KISAH DIBALIK LAYAR KEMERDEKAAN INDONESIA
Di Bawah ini ada artikel yang menarik yang sya ambil dari sebuah link
di @kaskus, smoga bisa bermanfaat dan menambah wawasan kita tentang
sejarah detik2 proklamasi yang sebagian orang tidak tahu bagaimana
keadaan saat itu, Mungkinkah Revolusi Kemerdekaan Indonesia disebut
sebagai revolusi dari kamar tidur? Coba simak ceritanya. Pada 17 Agustus
1945 pukul 08.00,ternyata Bung Karno masih tidur nyenyak di kamarnya,
di Jalan Pegangsaan Timur 56, Cikini. Dia terkena gejala malaria
tertiana. Suhu badannya tinggi dan sangat lelah setelah begadang bersama
para sahabatnya menyusun konsep naskah proklamasi di rumah Laksamana
Maeda. “Pating greges”, keluh Bung Karno setelah dibangunkan dokter
kesayangannya. Kemudian darahnya dialiri chinineurethan intramusculair
dan menenggak pil brom chinine. Lalu ia tidur lagi. Pukul 09.00, Bung
Karno terbangun. Berpakaian rapi putih-putih dan menemui sahabatnya,
Bung Hatta. Tepat pukul 10.00, keduanya memproklamasikan kemerdekaan
Indonesia dari serambi rumah. “Demikianlah Saudara-saudara! Kita
sekalian telah merdeka!”, ujar Bung Karno di hadapan segelintir
patriot-patriot sejati. Mereka lalu menyanyikan lagu kebangsaan sambil
mengibarkan bendera pusaka Merah Putih. Setelah upacara yang singkat
itu, Bungk Karno kembali ke kamar tidurnya. Masih meriang. Tapi sebuah
revolusi telah dimulai
… ********************** Upacara Proklamasi Kemerdekaan Indonesia ternyata berlangsung tanpa protokol, tak ada korps musik, tak ada konduktor dan tak ada pancaragam. Tiang bendera pun dibuat dari batang bambu secara kasar, serta ditanam hanya beberapa menit menjelang upacara. Tetapi itulah, kenyataan yang yang terjadi pada sebuah upacara sekaral yang dinanti-nanti selama lebih dari tiga ratus tahun! ***********************
Setelah merdeka 43 tahun, Indonesia baru memiliki seorang menteri pertama yang benar-benar “orang Indonesia asli”. Karena semua menteri sebelumnya lahir sebelum 17 Agustus 1945. Itu berarti, mereka pernah menjadi warga Hindia Belanda dan atau pendudukan Jepang, sebab negara hukum Republik Indonesia memang belum ada saat itu. “Orang Indonesia asli” pertama yang menjadi menteri adalah Ir Akbar Tanjung (lahir di Sibolga, Sumatera Utara, 30 Agustus 1945), sebagai Menteri Negara Pemuda dan Olah Raga pada Kabinet Pembangunan V (1988-1993). ***********************
Menurut Proklamasi 17 Agustus 1945, Kalimantan adalah bagian integral wilayah hukum Indonesia. Kenyataannya, pulau tersebut paling unik di dunia. Di pulau tersebut, ada 3 kepala negara yang memerintah! Presiden Soeharto (memerintah 4 wilayah provinsi), PM Mahathir Mohamad (Sabah dan Serawak) serta Sultan Hassanal Bolkiah (Brunei).
************************ Hubungan antara
revolusi Indonesia dan Hollywood, memang dekat. Setiap 1 Juni, selalu
diperingati sebagai Hari Lahir Pancasila semasa Presiden Soekarno. Pada
1956, peristiwa tersebut “hampir secara kebetulan” dirayakan di sebuah
hotel Hollywood. Bung Karno saat itu mengundang aktris legendaris,
Marylin Monroe, untuk sebuah makan malam di Hotel Beverly Hills,
Hollywood. Hadir di antaranya Gregory Peck, George Murphy dan Ronald
Reagan (25 tahun kemudian menjadi Presiden AS). Yang unik dari pesta
menjelang Hari Lahir Pancasila itu, adalah kebodohan Marilyn dalam hal
protokol. Pada pesta itu, Maryln menyapa Bung Karno bukan dengan “Mr
President” atau “Your Excellency”, tetapi dengan “Prince Soekarno!”
************************* Ada lagi hubungan erat antara 17 Agustus dan
Hollywood. Judul pidato 17 Agustus 1964, “Tahun Vivere Perilocoso”
(Tahun yang Penuh Bahaya), telah dijadikan judul sebuah film The Year of
Living Dangerously. Film tersebut menceritakan pegalaman seorang
wartawan asing di Indonesia pada 1960-an. Pada 1984, film yang
dibintangi Mel Gibson itu mendapat Oscar untuk kategori film asing!
************************* Naskah asli teks Proklamasi Kemerdekaan
Indonesia yang ditulis tangan oleh Bung Karno dan didikte oleh Bung
Hatta, ternyata tidak pernah dimiliki dan disimpan oleh Pemerintah!
Anehnya, naskah historis tersebut justru disimpan dengan baik oleh
wartawan BM Diah. Diah menemukan draft proklamasi itu di keranjang
sampah di rumah Laksamana Maeda, 17 Agustus 1945 dini hari, setelah
disalin dan diketik oleh Sajuti Melik. Pada 29 Mei 1992, Diah
menyerahkan draft tersebut kepada Presiden Soeharto, setelah
menyimpannya selama 46 tahun 9 bulan 19 hari. ************************
Ketika tiba di Pelabuhan Sunda Kelapa 9 Juli 1942 siang bolong, Bung
Karno mengeluarkan komentar pertama yang janggal didengar. Setelah
menjalani pengasingan dan pembuangan oleh Belanda di luar Jawa, Bung
Karno justru tidak membicarakan strategis perjuangan menentang
penjajahan. Masalah yang dibicarakannya, hanya tentang sepotong jas!
“Potongan jasmu bagus sekali!” komentar Bung Karno pertama kali tentang
jas double breast yang dipakai oleh bekas iparnya, Anwar Tjikoroaminoto,
yang menjemputnya bersama Bung Hatta dan segelintir tokoh nasionalis.
