Muhaimin Iskandar: Resolusi Jihad dan Hari Pahlawan (?)
Althaf
Kamis, 10 November 2011 21:14:39
JAKARTA (Arrahmah.com) –
Ada cerita di balik sebuah peristiwa. Seperti Hari pahlawan yang jatuh pada tanggal 10 November, saat pahlawan banyak yang gugur dalam mempertahankan Kota Surabaya dari Belanda. Juga ada kisah tentang resolusi jihad yang dilahirkan oleh para pemuka Nadhlatul Ulama (NU) di Jawa Timur.
Indonesia yang masih seumur Jagung, dihadapkan dengan agresi militer Belanda yang pada tahun 1945 akan menyerang Kota Surabaya, Jawa Timur. Sejumlah ulama, termasuk KH Hasyim Asy’ari bersama para kiai-kiai besar NU menyerukan ‘resolusi jihad’ kepada setiap masyarakat.
“Tanpa resolusi jihad, maka tidak akan ada perlawanan rakyat terhadap tentara sekutu. Bahkan tanpa resolusi jihad, eksistensi NKRI yang baru seusia jagung terancam goyah,” kata Ketua Pelaksana Acara Resolusi Jihad, Muhaimin Iskandar, di kantor PBNU, Jl Kramat Raya, Jakarta Pusat, Kamis (10/11/2011).
Apa sebenarnya resolusi jihad tersebut? Pada Rapat Besar Nahdlatul Ulama di Kantor NU, Bubutan, Surabaya pada tanggal 22 Oktober 1945, dicetuskan Resolusi Jihad yang berisi agar seluruh umat Islam wajib hukumnya untuk mempertahankan dan menegakkan kemerdekaan Negara Republik Indonesia dari tangan penjajah Belanda dan Sekutu.
“Memerintahkan melanjutkan perjuangan untuk tegaknya Negara Republik Indonesia merdeka dan agama Islam.” terangnya.
Resolusi ini yang kemudian mampu menggerakkan semangat rakyat untuk mengangkat senjata bertempur sampai titik darah penghabisan mengusir penjajah dari bumi nusantara. Menurut Muhaimin, ironisnya, sampai kini resolusi jihad yang dicetuskan pada 22 Oktober 1945 belum diakui keberadaannya dalam sejarah resmi negara Indonesia.
“Padahal, jelas sekali bukti otentik adanya Resolusi Jihad tersebut hingga kini tersimpan di Museum Leiden, Belanda. Namun anehnya di arsip nasional sendiri, tidak ditemukan naskah atau catatan tentang resolusi jihad,” jelasnya.
Muhaimin menjelaskan, resolusi jihad inilah yang juga mendorong semangat arek-arek Surabaya untuk memenangkan Pertempuran 10 November 1945.
“Resolusi Jihad itu pula yang mendorong para santri dari Cirebon, Magelang, Malang, Mojokerto, Madura, Jombang dan sebagainya untuk datang ke Surabaya guna membantu arek-arek Surabaya dalam pertempuran melawan pasukan sekutu,” ujarnya.
Meski terkesan dilupakan, Muhaimin berniat meneruskan semangat resolusi jihad dengan melakukan napak tilas sambil membawa bendera merah putih yang akan dilakukan tanggal 20 hingga 25 November 2011.
“Kita sebutnya Kirab Resolusi Jihad. Ini juga merupakan ikhtiar dan sekaligus seruan agar resolusi jihad harus diperingati setiap tahun untuk mengenang sejarah dan meneladani perjuangan ulama dan kiai NU dalam mempertahankan bangsa, negara, dan agama dari ancaman musuh,” kata pria yang akrab disapa Cak Imin ini. (dtk/arrahmah.com)
MASSA NU AKAN ARAK MERAH PUTIH DARI SURABAYA KE JAKARTA
JAKARTA - Ratusan massa dari kalangan Nahdlatul Ulama sedianya akan melakukan kirab, bertajuk Kirab Resolusi Jihad menyambut Hari Pahlawan 10 November. Kirab ini akan mengarak sang saka Merah Putih dan Bendera Nahdlatul Ulama oleh pasukan jalan kaki, ratusan sepeda motor dan puluhan mobil yang mengibarkan panji-panji Merah Putih dan NU disepanjang jalan mulai dari Surabaya hingga Jakarta selama enam hari perjalanan. Hal ini dikatakan oleh Ketua Panitia Nasional Kirab, Imam Nahrawi yang juga Sekjen DPP PKB, Kamis (11/10/2011).
“Kegiatan ini akan melibatkan ribuan massa NU di setiap kabupaten/kota yang akan dilalui oleh Kirab Resolusi Jihad. Mereka akan menyambut konvoi kirab dengan menggelar upacara serah terima bendera Merah Putih dan Nahdlatul Ulama dan berbagai kegiatan sosial,” kata Imam Nahrawi.
Agenda yang akan dilakukan dalam pelaksanaan ini, antara lain memberikan santunan kepada keluarga pahlawan, anak yatim, pemberian bea siswa bagi anak berprestasi serta apel pasukan, gelar seni dan budaya lokal, maupun pengajian akbar di daerah yang dilalui kirab Resolusi Jihad.
“Kirab Resolusi Jihad tersebut, tentunya kami harapkan akan mampu menumbuhkan kembali semangat perjuangan, nasionalisme, patriotisme dan spirit rela berkorban demi tegaknya NKRI. Termasuk, mengambil keteladanan dari para kiai dan pahlawan yang dahulu mencetuskan Resolusi Jihad,” ungkapnya.
Kirab Resolusi Jihad ini akan dimulai dari monumen Resolusi Jihad di Kantor PCNU Kota Surabaya menuju Gresik, Lamongan, Tuban, Rembang, Pati, Kudus, Demak, Semarang, Kendal, Batang, Pekalongan, Pemalang, Tegal, Brebes, Cirebon, Indramayu, Subang, Karawang, Bekasi, dan berakhir di Tugu Proklamasi Jakarta Pusat. Dimulai pada tanggal 20 hingga 25 Nopember 2011.
“Kirab ini akan mengarak Sang Saka Merah Putih dan Bendera Nahdlatul Ulama oleh pasukan jalan kaki, ratusan sepeda motor dan puluhan mobil yang mengibarkan panji-panji Merah Putih dan NU disepanjang jalan mulai dari Surabaya hingga Jakarta selama 6 hari perjalanan,” sergahnya.
KIRAB RESOLUSI JIHAD UNTUK HIDUPKAN RUH
KEPAHLAWANAN
Jakarta, NU Online
Resolusi Jihad merupakan peristiwa penting yang mendorong arak-arek Surabaya memenangkan pertempuran 10 November yang saat ini diakui sebagai hari Pahlawan. Ironisnya, sampai kini Resolusi Jihad belum dikaui keberadaannya dalam sejarah resmi Negara Indonesia, padahal jelas sekali bukti otentik adanya Resolusi Jihad yang kini tersimpah di museum Leiden Belanda.
Sangat disayangkan jika Resolusi Jihad yang dicetuskan oleh NU termarginalkan, bahkan terhapus dalam memori sejarah bangsa Indonesia akibat pergulatan dan maneuver politik dari kelompok tertentu yang ingin menggusur kehadiran dan peranan NU dari dinamika percaturan politik kebangsaan.
Resolusi Jihad yang dicetuskan pada 22 Oktober 1945 dalam rapat akbar NU di kantor PBNU jl Bubutan Surabaya ini berisi seruan:
1. Seluruh umat Islam wajib hukumnya untuk mempertahankan dan menegakkan kemerdekaan Negara
Republik Indonesia dari tangan penjajah Belanda dan Sekutu.
2. Memohon dengan sangat kepada Pemerintah Republik Indonesia supaya menentukan suatu sikap dan
tindakan yang nyata serta sepadan terhadap usaha-usaha yang akan membahayakan kemerdekaan agama
dan Negara Indonesia terutama terhadap pihak Belanda dan kaki tangannya.
3. Supaya memerintahkan melanjutkan perjuangan bersifat “sabilillah” untuk tegaknya Negara Republik
Indonesia Merdeka dan agama Islam.
Keberadaan resolusi ini yang mendorong para santri dari Cirebon, Magelang, Malang, Mojokerto, Madura, Jombang dan sebagainya untuk datang ke Surabaya guna membantu arek Suraboyo dalam pertempuran melawan sekutu sehingga mereka akhirnya menyingkir dari Surabaya.
Untuk menghidupkan kembali ruh kepahlawanan ini, Keluarga Besar Nahdlatul Ulama, yang terdiri dari beberapa banom NU dan sejumlah kalangan cultural menggelar Kirab Resolusi Jihad. Kirab ini akan dilaksanakan pada 20-25 November, dimulai dari Monumen Resolusi Jihad di kantor PCNU Kota Surabaya menuju Gresik, Lamongan, Tuban, Rembang, Pati, Kudus, Demak, Semarang, Kendal, Batang, Pekalongan, Pemalang, Tegal, Brebes, Cirebon, Indramayu, Subang, Kerawang, Bekasi dan berakhir di Tugu Proklamasi Jakarta Pusat.
Soft launching kirab ini diselenggarakan di gedung PBNU, Kamis (10/11) dengan prosesi penyerahan bendera merah putih dari KH Said Aqil Siroj kepada HA Muhaimin Iskandar, sebagai ketua panitia pengarah.
H Imam Nahrawi, ketua pelaksana nasional menjelaskan kirab ini akan mengarak Sang Saka Merah Putih dan bendera NU oleh pasukan jalan kaki, ratusan sepeda motor dan puluhan mobil yang mengibarkan panji-panji Merah Putih dan NU di sepanjang jalan, mulai Surabaya hingga Jakarta dengan melibatkan ribuan massa NU di setiap kabupaten/kota yang akan dilalu kirab. Mereka akan menyambut konvoi kirab dengan menggelar upacara serah terima bencera dan berbagai kegiatan social seperti santunan kepada keluarga pahlawan, anak yatim, pemberian beasiswa bagi anak beprestasi serta apel pasukan, gelar seni dan budaya lokal, maupun pengajian akbar di daeah yang dilakui kirab.
“Besar harapan kami seluruh rangkaian kegiatan Kirab Resolusi Jihad tersebut akan mampu menumbuhkan kembali semangat perjuangan, nasionalisme, patriotisme dan spirit rela berkorban demi tegaknya NKRI dari generasi sekarang dengan mengambil keteladanan dari para kiai dan pahlawan yang dulu mencetuskan resolusi jihad,” katanya.
Beberapa lembaga yang terlibat dalam acara ini diantaranya adalah Jamiyyah Ahlut Thariqah Al Mu’tabarah an Nahdliyyah, Fatayat NU, Serikat Buruh Muslimin Indonesia (Sarbumusi) IPNU, IPPNU, dan Ikatan Pencak Silat Pagar Nusa.
MASSA NU AKAN ARAK MERAH PUTIH DARI SURABAYA KE JAKARTA
JAKARTA - Ratusan massa dari kalangan Nahdlatul Ulama sedianya akan melakukan kirab, bertajuk Kirab Resolusi Jihad menyambut Hari Pahlawan 10 November. Kirab ini akan mengarak sang saka Merah Putih dan Bendera Nahdlatul Ulama oleh pasukan jalan kaki, ratusan sepeda motor dan puluhan mobil yang mengibarkan panji-panji Merah Putih dan NU disepanjang jalan mulai dari Surabaya hingga Jakarta selama enam hari perjalanan. Hal ini dikatakan oleh Ketua Panitia Nasional Kirab, Imam Nahrawi yang juga Sekjen DPP PKB, Kamis (11/10/2011).
“Kegiatan ini akan melibatkan ribuan massa NU di setiap kabupaten/kota yang akan dilalui oleh Kirab Resolusi Jihad. Mereka akan menyambut konvoi kirab dengan menggelar upacara serah terima bendera Merah Putih dan Nahdlatul Ulama dan berbagai kegiatan sosial,” kata Imam Nahrawi.
Agenda yang akan dilakukan dalam pelaksanaan ini, antara lain memberikan santunan kepada keluarga pahlawan, anak yatim, pemberian bea siswa bagi anak berprestasi serta apel pasukan, gelar seni dan budaya lokal, maupun pengajian akbar di daerah yang dilalui kirab Resolusi Jihad.
“Kirab Resolusi Jihad tersebut, tentunya kami harapkan akan mampu menumbuhkan kembali semangat perjuangan, nasionalisme, patriotisme dan spirit rela berkorban demi tegaknya NKRI. Termasuk, mengambil keteladanan dari para kiai dan pahlawan yang dahulu mencetuskan Resolusi Jihad,” ungkapnya.
Kirab Resolusi Jihad ini akan dimulai dari monumen Resolusi Jihad di Kantor PCNU Kota Surabaya menuju Gresik, Lamongan, Tuban, Rembang, Pati, Kudus, Demak, Semarang, Kendal, Batang, Pekalongan, Pemalang, Tegal, Brebes, Cirebon, Indramayu, Subang, Karawang, Bekasi, dan berakhir di Tugu Proklamasi Jakarta Pusat. Dimulai pada tanggal 20 hingga 25 Nopember 2011.
“Kirab ini akan mengarak Sang Saka Merah Putih dan Bendera Nahdlatul Ulama oleh pasukan jalan kaki, ratusan sepeda motor dan puluhan mobil yang mengibarkan panji-panji Merah Putih dan NU disepanjang jalan mulai dari Surabaya hingga Jakarta selama 6 hari perjalanan,” sergahnya.
KANG SAID: TIDAK BENAR RAKYAT PAPUA INGIN
MERDEKA
Jakarta, NU Online
Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), Kamis, 10 Nopember 2011, menerima kedatangan tujuh orang tokoh adat dari Timika, Papua. Dari hasil pembicaraan didapati fakta, konflik yang selama ini terjadi sama sekali tidak memiliki ketersangkutan dengan masalah politik.
Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), Kamis, 10 Nopember 2011, menerima kedatangan tujuh orang tokoh adat dari Timika, Papua. Dari hasil pembicaraan didapati fakta, konflik yang selama ini terjadi sama sekali tidak memiliki ketersangkutan dengan masalah politik.
“Konflik di Papua sama sekali tidak ada sangkut pautnya dengan politik. Tidak benar kalau mereka ingin merdeka. Ini masalah kesejahteraan, dimana pemerintah harusnya malu mengapa masyarakat Papua tidak sekolah dan terpinggirkan,” ungkap Ketua Umum PBNU KH. Said Aqil Siroj, seusai pertemuan. Bantahan atas kabar masyarakat Papua ingin merdeka juga disampaikan Kiai Said dari kesediaan PBNU menerima kedatangan mereka. NU diakuinya akan menjembatani masalah Papua, tanpa disertai adanya keinginan melepaskan diri dari NKRI.
“Begitu mereka datang saya sudah tegaskan, kalau datang untuk minta dukungan mereka merdeka, silahkan kembali pulang. Tapi kalau minta didukung terkait kesenjangan sosial, NU akan membantu,” ujarnya.
Untuk mengatasi permasalahan di Papua, Kang Said, demikian Kiai Said masyhur disapa, dengan tegas meminta agar Pemerintah tak segan turun dan langsung melihat kondisi yang sebenarnya. Langkah tersebut, dianggap akan sangat membantu dalam upaya penyelesaian terbaik.
“Bukannya dulu Presiden banyak berjanji untuk konflik di Papua. Sekarang saatnya membuktikan, selesaikan dengan cara terbaik,” pungkas Kang Said.
TUJUH TOKOH ADAT PAPUA SOWAN PBNU
Jakarta, NU Online
Tujuh orang tokoh adat dari Timika, Papua, Kamis, 10 Nopember 2011, berkunjung ke kantor Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU). Mereka datang untuk berbagi cerita atas kondisi sebenarnya yang tengah dialami. Mereka minta NU agar bisa menjembatani dalam pencarian penyelesaian terbaik.
Tujuh orang tokoh adat dari Timika, Papua, Kamis, 10 Nopember 2011, berkunjung ke kantor Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU). Mereka datang untuk berbagi cerita atas kondisi sebenarnya yang tengah dialami. Mereka minta NU agar bisa menjembatani dalam pencarian penyelesaian terbaik.
Tujuh orang tokoh adat yang datang berasal dari dua suku besar asli Timika, yaitu Amungme dan Kamoro. Dua suku tersebut adalah kelompok masyarakat yang tinggal paling dekat dengan lokasi pertambangan emas PT. Freeport, namun sejauh ini tak menikmati kesejahteraan yang semestinya didapatkan.
“Mereka cerita di sana masih ada penembakan, masih ada potret kemiskinan yang sangat memprihatinkan. Mereka hidup miskin di daerah yang kaya raya,” tegas Ketua Umum PBNU KH. Said Aqil Siroj seusai pertemuan.
Dari pertemuan tersebut Kiai Said menambahkan, NU akan berusaha menyampaikan keluahan masyarakat Papua ke Pemerintah. Wewenang penyelesaian konflik di Papua diakuinya berada di tangan Pemerintah.
“Kepada siapa saja di pemerintahan yang saya kenal, masalah mereka akan saya sampaikan. NU itu untuk semuanya, semua rakyat Indonesia, termasuk mereka yang di Papua,” sambung Kiai Said.
Sementara untuk penyelesaian konflik di Papua, Kiai Said meminta agar Pemerintah bersedia turun langsung melihat kondisi yang sebenarnya. Upaya-upaya diplomasi dianggapnya tidak akan banyak berhasil, apabila antara masyarakat Papua dan Pemerintah tidak bertemu dan duduk bersama.
“Presiden dulu banyak berjanji untuk menyelesaiakan permasalahan di Papua. Buktikan itu,” tuntasnya tegas.
LTN PBNU DAN FISIP UI GELAR KULIAH UMUM
INTERNASIONAL
Jakarta, NU Online
Lajnah Ta’lif wan Nasyr Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (LTN PBNU) kembali menjalin kerjasama dengan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia (FISIP UI). Setelah sebelumnya sukses melakukan penelitian dan penerbitan buku, dalam waktu dekat kuliah umum internasional akan diselenggarakan bersama.
Lajnah Ta’lif wan Nasyr Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (LTN PBNU) kembali menjalin kerjasama dengan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia (FISIP UI). Setelah sebelumnya sukses melakukan penelitian dan penerbitan buku, dalam waktu dekat kuliah umum internasional akan diselenggarakan bersama.
Ketua LTN PBNU Sulthan Fatoni mengatakan, kuliah umum internasional tersebut diagendakan digelar 14 Nopember mendatang, bertempat di Gedung FISIP UI. Kuliah umum digelar dengan tema The New Islamis Populism in Indonesia, Turkey, and Egypt: Political Economy Perspective. Dipilih sebagai narasumber utama adalah Prof. Dr. Vedi Hadiz dari Murdoch University Australia, dengan moderator Andi Rahman Alamsyah, Direktur Riset dan Studi Sosial Agama LTN PBNU.
“Vedi Hadiz penting didengar untuk mengetahui muslim Indonesia kontemporer, di tengah kehidupan ekonomi masyarakat dunia,” Kata Sulthan di Jakarta, Senin, 7 Nopember 2011.
Vedi Hadiz adalah sosok yang sudah cukup lama melakukan penelitian di Indonesia. Beberapa kantong Islam radikal bahkan sudah dia datangi, termasuk melakukan pertemuan dengan tokoh-tokohnya di Solo dan daerah sekitarnya.
“Saya sendiri pernah mempertemukan Verdi Hadiz dengan Pak Asad (Said Ali) pada tahun 2010 kemarin. Itu saya lakukan untuk memperkaya pengetahuannya tentang anatomi gerakan Islam radikal,” sambung Sulthan.
Sulthan juga mengatakan, kuliah umum tersebut akan memberi masukan pada NU tentang kondisi sosial ekonomi muslim Indonesia. Ini diharapkan bisa semakin meningkatkan gerakan ekonomi NU, yang dalam dua tahun terakhir sudah bisa dilihat potretnya, dengan perbandingan muslim Turki dan Mesir.
“NU yang dua tahun terakhir rajin memfasilitasi gerakan ekonomi warganya, perlu mengkomparasikan kondisinya dengan muslim dunia agar mendapatkan perspektif global,” tandas Sulthan.
Kuliah umum internasional tersebut aan digelar dengan peserta terbatas. Informasi lengkap dan undangannya bisa diperoleh dengan menghubungi Sdr. Nurdin (085281099164), dan Thobaq Muria (081919851113).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar