
oleh mobil truk tersebut.
Lebih mengerikan lagi, truk
besar tadi berjalan di atas jamaah pengajian yang sedang tiarap di jalan raya,
melindas mereka yang sudah tertembak atau yang belum tertembak, tetapi belum
sempat menyingkir dari jalan raya yang dilalui oleh mobil truk tersebut.
Jeritan dan bunyi tulang yang
patah dan remuk digilas mobil truk besar terdengar jelas oleh para jamaah umat
Islam yang tiarap di got-got/selokan-selokan di sisi jalan.
Setelah itu, truk-truk besar itu berhenti dan turunlah militer-militer itu
untuk mengambil mayat-mayat yang bergelimpangan itu dan melemparkannya ke dalam
truk, bagaikan melempar karung goni saja.
Dua buah mobil truk besar itu
penuh oleh mayat-mayat atau orang-orang yang terkena tembakan yang tersusun
bagaikan karung goni.
Sesudah mobil truk besar yang penuh dengan mayat jamaah pengajian itu pergi,
tidak lama kemudian datanglah mobil-mobil ambulans dan mobil pemadam kebakaran
yang bertugas menyiram dan membersihkan darah-darah di jalan raya dan di
sisinya, sampai bersih.
Sementara itu, rombongan jamaah pengajian yang menuju Kodim dipimpin langsung
oleh Amir Biki. Kira-kira jarak 15 meter dari kantor Kodim, jamaah pengajian
dihadang oleh militer untuk tidak meneruskan perjalanan, dan yang boleh
meneruskan perjalanan hanya 3 orang pimpinan jamaah pengajian itu, di antaranya
Amir Biki.
Kira-kira jarak 15 meter dari
kantor Kodim, jamaah pengajian dihadang oleh militer untuk tidak meneruskan
perjalanan, dan yang boleh meneruskan perjalanan hanya 3 orang pimpinan jamaah
pengajian itu, di antaranya Amir Biki.
Begitu jaraknya kira-kira 7
meter dari kantor Kodim, 3 orang pimpinan jamaah pengajian itu diberondong
dengan peluru yang keluar dari senjata otomatis militer yang menghadangnya.
Ketiga orang pimpinan jamaah itu jatuh tersungkur menggelepar-gelepar.
Melihat kejadian itu, jamaah pengajian yang menunggu di belakang sambil duduk,
menjadi panik dan mereka berdiri mau melarikan diri, tetapi disambut oleh
tembakan peluru otomatis. Puluhan orang jamaah pengajian jatuh tersungkur
menjadi syahid.
Menurut ingatan saudara Yusron, di saat ia dan mayat-mayat itu dilemparkan ke
dalam truk militer yang beroda 10 itu, kira-kira 30-40 mayat berada di
dalamnya, yang lalu dibawa menuju Rumah Sakit Gatot Subroto (dahulu RSPAD).
Sesampainya di rumah sakit, mayat-mayat itu langsung dibawa ke kamar mayat,
termasuk di dalamnya saudara Yusron. Dalam keadaan bertumpuk-tumpuk dengan
mayat-mayat itu di kamar mayat, saudara Yusron berteriak-teriak minta tolong.
Petugas rumah sakit datang dan mengangkat saudara Yusron untuk dipindahkan ke
tempat lain.
Sebenarnya peristiwa
pembantaian jamaah pengajian di Tanjung Priok tidak boleh terjadi apabila
PanglimaABRI/Panglima Kopkamtib Jenderal LB Moerdani benar-benar mau berusaha
untuk mencegahnya,
Sebenarnya peristiwa
pembantaian jamaah pengajian di Tanjung Priok tidak boleh terjadi apabila
Panglima ABRI/Panglima Kopkamtib Jenderal LB Moerdani benar-benar mau berusaha
untuk mencegahnya, apalagi pihak Kopkamtib yang selama ini sering sesumbar
kepada media massa bahwa pihaknya mampu mendeteksi suatu kejadian sedini dan
seawal mungkin.
Ini karena pada tanggal 11
September 1984, sewaktu saya diperiksa oleh Kepolisian Daerah Metropolitan
Jakarta Raya, saya sempat berbincang-bincang dengan Kolonel Polisi Ritonga,
Kepala Intel Kepolisian tersebut di mana ia menyatakan bahwa jamaah pengajian
di Tanjung Priok menuntut pembebasan 4 orang rekannya yang ditahan, disebabkan
membakar motor petugas.
Bahkan, menurut petugas-petugas satgas Intel Jaya, di saat saya ditangkap
tanggal 13 September 1984, menyatakan bahwa pada tanggal 12 September 1984,
kira-kira pukul 10.00 pagi. Amir Biki sempat datang ke kantor Satgas Intel
Jaya.
Tokoh-tokoh itu
selayaknya diperiksa dalam kasus Priok.
1. LB Moerdani menjabat
Panglima ABRI/Panglima Kopkamtib,
2. Try Sutrisno menjabat
Pandam V Jaya/Panglaksus Jaya, dan
3. AR Butarbutar menjabat
Dandim Jakarta Utara.
Menurut beberapa saksi, saat itu aparat keamanan terlihat membiarkan situasi
menjadi tak terkendali.
Lihat saja pernyataan
Soeharto dalam bukunya, Seoharto: Pikiran, Ucapan dan Tindakan saya. Disitu
ditulis,
?Sesungguhnya, peristiwa itu benar-benar hasil hasutan orang yang menempatkan
diri sebagai pemimpin.?
Benarkan ucapan Soeharto itu
mengisyaratkan bahwa tragedi itu sudah direncanakan sebelumnya?
9 Maret 1999:
Komnas HAM mengeluarkan
pernyataan yang ditandatangani Marzuki Darusman dan Clementino dos Reis Amaral.
Isinya, hasil temuan, kesimpulan, dan rekomendasi dari tim yang dibentuk Komnas
HAM untuk kasus Priok
Ada serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh tim ini.
Pertama,
mempelajari semua penerbitan umum serta dokumen lainnya.
Kedua,
melakukan pertemuan dengan keluarga korban, saksi korban, dan saksi lainnya.
Ketiga,
melakukan kunjungan ke berbagai tempat yang diduga menjadi tempat penguburan
korban peristiwa Priok.
Keempat,
mengundang pejabat aparat keamanan pada waktu itu, antara lain mantan Pangdam
Jaya dan mantan Dandim Jakarta Utara, untuk memperoleh data guna dicocokkan
dengan data yang diperoleh dari masyarakat.
Dari hasil temuan itu,
Komnas HAM berkesimpulan:
Dalam tragedi Priok telah terjadi pelanggaran HAM, yakni pelanggaran atas hak
hidup (right to life) dan hak mendapatkan informasi (right information).
Kemudian, Komnas HAM merekomendasikan agar pemerintah menjelaskan kepada
masyarakat mengenai peristiwa Priok. Sementara para pelaku dan penanggungjawab
pelanggaran HAMnya agar diadili.
18 November - 7 Desember
1998 : Try Sutrisno
Berdasarkan
pernyatan itu, maka 18 November 1998, Komnas HAM mengirimkan surat pemanggilan
ke Try Sutrisno. Tetapi, tampaknya Try lebih suka berkorespondensi.
Buktinya, 7 Desember 1998, Try membalas berkirim surat ke Komnas HAM. Isi
suratnya, menolak memberikan klarifikasi.
Buktinya,
7 Desember 1998, Try membalas berkirim surat ke Komnas HAM. Isi suratnya,
menolak memberikan klarifikasi.
Dalam
surat itu, Try berkilah, kasus Priok telah ditandatangi secara institusional
oleh ABRI, bukan ditangani oleh orang per orang. Baru dijawab oleh Try seperti
itu, Komnas HAM saat itu mati kutu.
400
Orang Tewas Dalam Pembantaian Tanjung Priok
Menurut
data temuan KPKP, sekitar 400 orang orang tewas, 40 orang cacat seumur hidup, 65
orang ditahan sewenang-wenang, dan 16 orang dinyatakan hilang.