*************************
Rasa-rasanya di dunia ini, hanya the founding fathers Indonesia yang pernah mandi air seni. Saat pulang dari Dalat (Cipanasnya Saigon), Vietnam, 13 Agustus 1945, Soekarno bersama Bung Hatta, dr Radjiman Wedyodiningrat dan dr Soeharto (dokter pribadi Bung Karno) menumpang pesawat fighter bomber bermotor ganda. Dalam perjalanan, Soekarno ingin sekali buang air kecil, tetapi tak ada tempat. Setelah dipikir, dicari jalan keluarnya untuk hasrat yang tak tertahan itu. Melihat lubang-lubang kecil di dinding pesawat, di situlah Bung Karno melepaskan hajat kecilnya. Karena angin begitu kencang sekali, bersemburlah air seni itu dan membasahi semua penumpang. Byuuur… ***************************
Berkat kebohongan, peristiwa sakral Proklamasi 17 Agustus 1945 dapat didokumentasikan dan disaksikan oleh kita hingga kini. Saat tentara Jepang ingin merampas negatif foto yang mengabadikan peristiwa penting tersebut, Frans Mendoer, fotografer yang merekam detik-detik proklamasi, berbohong kepada mereka. Dia bilang tak punya negatif itu dan sudah diserahkan kepada Barisan Pelopor, sebuah gerakan perjuangan. Mendengar jawaban itu, Jepang pun marah besar. Padahal negatif film itu ditanam di bawah sebuah pohon di halaman Kantor harian Asia Raja. Setelah Jepang pergi, negatif itu diafdruk dan dipublikasi secara luas hingga bisa dinikmati sampai sekarang. Bagaimana kalau Mendoer bersikap jujur pada Jepang? ****************************
Kali ini, Bung Hatta yang berbohong demi proklamasi. Waktu masa revolusi, Bung Karno memerintahkan Bung Hatta untuk meminta bantuan senjata kepada Jawaharlal Nehru. Cara untuk pergi ke India pun dilakukan secara rahasia. Bung Hatta memakai paspor dengan nama “Abdullah, co-pilot”. Lalu beliau berangkat dengan pesawat yang dikemudikan Biju Patnaik, seorang industrialis yang kemudian menjadi menteri pada kabinet PM Morarji Desai. Bung Hatta diperlakukan sangat hormat oleh Nehru dan diajak bertemu Mahatma Gandhi. Nehru adalah kawan lama Hatta sejak 1920-an dan Gandhi mengetahui perjuangan Hatta. Setelah pertemuan, Gandhi diberi tahu oleh Nehru bahwa “Abdullah” itu adalah Mohammad hatta. Apa reaksi Gandhi? Dia marah besar kepada Nehru, karena tidak diberi tahu yang sebenarnya. “You are a liar !” ujar tokoh kharismatik itu kepada Nehru. ****************************
Bila 17 Agustus menjadi tanggal kelahiran Indonesia, justru tanggal tersebut menjadi tanggal kematian bagi pencetus pilar Indonesia. Pada tanggal itu, pencipta lagu kebangsaan “Indonesia Raya”, WR Soepratman (wafat 1937) dan pencetus ilmu bahasa Indonesia, Herman Neubronner van der Tuuk (wafat 1894) meninggal dunia. ***************************
Bendera Merah Putih dan perayaan tujuh belasan bukanlah monopoli Indonesia. Corak benderanya sama dengan corak bendera Kerajaan Monaco dan hari kemerdekaannya sama dengan hari proklamasi Republik Gabon (sebuah negara di Afrika Barat) yang merdeka 17 Agustus 1960. **************************** Jakarta, tempat diproklamasikannya kemerdekaan Indonesia dan kota tempat Bung Karno dan Bung Hatta berjuang, tidak memberi imbalan yang cukup untuk mengenang co-proklamator Indonesia. Sampai detik ini, tidak ada “Jalan Soekarno-Hatta” di ibu kota Jakarta. Bahkan, nama mereka tidak pernah diabadikan untuk sebuah objek bangunan fasilitas umum apa pun sampai 1985, ketika sebuah bandara diresmikan dengan memakai nama mereka. ****************************
Gelar Proklamator untuk Bung Karno dan Bung Hatta, hanyalah gelar lisan yang diberikan rakyat Indonesia kepadanya selama 41 tahun! Sebab, baru 1986 Permerintah memberikan gelar proklamator secara resmi kepada mereka. **************************** Kalau saja usul Bung Hatta diterima, tentu Indonesia punya “lebih dari dua” proklamator. Saat setelah konsep naskah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia rampung disusun di rumah Laksamana Maeda, Jl Imam Bonjol no 1, Jakarta, Bung Hatta mengusulkan semua yang hadir saat rapat din hari itu ikut menandatangani teks proklamasi yang akan dibacakan pagi harinya. Tetapi usul ditolak oleh Soekarni, seorang pemuda yang hadir. Rapat itu dihadiri Soekarno, Hatta dan calon proklamator yang gagal : Achmad Soebardjo, Soekarni dan Sajuti Melik. “Huh, diberi kesempatan membuat sejarah tidak mau”, gerutu Bung Hatta karena usulnya ditolak. ****************************
Perjuangan frontal melawan Belanda, ternyata tidak hanya menelan korban rakyat biasa, tetapi juga seorang menteri kabinet RI. Soepeno, Menteri Pembangunan dan Pemuda dalam Kabinet Hatta, merupakan satu-satunya menteri yang tewas ditembak Belanda. Sebuah ujung revolver, dimasukkan ke dalam mulutnya dan diledakkan secara keji oleh seorang tentara Belanda. Pelipis kirinya tembus kena peluru. Kejadian tersebut terjadi pada 24 Februari 1949 pagi di sebuah tempat di Kabupaten Nganjuk , Jawa Timur. Saat itu, Soepeno dan ajudannya sedang mandi sebuah pancuran air terjun. ****************************
Belum ada negara di dunia yang memiliki ibu kota sampai tiga dalam kurun waktu relatif singkat. Antara 1945 dan 1948, Indonesia mempunyai 3 ibu kota, yakni Jakarta (1945-1946), Yogyakarta ( 1946-1948 ) dan Bukittinggi (1948-1949). **************************** Panglima Besar Tentara Nasional Indonesia Jenderal Soedirman, pada kenyatannya tidak pernah menduduki jabatan resmi di kabinet RI. Beliau tidak pernah menjadi KSAD, Pangab, bahkan menteri pertahanan sekalipun! ****************************
Wayang ternyata memiliki simbol pembawa sial bagi rezim yang memerintah Indonesia. Betapa tidak, pada 1938-1939, Pemerintah Hindia Belanda melalui De Javasche Bank menerbitkan uang kertas seri wayang orang dan pada 1942, Hindia Belanda runtuh dikalahkan Jepang. Pada 1943, Pemerintah Pendudukan Jepang menerbitkan uang kertas seri wayang Arjuna dan Gatotkoco dan 1945, Jepang terusir dari Indonesia oleh pihak Sekutu. Pada 1964, Presiden Soekarno mengeluarkan uang kertas baru seri wayang dengan pecahan Rp 1 dan Rp 2,5 dan 1965 menjadi awal keruntuhan pemerintahannya menyusul peristiwa G30S/PKI. *****************************
Perintah pertama Presiden Soekarno saat dipilih sebagai presiden pertama RI, bukanlah membentuk sebuah kabinet atau menandatangani sebuah dekret, melainkan memanggil tukang sate !!! Itu dilakukannya dalam perjalanan pulang, setelah terpilih secara aklamasi sebagai presiden. Kebetulan di jalan bertemu seorang tukang sate bertelanjang dada dan nyeker (tidak memakai alas kaki). “Sate ayam lima puluh tusuk!”, perintah Presiden Soekarno. Disantapnya sate dengan lahap dekat sebuah selokan yang kotor. Dan itulah, perintah pertama pada rakyatnya sekaligus pesta pertama atas pengangkatannya sebagai pemimpin dari 70 juta jiwa lebih rakyat dari sebuah negara besar yang baru berusia satu hari. *****************************
Kita sudah mengetahui, hubungan antara Bung Karno dan Belanda tidaklah mesra. Tetapi Belanda pernah memberikan kenangan yang tak akan pernah dilupakan oleh Bun Karno.Enam hari menjelang Natal 1948, Belanda memberikan hadiah Natal di Minggu pagi, saat orang ingin pergi ke gereja, berupa bom yang menghancurkan atap dapurnya. Hari itu, 19 Desember 1948, ibu kota Yogyakarta jatuh ke tangan Belanda. ******************************
Sutan Sjahrir, mantan Perdana Menteri RI pertama, menjadi orang Indonesia yang memiliki prestasi “luar biasa” dan tidak akan pernah ada yang menandinginya. Waktu beliau wafat 1966 di Zurich, Swiss, statusnya sebagai tahanan politik. Tetapi waktu dimakamkan di Jakarta beberapa hari kemudian, statusnya berubah sebagai Pahlawan Nasional Indonesia.
carapintarbelajar.wordpress.comRasa-rasanya di dunia ini, hanya the founding fathers Indonesia yang pernah mandi air seni. Saat pulang dari Dalat (Cipanasnya Saigon), Vietnam, 13 Agustus 1945, Soekarno bersama Bung Hatta, dr Radjiman Wedyodiningrat dan dr Soeharto (dokter pribadi Bung Karno) menumpang pesawat fighter bomber bermotor ganda. Dalam perjalanan, Soekarno ingin sekali buang air kecil, tetapi tak ada tempat. Setelah dipikir, dicari jalan keluarnya untuk hasrat yang tak tertahan itu. Melihat lubang-lubang kecil di dinding pesawat, di situlah Bung Karno melepaskan hajat kecilnya. Karena angin begitu kencang sekali, bersemburlah air seni itu dan membasahi semua penumpang. Byuuur… ***************************
Berkat kebohongan, peristiwa sakral Proklamasi 17 Agustus 1945 dapat didokumentasikan dan disaksikan oleh kita hingga kini. Saat tentara Jepang ingin merampas negatif foto yang mengabadikan peristiwa penting tersebut, Frans Mendoer, fotografer yang merekam detik-detik proklamasi, berbohong kepada mereka. Dia bilang tak punya negatif itu dan sudah diserahkan kepada Barisan Pelopor, sebuah gerakan perjuangan. Mendengar jawaban itu, Jepang pun marah besar. Padahal negatif film itu ditanam di bawah sebuah pohon di halaman Kantor harian Asia Raja. Setelah Jepang pergi, negatif itu diafdruk dan dipublikasi secara luas hingga bisa dinikmati sampai sekarang. Bagaimana kalau Mendoer bersikap jujur pada Jepang? ****************************
Kali ini, Bung Hatta yang berbohong demi proklamasi. Waktu masa revolusi, Bung Karno memerintahkan Bung Hatta untuk meminta bantuan senjata kepada Jawaharlal Nehru. Cara untuk pergi ke India pun dilakukan secara rahasia. Bung Hatta memakai paspor dengan nama “Abdullah, co-pilot”. Lalu beliau berangkat dengan pesawat yang dikemudikan Biju Patnaik, seorang industrialis yang kemudian menjadi menteri pada kabinet PM Morarji Desai. Bung Hatta diperlakukan sangat hormat oleh Nehru dan diajak bertemu Mahatma Gandhi. Nehru adalah kawan lama Hatta sejak 1920-an dan Gandhi mengetahui perjuangan Hatta. Setelah pertemuan, Gandhi diberi tahu oleh Nehru bahwa “Abdullah” itu adalah Mohammad hatta. Apa reaksi Gandhi? Dia marah besar kepada Nehru, karena tidak diberi tahu yang sebenarnya. “You are a liar !” ujar tokoh kharismatik itu kepada Nehru. ****************************
Bila 17 Agustus menjadi tanggal kelahiran Indonesia, justru tanggal tersebut menjadi tanggal kematian bagi pencetus pilar Indonesia. Pada tanggal itu, pencipta lagu kebangsaan “Indonesia Raya”, WR Soepratman (wafat 1937) dan pencetus ilmu bahasa Indonesia, Herman Neubronner van der Tuuk (wafat 1894) meninggal dunia. ***************************
Bendera Merah Putih dan perayaan tujuh belasan bukanlah monopoli Indonesia. Corak benderanya sama dengan corak bendera Kerajaan Monaco dan hari kemerdekaannya sama dengan hari proklamasi Republik Gabon (sebuah negara di Afrika Barat) yang merdeka 17 Agustus 1960. **************************** Jakarta, tempat diproklamasikannya kemerdekaan Indonesia dan kota tempat Bung Karno dan Bung Hatta berjuang, tidak memberi imbalan yang cukup untuk mengenang co-proklamator Indonesia. Sampai detik ini, tidak ada “Jalan Soekarno-Hatta” di ibu kota Jakarta. Bahkan, nama mereka tidak pernah diabadikan untuk sebuah objek bangunan fasilitas umum apa pun sampai 1985, ketika sebuah bandara diresmikan dengan memakai nama mereka. ****************************
Gelar Proklamator untuk Bung Karno dan Bung Hatta, hanyalah gelar lisan yang diberikan rakyat Indonesia kepadanya selama 41 tahun! Sebab, baru 1986 Permerintah memberikan gelar proklamator secara resmi kepada mereka. **************************** Kalau saja usul Bung Hatta diterima, tentu Indonesia punya “lebih dari dua” proklamator. Saat setelah konsep naskah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia rampung disusun di rumah Laksamana Maeda, Jl Imam Bonjol no 1, Jakarta, Bung Hatta mengusulkan semua yang hadir saat rapat din hari itu ikut menandatangani teks proklamasi yang akan dibacakan pagi harinya. Tetapi usul ditolak oleh Soekarni, seorang pemuda yang hadir. Rapat itu dihadiri Soekarno, Hatta dan calon proklamator yang gagal : Achmad Soebardjo, Soekarni dan Sajuti Melik. “Huh, diberi kesempatan membuat sejarah tidak mau”, gerutu Bung Hatta karena usulnya ditolak. ****************************
Perjuangan frontal melawan Belanda, ternyata tidak hanya menelan korban rakyat biasa, tetapi juga seorang menteri kabinet RI. Soepeno, Menteri Pembangunan dan Pemuda dalam Kabinet Hatta, merupakan satu-satunya menteri yang tewas ditembak Belanda. Sebuah ujung revolver, dimasukkan ke dalam mulutnya dan diledakkan secara keji oleh seorang tentara Belanda. Pelipis kirinya tembus kena peluru. Kejadian tersebut terjadi pada 24 Februari 1949 pagi di sebuah tempat di Kabupaten Nganjuk , Jawa Timur. Saat itu, Soepeno dan ajudannya sedang mandi sebuah pancuran air terjun. ****************************
Belum ada negara di dunia yang memiliki ibu kota sampai tiga dalam kurun waktu relatif singkat. Antara 1945 dan 1948, Indonesia mempunyai 3 ibu kota, yakni Jakarta (1945-1946), Yogyakarta ( 1946-1948 ) dan Bukittinggi (1948-1949). **************************** Panglima Besar Tentara Nasional Indonesia Jenderal Soedirman, pada kenyatannya tidak pernah menduduki jabatan resmi di kabinet RI. Beliau tidak pernah menjadi KSAD, Pangab, bahkan menteri pertahanan sekalipun! ****************************
Wayang ternyata memiliki simbol pembawa sial bagi rezim yang memerintah Indonesia. Betapa tidak, pada 1938-1939, Pemerintah Hindia Belanda melalui De Javasche Bank menerbitkan uang kertas seri wayang orang dan pada 1942, Hindia Belanda runtuh dikalahkan Jepang. Pada 1943, Pemerintah Pendudukan Jepang menerbitkan uang kertas seri wayang Arjuna dan Gatotkoco dan 1945, Jepang terusir dari Indonesia oleh pihak Sekutu. Pada 1964, Presiden Soekarno mengeluarkan uang kertas baru seri wayang dengan pecahan Rp 1 dan Rp 2,5 dan 1965 menjadi awal keruntuhan pemerintahannya menyusul peristiwa G30S/PKI. *****************************
Perintah pertama Presiden Soekarno saat dipilih sebagai presiden pertama RI, bukanlah membentuk sebuah kabinet atau menandatangani sebuah dekret, melainkan memanggil tukang sate !!! Itu dilakukannya dalam perjalanan pulang, setelah terpilih secara aklamasi sebagai presiden. Kebetulan di jalan bertemu seorang tukang sate bertelanjang dada dan nyeker (tidak memakai alas kaki). “Sate ayam lima puluh tusuk!”, perintah Presiden Soekarno. Disantapnya sate dengan lahap dekat sebuah selokan yang kotor. Dan itulah, perintah pertama pada rakyatnya sekaligus pesta pertama atas pengangkatannya sebagai pemimpin dari 70 juta jiwa lebih rakyat dari sebuah negara besar yang baru berusia satu hari. *****************************
Kita sudah mengetahui, hubungan antara Bung Karno dan Belanda tidaklah mesra. Tetapi Belanda pernah memberikan kenangan yang tak akan pernah dilupakan oleh Bun Karno.Enam hari menjelang Natal 1948, Belanda memberikan hadiah Natal di Minggu pagi, saat orang ingin pergi ke gereja, berupa bom yang menghancurkan atap dapurnya. Hari itu, 19 Desember 1948, ibu kota Yogyakarta jatuh ke tangan Belanda. ******************************
Sutan Sjahrir, mantan Perdana Menteri RI pertama, menjadi orang Indonesia yang memiliki prestasi “luar biasa” dan tidak akan pernah ada yang menandinginya. Waktu beliau wafat 1966 di Zurich, Swiss, statusnya sebagai tahanan politik. Tetapi waktu dimakamkan di Jakarta beberapa hari kemudian, statusnya berubah sebagai Pahlawan Nasional Indonesia.
Fakta dan Misteri di Balik Kemerdekaan Indonesia "17 Agustus 1945"
https://andriyantomi.blogspot.co.id/2015/01/di-balik-kemerdekaan-indonesia-17.html
17 Agustus 1945 merupakan
hari besar kemerdekaan Negara Republik Indonesia. Pada tanggal
tersebut, merupakan hari paling bersejarah bagi seluruh bangsa
Indonesia, karena di hari itulah awal dari sejarah rakyat Indonesia
dalam memproklamasikan kemerdekaannya setelah ratusan tahun lebih di
dalam naungan penjajahan, sekaligus pertanda awalnya revolusi Indonesia.
Berikut ialah misteri-misteri tentang kemerdekaan Republik Indonesia yang sakral tersebut :
1. Alasan Soekarno Menetapkan Tanggal 17 Agustus Sebagai Hari Proklamasi Indonesia
2. Bung Karno Menantang Para Pemuda Radikal Untuk Memotong Lehernya
Proklamasi Kemerdekaan Indonesia Jumat, 17 Agustus 1945 Tahun Masehi, atau 17 Agustus 2605 menurut tahun Jepang, atau 17 Ramadhan 1365 Tahun Hijriah dibacakan oleh Ir. Soekarno yang didampingi oleh Drs. Mohammad Hatta di Jalan Pegangsaan Timur 56, Jakarta Pusat. teks proklamasi diketik oleh Sayuti Melik (atau Sajoeti Melik)
Enam puluh tujuh tahun yang lalu tepatnya pada tanggal 17 Agustus
yang juga bertepatan pada bulan suci ramadhan, Proklamasi Kemerdakaan
Republik Indonesia dikumandangkan untuk yang pertama kali. Tiga pemimpin
Indonesia yakni Soekarno, Hatta, dan Radjiman tanggal 14 Agustus 1945
tiba kembali di Jakarta setelah memenuhi panggilan Panglima Tentara
Jepang untuk Asia Tenggara, Marsekal Terauchi. Tanggal 15 Agustus 1945
Kaisar Hirohito di Tokyo mengumumkan, Jepang menyerah kalah tanpa syarat
kepada Sekutu. Peristiwa yang membahagiakan bangsa Indonesia ini
ternyata mempunyai nilai plus tersendiri, dengan berakhirnya perbedaan
pendapat antara Bung Karno dan Bung Hatta dengan kelompok pemuda pejuang
seperti Sukarni, Adam Malik, Chaerul Saleh, Wikana, Pandu Kartawiguna,
yang mendesak agar kemerdekaan “diumumkan sekarang juga”. Para pemuda
berpendapat bahwa pada hari itu adalah hari yang sangat tepat untuk
mengungumkan perihal kemerdekaan Indonesia.
Tapi dibalik peristiwa diatas, ada satu peristiwa di dunia jurnalistik yang sampai sekarang tetap menjadi tonggak sejarah Bangsa Indonesia, ketika melihat foto Soekarno membacakan proklamasi, tahukah kita siapa yang mengambil gambarnya? yang sampai sekarang gambar itu melegenda di dunia fotografi. Awal mula sejarah fotografi jurnalistik Indonesia, baru terjadi pada tahun 1942 dimana saat itu Jepang memberi kesempatan mentransfer teknologi ini karena kebutuhan propagandanya.
Jepang melatih orang Indonesia menjadi fotografer untuk bekerja di kantor berita “DOMEI” milik mereka. Hal ini menjadi Bumerang bagi jepang, karena seorang Alexius Impurung Mendur sukses mengabadikan momentum proklamasi kemerdekaan Indonesia, 17 Agustus 1945. Namun sayang, seorang serdadu Jepang tiba-tiba merebut paksa kamera dari tangan Alex yang lantas di luluhlantakan beserta film dan isinya. Tapi beruntung pada saat yang sama, di Pegangsaan Timur 56 Jakarta, Frans Sumarto Mendur, adik dari alex, melakukan hal serupa yakni memotret Soekarno yang sedang membacakan teks proklamasi dan pengibaran sang saka Merah-Putih oleh Latief Hendraningrat. Saat tentara Nippon lengah, Frans “buru-buru” memendam filmnya di dalam tanah dan baru diambil kembali setelah kondisi aman. Tercetaklah foto bersejarah saat pengumuman detik-detik maklumat kedaulatan negara Republik Indonesia.
(sumber : Proklamasi Kemerdekaan RI, Kronik Revolusi Indonesia, Riwayat dan Perjuangan Sekitar Proklamasi, Buku Ritual Fotografi)
Namun, dibalik itu semua, menyimpan misteri-misteri yang berhubungan
erat antara satu dengan yang lainnya. Dan sebagai rakyat Indonesia, yang
mencintai akan sejarah bangsanya, sudah sewajarnyalah untuk mengetahui
misteri-misteri apa saja yang terkandung di dalamnya.
Berikut ialah misteri-misteri tentang kemerdekaan Republik Indonesia yang sakral tersebut :
1. Alasan Soekarno Menetapkan Tanggal 17 Agustus Sebagai Hari Proklamasi Indonesia
Dua hari sebelum proklamasi kemerdekaan Indonesia, terjadi percakapan
antara Soekarno dengan Sukarni. ”Yang paling penting di dalam peperangan
dan revolusi adalah saatnya yang tepat. Di Saigon, saya sudah
merencanakan seluruh pekerjaan ini untuk dijalankan tanggal 17,“ ujar
Soekarno kala itu.
”Mengapa justru diambil tanggal 17, mengapa tidak sekarang saja, atau tanggal 16?” tanya Sukarni.
”Saya seorang yang percaya pada mistik. Saya tidak dapat menerangkan
dengan pertimbangan akal, mengapa tanggal 17 lebih memberi harapan
kepadaku. Akan tetapi, saya merasakan di dalam kalbuku, bahwa itu adalah
saat yang baik. Angka 17 adalah angka suci.
Pertama-tama, kita sedang berada dalam bulan suci Ramadhan, waktu kita
semua berpuasa, ini berarti saat yang paling suci bagi kita. tanggal 17
besok hari Jumat, hari Jumat itu Jumat legi, Jumat yang berbahagia,
Jumat suci. Al-Qur’an diturunkan tanggal 17, orang Islam sembahyang 17
rakaat, oleh karena itu kesucian angka 17 bukanlah buatan manusia,“
Soekarno menerangkan alasannya.
AM Hanafi, tokoh Angkatan ’45 dan mantan dubes RI di Kuba, dalam buku
Menteng 31 menulis, ”Tanggal 14 Agustus 1945 pukul 15.00 beberapa pemuda
radikal berkumpul di sebuah pekarangan yang banyak pohon pisangnya,
tidak jauh dari lapangan terbang Kemayoran.
Mereka adalah Chaerul Saleh, Asmara Hadi, AM Hanafi, Sudiro, dan SK
Trimurti. Kami menantikan kedatangan Bung Karno dan Bung Hatta dari
Saigon. Kami pikir keduanya diiming-imingi Jepang dengan janji
kemerdekaan kelak di kemudian hari. Janji yang kami anggap menghina
bangsa Indonesia. Kami para pemuda tidak mau kemerdekaan hadiah.”
Ketika Bung Karno dan Bung Hatta hendak masuk mobilnya, Chaerul Saleh
menghampiri mereka, dan berkata, ”Proklamirkan kemerdekaan sekarang
juga.” Bung Karno yang tidak senang di desak lantas mengatakan, ”Kita
tidak bisa bicara soal itu di sini. Lihat itu, Kempetai mengawasi kita.”
Lalu ia masuk ke mobil, dimana Bung Hatta sudah berada di dalamnya.
Jakarta kala itu sangat tegang. Golongan tua termasuk Bung Karno dan
Bung Hatta berpendapat, sebaiknya kemerdekaan dicapai tanpa pertumpahan
darah. Ini dapat dilakukan melalui kerjasama dengan pihak Jepang.
Sebaliknya, kelompok pemuda sudah tidak sabar lagi. Kemerdekaan harus
segera diproklamasikan, tanpa bantuan dan melibatkan bangsa asing mana
pun.
Pada 15 Agustus 1945 pukul 20.00, di salah ruangan Lembaga Bakteriologi,
di Pegangsaan Timur 17 (sekarang Fakultas Kesehatan Masyarakat UI),
para pemuda dan mahasiswa mengadakan pertemuan di bawah pimpinan Chaerul
Saleh. Hasilnya, pukul 23.00 mereka mengutus Wikana dan Darwis
mendatangi Bung Karno dan mendesak agar esok hari (16/8)
memproklamasikan kemerdekaan. Bung Karno menolak.
Alasannya ia dan Bung Hatta tidak ingin meninggalkan Panitia Persiapan
Kemerdekaan Indonesia (PPKI). Apalagi PPKI esoknya akan rapat di
Jakarta. Mendengar penolakan itu, Wikana mengancam, ”Kalau Bung Karno
tidak mau mengumumkan proklamasi, esok akan terjadi pertumpahan darah di
Jakarta.” Bung Karno pun naik pitam, ”Ini batang leherku. Potonglah
leherku malam ini juga.” Wikana terkejut melihat kemarahan Bung Karno
itu.
3. Tanpa Kehadiran Bung Hatta, Maka Proklamasi Tidak Akan Pernah Ada
Ancaman para pemuda rupanya bukan omong kosong belaka. Pada 16 Agustus
1945 pukul 04.00, setelah sahur, mereka menculik Bung Karno dan Bung
Hatta ke Rengasdengklok. Di sini sekali lagi para pemuda di bawah
pimpinan Sukarni gagal memaksa keduanya untuk memproklamasikan
kemerdekaan.
‘Perdebatan’ kelompok muda dan tua terjadi kembali pada menit-menit
menjelang proklamasi. Meski proklamasi diputuskan akan dibacakan pukul
10.00 di kediaman Bung Karno, para pemuda tetap gelisah. Mereka khawatir
tentara Jepang akan menggagalkannya. Mereka mendesak Bung Karno agar
segera membacakannya, tanpa menunggu kehadiran Bung Hatta.
”Saya tidak akan membacakan teks proklamasi, kalau Bung Hatta tidak ada.
Jika Mas Muwardi tidak mau menunggu, silahkan baca sendiri,” kata Bung
Karno dengan lantang. Tak lama kemudian terdengar teriakan, ”Bung Hatta
datanggg… Bung Hatta datanggg...!!!” Maka, tepat pukul 10.00 tanggal 17
Agustus 1945, kemerdekaan RI pun diproklamasikan.
4. Bung Karno Sakit Saat Proklamirkan Kemerdekaan
Pada 17 Agustus 1945 pukul 08.00 (2 jam sblm pembacaan teks Proklamasi),
ternyata Bung Karno masih tidur nyenyak di kamarnya, di Jalan
Pegangsaan Timur 56, Cikini. Dia terkena gejala malaria tertiana. Suhu
badannya tinggi, dan sangat lelah setelah begadang bersama para penyusun
konsep naskah proklamasi di rumah Laksamana Maeda. Saat itu, tepat di
tengah-tengah bulan puasa Ramadhan.
'Pating greges', keluh Bung Karno setelah dibangunkan Dr. Soeharto,
dokter pribadi kesayangannya. Kemudian darahnya dialiri chinineurethan
intramusculair dan menenggak pil brom chinine. Lalu ia tidur lagi. Pukul
09.00, Bung Karno terbangun. Berpakaian rapi putih-putih dan menemui
sahabatnya, Bung Hatta.
Tepat pukul 10.00, keduanya memproklamasikan kemerdekaan Indonesia dari
serambi rumah. "Demikianlah Saudara-saudara! Kita sekalian telah
merdeka!", ujar Bung Karno di hadapan segelintir patriot-patriot sejati.
Mereka lalu menyanyikan lagu kebangsaan "Indonesia Raya", sambil
mengibarkan bendera pusaka Merah Putih. Setelah upacara yang singkat dan
khidmat itu selesai, Bung Karno kembali ke kamar tidurnya (masih dalam
kondisi meriang), akan tetapi sebuah revolusi telah dimulai.
5. Upacara Proklamasi Kemerdekaan Dibuat Sangat Sederhana
Upacara Proklamasi Kemerdekaan Indonesia ternyata berlangsung tanpa
protokol, tak ada korps musik, tak ada konduktor, dan tak ada
pancaragam. Tiang bendera pun dibuat dari batang bambu secara kasar,
serta ditanam hanya beberapa menit menjelang upacara. Tetapi itulah,
kenyataan yang terjadi pada sebuah upacara sakral yang dinanti-nanti
selama lebih dari 300 tahun.
6. Bendera dari Seprai dan Kain Tukang Soto
Bendera Pusaka Sang Saka Merah Putih adalah bendera resmi pertama bagi
Republik Indonesia. Tetapi dari apakah bendera sakral itu dibuat pertama
kalinya? Warna putihnya diambil dari kain seprei tempat tidur, dan
warna merahnya dari kain tukang soto.
7. Perintah Pertama Presiden Soekarno Saat Pertama Kali Menjadi Presiden RI adalah Memanggil Tukang Sate
Perintah pertama Presiden Soekarno saat dipilih sebagai presiden pertama
RI, bukanlah membentuk sebuah kabinet atau menandatangani sebuah
dekrit, melainkan memanggil tukang sate. Itu dilakukannya dalam
perjalanan pulang, setelah terpilih secara aklamasi sebagai presiden.
Kebetulan di jalan bertemu seorang tukang sate bertelanjang dada dan
nyeker (tidak memakai alas kaki).
“Sate ayam lima puluh tusuk!” perintah Presiden Soekarno. Disantapnya
sate dengan lahap dekat sebuah selokan yang kotor. Dan itulah, perintah
pertama pada rakyatnya, sekaligus pesta pertama atas pengangkatannya
sebagai pemimpin dari 70 juta jiwa lebih rakyat dari sebuah negara besar
yang baru berusia satu hari.
8. Soekarno Memandikan Penumpang Pesawat dengan Air Seni
Rasa-rasanya di dunia ini, hanya the founding fathers Indonesia yang
pernah mandi air seni. Saat pulang dari Dalat (Cipanasnya Saigon),
Vietnam, 13 Agustus 1945, Bung Karno bersama Bung Hatta, dr Radjiman
Wedyodiningrat, dan Dr. Soeharto (dokter pribadi Bung Karno), menumpang
pesawat fighter bomber bermotor ganda.
Dalam perjalanan, Soekarno ingin sekali buang air kecil, tetapi tak ada
tempat. Setelah dipikir, dicari jalan keluarnya untuk hasrat yang tak
tertahan itu. Melihat lubang-lubang kecil di dinding pesawat, di situlah
Bung Karno melepaskan hajat kecilnya. Karena angin begitu kencang
sekali, bersemburlah air seni itu dan membasahi semua penumpang termasuk
dirinya.
9. Bung Hatta Berbohong Demi Proklamasi
Kali ini, Bung Hatta yang berbohong demi proklamasi. Waktu masa
revolusi, Bung Karno memerintahkan Bung Hatta untuk meminta bantuan
senjata kepada Jawaharlal Nehru. Cara untuk pergi ke India pun dilakukan
secara rahasia.
Bung Hatta memakai paspor dengan nama 'Abdullah - co-pilot'. Lalu beliau
berangkat dengan pesawat yang dikemudikan Biju Patnaik, seorang
industrialis yang kemudian menjadi menteri pada kabinet PM Morarji
Desai. Bung Hatta diperlakukan sangat hormat oleh Nehru dan diajak
bertemu Mahatma Gandhi.
Nehru adalah kawan lama Hatta sejak 1920-an, dan Gandhi mengetahui
perjuangan Hatta. Setelah pertemuan, Gandhi diberi tahu oleh Nehru bahwa
'Abdullah' itu adalah Mohammad Hatta. Apa reaksi Gandhi? Dia marah
besar kepada Nehru, karena tidak diberi tahu yang sebenarnya.'You are a
liar !' ujar tokoh kharismatik itu kepada Nehru.
10. Negatif Film Foto Kemerdekaan Disimpan Di Bawah Pohon
Berkat kebohongan, peristiwa sakral Proklamasi 17 Agustus 1945 dapat di
dokumentasikan dan di saksikan oleh kita hingga kini. Saat tentara
Jepang ingin merampas negatif foto yang mengabadikan peristiwa penting
tersebut, Frans Mendoer, fotografer yang merekam detik-detik proklamasi,
berbohong kepada mereka.
Dia bilang tak punya negatif itu dan sudah diserahkan kepada Barisan
Pelopor, sebuah gerakan perjuangan. Mendengar jawaban itu, Jepang pun
marah besar, padahal negatif film itu ditanam di bawah sebuah pohon di
halaman Kantor harian Asia Raja. Setelah Jepang pergi, negatif itu
diafdruk dan dipublikasi secara luas hingga bisa dinikmati sampai
sekarang. Bagaimana kalau Mendoer bersikap jujur pada Jepang saat itu?
11. Naskah Asli Proklamasi Ditemukan di Tempat Sampah
Naskah asli teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia yang ditulis tangan
oleh Bung Karno dan didikte oleh Bung Hatta, ternyata tidak pernah
dimiliki dan disimpan oleh Pemerintah. Dan anehnya, naskah historis
tersebut justru disimpan dengan baik oleh wartawan BM Diah.
Diah menemukan draft proklamasi itu di dalam keranjang sampah di rumah
Laksamana Maeda, 17 Agustus 1945 dini hari, setelah disalin dan diketik
oleh Sajuti Melik. Pada 29 Mei 1992, Diah menyerahkan draft tersebut
kepada Presiden Soeharto, setelah menyimpannya selama 46 tahun, 9 bulan,
19 hari.
12. Indonesia Mungkin Saja Punya Lebih Dari Dua Proklamator
Kalau saja usul Bung Hatta diterima, tentu Indonesia punya 'lebih dari
dua' proklamator. Pada saat setelah konsep naskah Proklamasi Kemerdekaan
Indonesia rampung disusun di rumah Laksamana Maeda, Jl Imam Bonjol no
1, Jakarta, Bung Hatta mengusulkan semua yang hadir saat rapat dini hari
itu ikut menandatangani teks proklamasi yang akan dibacakan pagi
harinya.
Tetapi, usul ditolak oleh Soekarni, salah seorang pemuda yang hadir.
Rapat itu dihadiri Soekarno, Hatta, dan calon proklamator yang gagal :
Achmad Soebardjo, Soekarni, dan Sajuti Melik. 'Huh, diberi kesempatan
membuat sejarah tidak mau', gerutu Bung Hatta karena usulnya ditolak.
13. Gelar Proklamator Hanyalah Gelar Lisan
Gelar Proklamator untuk Bung Karno dan Bung Hatta, hanyalah gelar lisan
yang diberikan rakyat Indonesia kepadanya selama 41 tahun. Sebab, baru
1986 Permerintah memberikan gelar proklamator secara resmi kepada
mereka.
14. Tidak Ada Nama Jalan Soekarno-Hatta
Jakarta, tempat diproklamasikannya kemerdekaan Indonesia, dan kota
tempat Bung Karno dan Bung Hatta berjuang memproklamirkan kemerdekaan,
tidak memberi imbalan yang cukup untuk mengenang co-proklamator
Indonesia.
Sampai detik ini, tidak ada 'Jalan Soekarno-Hatta' di ibu kota Jakarta.
Bahkan, nama mereka tidak pernah diabadikan untuk sebuah objek bangunan
fasilitas umum apa pun sampai 1985, ketika sebuah bandara diresmikan
dengan memakai nama mereka.
15. Soepeno Satu-Satunya Menteri Yang Tewas Ditembak Belanda
Perjuangan frontal melawan Belanda, ternyata tidak hanya menelan korban
rakyat biasa, tetapi juga seorang menteri kabinet RI. Soepeno, Menteri
Pembangunan dan Pemuda dalam Kabinet Hatta, merupakan satu-satunya
menteri yang tewas ditembak Belanda.
Sebuah ujung revolver, dimasukkan ke dalam mulutnya dan diledakkan
secara keji oleh seorang tentara Belanda. Pelipis kirinya tembus kena
peluru. Kejadian tersebut terjadi pada 24 Februari 1949 pagi di sebuah
tempat di Kabupaten Nganjuk , Jawa Timur. Saat itu, Soepeno dan
ajudannya sedang mandi di sebuah pancuran air terjun.
16. Jenderal Soedirman Tidak Pernah Duduki Jabatan Resmi
Panglima Besar Tentara Nasional Indonesia, Jenderal Soedirman, pada
kenyatannya tidak pernah menduduki jabatan resmi di kabinet Republik
Indonesia. Beliau tidak pernah menjadi KSAD, Pangab, bahkan menteri
pertahanan sekalipun.
17. 17 Agustus Merupakan Tanggal Kematian Bagi Pencetus Pilar Indonesia
Bila 17 Agustus menjadi tanggal kelahiran Indonesia, justru tanggal
tersebut menjadi tanggal kematian bagi pencetus pilar Indonesia. Pada
tanggal itu, pencipta lagu kebangsaan “Indonesia Raya”, WR. Soepratman
(wafat 1937), dan pencetus ilmu bahasa Indonesia, Herman Neubronner van
der Tuuk (wafat 1894).
18. Hubungan Antara Revolusi Indonesia dan Hollywood Memang Dekat.
Setiap 1 Juni, selalu diperingati sebagai Hari Lahir Pancasila semasa
Presiden Soekarno. Pada 1956, peristiwa tersebut “hampir secara
kebetulan” dirayakan di sebuah hotel Hollywood.
Bung Karno saat itu mengundang aktris legendaris, Marylin Monroe, untuk
sebuah makan malam di Hotel Beverly Hills, Hollywood. Hadir di antaranya
Gregory Peck, George Murphy dan Ronald Reagan (25 tahun kemudian
menjadi Presiden AS).
Yang unik dari pesta menjelang Hari Lahir Pancasila itu, adalah
kebodohan Marilyn dalam hal protokol. Pada pesta itu, Maryln menyapa
Bung Karno bukan dengan “Mr. President” atau “Your Excellency”, tetapi
dengan “Prince Soekarno”.
19. Setting Revolusi di Indonesia Diangkat Ke Dalam Film
Ada lagi hubungan erat antara 17 Agustus dan Hollywood. Judul pidato 17
Agustus 1964, 'Tahun Vivere Perilocoso' (Tahun yang Penuh Bahaya), telah
dijadikan judul sebuah film 'The Year of Living Dangerously'. Film
tersebut menceritakan pegalaman seorang wartawan Australia yg ditugaskan
ke Indonesia pada 1960-an, pada detik2 menjelang peristiwa berdarah th
1965. Pada 1984, film yang dibintangi Mel Gibson itu mendapat Oscar
untuk kategori film asing.
20. Bendera Merah Putih dan Perayaan Tujuh Belasan Bukan Hanya di Indonesia
Bendera Merah Putih dan perayaan tujuh belasan bukanlah monopoli
Indonesia. Corak benderanya sama dengan corak bendera Kerajaan Monaco
dan hari kemerdekaannya sama dengan hari proklamasi Republik Gabon
(sebuah negara di Afrika Barat) yang merdeka 17 Agustus 1960.
Selain itu, masih menjadi perdebatan apakah lagu Indonesia Raya
benar-benar merupakan karya asli WR Supratman, ataukah 'terinspirasi'
oleh lagu Perancis, 'Les Marseilles', yg memiliki nada-nada yg sangat
mirip?
21. Kalimantan Dipimpin 3 Kepala Negara
Menurut Proklamasi 17 Agustus 1945, Kalimantan adalah bagian integral
wilayah hukum Indonesia. Kenyataannya, pulau tersebut paling unik di
dunia. Di pulau tersebut, terdapat 3 kepala negara yang memerintah.
Presiden Soeharto (memerintah 4 wilayah provinsi), PM Mahathir Mohamad
(Sabah dan Serawak, Malaysia), serta Sultan Hassanal Bolkiah (Brunei
Darussalam).
22. Ibukota Negara Indonesia Berpindah Sampai Tiga Kali
Belum ada negara di dunia ini, yang memiliki ibukota sampai tiga dalam
kurun waktu relatif singkat. Antara 1945 dan 1948, Indonesia mempunyai 3
ibukota, yakni : Jakarta (1945-1946), Yogyakarta (1946-1948), dan
Bukittinggi (1948-1949).
Demikian misteri-misteri seputar proklamasi kemerdekaan Republik
Indonesia. Sejarah yang begitu sakral untuk seluruh rakyat Indonesia,
karena berawal dari sanalah Indonesia dapat menjadi sebuah negara yang
merdeka, mandiri, yang tidak lagi ditindas oleh kesemena-menaan para
bangsa penjajah.
Tugas kita semua untuk terus mempertahankan keutuhan NKRI. MERDEKA!!!!!!!!!!
Sumber:komunitaspeintasejarah
Dibalik Sejarah Proklamasi
Proklamasi Kemerdekaan Indonesia Jumat, 17 Agustus 1945 Tahun Masehi, atau 17 Agustus 2605 menurut tahun Jepang, atau 17 Ramadhan 1365 Tahun Hijriah dibacakan oleh Ir. Soekarno yang didampingi oleh Drs. Mohammad Hatta di Jalan Pegangsaan Timur 56, Jakarta Pusat. teks proklamasi diketik oleh Sayuti Melik (atau Sajoeti Melik)
PROKLAMASI
Kami bangsa Indonesia dengan ini menjatakan kemerdekaan Indonesia.
Hal-hal jang mengenai pemindahan kekoeasaan d.l.l., diselenggarakan
dengan tjara seksama dan dalam tempo jang sesingkat-singkatnja.
Djakarta, hari 17 boelan 8 tahoen 45
Atas nama bangsa Indonesia.
Soekarno/Hatta
Hal-hal jang mengenai pemindahan kekoeasaan d.l.l., diselenggarakan
dengan tjara seksama dan dalam tempo jang sesingkat-singkatnja.
Djakarta, hari 17 boelan 8 tahoen 45
Atas nama bangsa Indonesia.
Soekarno/Hatta
Tapi dibalik peristiwa diatas, ada satu peristiwa di dunia jurnalistik yang sampai sekarang tetap menjadi tonggak sejarah Bangsa Indonesia, ketika melihat foto Soekarno membacakan proklamasi, tahukah kita siapa yang mengambil gambarnya? yang sampai sekarang gambar itu melegenda di dunia fotografi. Awal mula sejarah fotografi jurnalistik Indonesia, baru terjadi pada tahun 1942 dimana saat itu Jepang memberi kesempatan mentransfer teknologi ini karena kebutuhan propagandanya.
Jepang melatih orang Indonesia menjadi fotografer untuk bekerja di kantor berita “DOMEI” milik mereka. Hal ini menjadi Bumerang bagi jepang, karena seorang Alexius Impurung Mendur sukses mengabadikan momentum proklamasi kemerdekaan Indonesia, 17 Agustus 1945. Namun sayang, seorang serdadu Jepang tiba-tiba merebut paksa kamera dari tangan Alex yang lantas di luluhlantakan beserta film dan isinya. Tapi beruntung pada saat yang sama, di Pegangsaan Timur 56 Jakarta, Frans Sumarto Mendur, adik dari alex, melakukan hal serupa yakni memotret Soekarno yang sedang membacakan teks proklamasi dan pengibaran sang saka Merah-Putih oleh Latief Hendraningrat. Saat tentara Nippon lengah, Frans “buru-buru” memendam filmnya di dalam tanah dan baru diambil kembali setelah kondisi aman. Tercetaklah foto bersejarah saat pengumuman detik-detik maklumat kedaulatan negara Republik Indonesia.
(sumber : Proklamasi Kemerdekaan RI, Kronik Revolusi Indonesia, Riwayat dan Perjuangan Sekitar Proklamasi, Buku Ritual Fotografi)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar