Inilah Fakta Sejarah Pengkhianatan Etnis Cina Di Indonesia (1)
http://www.gerhana85.com/2016/04/inilah-fakta-sejarah-pengkhianatan.html?m=1
Peresmian Monumen Laskar Cina di Taman Mini Indonesia Indah seperti membuka luka lama bagi banyak kalangan. Hingga kini banyak golongan masyarakat dan pelaku sejarah yang meminta monumen Cina tersebut untuk dihancurkan (ilustrasi) |
''Pao An Tui adalah sisi kelam masyarakat Cina di era awal kemerdekaan Indonesia..!’’
Gerhana85.com - Peresmian
Monumen Laskar Cina oleh Menteri Dalam Negeri Tjahyo Kumolo membuat
masyarakat Indonesia yang memahami sejarah kembali terusik dengan
beberapa fakta sejarah yang ada. Sedangkan bagi masyarakat yang tidak
mengetahui jadi bertanya-tanya apa itu laskar Cina?
Banyak pengamat, golongan masyarakat dan sejarahwan yang menolak pendirian monumen laskar Cina karena ada unsur pemutarbalikkan sejarah dalam memahami kontribusi bagi kemerdekaan Indonesia.
Salah satu yang paling terkenal dan membekas dalam pergolakan kaum Cina di Indonesia adalah pengkhianatan laskar Po An Tui kepada Republik Indonesia yang saat itu benar-benar berada di titik nadir eksistensi memperjuangkan kemerdekaan.
Banyak pengamat, golongan masyarakat dan sejarahwan yang menolak pendirian monumen laskar Cina karena ada unsur pemutarbalikkan sejarah dalam memahami kontribusi bagi kemerdekaan Indonesia.
Salah satu yang paling terkenal dan membekas dalam pergolakan kaum Cina di Indonesia adalah pengkhianatan laskar Po An Tui kepada Republik Indonesia yang saat itu benar-benar berada di titik nadir eksistensi memperjuangkan kemerdekaan.
Peresmian Monumen Laskar Cina oleh Mendagri Tjahyo Kumolo di TMII (ist) |
''Pao
An Tui adalah sisi kelam masyarakat Cina di era awal kemerdekaan
Indonesia..!’’ pernyataan ini ditegaskan mantan wartawan senior
Republika yang kini tengah ‘melanglang dunia’.
Teguh
menyatakan bahwa kini memang ada kesimpangsiuran mengenai sejarah
pembentukan laskar bersenjata etnis Cina di masa perang kemerdekaan: Pau
An Tui (PAT).
‘’Kalau
mau mengangkat pahlawan dari etnis Cina ini, maka lebih baik yang
dijadikan itu adalah kelompok Kin An Tui, yakni sebuah kelompok sosial
yang membantu masyarakat Tionghoa dan pribumi pada masa Jakarta diduduki
Belanda di awal kemerdekaan itu juga,’’ katanya.
Teguh
mengatakan tidak tahu peris mengapa ada pejabat tinggi negara bersedia
meresmikan monumen Laskar Cina di Taman Mini Indonesia Indah Jakarta.
Sebab, ada milisi bersenjata, yakni Pao An Tui, yang bercitra buruk di
mata rakyat Indonesia.
Karena,
milisi yang dibentuk secara 'nasional' sekitar pertengahan 1947 ini
dulu dilatih dan dipersenjatai oleh tentara Belanda (KNIL). Tempat
latihan militer mereka adalah di CImahi, Jawa Barat. Sehingga ini
membuat masyarakat bertanya-tanya mengenai keberadaan dan maksud
didirikannya monumen itu.
Suasana latihan militer Pau An Tui di Cimahi, Oktober 1947 |
Bukan
hanya itu, fakta Pao An Tui tidak berpihak pada Republik Indonesia juga
dibuktikan dengan adan serangan laskar Pau An Tui di Medan ke pihak TNI
yang saat itu di komandoi oleh Jamin Ginting.
Alasan penyerangan mereka adalah karena ingin membalas dendam kepada terhadap 'laskar liar'. ’’Akibat penyerangan ini mereka pun balik dihabisi oleh pasukan TNI yang dipimpin Jamin Ginting itu,’’ katanya.
Alasan penyerangan mereka adalah karena ingin membalas dendam kepada terhadap 'laskar liar'. ’’Akibat penyerangan ini mereka pun balik dihabisi oleh pasukan TNI yang dipimpin Jamin Ginting itu,’’ katanya.
‘’Melihat
fakta-fakta ini, saya bertanya-tanya mengapa Pao An Tui itu kemudian
dijakan pahlawan dan harus diagung-agungkan. Ingat Jendral jendral Spoor
dulu saja tak mau merangkulnya. Bahkan, Syahrir pun yang sempat mau
merangkul mereka, tiba-tiba membatalan keputusannya. Sikap Syahrir
berubah setelah dicegah oleh Tokoh Partai Tionghoa Indonesia,’’ kata
Teguh.
Menurut
Teguh, bila kini ada pembelaan bahwa Pau An Tui adalah ‘pahlawan’ maka
dasarnya hanya mengacu pada sebuah memoar yang ditulis Oei Tjoe Tat. Dia
mengatakan bahwa Pao Aun Tui tidak menghalangi kemerdekaan Indonesa.
Anggota Pau An Tui dilatih menembak oleh anggota KNIL, Oktober 1947. |
‘'Memoar
inilah yang banyak dikutip sejarawan Cina di Indonesia. Selain itu tak
ada. Bahkan catatan sejarah lain menyatakan Pao An Tui pada perstiwa 10
November 1945 memihak pada tentara Belanda. Data ini dperkuat berbagai
foto perang kemerdekaan yang ada di arsip Belanda, yakni dalam situs
gahetna.nl. Di sana jelas sekali terlihat fakta bahwa Pau An Tui dilatih
oleh KNIL (tentara Belanda),’’ tegasnya.
Menurut
Teguh, jika pada akhirnya PAT menjadi pro-Republik, itu terjadi ketika
Belanda mulai terdesak di level diplomatik. Konsul Cina di Jakarta
menyuplai informasi yang menjadi dasar bagi PAT untuk mengambil
kebijakan politik.
''Belanda telah memperkirakan semua itu, dan mereka tidak bernasib sama dengan Jepang,’’ ujar Teguh.
Dalam
soal Pau An Tui, Teguh telah menulsikan kajiannya secara komprehensif
pada rubrik ‘Kazanah’ di Harian Republika sekitar lima tahun silam,
yakni pada awal tahun 2011. Tulisan ini bisa dinikmati pada artikel
selanjutnya.
Pao An Tui Riwayatmu Ini
Tanyakan kepada sejarawan Tionghoa di Indonesia. Mereka pasti tak berbicara banyak, karena yang mereka ketahui hanya sedikit. Yang banyak adalah pengingkaran terhadap sisi kelam Pao An Tui.
Seorang
kawan sedang meneliti Pao An Tui, dengan membaca arsip Belanda. Dia
sampai pada kesimpulan Pao An Tui Surabaya terlibat membantu NICA dalam
perang 10 Nopember (lihat penelitian Andjarwati Noorhidajah yang
terangkum dalam buku Tionghoa di Surabaya, serta memoir Soemarsono —
komandan Pemuda Rakyat).
Bung
Tomo marah dan mengobarkan semangat anti-Tionghoa. Akibatnya, terjadi
pembantaian masyarakat Tionghoa di Medan, Tangerang, Bagan Siapi-api,
dan kota-kota di Jawa Barat dan Tengah; Karawang.
Keterlibatan
Pao An Tui Surabya membantu NICA inilah yang diingkari banyak sejarawan
masyarakat Tionghoa Indonesia. Pengingkaran itu terjadi sejak awal.
Buktinya,
ketika masyarakat Tionghoa Medan berupaya melindungi diri, mereka
membentuk Pao An Tui dan meminta Jenderal TED Kelly, komandan pasukan
Inggris, mempersenjatai mereka.
Fakta
yang digunakan masyarakat Tionghoa Indonesia untuk membersihkan nama
Pao An Tui adalah organisasi ini resmi dibentuk 28 Agustus 1947 di
Jakarta atas restu PM Sutan Sjahrir. Oey Tjoe Tat, mantan menteri
keuangan era Soekarno, juga menggunakan fakta yang sama untuk mengatakan
Pao An Tui bukan antek Belanda.
Oey
Tjoe Tat mengingkari keterlibatan Pao An Tui di Surabaya. Namun Siaow
Giok Tjhan, pahlawan kemerdekaan Indonesia dari etnis Tionghoa, tidak.
Demikian pula Liem Koen Hian, tokoh Partai Tionghoa Indoneisia (PTI)
yang sejak 1930 mengkampanyekan nasiolisme Indonesia bagi masyarakat
Tionghoa peranakan.
Pasokan Senjata dari Jendral Spoor dan Westerling
Sikap keduanya terlihat saat menanggapi pembantaian Tionghoa di Tangerang, dengan menuduh Belanda diuntungkan oleh pembantaian itu. Fakta memperlihatkan kerusuhan Tangerang dipicu penurunan merah putih oleh seorang anggota Pao An Tui.
Pao
An Tui di Tangerang dibentuk oleh Chung Hua Hui — organisasi para tuan
tanah kaya yang menjadi anak emas Belanda selama sekian ratus tahun —
yang pro NICA. Ada informasi sulit diklarifikasi menyebutkan Pao An Tui
Tangerang berniat mendirikan negara Capitanate of Tangerang.
Pao
An Tui di Jakarta dipersenjatai Jenderal Spoor, komandan NICA. Pao An
Tui di Bandung diberi akses ke perdagangan gelap senjata di Singapura
oleh Raymond Westerling.
Benny G Setiono, penulis buku Tionghoa dalam Pusaran Politik, mati-matian membersihkan nama Pao An Tui. Dia
menulis; Pao An Tui tidak pernah menghambat revolusi Indonesia. Adalah
benar ada anggota Pao An Tui yang berpihak ke NICA, mungkin karena sakit
hati atau hal lain.
Soekarno Nyaris Mengakui Pao An Tui, Tapi Ditolak Lim Koen Hian
Soekarno pun nyaris mengakui Pao An Tui. Namun ia mengurungkan niatnya setelah sebagaian masyarakat Tionghoa, terutama kaum kiri dan nasionalis macam Lim Koen Hian gan SGT, menentangnya.
Pao
An Tui tidak punya jasa sama sekali dalam perjuangan Indonesia.
Organisasi ini adalah simbol oportunistik Tionghoa Indonesia, yang hanya
sibuk menjaga properti ketimbang membantu Indonesia memerdekakan diri.
Mereka tidak peduli siapa yang akan berkuasa; Belanda atau Indonesia,
yang penting properti usaha selamat.
Laskar
Rakyat melihat properti Tionghoa adalah logistik bagi Belanda. Ketika
taktik Bumi Hangus dalam perang kemerdekaan dijalankan, seluruh properti
Tionghoa di desa-desa harus dimusnahkan.
Di
Karawang, dalam sepekan lima penggilingan padi milik etnis Tiongoa
hancur dibakar, dan akses distribusi diputus. Akibatnya, pasokan pangan
ke Jakarta — induk pasukan NICA — hancur.
Spoor
dan TNI tampaknya tahu bagaimana menjaga jarak dengan Pao An Tui.
Keduanya belajar dari pengalaman Jepang yang dikhianati PAT di Tungchow.
Alkisah,
PAT garnisun Tungchow yang dibentuk dan dilatih Jepang sebagai serdadu
boneka, dan melayani Jepang selama periode gencatatan senjata Tangka,
tiba-tiba membokong dari belakang. PAT membantai 250 serdadu Jepang dan
Korea di Tungchow. (lihat Japanese and China War, karya Robert Hunter
Boyle)
Satu
hal yang disesali SGT dan Lim Koen Hian sampai akhir hayatnya adalah
mengapa Bung Tomo mengeneralisir bahwa seluruh Tionghoa di Indonesia pro
Belanda. Bung Tomo mengabaikan fakta Tony Wen, keturunan Tionghoa asal
Malang membentuk Pasukan Berani Mati untuk menghambat Belanda. Laskar
Liar mengabaikan hal ini, sampai akhirnya Tragedi Mergosono — pembakaran
30 etnis Tionghoa Malang, Agustus 1947 — terjadi.
Anggota Pau An Tui ketika berlatih bersama tentara KNIL Belanda, di CImahi, Oktober 1947 |
Pau An Tui yang Berdiri di Banyak Kota di Jawa
Barangkali, luka telah menganga, dan tak mungkin hapus dalam situasi genting. Maka, yang ada di benak pejuang Indonesia adalah PAT antek Belanda. Ketika Pao An Tui dibentuk di banyak kota di Jawa, Laskar Rakyat bereaksi dengan menyerangnya.
Ada
analisis lain soal Peristiwa Tangerang Juni 1946. Pembantaian itu
melibatkan banyak pihak. Laskar liar yang terdiri dari para penjahat,
kelompok jawara yang ingin mengambil tanah-tanah milik para Tuan
Tionghoa, dan Laskar Hitam — milisi Mislim keturunan Arab yang ingin
mendirikan negara Islam di Tangerang.
Fakta
keterlibatan Laskar Hitam terlihat di Mauk, dengan menyelenggarakan
sunat paksa terhadap semua lelaki Tionghoa di Mauk, Selapajang, Teluk
Nata, dan lainnya.
Dari
segi kepentingan taktik, pembantaian itu merupakan taktik bumi bangus
untuk memutus jalur suplai makanan dari wilaha produksi. Tangerang saat
itu adalah lumbung padi terdekat bagi Jakarta.
Tidak
ada fakta apakah PAT di Jakarta, yang bermarkas besar di Jl Mangga
Besar, dan kantor administrasinya di Jl Pintu Kecil No 6, terlibat
perang dengan laskar rakyat.
Informasi tambahan, PAT Jakarta — dan sesksi-seksinya di Bandung,
Karawang, Sukabumi, Djatibarang, Cirebon — dibentuk oleh Chung Hua
Tsung Hui, organisasi Tionghoa pro nasionalis Kuomintang pimpinan Ciang
Kai Sek. Pembentukannya dibantu Konsul Jenderal Cina di Jakarta.
Sumber: Gerhana85/Republika
Bahkan, Po An Tui memusuhi sesama Cina yang muslim,
jika ada Cina masuk Islam mereka aniyaya, jika ada Cina anti Belanda
maka akan dimusuhi.
“Namun pertanyaannya, kenapa pemerintah RI tidak memasukkan Po An Tui dalam sejarah kemerdekaan Indonesia. Kenapa tidak diceritakan, padahal ini adalah fakta sejarah. Kenapa PKI disebut pengkhianat sedangkan Po An Tui tidak?,” kata Habib Rizieq.
***
Demikian
diungkapkan Imam Besar Front Pembela Islam (FPI) Habib Rizieq Syihab
saat pengajian bulanan di Markas FPI, Jl. Petamburan III, Jakarta Pusat
beberapa waktu lalu.
“Silahkan buka dalam sejarahnya, bahwa Po An Tui telah membunuhi pribumi muslim diberbagai daerah seperti di Pekalongan dan Glodok Jakarta,” ujar Habib Rizieq.
Dalam sejarahnya, Po An Tui selalu berkhianat. “Saat Belanda pergi dari Indonesia Po An Tui ikut Jepang, begitu Jepang hengkang dari Indonesia mereka ikut Partai Komunis Indonesia (PKI). Saat pemberontakan PKI mereka ikut PKI, mereka ikut membunuh para ulama, mereka bunuh kyai, dan mereka bunuh masyarakat pribumi,” kata Habib Rizieq.
Tidak sampai disitu, Po An Tui juga melakukan teror di jawa Barat, melakukan penculikan dan pembunuhan. Di tahun 1945, begitu Bung Karno dan Bung Hatta mendeklarasikan kemerdekaan Indonesia, Po An Tui di Sumatera Utara berontak. Cina-cina di Medan angkat senjata tidak mau bergabung dengan NKRI. Di wilayah Balaraja Tangerang, Po An Tui juga berontak tidak mau bergabung dengan NKRI, akhirnya umat Islam marah, terjadi perang di Balaraja, berapa banyak laskar cina kafir yang dibunuh oleh masyarakat.
Po An Tui juga bersekutu dengan Westerling, tokoh pembantai umat Islam. Saat Westerling telah membantai umat Islam di Makassar, lalu dia lari ke Jakarta dan Jawa Barat dan ia dikejar oleh Tentara Nasional Indonesia (TNI). Po An Tui lah yang membantu meloloskan Westerling melalui Sanfur Ancol Jakarta Utara, dari sana diselundupkan Westerling dilarikan dengan pesawat kecil menuju Singapura.
“Jadi Cina kafir ini pengkhianat, Westerling itu pembantai umat Islam Indonesia, 50 ribu umat Islam Makassar dibantai oleh Westerling, teryata Po An Tui dijaman penjajah Belanda malah membantu Westerling,” ungkap Habib Rizieq.
Bahkan, Po An Tui memusuhi sesama Cina yang muslim, jika ada cina masuk Islam mereka aniyaya, jika ada Cina anti Belanda maka akan dimusuhi.
“Namun pertanyaannya, kenapa pemerintah RI tidak memasukkan Po An Tui dalam sejarah kemerdekaan Indonesia. Kenapa tidak diceritakan, padahal ini adalah fakta sejarah. Kenapa PKI disebut penghianat sedangkan Po An Tui tidak?,” kata Habib Rizieq.
“Ini sejarah, tapi tidak ada di dalam buku-buku pelajaran sejarah di sekolah? Kenapa disembunyikan? Po An Tui harus masuk dalam sejarah agar bangsa Indonesia tahu sejauh apa pengkhiatan orang-orang kafir ini kepada bangsa Indonesia,” tambahnya.
“Dan sekarang, cina-cina kafir jangan mentang-mentang sudah pada pada kaya raya, sudah menguasai ekonomi, sekarang mau kuasai politik. Mereka merasa dirinya bersih, setia kepada bangsa, nasionalismenya tidak diragukan, omong kosong!” tegas Habib Rizieq.
Karena itulah, kenapa di zaman Soeharto orang-orang Cina dibatasi, tidak sembarangan jadi pejabat. Karena Soeharto paham kalau mereka sering mengkhianati Indonesia, mereka telah membantu Belanda, membantu Jepang dan membantu PKI, karena itu mereka dilarang.
“Soeharto sudah mengambil sikap yang tepat, kerena mereka patut dicurigai, orang-orang kafir ini ingin memecah belah negeri ini,” jelas Habib Rizieq.
Dan saat Belanda datang, mereka melakukan perlawanan, tidak ada dari mereka yang membantu Belanda, semuanya melakukan perlawanan. Habaibnya, Ulamanya, seperti Diponegoro, Imam Bonjol, Teuku Umar dimana-mana semua angkat senjata melawan penjajah, jadi tidak ada habaib yang jadi pengkhianat.
“Saya sendiri punya ayah, (alm) Sayyid Husein bin Muhammad Syihab dulu pernah ditangkap Belanda. Beliau bekerja di palang merah Belanda bertugas menyiapkan perbekalan, tapi diwaktu-waktu tertentu perbekalan dari gudang Belanda tersebut dikeluarkan ayah saya untuk membantu para gerilyawan, untuk pasukannya KH Noer Ali seorang ulama dari Bekasi yang juga sebagai pahlawan nasional,” cerita Habib Rizieq.
“Namun pada akhirnya ada pengkhianat yang membocorkan ke Belanda, lalu ayah saya ditangkap, dari depan pintu rumah diikat dengan tambang diseret menggunakan mobil jeep sampai ke penjara di Kalimalang. Ayah saya kemudian divonis hukuman mati. Begitu akan dieksekusi, pasukan gerilyawan KH Noer Ali datang menyerbu penjara dan akhirnya berhasil membebaskan seluruh tawanan termasuk ayah saya, tapi dalam pelarian beliau ditembak pantatnya namun bisa diselamatkan para gerilyawan, akibat tembakan itu beliau cacat seumur hidup.” tambahnya.
“Jadi orang tua kami bukan pengkhianat, mereka berjuang melawan Belanda, ikut membela negara bersama pejuang pribumi. Saya ceritakan itu untuk membuktikan bahwa kami beda tidak seperti Po An Tui, Habaib itu pejuang di Indonesia,” katanya.
“Jadi jangan coba-coba, orang seperti Ahok dan yang mendukung Ahok ingin membesar-besarkan jasa cina kafir di Indonesia. Dalam sejarahnya mereka itu pengkhianat, mereka yang membantai pribumi, mereka yang merusak Islam dan sekarang mau bicara soal kebangsaan, mau bicara nasionalisme. Kami habaib bukan hanya bicara tapi dari dahulu sampai saat ini kami sudah buktikan bahwa kami cinta agama dan bangsa ini dan kami tidak akan bergeser dari itu semua,” pungkas Habib Rizieq
red: adhila, Rabu, 26/11/2014 19:43:08
Tugas laskar Po An Tui selain menjadi mata-mata juga untuk meneror pejuang pribumi. Kehadiran serta sepak terjangnya yang terkenal kejam menjadi salah satu penyebab pejuang Islam sangat membenci etnis Cina, dan sebaliknya etnis Cinapun antipati terhadap para pejuang Islam.
Aksi Po An Tui itu tergolong kejam bahkan lebih kejam dibanding dengan tentara Belanda.
Sayangnya, dalam penulisan sejarah, keberadaan dan kejahatan serta
tindak-tanduk laskar Po An Tui cenderung diabaikan. Ada upaya sistematis
untuk menghilangkan fakta sejarah ini.
Mengapa Westerling setelah menebar teror di Bandung dan berniat membunuh Menteri Pertahanan Sri Sultan Hamengku Buwono IX berhasil kabur ke Singapura?
Jenderal TNI (Purn) Abdul Haris Nasution yang kala itu menjabat KSAD (Kepala Staf Angkatan Darat) dalam bukunya “Memenuhi Panggilan Tugas,” mengisahkan bahwa, setelah menebar teror di Bandung, dan jadi buronan pasukan Siliwangi Westerling berhasil lolos ke Jakarta.
Tapi persembunyiannya di Jakarta (Tanjung Priok) akhirnya berhasil diendus oleh satuan CPM dari KMKBDR (Komando Militer Kota Besar Djakarta Raja), khususnya sub KMK Tanjung Priok.
Westerling pun tertangkap. Namun, saat hendak digelandang ke KMK, secara tiba-tiba Westerling dan ajudannya memberondong satuan CPM, dan melarikan diri ke aeah Zandvoort (pantai Sampur).
Di pantai itu telah menunggu sebuah pesawat Catalina yang kemudian membawa Westerling kabur ke Singapura. Mudahnya Westerling kabur ke Singapura, karena ia memiliki hubungan istimewa dengan Laskar PO AN TUI. Dimasa Perang Kemerdekaan laskar ini mendapat pasokan senjata dari Singapura.
Laskar Po An Tui, adalah satuan bersenjata orang-orang Cina di Indonesia yang loyal kepada Belanda. .
Tugas laskar Po An Tui selain menjadi mata-mata juga untuk meneror pejuang pribumi. Kehadiran serta sepak terjangnya yang terkenal kejam menjadi salah satu penyebab pejuang membenci etnis Cina dan etnis Cina pun antipati terhadap para pejuang.
Sebagai mata-mata, anggota laskar Po An Tui selalu mengamat-amati kegiatan para pejuang. Akibatnya gerak-gerik dan markas pejuang dapat diketahui. Setelah markas para pejuang diketahui, Belanda melakukan serangan gabungan dengan Inggris terhadap markas para pejuang.
Laskar Po An Tui tidak hanya terdapat di Jakarta, tapi juga di Medan, Surabaya dan kota-kota lainnya. Aksi Po An Tui itu tergolong kejam bahkan lebih kejam dibanding dengan tentara Belanda.
Di Bandung, laskar Po An Tui aktif membantu NICA (Nederland Indische Civil Administration) menebar teror terhadap para pejuang, seperti pembunuhan, penculikan, pemerkosaan, dan penjarahan. Teror itu bertujuan agar pribumi segera pindah ke Bandung Selatan dan tidak mendukung RI.
Sayangnya, dalam penulisan sejarah, keberadaan dan tindak tanduk laskar Po An Tui cenderung diabaikan. Ada upaya sistematis untuk menghilangkan fakta sejarah ini. Mungkin tujuannya agar bangsa ini tidak mengetahui sejarah. Tapi para pejuang yang pernah menderita kekejamannya tentu tidak dapat melupakannya.
Menurut salah seorang putera pejuang kemerdekaan RI, masalah kekejaman Po An Tui sempat disinggung dalam persidangan Konstituante di tahun 1950-an. Ia menulis salinan penggalan pidato seorang pejuang yang menjadi anggota Konstituante.
Pidato yang disampaikan oleh Mado Miharna (organisasi Persatuan Rakyat Desa) di hadapan Sidang Pleno Konstituante tahun 1959 adalah sebagai berikut:
Saudara Ketua dan Madjelis Konstituante jang terhormat, dalam rangka pemandangan umum;
Saudara Ketua, bagi seluruh pedjuang bangsa Indonesia jang mengikuti dan mengalami pahit-getirnja perdjuangan sedjak Proklamasi 1945, lebih-lebih tentunja bagi perintis-perintis kemerdekaan bangsa, melihat keadaan dan penderitaan masjarakat dewasa ini, pasti akan sedih, sedih karena ini bukanlah tudjuan kita, bukan masjarakat sematjam sekarang jang kita idam-idamkan.
Seluruh lapisan masjarakat telah berdjuang tetapi baru beberapa gelintir orang-orang sadja jang senang. Beribu-ribu pedjuang kita dibunuh, tetapi golongan pembunuh jang menikmati keuntungan.
Para pedjuang kita ditangkap dan disiksa, tetapi hasilnja golongan jang menangkapi dan menjiksa para pedjuang masih berkuasa.
Pao An Tui sementara dari golongan Tionghoa jang membantu aktif tentara Belanda jang telah membunuh, membakar, menangkapi anak-anak buah kami, sampai sekarang masih bergelandangan, bukan sadja masih bergelandangan, tetapi berkuasa dan menguasai segala sektor penghidupan rakjat.
Golongan Po An Tui jang telah dengan kedjamnja membunuh dan membakar para pedjuang kemerdekaan termasuk anak-anak buah kami, karena mereka tidak mengungsi dan terus berada di kota bersama Belanda, mendadak menjadi kaja, sesudah Belanda tidak ada mereka menduduki bekas tempat Belanda.
"Inilah bukan bajangan, bukan impian, tetapi kenjataan, lihatlah sadja di Bandung" ….
(Pidato yang disampaikan oleh Mado Miharna –organisasi Persatuan Rakyat Desa– di hadapan Sidang Pleno Konstituante, waktu itu (1959).
Sekarang, para anak keturunan dan anak cucu laskar Po An Tui telah berkuasa dan menguasai Indonesia, kemudian memperbudak dan menjadikan kaum pribumi sebagai kuli di negerinya sendiri. Kejahatan mereka tidak kalah hebatnya, saat di zaman Belanda terhadap pribumi. Asset ekonomi Indonesia sudah digenggam anak keturunan laskar Po An Tui.
Lebih ironis lagi, Mendagri Tjahjo Kumolo justeru meresmikan Monumen Po An Tui di Taman Mini Indonesia Indah (TMII), seraya mengatakan bahwa tujuan didirikannya monumen Po An Tui adalah untuk mengingatkan siapa leluhur kita dan perjuangan laskar China dalam melawan penjajah VOC Belanda pada tahun 1740 – 1743.
Pernyataan Tjahjo Kumolo tersebut sepertinya adalah upaya sistematis dalam mengaburkan dan membelokan fakta sejarah sebenarnya.
Po An Tui adalah Milisi Cina Indonesia yang dibentuk dan dipersenjatai oleh penjajah Belanda, mereka membentuk satuan untuk setia kepada Belanda. Tugas mereka menjadi mata-mata, melakukan aksi teror, penculikan, pemerkosaan, penjarahan dan mengambil upeti dari petani-petani pribumi, memeras rakyat pribumi untuk diambil kekayaan dan disetorkan ke Belanda, bahkan mereka akan membunuh kalau ada pribumi yang menentang.
[mr/voa-islam]
Sejarah Kebiadaban Po An Tui Dibongkar
Milisi
Cina Indonesia yang dikenal sebagai ‘Po An Tui’ yang dibentuk oleh
Administrasi Belanda untuk membantu mereka melawan Pejuang Indonesia.
Beberapa unit (seperti di Jawa Tengah) Laskar Cina Indonesia ini
terlibat dalam Agresi, dan beberapa dugaan mereka melakukan kejahatan
perang dengan membunuh POW (tawanan perang) di Temanggung./
militaryphotos.net/forums
- Bukti nyata Cina Indonesia antek penjajah
- Sekarang, para anak keturunan dan anak cucu laskar PO AN TUI telah berkuasa dan menguasai Indonesia, kemudian memperbudak dan menjadikan kaum pribumi sebagai kuli di negerinya sendiri. Kejahatan mereka tidak kalah hebatnya, saat di zaman Belanda terhadap pribumi. Asset ekonomi Indonesia sudah digenggam anak keturunan laskar PO AN TUI.
.
“Jadi
Cina kafir ini pengkhianat, Westerling itu pembantai umat Islam
Indonesia, 50 ribu umat Islam Makassar dibantai oleh Westerling, teryata
Po An Tui dijaman penjajah Belanda malah membantu Westerling,” ungkap
Habib Rizieq.
“Namun pertanyaannya, kenapa pemerintah RI tidak memasukkan Po An Tui dalam sejarah kemerdekaan Indonesia. Kenapa tidak diceritakan, padahal ini adalah fakta sejarah. Kenapa PKI disebut pengkhianat sedangkan Po An Tui tidak?,” kata Habib Rizieq.
Karena
itulah, kenapa di zaman Soeharto orang-orang Cina dibatasi, tidak
sembarangan jadi pejabat. Karena Soeharto paham kalau mereka sering
mengkhianati Indonesia, mereka telah membantu Belanda, membantu Jepang
dan membantu PKI, karena itu mereka dilarang.
“Soeharto sudah
mengambil sikap yang tepat, kerena mereka patut dicurigai, orang-orang
kafir ini ingin memecah belah negeri ini,” jelas Habib Rizieq.***
Jakarta (SI Online)
– Po An Tui adalah laskar cina kafir Indonesia yang dibentuk oleh
penjajah Belanda, mereka membentuk laskar cina kafir untuk setia kepada
Belanda. Tugasnya mengambil upeti dari petani-petani pribumi, memeras
rakyat pribumi untuk diambil kekayaan dan disetorkan ke Belanda, bahkan
mereka akan membunuh kalau ada pribumi yang menantang.
“Silahkan buka dalam sejarahnya, bahwa Po An Tui telah membunuhi pribumi muslim diberbagai daerah seperti di Pekalongan dan Glodok Jakarta,” ujar Habib Rizieq.
Dalam sejarahnya, Po An Tui selalu berkhianat. “Saat Belanda pergi dari Indonesia Po An Tui ikut Jepang, begitu Jepang hengkang dari Indonesia mereka ikut Partai Komunis Indonesia (PKI). Saat pemberontakan PKI mereka ikut PKI, mereka ikut membunuh para ulama, mereka bunuh kyai, dan mereka bunuh masyarakat pribumi,” kata Habib Rizieq.
Tidak sampai disitu, Po An Tui juga melakukan teror di jawa Barat, melakukan penculikan dan pembunuhan. Di tahun 1945, begitu Bung Karno dan Bung Hatta mendeklarasikan kemerdekaan Indonesia, Po An Tui di Sumatera Utara berontak. Cina-cina di Medan angkat senjata tidak mau bergabung dengan NKRI. Di wilayah Balaraja Tangerang, Po An Tui juga berontak tidak mau bergabung dengan NKRI, akhirnya umat Islam marah, terjadi perang di Balaraja, berapa banyak laskar cina kafir yang dibunuh oleh masyarakat.
Po An Tui juga bersekutu dengan Westerling, tokoh pembantai umat Islam. Saat Westerling telah membantai umat Islam di Makassar, lalu dia lari ke Jakarta dan Jawa Barat dan ia dikejar oleh Tentara Nasional Indonesia (TNI). Po An Tui lah yang membantu meloloskan Westerling melalui Sanfur Ancol Jakarta Utara, dari sana diselundupkan Westerling dilarikan dengan pesawat kecil menuju Singapura.
“Jadi Cina kafir ini pengkhianat, Westerling itu pembantai umat Islam Indonesia, 50 ribu umat Islam Makassar dibantai oleh Westerling, teryata Po An Tui dijaman penjajah Belanda malah membantu Westerling,” ungkap Habib Rizieq.
Bahkan, Po An Tui memusuhi sesama Cina yang muslim, jika ada cina masuk Islam mereka aniyaya, jika ada Cina anti Belanda maka akan dimusuhi.
“Namun pertanyaannya, kenapa pemerintah RI tidak memasukkan Po An Tui dalam sejarah kemerdekaan Indonesia. Kenapa tidak diceritakan, padahal ini adalah fakta sejarah. Kenapa PKI disebut penghianat sedangkan Po An Tui tidak?,” kata Habib Rizieq.
“Ini sejarah, tapi tidak ada di dalam buku-buku pelajaran sejarah di sekolah? Kenapa disembunyikan? Po An Tui harus masuk dalam sejarah agar bangsa Indonesia tahu sejauh apa pengkhiatan orang-orang kafir ini kepada bangsa Indonesia,” tambahnya.
“Dan sekarang, cina-cina kafir jangan mentang-mentang sudah pada pada kaya raya, sudah menguasai ekonomi, sekarang mau kuasai politik. Mereka merasa dirinya bersih, setia kepada bangsa, nasionalismenya tidak diragukan, omong kosong!” tegas Habib Rizieq.
Karena itulah, kenapa di zaman Soeharto orang-orang Cina dibatasi, tidak sembarangan jadi pejabat. Karena Soeharto paham kalau mereka sering mengkhianati Indonesia, mereka telah membantu Belanda, membantu Jepang dan membantu PKI, karena itu mereka dilarang.
“Soeharto sudah mengambil sikap yang tepat, kerena mereka patut dicurigai, orang-orang kafir ini ingin memecah belah negeri ini,” jelas Habib Rizieq.
Po An Tui berbeda dengan Habaib
Habib Rizieq menegaskan bahwa Po An Tui itu berbeda dengan para Habaib. “Alhamdulillah para habaib Zuriat Rasul datang ke Indonesia dari hari pertama mereka datang bukan sebagai penjajah, mereka datang sebagai penyebar Islam. Mereka membaur dengan bangsa Indonesia, mereka menikah dengan wanita-wanita Indonesia sampai anak-anak mereka itu yang kita kenal sebagai Wali Songo. Lalu mereka juga menikah dengan anak-anak raja pribumi, kemudian mereka menjadi sultan-sultan Islam yang sangat dicintai bangsa Indonesia,” ungkapnya.Dan saat Belanda datang, mereka melakukan perlawanan, tidak ada dari mereka yang membantu Belanda, semuanya melakukan perlawanan. Habaibnya, Ulamanya, seperti Diponegoro, Imam Bonjol, Teuku Umar dimana-mana semua angkat senjata melawan penjajah, jadi tidak ada habaib yang jadi pengkhianat.
“Saya sendiri punya ayah, (alm) Sayyid Husein bin Muhammad Syihab dulu pernah ditangkap Belanda. Beliau bekerja di palang merah Belanda bertugas menyiapkan perbekalan, tapi diwaktu-waktu tertentu perbekalan dari gudang Belanda tersebut dikeluarkan ayah saya untuk membantu para gerilyawan, untuk pasukannya KH Noer Ali seorang ulama dari Bekasi yang juga sebagai pahlawan nasional,” cerita Habib Rizieq.
“Namun pada akhirnya ada pengkhianat yang membocorkan ke Belanda, lalu ayah saya ditangkap, dari depan pintu rumah diikat dengan tambang diseret menggunakan mobil jeep sampai ke penjara di Kalimalang. Ayah saya kemudian divonis hukuman mati. Begitu akan dieksekusi, pasukan gerilyawan KH Noer Ali datang menyerbu penjara dan akhirnya berhasil membebaskan seluruh tawanan termasuk ayah saya, tapi dalam pelarian beliau ditembak pantatnya namun bisa diselamatkan para gerilyawan, akibat tembakan itu beliau cacat seumur hidup.” tambahnya.
“Jadi orang tua kami bukan pengkhianat, mereka berjuang melawan Belanda, ikut membela negara bersama pejuang pribumi. Saya ceritakan itu untuk membuktikan bahwa kami beda tidak seperti Po An Tui, Habaib itu pejuang di Indonesia,” katanya.
“Jadi jangan coba-coba, orang seperti Ahok dan yang mendukung Ahok ingin membesar-besarkan jasa cina kafir di Indonesia. Dalam sejarahnya mereka itu pengkhianat, mereka yang membantai pribumi, mereka yang merusak Islam dan sekarang mau bicara soal kebangsaan, mau bicara nasionalisme. Kami habaib bukan hanya bicara tapi dari dahulu sampai saat ini kami sudah buktikan bahwa kami cinta agama dan bangsa ini dan kami tidak akan bergeser dari itu semua,” pungkas Habib Rizieq
red: adhila, Rabu, 26/11/2014 19:43:08
***
Sumber lain telah membongkarnya pula, dengan judul: Kejamnya Milisi Cina Indonesia ‘Po An Tui’ Terhadap Kaum Pribumi
By nahimunkar.com on 18 March 2014
https://www.nahimunkar.com/kejamnya-milisi-cina-indonesia-po-tui-terhadap-kaum-pribumi/
(nahimunkar.com)
Kejamnya Milisi Cina Indonesia ‘Po An Tui’ Terhadap Kaum Pribumi
.
- Bukti nyata Cina Indonesia antek penjajah
- Sekarang, para anak keturunan dan anak cucu laskar PO AN TUI telah berkuasa dan menguasai Indonesia, kemudian memperbudak dan menjadikan kaum pribumi sebagai kuli di negerinya sendiri. Kejahatan mereka tidak kalah hebatnya, saat di zaman Belanda terhadap pribumi. Asset ekonomi Indonesia sudah digenggam anak keturunan laskar PO AN TUI.
.
Milisi
Cina Indonesia yang dikenal sebagai ‘Po An Tui’ yang dibentuk oleh
Administrasi Belanda untuk membantu mereka melawan Pejuang Indonesia.
Beberapa unit (seperti di Jawa Tengah) Laskar Cina Indonesia ini
terlibat dalam Agresi, dan beberapa dugaan mereka melakukan kejahatan
perang dengan membunuh POW (tawanan perang) di Temanggung./
militaryphotos.net/forums
JAKARTA–
Laskar PO AN TUI, adalah satuan bersenjata orang-orang Cina di Indonesia
yang loyal kepada Belanda.. Inilah fakta sejarah tak pernah terungkap
selama ini dikalangan pribumi.
Tugas
laskar Po An Tui selain menjadi mata-mata juga untuk meneror pejuang
pribumi. Kehadiran serta sepak terjangnya yang terkenal kejam menjadi
salah satu penyebab pejuang Islam sangat membenci etnis Cina, dan
sebaliknya etnis Cinapun antipati terhadap para pejuang Islam.
Aksi Po An Tui itu tergolong kejam bahkan lebih kejam dibanding dengan tentara Belanda.
Sayangnya,
dalam penulisan sejarah, keberadaan dan kejahatan serta tindak-tanduk
laskar Po An Tui cenderung diabaikan. Ada upaya sistematis untuk
menghilangkan fakta sejarah ini.
Mengapa
Westerling setelah menebar teror di Bandung dan berniat membunuh
Menteri Pertahanan Sri Sultan Hamengku Buwono IX berhasil kabur ke
Singapura?
Jenderal TNI (Purn) Abdul
Haris Nasution yang kala itu menjabat KSAD (Kepala Staf Angkatan Darat)
dalam bukunya “Memenuhi Panggilan Tugas,” mengisahkan bahwa, setelah
menebar teror di Bandung, dan jadi buronan pasukan Siliwangi Westerling
berhasil lolos ke Jakarta.
Tapi
persembunyiannya di Jakarta (Tanjung Priok) akhirnya berhasil diendus
oleh satuan CPM dari KMKBDR (Komando Militer Kota Besar Djakarta Raja),
khususnya sub KMK Tanjung Priok.
Westerling
pun tertangkap. Namun, saat hendak digelandang ke KMK, secara tiba-tiba
Westerling dan ajudannya memberondong satuan CPM, dan melarikan diri ke
aeah Zandvoort (pantai Sampur).
Di
pantai itu telah menunggu sebuah pesawat Catalina yang kemudian membawa
Westerling kabur ke Singapura. Mudahnya Westerling kabur ke Singapura,
karena ia memiliki hubungan istimewa dengan Laskar PO AN TUI. Dimasa
Perang Kemerdekaan laskar ini mendapat pasokan senjata dari Singapura.
Laskar PO AN TUI, adalah satuan bersenjata orang-orang Cina di Indonesia yang loyal kepada Belanda. .
Tugas
laskar Po An Tui selain menjadi mata-mata juga untuk meneror pejuang
pribumi. Kehadiran serta sepak terjangnya yang terkenal kejam menjadi
salah satu penyebab pejuang membenci etnis Cina dan etnis Cina pun
antipati terhadap para pejuang.
Sebagai
mata-mata, anggota laskar Po An Tui selalu mengamat-amati kegiatan para
pejuang. Akibatnya gerak-gerik dan markas pejuang dapat diketahui.
Setelah markas para pejuang diketahui, Belanda melakukan serangan
gabungan dengan Inggris terhadap markas para pejuang.
Laskar
Po An Tui tidak hanya terdapat di Jakarta, tapi juga di Medan, Surabaya
dan kota-kota lainnya. Aksi Po An Tui itu tergolong kejam bahkan lebih
kejam dibanding dengan tentara Belanda.
Di
Bandung, laskar Po An Tui aktif membantu NICA (Nederland Indische Civil
Administration) menebar teror terhadap para pejuang, seperti
pembunuhan, penculikan, pemerkosaan, dan penjarahan. Teror itu bertujuan
agar pribumi segera pindah ke Bandung Selatan dan tidak mendukung RI.
Sayangnya,
dalam penulisan sejarah, keberadaan dan tindak tanduk laskar Po An Tui
cenderung diabaikan. Ada upaya sistematis untuk menghilangkan fakta
sejarah ini. Mungkin tujuannya agar bangsa ini tidak mengetahui sejarah.
Tapi para pejuang yang pernah menderita kekejamannya tentu tidak dapat
melupakannya.
Menurut salah seorang
putera pejuang kemerdekaan RI, masalah kekejaman Po An Tui sempat
disinggung dalam persidangan Konstituante di tahun 1950-an. Ia menulis
salinan penggalan pidato seorang pejuang yang menjadi anggota
Konstituante.
Pidato yang disampaikan
oleh Mado Miharna (organisasi Persatuan Rakyat Desa) di hadapan Sidang
Pleno Konstituante tahun 1959 adalah sebagai berikut:
Saudara Ketua dan Madjelis Konstituante jang terhormat, dalam rangka pemandangan umum;
Saudara
Ketua, bagi seluruh pedjuang bangsa Indonesia jang mengikuti dan
mengalami pahit-getirnja perdjuangan sedjak Proklamasi 1945, lebih-lebih
tentunja bagi perintis-perintis kemerdekaan bangsa, melihat keadaan dan
penderitaan masjarakat dewasa ini, pasti akan sedih, sedih karena ini
bukanlah tudjuan kita, bukan masjarakat sematjam sekarang jang kita
idam-idamkan.
Seluruh lapisan
masjarakat telah berdjuang tetapi baru beberapa gelintir orang-orang
sadja jang senang. Beribu-ribu pedjuang kita dibunuh, tetapi golongan
pembunuh jang menikmati keuntungan.
Para pedjuang kita ditangkap dan disiksa, tetap
Pao
An Tui sementara dari golongan Tionghoa jang membantu aktif tentara
Belanda jang telah membunuh, membakar, menangkapi anak-anak buah kami,
sampai sekarang masih bergelandangan, bukan sadja masih bergelandangan,
tetapi berkuasa dan menguasai segala sektor penghidupan rakjat.
Golongan
Po An Tui jang telah dengan kedjamnja membunuh dan membakar para
pedjuang kemerdekaan termasuk anak-anak buah kami, karena mereka tidak
mengungsi dan terus berada di kota bersama Belanda, mendadak menjadi
kaja, sesudah Belanda tidak ada mereka menduduki bekas tempat Belanda.
“Inilah bukan bajangan, bukan impian, tetapi kenjataan, lihatlah sadja di Bandung” ….
(Pidato yang disampaikan oleh Mado Miharna –organisasi Persatuan Rakyat
Desa– di hadapan Sidang Pleno Konstituante, waktu itu (1959).
Sekarang,
para anak keturunan dan anak cucu laskar PO AN TUI telah berkuasa dan
menguasai Indonesia, kemudian memperbudak dan menjadikan kaum pribumi
sebagai kuli di negerinya sendiri. Kejahatan mereka tidak kalah
hebatnya, saat di zaman Belanda terhadap pribumi. Asset ekonomi
Indonesia sudah digenggam anak keturunan laskar PO AN TUI.
Anak
keturunan laskar PO AN TUI sudah masuk di ranah politik, seperti
sekarang Hary Tanoe yang menjadi Cawapres Partai Hanura, di Kalimantan
Barat menjadi Gubernur, di DKI ada Ahok, dan sangat arogan. Padahal,
mereka dahulunya kaki tangan penjajah Belanda dan Jepang. Sadarlah
wahai kaum pribumi. voa-islam.com /mh/nahimunkar. Selasa, 19 Rabiul
Awwal 1435 H / 17 Desember 2013 08:49 wib
(Senyum Syuhada 3 jam yang lalu komen di fp nahimunkar.com pada judul https://www.nahimunkar.com/ahok-bohong-dan-tak-suka-ada-kolom-agama-di-ktp/#ixzz2ncVZ2Jtj )
(nahimunkar.com)
Kejamnya Laskar Po An Tui Terhadap Pribumi
https://www.nahimunkar.com/kejamnya-milisi-cina-indonesia-po-tui-terhadap-kaum-pribumi/
KONFRONTASI- Laskar Po An Tui, adalah satuan bersenjata orang-orang
Cina di Indonesia yang loyal kepada Belanda.. Inilah fakta sejarah tak
pernah terungkap selama ini dikalangan pribumi.
Tugas laskar Po An Tui selain menjadi mata-mata juga untuk meneror pejuang pribumi. Kehadiran serta sepak terjangnya yang terkenal kejam menjadi salah satu penyebab pejuang Islam sangat membenci etnis Cina, dan sebaliknya etnis Cinapun antipati terhadap para pejuang Islam.
Aksi Po An Tui itu tergolong kejam bahkan lebih kejam dibanding dengan tentara Belanda.
Mengapa Westerling setelah menebar teror di Bandung dan berniat membunuh Menteri Pertahanan Sri Sultan Hamengku Buwono IX berhasil kabur ke Singapura?
Jenderal TNI (Purn) Abdul Haris Nasution yang kala itu menjabat KSAD (Kepala Staf Angkatan Darat) dalam bukunya “Memenuhi Panggilan Tugas,” mengisahkan bahwa, setelah menebar teror di Bandung, dan jadi buronan pasukan Siliwangi Westerling berhasil lolos ke Jakarta.
Tapi persembunyiannya di Jakarta (Tanjung Priok) akhirnya berhasil diendus oleh satuan CPM dari KMKBDR (Komando Militer Kota Besar Djakarta Raja), khususnya sub KMK Tanjung Priok.
Westerling pun tertangkap. Namun, saat hendak digelandang ke KMK, secara tiba-tiba Westerling dan ajudannya memberondong satuan CPM, dan melarikan diri ke aeah Zandvoort (pantai Sampur).
Di pantai itu telah menunggu sebuah pesawat Catalina yang kemudian membawa Westerling kabur ke Singapura. Mudahnya Westerling kabur ke Singapura, karena ia memiliki hubungan istimewa dengan Laskar PO AN TUI. Dimasa Perang Kemerdekaan laskar ini mendapat pasokan senjata dari Singapura.
Laskar Po An Tui, adalah satuan bersenjata orang-orang Cina di Indonesia yang loyal kepada Belanda. .
Tugas laskar Po An Tui selain menjadi mata-mata juga untuk meneror pejuang pribumi. Kehadiran serta sepak terjangnya yang terkenal kejam menjadi salah satu penyebab pejuang membenci etnis Cina dan etnis Cina pun antipati terhadap para pejuang.
Sebagai mata-mata, anggota laskar Po An Tui selalu mengamat-amati kegiatan para pejuang. Akibatnya gerak-gerik dan markas pejuang dapat diketahui. Setelah markas para pejuang diketahui, Belanda melakukan serangan gabungan dengan Inggris terhadap markas para pejuang.
Laskar Po An Tui tidak hanya terdapat di Jakarta, tapi juga di Medan, Surabaya dan kota-kota lainnya. Aksi Po An Tui itu tergolong kejam bahkan lebih kejam dibanding dengan tentara Belanda.
Di Bandung, laskar Po An Tui aktif membantu NICA (Nederland Indische Civil Administration) menebar teror terhadap para pejuang, seperti pembunuhan, penculikan, pemerkosaan, dan penjarahan. Teror itu bertujuan agar pribumi segera pindah ke Bandung Selatan dan tidak mendukung RI.
Sayangnya, dalam penulisan sejarah, keberadaan dan tindak tanduk laskar Po An Tui cenderung diabaikan. Ada upaya sistematis untuk menghilangkan fakta sejarah ini. Mungkin tujuannya agar bangsa ini tidak mengetahui sejarah. Tapi para pejuang yang pernah menderita kekejamannya tentu tidak dapat melupakannya.
Menurut salah seorang putera pejuang kemerdekaan RI, masalah kekejaman Po An Tui sempat disinggung dalam persidangan Konstituante di tahun 1950-an. Ia menulis salinan penggalan pidato seorang pejuang yang menjadi anggota Konstituante.
Pidato yang disampaikan oleh Mado Miharna (organisasi Persatuan Rakyat Desa) di hadapan Sidang Pleno Konstituante tahun 1959 adalah sebagai berikut:
Saudara Ketua dan Madjelis Konstituante jang terhormat, dalam rangka pemandangan umum;
Saudara Ketua, bagi seluruh pedjuang bangsa Indonesia jang mengikuti dan mengalami pahit-getirnja perdjuangan sedjak Proklamasi 1945, lebih-lebih tentunja bagi perintis-perintis kemerdekaan bangsa, melihat keadaan dan penderitaan masjarakat dewasa ini, pasti akan sedih, sedih karena ini bukanlah tudjuan kita, bukan masjarakat sematjam sekarang jang kita idam-idamkan.
Seluruh lapisan masjarakat telah berdjuang tetapi baru beberapa gelintir orang-orang sadja jang senang. Beribu-ribu pedjuang kita dibunuh, tetapi golongan pembunuh jang menikmati keuntungan.
Para pedjuang kita ditangkap dan disiksa, tetapi hasilnja golongan jang menangkapi dan menjiksa para pedjuang masih berkuasa.
Pao An Tui sementara dari golongan Tionghoa jang membantu aktif tentara Belanda jang telah membunuh, membakar, menangkapi anak-anak buah kami, sampai sekarang masih bergelandangan, bukan sadja masih bergelandangan, tetapi berkuasa dan menguasai segala sektor penghidupan rakjat.
Golongan Po An Tui jang telah dengan kedjamnja membunuh dan membakar para pedjuang kemerdekaan termasuk anak-anak buah kami, karena mereka tidak mengungsi dan terus berada di kota bersama Belanda, mendadak menjadi kaja, sesudah Belanda tidak ada mereka menduduki bekas tempat Belanda.
"Inilah bukan bajangan, bukan impian, tetapi kenjataan, lihatlah sadja di Bandung" ….
(Pidato yang disampaikan oleh Mado Miharna –organisasi Persatuan Rakyat Desa– di hadapan Sidang Pleno Konstituante, waktu itu (1959).
Sekarang, para anak keturunan dan anak cucu laskar Po An Tui telah berkuasa dan menguasai Indonesia, kemudian memperbudak dan menjadikan kaum pribumi sebagai kuli di negerinya sendiri. Kejahatan mereka tidak kalah hebatnya, saat di zaman Belanda terhadap pribumi. Asset ekonomi Indonesia sudah digenggam anak keturunan laskar Po An Tui.
Lebih ironis lagi, Mendagri Tjahjo Kumolo justeru meresmikan Monumen Po An Tui di Taman Mini Indonesia Indah (TMII), seraya mengatakan bahwa tujuan didirikannya monumen Po An Tui adalah untuk mengingatkan siapa leluhur kita dan perjuangan laskar China dalam melawan penjajah VOC Belanda pada tahun 1740 – 1743.
Pernyataan Tjahjo Kumolo tersebut sepertinya adalah upaya sistematis dalam mengaburkan dan membelokan fakta sejarah sebenarnya.
Po An Tui adalah Milisi Cina Indonesia yang dibentuk dan dipersenjatai oleh penjajah Belanda, mereka membentuk satuan untuk setia kepada Belanda. Tugas mereka menjadi mata-mata, melakukan aksi teror, penculikan, pemerkosaan, penjarahan dan mengambil upeti dari petani-petani pribumi, memeras rakyat pribumi untuk diambil kekayaan dan disetorkan ke Belanda, bahkan mereka akan membunuh kalau ada pribumi yang menentang.
[mr/voa-islam]
Category:
Budaya
Cina Pengkhianat Indonesia) Terhadap Pejuang Kemerdekaan Indonesia
Ilustrasi
.
—
Laskar PO AN TUI, adalah satuan bersenjata orang-orang Cina di
Indonesia yang loyal kepada Belanda.. Tugas laskar Po An Tui selain
menjadi mata-mata juga untuk meneror pejuang pribumi. Kehadiran serta
sepak terjangnya yang terkenal kejam menjadi salah satu penyebab pejuang
membenci etnis Cina dan etnis Cina pun antipati terhadap para pejuang.
- Aksi Po An Tui itu tergolong kejam bahkan lebih kejam dibanding dengan tentara Belanda.
- Sayangnya, dalam penulisan sejarah, keberadaan dan tindak tanduk laskar Po An Tui cenderung diabaikan. Ada upaya sistematis untuk menghilangkan fakta sejarah ini.
Mengapa Westerling
setelah menebar teror di Bandung dan berniat membunuh Menteri
Pertahanan Sri Sultan Hamengku Buwono IX berhasil kabur ke Singapura ?
Jenderal TNI (Purn) Abdul Haris Nasution yang kala itu menjabat KSAD
(Kepala Staf Angkatan Darat) dalam bukunya “Memenuhi Panggilan Tugas,”
mengisahkan bahwa, setelah menebar teror di Bandung, dan jadi buronan
pasukan Siliwangi Westerling berhasil lolos ke Jakarta. Tapi
persembunyiannya di Jakarta (Tanjung Priok) akhirnya berhasil diendus
oleh satuan CPM dari KMKBDR (Komando Militer Kota Besar Djakarta Raja),
khususnya sub KMK Tanjung Priok.
Westerling
pun tertangkap. Namun, saat hendak digelandang ke KMK, secara tiba-tiba
Westerling dan ajudannya memberondong satuan CPM, dan melarikan diri ke
aeah Zandvoort (pantai Sampur). Di pantai itu telah menunggu sebuah
pesawat Catalina yang kemudian membawa Westerling kabur ke Singapura.
Mudahnya Westerling kabur ke Singapura, karena ia memiliki hubungan
istimewa dengan Laskar PO AN TUI. Dimasa Perang Kemerdekaan laskar ini
mendapat pasokan senjata dari Singapura.
Laskar
PO AN TUI, adalah satuan bersenjata orang-orang Cina di Indonesia yang
loyal kepada Belanda. . Tugas laskar Po An Tui selain menjadi mata-mata
juga untuk meneror pejuang pribumi. Kehadiran serta sepak terjangnya
yang terkenal kejam menjadi salah satu penyebab pejuang membenci etnis
Cina dan etnis Cina pun antipati terhadap para pejuang.
Sebagai
mata-mata, anggota laskar Po An Tui selalu mengamat-amati kegiatan para
pejuang. Akibatnya gerak-gerik dan markas pejuang dapat diketahui.
Setelah markas para pejuang diketahui, Belanda melakukan serangan
gabungan dengan Inggris terhadap markas para pejuang. Laskar Po An Tui
tidak hanya terdapat di Jakarta, tapi juga di Medan, Surabaya dan
kota-kota lainnya. Aksi Po An Tui itu tergolong kejam bahkan lebih kejam
dibanding dengan tentara Belanda.
Di
Bandung, laskar Po An Tui aktif membantu NICA (Nederland Indische Civil
Administration) menebar teror terhadap para pejuang, seperti
pembunuhan, penculikan, pemerkosaan, dan penjarahan. Teror itu bertujuan
agar pribumi segera pindah ke Bandung Selatan dan tidak mendukung RI.
Sayangnya,
dalam penulisan sejarah, keberadaan dan tindak tanduk laskar Po An Tui
cenderung diabaikan. Ada upaya sistematis untuk menghilangkan fakta
sejarah ini. Mungkin tujuannya agar bangsa ini tidak mengetahui sejarah.
Tapi para pejuang yang pernah menderita kekejamannya tentu tidak dapat
melupakannya. Menurut salah seorang putera pejuang kemerdekaan RI,
masalah kekejaman Po An Tui sempat disinggung dalam persidangan
Konstituante di tahun 1950-an. Ia menulis salinan penggalan pidato
seorang pejuang yang menjadi anggota Konstituante. Pidato yang
disampaikan oleh Mado Miharna (organisasi Persatuan Rakyat Desa) di
hadapan Sidang Pleno Konstituante tahun 1959 adalah sebagai berikut:
Saudara Ketua dan Madjelis Konstituante jang terhormat, dalam rangka pemandangan umum;
Saudara
Ketua, bagi seluruh pedjuang bangsa Indonesia jang mengikuti dan
mengalami pahit-getirnja perdjuangan sedjak Proklamasi 1945, lebih-lebih
tentunja bagi perintis-perintis kemerdekaan bangsa, melihat keadaan dan
penderitaan masjarakat dewasa ini, pasti akan sedih, sedih karena ini
bukanlah tudjuan kita, bukan masjarakat sematjam sekarang jang kita
idam-idamkan.
Seluruh lapisan
masjarakat telah berdjuang tetapi baru beberapa gelintir orang-orang
sadja jang senang. Beribu-ribu pedjuang kita dibunuh, tetapi golongan
pembunuh jang menikmati keuntungan.
Para pedjuang kita ditangkap dan disiksa, tetapi hasilnja golongan jang menangkapi dan menjiksa para pedjuang masih berkuasa.
Pao
An Tui sementara dari golongan Tionghoa jang membantu aktif tentara
Belanda jang telah membunuh, membakar, menangkapi anak-anak buah kami,
sampai sekarang masih bergelandangan, bukan sadja masih bergelandangan,
tetapi berkuasa dan menguasai segala sektor penghidupan rakjat.
Golongan
Po An Tui jang telah dengan kedjamnja membunuh dan membakar para
pedjuang kemerdekaan termasuk anak-anak buah kami, karena mereka tidak
mengungsi dan terus berada di kota bersama Belanda, mendadak menjadi
kaja, sesudah Belanda tidak ada mereka menduduki bekas tempat Belanda.
Inilah
bukan bajangan, bukan impian, tetapi kenjataan, lihatlah sadja di
Bandung …. (Pidato yang disampaikan oleh Mado Miharna –organisasi
Persatuan Rakyat Desa– di hadapan Sidang Pleno Konstituante tahun 1959).
Pesan Bung Karno: “Jangan Sekali-Kali Meninggalkan Sejarah !!”
(Senyum Syuhada 3 jam yang lalu komen di fp nahimunkar.com pada judul https://www.nahimunkar.com/ahok-bohong-dan-tak-suka-ada-kolom-agama-di-ktp/#ixzz2ncVZ2Jtj )
(nahimunkar.com)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar