Yudi Latif : Investasi Asing Tidak Boleh Mendikte Kedaulatan Negara Kita!
Yudi Latif, Ph.D (Ketua Pusat Studi Islam dan Kenegaraan Indonesia) |
http://www.anwibisono.com/
Kajian Kepemimpinan
kali ini menghadirkan Yudi Latif, Ph.D (Ketua Pusat Studi Islam dan Kenegaraan
Indonesia) sebagai narasumber utama dan Hisam Mansur (Presiden Eksekutif
Komunitas Intelektual Perkotaan) sebagai moderator.
Hisam Mansur membuka diskusi
ini dengan pertanyaan, “Pancasila adalah nilai pemersatu dan benteng penjaga
ideologi yang telah disusun oleh para founding
fathers. Apakah pada kenyataannya Pancasila telah mampu menjadi pemersatu
beragam etnik, suku dan agama yang ada di Indonesia saat ini?”.
Dalam pemaparannya Yudi
Latif menyebutkan, “Pancasila cepat atau lambat akan menjadi kalimatun sawa, titik temu keragaman yang
menyatukan bangsa ini. Pengambilan keputusan dalam kehidupan berbangsa harus
melalui proses musyawarah”.
“Dalam Piagam Madinah
kita dapat melihat masyarakat Madinah dipersatukan dalam satu komunitas bukan
karena persamaan darah, teritorial atau agama. Tetapi diikat oleh ketundukan
kepada hukum bersama, begitupula dengan Pancasila yang mempersatukan
Indonesia”.
Yudi Latif juga
berkomentar tentang revolusi mental yang dilihatnya tidak berjalan secara
efektif, “Bung Karno pernah berkata, seekor rajawali tidak akan menjadi burung
nuri walau dipenjara. Hal ini berbeda dengan orang yang selalu meneriakkan
jargon revolusi mental tetapi tidak punya karakter, tetap saja ia akan menjadi
burung nuri”.
“Seharusnya revolusi
mental jangan hanya menjadi program satu kementerian saja tetapi seharusnya
program multisektor. Revolusi mental harus berjejak dari gagasan Pancasila”,
tegas Direktur Eksekutif Reform Institute tersebut.
Terkait dengan proyek
investasi asing yang diambil pemerintahan Jokowi, Yudi Latif mengatakan bahwa
proyek investasi seharusnya tetap dalam kerangka kedaulatan negara, “Bumi, air
dan kekayaan alam adalah milik negara. China boleh saja investasi tetapi
kedaulatan tetap milik Indonesia, investasi tidak boleh mendikte kedaulatan
negara kita”.
“Kondisi yang terjadi
saat ini cabang-cabang produksi malah dikuasai oleh orang perorangan digunakan
seluas-luasnya untuk kepentingan asing. Negara telah gagal memberikan
kesejahteraan kepada rakyatnya”, tegasnya.
Yudi Latif kembali
menegaskan tentang perlunya kemandirian dalam kebijakan pemerintahan Jokowi, “Kita
seharusnya bersikap mandiri dalam menentukan kebijakan apapun, bukan merupakan pilihan
Washington ataupun pilihan Beijing. Seharusnya pemerintah menjunjung kedaulatan
rakyat dan bukannya kedaulatan pemodal asing”.
“Sekarang ini kebijakan
ekonomi makin tidak merdeka, pemerintah hanya mengekspor bahan-bahan mentah.
Menjual semurah-semurahnya bahan mentah tersebut dan kemudian membeli
semahal-mahalnya produk asing”, sesalnya.
Selasa, 28 April 2015
Dewan Penasehat Marhaenisme : Jokowi itu Presiden tanpa Kedaulatan
Muhammad Jazir ASP (Dewan Penasehat Pusat Keluarga Marhaenisme) |
BOGOR – Sekolah
Kepemimpinan Bangsa mengadakan Pelatihan School
for Nation Leader (SNL) dengan tema “Pemimpin
Muda dengan Jati Diri Ke-Indonesiaan”, pada akhir April 2015 di Kawasan
Wisata Djampang, Bogor, yang diikuti oleh ratusan perwakilan aktivis dari 40
kampus dan perguruan tinggi di seluruh Indonesia.
Dalam satu sesi materi
yang disampaikan oleh Muhammad Jazir ASP (Dewan Penasehat Pusat Keluarga
Marhaenisme) yang bertemakan “Inspirasi
Negara Madinah dalam Pembentukan Negara Indonesia”, mengungkapkan bahwa
nasionalisme itu adalah alat perjuangan umat Islam melawan penjajahan kolonial.
"Nasionalisme itu alat
perjuangan kaum muslim melawan penjajahan. Hubbul
wathon minal iman, cinta negara itu sebagian dari keimanan. Nasionalisme
Indonesia itu adalah anak kandung dan hasil dari perjuangan umat Islam”.
"Serikat Islam
(SI) pada tahun 1919, anggotanya telah mencapai 2,25 juta orang. Dengan
pengaruhnya yang luas saat itu, HOS Cokroaminoto, Ketua SI, sampai dijuluki
sebagai Raja Jawa tanpa Mahkota. Saat
itu SI berani menggelar kongres dengan tema perlawanan yang provokatif seperti “Kapitalisme Berdosa, Bersatulah Kaum Melarat",
ungkapnya.
Muhammad Jazir menilai
bahwa pemimpin negeri ini telah kehilangan jiwa nasionalismenya. Disebabkan
karena pemimpin tidak lagi berfikir menjaga kedaulatan bangsanya, justru yang
terjadi sebaliknya, malah menyerahkannya kepada asing.
"Freeport dan Blok
Cepu menjadi jaminan utang Amerika Serikat kepada China. Presiden Jokowi malah
menandatangani perpanjangan kontrak dengan Freeport. Negara telah melanggar undang-undangnya
sendiri dalam kasus Freeport dan Blok Cepu".
Tim Ahli Pusat Studi
Pancasila UGM tersebut juga mengkritisi perguruan tinggi dan para guru besar
yang telah kehilangan jatidirinya. “Para guru besar tiarap karena guru besar
hanya sekedar menjadi administratur pendidikan, guru besar yang seharusnya
menjadi guru bangsa hanya menjadi tukang pendidikan".
“Perguruan Tinggi tidak
lagi menjadi pencetak pemimpin tapi melahirkan tukang, saya pikir perlu sekali
adanya Sekolah Kepemimpinan di luar kampus", tegasnya.
Muhammad Jazir juga
menilai pemerintahan Jokowi telah kehilangan ideologinya. Menurutnya kabinet
Trisakti yang berdaulat dan ideologis, konsepnya berubah sekedar menjadi
kabinet ‘kerja”, “Menurut saya Jokowi itu hanya tukang presiden, presiden tanpa
kedaulatan. Kabinet Trisakti itu seharusnya ideologis, kalau kabinet kerja itu
mentalitas budak”.
Pada akhir pemaparannya
Muhammad Jazir menjelaskan bahwa kedaulatan presiden telah dipangkas dan
fenomena dinasti politik saat ini kembali menguat. “Peran presiden dan wakil
presiden saat ini telah diambil alih oleh Kepala Staf Kepresidenan, dimana
peran mengevaluasi kinerja menteri telah diambil alih oleh Luhut Panjaitan, menjadikan
presiden tidak punya kedaulatan”.
"Partai kembali
menjadi dinasti politik, sekarang adalah para darah biru yang berkuasa di
partai-partai politik, tanpa sadar kita kembali lagi pada zaman feodalisme
politik", pungkasnya
Minggu, 26 April 2015
Eep Saefulloh Fatah : Masih Terdapat Catatan Merah untuk Pemerintahan Jokowi-JK
Eep Saefulloh Fatah, MA (CEO PolMark Indonesia) |
BOGOR – Sekolah
Kepemimpinan Bangsa mengadakan Pelatihan School
for Nation Leader (SNL) dengan tema “Pemimpin
Muda denganJati Diri Ke-Indonesiaan”, pada 14 – 20 April 2015, di Kawasan
Wisata Djampang, Bogor, yang diikuti oleh puluhan perwakilan aktivis mahasiswa dari
40 kampus dan perguruan tinggi di seluruh Indonesia.
Pada satu sesi materi “Dinamika Politik Era Jokowi-JK” menghadirkan
Eep Saefulloh Fatah (Pengamat Politik dan CEO PolMark Indonesia). Di awal
presentasinya Eep Saefulloh menceritakan tentang inspirasi perjuangan politik
para tokoh dunia yang ia kagumi.
“Nelson Mandela mantan
Presiden Afrika Selatan pernah berkata bahwa berkuasa atau tidak berkuasa itu
bisa sama saja nilainya. Seorang presiden yang ketika berkuasa tidak menjaga
integritasnya maka ia tidak punya kemuliaan”.
“Saya kagum dengan Bung
Hatta ketika ia membuat pledoi pembelaan yang berbunyi hanya ada satu tanah
airku, dimana tanah air itu hanya tumbuh dengan tindakan nyata yang kita
perbuat”, ungkapnya.
Terkait dengan 100 hari masa pemerintahan Jokowi-JK, Eep Saefulloh
memberikan penilaian dengan skor akhir 560 dari skala 170-850, yang berarti
kondisi pemerintahan Jokowi-JK dinilai cukup baik walau masih terdapat beberapa
catatan merah.
“Terdapat beberapa
catatan merah seperti dalam isu pemilihan Kapolri dan pengendalian konflik KPK
vs POLRI. Selain itu juga penilaian negatif juga diberikan dalam isu
penunjukkan anggota Wantimpres dan perampingan birokrasi pemerintahan”, ungkap
CEO PolMark Indonesia tersebut.
“Di sisi lain ada juga
kebijakan yang dinilai positif seperti
penegakan hukum di laut, penarikan subsidi bahan bakar minyak, pembentukan satgas
anti mafia migas dan reformasi perizinan usaha dan investasi”, tegasnya.
Eep Saefulloh
menjelaskan bahwa Jokowi harus beradaptasi cepat dan belajar banyak, karena
banyak hal yang dituntut publik dari Jokowi sebagai presiden, “Ada hukum alam
yang tidak bisa dilawan, menjadi presiden adalah sesuatu yang berbeda dengan
menjadi gubernur atau walikota. Jika tidak belajar cepat Jokowi akan
ketinggalan”.
“Pada saat menjadi
presiden kerja Jokowi terlihat tidak begitu terstruktur, hal ini berbeda ketika
ia menjadi gubernur atau walikota. Saat ini Jokowi bersikap terlalu simbolik”,
tegas Direktur Eksekutif Sekolah Demokrasi Indonesia tersebut.
Di akhir pemaparannya
Eep Saefulloh menyebutkan bahwa informasi yang tidak tepat dari orang-orang di
sekitar pemimpin dapat membuat penglihatan pemimpin akan masalah riil menjadi
kabur.
“Jokowi memiliki
problem serius, dimana ia tidak boleh berorientasi pada kepuasan voters semata, serta memiliki ilusi
bahwa ia merasa selalu dicintai orang banyak”, pungkasnya.
Yudi Latif : Islam adalah Nyala Api Perjuangan Kemerdekaan Indonesia
Yudi Latif, Ph.D (Ketua Pusat Studi Islam dan Kenegaraan Indonesia) |
BOGOR – Sekolah
Kepemimpinan Bangsa mengadakan Pelatihan School
for Nation Leader (SNL) dengan tema “Pemimpin
Muda denganJati Diri Ke-Indonesiaan”, pada 14 – 20 April 2015, di Kawasan
Wisata Djampang, Bogor, yang diikuti oleh ratusan perwakilan aktivis dari 40
kampus dan perguruan tinggi di seluruh Indonesia.
Pada satu sesi materi “Indonesia Negara Paripurna dan Lapis
Genealogi Intelejensia Muslim Indonesia” yang menghadirkan Yudi Latif
(Ketua Pusat Studi Islam dan Kenegaraan Indonesia). Dalam pemaparannya Yudi
Latif menyebutkan peranan penting dari agama Islam yang diwakili oleh ulama,
kaum santri dan aktivis Islam dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia.
“Islam yang diwakili
oleh pemberontakan ulama dan kaum santri menjadi nyala api yang mengobarkan
perlawanan terhadap penjajah. Ruang publik pertama di nusantara ini diawali
pada jaringan keagamaan seperti masjid, surau, dan pesantren”.
“Faktor penting yang
memunculkan semangat perlawanan terhadap kolonialisme adalah agama Islam,
dimana semangat egalitarianisme Islam mendobrak cara pandang feodalisme yang
begitu dominan di nusantara saat itu. Sejak awal tokoh-tokoh penting yang
memperjuangkan kemerdekaan Indonesia adalah para pejuang Islam”.
Yudi Latif juga menjelaskan
proses munculnya generasi pertama ‘intelejensia’ yang akan berpengaruh dalam perjuangan
kemerdekaan Indonesia.
“Pada tahun 1850-an
dengan latar belakang politik perkebunan di nusantara, Belanda membutuhkan
tenaga administratif rendahan untuk mendukung kemajuan industri perkebunan maka
mulai bermunculan sekolah Eropa di nusantara. Didukung dengan munculnya
kebijakan ‘Politik Etis’ pada 1900-an, maka terbentuklah generasi pertama
‘intelejensia’ atau kelompok terdidik dalam pendidikan Barat di nusantara”.
“Generasi pertama
intelejensia adalah generasi HOS Cokroaminoto, H. Agus Salim, Dr. Cipto
Mangunkusumo dan Dr. Sutomo. Mereka adalah generasi yang disebut sebagai generasi
‘proto nasionalisme’, yaitu generasi yang memperjuangkan kemerdekaan bangsa
walaupun masih berlatar belakang keagamaan dan kedaerahan”, ungkap Direktur
Eksekutif Reform Institute tersebut.
Terkait dengan
perjuangan kemerdekaan, Yudi Latif menjelaskan bahwa perjuangan bangsa
Indonesia belum selesai hanya dengan kemerdekaan saja.
“Jika kita melihat
kembali bunyi Pembukaan UUD 1945 disana tercatat, mengantarkan rakyat ke depan
pintu gerbang kemerdekaan. Artinya para pendiri bangsa ini ingin mengatakan
bahwa perjuangan bangsa Indonesia belum selesai, perjuangan di alam kemerdekaan
itu baru saja dimulai”.
Di akhir pemaparannya
Yudi Latif menyebutkan siklus sejarah peradaban, dimana ia melihat Indonesia ke depan akan bangkit menjadi negara besar, “Pada abad ke 7
sampai ke 13 terdapat tiga dinasti imperium besar yang memimpin dunia dalam
waktu yang hampir bersamaan : 1) Dinasti Islam Abbasiyah di Baghdad, 2) Dinasti
Tang di Cina, 3) Dinasti Sriwijaya di Nusantara”.
“Saya melihat siklus
sejarah akan kembali lagi dimana Indonesia akan bangkit menjadi peradaban
besar, karena Indonesia adalah sintesa bertemunya dua imperium besar di masa
lalu, dinasti Islam Abbasiyah dan dinasti Sriwijaya”, pungkasnya.
Komaruddin Hidayat : Presiden Jokowi Tersandera Kepentingan Koalisi
Prof. Dr. Komaruddin Hidayat, MA (Guru Besar Filsafat Agama, UIN Jakarta) |
BOGOR – Pelatihan School for Nation Leader (SNL) yang
bertemakan “Pemimpin Muda dengan Jati
Diri Ke-Indonesiaan” diselenggarakan oleh Sekolah Kepemimpinan Bangsa, pada
14 – 20 April 2015, di Kawasan Wisata Djampang, Bogor, yang diikuti oleh
perwakilan aktivis dari 40 kampus dan perguruan tinggi di seluruh Indonesia.
Pada satu sesi materi “Genealogi Lahirnya Indonesia” pada Kamis
(16/4/2015) menghadirkan Prof. Dr. Komaruddin Hidayat (Guru Besar Filsafat
Agama, UIN Jakarta) yang menyebutkan tentang pemerataan pembangunan di
Indonesia yang dinilai masih timpang.
“Pemerintah seharusnya berinisiatif
untuk membangun model pembangunan kota seperti Singapura, yang sebaiknya dimulai
dari pembangunan kota-kota di daerah. Janganlah pembangunan itu difokuskan di
pusat saja, daerah harus dibangun”.
“Pola pembangunan
kota-kota seperti itulah yang dilakukan oleh Tiongkok, mereka melakukan
pembangunan ala model-grouping.
Kemudian mereka berhasil membangun infrastruktur kota-kota propinsinya di
daerah.
Komaruddin Hidayat juga
mengkritisi peran pemerintah yang dinilai masih lemah, sehingga peran organisasi
masyarakat sipil di Indonesia menjadi penting. “Rakyat Indonesia juga
seharusnya jangan menyerahkan nasib pada pemerintah, sudah tahu pemerintahnya
sibuk dengan dirinya sendiri. Kalau sudah tahu pemerintahan lemah masa rakyat tetap
bergantung pada pemerintah”.
“Urusan pendidikan
kalau tidak ada organisasi masyarakat sipil seperti Nahdhatul Ulama dan
Muhammadiyah, apa sanggup negara mengurusnya sendirian? Begitu pula peran dari
lembaga pendidikan Katholik yang cukup penting. Tangan pemerintah tidak sanggup
menyentuh semua permasalahan rakyat Indonesia”, tegas Komaruddin Hidayat.
Terkait dengan kondisi
politik terkini, Komaruddin Hidayat menegaskan bahwa Presiden harus membuktikan
janjinya dan jangan sampai kedaulatan presiden tersandera oleh kepentingan
koalisi.
“Satu hal yang paling
mendesak saat ini adalah partai politik harus disehatkan, karena jalannya
demokrasi berada di tangan partai”.
“Presiden Jokowi
pelan-pelan harus membuktikan kemampuan dirinya, masa konsolidasi harus
dibuktikan dengan program-program yang terukur dan riil. Jangan sampai presiden
tersandera oleh kepentingan koalisinya”.
Komaruddin Hidayat juga
mengingatkan bahwa Presiden harus bersikap tegas untuk menyikapi kondisi politik,
karena kesabaran rakyat ada batasnya.
“Kesabaran rakyat ada
batas dan waktunya, jika tidak ada perubahan yang signifikan, saya tidak tahu
akan bagaimana kondisi politik ke depannya”.
“Yang menjadi ukuran
rakyat adalah tersedianya harga pangan murah, pendidikan, kesehatan, dan
lapangan kerja. Rakyat tidak berpikir akan ideologi”.
“Jangan-jangan sekarang
kita hanya berhasil memilih “presiden”, tetapi gagal dalam memilih pemimpin”,
pungkasnya.
Kamis, 09 April 2015
Kajian Kepemimpinan 3 - Center of Leadership Studies : Indonesia Negara Paripurna
Mengundang
kawan kawan dalam Kajian Kepemimpinan III - Center of Leadership Studies dengan
tema "Indonesia Negara Paripurna : Penafsiran Sejarah dan Implementasi
Ideologi Pancasila dalam Realitas Kebangsaan Indonesia".
Pembicara : Yudi Latif, Ph.D (Ketua Pusat Studi Islam dan Kenegaraan Indonesia, penulis buku "Negara Paripurna")
Moderator
: Hisam Mansur (Presiden Eksekutif, Komunitas Intelektual Perkotaan Jawa Barat)
Waktu
: Kamis, 30 April 2015, jam 12.00 siang – selesai
Tempat
: Aula Teater Dzikir, RST Dompet Dhuafa, Jl. Raya Parung KM 42, Kemang, Bogor
Registrasi
: (nama lengkap/asal institusi/nomor ponsel/akun twitter/alamat email).
Kirimkan ke Wibisono (085718961820), melalui SMS atau Whatsapp
Info
lebih lanjut kunjungi http://negarawanmuda.org
Diskusi
gratis, terbuka untuk mahasiswa dan masyarakat umum.
Salam
Negarawan Muda!
Organized
By : Sekolah Kepemimpinan Bangsa - Forum Negarawan Muda
Rabu, 12 November 2014
Noorsy : Jokowi Sudah Serahkan Pembuluh Darah Indonesia kepada Asing
FASTNEWS, Jakarta (12/11) -
Pengamat Ekonomi Ichsanuddin Noorsy mengkritik Presiden Joko Widodo
atas dibukanya peluang sebesar-besarnya investasi asing di Indonesia
terutama dengan poros maritim dan tol lautnya, sama halnya Jokowi sama
saja menyerahkan pembuluh darah Indonesia kepada asing. "Sama saja Anda
memberikan pembuluh darah kepada orang lain yang kapan saja bisa
diambil," katanya dalam sebuah acara televisi.
Noorsy paling tidak setuju atas pidato Jokowi di KTT APEC Beijing soal rencananya yang akan membangun tol laut yang biayanya dibantu oleh modal asing. Menurut Ichsnur (begitu sapaan akrabnya), dengan dibangunkan tol laut maka mempermudahkan pihak asing mengambil kekayaan Indonesia di laut. "Ini sama saja mempermudah mereka berdagang di sini."
Dengan begitu, Jokowi telah melupakan sejarah. Pasalnya Jokowi sudah membuka kesempatan asing untuk menanamkan investasinya di Indonesia. "Jokowi telah melupakan sejarah. Seharusnya, Jokowi memanfaatkan investasi dalam negeri daripada mengajak asing untuk menanamkan modalnya di Indonesia yang bisa mengeruk kekayaan alam Indonesia oleh asing. Makanya Presiden Soekarno membatalkan UU Ivestasi Asing yang akhirnya dia digulingkan," katanya sembari melanjutkan, dengan digulingkannya kekuasaan Presiden Soekarno melalui kekuatan asing karena telah membatalkan UU investasi Asing, Soekarno menekankan seluruh rakyatnya untuk berdirikari di atas kaki sendiri.(FN-04)
Noorsy paling tidak setuju atas pidato Jokowi di KTT APEC Beijing soal rencananya yang akan membangun tol laut yang biayanya dibantu oleh modal asing. Menurut Ichsnur (begitu sapaan akrabnya), dengan dibangunkan tol laut maka mempermudahkan pihak asing mengambil kekayaan Indonesia di laut. "Ini sama saja mempermudah mereka berdagang di sini."
Dengan begitu, Jokowi telah melupakan sejarah. Pasalnya Jokowi sudah membuka kesempatan asing untuk menanamkan investasinya di Indonesia. "Jokowi telah melupakan sejarah. Seharusnya, Jokowi memanfaatkan investasi dalam negeri daripada mengajak asing untuk menanamkan modalnya di Indonesia yang bisa mengeruk kekayaan alam Indonesia oleh asing. Makanya Presiden Soekarno membatalkan UU Ivestasi Asing yang akhirnya dia digulingkan," katanya sembari melanjutkan, dengan digulingkannya kekuasaan Presiden Soekarno melalui kekuatan asing karena telah membatalkan UU investasi Asing, Soekarno menekankan seluruh rakyatnya untuk berdirikari di atas kaki sendiri.(FN-04)
INILAH.COM,
Jakarta - Keberadaan 70 personel tentara Amerika Serikat (AS) yang
mengamankan tambang PT Freeport Indonesia dianggap melanggar kedaulat
Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
"Mestinya kalau Indonesia yang berdaulat tidak boleh semestinya ada tentara asing yang mengamankan di wilayah indonesia," ujar Pengamat Militer MT Arifin kepada INILAH.COM, Sabtu (26/11/2011).
Menurut Arifin, keberadaan tentara AS di wilayah Indonesia khususnya di wilayah PT Freeport dianggap sudah melanggar sistem hukum internasional. Sehingga hal tersebut patut dipertanyakan.
"Itu melanggar kedaulatan Indonesia, dan melanggar hukum internasional yang berlaku. Kalau tentara itu sewaan Freeport artinya melanggar hukum internasional," tegasnya.
Sebelumnya, dalam rapat konsultasi antara tim pemantau situasi Papua DPR dengan beberpa menteri terkait, terungkap keterlibatan tentara Amerika mengamankan area tambang Freeport.
"Saat Kunker (Kunjungan Kerja), ada 70 militer Amerika yang masih aktif bekerja di Freeport," ujar anggota Fraksi Partai Hanura Ali Kastela dalam Rapat konsultasi tersebut di Gedung DPR, Senayan, Jumat (25/11/2011). [mah]
"Mestinya kalau Indonesia yang berdaulat tidak boleh semestinya ada tentara asing yang mengamankan di wilayah indonesia," ujar Pengamat Militer MT Arifin kepada INILAH.COM, Sabtu (26/11/2011).
Menurut Arifin, keberadaan tentara AS di wilayah Indonesia khususnya di wilayah PT Freeport dianggap sudah melanggar sistem hukum internasional. Sehingga hal tersebut patut dipertanyakan.
"Itu melanggar kedaulatan Indonesia, dan melanggar hukum internasional yang berlaku. Kalau tentara itu sewaan Freeport artinya melanggar hukum internasional," tegasnya.
Sebelumnya, dalam rapat konsultasi antara tim pemantau situasi Papua DPR dengan beberpa menteri terkait, terungkap keterlibatan tentara Amerika mengamankan area tambang Freeport.
"Saat Kunker (Kunjungan Kerja), ada 70 militer Amerika yang masih aktif bekerja di Freeport," ujar anggota Fraksi Partai Hanura Ali Kastela dalam Rapat konsultasi tersebut di Gedung DPR, Senayan, Jumat (25/11/2011). [mah]
https://www.facebook.com/permalink.php?story_fbid=351353341656163&id=176785335779632
Ini
cendekiawan Noorsy itu sakit jiwanya, zaman seperti sekarang APBN/D itu
wajib dimasukkan/diumumkan dalam lembaraan negara/daerah, sehingga
pakar keuangan/ekonomi itu mudah mengetahui posisi keuangan/fiskal NKRI,
klu kita bohong akan ketahuan, klu bisa bohong kenapa si Cendekiawan
Noorsy itu tidak bilang kedunia luar cadangan devisa kita sekian ratus
milyar USD agar dianggap kuat fiskal negara ini !............... jadi
Presiden Jokowi jujur diforum APEC salah, Presiden lebay model SBY
salah, Presiden model Suharto yg kuat salah juga, yg benar cuma dia kali
yg jadi Presiden ? pdhal selama ini si Noorsy itu ngak pernah diangkat
jadi apa-2 karena tidak ada pemerintahan yg percaya dgn dia, setahu saya
saat zaman Suharto pernah dia menangis minta bantuan kpd DR Baramuli
agar jangan sampai dia ditangkap Orba, loh pejuang memble gini kok sok
hebat memperjuangkan kepentingan negara dan bangsanya ? hehehehe dasar
sontoloyo
Pengamat ekonomi Ichsanuddin Noorsy ini kurang ajar betul. Masak dia mengkritik habis kebijakan pak Jokowi yang akan membuat tol laut dengan mengundang investor asing. "Itu sama saja dengan menyerahkan pembuluh darah Indonesia ke asing", katanya. Si Noorsy itu belum tahu rupanya kalau dengan dibukanya peluang asing masuk ke laut Indonesia itu bisa mempercepat pengurasan kekayaan sumberdaya laut kita. Kalau kekayaan di darat sudah 80 persen di obok2 asing maka pihak asing harus di persilahkan juga dong mengeduk kekayaan laut Indonesia. Jangan tiru perilaku Presiden Soekarno yg pernah membatalkan UU investasi karena dianggap merugikan negara. Karena kebijakannya ini pak Karno dijungkalkan oleh mereka lewat kaki tangan antek2nya di Indonesia. Makanya belajar dari kasus ini Pak Jokowi harus ramah dan santun dengan mereka orang orang asing. Semangat berdikari dan tri sakti yang menjadi jargon pemerintah pak Jokowi harus dimaknai sebagai sebuah spirit bahwa pihak asing wajib lebih berdaulat di negeri ini. Makanya kedatangan investor asing perlu di sambut dengan suka hati. Biarlah mereka menguasai negeri ini. Biarlah anak anak bangsa menjadi kuli di negeri sendiri. Biarlah arwah para pahlawan menangis menyaksikan para penjual bangsa ini. Rakyat Indonesia sdh lama menderita kiranya mereka perlu di bikin lebih sengsara lewat pemimpin boneka pujannya. Maha benar pak Jokowi beserta pendukungnya.
- See
more at:
http://www.fastnewsindonesia.com/article/bergantung-fed-rupiah-bergerak-di-13000-13200-dollar#sthash.Do8AKHJI.dpuf
- See
more at:
http://www.fastnewsindonesia.com/article/bergantung-fed-rupiah-bergerak-di-13000-13200-dollar#sthash.Do8AKHJI.dpuf
Pengamat ekonomi Ichsanuddin Noorsy ini kurang ajar betul. Masak dia mengkritik habis kebijakan pak Jokowi yang akan membuat tol laut dengan mengundang investor asing. "Itu sama saja dengan menyerahkan pembuluh darah Indonesia ke asing", katanya. Si Noorsy itu belum tahu rupanya kalau dengan dibukanya peluang asing masuk ke laut Indonesia itu bisa mempercepat pengurasan kekayaan sumberdaya laut kita. Kalau kekayaan di darat sudah 80 persen di obok2 asing maka pihak asing harus di persilahkan juga dong mengeduk kekayaan laut Indonesia. Jangan tiru perilaku Presiden Soekarno yg pernah membatalkan UU investasi karena dianggap merugikan negara. Karena kebijakannya ini pak Karno dijungkalkan oleh mereka lewat kaki tangan antek2nya di Indonesia. Makanya belajar dari kasus ini Pak Jokowi harus ramah dan santun dengan mereka orang orang asing. Semangat berdikari dan tri sakti yang menjadi jargon pemerintah pak Jokowi harus dimaknai sebagai sebuah spirit bahwa pihak asing wajib lebih berdaulat di negeri ini. Makanya kedatangan investor asing perlu di sambut dengan suka hati. Biarlah mereka menguasai negeri ini. Biarlah anak anak bangsa menjadi kuli di negeri sendiri. Biarlah arwah para pahlawan menangis menyaksikan para penjual bangsa ini. Rakyat Indonesia sdh lama menderita kiranya mereka perlu di bikin lebih sengsara lewat pemimpin boneka pujannya. Maha benar pak Jokowi beserta pendukungnya.
Rabu, 12 November 2014
Noorsy : Jokowi Sudah Serahkan
Pembuluh Darah Indonesia kepada Asing
http://www.fastnewsindonesia.com/article/noorsy-jokowi-sudah-serahkan-pembuluh-darah-indonesia-kepada-asing
FASTNEWS,
Jakarta (12/11) - Pengamat Ekonomi Ichsanuddin Noorsy
mengkritik Presiden Joko Widodo atas dibukanya peluang sebesar-besarnya
investasi asing di Indonesia terutama dengan poros maritim dan tol lautnya,
sama halnya Jokowi sama saja menyerahkan pembuluh darah Indonesia kepada asing.
"Sama saja Anda memberikan pembuluh darah kepada orang lain yang kapan
saja bisa diambil," katanya dalam sebuah acara televisi.
Noorsy
paling tidak setuju atas pidato Jokowi di KTT APEC Beijing soal rencananya yang
akan membangun tol laut yang biayanya dibantu oleh modal asing. Menurut Ichsnur
(begitu sapaan akrabnya), dengan dibangunkan tol laut maka mempermudahkan pihak
asing mengambil kekayaan Indonesia di laut. "Ini sama saja mempermudah
mereka berdagang di sini."
Dengan
begitu, Jokowi telah melupakan sejarah. Pasalnya Jokowi sudah membuka
kesempatan asing untuk menanamkan investasinya di Indonesia. "Jokowi telah
melupakan sejarah. Seharusnya, Jokowi memanfaatkan investasi dalam negeri
daripada mengajak asing untuk menanamkan modalnya di Indonesia yang bisa
mengeruk kekayaan alam Indonesia oleh asing. Makanya Presiden Soekarno
membatalkan UU Ivestasi Asing yang akhirnya dia digulingkan," katanya
sembari melanjutkan, dengan digulingkannya kekuasaan Presiden Soekarno melalui
kekuatan asing karena telah membatalkan UU investasi Asing, Soekarno menekankan
seluruh rakyatnya untuk berdirikari di atas kaki sendiri.(FN-04)
- See more at:
http://www.fastnewsindonesia.com/article/noorsy-jokowi-sudah-serahkan-pembuluh-darah-indonesia-kepada-asing#sthash.jSD4KUSC.dpuf
Bergantung The Fed, Rupiah Bergerak di 13.000-13.200 per Dollar AS
FASTNEWS, Jakarta (21/5) -
Pergerakan nilai tukar Rupiah diperkirakan akan berada pada kisaran
Rp13.000-Rp13.200 per USD. Rupiah masih membutuhkan sentimen positif
terutama dari dalam negeri untuk dapat menguat.
Analis Investa Saran Mandiri, Kiswoyo Adi Joe, mengungkapkan bahwa saat ini pergerakan Rupiah sangat bergantung dari sentimen luar negeri. Menurutnya, salah satu yang paling berpengaruh adalah penentuan suku bunga bank sentral Amerika Serikat (AS) the Federal Reserve. "Kepastian suku bunga The Fed, masih menjadi sentimen yang ditunggu bagi Rupiah," jelasnya di Jakarta,Kamis (19/5).
Selain itu, investor juga masih menanti data pertumbuhan ekonomi kuartal II-2015 yang diharapkan semakin membaik. Pasar juga masih menunggu beberapa data ekonomi terbaru dalam negeri. "Data inflasi serta lainnya, bila membaik mungkin menjadi sentimen positif untuk Rupiah," pungkasnya.(FN-04)
Analis Investa Saran Mandiri, Kiswoyo Adi Joe, mengungkapkan bahwa saat ini pergerakan Rupiah sangat bergantung dari sentimen luar negeri. Menurutnya, salah satu yang paling berpengaruh adalah penentuan suku bunga bank sentral Amerika Serikat (AS) the Federal Reserve. "Kepastian suku bunga The Fed, masih menjadi sentimen yang ditunggu bagi Rupiah," jelasnya di Jakarta,Kamis (19/5).
Selain itu, investor juga masih menanti data pertumbuhan ekonomi kuartal II-2015 yang diharapkan semakin membaik. Pasar juga masih menunggu beberapa data ekonomi terbaru dalam negeri. "Data inflasi serta lainnya, bila membaik mungkin menjadi sentimen positif untuk Rupiah," pungkasnya.(FN-04)
Bergantung The Fed, Rupiah Bergerak
di 13.000-13.200 per Dollar AS
http://www.fastnewsindonesia.com/article/bergantung-fed-rupiah-bergerak-di-13000-13200-dollar
FASTNEWS,
Jakarta (21/5) - Pergerakan nilai tukar Rupiah
diperkirakan akan berada pada kisaran Rp13.000-Rp13.200 per USD. Rupiah masih
membutuhkan sentimen positif terutama dari dalam negeri untuk dapat menguat.
Analis
Investa Saran Mandiri, Kiswoyo Adi Joe, mengungkapkan bahwa saat ini pergerakan
Rupiah sangat bergantung dari sentimen luar negeri. Menurutnya, salah satu yang
paling berpengaruh adalah penentuan suku bunga bank sentral Amerika Serikat
(AS) the Federal Reserve. "Kepastian suku bunga The Fed, masih menjadi
sentimen yang ditunggu bagi Rupiah," jelasnya di Jakarta,Kamis (19/5).
Selain
itu, investor juga masih menanti data pertumbuhan ekonomi kuartal II-2015 yang
diharapkan semakin membaik. Pasar juga masih menunggu beberapa data ekonomi
terbaru dalam negeri. "Data inflasi serta lainnya, bila membaik mungkin
menjadi sentimen positif untuk Rupiah," pungkasnya.(FN-04)
Bergantung The Fed, Rupiah Bergerak di 13.000-13.200 per Dollar AS
FASTNEWS, Jakarta (21/5) -
Pergerakan nilai tukar Rupiah diperkirakan akan berada pada kisaran
Rp13.000-Rp13.200 per USD. Rupiah masih membutuhkan sentimen positif
terutama dari dalam negeri untuk dapat menguat.
Analis Investa Saran Mandiri, Kiswoyo Adi Joe, mengungkapkan bahwa saat ini pergerakan Rupiah sangat bergantung dari sentimen luar negeri. Menurutnya, salah satu yang paling berpengaruh adalah penentuan suku bunga bank sentral Amerika Serikat (AS) the Federal Reserve. "Kepastian suku bunga The Fed, masih menjadi sentimen yang ditunggu bagi Rupiah," jelasnya di Jakarta,Kamis (19/5).
Selain itu, investor juga masih menanti data pertumbuhan ekonomi kuartal II-2015 yang diharapkan semakin membaik. Pasar juga masih menunggu beberapa data ekonomi terbaru dalam negeri. "Data inflasi serta lainnya, bila membaik mungkin menjadi sentimen positif untuk Rupiah," pungkasnya.(FN-04)
Analis Investa Saran Mandiri, Kiswoyo Adi Joe, mengungkapkan bahwa saat ini pergerakan Rupiah sangat bergantung dari sentimen luar negeri. Menurutnya, salah satu yang paling berpengaruh adalah penentuan suku bunga bank sentral Amerika Serikat (AS) the Federal Reserve. "Kepastian suku bunga The Fed, masih menjadi sentimen yang ditunggu bagi Rupiah," jelasnya di Jakarta,Kamis (19/5).
Selain itu, investor juga masih menanti data pertumbuhan ekonomi kuartal II-2015 yang diharapkan semakin membaik. Pasar juga masih menunggu beberapa data ekonomi terbaru dalam negeri. "Data inflasi serta lainnya, bila membaik mungkin menjadi sentimen positif untuk Rupiah," pungkasnya.(FN-04)
Jumat, 15 Mei 2015
Sektor Finansial Dikuasai Asing,
Nilai Tukar Bisa ke Rp 15.000/Dolar AS
http://www.fastnewsindonesia.com/article/sektor-finansial-dikuasai-asing-nilai-tukar-bisa-ke-rp-15000dolar
FASTNEWS,
Jakarta (15/05) - Nilai tukar
Rupiah bisa menembus level Rp 15.000 per Dolar AS dan bisa mengulangi krisi
ekonomi 1998. Hal terjadi karena pemerintah tidak menjadi leader di bidang
ekonomi.
Hal
tersebut diungkapkan Pengamat Pasar Modal sekaligus Plt. Direktur Bursa
Berjangka Jakarta (BBJ) pada acara Jumarsip di Wedangan 200 Jl Fatmawati 200,
Jakarta Selatan, Jumat (15/05/2015).
“Pertumbuhan
ekonomi tidak sebaik yang kita targetkan. Problem adalah karena pemerintah
tidak menjadi leader dalam bidang ekonomi,” tegas Adler.
Lebih
lanjut diungkapkan Adler secara finansial, Indonesia cukup bermasalah.
Lantaran, obligasi yang diterbitkan pemerintah senilai mencapai Rp 1000
triliun, sebanyak 50 persen dikuasai asing. “Ini akan menjadi bom waktu, karena
semua dibiayai asing,” tambah Adler.
Selain
itu, sektor impor ekspor kita juga dikuasai asing dan di pasar modal juga
dikuasai asing. “Kalau semuanya keluar dari Indonesia, maka akan terjadi
seperti 1998. Transaksi saham negatif karena dikuasai asing. Defisit APBN
digaet utang, dengan bond yang dikuasai asing,” lanjut Adler. FN-05
- See more at:
http://www.fastnewsindonesia.com/article/sektor-finansial-dikuasai-asing-nilai-tukar-bisa-ke-rp-15000dolar#sthash.7sWpz9Fj.dpuf
Effendi Simbolon Tuding Sudirman
Said Ikut Nikmati Bisnis Petral
http://www.fastnewsindonesia.com/article/effendi-simbolon-tuding-sudirman-said-ikut-nikmati-bisnis-petral
FASTNEWS,
Jakarta (20/5)- Politikus PDIP Effendi Simbolon
menyebut Menteri ESDM, Sudirman Said turut menikmati keuntungan dari bisnis
Pertamina Energy Trading Limited (Petral) selama ini. Menurutnya, konflik yang
antara Susilo Bambang Yudhoyono dan Sudirman Said tersebut hanya masalah pecah
kongsi antarkubu yang ada di Petral. "Ini sebenarnya hanya pecah kongsi
antara Petral dulu. Yang menuding itu juga yang menikmati kok. Sudirman Said
ini kan anak buahnya Ari Sumarno," ujar Effendi di Gedung DPR, Senayan,
Jakarta, Rabu (20/5)
Menurut
Effendi, konflik pembubaran Petral tersebut karena proses pindah tangannya
kartel yang bermain dalam bisnis migas nasional. “Ini muncul karena kartel A ke
kartel B. Sudirman Said kan bagian dari kartel B, yang sekarang HSC. Jadi saat
dia menunjuk orang lain, dia juga menunjuk dirinya sendiri,” katanya.
Effendi
mengatakan perlu ada audit forensik dan investigatif untuk membongkar siapa
yang selama ini diuntungkan dalam bisnis Petral. "Upaya membubarkan Petral
sampai sekarang itu saja belum bubar. Sekarang ini hanya buka chasing. Makanya,
silakan audit forensik, audit investigasi. Siapa yang selama ini yang
diuntungkan, dan siapa yang berkepentingan. Silakan saja ditindaklanjuti,"
terang Effendi. FN-Rezza
- See more at: http://www.fastnewsindonesia.com/article/effendi-simbolon-tuding-sudirman-said-ikut-nikmati-bisnis-petral#sthash.LS9dpyGB.dpuf
Rabu, 12 November 2014
Noorsy : Jokowi Sudah Serahkan Pembuluh Darah Indonesia kepada Asing
FASTNEWS, Jakarta (12/11) -
Pengamat Ekonomi Ichsanuddin Noorsy mengkritik Presiden Joko Widodo
atas dibukanya peluang sebesar-besarnya investasi asing di Indonesia
terutama dengan poros maritim dan tol lautnya, sama halnya Jokowi sama
saja menyerahkan pembuluh darah Indonesia kepada asing. "Sama saja Anda
memberikan pembuluh darah kepada orang lain yang kapan saja bisa
diambil," katanya dalam sebuah acara televisi.
Noorsy paling tidak setuju atas pidato Jokowi di KTT APEC Beijing soal rencananya yang akan membangun tol laut yang biayanya dibantu oleh modal asing. Menurut Ichsnur (begitu sapaan akrabnya), dengan dibangunkan tol laut maka mempermudahkan pihak asing mengambil kekayaan Indonesia di laut. "Ini sama saja mempermudah mereka berdagang di sini."
Dengan begitu, Jokowi telah melupakan sejarah. Pasalnya Jokowi sudah membuka kesempatan asing untuk menanamkan investasinya di Indonesia. "Jokowi telah melupakan sejarah. Seharusnya, Jokowi memanfaatkan investasi dalam negeri daripada mengajak asing untuk menanamkan modalnya di Indonesia yang bisa mengeruk kekayaan alam Indonesia oleh asing. Makanya Presiden Soekarno membatalkan UU Ivestasi Asing yang akhirnya dia digulingkan," katanya sembari melanjutkan, dengan digulingkannya kekuasaan Presiden Soekarno melalui kekuatan asing karena telah membatalkan UU investasi Asing, Soekarno menekankan seluruh rakyatnya untuk berdirikari di atas kaki sendiri.(FN-04)
Noorsy paling tidak setuju atas pidato Jokowi di KTT APEC Beijing soal rencananya yang akan membangun tol laut yang biayanya dibantu oleh modal asing. Menurut Ichsnur (begitu sapaan akrabnya), dengan dibangunkan tol laut maka mempermudahkan pihak asing mengambil kekayaan Indonesia di laut. "Ini sama saja mempermudah mereka berdagang di sini."
Dengan begitu, Jokowi telah melupakan sejarah. Pasalnya Jokowi sudah membuka kesempatan asing untuk menanamkan investasinya di Indonesia. "Jokowi telah melupakan sejarah. Seharusnya, Jokowi memanfaatkan investasi dalam negeri daripada mengajak asing untuk menanamkan modalnya di Indonesia yang bisa mengeruk kekayaan alam Indonesia oleh asing. Makanya Presiden Soekarno membatalkan UU Ivestasi Asing yang akhirnya dia digulingkan," katanya sembari melanjutkan, dengan digulingkannya kekuasaan Presiden Soekarno melalui kekuatan asing karena telah membatalkan UU investasi Asing, Soekarno menekankan seluruh rakyatnya untuk berdirikari di atas kaki sendiri.(FN-04)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar