AS dan Isu Pangkalan Militer di Australia
By admin
Dipublikasikan pada Selasa, 22 November 2011 | 6:07
Oleh: Lathifah Musa
Setelah Singapura gagal melobi Indonesia dalam perjanjian militer antar dua negara, yang diduga sebagai batu loncatan memuluskan rencana pangkalan militer di Singapura, belum lama ini Obama mengumumkan akan menempatkan pasukan marinirnya di Australia.
Isu Serius atau Main-main?
Pernyataan ini disampaikan oleh Obama pada saat mengunjungi Pangkalan Militer Darwin Australia. Sekalipun baru statemen menjanjikan, sehingga maih terkategori isu, namun hal ini menjadi isu yang menuai respon serius.
Pertama karena saat ini perkembangan kawasan Asia Pasifik sangat dinamis, terutama di bidang ekonomi. Asia Pasifik telah menjadi magnet baru bagi AS yang telah bertahun-tahun memusatkan perhatiannya ke kawasan Timur Tengah dan Teluk (Kompas, 19/11/11). Belum lagi kondisi ekonomi AS yang sedang dilanda krisis utang berat dan Uni Eropa mitra dagangnya juga sedang dalam kondisi ekonomi yang mengenaskan.
Kedua, Tampilnya China sebagai kekuatan ekonomi terbesar kedua di dunia, menyaingi AS, dinilai oleh AS akan meningkatkan kekuatan militer Negeri China untuk melindungi kepentingan ekonominya.
Ketiga, India sebagai kekuatan baru dari Asia, selain China, juga menjadi faktor yang mendorong AS memberikan perhatian besar pada kawasan ini.
Keempat, Negara-negara ASEAN dengan wilayah yang kaya potensi alam, yakni mineral dan Migas, menjadi daya tarik negara-negara besar untuk ikut campur meraih kepentingannya masing-masing. Laut China Selatan (LCS) menjadi wilayah yang saat ini menjadi incaran AS dan China karena kandungan mineral dan migasnya yang sangat berlimpah.
Kelima, kawasan LCS yang sedang disengketakan oleh negara-negara terdekat yaitu Philipina, Brunei, Malaysia, Vietnam dan China (yang turut mengklaim, walaupun posisinya relatif paling jauh) yang juga menjadi incaran AS, ternyata juga merupakan jalur laut, jalur perdagangan negara-negara Asia. Nilai perdagangan yang melalui jalur itu setiap tahun mencapai 5,3 triliun dollar AS dengan 1,2 triliun dollar AS adalah nilai perdagangan AS.
Dengan demikian, inilah yang dipandang sebagai alasan utama AS untuk menempatkan pasukannya di Darwin, yang kemudian disebut sebagai pangkalan militer AS yang baru. Dengan demikian ada tiga yang dipandang sebagai pangkalan militer AS di Asia Pasifik, yakni Okinawa (Jepang), Guam dan Australia. Setidaknya negara-negara tersebut telah menandatangani kesepakatan dengan AS untuk membangun pangkalan militer.
Mungkinkah isu ini akan menjadi serius, mengingat perekonomian dalam negeri AS sedang dalam kondiri terpuruk? Berbicara kemungkinan, maka mungkin ya dan mungkin tidak. Tidak sedikit pengamat politik yang menganggap AS hanya sekedar sesumbar. Persoalannya adalah utang AS yang bertumpuk. Penempatan 2500 marinir di Darwin memerlukan biaya yang tidak sedikit. Kebijakan penempatan marinir oleh Obama memerlukan keputusan Konggres. Sementara selama ini Obama menjanjikan akan menurunkan anggaran militer sebagai konsekuensi kenaikan pagu utang AS. Belum lagi Obama menjanjikan akan menarik ribuan pasukan AS di Iraq sebelum habis tahun 2011. Apabila Obama menempatkan kembali ribuan pasukan di Australia, tentu akan menuai kritik dari rakyatnya yang sudah sangat marah akibat krisis ekonomi yang menjerat AS.
Walhasil statemen ini dipandang sebagai gertak sambal semata, agar ASEAN tunduk pada keinginan AS. Keinginan terbesar AS hanyalah mengambil keuntungan dari Asia Pasifik. Perlunya gertak sambal karena AS menginginkan dirinya menjadi pihak yang ditakuti di kawasan ini. Ibaratnya AS masih memposisikan dirinya sebagai polisi dunia untuk mengamankan statusnya dalam konstelasi politik internasional.
Pangkalan Militer Sebagai Upaya Tanggap Darurat
Salah satu statemen AS menanggapi kecemasan negara-negara ASEAN ketika mendengar isu pangkalan militer di Australia, adalah agar Asia tidak perlu cemas, karena kehadiran militer AS adalah dalam rangka mengantisipasi bencana alam yang tidak jarang terjadi di Asia.
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dalam KTT ASEAN di Nusa Dua, Bali, mengaku sudah menerima penjelasan resmi dari Presiden Amerika Serikat Barack Obama. Obama beralasan, penempatan pasukan itu untuk tanggap darurat bencana alam dan latihan bersama. “Saya senang dengan penjelasan itu,” demikian kata Yudhoyono kepada pers beberapa waktu lalu. (Okezone, 21/ 11/ 2011)
Statemen semacam ini hanya basa-basi dan lebih mengarah pada alasan palsu. Yang sesungguhnya adalah kepentingan ikut campur mengeksploitasi sumberdaya mineral dan migas di ASEAN, sekaligus mendominasi perdagangan di pasar ASEAN. Selama ini perdagangan di ASEAN didominasi China. Inilah yang membuat kesal Obama dan tercetuslah kekesalan ini kepada Presiden China Hu Jintau dalam pertemuan antar dua kepala negara AS-China di Honolulu Hawai AS.
Bila pernyataan tanggap bencana ini dimaksudkan untuk Indonesia, maka hal ini adalah sindiran terhadap pemerintah Indonesia yang seringkali lambat dalam menangani bencana alam di negaranya. Sebagai contoh, untuk menemukan pesawat yang jatuh dan mengevakuasi korbannya saja, militer Indonesia memerlukan waktu berhari-hari.
Kelemahan ini memang bisa menjadi alasan bagi AS untuk berkeliaran di wilayah-wilayah Indonesia. Demikian juga dengan kapal perangnya yang sering melewati jalur-jalur laut Indonesia tanpa diketahui oleh militer Indonesia.
Gertak Sambal Lebih Murah
Gertak sambal seperti yang biasa dilakukan oleh Presiden AS sebelumnya adalah cara termurah untuk menguasai kawasan. Saat ini memang AS akan mengoptimalkan Diplomasi Gertak Sambalnya. Sekalipun Australia dengan senang hati menerima kehadiran militer AS dalam rangka menguatkan posisinya di Asia Pasifik, tetapi AS akan berhitung banyak untuk menurunkan militer berjumlah besar. Beberapa hal yang akan dilakukan AS, selain mengeluarkan statemen-statemen “Show of Force” adalah:
Pertama, AS akan mengambil langkah termudah dan termurah dengan menekan penguasa-penguasa ASEAN untuk tunduk pada kepentingannya. Artinya, akan lebih murah dan mudah menempatkan antek-anteknya di negara-negara ASEAN. Inilah yang menjadi kegiatan AS ketika mengunjungi kawasan ini. Orang-orang yang “direstui” AS, akan lebih cepat untuk menjadi penguasa. Tentu dengan kerja agen-agen CIA yang berkeliaran di negara-negara tadi.
Kedua, selama gertak sambal lebih efektif untuk membuat tunduk penguasa-penguasa ini, maka itu akan dilakukan. Kalaupun menurunkan militer AS, paling tidak banyak. Hanya untuk berkeliaran saja, dalam bentuk kapal induk dan beberapa pesawat. Tidak akan sampai menurunkan banyak pasukan yang membutuhkan banyak biaya.
Ketiga, militer dengan jumlah ribuan akan menjadi pilihan akhir yang tidak mudah, mengingat ada hambatan di dalam negerinya sendiri. Tantangan terbesar Obama adalah rakyatnya sendiri.
Jangan Menghamba Kepada AS
Apa yang harus dilakukan pemerintah kita? Berhentilah menghamba pada kepentingan AS. Janganlah aparat militer digunakan sebagai centeng Freeport. Uang rakyat digunakan untuk menggaji tentara yang melindungi aset Asing. Dana negara dihamburkan untuk membeli fasilitas keamanan Obama, yang untuk detektor saja menghabiskan dana 80 milyar. Bisa jadi detektor itupun dibeli dari AS.
Sudah sangat banyak penderitaan rakyat yang terjadi karena kebijakan (yang tidak bijak) yang menguntungkan Asing dan merugikan rakyat sendiri. Rakyat harus membayar banyak untuk fasilitas hidup, makan, minum, rumah, jalan penerangan, bensin dll.
Uang rakyat banyak mengalir ke asing dan kantong-kantong pejabat yang korup. Islam mengajarkan bahwa penguasa adalah pemimpin, sekaligus pengembala, sekaligus pelayan umat. Bukan sebaliknya, penyengsara dan penyebab penderitaan rakyat akibat menjadi pelayan negara adidaya. “Al-Imaamu raa’in wa huwa mas’uulun ‘an raiyyatihi [Seorang kepala negara adalah pemimpin dan akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya].” (HR. Bukhari-Muslim)[]
Yari NK replies:
Hal ini bukan semata2 masalah kargo. Coba anda simak jawaban saya untuk si aris.
Coba bayangkan tetangga kita, Australia tengah membangun 3 buah kapal induk. Padahal perairan Australia tidak seluas perairan Indonesia. Teknologinyapun ada yang diimpor dari AS. Jikalau kapal2 induk tersebut sudah jadi di tahun 2012, dengan mudah kapal2 induk tersebut akan masuk ke perairan Indonesia. Nah, jikalau ada konflik (misalnya, mudah2an jangan) antara Indonesia dan Australia. Yang jelas, pesawat2 tempur dan pembom Australia dapat dengan mudah membombardir kota2 di Indonesia. Sementara kota2 di Australia tetap aman dari jangkauan pesawat2 tempur dan pembom Indonesia……… abisan nggak punya kapal induk, pesawatnya mau diangkut pakai apa?? Pakai Elteha atau Fedex??
Yari NK replies:
India dan Thailand adalah dua negara tetangga kita yang juga punya kapal induk. Padahal dua negara tersebut perairannya juga jauh lebih kecil dibandingkan dengan perairan Indonesia. Apakah orang India dan Thailand lebih goblok dari orang Indonesia dalam strategi perang??
Justru itu…… India ingin memiliki kapal induk karena ingin berusaha ‘menarik hegemoni’ di wilayah Asia. Dan untuk ‘menarik hegemoni’ (walaupun India berusaha ‘menarik hegemoni’ seperti teori anda belum tentu benar) tentu memerlukan AL yang kuat tapi juga dapat memobilitas pesawat2 tempurnya, untuk itulah India sadar tanpa kehadiran kapal induk hal tersebut sulit dilakukan. Sementara itu tidak masalah kapal induk Thailand lebih banyak mangkal karena kekurangan dana, yang penting di sini adalah Thailand mampu untuk mengembangkan (atau paling sedikit memodifikasi menjadi lebih modern) sebuah kapal induk, walaupun mungkin teknologi yang dipakai ada yang dari luar negeri. Di sini Thailand yang penting sadar bahwa tanpa kehadiran kapal induk, ia sulit untuk memobilisasi pesawat2 tempur dan juga helikopter2 tempurnya jika diperlukan. Begitu juga Australia yang kini tengah membangun 3 buah kapal induk dengan bantuan AS.
Nah, kapal induk ini sangat berguna jikalau dalam keadaan perang dan bukan dalam keadaan damai. Dalam keadaan damaipun kapal induk bisa berguna untuk misi kemanusiaan, misalkan mengangkut helikopter dalam jumlah besar ke tempat2 bencana seperti tsunami di Aceh lalu di mana kapal induk USS Abraham Lincoln bisa disulap jadi RS canggih terapung lengkap dengan lab2nya. Jadi kapal induk banyak kegunaannya baik dalam perang maupun dalam damai. Dalam perangpun misinya bukan untuk ikut berperang tetapi untuk memobilisasi pesawat2 dan helikopter2 tempur.
Nah…. mengenai kapal selam Rusia yang bisa ‘mendekati’ dan baru terdeteksi setelah sekian lama (jikalau hal ini benar) maka harus dipastikan dulu, seberapa dekatnya. Nah, jikalau kapal selam Rusia tersebut sempat meluncurkan torpedonya (misalnya) belum tentu bisa berhasil menenggelamkan kapal induknya. Karena satu dua torpedo belum tentu bisa menenggelamkan sebuah kapal induk, paling2 mungkin rusak saja. Dan waktu beberapa menit tersebut sebenarnya cukup lama untuk teknologi zaman sekarang untuk kapal2 pengawal kapal induk tersebut untuk mengintersepsi torpedo tersebut bahkan untuk menghancurkan kapal selam Rusia tersebut……
Antara pangkalan militer AS di Australia dan kepentingan AS di Papua
Muhib Al-Majdi
Sabtu, 26 November 2011 09:57:53
(Arrahmah.com) – Pembangunan pangkalan militer Marinir AS di Darwin, Australia, jelas memiliki tujuan mengamankan kepentingan-kepentingan AS di kawasan Asia Tenggara dan Australia. Kepentingan-kepentingan AS tersebut jelas sangat mengancam politik, ekonomi, dan militer bangsa Indonesia.
Banyak ekonom, politikus, akademisi, dan pengamat Indonesia yang mengungkapkan kekhawatiran atas ancaman yang akan ditimbulkan oleh pangkalan militer AS di Australia tersebut. Indonesia adalah pihak yang akan paling dirugikan oleh pembangunan pangkalan militer AS tersebut.
Meski begitu, rakyat Indonesia justru dikejutkan oleh pernyataan para petinggi negeri ini terkait pembangunan pangkalan militer AS di Australia. Seperti dilaporkan oleh situs detik.com (26/11), Jubir Kepresidenan Julian Aldrin Pasha mengatakan penempatan pasukan AS di Darwin untuk memantau gempa dan bencana alam. Sungguh sebuah pernyataan yang lucu.
Dalam rapat kerja dengan DPR di Senayan pada hari Jum’at (25/11), Menko Polhukam Djoko Suyanto mengungkapkan bahwa keberadaan pangkalan militer AS di negeri kangguru tidak ada sangkut pautnya dengan Indonesia atau Papua. “Pertemuan bilateral dengan Obama kemarin, juga mengatakan Papua secara eksplisit wilayah NKRI. Tidak ada intervensi Amerikan soal Papua atau Freeport,” ujar Djoko saat rapat kerja dengan tim monitoring Papua dan Papua Barat di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, seperti dikutip oleh situs detik.com.
Para pejabat tinggi negeri ini bisa saja melontarkan pernyataan-pernyataan seperti itu. Namun rakyat Indonesia tentu memahami bagaimana selama puluhan tahun terakhir ini, AS melalui beberapa korporat multinasionalnya telah terlalu dalam ‘merampok’ kekayaan bangsa ini. Untuk kasus Papua, menepis hubungan pangkalan militer AS di Darwin dengan kepentingan korporat raksasa AS di Papua adalah hal yang sangat sulit dipahami oleh rakyat negeri ini.
Indonesia, dan khususnya Papua, memang penting bagi kepentingan ekonomi Amerika Serikat. Karena Papua merupakan salah satu pemasok sumber daya alam bagi pengembangan industri Amerika Serikat. Hendrajit, Direktur Eksekutif Global Future Institute (GFI) dalam artikelnya yang dimuat oleh situs theglobal-review.com menyebutkan sudah 300 perusahaan milik Amerika yang beroperasi di Indonesia. Total investasi diperkirakan lebih dari US$ 25 miliar, yang sebagian besar dari dana tersebut diinvestasikan pada perusahaan-perusahaan yang bergerak di bidang pertambangan dan energi.
Wilayah Papua memiliki cadangan minyak sangat besar. Sejak 2001 Amerika terlibat dalam pengelolaan LNG Tangguh. Berdasarkan perkiraan, cadangan LNG di kawasan tersebut adalah 23,7 triliun kaki kubik dan di antaranya sebesar 14,4 triliun kaki kubik telah disertifikasi sebagai candangan terbukti.
Sejak 2008 lalu, Indonesia telah menjadi pemasok langsung energi bagi kawasan pantai barat Amerika yang diambil dari Tangguh di Papua.
Kebutuhan minyak Amerika memang cukup besar, per harinya mengonsumsi minyak sebesar 19 juta barel. Tak heran jika beberapa perusahaan minyak dan tambang Amerika beroperasi di Indonesia seperti ExxonMobile, Chevron, Conoco-Phillips, Freeport-McMoran, dan NewMont.
Perusahaan Connoco Phillips yang merupakan gabungan dari Conoco dan Phillips Petroleum Company, telah beroperasi di Indonesia selama 36 tahun.
Pada 1998, perusahaan pembangunan serta konstruksi milik Pertamina dan Sembawang telah mencapai kesepakatan dengan Conoco untuk menjual 325 juta kubik gas alam per hari melalui pipa ke Singapore.
Melalui kerjasama dengan BP MIGAS (Badan Pelaksana Minyak dan Gas), Conoco juga membangun pertambangan minyak di pinggir pantai Balida dan pertambangan gas alam Blok B di wlayah pedalaman Papua. Sementara perusahaan Global Santa Fe yang juga milik Amerika, mengoperasikan tambang minyak di daerah Klamono di Papua.
BP yang bekerjasama dengan BP MIGAS melakukan pengeboran gas alam cair di kawasan lepas pantai (offshore) da daratan (onshore) di sekitar kawasan Teluk Bintuni.
BP merupakan perusahaan minyak milik Inggris yang bergabung dengan perusahaan-perusahaan minyak milik Amerika seperti Standard Oil of Indiana, Standard Oil of Ohio, Atlantic Richfield Company (Arco) dan Amoco, yang beroperasi di bawah bendera British Petroleum.
Inilah nilai strategis Papua sebagai salah satu sumber pemasok tambang bagi Amerika. Setidaknya tercatat tiga perusahaan energi Amerika yang beroperasi di Papua yaitu: PT-Freeport McMoran, Conoco Phillips, dan British Petroleum (BP). Dengan total investasi keseluruhan mencapai US$ 10.000 miliar di Provinsi Papua.
Lebih lanjut Hendrajit menjelaskan, Freeport bukan sekadar investasi ekonomi tetapi juga sebuah mata-rantai investasi politik dan konteks hubungan Indoensia-Amerika. Dan ini benar adanya.
Freeport McMoran sebagai perusahaan induk PT Freeport Indonesia, menguasai tambang emas terbesar di dunia dengan cadangan terukur kurang lebih 3046 ton emas, 31 juta ton tembaga, dan 10 ribu ton lebih perak tersisa di pegunungan Papua.
Berdasarkan perhitungan kasar, cadangan ini dikerkirakan masih akan bisa mengeruk cadangan ton emas hingga 34 tahun mendatang. Tapi menurut laporan sumber lain, cadangan emas dan tembaga yang ada di Gunung Grasberg yang merupakan area penambangan terbesar dari seluruh are penambangan PTFI, mencapai lebih dari 50 miliar pon (25 ribu ton) tembaga dan 60 juta ons( 6 ribu ton) emas yang masih dapat terus ditambang hingga 20340 atau bahkan lebih lama lagi.
Berdasarkan laporan tahun 2005, nilai investasi Freeport-McMoran di PT Freeport Indonesia mencapai US$ 6 Miliar dan kemungkinan besar nilai investasi tersebut masih akan bertambah.
Sekadar informasi, Freeport merupakan perusahaan emas penting di Amerika yang merupakan penyumbang emas nomor 2 bagi industri emas di Amerika stelah Newmont.
Pemasukan yang diperoleh Freeport-McMoran dari PT Freeport Indonesia dan PT Indocopper Investama (keduanya merupakan perusahaan yang beroperasi di Pegunungan Tengah Papua), mencapai US$ 380 juta atau hampir 3,8 triliun rupiah lebih untuk tahun 2004 saja.
Berdasar nota keuangan tahunannya kepada pemegang saham, selama 3 tahun hingga 2004, total pendapatan dari PT Freeport untuk pemerintah Indonesia hanya sekitar 10-13 persen dari pendapatan bersih di luar pajak atau sekitar US$ 460 juta (460 miliar rupiah).
Dari semua fakta di atas tak heran jika Freeport McMoran merupakan aset ekonomi yang paling dilindungi oleh Amerika di Papua. Berkaca dari kondisi ekonomi Amerika yang saat ini sempoyongan akibat kekalahan perang di Irak dan Afghanistan, Amerika harus memastikan perusahaan-perusahaan internasionalnya tetap menguasai sumber-sumber energi dunia, termasuk di Indonesia dan terkhusus lagi Papua. Mengingat penolakan keras masyarakat Papua terhadap keberadaan PT Freeport di Papua sehingga menimbulkan gejolak keamanan, masih relevankah pernyataan para petinggi negara bahwa pembangunan pangkalan militer AS di Darwin tidak memiliki kaitan dengan Indonesia dan Papua?
(muhib al-majdi/arrahmah.com)
Amerika Serikat Raja Kapal Induk Dunia
Untuk postingan kali ini dan juga berikutnya, akan saya ambil dari dua buah buku yang diberikan oleh seorang rekan blogger sebagai tanda persahabatan tulus. Dan sebagai apresiasi yang tulus pula untuk postingan kali ini dan berikutnya akan saya ambil intisarinya dari kedua buku tersebut. Kedua buku yang saya terima tersebut sangatlah bagus dan sangat kaya akan gambar dan semua gambarnya full-colour, informasi yang terkandungnyapun sangat lengkap dan mutakhir. Baiklah untuk kali ini saya akan menampilkan tulisan dari salah satu buku tersebut: The Complete Encyclopaedia of Warships: Steam, Turbine, Diesel, Nuclear: 1798-2006. Namun tentu saya tidak akan menterjemahkan mentah-mentah bagian dari buku tersebut, karena sifat saya yang tidak suka untuk menterjemahkan mentah-mentah. Untuk itu tulisan ini juga akan diperkaya dengan pengetahuan saya sendiri dan juga dari berbagai sumber lain sehingga menjadi sebuah topik tersendiri.
Topik yang saya pilih adalah mengenai kapal induk (aircraft carrier). Kenapa kapal induk? Karena kapal induk selain merupakan kapal terbesar yang berada di jajaran angkatan laut, kapal induk juga memerankan peranan sangat besar dalam perang modern saat ini di mana pengangkutan pesawat2 tempur ke tempat-tempat jauh di belahan bumi lain baik untuk menyerang suatu negara ataupun untuk mempertahankan suatu koloni yang jauh seringkali sangat diperlukan dan tidak dapat dihindarkan. Pembuatan kapal induk selain memerlukan biaya yang sangat besar tentu juga memerlukan teknologi yang sangat canggih terutama kapal induk yang bertenaga nuklir. Tidak heran hingga saat ini hanya empat negara saja yang memproduksi kapal induknya sendiri yaitu: Amerika Serikat, Inggris, Perancis dan Rusia. Inggris dan Perancis memang memerlukan kapal induk karena mereka mempunyai koloni2 yang tersebar di berbagai belahan bumi dan untuk mempertahankan koloni2 tersebut jikalau sewaktu2 diserang. Sementara AS, selain juga mempunyai koloni di lautan Pasifik, mungkin juga digunakan untuk menggulingkan rezim di negara2 lain seperti di Irak yang sudah kita ketahui bersama. Jepang pada Perang Dunia II pernah membuat kapal induk yang cukup banyak dan canggih, namun setelah Perang Dunia II, Jepang tidak pernah lagi membuat kapal induk.
Ok, untuk seksi berikutnya, saya akan menjabarkan secara singkat empat buah kapal induk dari empat negara yang berbeda yang memproduksi kapal induknya sendiri. Mereka adalah: USS Nimitz (Amerika Serikat), HMS Invincible (Inggris), Charles de Gaulle (Perancis) dan Admiral Kuznetsov (Rusia).
USS Nimitz (Amerika Serikat)
Amerika Serikat, tak diragukan lagi, adalah raja kapal induk dunia. Ya, karena negara ini adalah satu2nya di dunia kini yang mengoperasikan kapal induk dalam jumlah banyak yaitu 13 buah dan 11 di antaranya bertenaga nuklir! Armada kapal induk AS adalah: USS Nimitz, USS Dwight D. Eisenhower, USS Carl Vinson, USS Theodore Roosevelt, USS Abraham Lincoln, USS George Washington, USS John C. Stennis, USS Harry S. Truman, USS Ronald Reagan dan USS George H. W. Bush, USS Enterprise. Kesebelas kapal induk AS ini semuanya bertenaga nuklir. AS masih punya 2 kapal induk lagi yang bertenaga konvensional yaitu USS Kitty Hawk dan USS John F. Kennedy.
Nah, sekarang mari kita konsentrasikan kepada USS Nimitz saja agar lebih fokus. Kenapa USS Nimitz? Karena inilah kapal induk paling besar di dunia saat ini, walaupun kapal induk ini bukanlah kapal induk yang terbaru di jajaran angkatan laut AS. Malah kapal induk ini diresmikan tahun 1975 usianya sudah 30 tahun lebih namun masih merupakan kapal induk terbesar di dunia dan juga sudah sarat dengan pengalaman.
Operasi serius pertama yang dilakukan oleh kapal induk ini adalah di tahun 1979 ke Iran, sewaktu Shah Iran yang sekutu dekat AS digulingkan dan merupakan awal masa “Republik Islam Iran” pimpinan Ayatollah Khomeini. Waktu itu masih ada adidaya lain yaitu Uni Soviet sehingga USS Nimitz tentu saja tidak diperintahkan untuk menyerang frontal Iran tetapi untuk melancarkan operasi pembebasan 52 orang Amerika yang disandera di kedutaan besar AS di Tehran yang diberi kode operasi Evening Light yang berakhir tragis dan gagal total karena helikopter yang dipakai untuk membebaskan para sandera mengalami kecelakaan dan jatuh di gurun pasir Iran. Selain itu kapal induk ini juga mempunyai segudang pengalaman lain seperti pada tanggal 19 Agustus 1981, kapal induk ini juga berperan dalam “komfrontasi ringan” dengan Libya di mana pesawat tempur AS menembak jatuh dua pesawat MiG Libya. Misi terbesarnya tentu saja kapal induk ini terlibat dalam dua kali perang teluk yaitu perang teluk pertama yang disebut “Desert Storm” yaitu operasi yang membebaskan Kuwait dari cengkraman Irak di tahun 1991 dan juga perang teluk kedua yang disebut operasi “Iraqi Freedom” yang menggulingkan rezim Saddam Hussein. Namun beberapa kali kapal induk ini juga melakukan misi damai non-militer seperti ikut dalam memeriahkan Olimpiade Seoul 1988 di Korea Selatan yang tentu juga bisa berfungsi sebagai bagian dari pengamanan olimpiade tersebut.
Berikut adalah data Teknis USS Nimitz:
Tipe : Kapal Induk multi peran
Bobot : 97 000 ton Inggris (98 600 ton metrik)
Dimensi : Panjang (333 m) Beam*) (41 m) Draft*) (11 m)
Sumber Tenaga : Dua buah reaktor nuklir
Awak : 5621
Bobot : 97 000 ton Inggris (98 600 ton metrik)
Dimensi : Panjang (333 m) Beam*) (41 m) Draft*) (11 m)
Sumber Tenaga : Dua buah reaktor nuklir
Awak : 5621
HMS Invincible (Inggris)
Inggris yang pada abad ke-19 merupakan raja lautan dengan sebutannya “Britain Rules The Wave” saat ini hanya mempunyai tiga kapal induk saja yaitu HMS Invincible, HMS Illustrious dan HMS Ark Royal. Ketiga kapal induk ini bertenaga konvensional dan tidak ada yang bertenaga nuklir. Dimensi kapal induk Inggris inipun jauh lebih kecil dibandingkan kapal-kapal induk AS apalagi dibandingkan USS Nimitz. Namun Inggris kini tengah mengembangkan dua kapal induk yang lebih besar, tapi tetap bertenaga konvensional non-nuklir yaitu: HMS Queen Elizabeth dan HMS Prince of Wales.
Nah, kita sekarang kita fokuskan kepada HMS Invincible yang diresmikan penggunaannya tahun 1980 ini. Walaupun pengalaman HMS Invincible tidak sekaya USS Nimitz, namun HMS Invincible ini juga mempunyai pengalaman tempur di Perang Malvinas tahun 1982. Waktu itu bersama-sama dengan kapal induk Inggris lainnya HMS Hermes yang kini sudah pensiun dari angkatan laut kerajaan Inggris dan dibeli oleh angkatan laut India dan diberi nama INS Viraat, berperan besar dalam mendukung Inggris memenangkan perang Malvinas melawan Argentina. Waktu itu kapal induk ini mengangkut 12 helikopter Sea King dan 9 pesawat tempur Sea Harrier yang terkenal waktu itu karena bisa mendarat dan lepas landas secara vertikal.
Berikut ini adalah sedikit data teknis HMS Invincible:
Tipe esawat Induk tipe ringan
Bobot : 20 400 ton Inggris (20 700 ton metrik)
Dimensi : Panjang (206 m) Beam*) (27.5 m) draft*) (7 m)
Tenaga : Konvensional (Turbin gas/bahan bakar karbon)
Awak : 875
Bobot : 20 400 ton Inggris (20 700 ton metrik)
Dimensi : Panjang (206 m) Beam*) (27.5 m) draft*) (7 m)
Tenaga : Konvensional (Turbin gas/bahan bakar karbon)
Awak : 875
Charles de Gaulle (Perancis)
Angkatan Laut Perancis saat ini hanya mempunyai dua kapal induk saja yaituCharles de Gaulle dan Jeanne d’Arc. Jeanne d’Arc sebenarnya adalah kapal induk untuk helikopter saja atau helicopter carrier tepatnya, sehingga banyak pengamat mengatakan bahwa saat ini Perancis hanya mempunyai satu buah kapal induk saja. Namun kapal induk Perancis Charles de Gaulle ini termasuk yang paling baru dan diresmikan tahun 2001 lalu. Dan perlu diketahui bahwa Charles de Gaulle ini adalah satu-satunya kapal induk bertenaga nuklir yang dibuat di luar Amerika Serikat! Sebenarnya Perancis sebelumnya juga mempunyai dua buah kapal induk yaitu Clemenceau dan Foch masing2 buatan tahun 1961 dan 1963. Namun kini kedua kapal induk tersebut sudah pensiun dari angkatan laut Perancis, dan Foch kini telah dibeli oleh Angkatan Laut Brasil dan dinamai São Paulo. Tetapi kini Perancis tengah membangun satu lagi kapal induk yang sekelas dengan Charles de Gaulle dengan nama proyek Porte-Avions 2 dan diperkirakan selesai sekitar tahun 2014 mendatang dengan menggunakan tenaga non-nuklir atau konvensional.
Charles de Gaulle sendiri pada saat pengembangannya mengalami beberapa kendala. Pada tahun 2000 sebelum diresmikan diketahui bahwa tingkat radiasi di permukaan kapal sedikit di atas ambang keamanan akibat sistem isolasi radiasi dari tenaga nuklirnya kurang baik walaupun dapat segera diatasi. Juga baling-baling (propeller)nya pernah mengalami kerusakan sebelum diresmikan yang mengakibatkan harus digantinya baling-baling tersebut. Tahun 2001, tak lama setelah diresmikan sempat terjadi kebocoran kecil gas beracun yang menyebabkan seorang awak kapalnya pingsan. Namun setelah kejadian2 tersebut Charles de Gaulle hampir dikatakan tidak pernah lagi mengalami gangguan2 yang berarti dan siap mengabdi untuk angkatan laut Perancis.
Charles de Gaulle karena masih baru masih miskin dengan pengalaman tempur. Satu-satunya misi militer yang pernah diikutinya ialah ke lautan Hindia pada saat pasukan koalisi pimpinan AS menggulingkan pemerintahan Taliban di Afghanistan. Sedangkan di Perang Teluk kedua yang menggulingkan presiden Saddam Hussein di Irak, Charles de Gaulle tidak ambil bagian karena waktu itu pemerintah Perancis tidak mau ambil bagian di dalam pasukan koalisi yang dipimpin AS juga.
Berikut ini adalah sedikit data teknis Charles de Gaulle:
Tipe : Kapal Induk khusus kelas menengah
Bobot : 40 600 ton Inggris (41 250 ton metrik)
Dimensi : Panjang (261.5 m) Beam*) (64 m) Draft (9.5 m)
Tenaga : 2 reaktor nuklir ditambah cadangan 4 mesin diesel listrik
Awak : 1600
Bobot : 40 600 ton Inggris (41 250 ton metrik)
Dimensi : Panjang (261.5 m) Beam*) (64 m) Draft (9.5 m)
Tenaga : 2 reaktor nuklir ditambah cadangan 4 mesin diesel listrik
Awak : 1600
Admiral Kuznetsov (Rusia)
Sungguh ironis, Uni Soviet yang dulu negara adidaya, kini setelah terpecah, dan pecahannya yang paling besar dan kuat yaitu Rusia, kini angkatan lautnya hanya mempunyai satu kapal induk saja yaitu Admiral Kuznetsov atau lengkapnya adalah Admiral Sovetskogo Soyuza Kuznetsov/Адмирал флота Советского Союза Кузнецов. Dahulu Uni Soviet sempat mempunyai kapal2 induk yang ‘ditakuti’ oleh negara2 barat seperti: Minsk dan Kiev. Namun sayang kapal-kapal induk Uni Soviet itu tidak ada yang bertenaga nuklir. Kini, kapal-kapal induk tersebut telah pensiun dari angkatan laut Rusia. Minsk sendiri akhirnya dibeli oleh China namun bukan digunakan sebagai kapal induk aktif tapi lebih dijadikan sebagai monumen angkatan laut saja.
Kapal induk satu-satunya milik Rusia kini, Admiral Kuznetsov, mulai aktif penuh tahun 1995 dan terhitung baru namun tenaga yang dipakai adalah konvensional atau non-nuklir. Kapal induk ini memang masih miskin pengalaman perang karena Rusia sejak pecah tidak pernah terlibat peperangan. Kegiatan kapal perang ini kebanyakan selama ini adalah tur ke berbagai lautan dan juga terlibat dalam latihan pernag hanya itu, apalagi Rusia yang kini juga tengah masih terlibat kesulitan keuangan membuat pengoperasian kapal induk ini juga menjadi terbatas. Admiral Kuznetsov diperkirakan akan tetap mengabdi kepada angkatan laut Rusia minimal hingga tahun 2030.
Berikut ini adalah data teknis sekilas Admiral Kuznetsov:
Tipe : Kapal induk kelas menengah
Bobot : 67 000 ton Inggris (68 100 ton metrik)
Dimensi : Panjang (300 m) Beam*) (73 m) Draft*) (38 m)
Tenaga : Turbin uap, 9 turbogenerator, 6 diesel generator
Awak : 1960
Bobot : 67 000 ton Inggris (68 100 ton metrik)
Dimensi : Panjang (300 m) Beam*) (73 m) Draft*) (38 m)
Tenaga : Turbin uap, 9 turbogenerator, 6 diesel generator
Awak : 1960
_________________________________
Keterangan:
*) Beam = Lebar kapal yang terpanjang. Draft = Kedalaman air (minimun) yang diperlukan agar kapal dapat mengapung (tidak menyentuh dasar).
Obama dan Pemimpin yang Tertipu!0 comments
By admin
Dipublikasikan pada Kamis, 10 November 2011 | 13:20
MediaIslamNet.Com–Banyak pertanyaan dalam benak rakyat Indonesia menjelang kedatangan Obama. Untuk apa datang ke Bali? Mengapa hanya singgah beberapa jam saja sudah membuat repot seluruh personel aparat dan TNI? Standar pengamanan Super VVIP (Very Very Important Person) yang disiapkan jauh-jauh hari ini tentu memerlukan biaya yang juga Super Besar.
Bagi yang terbiasa mengikuti berita di TV, akan bertanya. Mengapa KTT Pemimpin Asean perlu dihadiri oleh Kepala Negara AS? Apa saja agenda Obama di sini? Benarkah hanya sekedar menghadiri East Asia Summit 2011? Itupun tidak seluruh Kepala Negara ASEAN datang. Mungkinkah pertemuan dengan SBY sebagai kepala negara Indonesia menjadi jadwal terpenting kehadirannya di Bali?
Apakah karena Asia menjadi pasar yang stabil dan bahkan tumbuh, sementara AS sedang didera krisis besar-besarkan dan Eropa dalam kondisi yang mengenaskan? Apakah ada hubungannya dengan lumpuhnya eksplorasi emas PT Freeport di Papua? Apakah ada hubungannya dengan protes besar-besaran karyawan Freeport dan masyarakat Papua yang telah mencium ketidakadilan yang sangat besar dalam proyek pertambangan emas ini?
Apakah ada hubungannya dengan pertemuan G20 yang berlangsung dalam waktu dekat dan AS menginginkan Indonesia sebagai Ketua ASEAN turut menyuarakan kepentingannya? Apakah AS sedang membidik sumber energi sangat besar (minyak bumi dan gas alam) yang sedang diperebutkan oleh negara-negara di sekitar Laut Cina Selatan?
Apakah juga terkait dengan isu pendirian Pangkalan Militer di wilayah Indonesia untuk menghadapi kekuatan Cina dan menghadang bangkitnya negeri muslim berpotensi besar seperti Indonesia?
Banyak kemungkinan yang bisa dilakukan AS di Indonesia. Tapi yang pasti, AS akan memilih cara yang paling tidak menguras anggaran. Bahkan kalau perlu tanpa anggaran sama sekali dan justru menguras kekayaan negara lain.
Obama dituntut untuk berbasa basi dengan manis, agar tak dilempar “sesuatu” semacam sepatu seperti Bush. AS harus memelihara hubungan baik dengan negara-negara ASEAN.
Saat ini negara-negara ASEAN menjadi mitra “terbaik” yang didambakan AS. Pasalnya, pada pertemuan AS dengan Uni Eropa yang baru lalu, Menkeu AS sempat disemprot oleh Angela Merkel, Kanselir Jerman. Ini gara-gara AS dianggap sok tahu karena menasehati Uni Eropa agar segera mengatasi krisis di Yunani. Menurut Merkel, AS lebih baik konsentrasi mengurusi negaranya yang sedang dilanda krisis karena utang yang membengkak, daripada mengomentari negara lain. Walhasil, AS merasa perlu teman dalam pertemuan G20 nanti. Konon Indonesia adalah negara besar yang selalu berhasil dipecundangi oleh AS.
Entah apa yang disepakati di balik basa-basi ini. Yang jelas pemerintah mengekspose besar-besaran kemuliaan AS yang sebenarnya palsu saja. Yang dibesar-besarkan dalam kunjungan Obama kali ini adalah upaya untuk semakin mempererat hubungan kedua negara.
Belum lama ini hubungan baik ini ditandai dengan penandatanganan nota kesepahaman tentang pengalihan pembayaran utang pemerintah Indonesia kepada pemerintah Amerika Serikat di Jakarta. Pemerintah Indonesia dan Amerika Serikat menandatangani kesepakatan pengalihan utang luar negeri senilai 28, 5 juta dolar AS untuk mendukung konservasi hutan dan usaha mitigasi perubahan iklim di Kalimantan. Implementasi module ini akan melibatkan dua organisasi lingkungan terkemuka, WWF dan The Nature Conservancy (TNC) (Kompas, 9 November 2011).
AS sedang tak punya uang. Di satu sisi, AS punya kewajiban untuk melaksanakan proyek penanggulangan iklim global. Pantas, karena AS adalah penyumbang terbesar emisi gas karbon yang sangat berdampak pada pemanasan global. Negara-negara dunia telah banyak mencaci maki AS atas borosnya pemakaian bahan bakar karbon (migas), belum lagi ulahnya karena tidak menunjukkan keseriusan dalam penanggulangan pemanasan global.
Kebetulan Indonesia memiliki banyak hutan. Kebetulan Indonesia ada sedikit hutang pada AS. Kebetulan pemerintahnya tak banyak cing-cong dan gampang dibodohi. Inilah yang selanjutnya menjadi jualan pamor AS pada pertemuan tingkat tinggi negara-negara ASEAN.
Di balik kerlingan manis AS dengan sumbangannya dalam proyek konservasi hutan, sebenarnya rencana busuknya jauh lebih tertanam. Apakah fakta yang sangat gamblang ini tak disadari oleh Indonesia, khususnya para pemimpin. Jabat tangan bersahabat mereka dengan pemimpin AS telah menorehkan luka pada mayoritas rakyat Indonesia.
Sekiranya rakyat lebih mengerti apa yang terjadi, tentu luka akan semakin terbuka lebar dan menimbulkan rasa perih yang tak kepalang. Sekiranya seluruh rakyat tahu bahwa Freeport telah menggali gunung emas Papua dan meninggalkan lubang raksasa yang menimbulkan kerusakan alam tak terkira. Sekiranya rakyat tahu bahwa Indonesia hanya mendapat satu persen saja dalam kontrak karya Freeport, sementara selebihnya adalah milik perusahaan raksasa AS beserta pemerintahnya yang selalu mengunjungi Indonesia setiap ada gonjang-ganjing mengganggu keamanan perusahaan ini.
Sekiranya rakyat tahu bahwa perusahaan AS hanya menguras kekayaan alam, kemudian mengangkutnya semua tanpa imbalan yang berarti. Bahkan dalam proyek gas alam Natuna, Indonesia hanya mendapat nol persen.
Dalam kehidupan manusia, inilah yang dinamakan perampokan besar-besaran! Bahkan perampokan ini menggunakan tangan-tangan anak-anak negeri sendiri, yang dengan bayaran layaknya buruh kasar mengangkut hasil rampokan untuk dibawa kapal-kapal AS. Bila mereka tak bersedia, maka terjadilah tembak menembak antar anak bangsa.
Pemerintah Indonesia menanam dosa dengan mengeluarkan Surat Keputusan Presiden Nomor 63 tahun 2004 serta Surat Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 1762 K/07/MEM/2007 tentang Pengamanan Obyek Vital Nasional di Sektor Energi dan Sumber Daya Mineral. Atas dasar itu Polda Papua membuat Nota Kesepahaman dengan PT Freeport. PT Freeport dianggap obyek vital nasional yang harus dijamin keamanannya. Argumentasi terbalik yang menyesatkan. Seharusnya militer justru mengamankan Papua dari penjarahan PT Freeport terhadap aset penting nasional!
Dalam konflik di Timika Papua, korban tewas berjatuhan. Semuanya adalah putra-putra Indonesia. Mengenaskan, menyakitkan, dan memilukan! Perampokan mengatasnamakan investasi asing. Penembakan rakyat mengatasnamakan kebijakan pemerintah. Pengamanan mahal dikerahkan untuk melindungi pemimpin kaum imperialis. Hukum Islam menyatakan haram menerima dan menyambut mereka!
Maka rakyat negeri ini akan disuguhi tayangan TV yang sangat menyakitkan. Yaitu ketika pemimpin negeri ini menyambut pemimpin bangsa penjajah dengan senyuman dan sapaan hangat. Menyedihkan! Untuk itu selayaknya kebodohan janganlah dipertontonkan! Karena ini akan menjadi berita memalukan yang bertajuk Obama dan Pemimpin Negara yang Tertipu. [Lathifah Musa, 10 November 2011]
Sabtu, 19 November 2011 00:21:09 WIB
CANBERRA - Presiden Amerika Serikat (AS) Barack Obama melakukan lawatan resmi ke Australia Rabu (16/11) lalu. Dalam kunjungan tersebut, presiden ke-44 Negeri Paman Sam itu menegaskan bahwa hubungan dua negara tengah berada pada titik terbaik. Dalam kesempatan itu, dia juga menegaskan bahwa AS tak takut terhadap Tiongkok. "Saya ingin mengucapkan terima kasih kepada perdana menteri (PM Julia Gillard) atas pertemuan yang sangat produktif hari ini. Saya rasa, dia pun setuju bahwa perbincangan kami hari ini cukup mengesankan," ungkap pemimpin 50 tahun tersebut dalam jumpa pers, usai pertemuan dengan Gillard.
Selain berbincang, dua pemimpin itu juga mengaku saling bertukar pengalaman. Dalam kesempatan itu, Obama mengatakan bahwa hubungan militer AS dan Australia akan semakin meningkat.
Sebab, kedua negara sepakat untuk mempertegas posisi AS di Australia. Dalam waktu dekat, AS akan menempatkan personel militer di Negeri Kanguru tersebut. Selain personel, AS juga akan menempatkan sejumlah perlengkapan militer di kawasan utara Australia. Menurut rencana, pangkalan militer tersebut mulai beroperasi tahun depan.
Sekitar 250 anggota Korps Marinir AS akan mulai bertugas di pangkalan tersebut. Total, bakal ada sekitar 2.500 personel militer di pangkalan tersebut. "Penempatan pasukan di Australia sangat signifikan untuk mendukung kekuatan militer AS," kata Obama.
Kemarin, suami Michelle itu terkesan sangat berhati-hati dalam menyampaikan kerja sama militer dengan Australia. Dia menegaskan bahwa penempatan personel militer itu bukanlah langkah awal untuk mendirikan pangkalan militer permanen di Australia. "Penempatan pasukan ini merupakan upaya kami memenuhi permintaan mitra AS di kawasan Asia Pasifik terkait pelatihan dan strategi militer," paparnya.
Dia juga membantah rumor yang mengatakan bahwa penempatan pasukan AS di Australia merupakan upaya Washington untuk menangkal kekuatan militer Tiongkok. Belakangan, Negeri Panda itu memang cukup agresif mengembangkan kekuatan militernya. Bukan hanya melakukan rekrutmen besar-besaran, tapi juga meningkatkan anggaran militer. "Sebagai salah satu negara terkuat di dunia, sebaiknya Tiongkok bisa mempertanggungjawabkan segala langkah yang diambil dengan baik.
Yang paling penting, mereka harus bisa bertindak sesuai aturan yang berlaku," kata Obama. Dia juga menegaskan bahwa AS sama sekali tak takut pada perkembangan signifikan militer Tiongkok. Sementara itu, Kementerian Luar Negeri Tiongkok merespons rencana militer AS di Australia tersebut dengan serius. "Jika rencana itu berkaitan dengan kepentingan masyarakat internasional, sebaiknya AS mendiskusikannya lebih dulu dengan negara-negara di kawasan tersebut," ungkap Jubir Liu Weimin. (AP/AFP/BBC/hep/ami/jpnn/ens)
Kerja Sama Pertahanan
AS Tempatkan 2.500 Tentara di Australia
Dok/Koran-Jakarta
CANBERRA - Amerika Serikat (AS) akan menempatkan 2.500 tentaranya di Australia utara sebagai bentuk penguatan kerja sama pertahanan kedua negara. Langkah ini langsung membuat resah China, negara seteru AS dalam politik, moral, militer, dan ekonomi.
Rencana penempatan 2.500 tentara itu diungkapkan Presiden AS, Barack Obama, usai bertemu Perdana Menteri Australia, Julia Gillard, Rabu (16/11), di Canberra. Pertemuan diadakan sebagai bagian dari 60 tahun kerja sama pertahanan kedua negara.
Obama mengatakan, rencana ini dilakukan sebagai wujud komitmen AS pada keamanan di kawasan Asia Pasifik. "Dengan kunjungan saya ke kawasan ini, saya menegaskan bahwa Amerika Serikat tengah memperkuat komitmennya pada seluruh kawasan Asia Pasifik," kata Obama, dalam konferensi pers bersama Gillard.
"Adalah tepat bagi kami untuk memastikan bahwa bangunan keamanan di kawasan ini tetap sesuai dengan perkembangan di abad 21, dan inisiatif ini (penempatan 2.500 tentara ini) akan memungkinkan kami mewujudkannya," terang Obama.
Rencananya, 2.500 tentara AS ini akan ditempatkan di Kota Darwin, Australia bagian utara, yang hanya berjarak 850 kilometer dari Indonesia. Ini akan menjadi pengerahan tentara AS terbesar ke Australia, sejak masa Perang Dunia II.
Dengan menempatkannya di Darwin, AS akan bisa langsung merespons secara cepat berbagai masalah keamanan dan kemanusiaan di kawasan Asia Tenggara, termasuk masalah sengketa wilayah di Laut China Selatan.
Gillard mengatakan 2.500 tentara AS itu akan mulai ditempatkan pada pertengahan tahun depan. AS juga akan membawa kapal-kapal perangnya, jet-jet tempur, dan berbagai kendaraan militer.
Untuk pengiriman tahap pertama, akan ditempatkan sekitar 200 hingga 250 tentara AS. Sebanyak 2.500 tentara ini kemudian akan bertugas selama enam bulan, sebelum kemudian dirotasi ke wilayah tugas lain, untuk diganti dengan tentara baru.
"Ini perjanjian baru untuk memperluas kerja sama pertahanan yang telah ada antara Angkatan Bersenjata Australia dan Angkatan Laut AS serta Angkatan Udara AS," kata Gillard. "Selama tahun-tahun selanjutnya, kami akan mengintensifkan kerja sama ini secara bertahap."
China Resah
Rencana tersebut langsung membuat resah China, yang sejak sebelumnya sudah khawatir AS telah mengepungnya melalui pangkalan militer di Jepang dan Korea Selatan. Juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Liu Weimin, mempertanyakan maksud AS menempatkan tentaranya di Australia.
Liu mengatakan China akan tetap berpegang teguh pada prinsip perkembangan dan kerja sama damai. "Kami juga percaya kebijakan luar negeri negara-negara yang berada di kawasan ini juga harus sejalan dengan prinsip tersebut," kata Liu, di Beijing.
Namun, Obama menegaskan bahwa pendirian pangkalan militer baru yang kini berada di Australia ini bukan bertujuan mengisolasi China. "Anggapan bahwa kami takut pada China salah. Anggapan bahwa kami mencoba mengisolasi China juga salah," terang Obama, merujuk pada keberhasilan China menjadi ekonomi terbesar kedua di dunia, sekaligus kekuatan militer baru di kawasan Asia.
"Kami menyambut baik kebangkitan China. China yang damai. Namun dengan bertambahnya kekuatannya, China harus memikul tanggung jawab lebih besar untuk memastikan perdagangan bebas dan keamanan tetap terlaksana di Asia Pasifik," terangnya.
China merupakan negara yang hingga kini mengalami sengketa wilayah di Laut China Selatan dengan sejumlah negara Asia Tenggara (Malaysia, Brunei Darussalam, Filipina, dan Vietnam). Dalam konflik ini, AS tampak berpihak pada negara-negara tersebut. "Kawasan Asia Pasifik sangat bernilai bagi kami," kata Obama. "Dan kami akan memastikan bahwa kami bisa menjadi pemimpin di kawasan ini." dng-Rtr-AFP/G-1
Ada 0 Komentar untuk berita ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar