Kamis, 24 November 2011 09:27 WIB
Haji Perlu Ditangani Badan Khusus, Bukan Lagi Kementerian
REPUBLIKA, JAKARTA-- Direktur Utama RRI, Parni Hadi, Kamis, mengatakan, di era reformasi dan keterbukaan sekarang, rakyat bisa saja melakukan class action atau menggugat bersama demi transparansi pengelolaan dana haji.
Untuk masa selanjutnya, perlu adanya sebuah badan khusus yang menangani urusan haji, sehingga nanti tidak perlu lagi ada rekening haji atas nama Menteri Agama, katanya.
Parni Hadi, mantan Pemimpin Umum LKBN ANTARA dan Direktur Utama RRI, merujuk pernyataan yang dilontarkannya dalam Rapat Dengar Pendapat Umum Panja Komisi VIII DPR dengan Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia (IPHI) di Jakarta, Rabu (23/11).
Rapat dengar pendapat yang dipimpin H. Mahrus Munir dari Fraksi Partai Demokrat, dimaksudkan dalam rangka mencari masukan dari IPHI terhadap rencana perubahan Undang-undang Nomor 13 tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji.
Menurut Parni Hadi, class action dalam urusan dana tabungan haji harus dihindari agar tidak terjadi keresahan di tengah umat.
Class action adalah gugatan sekelompok masyarakat (mewakili masyarakat dalam jumlah lebih besar) yang dirugikan atas dasar kesamaan permasalahan dan fakta hukum.
Ia menambahkan, dengan adanya badan khusus yang menangani urusan haji, maka para calon haji tidak perlu menyetor tabungan haji ke rekening atas nama Menteri Agama, melainkan ke rekening khusus haji yang pengelolaannya dilakukan secara profesional dan transparan.
"Dengan demikian pertanggungjawaban pengelolaan dana yang merupakan setoran ratusan ribu calon haji itu dapat dilakukan secara lebih mudah," kata Parni Hadi.
Sebelumnya Ketua Umum IPHI H. Kurdi Mustofa MM menekankan pentingnya keberadaan badan khusus menangani haji sebagaimana hadirnya Badan Zakat dan Badan Wakaf.
Pengumbar Aurat SEPERTI “Hewan” Tak Punya Malu
Oleh Hartono Ahmad
Jaiz
Sebagai perumpamaan diantaranya para artis pengumbar aurat ibarat “hewan”
tak punya malu. Perempuan
seperti itu dan kebanyakan artis tampaknya adalah jenis orang-orang yang sudah
tidak punya malu lagi. “Urat malunya sudah putus”, kata orang Betawi/ Jakarta .
Rasa tidak punya malu itu kemudian
“dikampanyekan” kepada umum. Akibatnya, sebagian orang umum menirunya. Bahkan
tidak sedikit “calon-calon artis” yang ingin menyusul atau malahan menandingi
artis ngetop lantaran tak punya malu itu, kemudian sang calon artis lebih
berani lagi untuk mempertontonkan ketidak punyaan malunya. Padahal menurut
hadits, malu itu sebagian dari iman.
حَدِيثُ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ : عَنِ النَّبِيِّ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ الْإِيمَانُ بِضْعٌ وَسَبْعُونَ شُعْبَةً
وَالْحَيَاءُ شُعْبَةٌ مِنَ الْإِيمَانِ *.
Diriwayatkan dari Abu Hurairah
r.a katanya: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: Iman
terdiri dari lebih dari tujuh puluh bahagian, dan malu adalah salah satu dari
bahagian-bahagian iman. (HR
Al-Bukhari dan Muslim).
حَدِيثُ ابْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا : سَمِعَ النَّبِيُّ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَجُلًا يَعِظُ أَخَاهُ فِي الْحَيَاءِ فَقَالَ
الْحَيَاءُ مِنَ الْإِيمَانِ .
Diriwayatkan daripada Ibnu Umar radhiyallahu
‘anhu katanya: Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallammendengar seseorang menasihati saudaranya dalam
hal malu, yaitu melarangnya dan menganggap perbuatan itu buruk, lalu Nabi s.a.w
bersabda: Malu itu sebahagian dari iman . (HR Al-Bukhari dan Muslim).
حَدِيثُ عِمْرَانَ بْنِ حُصَيْنٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا : عَنِ
النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ قَالَ الْحَيَاءُ لَا
يَأْتِي إِلَّا بِخَيْرٍ * .
Diriwayatkan daripada Imran bin
Husaini r.a katanya: Nabi s.a.w telah bersabda: Malu
itu tidak datang kecuali dengan membawa kebaikan. (HR Al-Bukhari dan Muslim).
Demikian penegasan-penegasan
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda:
إذَا لَمْ تَسْتَحِ فَاصْنَعْ مَا شِئْت (أَخْرَجَهُ الْبُخَارِي(
“Apabila kamu tidak malu maka
perbuatlah apa yang kamu mau.” (HR Al-Bukhari, Abu Daud, dan
Ibnu Majah dari jalan Manshur).
Maksudnya, menurut Imam
As-Suyuthi, apabila kamu tidak malu dari
aib dan tidak takut cemar dari apa yang kamu kerjakan maka kerjakanlah apa yang
membisiki dirimu berupa kebaikan ataupun kejahatan.. Perkataan فَاصْنَعْ “maka perbuatlah” (fashna’) itu
adalah untuk mengancam (littahdiid), dan di dalamnya ada
peringatan bahwa yang menahan dari perbuatan buruk itu adalah rasa malu, maka apabila
tercerabut rasa malunya, jadinya seperti disuruh untuk berbuat segala hal yang
sesat. (As-Suyuthi, Syarah Sunan Ibnu Majah, Juz 1 halaman
308)
Persoalan selanjutnya dalam hal para artis yang tak punya malu
lagi itu, kita dengar orang-orang yang berpihak pada perintah hawa nafsu akan lego
lilo (tulus ikhlas) mendukung “hewan-hewan” yang sudah tidak punya
malu itu. Lalu mereka siap pasang badan untuk membentengi para “hewan” yang tak
punya malu lagi itu. Mereka siap jadi “kandang hewan-hewan tak punya malu” itu.
Sebagai “kandang”, mereka berdalih hak asasi untuk berekspresi dan sebagainya.
Mereka katakan, tidak boleh orang mempengaruhi orang lain untuk tidak suka
kepada orang yang tak punya malu. Kalau tidak suka ya cukup tidak suka saja,
tidak usah mengkampanye orang lain untuk ikut tidak suka kepada “hewan yang tak
punya malu itu”, sergah mereka.
Untuk menjawab mereka, sebenarnya mudah. Misalnya diucapi saja:
Kalau situ suka
kepada “hewan yang tak punya malu itu” ya cukup suka saja, (itupun jelas sudah
dosa, yaitu dosa dari dan untuk diri sendiri). Dan situ tidak usah membela, dong. Kenapa situsiap
pasang badan untuk jadi pembela? Itu kan berarti situ berupaya agar isi dunia ini terdiri
dari “hewan-hewan yang tak punya malu”. Kalau situ masih
mengaku Islam, wajib yakin terhadap ayat dan hadits yang mengharamkan musik,
berpakaian ketat, bahkan wanita yang lenggang-lenggok, goyang-goyang apalagi
goyang ngebor yang menjijikkan itu di depan umum.
Maksiat dijadikan senjata melawan Islam
Maraknya kemaksiatan khususnya artis mengumbar aurat dengan aneka
polah tingkah yang tidak nggenahyang menggoncang-goncang syahwat
bukanlah kejadian yang berlangsung begitu saja. Tetapi diskenario, dikobarkan,
dan didukung-dukung secara beramai-ramai. Tentu saja didanai dengan
besar-besaran.
Seorang ulama dari Komisi Fatwa MUI (Majelis Ulama Indonesia)
mengemukakan keprihatinannya kepada saya, bahwa begitu
MUI mengeluarkan fatwa tentang haramnya kepornoan pada bulan Agustus 2001, maka
langsung ada reaksi sangat mengejutkan, yaitu dimunculkanlah Inul jadi ratu
goyang ngebor. Beritanya sangat heboh.
Penyanyi dangdut berpakaian sangat ketat itu beraksi di panggung
di mana-mana dengan menggoyang-goyangkan seluruh tubuhnya, terutama yang sangat
sensistif. Ketika ada reaksi kritikan dari ulama dan ummat Islam, aksi maksiat
menggoncang syahwat itu justru lebih digencarkan lagi oleh orang-orang yang
menjadikan maksiat sebagai alat melawan Islam.
Goyang maksiat Inul, penyanyi dangdut asal Gempol Pasuruan Jawa
Timur yang disebut “ratu goyang ngebor”, mendapat kecaman dari para ulama dan
ummat Islam. Bahkan pejabat dan MUI Jogjakarta bertekad mencekal Inul, tidak
boleh manggung di wilayah Jogja. Karena goyang maksiat Inul Daratista (Ainur
Rokhimah) yang pamer pantat (maaf) dan lekukan tubuh dengan pakaian ketat lagi
memperlihatkan lekuk-lekuk tubuh bahkan sebagian terbuka itu dinilai merusak
moral. Sebaliknya, suami Presiden Megawati, Taufik Kiemas, malah memeluk Inul
dan fotonya beredar dalam 3 pose, sedang Inul sendiri mengaku bangga dengan
itu, lalu Taufik Kiemas hanya “cengengesan” (maaf) waktu ditanya para wartawan
tentang keceroboannya itu. Menteri Negara Komunikasi dan Informasi malah jadi
“menterinya Inul” dengan membanggakan bahwa tayangan Inul satu jam di televisi
SCTV Februari 2003 menghasilkan iklan Rp900 juta.
Ungkapan orang seperti itu kita tidak heran, masih mewarisi
kebusukan Orde Baru misalnya (mendiang) Ali Sadikin waktu jadi Gubernur DKI
Jakarta membanggakan jalan-jalan raya di Jakarta yang dibangun dari duit hasil
judi, sampai konon berani bilang, yang tidak setuju judi jangan lewat
jalan-jalan raya yang mulus itu.
Gonjang-ganjing tentang goyang maksiat Inul itu marak sampai ke
mana-mana. Anehnya, ada berita, aktivis PKB (Partai Kebangkitan Bangsa) yang
didirikan oleh orang-orang NU (Nahdlatul Ulama) justru siap membela Inul dari
hujatan. Alasannya, karena itu urusan kecil, masih banyak urusan besar. Di
samping itu, Gus Dur pun menyuara membela goyangan maksiat Inul itu, di
antaranya sebagai berikut:
…pendapat Gus Dur tentang banyaknya kecaman pada Inul, si goyang
ngebor, menurut Adhie Massardi (mantan
juru bicara Gus Dur waktu jadi presiden, pen), Gus Dur tidak sependapat dengan
opini sebagian masyarakat yang menghujat ekspresi goyang Inul dalam menyanyi
dangdut. “Soal cara berekspresi, itu hak
setiap individu, demikian juga hak untuk tidak suka. Menjadi masalah bila kita
mengajak pihak lain untuk mengikuti sikap ketidaksukaan kita kepada cara
berekspresi orang lain. Biarkan masyarakat menilai sendiri dengan netral. Kalau menyimpang
dari norma-norma yang disepakati, akan dengan sendirinya ditinggalkan masyarakat,”
tutur Adhie tentang sikap pribadi Gus Dur terhadap fenomena Inul Daratista.
(Detik.com, 17/2 2002).
Membela wanita terlaknat
Masalah aktivis PKB (Partai Kebangkitan
Bangsa) siap untuk menjadi pembela Inul (penyanyi wanita yang menghebohkan karena
goyangan pinggulnya yang disebut goyang ngebor, terkesan erotis/ porno,
berpakaian ketat dan sebagian tubuhnya kelihatan); itu adalah masalah yang
mengherankan. Sebab PKB itu adalah partai yang didirikan oleh orang-orang NU
(Nahdlatul Ulama), yang tentunya maknanya adalah ulama Islam..(Saat uraian ini
sedang ditulis, di koran 21/2 2003 diberitakan, para petinggi PKB sedang
berperkara: Gus Dur/ Abdurrahman Wahid bersama Alwi Shihab dan Arifin Junaedi
menggugat balik Matori Abdul Jalil seniali RP 1 triliun dalam perkara seputar
rebutan PKB mana yang sah, PKB Alwi Shihab dukungan Gus Dur atau PKB Matori
Abdul Jalil yang dulunya juga didukung Gus Dur. Belakangan, PKB berebut lagi,
muncullah PKNU. Yang masih tersisa di PKB kemudian bentrok lagi, menjadi PKB Gus
Dur dan PKB Muhaimin Iskandar).
Apabila konsekuen sebagai orang Islam saja,
tidak usah aktivis apa-apa pun, seharusnya mengikuti aturan dari Allah dan
Rasul-Nya. Ternyata terhadap wanita yang kaasiyaat ‘aariyaat(berpakaian tapi
telanjang/ berpakaian ketat hingga lekuk-lekuk tubuhnya nampak bentuknya, atau
pakaian tipis hingga tembus pandang) itu saja Nabi saw sudah memerintahkan al’inuuhunna
fainnahunna mal’uunaat (laknatlah
mereka –wanita yang demikian itu– karena mereka itu terlaknat). Apalagi sudah
pakaiannya itu kaasiyaat ‘aariyaat, masih pula
memutar-mutar pinggulnya secara erotis/ porno di depan umum, disertai iringan
musik-musik yang serba haram, tentu saja lebih terlaknat. Hingga terlaknat pula
orang yang bersuara untuk membelanya itu. Dan tambah terlaknat pula ketika dia
sebagai aktivis partai yang didirikan oleh organisasi yang berlabel “ulama”.
Dikhawatirkan, orang-orang itu termasuk yang
disebut oleh Nabi saw sebagai orang yang menghalalkan zina, sutera, khamr
(minuman keras), dan musik-musik.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah menyatakan:
لَيَكُونَنَّ مِنْ أُمَّتِي أَقْوَامٌ يَسْتَحِلُّونَ الْحِرَ
وَالْحَرِيرَ وَالْخَمْرَ وَالْمَعَازِفَ. (البخاري).
Pasti akan ada di antara ummatku kaum yang
menghalalkan zina, sutera, khamr, dan musik-musik. (HR Al-Bukhari dari Abi Malik Al-Asy’ari).
Kerusakan yang amat serius seperti ini wajib
diberantas. Kalau tidak, maka akan merajalela dan merusak masyarakat, tidak
lain hanya akan mendatangkan kebejatan moral di dunia dan adzab, baik di dunia
maupun di akherat kelak. Memberantas satu Inul sama dengan menyelamatkan sekian
puluh juta manusia dari kebejatan moral yang diakibatkannya. Sedang mendukung
kelanjutan beraksinya goyang maksiat Inul berarti akan menumbuhkan
penggoyang-penggoyang iman yang jumlahnya puluhan, ratusan, bahkan jutaan,
dengan korban-korban yang jumlahnya jutaan manusia dalam tempo yang entah
sampai kapan berakhirnya. Renungkanlah dalam-dalam wahai para perusak!
Stasiun-stasiun televisi dan sarana lainnya telah difungsikan oleh para perusak
untuk menghancurkan ummat Islam, dengan dalih seni. Sadarkah mereka, betapa
cepatnya ummat ini rusak gara-gara apa yang mereka sebut seni.
Dua bahaya besar telah melanda di kalangan
kita:
1 “Kiblatnya” adalah wanita.
2. Timbangannya adalah nafsu.
Dari kenyataan itu, maka tidak mengherankan,
dalam kasus “wanita-wanita terlaknat” (mal’uunaat,
kata Nabi saw) ini mereka tetap membelanya, dan yang dijadikan senjata adalah
nafsu. Maka tak mengherankan, Gus Dur menjadikan “suka dan tidak suka” menjadi
ukurannya. Demikian pula para pendukung “wanita-wanita terlaknat” itu
menjadikan nafsu sebagai tolok ukur, hingga diadakanlah pooling pendapat oleh
Detik.com, yang hasilnya 47% responden menganggap goyang Inul itu tidak sopan,
sedang yang 51% menganggapnya wajar. (Pos Kota, 19/2 2003).
Pengadaan pengumpulan pendapat dan sebagainya
itu semua adalah rekayasa untuk menjadikan wanita sebagai kiblat, sedang nafsu
sebagai timbangan. Padahal, Nabi saw telah mengingatkan secara tegas:
حَدِيثُ أُسَامَةَ بْنِ زَيْدٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ : قَالَ
رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَا تَرَكْتُ بَعْدِي فِتْنَةً
هِيَ أَضَرُّ عَلَى الرِّجَالِ مِنَ النِّسَاءِ *.
Diriwayatkan dari Usamah bin Zaid r.a katanya:
Rasulullah s.a.w bersabda: Tidak ada fitnah yang paling membahayakan kaum lelaki
setelah sepeninggalku kecuali fitnah dari kaum wanita . (HR Al-Bukhari dan Muslim).
Dalam hal hawa nafsu, Allah telah
memperingatkan lewat pernyataan Nabi Yusuf as yang disebutkan dalam Al-Qur’an:
إِنَّ النَّفْسَ لَأَمَّارَةٌ بِالسُّوءِ إِلَّا مَا رَحِمَ رَبِّي.
…sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada
kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku. (QS Yusuf: 53).
Lebih sangat gawat keliwat-liwat, ketika yang
kiblatnya adalah wanita dan timbangannya adalah nafsu, itu orang yang disebut
dengan gelar kehormatan Kiai atau Ulama, bahkan dijadikan pemimpin, baik formal
maupun non formal di kalangan organisasi yang berlabel ulama. Itulah puncak
kerusakan yang bukan sekadar merusak diri sendiri namun merusak jutaan manusia
dan entah sampai kapan bisa diperbaikinya.
Cara Memakai Busana Muslimah / Jilbab yang Baik
« pada: Januari 21, 2011, 02:58:09 pm »
Alhamdulillah saat ini banyak wanita muslim
yang mengenakan busana muslimah/jilbab. Ada
yang sudah berpakaian sesuai tuntunan agama. Ada pula yang meski sudah memakai jilbab,
namun masih jauh dari ajaran Islam.
Sebagai contoh, ada yang memakai jilbab, namun jilbabnya tidak menutupi dada. Parahnya lagi, dia memakai kaus dan celana yang ketat sehingga lekuk tubuhnya terlihat jelas. Akhirnya timbul keanehan, memakai jilbab tapi kok terlihat seksi ya?
Nah tulisan ini bukan bermaksud untuk mengecam. Tapi untuk memberikan pencerahan agar kita tahu cara berpakaian yang benar menurut ajaran Islam.
Pakaian Islam harus menutup seluruh aurat.
AURAT lelaki menurut ahli hukum ialah daripada pusat hingga ke lutut. Aurat wanita pula ialah seluruh anggota badannya, kecuali wajah, tapak tangan dan tapak kakinya. Rasulullah SAW bersabda bermaksud: “Paha itu adalah aurat.” (Bukhari)
Pakaian Islam tidak boleh menampakkan tubuh atau jarang.
Dari Saidatina Aisyah bahawa satu hari kakaknya, Asma binti Abu Bakar datang mengadap Rasulullah SAW sedang ia berpakaian tipis (jarang). Melihatkan keadaan itu, Rasulullah SAW terus berpaling muka.” [HR Abu Daud]
Kadang ada pakaian yang meski menutup seluruh tubuh, namun serat kainnya begitu jarang persis seperti kain kasa atau transparan seperti plastik. Akibatnya tubuh atau warna kulit pun terlihat jelas seolah-olah *******.
Rasulullah SAW bersabda: “Dua golongan ahli neraka yang belum pernah aku lihat ialah, satu golongan memegang cemeti seperti ekor lembu yang digunakan bagi memukul manusia dan satu golongan lagi wanita yang memakai pakaian tetapi ******* dan meliuk-liukkan badan juga kepalanya seperti bonggol unta yang tunduk. Mereka tidak masuk syurga dan tidak dapat mencium baunya walaupun bau syurga itu dapat dicium daripada jarak yang jauh.” (Muslim)
Pakaian juga tidak boleh ketat sehingga bentuk tubuh terlihat jelas.
Pakaian juga tidak boleh untuk bermegah-megahan atau bermewah-mewahan.
”Bermegah-megahan telah melalaikan kamu” [At Takaatsur 1]
Pakaian tidak boleh berlebihan sehingga menimbulkan perasaan sombong atau congkak ketika memakainya. Contohnya sering kita melihat para bangsawan yang bajunya begitu mewah dan panjang sehingga terseret-seret di lantai sementara dagunya menghadap ke atas dengan rasa sombong.
Hadis riwayat Ibnu Umar ra.:
Bahwa Rasulullah saw. bersabda: Allah tidak akan memandang orang yang menyeretkan pakaiannya dengan sombong. (Shahih Muslim No.3887)
Hadis riwayat Abu Hurairah ra.:
Ia melihat seorang lelaki menyeret kainnya, ia menghentakkan kakinya ke bumi, lelaki itu adalah pangeran
Jadi kalau ada yang memakai pakaian mahal misalnya dengan harga 5 dinar ke atas atau Rp 5 juta ke atas sambil membanggakan kepada temannya, ini aku beli seharga Rp 5 juta, niscaya itu sudah tidak Islami lagi.
Seharusnya yang sederhana saja dan tidak berlebihan sehingga sisa uangnya bisa dipakai untuk sedekah membantu fakir miskin.
Pakaian Lelaki harus berbeda dengan pakaian wanita. Tidak boleh lelaki berpakaian wanita dan wanita berpakaian lelaki meski mungkin itu hanya untuk memancing tawa/lelucon.
Rasulullah SAW bersabda: “Allah mengutuk wanita yang meniru pakaian dan sikap lelaki, dan lelaki yang meniru pakaian dan sikap perempuan.” (Bukhari dan Muslim)
Baginda juga bersabda bermaksud: “Allah melaknat lelaki berpakaian wanita dan wanita berpakaian lelaki.” (Abu Daud dan Al-Hakim).
Wanita boleh pakai sutera. Namun lelaki tidak boleh.
Rasulullah SAW bersabda: “Janganlah kamu memakai sutera, sesungguhnya orang yang memakainya di dunia tidak dapat memakainya di akhirat.” (Muttafaq ‘alaih)
Hendaknya saat keluar rumah para wanita mengenakan jilbabnya.
”Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin: “Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka.” Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak di ganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” [Al Ahzab 59]
Hendaknya kerudung dipakai hingga menutupi dada.
”Katakanlah kepada wanita yang beriman: “Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung kedadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putera-putera mereka, atau putera-putera suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putera-putera saudara lelaki mereka, atau putera-putera saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita islam, atau budak-budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. Dan janganlah mereka memukulkan kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung.” [An Nuur 31]
Di bawah contoh pemakaian busana muslim yang tidak sesuai menurut Islam. Jangan sampai pakaian istri, anak-anak perempuan, atau pun saudara-saudara perempuan kita termasuk dalam contoh-contoh tersebut. Terakhir ada contoh berpakaian muslimah yang benar.
Gambar 1
Kesalahan pada gambar ini :
Kerudung tidak menutupi dada
Allah S.W.T berfirman dalam
Gambar 2
Kesalahan pada gambar ini :
* Kerudung tidak menutupi dada
* Rok yang dipakai kurang panjang
Menurut riwayat Imam Tarmizi dan Nasa’i, dari Ummu Salamah r.a. “Ya Rasulullah, bagaimana perempuan akan berbuat kain-kain mereka yang sebelah bawah?“
Sabda Rasulullah S.A.W : “Hendaklah mereka memanjangkan barang sejengkal dan janganlah menambahkan lagi keatasnya“
Gambar 3
Kesalahan pada gambar ini :
Pakaian ketat dan menampakkan bentuk tubuh·
Rasulullah bersabda ” hendaklah kamu meminjamkan dia baju yang panjang dan longgar itu “
Make up yang sangat tebal·
Allah SWT
berfirman dalam surat
Al’Araf ayat 31 : ” Wahai anak cucu Adam. Pakailah pakaianmu yang bagus pada
setiap memasuki mesjid, makan dan minumlah, tetapi jangan berlebihan. Sungguh
Allah tidak menyukai orang yang berlebih-lebihan ”
Gambar 4
Kesalahan pada gambar ini :
Kerudung tidak menutupi dada·
Lengan blus pendek·
Rok
yang dipakai pendek·
Tidak memakai kaos kaki·
” Dan
katakanlah kepada para perempuan beriman, agar mereka menjaga pandangannya dan
memelihara kemaluannya, dan janganlah menampakkan perhiasan (auratnya) kecuali
yang bisa terlihat….” Surat An Nur, ayat 31
Gambar 5
Kesalahan
pada gambar ini :
Lengan blus pendek·
Tidak memakai kaos kaki·
* Rok yang dipakai berbelah di depan
” Barang
siapa yang memakai pakaian yang mencolok mata, maka Allah S.W.T akan memberikan
pakaian kehinaan di hari akhirat nanti “ [HR Ahmad, Abu Daud, An Nasa'i
dan Ibn Majah]
Gambar 6
Kesalahan pada gambar ini :
* Kerudung tidak menutupi dada
* Pakaian ketat menampakkan lekuk tubuh
* Blus yang dipakai pendek
* Tidak memakai kaos kaki
Kesalahan pada gambar ini :
* Kerudung tidak menutupi dada
* Pakaian ketat menampakkan lekuk tubuh
* Blus yang dipakai pendek
* Tidak memakai kaos kaki
“Sesungguhnya sebilangan ahli neraka ialah perempuan-perempuan yang berpakaian tapi yang ******* yang condong kepada maksiat dan menarik orang lain untuk melakukan maksiat. Mereka tidak akan masuk surga dan tidak akan mencium baunya” [Bukhari dan Muslim]
Apakah cara berpakaian anda meski sudah menutup kepala masih banyak salahnya?
Lalu bagaimana contoh berpakaian yang benar?
Silahkan lihat di bawah ini.
Rasulullah S.A.W telah bersabda :
“Bahwa anak perempuan apabila telah cukup umurnya, maka mereka tidak boleh dilihat akan dia melainkan mukanya dan kedua telapak tangannya hingga pergelangan” (H.R. Abu Daud)
Gambar-gambar Busana Muslimah yang benar dan tidak benar serta artikel selengkapnya bisa dilihat di:
Tercatat
Re:Cara Memakai Busana Muslimah / Jilbab yang Baik
« Jawab
#1 pada: November
02, 2011, 02:16:43 pm »
Berhubung
masih satu bahasan jadi saya gabung aja dithread ini. Begini, belakangan ini
sering melihat fashion jilbab yang mengarah ke kerudung a la suster. Pake ciput
model tertutup sampe leher, kemudian di luarnya pake kerudung lain. Dari
pertama kali liat, saya sering mikir: "kok mirip sama kerudung yang dipake
suster2 dalam agama nasrani ya??"
Ternyata
bukan saya aja yang berpikiran begitu, karena dalam bbrp forum banyak diomongin
juga.. Saya sendiri lebih suka old style, dengan jilbab kotak yang ga ribet dan
ga bikin gerah, atau pake jilbab langsung pake yang bahannya nyaman dan ga
menerawang...
What do you think about it gals?
What do you think about it gals?
Tercatat
Re:Cara Memakai Busana Muslimah / Jilbab yang Baik
« Jawab
#2 pada: November
04, 2011, 05:55:57 pm »
Berhubung masih satu
bahasan jadi saya gabung aja dithread ini. Begini, belakangan ini sering
melihat fashion jilbab yang mengarah ke kerudung a la suster. Pake ciput model
tertutup sampe leher, kemudian di luarnya pake kerudung lain. Dari pertama kali
liat, saya sering mikir: "kok mirip sama kerudung yang dipake suster2
dalam agama nasrani ya??"
Ternyata bukan saya aja yang berpikiran begitu, karena dalam bbrp forum banyak diomongin juga.. Saya sendiri lebih suka old style, dengan jilbab kotak yang ga ribet dan ga bikin gerah, atau pake jilbab langsung pake yang bahannya nyaman dan ga menerawang...
What do you think about it gals?
Ternyata bukan saya aja yang berpikiran begitu, karena dalam bbrp forum banyak diomongin juga.. Saya sendiri lebih suka old style, dengan jilbab kotak yang ga ribet dan ga bikin gerah, atau pake jilbab langsung pake yang bahannya nyaman dan ga menerawang...
What do you think about it gals?
betul, mbak.
saya juga sukagaya
yang biasa saja. ribet lihat jilbab yang dililit2.
saya juga suka
Tidak ada komentar:
Posting Komentar