Jumlah
korban tewas itu kita ambil dari kesaksian. Pada setiap truk itu ada sekitar
40-50 orang. Kalau dihitung sepuluh truk, berarti jumlahnya ada sekitar 400
orang.
Mengapa
Benny Moerdani dan CSIS mau mendeislamisasi Indonesia?
Karena
CSIS didirikan oleh agen CIA, Pater Beek yang awalnya ditempatkan di Indonesia
untuk melawan komunis, namun setelah komunis kalah dia membuat analisa bahwa
lawan Amerika berikutnya di Indonesia hanya dua, "Hijau ABRI" dan
"Hijau Islam".
Lalu,
Peter Beek menyimpulkan ABRI bisa dimanfaatkan untuk melawan Islam, maka
berdirilah CSIS yang dioperasikan oleh anak didiknya di Kasebul, Sofjan
Wanandi, Jusuf Wanandi, Harry Tjan Silalahi, mewakili ABRI: Ali Moertopo, dan
Hoemardani (baca kesaksian George Junus Aditjondro, murid Pater Beek).
Pater
Beek yang awalnya ditempatkan di Indonesia untuk melawan komunis namun setelah
komunis kalah dia membuat analisa bahwa lawan Amerika berikutnya di Indonesia
hanya dua, "Hijau ABRI" dan "Hijau Islam"
Berikut
murid-murid LB Moerdani "Sang Jenderal Jagal"
1)
Agum Gumelar-Hendropriyono (dua malaikat pelindung atau bodyguard Megawati yang
disuruh Benny Moerdani);
2)
ada Andi Widjajanto (anak Theo Syafeii) ada Fahmi Idris (rumahnya adalah lokasi
ketika ide Peristiwa 27 Juli 1996 dan Kerusuhan Mei 1998 pertama kali
dilontarkan Benny Moerdani);
3)
Luhut Panjaitan;
4)
Sutiyoso;
5)
Wiranto?
6)
AM Hendropriono,
7)
Try Sutrisno?
8)
Menantu Try Sutrisno, Ryamizad Ryacudu
9)
Susilo Bambang Yudhoyono
Sang
Jenderal Jagal
ini mereka semua berkumpul dalam koalisi ABRI Merah di PDIP. Tidak percaya
gerakan anti Prabowo di kubu Golkar-PDIP-Hanura-NasDem ada hubungan dengan
kelompok anti Islam santri yang dihancurkan Prabowo?
Silakan
perhatikan satu per satu nama-nama yang mendukung Jokowi-JK, ada Ryamizard
Ryacudu (menantu mantan wapres Try Sutrisno-agen Benny untuk persiapan bila
Presiden Soeharto mangkat).
Lho,
Wiranto anak buah Benny Moerdani? Benar sekali, bahkan Salim Said dan Jusuf
Wanandi mencatat bahwa Wiranto menghadap Benny Moerdani beberapa saat setelah
dilantik sebagai KSAD pada Juni 1997. Saat itu Benny memberi pesan sebagai
berikut:
"Jadi, kau harus tetap di situ sebab
kau satu-satunya orang kita di situ. Jangan berbuat salah dan jangan dekat
dengan saya sebab kau akan dihabisi Soeharto jika dia tahu."
Ali Moertopo &
Muridnya LB Moerdani :
Sebagai
think thank di
balik pemerintahan Orde Baru, Ali Moertopo
adalah pemikir, tokoh intelijen, dan politikus yang memiliki peranan penting
pada masa-masa awal Orde Baru di Indonesia. Ia pernah menjabat Menteri
Penerangan Indonesia (1978-1983), Deputi Kepala (1969-1974), dan Wakil Kepala
(1974-1978) Badan Koordinasi Intelijen Negara. Ali Moertopo berperan besar
dalam melakukan modernisasi intelijen Indonesia. Ia terlibat dalam
operasi-operasi intelijen dengan nama Operasi Khusus (Opsus) yang terutama
ditujukan untuk memberangus lawan-lawan politik pemerintahan Soeharto. Pada
1968, Ali menggagas peleburan partai-partai politik menjadi beberapa partai saja
agar lebih mudah dikendalikan. Hal itu kemudian terwujud pada 1973 ketika semua
partai melebur menjadi tiga partai, Golkar, PPP (penggabungan partai-partai
berbasis Islam), dan PDI (penggabungan partai-partai berbasis nasionalis). Pada
1971, bersama Soedjono Hoemardhani, ia merintis pendirian Centre for Strategic and International
Studies (CSIS) yang merupakan lembaga penelitian kebijakan
pemerintahan. Pada tahun 1972, ia menerbitkan hasil tulisannya yang berjudul ?Dasar-dasar Pemikiran tentang
Akselerasi Modernisasi Pembangunan 25 Tahun? yang selanjutnya
dijadikan MPR sebagai strategi Pembangunan Jangka Panjang (PJP).
Anak
Pekalongan yang lahir di Blora, Jawa Tengah, 23 September 1924, itu tak
terdengar mempunyai hobi olah raga. Ia tak suka golf. Tokoh yang dikenal
sebagai aktivis dan politikus ulung itu mempunyai kegemaran berceramah dan
pidato. Ia orator yang pandai memukau publik, sekalipun tak sekaliber Bung
Karno.
?
1.
Menjatuhkan lawan menggunakan "gerakan massa" adalah keahlian Ali
Moertopo (guru Benny Moerdani) dan CSIS sejak Peristiwa Malari di mana malari
meletus karena provokasi Hariman Siregar, binaan Ali Moertopo (lihat kesaksian
Jenderal Soemitro yang dicatat oleh Heru Cahyono dalam buku Pangkopkamtib Jenderal
Soemitro dan Peristiwa 15 Januari 74 terbitan Sinar Harapan).
?
2.
Menurut catatan TGPF Kerusuhan Mei 98 penggerak lapangan adalah orang
berkarakter militer dan sangat cekatan dalam memprovokasi warga menjarah dan
membakar. Ini jelas ciri-ciri orang yang terlatih sebagai intelijen, dan baik
Wiranto maupun Prabowo adalah perwira lapangan tipe komando bukan tipe
intelijen, dan saat itu hanya Benny Moerdani yang memiliki kemampuan
menggerakan kerusuhan skala besar karena dia mewarisi taktik dan jaringan yang
dibangun Ali Moertopo (mengenai jaringan yang dibangun Ali Moertopo bisa dibaca
di buku Rahasia-Rahasia Ali Moertopo terbitan Tempo-Gramedia).
[RioCbaretaz/jabir/voa-islam.com]
- See more
at: http://www.voa-islam.com/read/intelligent/2014/06/09/30835/melawan-lupa-4-license-to-kill-abri-merah-lb-moerdani-cs/#sthash.HCyuMaqH.dpuf
Reformasi” yang sebenarnya adalah SBY dan bukan Amien Rais atau yang lain.
Saat
itu dengan hanya bergerak di belakang layar, SBY bukan saja mampu
mendorong jalannya reformasi, akan tetapi juga mengambil kesempatan dari
rivalitas antara Wiranto dan Prabowo untuk kemudian memetik hasilnya
sehingga sanggup menjadi presiden Indonesia sebanyak dua periode dan
membangun Dinasti Cikeas.
Dari sisi apapun jelas operasi senyap
yang dilakukan intelejen lebih efektif dan efisien daripada operasi
terbuka. Terbukti mayoritas lawan politik SBY hari ini mulai dibungkam
melalui serangkaian operasi intelejen senyap yang mana tanpa mereka duga
tiba-tiba mereka ditangkap oleh KPK atau aparat lain.
Bisa di
bilang sejauh ini SBY adalah satu-satunya pewaris dinasti intelijen
militer Indonesia yang pernah terkenal dan menjadi momok bagi sebagian
rakyat Indonesia mulai dari Zulfikli Lubis, Ali Moertopo, sampai Benny
Moerdani.
Dinasti intelijen militer Indonesia yang pernah
terkenal dan menjadi momok bagi sebagian rakyat Indonesia mulai dari
Zulfikli Lubis, Ali Moertopo, sampai Benny Moerdani.
SBY,
demi mengejar kekuasaan pribadi dengan menggadaikan SDA negara untuk
kekuasaan dan menikam 3 Presiden sebelumnya, yakni Suharto, Gus Dur dan
Megawati. Karena SBY adalah generasi baru dinasti intelijen militer Indonesia pasca matinya LB. Moerdani.
Berita Terkait Jenderal Jagal Pelanggar HAM Dukung Jokowi :
Reformasi” yang sebenarnya adalah SBY dan bukan Amien Rais atau yang lain.
Saat
itu dengan hanya bergerak di belakang layar, SBY bukan saja mampu
mendorong jalannya reformasi, akan tetapi juga mengambil kesempatan dari
rivalitas antara Wiranto dan Prabowo untuk kemudian memetik hasilnya
sehingga sanggup menjadi presiden Indonesia sebanyak dua periode dan
membangun Dinasti Cikeas.
Dari sisi apapun jelas operasi senyap
yang dilakukan intelejen lebih efektif dan efisien daripada operasi
terbuka. Terbukti mayoritas lawan politik SBY hari ini mulai dibungkam
melalui serangkaian operasi intelejen senyap yang mana tanpa mereka duga
tiba-tiba mereka ditangkap oleh KPK atau aparat lain.
Bisa di
bilang sejauh ini SBY adalah satu-satunya pewaris dinasti intelijen
militer Indonesia yang pernah terkenal dan menjadi momok bagi sebagian
rakyat Indonesia mulai dari Zulfikli Lubis, Ali Moertopo, sampai Benny
Moerdani.
Dinasti intelijen militer Indonesia yang pernah
terkenal dan menjadi momok bagi sebagian rakyat Indonesia mulai dari
Zulfikli Lubis, Ali Moertopo, sampai Benny Moerdani.
SBY,
demi mengejar kekuasaan pribadi dengan menggadaikan SDA negara untuk
kekuasaan dan menikam 3 Presiden sebelumnya, yakni Suharto, Gus Dur dan
Megawati. Karena SBY adalah generasi baru dinasti intelijen militer Indonesia pasca matinya LB. Moerdani.
Berita Terkait Jenderal Jagal Pelanggar HAM Dukung Jokowi :
Berita
Terkait
Kamis, 15 Sya'ban 1435 H / 12 Juni
2014 08:40 wib
http://www.voa-islam.com/read/intelligent/2014/06/12/30846/melawan-lupa-5-peran-jenderal-jagal-lb-moerdani-pada-kerusuhan-1998/#sthash.CR5yWwG7.dpbs
Melawan Lupa (5): Peran 'Jenderal
Jagal' LB Moerdani Pada Kerusuhan 1998
Info Zaman: Dalang Kerusuhan 1988:
Wiranto, Prabowo, atau LB Moerdani?
LB Moerdani adalah mantan Panglima
ABRI merangkap Menhankam dan Pangkopkamtib. 3 Jabatan penting dan terkuat dalam
militer dan keamanan dia kuasai. Jarang ada jenderal di Indonesia seperti ini.
Karirnya juga sbg perwira Intelijen
yang ahli dalam membuat gerakan-gerakan rahasia.
Meski gemilang di militer, pada
akhirnya ternyata LB Moerdani diberhentikan oleh Soeharto.
Jadi bisa disebut Barisan Sakit Hati
yang punya motif untuk membuat kerusuhan agar Soeharto jatuh. Sementara Wiranto
dan Prabowo yang di zaman Soeharto naik daun, justru tidak ada alasan berbuat
rusuh.
Soeharto pun begitu.
Sejelek-jeleknya diktator, dia tidak akan mau membuat negaranya rusuh karena
jika rusuh, dia juga bisa terpental. Dan Prabowo meski pangkatnya cuma Kapten,
pernah merencanakan menculik LB Moerdani dengan tuduhan makar (menurut Sintong
Panjaitan):
"Dalam
buku 'Tragedi Seorang Loyalis', saat menjabat Panglima ABRI Moerdani memberi
komentar mengenai bisnis anak-anak Soeharto. Soeharto marah dan mecopot jabatan
Moerdani. Dalam buku Sintong Panjaitan (komandan Den81 yang menyerbu Woyla),
disebutkan Kapten Prabowo Subianto (menantu Soeharto) pernah merencanakan
menculik Moerdani karena tuduhan makar."
CSIS, ABRI Merah, Jenderak Jagal =
Indonesia Tak Aman Bagi Islam
Keterlibatan CSIS (think tank
Katolik) bisa dicium dari tokohnya Sofyan Wanandi yang sempat disebut terlibat
peledakan bom di rusun Tanah Tinggi oleh PRD guna membuat kerusuhan menjelang
lengsernya Soeharto:
Sofjan selalu lantang mengkritik
ketidakadilan. Hal yang sudah dilakoni Sofjan sejak menjadi Ketua Presidium
Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia (KAMI) Jakarta Raya, yang turut memotori aksi
massa menyuarakan Tiga Tuntutan Rakyat (Tritura) tahun 1966 di Jakarta.
Sofjan selalu lantang
mengkritik ketidakadilan sejak menjadi Ketua Presidium Kesatuan Aksi Mahasiswa
Indonesia (KAMI) Jakarta Raya, yang turut memotori aksi massa menyuarakan Tiga
Tuntutan Rakyat (Tritura) tahun 1966 di Jakarta.
Tak
pelak, dia pernah merasakan dinginnya sel penjara pada era Orde Lama serta
sempat diperiksa tentara dan polisi dengan segala perang urat saraf atas
tuduhan membiayai Partai Rakyat Demokratik (PRD) saat ada bom rakitan meledak
di sebuah kamar di lantai lima rumah susun Tanah Tinggi, Johar, Jakarta Pusat,
akhir Januari 1998. http://nasional.kompas.com/read/2011/03/06/03443345/twitter.com
Tapi di balik problem hebat itu,
muncul isu baru yang mengagetkan. Tokoh CSIS dan konglomerat beken Sofyan
Wanandi, Yusuf Wanandi dan Surya Paloh dituding terlibat dalam peledakan bom
Tanahtinggi oleh aktivis PRD.
Menurut kalangan militer, termasuk
Pangdam Jaya Mayjen Sjafri S., merujuk pada "bukti" surat elektronik
yang ditemukan di tempat kejadian, Sofyan disebut sebagai donatur yang siap
mengucurkan dana bagi perjuangan PRD.
Benang merah di antara
Sofyan Wanandi, Yusuf Wanandi (CSIS) dan Surya Paloh adalah kedekatan mereka
dgn AS yang ditengarai terlibat kerusuhan 1998 melalui CIA.
Sofyan Wanandi pernah dipenjara di
zaman ORLA. Di zaman ORBA juga nyaris dipenjara. Sofyan bukan pengusaha biasa.
Tapi "Pengusaha Politik"
Dalam Dunia Hukum Kriminal di AS,
Means (Alat), Motive (Penyebab), dan Opportunity adalah 3 hal populer yang
harus dibuktikan untuk membuktikan si penjahat memang terbukti bersalah.
Soal "Alat" LB Moerdani selaku mantan Panglima ABRI yang merangkap
Menhankam dan Pangkopkamtib jelas punya banyak alat dan anak buah. Soal motif
juga ada perselisihannya dengan Soeharto dan diberhentikan dari
jabatannya sebagai Panglim ABRI oleh Soeharto.
Kesempatan, pada saat kerusuhan 1998
besar sekali.
In US Criminal law, means, motive,
and opportunity is a popular cultural summation of the three aspects of a crime
that must be established before guilt can be determined in a criminal
proceeding. Respectively, they refer to: the ability of the defendant to commit
the crime (means), the reason the defendant felt the need to commit the crime
(motive), and whether or not the defendant had the chance to commit the crime
(opportunity).
http://en.wikipedia.org/wiki/Means,_motive,_and_opportunity
According to a familiar adage, “means, motive, and opportunity” are
necessary to prove one’s guilt in a criminal trial. By this logic, a crime
would not have occurred had the perpetrator not had (1) the tools necessary to
commit a crime (e.g., the weapon), (2) the actionable idea to commit the crime,
and (3) an unencumbered chance at following through on intention.
Inilah Dalang Kerusuhan Mei 1998 :
Robert Strong
Obsesi saya selama 16 tahun terakhir
adalah menemukan pihak yang menjadi dalang kerusuhan Mei 1998 sebab siapapun
pihak yang berada di belakang serangkaian peristiwa di bulan-bulan terakhir
Orde Baru yang berujung pada kerusuhan Mei 1998 itu sungguh sangat keji dan
tidak berprikemanusiaan, membunuh ribuan manusia tidak berdosa hanya sekedar
untuk menjatuhkan seorang presiden yang satu-satu kesalahan paling besar adalah
berkuasa terlalu lama.
Sebagaimana kebanyakan rakyat
Indonesia maka saya juga menghubungkan Kerusuhan Mei 1998 dengan persaingan
antara dua jenderal yaitu Wiranto dan Prabowo. Semua bukti yang dipaparkan
media massa selama ini memang mengerucut pada dua nama tersebut, masing-masing
melakukan berbagai tindakan yang dapat diartikan sebagai usaha untuk mendukung
Kerusuhan Mei 1998, seperti kepergian Wiranto ke Malang pada hari kerusuhan
dengan membawa seluruh panglima angkatan perang; atau bercandaan Prabowo kepada
Lee Kuan Yew menjelang Pemilu 1997 bahwa dia mungkin akan memberontak.
Namun demikian, hasil penelitian
saya selama 16 tahun justru menemukan fakta yang berbeda, bahwa dalang
sesungguhnya dari Kerusuhan Mei 1998 bukan Wiranto maupun Prabowo, melainkan
para barisan sakit hati Orde Baru, dan berikut ini adalah hasil penelusuran
tersebut.
Yang harus kita telusuri pertama
kali adalah motivasi Kerusuhan Mei 1998, dan berdasarkan temuan Tim Gabungan
Pencari Fakta (TGPF) Mei 1998 ditemukan fakta bahwa pelaku utama kerusuhan
adalah bukan rakyat setempat, melainkan orang-orang berbadan tegap berambut
cepak yang secara terkoordinir memprovokasi rakyat dan menyiram gedung-gedung
dengan bensin yang sudah mereka bawa kemudian membakar. Setelah rakyat
terprovokasi orang-orang ini kemudian menghilang.
Semua petunjuk
menunjukan bahwa provokator di lapangan adalah militer, namun pertanyaannya
militer di bawah komando siapa?
Semua petunjuk menunjukan bahwa
provokator di lapangan adalah militer, namun pertanyaannya militer di bawah komando
siapa? Ini adalah pertanyaan yang mungkin tidak akan pernah terungkap, akan
tetapi dari keahlian para provokator itu dapat dipastikan mereka adalah
intelijen dan bukan orang lapangan.
Akhirnya selama bertahun-tahun saya
hanya bisa menduga-duga pelakunya antara Prabowo atau Wiranto, sampai suatu
saat saya menemukan dua buku otobiografi yang melengkapi semua puzzle yang ada,
yaitu buku Salim Said, dan Bill Tarrant, mantan kontributor asing the Jakarta
Post, keduanya saya beli di Indonesia, yang pertama di Gramedia, yang kedua di
Kinokuniya Plaza Senayan.
Benny Moerdani pernah
mengatakan kepada dia dan angkatan 66 lain bahwa cara menjatuhkan Pak Harto
adalah melalui berbagai kerusuhan untuk mendestabilisasi keadaan yang akan
membuat kursi Pak Harto goyah
Banyak informasi penting dalam buku
Salim Said, tapi yang paling penting adalah Benny Moerdani pernah mengatakan
kepada dia dan angkatan 66 lain bahwa cara menjatuhkan Pak Harto adalah melalui
berbagai kerusuhan untuk mendestabilisasi keadaan yang akan membuat kursi Pak
Harto goyah dan saat itu Pak Harto akan mudah didongkel. Itu dia, ini
jawabannya, dan semua masuk akal, siapa lagi yang bisa mengeksekusi pekerjaan
intelijen serapi Kerusuhan Mei 1998 bila bukan raja intelijen, Benny Moerdani?
Jalinan cerita dari Salim Said
tersebut kemudian menyambung dengan cerita Bill Tarrant bahwa The Jakarta Post
yang tadinya diciptakan pendiri CSIS Jusuf Wanandi dan Ali Moertopo sebagai
mesin propaganda Orde Baru ke dunia luar sejak tahun 1990 tiba-tiba ikut menyerang
Orde Baru dengan isu HAM, demokrasi, bertepatan dengan tersingkirnya CSIS dari
Orde Baru. Selain itu The Jakarta Post juga adalah kekuatan di belakang layar
yang membangkitkan para LSM yang sudah menjelang mati suri untuk melawan Orde
Baru, dan yang lebih penting lagi, The Jakarta Post adalah donatur utama dari
gerakan mahasiswa 1997-1998, dan bahkan markas besar mahasiswa saat itu adalah
kantor The Jakarta Post!!
The Jakarta Post
adalah donatur utama dari gerakan mahasiswa 1997-1998, dan bahkan markas besar
mahasiswa saat itu adalah kantor The Jakarta Post!!
Ternyata LB Moerdani Bagian dari
CSIS
Siapa menyangka bahwa provokator
Kerusuhan Mei 1998 adalah kantor redaksi salah satu koran yang paling dihormati
di Indonesia?? Tapi semua masuk akal sebab Benny Moerdani adalah bagian dari
CSIS dan mewarisi jaringan opsus yang sudah dibangun oleh Ali Moertopo beserta
strategi penggunaannya. Sedangkan CSIS maupun Benny Moerdani, sebagaimana
ditulis Jusuf Wanandi dalam The Shades of Grey/Membuka Tabir Orde Baru sangat
dendam sebab Soeharto menyingkirkan mereka dan melupakan jasa Ali Moertopo
maupun Hoemardani, patron CSIS.
Semua bertambah masuk
akal bila kita mengingat strategi favorit Ali Moertopo dalam menjatuhkan lawan
adalah mendestabilisasi keadaan.
Semua bertambah masuk akal bila kita
mengingat strategi favorit Ali Moertopo dalam menjatuhkan lawan adalah
mendestabilisasi keadaan. Dengan menggunakan cara ini dia berhasil memaksa
Soekarno memberikan supersemar kepada Soeharto; dan dengan menempatkan kuda
troya bernama Hariman Siregar, Ali Moertopo berhasil memancing mahasiswa
Universitas Indonesia untuk terlibat dalam kerusuhan Malari yang pada akhirnya
menjatuhkan saingan Ali Moertopo, Jenderal Soemitro. Adapun keterangan bahwa
Hariman Siregar adalah anak buah Ali Moertopo dan mendapat posisi di senat
Universitas Indonesia adalah keterangan Jenderal Soemitro di pembelaan dirinya
mengenai Malari.
Semua bertambah masuk akal bila kita
juga mengingat bahwa Benny Moerdani ada di belakang Megawati ketika kerusuhan
27 Juli 1996 pecah; dan menjelaskan mengapa jenderal-jenderal seperti Agum
Gumelar; SBY; Sutiyoso; Hendropriyono berani bersekongkol dengan Megawati
mencetuskan Kerusuhan 27 Juli 1996, sebab mereka mendapat dukungan dari Benny
Moerdani.
Semua bertambah masuk
akal bila kita juga mengingat bahwa Benny Moerdani ada di belakang Megawati
ketika kerusuhan 27 Juli 1996 pecah; dan menjelaskan mengapa jenderal-jenderal
seperti Agum Gumelar; SBY; Sutiyoso; Hendropriyono berani bersekongkol dengan
Megawati mencetuskan Kerusuhan 27 Juli 1996, sebab mereka mendapat dukungan
dari Benny Moerdani.
Soeharto sendiri tampaknya sudah
tahu bahwa Benny Moerdani ada di belakang kejatuhan dirinya, sebab sesaat
setelah dia lengser keprabon, Soeharto segera merajut hubungan kembali dengan
Benny, termasuk pertemuan bertiga antara dirinya, Gus Dur dan Benny di luar
kota Jakarta.
Berdasarkan semua uraian di atas
dapat disimpulkan bahwa CSIS dan Benny Moerdani adalah aktor utama Kerusuhan
Mei 1998 dan bukan Wiranto maupun Prabowo.
Lalu
siapa pengganti LB Moerdani setelah mangkat?
Susilo
Bambang Yudhoyono Adalah Penerus LB Moerdani. Jangan remehkan lawan anda karena
lawan akan mudah menyerang anda kembali. Begitulah bunyi kata bijak tentang
perlunya mawas diri dan mengetahui lawan anda.
Demikian
halnya dengan Presiden SBY, ia tidak selemah yang anda kira. Jika Anda adalah
salah satu dari sekian banyak rakyat Indonesia yang meremehkan SBY dengan
segala stigma yang dilekatkan kepadanya di media-media nasional yang terkait
dengan karakter dan kinerjanya selama menjadi presiden, misalnya “Jenderal kok
peragu”, atau “Jenderal belakang meja”, atau “SBY lamban seperti kerbau” atau
“Jenderal yang hobi curhat”, dan lain sebagainya.
Dari sisi karakter atau sifat, tampaknya SBY termasuk dalam
orang-orang yang bersifat plegmatif yang dari luar selalu terkesan peragu,
pendiam, lamban dan perlu didorong.
Dari
sisi karakter atau sifat, tampaknya SBY termasuk dalam orang-orang yang
bersifat plegmatif yang dari luar selalu terkesan peragu, pendiam, lamban dan
perlu didorong. Akan tetapi karakter pragmatif yang terlalu sering ditekan
dapat membalas dengan lebih keras sekali dia membulatkan tekad bahwa dia telah
cukup bersabar dengan para penganggu. Jadi secara teoritis orang plegmatis
hanya tampak lemah di luar tetapi sebenarnya mereka berkarakter kuat.
Selain
itu, kita juga melupakan bahwa SBY memang bukan jenderal yang ahli pertempuran
lapangan sehingga tidak heran secara wibawa dia kalah dan tampak tidak setegas
dari purnawirawan jenderal lain, katakanlah Prabowo, namun demikian jenjang
karir SBY sebagai intelejen ABRI (sekarang TNI) justru dapat membuatnya jauh
lebih misterius dibandingkan purnawirawan jenderal lain.
Secara
historis, SBY adalah pelaku reformasi bangsa namun kita memang bangsa yang
terlalu lelah dan pelupa pada banyaknya agen spin doctor yang membuat kita lupa
dengan kejahatan penguasa negara beserta mafianya.
Ingat,
SBY itu intelijen militer yang berperan dalam membangun musuh bersama rakyat
dalam melengserkan Suharto.
Kembali
ke peran SBY, berkat operasi intelijen yang dilakukannyalah maka “para pseudo
reformis” dapat menjatuhkan Pak Harto yang saat itu dikawal dua jenderal paling
kuat, Wiranto sebagai mantan ajudan dan Prabowo yang masih menantunya, termasuk
dengan penyebaran press release tanpa izin Wiranto bahwa ABRI sudah tidak
mendukung Soeharto. Jadi “Bapak Reformasi” yang sebenarnya adalah SBY dan bukan
Amien Rais atau yang lain.
Saat
itu dengan hanya bergerak di belakang layar, SBY bukan saja mampu mendorong
jalannya reformasi, akan tetapi juga mengambil kesempatan dari rivalitas antara
Wiranto dan Prabowo untuk kemudian memetik hasilnya sehingga sanggup menjadi
presiden Indonesia sebanyak dua periode dan membangun Dinasti Cikeas.
Dari
sisi apapun jelas operasi senyap yang dilakukan intelejen lebih efektif dan
efisien daripada operasi terbuka. Terbukti mayoritas lawan politik SBY hari ini
mulai dibungkam melalui serangkaian operasi intelejen senyap yang mana tanpa
mereka duga tiba-tiba mereka ditangkap oleh KPK atau aparat lain.
Bisa
di bilang sejauh ini SBY adalah satu-satunya pewaris dinasti intelijen militer
Indonesia yang pernah terkenal dan menjadi momok bagi sebagian rakyat Indonesia
mulai dari Zulfikli Lubis, Ali Moertopo, sampai Benny Moerdani.
Dinasti
intelijen militer Indonesia yang pernah terkenal dan menjadi momok bagi
sebagian rakyat Indonesia mulai dari Zulfikli Lubis, Ali Moertopo, sampai Benny
Moerdani.
SBY, demi mengejar kekuasaan pribadi dengan menggadaikan SDA negara untuk
kekuasaan dan menikam 3 Presiden sebelumnya, yakni Suharto, Gus Dur dan
Megawati.
Karena SBY adalah generasi baru dinasti intelijen militer Indonesia pasca
matinya LB. Moerdani.
Berita
Terkait Jenderal Jagal Pelanggar HAM Dukung Jokowi :
Melawan Lupa (4): 'License To Kill'
ABRI Merah & LB Moerdani Cs - See more at: http://www.voa-islam.com/read/intelligent/2014/06/09/30835/melawan-lupa-4-license-to-kill-abri-merah-lb-moerdani-cs/#sthash.aD1LxQs1.dpuf
Susilo
Bambang Yudhoyono Adalah Penerus LB Moerdani
Jangan
remehkan lawan anda karena lawan akan mudah menyerang anda kembali. Begitulah
bunyi kata bijak tentang perlunya mawas diri dan mengetahui lawan anda.
Demikian
halnya dengan Presiden SBY, ia tidak selemah yang anda kira. Jika Anda adalah
salah satu dari sekian banyak rakyat Indonesia yang meremehkan SBY dengan
segala stigma yang dilekatkan kepadanya di media-media nasional yang terkait
dengan karakter dan kinerjanya selama menjadi presiden, misalnya “Jenderal kok
peragu”, atau “Jenderal belakang meja”, atau “SBY lamban seperti kerbau” atau
“Jenderal yang hobi curhat”, dan lain sebagainya.
Dari
sisi karakter atau sifat, tampaknya SBY termasuk dalam orang-orang yang
bersifat plegmatif yang dari luar selalu terkesan peragu, pendiam, lamban dan
perlu didorong. Akan tetapi karakter pragmatif yang terlalu sering ditekan
dapat membalas dengan lebih keras sekali dia membulatkan tekad bahwa dia telah
cukup bersabar dengan para penganggu. Jadi secara teoritis orang plegmatis
hanya tampak lemah di luar tetapi sebenarnya mereka berkarakter kuat.
Selain
itu, kita juga melupakan bahwa SBY memang bukan jenderal yang ahli pertempuran
lapangan sehingga tidak heran secara wibawa dia kalah dan tampak tidak setegas
dari purnawirawan jenderal lain, katakanlah Prabowo, namun demikian jenjang
karir SBY sebagai intelejen ABRI (sekarang TNI) justru dapat membuatnya jauh
lebih misterius dibandingkan purnawirawan jenderal lain.
Secara
historis, SBY adalah pelaku reformasi bangsa namun kita memang bangsa yang
terlalu lelah dan pelupa pada banyaknya agen spin doctor yang membuat
kita lupa dengan kejahatan penguasa negara beserta mafianya.
Faktanya
pada akhir 2013 tahun ini rakyat memang benar-benar lupa jasa SBY sebagai
lokomotif utama reformasi yang di akibatkan dengan kasus-kasu yang belakangan
mencuat, dari Century, Hambalang, SKK Migas bahkan penyadapan Ibu Ani SBY.
Ingat, SBY itu intelijen militer yang berperan dalam membangun musuh
bersama rakyat dalam melengserkan Suharto.
Kembali
ke peran SBY, berkat operasi intelijen yang dilakukannyalah maka “para pseudo
reformis” dapat menjatuhkan Pak Harto yang saat itu dikawal dua jenderal paling
kuat, Wiranto sebagai mantan ajudan dan Prabowo yang masih menantunya, termasuk
dengan penyebaran press release tanpa izin Wiranto bahwa ABRI sudah tidak
mendukung Soeharto. Jadi “Bapak Reformasi” yang sebenarnya adalah SBY dan bukan
Amien Rais atau yang lain.
Saat itu dengan hanya bergerak di belakang layar, SBY bukan saja
mampu mendorong jalannya reformasi, akan tetapi juga mengambil kesempatan dari
rivalitas antara Wiranto dan Prabowo untuk kemudian memetik hasilnya sehingga
sanggup menjadi presiden Indonesia sebanyak dua periode dan membangun Dinasti
Cikeas.
Dari
sisi apapun jelas operasi senyap yang dilakukan intelejen lebih efektif dan
efisien daripada operasi terbuka. Terbukti mayoritas lawan politik SBY hari ini
mulai dibungkam melalui serangkaian operasi intelejen senyap yang mana tanpa
mereka duga tiba-tiba mereka ditangkap oleh KPK atau aparat lain.
Bisa
di bilang sejauh ini SBY adalah satu-satunya pewaris dinasti intelijen militer
Indonesia yang pernah terkenal dan menjadi momok bagi sebagian rakyat Indonesia
mulai dari Zulfikli Lubis, Ali Moertopo, sampai Benny Moerdani.
dinasti intelijen militer Indonesia yang pernah terkenal dan menjadi
momok bagi sebagian rakyat Indonesia mulai dari Zulfikli Lubis, Ali Moertopo,
sampai Benny Moerdani.
Karena
itu rakyat agar tetap Waspada!
SBY,
demi mengejar kekuasaan pribadi dengan menggadaikan SDA negara untuk kekuasaan
dan menikam 3 Presiden sebelumnya, yakni Suharto, Gus Dur dan Megawati.
Karena
SBY adalah generasi baru dinasti intelijen militer Indonesia pasca matinya LB.
Moerdani.
- See more at:
http://www.voa-islam.com/read/intelligent/2013/12/16/28150/the-godfather-16-sby-penerus-lb-moerdani-sumber-masalah-indonesia/#sthash.AfVrt7Uh.dpuf
- See more at:
http://www.voa-islam.com/read/intelligent/2014/06/12/30846/melawan-lupa-5-peran-jenderal-jagal-lb-moerdani-pada-kerusuhan-1998/#sthash.CR5yWwG7.dpuf
Berita Terkait
Jum'at, 15 Sya'ban 1435 H / 13 Juni
2014 00:13 wib
Melawan Lupa (6): Hendropriono,
Dalangnya Jokowi & Teroristainment Densus 88
Sahabat
Voa Islam yang jujur dan shalih,
Sebagai
umat Islam yang mayoritas tinggal di Indonesia rasanya kita semakin gerah
dengan black campaing yang merusak citra Islam. Ada saja aktifis atau mujahid
yang ditangkapi manakala kejahatan penguasa akan terungkap.
Ternyata
itu bukan sebuah kebetulan, memang sejak jaman Ali Moertopo era Malari, dan
muridnya 'ABRI merah' Leonardus Benny Moerdani yang menggandeng CSIS pada era
Orde Baru terus membuat dakwah Islam menjadi momok menakutkan. Hal ini akibat
agen spin doctor pengolah isu dan terus di bawah mata-mata ABRI Merah
dukungan kristen dan katholik.
Pasca
Ali Moertopo, kekaisaran ABRI Merah dilestarikan LB Moerdani dan Try Sutrisno
tak diragukan lagi telah membuat umat Islam bergelimangan darah pada kasus
Tanjung Priok 1984 dan anak muridnya AM Hendropriono memuntahkan darah para
syuhada Talangsari dan aktor dibelakang #teroristainment Densus 88 yang penuh
dagelan dan rekayasa. Mengutip media, tak ayal gelar Jenderal Jagal
disematkan pada barisan ABRI Merah ini.
Nama Moerdani kian cemerlang karena
berhasil mengatasi pembajakan pesawat Garuda Woyla di Bangkok, Thailand.
Keberhasilan menggagalkan pembajakan ini melambungkan nama Letkol Sintong Panjaitan sebagai komandan
pasukan. Letjen LB Moerdani yang terjun langsung dalam operasi itu, juga menuai
pujian dari mana-mana.
Beberapa pihak menganggap, karena LB
Moerdani menikmati pujian lebih banyak dari panglimanya, Jenderal M. Jusuf.
Kivlan Zen menulis bahwa konflik Jusuf - Moerdani muncul tahun 1981 setelah
peristiwa pembajakan itu. Saat itu, Letjen Moerdani menjabat Asintel dan Kepala
BAIS (Badan Intelijen Strategis). Pada tanggal 30 Maret, Jenderal M Jusuf
melakukan commanders call ABRI di Ambon. Letjen Moerdani tidak mengikutinya,
karena ada pembajakan pesawat Garuda Woyla di Bandara Don Muang, Bangkok.
Dalam
drama pembajakan ini, Letjen Benny menggalang pasukan sendiri dengan bantuan
pasukan Kopassus yang di rekrut mendadak. Letkol Sintong Panjaitan dan Mayor
Subagyo HS adalah perwira yang terlibat dalam operasi ini, sehingga mendapat
anugerah kehormatan. Dan diberitakan bahwa Subagyo HS sempat kecewa karena
tidak terpilih mengikuti pendidikan antiteror di Jerman bersama Luhut Panjaitan
dan Prabowo Subianto, tapi kemudian malah mendapat kesempatan terlibat dalam
operasi yang berharga itu.
Operasi
pembebasan sandera itu meraih sukses besar. Para pembajak di taklukan dalam
serbuan yang taktis dan kilat. Peristiwa ini membuka mata dunia bahwa Indonesia
pun memiliki pasukan khusus (special forces) yang kemampuan setara
dengan SWAT (Strategic Weapon and Tactics) milik Amerika Serikat.
Tapi,
segala pujian dan kredit diarahkan kepada Letjen Benny Moerdani, intelijen yang
ada dalam kendalinya, serta Kopassus. Ini konon membuat Jenderal M Jusuf tidak
berkenan. Muncul tudingan bahwa BAIS sengaja menggalang kekuatan ekstrem Islam
untuk menggerakkan aksi pembajakan, untuk kemudian ditumpas sendiri oleh Letjen
Benny Moerdani.
Menanggapi
isu bahwa pembajakan itu rekayasa BAIS, Menhankam/Pangab Jenderal M Jusuf di
dampingi Letjen LB Moerdani memberikan keterangan di depan rapat kerja gabungan
komisi-komisi DPR RI. Sambil menoleh kepada Benny yang duduk di sampingnya,
Jenderal M Jusuf berkata, "Bukan dia yang bikin. kalau dia yang bikin....,
saya pecat dia hari ini juga." Benny Moerdani diam, tidak memberikan
reaksi.
Pasca
drama pembajakan Woyla, nama LB Moerdani langsung meroket. Juga nama Sintong
Panjaitan dan Subagyo HS. Tetapi dalam level elit politik, Benny Moerdani lah
yang mendapat kredit poin terbesar. Presiden Soeharto menjadi sangat
memercayainya, karena jasanya yang berhasil mengharumkan nama Indonesia di
jagat Internasional.
Menurut Prof. Robert Edward Elson, naiknya Moerdani disebabkan oleh karena
Soeharto memerlukan aliansi baru, setelah pudarnya Ali Moetopo akibat serangan
jantung pada 1978 dan meninggal dunia tahun 1984, serta semakin surutnya
pengaruh Sudjono Humardani setelah masuknya para birokrat profesional. Sejalan
dengan hal itu, Soeharto mulai mencari-cari gaya kepemimpinan militer yang baru.
ABRI
Merah Dilestarikan
Kekuatan
ABRI Merah eksis tak lepas sebagai bentuk ketakutan akan bangkitnya
Islam, Islamphobia. Baru-baru ini sebuah koran yang cukup berpengaruh di Timur
Tengah yaitu koran Aljazeera Post ''Dalam sebuah kolom tertulis bahwa bagaimana
Amerika cukup terkejut dengan dukungan berbagai unsur ulama yang menyokong
Prabowo-Hatta menjadi pemimpin Indonesia''.
...Amerika
cukup terkejut dengan dukungan berbagai unsur ulama yg menyokong Prabowo-Hatta
menjadi pemimpin Indonesia''.
Dalam
kolom tersebut Amerika mengatakan jika Prabowo-Hatta terpilih maka Amerika
cukup takut kalau kebangkitan Islam akan muncul di Indonesia dan bahkan mungkin
Indonesia akan menjadi salah satu negara Islam terkuat didunia yang tidak bisa
di otak atik oleh mereka untuk itu Amerika lewat CIA nya telah mengelontorkan
miliyaran dolar kepada LSM di Indonesia untuk membuat fitnah kepada Prabowo
dengan harapan Prabowo-Hatta tidak terpilih.
''Kalau
sampai terpilih menurut dokumen itu maka ini akan menjadi ancaman kepada
Amerika dan sekutunya Australia yang memang dari dulu mau membuat indonesia ini
hancur" ungkap tulis wartawati senior mantan timses Gubernur Jokowi Nanik
S Deyang pada linimasa Facebooknya.
Berikut
murid-murid LB Moerdani mewarisi sifat "Sang Jenderal Jagal":
1)
Agum Gumelar-Hendropriyono (dua malaikat pelindung atau bodyguard Megawati yang
disuruh Benny Moerdani);
2)
ada Andi Widjajanto (anak Theo Syafeii) ada Fahmi Idris (rumahnya adalah lokasi
ketika ide Peristiwa 27 Juli 1996 dan Kerusuhan Mei 1998 pertama kali
dilontarkan Benny Moerdani);
3)
Luhut Panjaitan; bersama AM Hendropriono membentuk kaderisasi 'Jokowi'
4)
Sutiyoso,
5)
Wiranto,
6)
AM Hendropriono dan menantu Kadispenad Adhika Perkasa,
7)
Try Sutrisno dan menantu Try Sutrisno, Ryamizard Ryacudu,
8) Susilo
Bambang Yudhoyono yang belakangan pecah kongsi dengan AM Hendropriyono. Amerika
mendukung SBY dan Hendro mencari 'makan' ke Australia.
9)
Theo Sjafei yang kristen
Fokus
ABRI Merah 2014 : Haji AM Hendropriono
Peneliti
Cedsos sekaligus pengamat intelejen, Umar Abduh dari CENTRE for Democracy
and Social Justice Studies (CeDSos), sempat mengggelar konferensi pers berjudul
“Manuver Hendropriyono dan Andika Perkasa Berpotensi Mengancam Ummat Islam,
Kesatuan TNI dan Bangsa Indonesia”, Selasa (10/6) di Jakarta.
Konferensi
pers ini diadakan untuk mengingatkan kembali umat Islam, TNI, dan Bangsa
Indonesia terhadap sepak terjang Hendropriono dan menantunya Kadispenad Aktif
Andika Perkasa agar jangan sampai membiarkan keduanya melancarkan trick dan
manuvernya. Kolaborasi Mertua dan mantunya Andika Perkasa dalam kasus
penangkapan Omar Farouq, eliminasi Tengku Fauzi Hasbi Geudong, dan dukungan
kepada pesantren Ma’had Al-Zaytun. Selain itu kasus genosida pada jamaah
Warsidi di Talangsari Lampung 1989.
Mantan
Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) Hendropriono merupakan sosok yang penting
dalam tim pemenangan Jokowi-Jusuf Kalla (JK) ini kerap melanggar HAM dan
menjalankan kepentingan CIA dan asing dalam melanggengkan isu terorisme atau
lebih tepatnya teroristainment untuk meraih simpati AS.
Konferensi
pers ini diadakan untuk mengingatkan kembali umat Islam, TNI, dan Bangsa
Indonesia terhadap sepak terjang Hendropriono dan menantunya Kadispenad Aktif
Andika Perkasa agar jangan sampai membiarkan keduanya melancarkan trick dan
manuvernya.
CeDSos:
Hendropriono Jalankan Misi CIA & Ancam Kedaulatan Bangsa
Umar
Abduh, peneliti dan pengamat intelijen dari CENTRE for Democracy and Social
Justice Studies (CeDSos) mengggelar konferensi pers berjudul “Manuver
Hendropriono dan Andika Perkasa Berpotensi Mengancam Ummat Islam, Kesatuan TNI
dan Bangsa Indonesia”Umar Abduh hadir sebagai pembicara dengan moderator
pengamat intelijen, Al-Chaidar.
Dalam
konferensi pers tersebut ia inging mengingatkan kembali umat Islam, #melawanlupa
pada sepak terjang Hendropriyono dan mantunya Kadispenad Aktif Andika Perkasa
yang akan melancarkan trick dan manuvernya.
Kelicikan
Mantan Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) Hendropriyono ini tak peduli dengan
nasib umat Islam, meski Hendro sudah naik haji ia gelap mata menjalankan
kepentingan asing, CIA dalam melanggengkan isu terorisme di Indonesia.
Kolaborasi mertua dan mantunya Andika Perkasa dalam kasus penangkapan Umar
Farouq, eliminasi Tengku Fauzi Hasbi Geudong, dan dukungan kepada pesantren
Ma’had Al-Zaytun. Yang paling fenomenal adalah proyek pembentukan Densus 88.
Apalagi
kasus Hendropriono? simak daftar ini:
Hendropriono
perwira intelijen yang dibina kader Benny Moerdani untuk menghancurkan Islam di
Indonesia
1.
1989 : Jamaah Waridi, Talangsari, Lampung
2.
Bom bali I,
3.
Bali II,
4.
PKS dst
5.
Munir,
6.
Bom Kedubes australia,
7.
Bom JW Marriot,
8.
Kerusuhan-kerusuhan di RI,
9.
Ahmad Fatonah
10.
Kasus penculikan aktivis
Kolaborasi
mertua dan mantunya Andika Perkasa dalam kasus penangkapan Omar Farouq,
eliminasi Tengku Fauzi Hasbi Geudong, dan dukungan kepada pesantren Ma’had
Al-Zaytun. Yang paling fenomenal adalah Densus 88
Penangkapan
Umar Farouq di Masjid Jami’ Bogor oleh pasukan elite Sandhi Yudha Koppassus
dipimpin Andika Perkasa, pada 5 Juni 2005. Operasi itu dilakukan atas
perintah sang mertua Hendropriono tanpa melalui prosedur dan ketentuan yang
berlaku, yakni melakukan koordinasi dengan pihak Polri, BAIS, dan Menko
Polhukam.
Atas
nama kepala BIN, kata Umar, Hendropriono mengekstradisi langsung dan
menyerahkan Omar Farouq kepada CIA di Bandara Halim Perdana Kusuma tanggal 6
Juni 2002 untuk selanjutnya dibawa ke penjara Baghram Afghanistan.
“Di
sini Hendro sebagai kepala BIN secara sadar atau tidak sadar, sesungguhnya
telah melakukan pelanggaran dan berkhianat kepada Undang-Undang Pertahanan
Keamanan dan Kedaulatan Republik Indonesia,” ujarnya.
Sekilas
Tentang Sepak Terjang Hendropriono Sang Dalang "Pencipta Jokowi"
Orang pertama yang "menemukan" Jokowi adalah mantan Kepala BIN dan
murid Benny Moedani bernama Hendropriono. Kader utama LB Moerdani ini, terduga
otak pelaku pembunuhan Munir aktivis HAM dan pembantaian ratusan syuhada
jamaaah Warsidi Talangsari Lampung 1989 dan pembentukan teroristainment ala
Densus 88.
Hendro juga adalah terduga pencipta, perekayasa serangkaian kegiatan
"terorisme" atau lebih tepatnya aksi live show #teroristainment di
Indonesia sewaktu menjabat kepala BIN.
Hendro bermaksud menumpang agenda AS yang sedang melancarkan perang global
terhadap terorisme paska pemboman WTC 11/09/01. Tujuannya, menarik perhatian AS
agar masuk ke Indonesia, kemudian membantu agenda pribadi Hendropriono jadi
Presiden RI. Hendro berharap AS berutang budi atas jasa-jasa Hendro yang
"membantu" dalam memenangkan perang menumpas teroris di Indonesia.
Tujuannya,
menarik perhatian AS agar masuk ke Indonesia, kemudian membantu agenda dan
ambisi pribadi Hendropriono jadi Presiden RI
Modusnya,
dengan memberikan "legitimasi dan bukti" bahwa pengakuan Hambali
(mujahid yang dijerat #terorostainment dan ditahan AS di Guantanamo) adalah
benar. Hambali atas tekanan penyiksaan ala waterboard di penjara Guantanamo
akhirnya mengaku pernah 1X kunjungi Ust Abubakar Baasyir di Ngruki. Meski Hambali
bilang kunjungannya temui Baasyir ke Pesantren Ngruki hanya satu kali dan tidak
bahas apapun, apalagi terorisme, AS tetap waspada.
Perhatian AS terhadap pesantren Al Mukmin Ngruki Solo Jawa Tengah, dimanfaatkan
Hendro dengan merekayasa serangkaian gerakan terorisme alias teroristainment di
Indonesia, dan buktinya bom meledak. Bom yang meledak dimana-mana ditunggani
Hendro seperti Bom bali I (12/10/2), Bom BEJ, Bom Kedubes Australia, dan Bom
Bali II itu lalu dimanfaatkan untuk kepentingan Hendro serta memberikan stigma
RI negara teroris.
Awalnya,
rencana busuk keji Hendro sukses. AS, Barat dan Australia setujui perangi
terorisme di Indonesia. Solo jadi pusat medan perang.
Solo
dijadikan pusat medan perang terorisme di Indonesia, gara-gara Hendro. Orang
yang dijadikan Ka BIN oleh Presiden Mega, khianati negara RI. Hendopriono
adalah kader utama Moerdani. Yang terkenal sebagai ANTI ISLAM, meski Hendro
bernama asli Abdul Mahmud Hendropriono, haji lagi!
Sebelum jadi master of terrorist Indonesia, Hendro bersama 1 batalion
pasukannya 'sukses' membantai mati 246 umat Islam jamaah Warsidi di Talangsari
Lampung tahun 1989. Selengkapnya disini
Tragis
pada 1989, Sebanyak 246 umat Islam jamaah Waridi sedang shalat subuh dibantai
Kolonel Hendro Danrem Garuda Hitam Lampung atas tuduhan Makar ! Gile lue Ndro !
Mengapa Hendropriono Membentuk Densus 88
Dalam
rangka menjadikan Solo dan Pesantren Al Mukmin Ngruki sebagai pusat medan
perang terorisme (abal-abal) di Indonesia, Hendro butuh bantuan Walikota Jokowi
yang kini menjadi boneka Hendro.
Meski akhirnya rekayasa Hendro pada "perang terorisme di RI" tercium
oleh CIA, FBI dan LSM-LSM AS, Hendro jalan terus. Join dengan Australia
AS yang 'dikadalin' Hendro terkait isu terorisme tidak mau bantu Hendro, AS
malah mendukung SBY jadi Presiden RI pada 2004 lalu dan berimbas pada
marahnya Hendro! Hendro lalu bekerja sama dengan teman-teman dan
yunior-yuniornya seperti Luhut Panjaitan dan Dai Bachtiar. Mereka dorong bentuk
Densus 88, dengan bantuan Australia.
Sumber
Daya di TNI sudah tidak bisa diharapkan lagi untuk "perangi terorisme
(palsu)", Hendro tunggangi Polri Cs untuk membentuk Densus 88. Australia
bantu. Maka sejak itulah ABRI Merah mendompleng Polri yang terus dicaci maki
karena tindakan teroristainment yang berlebih. Seiring dengan terbentuk Densus
88 maka umat Islam kini mengalihkan perhatiannya dari ABRI merah, tak tahunya
masih di dalangi oleh Jenderal jagal yang sama, darah titisan Benny Moerdani
Cs.
Seiring
dengan terbentuk Densus 88 maka umat Islam kini mengalihkan perhatiannya dari
ABRI merah, tak tahunya masih di dalangi oleh Jenderal jagal yang sama, darah
titisan Benny Moerdani Cs.
AKhirnya
Australia mau membantu "perangi terorisme abal-abal" di Indonesia
karena tekanan politik dalam negeri mereka yang begitu kuat, apalagi korban bom
Bali I menewaskan 88 WN Aussie. Kekhawatiran rakyat Aussie baga bola salju dan
menganggap terorisme Indonesia sebagai ancaman bagi keamanan nasional.
Karenanya Aussie terpaksa rekrut Hendropriono
Selanjutnya bisa tebak, Hendroprioono jadi agen pemerintah Aussie via ASIS
(lembaga intelijen Australia). Hendro dipasok uang, logistik, info, jaringan
dan lainnya.
Ahmad
Fathonah Ada Hubungan Dengan Hendro?
Tahu
Ahmad Olong? Ga kenal? Kalau Ahmad Fathonah tahu? Nah itu tahanan LP Berramah
Australia ygan dibebaskan Hendro dan "ditanam" di PKS. Siapa lagi
binaan Hendro yg ditanam di PKS? Jangan kaget.. Anis Matta ! Apakah Anis Matta
masih jadi agen Hendro atau tidak, tanya sendiri?
Jadi,
Hendropriono adalah agen pemerintah Australia, lihat bagaimana Hendro selalu
bela pemerintah Australia dalam setiap isu politik, penyadapan dan terorisme
bualan.
Boneka Hendropriono = Jokowi
Usut
peran sentral hendro pada semua peristiwa yang memfitnah islam, bongkar
kaitannya dengan luhut, Jokowi dan sejumlah jendral.
Jokowi
ditemukan Hendropriono lalu dibina sejak Jokowi jadi Walikota Solo, lalu
dialihkan ke Luhut, pura-pura buat PT Rakabu bersama pada tahun 2008.
Sudah
saatnya kebenaran diungkap, apalagi Hendro sudah menuduh Prabowo, korban
fitnahnya & genknya, sebagai psikopat. Hukum harus ditegakkan.
Hendropriono, Luhut Panjaitan, Ansyori, Sumardi, Zaenal Abidin &
jendral-jenderal binaan Benny Moerdani sangat takut jika Prabowo jadi presiden.
Habis mereka!
Anda
tahu siapa sekretaris Timses Jokowi? Namanya DR Andi Widjajanto. Siapa dia ?
Anak Mayjen Theo Sjafei, Jendral kesayangan Moerdani. Ingatkah anda siapa
Jenderal Theo Sjafei ayah kandung Andi Widjajanto? Dia pernah menghina Islam
dan Quran. Mau tahu sejarahnya? Nih ..
Theo
Sjafei, kader emas Moerdani, ayah Andi Widjajanto, sekretaris timses Jokowi,
penghina Islam & Quran http://t.co/zz6FvySPZH
Barisan
ABRI Merah, Jenderal Pengkhianat Negara
Terjawab
kenapa semua Jenderal pengkhianat negara, pembenci Islam, tukang adu domba,
perekayasa teroris, pembunuh aktivis kini mendukung Jokowi. Tak lain karena
peran persaudaraan murid-murid Benny Moerdani.
Itulah
seklias tentang Hendropriono mantan Ka BIN yang menjadi "pencipta Jokowi
pertama kali, perekayasa terorisme, pembantai umat Islam RI. Gunakan akal hati,
jangan pernah mau diperdaya para setan durjana. Mereka pakai wajah seribu rupa.
Jangan
lupa bantu bebaskan ustadz Abu Bakar Baasyir korban kejahatan antek asing AS
dan Australia yang di kendarai juga oleh Hendropriono.
Jangan
lupa bantu bebaskan ustadz Abu Bakar Baasyir korban kejahatan antek asing AS
dan Australia yang di kendarai juga oleh Hendropriono.
Ayo
Selamatkan Indonesia...
[dbs/hudzaifah/voa-islam.com]
- See-more-at:
http://www.voa-islam.com/read/intelligent/2014/06/13/30847/melawan-lupa-6-hendropriono-dalangnya-jokowi-teroristainment-densus-88/#sthash.goxsP9Xx.dpuf
Tidak ada komentar:
Posting Komentar