Invasi militer Amerika ke Afghanistan yang berhasil menggulingkan pemerintahan Taliban yang dipimpin Mullah Omar di Kabul, tidak merubah persepsi rakyat Afghanistan terhadap Taliban.
Mereka tetap berdiri tegak di belakang Taliban. Menyatakan kesetiaan mereka terhadap Taliban. Mereka tidak akan mengubah persepsi mereka terhadap Taliban. Mereka sangat yakin Taliban di pihak yang benar. Karena itu, kembalinya Taliban kepada kekuasaan hanyalah masalah waktu.
Sebelum invasi Amerika Serikat ke Afghanistan, Taliban berhasil menciptakan stabilitas di seluruh negeri. Pemerintahan Taliban yang dipimpin Mullah Omar itu berjalan secara efektif. Pengelolaan negara berlangsung dengan lancar.
Di Afghanistan dibawah Taliban benar-benar terjadi perubahan yang sangat fundamental. Bukan hanya tegaknya syariah Islam di negeri itu. Tetapi, Taliban menghentikan segala kesesatan dan penyimpangan dalam kehidupan. Termasuk mengubah Afghanistan yang menjadi penghasil kokain terbesar di dunia, di masa Taliban bersih. Tidak ada pelacur, dan pelaku homosek dihukum mati.
Selama Taliban berkuasa di Kabul, kehidupan sangat damai, kejahatan di basmi habis, film porno di bioskop-bioskop diberangus, nyanyian yang menyebabkan timbulnya syahwat dilarang, acara-acara telivis bersih dari segala bentuk kemesuman dan durhaka.
Tempat pemujaan kaum musyrik (Budha) di Bhamiyan, di hancurkan dengan rudal dan hancur, yang menimbulkan kemarahan PBB. Perempuan menggunakan purdah. Di mana tidak mungkin laki-laki yang bukan muhrimnya dapat melihat wajah dan anggota tubuh perempuan. Kaum sesat (ridhah) termasuk Syiah dibasmi. Tanpa toleransi. Syariah Islam benar-benar tegak.
Para pejabat intelijen dan keamanan Barat kecut dan gemetaran. Mereka mengkawatirkan bangkitnya kembali kekuatan Taliban. Tanda-tanda itu sudah sangat jelas. Di mana propinsi-pronpinsi di seluruh Afghanistan sekarang dibawah pengaruh dan kendali Taliban. Pasukan Nato dan pemerintah Karzai sudah tidak dapat lagi mengontrol Afghanistan.
Mereka sudah merasa sangat letih dengan kekuatan Taliban yang terus menerus melakukan serangan terhadap posisi-posisi pasukan Nato dan pemerintah Afghanistan. Sekarang Amerika Serikat berusaha membujuk Taliban barunding melaui Saudi Arabia, agar pasukan Amerika Serikat bisa melakukan "exit" (keluar) dengan selamat dari Afghanistan. Setidaknya sekarang di Afghanistan terdapat pasukan Nato dan Sekutu hampir 150.000 personil.
Berdasarkan bahan laporan Departemen Pertahanan Amerika Serikat (Pentagon) di mana hasil dari 27.000 interogasi dengan lebih 4.000 pejuang Taliban ditangkap, al-Qaeda dan pejuang asing, serta warga sipil, di mana sebagian rakyat Afghanistan tetap mendukung Taliban.
Taliban yang mengambil alih seluruh negeri sampai peristiwa 11 September 2001, kemudian datang invasi Amerika Serikat yang menggulingkan pemerintahan Mullah Omar. Faktanya Amerika Serikat dan Nato, gagal mendapatkan dukungan dari rakyat Afghanistan, dan tetap mendukung Taliban. Apalagi semakin banyaknya rakyat yang tewas oleh pasukan Nato dan Sekutunya. Membuat rakyat Afghanistan semakin berpihak terhadap Taliban.
Amerika Serikat bisa saja keluar dari Afghanistan sebelum tahun 2014, berdasarkan lapopran yang dibuat oleh fihak intelijen Barat, yang melihat semakin rapuhnya pengaruh militer Amerika Serikat di negeri Afghanistan. Serangan yang dilancarkan Taliban semakin masive di seluruh wilayah yang dikuasai Nato.
Usaha pemerintahan Afghanistan yang dipimpin Hamid Karzai dengan menggunakan mantan Presiden Afghanistan dari faksi Jamiat-Islamiy, Burhanuddin Rabbani, beberapa waktu yang lalu tewas, dan semuanya itu memupus harapan yang ingin dibangun oleh Amerika Serikat dan Karzai.
Afghanistan yang sudah pernah mengalahkan Soviet, nampaknya jauh lebih canggih dalam strategi perang dibandingkan dengan pasukan Amerika dan Barat, yang sekarang ini masih berccokol di Afghanistan.
Seperti dikatakan mantan Kepala Intelijen Pakistan (ISI), Jenderal Ahmad Shuja, Amerika Serikat hanya menunggu waktu, dan pasti dikalahkan oleh Taliban, ujarnya. Wallahu'alam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar