Saturday, February 18, 2012
“Seorang Ayah Menggendong Mayat Anaknya Dari RSCM Ke Bogor Karena Tak Mampu Bayar Ambulan... !!” http://robotikmtr.blogspot.com/2012/02/seorang-ayah-menggendong-mayat-anaknya.html
“Assalamu'alaikum warohmatullahi wabarokatuh”
Kisah Nyata ..!!!
Terjadi Di Jakarta !!!
“Seorang Ayah Menggendong Mayat Anaknya Dari RSCM KeBogor Karena Tak Mampu Bayar Ambulan !!
Penumpang Kereta Rel Listrik (KRL) jurusanJakarta – Bogor pun geger minggu (5/6).
Sebab, mereka tahu bahwa seorang pemulung bernama Supriono (38 thn) tengah menggendong mayat anaknya, Khaerunisa (3 thn).”
Terjadi Di Jakarta !!!
“Seorang Ayah Menggendong Mayat Anaknya Dari RSCM Ke
Penumpang Kereta Rel Listrik (KRL) jurusan
Sebab, mereka tahu bahwa seorang pemulung bernama Supriono (38 thn) tengah menggendong mayat anaknya, Khaerunisa (3 thn).”
“Supriono akan memakamkan si kecil di kampung Kramat,
Tapi di kantor polisi, Supriono mengatakan si anak tewas karena penyakit muntaber.
Polisi belum langsung percaya dan memaksa Supriono membawa jenazah itu ke RSCM untuk diautopsi.”
“Di RSCM, Supriono menjelaskan bahwa khaerunisa sudah empat hari terserang muntaber.
Dia sudah membawa khaerunisa untuk berobat ke puskesmas kecamatan Setiabudi.
“Saya hanya sekali bawa khaerunisa ke puskesmas, saya tidak punya uang untuk membawanya lagi ke puskesmas, meski biaya hanya Rp 4.000,- saya hanya pemulung kardus, gelas dan botol plastik yang penghasilannya hanya Rp 10.000,- per hari..” Ujar bapak 2 anak yang mengaku tinggal di kolong perlintasan rel KA di Cikini itu.
Supriono hanya bisa berharap Khaerunisa sembuh dengan sendirinya. Selama sakit khaerunisa terkadang masih mengikuti ayah dan kakaknya, Muriski Saleh (6 thn), untuk memulung kardus di Manggarai hingga Salemba, meski hanya terbaring digerobak ayahnya.”
“Karena tidak kuasa melawan penyakitnya, akhirnya Khaerunisa menghembuskan nafas terakhirnya pada minggu (5/6) pukul 07.00.
Khaerunisa meninggal di depan Sang Ayah, dengan terbaring di dalam gerobak yang kotor itu, di sela-sela kardus yang bau.
Tak ada siapa-siapa, kecuali sang bapak dan kakaknya.
Supriono dan muriski termangu.
Uang di saku tinggal Rp 6.000,- tak mungkin cukup beli kain kafan untuk membungkus mayat si kecil dengan layak, apalagi sampai harus menyewa ambulans.
Khaerunisa masih terbaring di gerobak. Supriono mengajak Musriki berjalan mendorong gerobak berisikan mayat itu dari Manggarai hingga ke stasiun tebet, Supriono berniat menguburkan anaknya di kampong pemulung di kramat,
Ia berharap di
“Pukul 10.00 yang mulai terik, gerobak mayat itu tiba di stasiun tebet.
Yang tersisa hanya-lah sarung kucel yang kemudian dipakai membungkus jenazah si kecil. Kepala mayat anak yang tercinta nya itu dibiarkan terbuka, biar orang tak tahu kalau Khaerunisa sudah menghadap sang Khalik.
Dengan menggandeng si sulung yang berusia 6 thn, Supriono menggendong Khaerunisa menuju stasiun. Ketika (KRL) jurusan
Polisi menyuruh agar Supriono membawa anaknya ke RSCM dengan menumpang ambulans hitam.”
“Supriono ngotot meminta agar mayat anaknya bisa segera dimakamkan.
Tapi dia hanya bisa tersandar di tembok ketika menantikan
Sambil memandangi mayat Khaerunisa yang terbujur kaku.
Hingga saat itu Muriski sang kakak yang belum mengerti kalau adiknya telah meninggal masih terus bermain sambil sesekali memegang tubuh adiknya.
Pukul 16.00, akhirnya petugas RSCM mengeluarkan
“Psikolog Sartono Mukadis menangis mendengar cerita ini dan mengaku benar-benar terpukul dengan peristiwa yang sangat tragis tersebut, karena masyarakat dan aparat pemerintah saat ini sudah tidak lagi perduli terhadap sesama.
“Peristiwa itu adalah dosa, masyarakat yang seharusnya kita bertanggung jawab untuk mengurus jenazah Khaerunisa.
Jangan bilang keluarga Supriono tidak memiliki KTP atau KK atau bahkan tempat tinggal dan alamat tetap.
Ini merupakan tamparan untuk bangsa
“Astaghfirullah,,, dimana hati Nurani Manusia,,,???”
“Silahkan share dan sebarkan kisah ini,
Agar pemerintah mengetahui Nasib Rakyat yang tidak mampu,,!!”
By: Deeva Kirana Ch
Papuq Gapuki
Alangkah bedanya dengan yang ini????????!!!!
Kamis, 23/02/2012 12:33 WIB
Pegawai Hotel Hilton Dipecat Setelah Whitney Houston Meninggal
Kiki Oktaviani - wolipop
dok. Radar Online
Jakarta -
Setelah kematian tragis Whitney Houston di Hotel Baverly Hilton hampir dua minggu lalu, hotel mewah itu memutuskan untuk memecat beberapa stafnya. Apa alasannya?
Seperti dilansir Radar Online, Hotel Beverly Hilton memutuskan hubungan kerja dengan beberapa karyawannya karena berbicara kepada media tentang tragedi kematian Whitney Houston. Pelantun 'I Will Always Love You' meninggal pada 11 Februari 2012 di hotel yang terletak di Beverly Hills, Amerika itu setelah mengonsumsi xanax, valium dan alkohol.
Pasca kejadian itu, ratusan orang berada di lokasi kejadian, termasuk tim paramedis, pemadam kebakaran dan polisi. Para media pun langsung bertadangan ke hotel tempat diadakan acara pre-Grammy Party tersebut.
Para media mendapat beberapa informasi seputar kematian Whitney lewat para pegawai hotel. Beberapa pegawai yang memberikan informasi dan berbicara kepada media langsung mendapat teguran dari pihak hotel. Tidak lama dari itu, para staff yang buka suara kehilangan pekerjaannya karena dipecat.
"Para pekerja di hotel yang berbicara kepada media dipecat karena mereka melanggar peraturan hotel. Mereka tidak berwenang. Pihak hotel pun memang tidak ingin membicarakan tentang kematian Whitney," ujar sumber kepada Radar Online.
Seperti dilansir Radar Online, Hotel Beverly Hilton memutuskan hubungan kerja dengan beberapa karyawannya karena berbicara kepada media tentang tragedi kematian Whitney Houston. Pelantun 'I Will Always Love You' meninggal pada 11 Februari 2012 di hotel yang terletak di Beverly Hills, Amerika itu setelah mengonsumsi xanax, valium dan alkohol.
Pasca kejadian itu, ratusan orang berada di lokasi kejadian, termasuk tim paramedis, pemadam kebakaran dan polisi. Para media pun langsung bertadangan ke hotel tempat diadakan acara pre-Grammy Party tersebut.
Para media mendapat beberapa informasi seputar kematian Whitney lewat para pegawai hotel. Beberapa pegawai yang memberikan informasi dan berbicara kepada media langsung mendapat teguran dari pihak hotel. Tidak lama dari itu, para staff yang buka suara kehilangan pekerjaannya karena dipecat.
"Para pekerja di hotel yang berbicara kepada media dipecat karena mereka melanggar peraturan hotel. Mereka tidak berwenang. Pihak hotel pun memang tidak ingin membicarakan tentang kematian Whitney," ujar sumber kepada Radar Online.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar