Keturunan Nabi Muhammad SAW di Indonesia
Satu Islam
– Tak banyak yang tahu darimana asal muasal sebutan Habib. Orang awam
hanya paham, Habib identik dengan ustadz keturunan Arab dengan stereotip
berjanggut tebal dan bersorban. Publik hanya mengetahui bahwa Habib
adalah pendakwah yang harus dihormati.
Jika
ditelisik dalam perspektif antropologis, munculnya Habib merupakan
fenomena ‘penghormatan’ terhadap keturunan Nabi Muhammad SAW. Sebutan
Habib itu dinisbatkan secara khusus terhadap laki-laki keturunan Nabi
Muhammad SAW melalui pernikahan Sayyidah Fatimah az-Zahra ra dengan
Sayyidina Ali bin Abi Thalib ra yang berputra Hasan dan Husein serta
Zainab.
Istilah
Habib umumnya mengacu kepada keturunan Rasulullah SAW yang dari
Hadaramaut Yaman. Namun keturunan Nabi Muhammad SAW yang bukan dari
Hadramaut umunya memakai gelar Sayyid atau Syarif. Bagi para perempuan
keturunan Nabi Muhammad SAW, di Indonesia umumnya disebut Syarifah.
Di
Indonesia gelar untuk keturunan Rasulullah SAW menjadi bermacam-macam.
Beberapa diantaranya Yek untuk daerah Jawa, Ayip untuk daerah Palembang
dan sekitarnya. Ada pula gelar mereka yang sudah akrab bagi warga Banten
dan sekitarnya yakni Tubagus. Gelar Tubagus diberikan bagi keturunan
Rasulullah SAW dari fam Azmatkhan. Fam ini diambil dari Sayyid Abdul
Malik Sayyid Abdul Malik lahir di kota Qasam, sebuah kota di Hadhramaut,
sekitar tahun 574 Hijriah.
Ia
juga dikenal dengan gelar “Al-Muhajir Ilallah”, karena beliau hijrah
dari Hadhramaut ke Gujarat untuk berdakwah sebagaimana kakeknya, Sayyid
Ahmad bin Isa, digelari seperti itu karena ia hijrah dari Iraq ke
Hadhramaut untuk berda’wah. Menurut Sayyid Salim bin Abdullah
Asy-Syathiri Al-Husaini (Ulama’ asli Tarim, Hadramaut, Yaman), keluarga
Azmatkhan yang merupakan leluhur Walisongo di nusantara adalah dari Qabilah Ba’Alawi atau Alawiyyin asal Hadramaut, Yaman, dari gelombang pertama yang masuk di nusantara dalam rangka penyebaran Islam. (sumber : Wikipedia)
Dari
trah itulah muncul gelar khusus, yaitu Habib (yang tercinta), Sayid
(tuan), Syarif (yang mulia) Tubagus, dan lain sebagainya. Gelar Habib
juga berarti panggilan kesayangan dari cucu kepada kakeknya dari
golongan keluarga tersebut. (Sumber: Wikipedia)
Berdasarkan
catatan Rabithah Alawiyah, organisasi yang melakukan pencatatan
silsilah para habib, ada sekitar 20 juta orang di seluruh dunia yang
menyandang gelar ini. Mereka yang juga disebut alawiyin atau saadah itu
terdiri dari 114 marga. Menurut Ar-Rabithah, hanya keturunan laki-laki
saja yang berhak menyandang gelar Habib.
Di
kalangan Arab-Indonesia, menurut catatan Rabithah Alawiyah, ada sekitar
1,2 juta orang yang ‘berhak’ menyandang sebutan Habib. Mereka memiliki
moyang yang berasal dari Yaman, khususnya Hadramaut.
Dari
merekalah tersusun silsilah yang menjuntai hingga belasan abad, dari
Hadramaut (Yaman) hingga ke Tanah Abang (Jakarta). Yaitu sebuah silsilah
keturunan Nabi Muhammad SAW dari garis keturunan Sayyidah Fathimah ra,
yang menikah dengan Sayyidina Ali bin Abi Thalib ra. Sebutan yang paling
populer untuk ‘menghormati’ para keturunan Nabi Muhammad SAW dari jalur
Sayyidah Fathimah ra ini adalah Habib atau Habaib (jamak).
Selain
itu, untuk keturunan Rasulullah saw, dengan menarik garis keturunan
secara matrilineal (keturunan dari perempuan ) di Indonesia dianggap
bukan habib meski secara umum masih dinilai sebagai keturunan Rasulullah
SAW. Keturunan Rasulullah SAW yang dari jalur Ibu kalau di
negara-negara Timur Tengah dan India disebut Mirza.
Para
Habib sangat dihormati oleh masyarakat muslim Indonesia, karena
dianggap sebagai tali pengetahuan yang murni dari garis keturunan
langsung Nabi Muhammad. Penghormatan ini sangat membuat gusar para
kelompok anti-sunnah yang mengait-kaitkan hal ini dengan bid’ah.
Faktanya, Habaib di Indonesia sangat banyak memberikan pencerahan dan
pengetahuan akan agama Islam. Sudah tak terhitung jumlah orang yang
akhirnya memeluk agama Islam di tangan para Habib itu.
Komunitas
keturunan Sayyidah Fathimah ra dikelompokkan ke dalam sejumlah famili
(fam), yang kemudian tercermin dalam nama keluarga yang disandangnya,
seperti Syihab atau Shahab, Assegaf, dan sebagainya. Salah satu fam yang
menonjol adalah Assegaf. Bahkan tiga sosok Habib yang cukup
menghebohkan ‘dunia intelejen’ di Indonesia itu menyandang nama Assegaf.
Mereka adalah Mahmud bin Ahmad Assegaf, Abdurrahman Assegaf dan Nur
Hidayat Assegaf (Simak sosok ketiganya di artikel berikutnya).
Di
luar tiga sosok tersebut, ada pula Habib yang kerap mewarnai hingar
bingar politik di Indonesia. Ia tak lain Habib Rizieq Shihab, Ketua FPI
(Front Pembela Islam). Habib Rizieq dikenal luas lantaran menerapkan
cara-cara destruktif dalam menegakkan syariat Islam. (TDK BENAR FPI DAN HABIB RIZIEQ ITU DESTRUKTIF... BELIAU2 ITU SANGAT KONSISTEN DAN SANGAT KUAT DALAM SOLIDARITAS UMMAT DAN BANGSA..!! HANYA KARENA JARINGAN MEDIA SEKULER DAN ANTI ISLAM SAJA YANG MENILAI BELIAU PARA PENJUAL MIRAS DAN PENGEDAR NARKOBA DAN PELINDUNG DAN PENGUSHA YG CENDERUNG KEPADA KEMAKSIATAN.. DAN PENYAKIT MASYARAKAT LAINNYA YG TERKENAL DENGAN ORGANISASI "MOLIMO DAN PERDAGANGAN YANG RIBAWI"-zza)
Selain
Rizieq, tentu masih banyak Habib yang berdakwah dengan cara moderat,
damai dan menenteramkan. Semisal Habib ali Kwitang Habib Lutfi bin Yahya
Pekalongan Jawa Tengah yang menjadi Ketua Thariqah Muktabaroh PBNU,
Alm. Habib Munzir Al Musawa dan Habib. Selain itu, banyak pula Habib
yang meniti karir di birokrasi seperti Ali Alatas dan Salim Segaf
Al-Jufri.
Beberapa Habib yang populer di Indonesia:
1. Habib Ali Kwitang, Pendiri Majelis Ta’lim Kwitang, Jakarta.
2. Habib Ali Alatas, mantan menteri luar negri
3. Habib Rizieq, pendiri dan ketua FPI
4. Husein Ali Alhabsi, ulama tuna netra ketua Ikhwanul Muslimin Indonesia
5. Habib Hasan Bin Ja’far Assegaf, Pemimpin Majelis Ta’lim Nurul Musthofa, Jakarta
6. Habib Munzir AlMusawa, Pemimpin Majelis Ta’lim Majelis Rasululloh SAW, Jakarta
7. Habib Nabil AlMusawa (adik Habib Munzir), wakil rakyat Kalimantan Selatan di DPR dari Partai Keadilan Sejahtera
8. Habib Aboe Bakar Alhabsi, wakil rakyat Kalimantan Selatan di DPR dari Partai Keadilan Sejahtera
9. Habib Salim Segaf Al-Jufri, Menteri Sosial Kabinet Indonesia Bersatu II
10. Habib Muhammad Ridwan Al-Jufrie, Qari & Hafidz Muda dari Jawa Barat yang Kuliah di Al-Azhar University Cairo.
Tentu
tidak semua keturunan Arab bisa disebut Habib. Misalnya, Abu Bakar
Ba’asyir mantan Amir Mujahidin MMI (Majelis Mujahidin Indonesia) yang
kini memimpin Jama’ah Ansharut Tauhid. Menurut Ba’asyir, dirinya bukan
keturunan Fathimah ra. Fam-fam Arab non alawiyin atau saadah banyak
terdapat di Indonesia. Beberapa diantaranya Baradja, Baswedan, Attamimi,
Badjuber, al-Amri dan lain sebagainya.
Warna-Warna Kesukaan Rasulullah Saw
Saad Saefullah – Jumat, 2 Januari 2015 09:06 WIB
http://www.eramuslim.com/berita/tahukah-anda/warna-warna-kesukaan-rasulullah-saw.htm#.VK-FG8kXFJk
http://www.eramuslim.com/berita/tahukah-anda/warna-warna-kesukaan-rasulullah-saw.htm#.VK-FG8kXFJk
Selama ini mungkin kita hanya mengetahui bahwa Rasulullah atau Islam identik dengan warna hijau. Sebenarnya apa warna-warna favorit Rasulullah Muhammad saw?
Annas bin Malik mengatakan, “Warna yang paling disukai oleh
Rasulullah saw adalah hijau.” Namun selain itu Rasul juga ternyata
menyukai warna putih. Ada juga keterangan bahwa Nabi Muhammad saw pernah
memakai pakaian berwarna hitam, merah hati, abu-abu dan warna campuran.
Imam Al-Ghazali dalam Ihya’ Ulumiddin berkata : ” Yang amat disukai oleh Nabi saw ialah warna putih.”
Ibnu Hajjar dalam Tanbih Al Akhbar mengatakan: “Pada hari raya kami
disuruh memakai pakaian berwarna hijau karena warna hijau lebih utama.
Adapun warna hijau adalah afdhal daripada warna lainnya, sesudah putih.”
Ibnu Ady meriwayatkan dari Jabir r.a yang berkata: “Aku pernah
melihat Nabi saw memakai serban hitam yang dipakainya pada hari raya…”
Al Baihaqi meriwayatkan hadis dari Jabir r.a katanya : “Pernah
Rasulullah saw berpakaian yang bercorak merah pada dua hari raya dan
pada hari Jumat.”
Al-Bukhari meriwayatkan dari Ibnu Abbas r.a. dia berkata : “Pernah
Nabi saw keluar dengan kepala yang dibalut sehelai kain yang berwarna
abu-abu.”
Imam Bukhari meriwayatkan hadis dari Anas r.a, beliau pernah melihat :
“Nabi saw menutup kepalanya dengan kain biasa yang bercorak-corak
warnanya.” (sa/bakkah.net)
Peran Lawrence Of Arabia ; di Balik Berdirinya Kerajaan Saudi
http://www.eramuslim.com/berita/tahukah-anda/peran-quot-lawrence-of-arabia-quot-di-balik-berdirinya-kerajaan-saudi.htm#.VK-DQ8kXFJk
Rizki Ridyasmara – Minggu, 2 Maret 2014 10:24 WIB
Menurut
logika yang sehat, seharusnyalah Kerajaan Saudi Arabia menjadi pemimpin
bagi Dunia Islam dalam segala hal yang menyangkut keIslaman. Pemimpin
dalam menyebarkan dakwah Islam, sekaligus pemimpin Dunia Islam dalam
menghadapi serangan kaum kuffar yang terus-menerus melakukan serangan
terhadap agama Allah SWT ini dalam berbagai bentuk, baik dalam hal Al-Ghawz Al-Fikri (serangan pemikiran dan kebudayaan) maupun serangan Qital.
Seharusnyalah Saudi Arabia menjadi pelindung bagi Muslim Palestina,
Muslim Afghanistan, Muslim Irak, Muslim Pattani, Muslim Rohingya, Muslim
Bosnia, Muslim Azebaijan, dan kaum Muslimin di seluruh dunia. Tapi yang
terjadi dalam realitas sesungguhnya, mungkin masih jadi pertanyaan
banyak pihak. Karena harapan itu masih jauh dari kenyataan.
Craig Unger, mantan deputi director New York Observer di dalam karyanya yang sangat berani berjudul “Dinasti Bush Dinasti Saud” (2004)
memaparkan kelakuan beberapa oknum di dalam tubuh kerajaan negeri itu,
bahkan di antaranya termasuk para pangeran dari keluarga kerajaan.
“Pangeran Bandar yang dikenal sebagai ‘Saudi Gatsby’ dengan
ciri khas janggut dan jas rapih, adalah anggoa kerajaan Dinasti Saudi
yang bergaya hidup Barat, berada di kalangan jetset, dan belajar di
Barat. Bandar selalu mengadakan jamuan makan mewah di rumahnya yang
megah di seluruh dunia. Kapan pun ia bisa pergi dengan aman dari Arab
Saudi dan dengan entengnya melabrak batas-batas aturan seorang Muslim.
Ia biasa minum Brandy dan menghisap cerutu Cohiba, ” tulis Unger.
Bandar, tambah Unger, merupakan contoh perilaku dan gaya hidup
sejumlah syaikh yang berada di lingkungan kerajaan Arab Saudi. “Dalam
hal gaya hidup Baratnya, ia bisa mengalahkan orang Barat paling
fundamentalis sekali pun. ”
Bandar adalah putera dari Pangeran Sultan, Menteri Pertahanan Saudi.
Dia juga kemenakan dari Raja Fahd dan orang kedua yang berhak mewarisi
mahkota kerajaan, sekaligus cucu dari (alm) King Abdul Aziz, pendiri
Kerajaan Saudi modern.
Bukan hanya Pangeran Bandar yang begitu, beberapa kebijakan
dan sikap kerajaan terakdang juga agak membingungkan. Siapa pun tak kan
bisa menyangkal bahwa Kerajaan Saudi amat dekat—jika tidak bisa
dikatakan sekutu terdekat—Amerika Serikat. Di mulut, para syaikh-syaikh
itu biasa mencaci maki Zionis-Israel dan Amerika, tetapi mata dunia
melihat banyak di antara mereka yang berkawan akrab dan bersekutu
dengannya.
Barangkali kenyataan inilah yang bisa menjawab mengapa Kerajaan Saudi
menyerahkan penjagaan keamanan bagi negerinya—termasuk Makkah dan
Madinah—kepada tentara Zionis Amerika.
Bahkan dikabarkan bahwa Saudi pula yang mengontak Vinnel Corporation
di tahun 1970-an untuk melatih tentaranya, Saudi Arabian National Guard
(SANG) dan mengadakan logistik tempur bagi tentaranya. Vinnel merupakan
salah satu Privat Military Company (PMC) terbesar di Amerika Serikat
yang bisa disamakan dengan perusahaan penyedia tentara bayaran.
Ketika umat Islam dunia melihat pasukan Amerika Serikat yang hendak
mendirikan pangkalan militer utama AS dalam menghadapi invasi Irak atas
Kuwait beberapa tahun lalu, maka hal itu tidak lepas dari kebijakan
orang-orang yang berada dalam kerajaan tersebut.
Langkah-langkah mengejutkan yang diambil pihak Kerajaan Saudi
tersebut sesungguhnya tidak mengejutkan bagi yang tahu latar belakang
berdirinya Kerajaan Saudi Arabia itu sendiri. Tidak perlu susah-sudah
mencari tahu tentang hal ini dan tidak perlu membaca buku-buku yang
tebal atau bertanya kepada profesor yang sangat pakar.
Pergilah ke tempat penyewaan VCD atau DVD, cari sebuah film yang dirilis tahun 1962 berjudul ‘Lawrence of Arabia’
dan tontonlah. Di dalam film yang banyak mendapatkan penghargaan
internasional tersebut, dikisahkan tentang peranan seorang letnan dari
pasukan Inggris bernama lengkap Thomas Edward Lawrence, anak buah dari
Jenderal Allenby (jenderal ini ketika merebut Yerusalem menginjakkan
kakinya di atas makam Salahuddin Al-Ayyubi dan dengan lantang berkata,
“Hai Saladin, hari ini telah kubalaskan dendam kaumku dan telah berakhir
Perang Salib dengan kemenangan kami!”).
Film
ini memang agak kontroversial, ada yang membenarkan namun ada juga yang
menampiknya. Namun produser mengaku bahwa film ini diangkat dari
kejadian nyata, yang bertutur dengan jujur tentang siapa yang berada di
balik berdirinya Kerajaan Saudi Arabia.
Konon kala itu Jazirah Arab merupakan bagian dari wilayah kekuasaan
Kekhalifahan Turki Utsmaniyah, sebuah kekhalifahan umat Islam dunia yang
wilayahnya sampai ke Aceh. Lalu dengan bantuan Lawrence dan
jaringannya, suatu suku atau klan melakukan pemberontakan (bughot) terhadap Kekhalifahan Turki Utsmaniyah dan mendirikan kerajaan yang terpisah, lepas, dari wilayah kekhalifahan Islam itu.
Bahkan di film itu digambarkan bahwa klanSaud dengan bantuan Lawrence
mendirikan kerajaan sendiri yang terpisah dari khilfah Turki Utsmani.
Sejarahwan Inggris, Martin Gilbert, di dalam tulisannya “Lawrence of Arabia was a Zionist” seperti yang dimuat di Jerusalem Post edisi 22 Februari 2007, menyebut Lawrence sebagai agen Zionisme.
Sejarah pun menyatakan, hancurnya Kekhalifahan Turki Utsmani ini pada
tahun 1924 merupakan akibat dari infiltrasi Zonisme setelah Sultan
Mahmud II menolak keinginan Theodore Hertzl untuk menyerahkan wilayah
Palestina untuk bangsa Zionis-Yahudi. Operasi penghancuran Kekhalifahan
Turki Utsmani dilakukan Zionis bersamaan waktunya dengan mendukung
pembrontakan Klan Saud terhadap Kekalifahan Utsmaniyah, lewat Lawrence
of Arabia.
Entah apa yang terjadi, namunhingga detik ini, Kerajaan Saudi Arabia,
walau Makkah al-Mukaramah dan Madinah ada di dalam wilayahnya, tetap
menjadi sekutu terdekat Amerika Serikat. Mereka tetap menjadi sahabat
yang manis bagi Amerika.
Selain film ‘Lawrence of Arabia’, ada beberapa buku yang bisa menggambarkan hal ini yang sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Antara lain:
- Wa’du Kissinger (Belitan Amerika di Tanah Suci, Membongkar Strategi AS Menguasai Timur Tengah, karya DR. Safar Al-Hawali—mantan Dekan Fakultas Akidah Universitas Ummul Quro Makkah, yang dipecat dan ditahan setelah menulis buku ini, yang edisi Indonesianya diterbitkan Jazera, 2005)
- Dinasti Bush Dinasti Saud, Hubungan Rahasia Antara Dua Dinasti Terkuat Dunia (Craig Unger, 2004, edisi Indonesianya diterbitkan oleh Diwan, 2006)
- Timur Tengah di Tengah Kancah Dunia (George Lenczowski, 1992)
- History oh the Arabs (Philip K. Hitti, 2006)
Sebab itu, banyak kalangan yang berasumsi bawah berdirinya Kerajaan
Saudi Arabia adalah akibat “pemberontakan” terhadap Kekhalifahan Islam
Turki Utsmani dan diback-up oleh Lawrence, seorang agen Zionis
dan bawahan Jenderal Allenby yang sangat Islamofobia. Mungkin realitas
ini juga yang sering dijadikan alasan, mengapa Arab Saudi sampai
sekarang kurang perannya sebagai pelindung utama bagi kekuatan Dunia
Islam, wallahu a’lam. (Rz)
Izinkanlah saya menulis / menebar sejumlah doa, semoga Allaah SWT mengabulkan. Aamiin yaa Allaah yaa rabbal ‘alamiin.
BalasHapusLebih dan kurang saya mohon maaf. Semoga Allaah SWT selalu mencurahkan kasih sayang kepada KAUM MUSLIM : yang hidup maupun yang mati, di dunia maupun di akhirat. Aamiin yaa Allaah yaa rabbal ‘aalamiin.
Asyhaduu anlaa ilaaha illallaah wa asyhaduu anna muhammadarrasuulullaah
A’uudzubillaahiminasysyaithaanirrajiim
Bismillahirrahmaanirrahiim
Alhamdulillaahi rabbil ‘aalamiin,
Arrahmaanirrahiim
Maaliki yaumiddiin,
Iyyaka na’budu wa iyyaaka nasta’iin,
Ihdinashirratal mustaqiim,
Shiratalladzina an’amta alaihim ghairil maghduubi ‘alaihim waladhaaliin
Aamiin
Bismillaahirrahmaanirrahiim
Alhamdulillaahirabbil ‘aalamiin, hamdan yuwaafi ni’amahu, wa yukafi mazidahu, ya rabbana lakal hamdu. Kama yanbaghi lii jalaali wajhika, wa ‘azhiimi sulthaanika.
Allaahumma shalli wa sallim wa baarik, ‘alaa Sayyidinaa wa Nabiyyinaa wa Maulaanaa wa Maulaanaa Muhammadin wa ikhwaanihii minal anbiyaa-i wal mursaliin, wa azwaajihim wa aalihim wa dzurriyyaatihim wa ash-haabihim wa ummatihim ajma’iin.
ALLAAHUMMAFTAHLII HIKMATAKA WANSYUR ‘ALAYYA MIN KHAZAA INI RAHMATIKA YAA ARHAMAR-RAAHIMIIN.
RABBI INNII LIMAA ANZALTA ILAYYA MIN KHAIRIN FAQIIR.
Allaahummaghfirlii waliwaalidayya war hamhumaa kama rabbayaanii shagiiraa.
Rabbana hablana min azwaajina, wa dzurriyyatina qurrata a’yuniw, waj’alna lil muttaqiina imaamaa.
Ya Allaah, tetapkanlah kami selamanya menjadi Muslim.
Ya Allaah, percepatlah kebangkitan KAUM MUSLIM. Pulihkanlah kejayaan KAUM MUSLIM, Lindungilah KAUM MUSLIM dari kesesatan - terutama perpecahan dan kemurtadan - dan berilah KAUM MUSLIM tempat mulia di akhirat.
Ya Allaah, jadikanlah INDONESIA DAN DUNIA MUSLIM tetap dimiliki KAUM MUSLIM sekaligus baldatun thayyibatun wa rabbun ghafuur. Jadikanlah DUNIA NON MUSLIM dimiliki KAUM MUSLIM. Jadikanlah musuh Islam ditaklukan KAUM MUSLIM.
Allaahumma innaa nas’aluka salaamatan fiddiini waddun-yaa wal akhirati wa ’aafiyatan fil jasadi wa ziyaadatan fil ‘ilmi wabarakatan firrizqi wa taubatan qablal mauti, wa rahmatan ‘indal mauti, wa maghfiratan ba’dal maut. Allahuma hawwin ‘alainaa fii sakaraatil mauti, wannajaata minannaari wal ‘afwa ‘indal hisaab.
Allaahumma inna nas aluka husnul khaatimah wa na’uudzubika min suu ul khaatimah.
Allaahuma inna nas’aluka ridhaka waljannata wana’uudzubika min shakhkhatika wannaar.
Allaahumma ashlih lanaa diinanal ladzii huwa ‘ishmatu amrina Wa ashlih lanaa dun-yaanal latii fii haa ma’asyunaa. Wa ashlih lanaa aakhiratanal latii ilaihaa ma’aadunaa. Waj’alil hayaata ziyadatan lanaa fii kulli khairin. Waj’alil mauta raahatan lanaa min kulli syarrin
YA ALLAAH, IZINKANLAH SEGALA NAMA DAN GELAR SAYYIDINA WA NABIYYINA WA MAULAANAA MUHAMMAD SHALLALLAAHU’ALAIHI WA AALIHI WA SHABIHI WA UMMATIHI WA BARAKA WAS SALLAM MEWUJUDKAN BERKAH KE SEANTERO SEMESTA – KHUSUSNYA BAGI KAMI, KELUARGA KAMI DAN KAUM MUSLIM.
—— doa khusus untuk PARA NABI, PARA KELUARGANYA, PARA SAHABATNYA, SEMUA YANG BERJASA PADA (PARA) NABI, PARA SALAF AL-SHAALIH, PARA SYUHADA, PARA WALI, PARA HABAIB, PARA IMAM, PARA ULAMA DAN SEMUA YANG BERJASA PADA ISLAM, SERTA SEMUA MUSLIM SALEH YANG (TELAH) WAFAT. Semoga Allaah selalu mencurahkan kasih sayang kepada mereka.
ALLAAHUMMAGHFIRLAHUM WARHAMHUM WA’AAFIHIM WA’FU ‘ANHUM
ALLAAHUMMA LAA TAHRIMNAA AJRAHUM WA LAA TAFTINNAA BA’DAHUM WAGHFIRLANAA WALAHUM
———————
Rabbanaa aatinaa fiddun-yaa hasanataw wa fil aakhirati hasanataw wa qinaa ‘adzaabannaar wa adkhilnal jannata ma’al abraar.
Rabbanaa taqabbal minna innaka antassamii’ul aliimu wa tub’alainaa innaka antattawwaaburrahiim. Washshalallaahu ‘alaa sayyidinaa wa nabiyyinaa wa maulaanaa muhammadin wa ‘alaa aalihi wa shahbihi wa ummatihi wa baraka wassallam.
HASBUNALLAAH WANI’MAL WAKIIL NI’MAL MAULA WANI’MAN NASHIIR.
Subhana rabbika rabbil ‘izzati, ‘amma yasifuuna wa salamun ‘alal anbiyaa-i wal mursaliin, walhamdulillahirabbil ‘aalamiin.
Aamiin yaa Allaah yaa rabbal ‘aalamiin.
Ganie, Indra – Bintaro Jaya, Tangerang Selatan, Banten, Indonesia
aamiin yaa rabb.. alhamdulillah
Hapusaamiin...yaa rabbal'alamun
BalasHapusHABIB itu lambang atau simbol pengukuhan atau peng'abadi'an PERPECAHAN atas keluarga Khalifah Ali bin Abi Thalib dengan isterinya Bunda Fatimah anak Nabi Muhammad SAW. Cobalah renungkan untuk anak-cucu yang berasal dari Husein bin Ali bin Abi Thalib maka disematkan identitas 'sayid' pada sebelum nama yang bersangkutan. Selanjutnya, identitas gelar 'syarif' untuk anak cucunya yang berasal dari Hasan bin Ali bin Abi Thalibnya.
BalasHapusLah, identitas gelar perpecahan ini kok diabadikan kepada anak keturunannya???
http://pamanabu.blogspot.co.id/2010/05/habib-itu-apa.html