Mengenang Bung
Karno
Bung Karno
Selundupkan Senjata dari
Soviet
https://jalimerah.files.wordpress.com/2013/06/mengenang-bung-karno-dirilis-oleh-detik.pdf
Banyak
cerita mengenai Bung Karno (6 Juni 1901-21 Juni 1970) di luar yang tertulis
di sejarah.
Harian detik menurunkannya secara
berseri untuk Anda:
Saat Konferensi Tingkat Tinggi Asia-Afrika akan digelar di Bandung pada
1955, Presiden Sukarno sengaja mengundang delegasi Aljazair, yang masih
berperang melawan kolonial Prancis. Berkat forum internasional
yang digagas Sukarno itulah nama Aljazair pertama kalidikenal dunia internasional. Hingga
akhirnya pada 5 November 1962 para pejuang memproklama-sikan kemerdekaan
Aljazair.
Tapi peran Sukarno bagi Aljazair tak
berhenti di situ. Pada 1957, ia menyelundupkan senapan mesin bagi Front Nasional Pembebasan
Aljazair untuk melawan Prancis. Misi rahasia ini melibat-kan dua kapal selam
yang dipesan Indonesia dari Uni Soviet. Setelah berlayar dari Moskow menuju
Aljazair, barulah kapal selam itu melanjutkan perjalanan ke Tanah Air.
Pada 1949 hingga 1958, Uni Soviet
memang memproduksi 236 kapal selam kelas Whiskey, yang 12 di antaranya dibuat
untuk Indonesia. Bahkan, menurut Abdelhamid Mehri, pejuang Aljazair yang
meninggal pada 30 Januari 2012, Sukarno tak cuma menyuplai senjata dari Moskow,
tapi juga mengirimkan perwira-perwira TNI dari berbagai angkatan untuk melatih pejuang
Aljazair.
Ketika Guntur bertanya apakah Bung
Karno tidak takutpada sanksi Perserikatan Bangsa-Bangsa karena melanggar hukum
internasional, dia membalas dengan suara kentut yang besar! Ya, dia bilang
kalau PBB berani menghukumnya karena membantu negara lain lepas dari
penjajahan, dia akan mengentuti badan internasional itu.
“Soal kemerdekaan, soal
menghancurkan imperialisme, itu buatku nomor satu,” ujarnya seperti dikutip
Guntur dalam buku Bung Karno, Bapakku Kawanku, Guruku.
Tapi Sukarno tak hanya nekat. “Kita
itu harus pakai otak,” kata Bung Karno menjelaskan alasannya mengirim senjata
ke Aljazair.
Buat Sukarno, membantu Aljazair
merdeka merupakan taktik diplomasi menikung buat merebut Irian Barat. Menyerang
langsung ke Papua hanya akan membuat Belanda diuntungkan dengan bantuan dari
pasukan Sekutu, yang bermarkas di Samudra Pasifik.
Apalagi jalan diplomatik pun mentok
di PBB.
Sukarno mengharapkan efek domino
dari sukses pejuang Aljazair memukul Prancis di negerinya. Merdekanya Aljazair
akan menambah daftar negara yang mendukung perjuangan melawan kolonialisme. “
Di sini beratnya perjuangan melawan colonial-isme,”
kata Sukarno. semuanya,” ujarnya seperti ditulis dalam buku Subversion as
Foreign Policy The Secret Eisenhower and Dulles Debacle in Indonesia.Pemulangan
Pope itu tidaklah gratis. Kennedy mesti membarternya dengan pesawat angkut Hercules
dan dana pembangunan jalan bypass dari Cawang ke Tanjung Priok.
Lain lagi cerita Bambang Avianto, putra
sulung Marsekal Pertama Joko Nurtanio. Anak penggagas industri penerbangan
Indonesia itu menunjuk pada bangkai helikopter Bell-47 J2A Roger, yang 30 tahun
teronggok di ujung landas pacu Husein Sastranegara.
Bambang mengatakan helikopter kepresidenan
era Sukarno itu merupakan hadiah Presiden Kennedy. Helikopter berjulukan si
Walet itu status resminya hadiah, tapi sejatinya bagian dari barter dengan
Pope. “Itulah salah satu kelebihan diplomasi Bung Karno,” ujarnya.
Kennedy memang ingin menjauhkan
Sukarno dari Cina dan Uni Soviet. Taktik yang dipakai adalah memberi bantuan
nonmiliter.
Namun bernarkah Sukarno menukar Pope
dengan pesawat dan sejumlah proyek pembangunan? Ketika Guntur Soekarno mendesak
soal itu, ayahnya cuma tertawa.
Usai urusannya di toilet istana pada
1960-an itu, Sukarno cuma berujar, “Mudah-mudahan Amerika kirim Pope yang lain.
Kalau tertangkap nanti, aku minta tukar dengan Ava Gardner dan Yvonne de
Carlo!”
Inspeksi Tari Perut di Mesir
“
Hei,
Bur, ada apa malam-malam begini!” hardik Bung Karno. “Aku kan sudah bilang aku
mau istirahat!”
Sukarno memang malam itu baru tiba
di Kairo. Karena tak ada acara, ia memilih langsung tidur agar esok tampil segar
saat bertemu dengan Presiden Mesir Gamal Abdul Nasser.
Tergagap, Sabur menyampaikan bahwa
Nasser mengirim utusan. Kemarahan Sukarno
mereda dan dia meminta Marsekal
Abdul Hakim Amir itu masuk ke kamarnya.
Mengenakan kaus oblong dan celanapiyama,
Sukarno menerima Marsekal Amir. “Presiden Nasser mengutus saya menjemput Paduka
Yang Mulia untuk inspeksi,” kata Amir.
Sukarno langsung memotong Amir dan
minta agar disampaikan kepada Nasser bahwa ia terlalu lelah buat inspeksi
pasukan ataupun persenjataan Mesir di larut malam. Tapi Amir terus meminta
Sukarno ikut dengannya.
“Begini, presiden kami mengundang
sahabat beliau, Presiden Indonesia, untuk menginspeksi
penari-penari perut di Kairo
ini." Mendengar itu, Sukarno mendadak sontak bersemangat.
“Kenapa tidak bilang dari tadi!”
kata Sukarno. “Sampaikan kepada saudaraku, Nasser, Sukarno dari Indonesia akan
siap dalam sepuluh menit!”
Inspeksi penari perut yang
diceritakan ulang oleh Guntur Soekarno ini hanya salah satu agenda tak resmi
Bung Karno bersama pemimpin negara sahabat. Dalam buku Bung Karno, Bapakku,
Kawanku, dan Guruku, Guntur bercerita Sukarnodi sela-sela pertemuan Gerakan Nonblok
pernah diajak menonton kabaret oleh Presiden Yugoslavia Josip Broz Tito.
“Wah, Bapak senangnya bukan main
diajak Pak Tito nonton kabaret yang pamer paha,” tulis Guntur. “Waktu Pak Tito ke
Indonesia dibalas dengan mengajak nonton tari Bali yang megal-megol
mengasyikkan.”
Peneliti sejarah Lembaga Ilmu
Pengetahuan Indonesia, Asvi Warman Adam, melihat undangan menonton tari perut
dan kabaret itu menunjukkan Sukarno memang akrab betul denganpemimpin negara
lain. “Sukarno bisa akrab karena dia sendiri memang supel,” kata Asvi.
Namun keakraban itu bukan sekadar
hura-hura karena, Asvi melihat, Sukarno memanfaatkan itu buat mengegolkan
kepentingan Indonesia dan negara dunia ketiga lainnya. Kedekatan itu, kata
Asvi, membantu memuluskan misi diplomatiknya mendirikan Gerakan Nonblok demi menandingi
Blok Amerika Serikat dan Blok Uni Soviet.
Tak cuma dengan kawan, Sukarno juga
bisa berkarib dengan lawan. Asvi mencontohkan Sukarno, yang meski kerap diganjal
Amerika Serikat, bisa melenggang dan berbincang hangat dengan Presiden John F.
Kennedy.
Meski banyak mengkritik Amerika,
kata Asvi, Sukarno datang ke sana karena perlu dukungan Amerika buat menekan
Belanda keluar dari Papua. “Dia berprinsip hubungan antarnegara kan tidak
melulu bertengkar meskipun Indonesia sering mengkritik Amerika,” kata Asvi.
Musuh Amerika Itu Kepincut Sukarno
Hendri
Saragih tak menyangka pembesar yang ditemuinya bakal menyapa hangat. Semua ituterjadi
karena Koordinator Organisasi Petani Sedunia itu mengatakan kepada Presiden Venezuela
Hugo Chavez bahwa ia dari Indonesia.
Chavez meraih bahu Hendri dan
mengguncang-guncangnya.
“Oh, Bandung, Bandung, Bandung,”
katanya seperti ditirukan Hendri.Chavez lantas menjelaskan, ia teringat akan Konferensi
Asia-Afrika di Bandung pada 1955.
Ia juga menyatakan mengagumi
penggagas konferensi itu, Presiden Sukarno.
Kebijakan nasionalisme perusahaan
asing oleh Sukarno, kata Hendri, juga dijadikan contoh oleh Chavez.
Nasionalisme perusahaan itu pula yang membuat Chavez dimusuhi Amerika Serikat,
yang beberapa perusahaannya dicaplok Venezuela.
Pesona Sukarno memang menyihir
Amerika Latin, terutama setelah ia mengunjungi Fidel Castro dan sekondannya,
Ernesto “Che” Guevara, di Havana pada 1960. Kunjungan itu pada 2008 diabadikan
di Kuba dalam prangko, yang menampilkan foto pertemuan tersebut.
Prangko itu hanyalah satu dari
banyak jejak sepak terjang Sukarno di dunia, yang hingga kini masih terserak di
banyak negara. Filipina, misalnya, punya prangko bergambar Sukarno.
Mesir juga menamai satu ruas
jalannya Ahmed Soekarno. Adapun di ibu kota Maroko, Rabat, ada Jalan Rue
Soekarno. Di Arab Saudi, ada pohon mimba, yang di sana dijuluki Syajarah Sukarno
atau Pohon Sukarno.
Sekadar menyebut Indonesia saja,
penduduk di beberapa negara Afrika dan Asia spontan menyahut, “Sukarno.”
Backpacker Agustinus Wibowo mengingat pengalaman itu saat berusaha masuk
Afganistan lewat Pakistan. "Orang-orang di sana, terutama dari generasi
tua,tahu Bung Karno yang pernah pidato di sana,” kata Agustinus. Ia juga
menemukan Soekarno Square di daerah Peshawar dan Soekarno Bazar di Lahore.
Peneliti sejarah dari Lembaga Ilmu
Pengetahuan Indonesia, Asvi Warman Adam, mengatakan Sukarno dikenang banyaknegara
karena piawai membina hubungan baik. “Dia secara konsisten membantu negara-negara
itu memperjuangkan dan mempertahankan kemerdekaan mereka,” ujarnya
Melirik Istri
Raja Kamboja hingga Marilyn
Monroe
Api
cemburu membakar hati Yurike Sanger saat
terbaring di salah satu kamar Rumah
Sakit Jang Seng Le (sekarang Sarihusada) pada suatu hari pada 1965.
Setelah menjalani operasi terkait
dengan kehamilannya yang tak normal, sang suami hanya
membesuknya sekelebat. Dalihnya,
kesibukan tugas negara yang mustahil dikesampingkan.
Sang suami tak lain adalah Bung
Karno. Ia, yang belum genap 20 tahun, menjadi perempuan kedelapan yang dinikahi
si Bung, sekaligus dijanjikan bakal menjadi istrinya yang terakhir.
Sebagai presiden, suaminya memang
baru saja menunaikan tugas kenegaraan ke Eropa. Tapi juga menyalurkan hasrat
kelelakiannya, yang amat mengagumi wanita cantik.atau kegunaan), firmitas
(konstruksi atau kekokohan), dan venustas (estetika atau keindahan) tetap
diperhatikan.
Bagi Bung Karno, sebuah karya
arsitektur bisa dipakai untuk membangun karakter bangsa.
Maka, dalam setiap bangunan, meski
desainnya modern, Sukarno selalu menambahkan ornamen yang merupakan ciri bangsa
Indonesia. Bangunan Hotel Indonesia, misalnya, meski
desainnya modern, di bagian dalamnya
ada ornamen batik tradisional.
“Budaya Bali dan Jawa banyak
mempengaruhikarya (arsitektur) Bung Karno,” kata Bambang Eryudhawan, arsitek
dari ITB, kepada Detik kemarin.
Menurut Yudha, setelah menjadi
presiden, Sukarno tak pernah mengeksekusi langsung desain sebuah bangunan. Dia
selalu dibantu oleh arsitek Istana, Raden Mas Soedarsono, F. Silaban, dan
Insinyur Soetami. Profesor Eko Budihardjo, mantan Ketua Dewan Pembina Persatuan
Sarjana Arsitektur Indonesia, dalam harian Kompas terbitan 1 Juni 2001,
mengatakan banyak karya arsitektur di Jakarta yang sekarang menjadi kebanggaan
bangsa.
Eko mengakui sentuhan Bung Karno
dalam bangunan tersebut sebatas ide, bukan dia sendiri yang mengerjakan. “Namun
ide yang orisinal dan otentik itulah yang menjadi jiwa atau semangat dari karya-karya
arsitektur yang bermunculan,” ujarnya.
Jacky Kennedy
dan Katalog Lukisan Bugil
Menjelang
kunjungan kenegaraan Presiden Sukarno ke Washington, DC, pada April 1961,
Jacqueline “Jacky” Kennedy meminta Departemen Luar Negeri mencari buku koleksi
lukisan Sukarno. Sebagai ibu negara, ia ingin mencitrakan diri sebagai tuan
rumah yang baik saat suaminya, Presiden Amerika Serikat John F. Kennedy,
menyambut sang tamu.
Permintaan itu dilontarkan Jacky
karena ia mendengar Sukarno sedang gembira luar biasa
karena pemimpin besar Cina, Mao
Zedong, akan menerbitkan katalog koleksi lukisannya.
Jacky ingin membuat tamunya terkesan
karena di Gedung Putih ada buku itu.
Jacky meminta buku itu ditaruh di
meja yang diapit dua sofa. Satu tempat suaminya duduk dan di seberangnya
disiapkan buat Sukarno. Namun Jacky terkejut melihat koleksi lukisan di buku
itu. “Semua perempuan bertelanjang dada dengan kembang sepatu besar di
rambutnya,” tutur Jacky dalam buku Jacqueline Kennedy: Historic Conversations
on Life with John F. Kennedy.
Ia langsung tak menyukai tamunya
itu. Sebaliknya, Sukarno gembira bukan kepalang melihat buku itu. “Ini lukisan
istri kedua saya,” kata Jacky menirukan tamunya ketika itu.
Sukarno memang dikenal sebagai
pengagum seni lukis yang luar biasa. Kebanyakan lukisan yang dia koleksi
berobyek wanita molek tanpa busana. Saat masih tinggal di Istana Negara, lukisan-lukisan
itu terpajang hampir di setiap ruangan. Tak terkecuali ruang makan.
Sesekali, karena Bung Karno juga
bisa melukis, ia memperbaiki dan membersihkan sendiri lukisan-lukisan yang
rusak atau kotor. Si Bung juga biasa mengajak dialog Guntur, putra sulungnya,
tentang cantik-tidaknya wanita yang menjadi obyek lukisan. Ada kalanya Guntur mengakui
kemolekan para wanita dalam lukisan, tapi dia juga bisa menggoda sang ayah bahwa
penampilan wanita dalam lukisan biasa saja.
Ketika dimintai pendapat tentang
lukisan telanjang yang mirip Hartini, perempuan keempat yang diperistri Bung
Karno, Guntur menyebutkan, “Enggak cantik, ah. Masih lebih cantik pacar aku,
dong.”
Bung Karno tentu menyergah. Ia
memuji lukisan karya Basuki Abdullah itu 99 persen mirip sosok perempuan Solo,
baik sorot mata, hidung, maupun bentuk bibirnya. “Kalau kau lihat dia bugil di
atas kasur, baru kau tahu betapa cantik dan mulusnya dia,” ujar Bung Karno seperti
ditulis Guntur dalam buku Bung Karno: Bapakku, Kawanku, Guruku.
“Lo, Bapak tahunya dari mana?”
Guntur menyelidik. Kali ini sang ayah cuma tertawa terbahak-bahak sebagai
jawaban.
Di kesempatan lain, Bung Karno
menerangkan ihwal lukisan bapak-anak yang menjadi pengemis. Ia sengaja memasang
lukisan tersebut di ruang makan, “Supaya Bapak, sewaktu makan, selalu ingat
kepada Tuhan yang memberi rezeki dan selalu ingat rakyat Indonesia yang masih
melarat karena neokolonialisme!”
Menurut sejarawan Lembaga Ilmu
Pengetahuan Indonesia, Dr Asvi Warman Adam, sebagai pengagum seni lukis, Bung
Karno memiliki pelukis istana, mulai Dullah, Lee Man-Fong, sampai Lim Wasim.
Ketika wafat, ia meninggalkan 2.300
bingkai lukisan. “Mungkin ini koleksi lukisan presiden terbanyak di dunia,”
ujarnya.
Sebagian lukisan itu kini masih
menghiasi Istana Negara, Istana Merdeka, Tampak Siring, Bogor, dan lainnya.
Titiek Jadi
Penyanyi Istana, Koes Bersaudara Dipenjara
Mengenakan
kebaya rapi, lengkap dengan kain yang dibebat kencang dan selendang di sisi
pinggul, tak membuat Titiek Puspa berani melangkah dengan percaya diri saat
memasuki beranda Istana Negara.
Kehadiran Gordon Tobing, yang mendam-pinginya,
pun tak bisa mencegah bulu kuduknya merinding. Sekujur tubuhnya kian bergetar
hebat saat langkah kaki Bung Karno terdengar menghampiri ruang tamu Istana.
“Ini yang namanya Titiek Puspa?” sapa Bung Karno ramah
sambil menjulurkan tangan.
Titiek cuma bisa mengangguk pelan.
Kepalanya tertunduk kian dalam. Ia grogi luar biasa.
Bagi Titiek kala itu, Bung Karno
bukan cuma seorang presiden.
Dia juga ibarat orang sakti yang
punya inner power yang membuat siapa pun yang bertemu. “Rasanya seperti berhadapan
dengan orang sakti. Seperti bertemu dewa!” tutur Titiek dalam buku Titiek Puspa:
A Legendary Diva karya Alberthiene Endah. Ia antara lain melantunkan Oh Angin
dan Kasih di Antara Remaja, yang kala itu sedang jadi
lagu hit. Bung Karno senang dan
bertepuk tangan. Titiek pun langsung ditetapkan sebagai penyanyi Istana. Tak
cuma itu. Bung Karno juga amat terkesan oleh cara Titiek berkebaya.
Ketika pada 1964 Indonesia akan
mengirimkan tim seni budaya ke Floating Fair di sejumlah negara, Bung Karno
meminta Titiek sebagai role model. “Lihat itu Titiek Puspa. Cara pakai kainnya
tak membuat dia kesulitan berjalan,” ujar Bung Karno.
Lain lagi nasib yang dialami para
putra Koeswoyo yang tergabung dalam grup musik Koes Bersaudara. Gara-gara kerap
menyanyikan lagu-lagu Barat, mereka harus mendekam di penjara selama tiga
bulan. Maklum, kala itu Bung Karno tengah gencar-gencarnya melawan kolonialisme,
kapitalisme, dan neokolonialisme.
Penampilan Tonny Koeswoyo bak John
Lennon tak mampu mengambil hati Bung Karno kala
itu. "Musik kami dibilang musik
ngak-ngik-ngok," kata Yon Koeswoyo saat berbincang dengan Detik di
kediamannya di Pamulang, Tangerang Selatan, Jumat dua pekan lalu. Merek diciduk
aparat sehari setelah manggung di rumah Kolonel Koesno di Petamburan, Jakarta.
Rupanya seorang anggota staf dari Kedutaan Besar Amerika Serikat turut hadir dalam
acara itu. Saat Koes bersaudara manggung, rumah sang kolonel dilempari batu
olehPemuda Rakyat.
Mereka tidak suka saat mendengar
Koes menyanyikan lagu-lagu The Beatles karena dianggap menentang perintah Bung
Karno yang anti-Barat. “Untung Mas Tonny segera keluar dari rumah dan minta
maaf serta berjanji tidak akan mengulanginya," ujar Yon.
Para jaksa yang menginterogasi
mendesak para personel Koes Bersaudara menyebutkan aktor intelektual di belakang
mereka. Mereka dituding melakukan subversi dan diisukan sebagai agen intelijen
untuk kepentingan Barat. “Wah, ngeri banget tuduhannya," kata Yon diiringi
tawa.
Namun pemenjaraan itu justru
menjadikan Koes Bersaudara kian kreatif. Jiwa seni mereka kian terasah dan tak
cuma bisa menirukan The Beatles. Selama di bui, Tonny berhasil menciptakan
beberapa lagu, baik dalam bahasa Indonesia maupunInggris. Sebut saja Balada Kamar
Lima Belas, To the so Called the Guilties, Jadikan Aku Dombamu dan Di dalam
Bui.
Semua lagu itu direkam dalam
piringan hitam dengan menggandeng perusahaan Dimita Moulding Company dengan
label Mesra. “Dan lagu itu meledak di pasar," ujar Yon.
Karena itu, ia dan saudara-
saudaranya tetap menghormati dan
mengagumi Bung Karno.
“Bung Karno itu presiden paling
dahsyat,” ujar Yon.
Disadur dari
“
Mengenang Bung Karno
”
Dirilis Oleh Detik.com