masalah nuklir, finansial keuangan negara, tata negara, politik internasional, perselisihan mazhab, persatuan umat islam, nasionalisme, pembangunan bangsa, ketahanan nasional, hutang negara, perang dunia, timur tengah, new world order
Selasa, 31 Maret 2015
YAMAN DISERBU SAUDI ..DENGAN RATUSAN PESAWAT TEMPUR DAN BOMBER..YG CANGGIH..?? ..... DALAM AGENDA ..ATAW PROTOKOL.. ZIONIS.. KONON ADA.. PROGRAM PEMBUNUHAN MASAL.. AGAR BUMI INI MENJADI SEDIKIT SAJA PENDUDUKNYA..?? DENGAN TUJUAN.. KEMAKMURAN MAKSIMAL BAGI MANUSIA PILIHAN SAJA..?? YAITU KELOMPOK ARIA..?? ... DAN KONON.. PEMBUNUHAN MASAL ITU.. YG PALING EFEKTIF ADALAH DENGAN MENCIPTAKAN PERANG..MASSAL.. DAN KEKACAUAN.. SERTA ADU DOMBA.. SESAMA .. KELOMPOK ATAW NEGARA.. DAN .. BISA.. ADANYA.. ALASAN.. PENGGUNAAN BOMB2 PEMBUNUH MASSAL..?? .. SIMAKLAH.. SEJARAH PEPERANGAN DIDUNIA.. SEJAK PROTOKOL ITU DI SAHKAN.. OLEH KELOMPOK ZIONIS.. YANG DIHADIRI.. OLEH.. SEKITAR 300 ORANG SAJA.. DI BASEL..?? ..KENAPA SAUDI BERSAMA-SAMA 10 NEGARA TELUK... MENYERBU YAMAN .. ?? ... DAN KONON.. SAUDI DKK NEGARA TELUK- TURKI-MESIR-MENGEROYOK YAMAN..?? PADAHAL YAMAN ADALAH NEGARA KECIL..... DAN MISKIN.. DAN BUKAN ANCAMAN BAGI SAUDI.. DKK ...?? ... SAUDI DKK.. YANG KAYA RAYA DAN SANGAT KUAT DENGAN TENTARA.. DAN JUGA ALAT TEMPUR SANGAT CANGGIH.. ?? ... ANEH DAN TAK MASUK AKAL SEHAT.. KALAW SAUDI TIBA2 BERANG.. DAN.... TIDAK ADA USAHA.. MELAKUKAN SESUATU AWALAN CARA YG BAEK.. SEPERTI.. BERDIPLOMASI TERLEBIH DULU.. YG SEMISAL.. MENGIRIM UTUSAN UNTUK MELAKUKAN AJAKAN... PERUNDINGAN DAN NEGOSIASI.. JIKA MEMANG ADA MASALAH YG SANGAT URGENT.. DAN MENGANCAM KEDAULATAN SAUDI.. DKK... ?? .... LALU MENGAPA SAUDI LANGSUNG MENYERANG DAN INTERVENSI.. DENGAN MELAKUKAN TINDAKAN PERANG SEPIHAK.. DAN MEMBUNUH RAKYAT SIPIL YAMAN..YG TIDK BERDOSA..?? INI BISA JADI KEJAHATAN INTERNASIONAL.. DAN MELANGGAR PANJI2 PBB... UNTUK LANGSUNG INTERVENSI.. TERHADAP NEGARA BERDAULAT.. DAN MERDEKA.. SEPERTI YAMAN..?? .... MENGAPA.. RAJA SALMAN BERBUAT CEROBOH.. DAN SANGAT SEMBERONO..?? ADA APA DENGAN YAMAN.. DAN MENGAPA SAUDI.. KOK TIBA2 JADI SANGAT GARANG DAN AROGAN... ?? PADAHAL YAMAN ADALAH SAUDARA MUSLIM JUGA.. YG SELAMA INI SELALU BERBUAT BAEK DENGAN SAUDI..?? .... RAJA SALMAN.. SANGAT ANEH.. DAN BANYAK HARUS DIPERTANYAKAN.. SIAPA RAJA SALMAN..?? ...DAN SIAPA DIBELAKANG RAJA SALMAN.. ?? .. AJARAN ISLAM.. DENGAN SIAPAPUN.. MENGETENGAHKAN CARA2 BERDAMAI.. ATAU JALAN DAMAI TERLEBIH DULU.. DAN BUKAN LANGSUNG MEYERBU.. DAN HANYA MENGIKUTI INFORMASI.. INTELIGEN.. YG BISA SAJA ..BIAS.. DAN BANYAK KETIDAK BENARAN..?? ...ANEH.. ANEH.. DAN INI SUDAH TERJADI.. SEPERTI NASI SUDAH MENJADI BUBUR.. ?? SANGAT SULIT.. MENGEMBALIKAN SITUASI.. YG TERLUKA..DENGA .. CARA2.. BRUTAL.. DAN SANGAT JAUH DARI AJARAN ISLAM.. DAN CARA2 DIPLOMASI INTERNASIONAL.. YG SEPATUTNYA.. MENJADI ACUAN SEMUA PIHAK.. DALAM SETIAP ADA SENGKETA.. ATAW KESALAH FAHAMAN..?? >>Karakter asli penduduknya yang lembut dan mudah menerima kebenaran manjadi salah satu faktor yang membantu penyebaran islam di Yaman. Oleh sebab itu, dalam masa islam, pergolakan dan huru-hara di Yaman terbilang kecil bila dibandingkan yang terjadi di negeri Irak, Iran, Mesir, dan Syam. >>
Digempur Arab Saudi dkk, Pemimpin Syiah Houthi Berang
Sanaa, - Negara-negara Teluk Arab yang dipimpin
oleh Arab Saudi mulai melancarkan operasi militer terhadap para
pemberontak Syiah Houthi di Yaman. Pemimpin senior Houthi berang atas
serangan militer ini.
Mohammed al-Bukhaiti mencetuskan, serangan
militer Saudi dkk berarti agresi terhadap Yaman dan dia mengancam,
serangan ini akan memicu "perang yang melebar" di wilayah tersebut.
"Rakyat
Yaman adalah rakyat yang bebas dan mereka akan melawan para agresor.
Saya ingatkan Anda bahwa pemerintah Saudi dan pemerintahan Teluk akan
menyesali agresi ini," ujar al-Bukhaiti, pemimpin senior Houthi kepada
stasiun televisi Al-Jazeera seperti dilansir Reuters, Kamis (26/3/2015).
"Operasi militer akan menyeret wilayah ini ke perang yang melebar," tandasnya.
Pada Kamis ini, serangan-serangan udara terhadap Houthi telah
dilancarkan Saudi dkk. Dalam operasi militer ini, Saudi mengerahkan 100
pesawat tempur dan 150 ribu tentara. Selain itu, pesawat-pesawat dari
Mesir, Maroko, Yordania, Sudan, Kuwait, Uni Emirat Arab, Qatar dan
Bahrain juga ikut serta dalam operasi besar-besaran ini.
Mesir, Pakistan, Yordania dan Sudan saat ini juga siap untuk berpartisipasi dalam operasi pertempuran di darat.
"Kampanye
ini tujuannya untuk mencegah para pemberontak Houthi menggunakan
bandara-bandara dan pesawat untuk menyerang Aden dan bagian-bagian Yaman
lainnya serta mencegah mereka menggunakan roket-roket," tutur Menteri
Luar Negeri Yaman Riyadh Yaseen.
Sebelumnya dalam statemen bersama, lima negara Teluk Arab: Saudi, Uni
Emirat Arab, Kuwait, Bahrain dan Qatar telah memutuskan untuk bertindak
melindungi Yaman dari apa yang mereka sebut sebagai agresi milisi Houthi
yang didukung Iran.
Langkah ini dilakukan setelah Houthi yang
juga didukung pasukan militer Yaman yang setia pada mantan Presiden Ali
Abdullah Saleh, bergerak mendekati kota Aden, Yaman selatan, yang kini
menjadi basis Presiden Abd-Rabbu Mansour Hadi.
Ikuti berbagai berita menarik hari ini di program "Reportase Sore" TRANS TV Senin sampai Jumat pukul 16.45 WIB
Yaman
sejak tahun 1990 dan pasca bersatunya Yaman utara dan selatan
senantiasa menyaksikan krisis dan perang saudara. Para penduduk Yaman
selatan yang ingin merdeka, aktivitas kelompok Al-Qaeda dan konflik
bersenjata di Provinsi Saadah dengan pemerintah Yaman termasuk
ketegangan yang dihadapi pemerintah Ali Abdul Saleh, Presiden Yaman
selama beberapa tahun terakhir.
Sekitar
42 persen dari populasi penduduk Yaman bermazhab Syiah dan dari
kelompok ini dibagi menjadi tiga kategori; Zaidiah yang mayoritas,
Ismailiah dan Itsna ‘Asyari (12 Imam). Mayoritas penduduk 20 juta negeri
Yaman bermazhab Ahli Sunnah dan setelah itu adalah pemeluk mazhab Syiah
Zaidiah.
Mencermati
kondisi kehidupan orang-orang Syiah Yaman dapat memperjelas satu
masalah betapa sepanjang kekuasaan pemerintah Yaman, mereka senantiasa
menghadapi berbagai masalah. Orang-orang Syiah Yaman tidak diberi hak
untuk mendirikan sekolah-sekolah agama khusus Syiah. Mereka kerap
disiksa dan dijebloskan ke penjara, tidak hanya orang biasa tapi juga
para ulama. Mereka dilarang untuk menyelenggarakan peraan khas Syiah
seperti Idul Ghadir. Dan secara terang-terangan pemerintah membakar
buku-buku Nahjul Balaghah dan Shahifah Sajjadiah. Semua ini hanya
sebagian perlakuan diskriminatif yang diterapkan pemerintah terhadap
mereka.
Al-Hauthi
adalah gerakan syiah Saidiah di utara Yaman di Provinsi Saadah yang
dinisbatkan kepada Badruddin Al-Hauthi lalu kemudian terkenal dengan
gerakan Al-Hauthi. Gerakan ini dibentuk sekitar dekade 80-an dan hingga
kini mereka terus berperang dengan pemerintah Yaman sebanyak 6 kali demi
memperjuangkan hak-hak sipil mereka. Sejatinya kelompok ini memrotes
aksi-aksi pemerintah yang ingin membatasi kelompok ini agar beraktivitas
di bidang agama, politik dan upaya untuk memusnahkan budaya dan
keyakinan Zaidiah dan kebijakan diskriminatif pemerintah dalam membangun
Saadah.
Sistem Kekuasaan Yaman
Ali
Abdullah Saleh adalah Presiden Republik Yaman Utara selama 12 tahun dan
sejak tahun 1990 ketika dua Yaman; selatan dan utara bersatu, ia
menjadi presiden Yaman bersatu selama 19 tahun hingga sekarang. Beberapa
tahun sebelumnya Ali Abdullah Saleh menandatangani sejumlah kontrak
dengan Amerika dan Arab Saudi dan setelah itu menyatakan akan menumpas
kelompok Al-Hauthi dengan segala cara, bahkan lewat aksi militer.
Presiden
Yaman mengklaim dirinya sebagai pemeluk Syiah Zaidiah, namun kinerjanya
menunjukkan dirinya adalah kader Baath yang anti Syiah dan punya
permusuhan lama dengan Zaidiah. Kini Ali Abdullah Saleh malah
menunjukkan dirinya sebagai pendukung Wahhabi.
Ali
Abdullah Saleh saat ini dijuluki “Saddam kecil” disebabkan sikapnya
memberikan suaka politik kepada para anasir partai Baath yang lari dari
Irak dan dukungan anasir-anasir Wahhabi seperti Syeikh Al-Ahmar atau
Abdulmajid Al-Zandani terhadap kekuasaannya selama 31 tahun.
Kebijakan dalam negeri Ali Abdullah Saleh adalah upaya untuk mengubah demografi populasi Syiah di utara Yaman.
Pertumbuhan Syiah dan Semakin Intensnya Tekanan
Ali
Abdullah Saleh yang berasal dari kabilah Al-Ahmar. Sementara kabilah
Al-Ahmar merupakan keluarga penting Syiah Zaidiah Yaman dan memiliki
hubungan kekeluargaan khusus dengan tokoh-tokoh Wahhabi Arab Saudi.
Syeikh Abdullah Al-Ahmar yang masih keluarga Ali Abdullah Saleh adalah
Ketua Parlemen Yaman dan posisinya adalah Syeikh Al-Syuyukh Yaman.
Syeikh Abdullah Al-Ahmar adalah tokoh kedua paling berpengaruh di Yaman.
Sekaitan
dengan pribadi Syeikh Abdullah Al-Ahmar, Mahmoud Pirbaddaghi, seorang
pakar Timur Tengah mengatakan, “Syeikh Abdullah Al-Ahmar beberapa tahun
lalu punya hubungan kuat dengan Ali Abdullah Saleh. Namun menyusul
lawatannya ke Senegal untuk mengikuti pertemuan Uni Antarparlemen Islam,
berbeda dengan aturan protokoler, Kedutaan Besar Yaman di Senegal
memaksanya kembali ke hotel dengan kendaraan kedubes. Terjadi tabrakan
yang dibuat-buat di tengah perjalanan dan terbongkar hubungan para
pegawai kedubes Yaman dengan intelijen negara ini. Sejak saat itu Syeikh
Abdullah Al-Ahmar tidak mempercayai Ali Abdullah Saleh dan ia lebih
banyak tinggal di Riyadh ketimbang San’a. Kejadian ini hingga sekarang
ada dua kutub yang menguasai kancah politik Yaman.”
Ditambahkannya,
“Ali Muhsin Al-Ahmar, saudara tiri Ali Abdullah Saleh termasuk keluarga
Al-Ahmar dan termasuk tokoh penting Yaman. Ia memiliki hubungan dengan
dengan Wahabbi Arab Saudi dan dituduh Amerika mendukung terorisme. Ia
ditunjuk Presiden Yaman sebagai panglima militer Yaman ke Provinsi
Saadah di utara negara ini. Kesukaannya menggunakan senjata pemusnah
massal terhadap rakyat Yaman membuatnya dikenal juga dengan sebutan Ali
Kimia, sama seperti Ali Hasan Al-Majid di masa Saddam Husein.
Kesadisannya ini juga membuat Ali Abdullah Saleh menyebut saudara
tirinya dengan julukan “pria tanpa belas kasih”.”
Pirbaddaghi
setelah itu menjelaskan tentang pertumbuhan angka pemeluk Syiah dan
mengenai peran kemenangan Hizbullah Lebanon sebagai simbol perlawanan
Syiah menghadapi rezim Zionis Israel menyebutkan, “Pasca pembebasan
daerah-daerah yang diduduki Zionis Israel di Lebanon Selatan, Syiah,
khususnya mazhab 12 Imam mengalami pertumbuhan luar biasa di Yaman.
Perang 33 hari yang berujung pada kemenangan Hizbullah Lebanon dan
kekalahan memalukan rezim Zionis Israel mengalirkan darah baru kepada
orang-orang Syiah Yaman. Kondisi ini terus berkembang, bahkan seorang
dari anak ulama terkenal Wahhabi di timur Yaman akhirnya memeluk mazhab
Syiah 12 Imam.”
Seraya
menyinggung usaha keras Wahhabi dengan menanam modal miliaran untuk
menyebarkan pemikiran Wahhabi di Yaman, Pirbaddaghi menjelaskan,
“Pemerintah Yaman punya banyak kesamaan dengan pemerintah Arab Saudi.
Hal ini semakin membuat pemerintah Yaman menerapkan tekanan lebih besar
kepada warga Syiah yang tinggal di dekat perbatasan dengan Arab Saudi.
Kenyataan ini menyebabkan ketertindasan politik, ekonomi dan budaya
semakin nyata di sana.”
Analis
Timur Tengah ini menyebut Radio berbahasa Arab Republik Islam Iran
sebagai sumber utama mereka baik dari sisi informasi maupun keagamaan.
Ditambahkannya, “Selama bertahun-tahun orang-orang Syiah menjadi
pendengar setia Radio Iran dan hidup dalam kondisi sangat memprihatinkan
dari sisi budaya. Sekalipun sumber-sumber budaya seperti buku dan
mengakses ulama Syiah, guna memperkuat keyakinan mereka, sebisa mungkin
mereka menyelenggarakan acara-acara keagamaan seperti Asyura dan Idul
Ghadir secara sembunyi-sembunyi.
Sumber: http://www.islamtimes.org/
Kamis, 26 Maret 2015 13:43
Agresi Militer Arab Saudi ke Yaman dan Negara-negara Pendukungnya
Pesawat-pesawat tempur militer rezim Arab Saudi memulai
serangannya terhadap berbagai wilayah Yaman pada Rabu (25/3) tengah
malam. Seperti dilaporkan Alalam, jet-jet tempur Saudi membombardir
beberapa pangkalan militer di kota Sanaa, ibukota Yaman.
Adel
al-Jubeir, Duta Besar Arab Saudi untuk Amerika Serikat mengatakan, 10
negara termasuk lima negara anggota Dewan Kerjasama Teluk Persia (P-GCC)
kecuali Oman, terlibat dalam agresi militer ke Yaman.
Ia
menambahkan, operasi udara dengan nama "Badai al-Hazm" terbatas pada
serangan udara, dan serangan ini dilancarkan dengan koordinasi AS.
Al-Jubeir
mengklaim bahwa operasi tersebut didasarkan pada Piagam PBB dan Liga
Arab untuk melindungi Abd-Rabbuh Mansur Hadi, Presiden Yaman yang telah
mengundurkan diri.
Lima
negara P-GCC meliputi Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Bahrain, Qatar dan
Kuwait dalam sebuah pernyataan, menyebut Mansur Hadi masih sebagai
Presiden Yaman. Mereka mengumumkan, "Kami memutuskan untuk menanggapai
secara positif permohonan Abd-Rabbuh Mansur Hadi untuk melindungi Yaman
dan rakyat negara ini."
Statemen
tersebut dikeluarkan bersamaan dengan pernyataan Dubes Arab Saudi untuk
AS yang menyebut pemerintah Mansur Hadi sebagai "legal dan sah."
Al-Jubeir mengklaim bahwa tujuan operasi militer ke Yaman untuk
melindungi pemerintah sah negara ini.
Sementara
itu, sejumlah media menyebutkan keterlibatan jet-jet tempur dan kapal
perang Pakistan dalam agresi Arab Saudi ke Yaman. Disebutkan pula bahwa
Mesir dan Yordania berpartisipasi dalam serangan udara militer Arab
Saudi ke Yaman.
Wartawan
Alalam di Yaman mengatakan, militer dan Komite-komite Rakyat sepenuhnya
telah mengontrol Provinsi Aden dan Abyan di selatan negara ini. Ia
menambahkan, jet-jet tempur Arab Saudi telah menarget Bandara Udara
Internasional Sanaa, dan serangan tersebut direspon oleh pertahanan
udara militer Yaman.
Menurutnya,
sumber-sumber keamanan menegaskan bahwa serangan udara militer Arab
Saudi menarget beberapa posisi militer di kota Sanaa termasuk pangkalan
udara al-Dailami dan unit-unit rudal.
Serangan
udara negara-negara P-GCC yang dipimpin oleh Arab Saudi ke Yaman selain
menarget pangkalan udara al-Dailami, juga menarget pangkalan pasukan
khusus di Sanaa, dan pangkalan udara al-Anad di Provinsi Lahij, di Yaman
Selatan.
Militer
dan Komite-komite rakyat pada Rabu berhasil mengontrol penuh Provinsi
Abyan setelah sepenuhnya menguasai kota Aden terutama istana presiden
dan bandara. Mereka juga menangkap Mahmoud al-Subaihi, mantan Menteri
Pertahanan Yaman yang memimpin operasi Mansur Hadi dan milisi
pendukungnya.
Selain
itu, mereka berhasil mengontrol banyak kota dan desa ke arah Yaman dan
pangkalan udara al-Anad, di mana pasukan AS yang ditempatkan di
pangkalan ini telah ditarik keluar Yaman.
Setelah
berhasil menangkap mantan Menhan Yaman, militer dan komite-komite
rakyat negara ini mengontrol kota Lahij, distrik di wilayah Aden,
pelabuhan al- Makha, dekat Bab el-Mandeb, sebuah penyeberangan penting
perdagangan internasional.
Para
pejabat AS pada Rabu mengatakan, rezim Al Saud telah menempatkan
pasukannya di wilayah perbatasan dengan Yaman. Pasukan Saudi mengerahkan
sistem-sistem pertahanan udara dan berbagai unit artilerinya di
perbatasan dengan Yaman.
AS
baru-baru ini mengungkap keterlibatannya dalam agresi militer Arab Saudi
ke Yaman. Gedung Putih menyatakan akan memberikan bantuan logistik dan
informasi. Menurut pernyataan itu, AS sedang berkoordinasi dengan Arab
Saudi dan sejumlah sekutu Arabnya terkait agresi militer ke Yaman.
Sementara
itu, Gerakan Ansarullah menggambarkan serangan militer Arab Saudi ke
Yaman sebagai pengumuman perang terhadap rakyat negara ini. Gerakan ini
menegaskan, rakyat Yaman akan melawan agresi tersebut dengan penuh
keberanian. (IRIB Indonesia/RA)
Yaman - Palang Merah
internasional mendesak dilakukannya gencatan senjata di Yaman untuk
memberikan kesempatan bagi bantuan kemanusiaan.
Palang Merah mengatakan bahwa mereka perlu untuk menyalurkan bantuan
kemanusiaan melalui Aden, yang kini menjadi tempat bertahan Presiden
Abdrabbuh Mansour Hadi.
"Bantuan dan personel kemanusiaan harus diizinkan untuk masuk ke Aden
untuk memberikan bantuan. Jika kami tidak bisa masuk, maka akan lebih
banyak korban jiwa," kata Robert Mardini, kepala operasi Komite
Internasional Palang Merah di Timur Tengah, hari ini.
Peperangan di Aden memuncak dalam beberapa hari terakhir. Arab Saudi
meluncurkan serangan udara untuk memukul mundur milisi Hutsi.
Selain Palang Merah, Rusia juga mendesak PBB untuk mengadakan gencatan senjata.
Palang Merah mengatakan bahwa jalanan kota Aden kini dipenuhi oleh mayat dan korban luka membanjiri klinik dan rumah sakit.
Dua minggu terakhir, peperangan di Yaman menewaskan 500 orang dan 1.700 luka-luka, menurut kepala humanitarian PBB Valerie Amos.
Salman bin Abdulaziz didaulat menjadi menjadi raja Arab Saudi setelah
Raja Abdullah bin Abdulaziz meninggal Jumat pagi di usia 90.
Raja Salman otomatis berstatus sebagai Penjaga Dua Masjid Suci
(Masjidil Haram dan Masjid Nabawi), telah menjadi pemimpin dunia yang
banyak diikuti di Twitter, popularitasnya secara progresif tumbuh di
jaringan media sosial lainnya.
Mantan Gubernur Riyadh itu populer di situs microblogging, dan saat ini sedang diikuti di semua situs sosial oleh warga Arab Saudi, ulama dan para pemimpin dunia.
Naiknya Raja Salman sebagai orang nomor satu di Kerajaan Arab Saudi,
membuat namanya menjadi fenomena positif di dunia nyata dan dunia maya.
Siapa sebenarnya Raja Salman?
Salman dan keluarga
Salman bin Abdulaziz lahir 31 Desember 1935, naik tahta pada 23
Januari 2015, setelah kakak tirinya wafat pukul 01:00 di hari yang sama
oleh penyakit infeksi paru-paru.
Raja Arab Saudi Salman bin Abdulaziz dibaiat oleh Keluarga Kerajaan, di Riyadh, Jumat (23/1). (Foto: Saudi TV/AFP)
Salman adalah pewaris ketiga dari Raja Abdullah dengan status Putera
Mahkota pada Juni 2012, setelah dua kakak laki-lakinya (adik Raja Fahd)
meninggal pada akhir 2011 dan pertengahan 2012.
Ia adalah putera ke-25 Abdulaziz bin Al-Saud. Ibunya bernama Hassa
Al Sudairi. Salman dan enam saudaranya membentuk pengelompokan bernama
Sudairi Seven. Ia dibesarkan di Istana Murabba di Riyadh.
Dalam sistem pewarisan raja Saudi, tahta bergilir di antara putra
Raja Abdulaziz yang mendirikan Arab Saudi modern pada 1932.
Anak-anaknya, Saud, Faisal, Khalid dan Fahd masing-masing menjadi raja
di abad ke-20. Abdullah adik tiri Raja Fahd naik takhta ketika kakaknya
itu meninggal pada 2005.
Namun, Salman (79 tahun) dilaporkan kesehatannya buruk dalam beberapa
tahun terakhir, dan mungkin ia tidak akan memerintah selama saudara
tuanya.
Raja Salman menjadikan adiknya Pangeran Muqrin bin Abdulaziz, putra bungsu Raja Abdulaziz, sebagai Putera Mahkota.
Salman menerima pendidikan awal di Sekolah Pangeran di ibukota,
sebuah sekolah yang didirikan oleh Ibn Saud khusus untuk memberikan
pendidikan bagi anak-anaknya. Ia belajar agama dan ilmu pengetahuan
modern.
Pengalaman Gubernur Riyadh
Pengalaman memerintah Salman bermula pada 17 Maret 1954, pada usia
19, ayahnya menunjuknya sebagai emir dan Wakil Gubernur Riyadh. Kemudian
diangkat sebagai Gubernur Riyadh dengan pangkat menteri pada 19 April
1955. Namun ia mengundurkan diri jabatan ini pada 25 Desember 1960.
Salman diangkat kembali sebagai Gubernur Provinsi Riyadh pada 4
Februari 1963 hingga 2011, selama 48 tahun. Sebagai gubernur, ia
memberikan kontribusi untuk pengembangan Riyadh dari kota menengah
menjadi perkotaan besar metropolis. Ia menjabat sebagai penghubung
penting untuk menarik pariwisata, modal proyek dan investasi asing ke
negaranya. Hubungan politik dan ekonominya disukai oleh negara-negara
Barat.
Raja Salman bin Abdulaziz (Foto: File On Islam)
Selama lima dekade sebagai gubernur Riyadh, ia menjadi mahir
mengelola keseimbangan ulama, suku, dan kepentingan pangeran dalam
menentukan kebijakan bagi rakyat Arab Saudi. Selama tahun 1980-an, ia
membantu mengumpulkan dana untuk mendukung Mujahidin dalam perang
melawan Uni Soviet di Afghanistan.
Januari 2011, ia membersihkan Riyadh dari pengemis yang dianggap mencoba mengambil keuntungan dari kemurahan hati orang.
Ia juga ketua Yayasan King Abdulaziz untuk Penelitian dan Arsip
(Kafra), Museum King Abdulaziz, Pangeran Salman Center untuk Penelitian
Kecacatan dan Masyarakat Amal Pangeran Fahd bin Salman untuk Perawatan
Pasien Ginjal.
Sebagai Menteri Pertahanan
Pada 5 November 2011, Salman diangkat menjadi Menteri Pertahanan,
menggantikan kakak kandungnya sekaligus Putra Mahkota, Sultan bin Abdul
Aziz, dan Pangeran Sattam bin Abdulaziz dinobatkan sebagai gubernur
Provinsi Riyadh menggantikannya.
Pangeran Salman juga terpilih sebagai anggota Dewan Keamanan Nasional (NSC) pada hari yang sama.
Dalam militer, Salman melanjutkan kebijakan intervensi militer di Bahrain, mencoba menghancurkan pemberontakan Bahrain.
Pada April 2012, Salman mengunjungi Amerika Serikat (AS) dan Inggris,
bertemu Presiden AS Barack Obama dan Perdana Menteri Inggris David
Cameron.
Setelahnya, pengeluaran militer Arab Saudi naik menjadi $ 67 miliar,
menyalip Inggris, Perancis dan Jepang, menjadi urutan keempat di dunia
setelah AS, China dan Rusia. Salman juga bergabung dalam koalisi
pimpinan AS bersama negara Arab lainnya melaksanakan serangan udara
terhadap Negara Islam di Irak dan Suriah (ISIS) pada 2014-2015.
Putera Mahkota
Pada 18 Juni 2012, Salman diangkat sebagai Putra Mahkota Arab Saudi
tak lama setelah wafatnya Putra Mahkota Nayef bin Abdulaziz. Pangeran
Salman juga diangkat sebagai Wakil Perdana Menteri.
Pangeran meluncurkan akun Twitter pada 23 Februari 2013, kini pengikut Twitter-nya mencapai 1,61 juta.
Pada bulan September 2012, Salman juga menjabat Wakil Ketua Dewan
Militer. Dia adalah pendukung kuat untuk amal sosial di negara-negara
Muslim miskin seperti Somalia, Sudan, Bangladesh dan Afghanistan.
Analisa kepemimpinan Salman
Di saat pencalonannya Salman sebagai Putera Mahkota dan Wakil Perdana
Menteri, Reuters menilai sebagai sinyal bahwa reformasi hati-hati Raja
Abdullah kemungkinan akan berlanjut.
Di sisi lain, reformis Saudi menyatakan, Pangeran Salman akan
melakukan pendekatan diplomatis terhadap anggota kerajaan lainnya, dan
ia tidak bisa dianggap sebagai pembaharu politik.
Mereka juga berpendapat, seperti Raja Abdullah, Salman memfokuskan pada peningkatan ekonomi dibandingkan perubahan politik.
Menjadi gubernur lama ibukota, Salman memiliki reputasi sebagai seorang pangeran yang progresif dan praktis.
“Dia harus mengkombinasikan sebagai seorang reformis, seorang hakim,
juri dalam beberapa kasus, dan menangani perbedaan pendapat, serta
menangani masalah-masalah ekonomi,” kata Robert Jordan, mantan duta
besar Amerika Serikat untuk Arab Saudi, kepada CNN.
Pengalaman Salman memimpin Riyadh membuatnya bisa menjaga hubungan
dengan banyak anggota keluarga Kerajaan Arab Saudi bisa tetap sejalan.
“Karena sebagian besar pangeran dan putri kerajaan tinggal di Riyadh, ia juga sheriff
keluarga, memastikan setiap pelanggaran ditangani dengan lancar dan
tenang, tanpa publisitas,” kata Bruce Riedel, seorang rekan senior Raja
Salman di Brookings Institution’s Center untuk Politik Timur Tengah.
Riedel yang bekerja untuk CIA selama 30 tahun menambahkan, Salman
telah memimpin rapat kabinet selama beberapa bulan dan menangani hampir
semua tanggung jawab agenda di luar negeri untuk kerajaan sejak ia
menjadi Putera Mahkota pada 2012.
Terkait pengangkatannya sebagai Menteri Pertahanan pada 2011,
pengamat mengatakan itu terjadi karena kualitasnya. Pertama, ia memiliki
sifat damai dan diplomatik. Dia memimpin dewan keluarga yang disebut
The Descendants ‘Council atau Al Uthra dalam bahasa Arab (Majelis
Turunan), yang didirikan oleh Raja Fahd pada 2000 untuk memecahkan
masalah keluarga, mencapai kesepakatan dan mencoba menghindari perilaku
memalukan dari beberapa anggota keluarga.
Kedua, Salman milik generasi menengah dalam keluarga kerajaan. Oleh
karenanya, ia bisa mengembangkan hubungan dekat sosial dan budaya kedua
generasi. Terakhir, akibat dari jabatan gubernur jangka panjangnya, ia
telah mengembangkan jaringan hubungan di kalangan Arab dan
internasional.
Pada Jumat 23 Januari 2015, Raja Salman berjanji akan melanjutkan
kebijakan pemerintahan mendiang Raja Abdullah saat ini untuk memastikan
stabilitas dan persatuan di negara itu. (T/P001/R03)
Sumber: Arab News, On Islam, Wikipedia
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
SERANGAN ARAB SAUDI DI YAMAN UNGKAP TUJUAN ARAB SPRING
Aktivis kemanusiaan dan pengamat zionisme, Joserizal Jurnalis. (Foto: Zaenal/MINA)
Oleh: Joserizal Jurnalis*
Dalam menghadapi konflik di Timur Tengah saat ini, Arab Spring dan
Extended Arab Spring terlihat ruwet jika kita melihat faktor-faktor satu
persatu.
Faktor-faktor itu bukanlah faktor utama tapi kita sebut complementary factor (faktor yang saling melengkapi).
“Demokrasi” didengung-dengungkan pada awal Arab Spring sebagai alasan
terjadinya revolusi di beberapa negara Arab. Ternyata tidak ada
demokrasi yang tegak di negara-negara yang penguasanya digulingkan,
bahkan dibunuh karena dituduh diktator dan tidak demokratis.
Padahal, negara-negara Arab yang terlibat dalam membiayai Arab Spring
ini, seperti Arab Saudi, Qatar dan Kuwait adalah negara monarki
(kerajaan), yang tidak demokratis sama sekali.
“Menegakkan syariat” dan “pendirian khilafah” juga menjadi slogan
sebagian peserta Arab Spring dalam menumbangkan rezim yang mereka sebut
“toghut, anti syariah, inkar sunnah, atau Syiah”.
Yang agak tersembunyi pada awal Arab Spring, terutama dalam kasus
konflik Suriah adalah “Untuk apa keterlibatan Turki, Arab Saudi, Kuwait
dan Qatar di Suriah ?”
Agak aneh, Suriah adalah anggota Liga Arab, sama seperti Arab Saudi,
Qatar dan Kuwait. Kalau ingin menegakkan demokrasi karena rezim tidak
demokrasi, ketiga negara tersebut jauh dari kesan demokratis. Turki
terlibat karena negara anggota NATO dan perdana menterinya saat itu,
Recep Tayyip Erdogan, adalah simpatisan Ikhwanul Muslimin (IM), di mana
angggota IM terlibat sebagai pihak oposisi di Suriah.
Menjadi agak jelas frame permainan Arab Saudi, Qatar dan
Kuwait yang menjadi anggota koalisi utama, ketika menyerang Yaman Utara
yang dikuasai suku Houthi yang bermazhab Syiah Zaidiyah dan loyalis
mantan Presiden Ali Abdullah Saleh.
Walaupun secara terbuka Arab Saudi dkk menyerang Yaman Utara dalam
rangka ingin mengembalikan kekuasaan Presiden Yaman Abd-Rabbu Mansour
Hadi yang minta tolong, tapi sebenarnya Arab Saudi dkk – terutama Arab
Saudi – “takut” dengan makin besarnya pengaruh Iran.
Hal itu terjadi karena Arab Saudi takut dengan “aroma” Revolusi 1979
yang menggulingkan kerajaan (Shah Iran) yang berumur 2000 tahun, di mana
dulunya adalah sahabat Arab Saudi, Amerika Serikat dan Israel.
Akhirnya kita bisa membaca permainan Arab Saudi di Arab Spring dengan membandingkan kasus Suriah dan Yaman.
Tentu timbul pertanyaan “Kenapa Arab Saudi dan Qatar juga terlibat
menumbangkan Presiden Libya Muammar Gaddafi dan Presiden Mesir Hosni
Mubarak?”
Arab Saudi dan Qatar merupakan “kawan seiring” dalam Arab Spring,
tapi dalam kasus menumbangkan Presiden Mesir Muhammad Mursi mereka
berbeda posisi. Arab Saudi meninggalkan Qatar yang tetap mendukung
Mursi.
Lalu kenapa Arab Saudi dan Qatar masih bisa disatukan dalam “proyek” konflik Suriah, ISIS dan Yaman?
Di sinilah sebenarnya permainan itu terkuak, karena yang bisa melakukan itu adalah Amerika Serikat (AS) dan Israel.
AS dan Israel ini sangat berkepentingan dengan Timur Tengah. Israel
perlu keamanan dirinya dari negara-negara Arab yang dalam sejarah memang
tidak bersahabat dengan Israel. Israel perlu melemahkan musuh-musuhnya
dengan penyusupan, adu domba, merekayasa ulama-ulama adu domba, sehingga
musuhnya terpecah-pecah berdasarkan suku dan sekte, pada akhirnya
lemah.
Bagi AS, Timur Tengah harus tetap bisa dikontrol, supaya sumber-sumber energi tetap bisa dikuasai.
Terjadilah siombiose-mutualisma antara Israel dan AS di Timur Tengah.
Dan hasil Arab Spring adalah instability of the Middle East (ketidakstabilan Timur Tengah). (T/P001/P2)
*) Joserizal Jurnalis adalah seorang aktivis kemanusiaan dan
dokter bedah spesialis tulang. Saat ini menjabat Anggota Presidium
lembaga medis kemanusiaan MER-C (Medical Emergency Rescue Committee).
Pengalamannya di banyak daerah konflik dan pengetahuannya yang luas
tentang konspirasi Zionis dan konflik Timur Tengah, membuatnya sering
menjadi nara sumber di berbagai diskusi dan media.
Oleh: Mahdi Darius Nazemroaya, Analisis Scientific Committee of Geopolitica, Italia
Amerika Serikat dan Kerajaan Arab Saudi menjadi sangat gelisah ketika
gerakan Houthi Yaman menguasai ibukota Yaman, Shana’a pada bulan
September 2014.
Presiden Yaman Abd-Rabbo Mansour Al-Hadi merasa dipermalukan dipaksa
untuk berbagi kekuasaan dengan Houthi dan koalisi suku Yaman Utara yang
telah membantu Houthi masuk Shana’a.
Al-Hadi pun terguling dari kursi kekuasaannya. Tersingkirnya Presiden
Al-Hadi oleh Houthi dan sekutu politik mereka, berdampak reaksi Al-Hadi
yang berencana meminta bantuan Washington dan Riyadh.
Gedung Putih dan Kerajaan Saudi tidak pernah menduga sebelumnya kalau
Houthi kemudian menyingkirkan Al-Hadi dari tampuk kekuasaan. Setelah ia
menjadi presiden, setelah Ali Abdullah Saleh terpaksa menyerahkan
kekuasaannya pada tahun 2011.
Kudeta?
Pada awalnya, ketika Houthi mengambil alih Shana’a pada akhir 2014,
Houthi menolak usulan Al-Hadi untuk penawaran baru perjanjian pembagian
kekuasaan formal. Houthi menganggap Al-Hadi telah gagal dan telah
mengingkari janji sebelumnya untuk berbagi kekuasaan politik.
Pada saat itu, hubungan Presiden Al-Hadi dengan Washington telah
membuatnya sangat tidak populer di kalangan mayoritas penduduk Yaman.
Pada 8 November 2014, partai Presiden Al-Hadi sendiri, TheYemenite General People’s Congress (al-Mu’tamar asy-Syi’bi al-‘Am), akan mengeluarkan Al-Hadi sebagai pemimpinnya juga.
Huthi akhirnya merebut istana presiden dan gedung-gedung pemerintah
Yaman lainnya pada 20 Januari 2015. Dua minggu kemudian, Houthi resmi
membentuk pemerintahan transisi Yaman. Pada 6 Februari Al-Hadi terpaksa
mengundurkan diri.
Pengunduran diri Al-Hadi adalah kemunduran bagi kebijakan luar negeri
AS. Hal itu akan berdampak pada mundurnya militer dan operasional badan
intelejen pemerintah federal AS CIA (The Central Intelligence Agency) di Yaman. The Los Angeles Times melaporkan pada tanggal 25 Maret,
mengutip para pejabat AS, bahwa Houthi telah mendapatkan rahasia AS pada
berbagai dokumen rahasia ketika mereka merebut Biro Keamanan Nasional
Yaman, yang selama bekerja sama dengan CIA, yang dikompromikan sebagai
operasi Washington di Yaman.
Al-Hadi pun kemudian melarikan diri dari ibukota Yaman Shana’a ke
Aden, di bagian Selatan Yaman, pada tanggal 21 Februari. Lalu
menyatakan ibukota sementara Yaman di Aden pada 7 Maret.
AS, Perancis, Turki, dan sekutu Eropa Barat mereka menutup kedutaan
mereka di Yaman. Segera setelah itu, dalam apa yang mungkin disebut
sebagai langkah terkoordinasi, AS, Arab Saudi, Kuwait, Bahrain, Qatar,
dan Uni Emirat Arab semua memindahkan kedutaan mereka ke Aden dari
Shana’a.
Al-Hadi mencabut surat pengunduran dirinya sebagai presiden dan menyatakan bahwa ia membentuk pemerintahan di pengasingan.
Houthi dan sekutu politik mereka menolak untuk memenuhi tuntutan AS
dan Arab Saudi, yang memang diminta bantuannya oleh Al-Hadi di Aden.
Melalui Menteri Luar Negeri Al-Hadi, Riyadh Yasin, meminta Arab Saudi
dan sekutunya di Arab untuk bantuan militer mencegah Houthi,
menghentikan kontrol wilayah udara Yaman. Pada 23 Maret Yasin mengatakan
kepada Saudi Al-Sharq Al-AWSA bahwa kampanye pengeboman lewat udara diperlukan dan bahwa zona larangan terbang harus dikenakan atas Yaman.
Kelompok Houthi menyadari bahwa perjuangan militer akan dimulai.
Inilah mengapa kemudian Houthi dan sekutu mereka di militer Yaman
bergegas untuk mengendalikan banyak lapangan udara militer Yaman dan
pangkalan udara, seperti Al-Anad, secepat mungkin. Mereka pun bergegas
untuk mengejar Al-Hadi ke Aden pada tanggal 25 Maret.
Namun, pada saat Houthi dan sekutu mereka memasuki Aden, Al-Hadi
telah melarikan diri dari kota melalui pelabuhan Yaman. Al-Hadi kemudian
diketahui muncul di istana Arab Saudi ketika koalisi Arab memulai
menyerang Yaman pada 26 Maret.
Dari Arab Saudi, Abd-Rabbo Mansour Al-Hadi kemudian terbang ke Mesir
menghadiri Pertemuan Liga Arab untuk melegitimasi perang Yaman.
Strategi Kawasan
Houthi mengambil alih Shana’a dalam rentang waktu yang bersamaan
dengan serangkaian keberhasilan atau kemenangan regional di Iran,
Hizbullah Lebanon, dan Suriah. Hal tersebut dianggap membentuk kekuatan
kolektif wilayah.
Persamaan strategis di Timur Tengah mulai bergeser karena menjadi
jelas bahwa Iran dianggap menjadi pusat keamanan dan stabilitas kawasan.
Saudi dan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mulai mengeluhkan
hal tersebut dan menyebut bahwa Iran mulai mengendalikan empat ibukota
terpenting di kawasan, Beirut, Damaskus, Baghdad, dan Shana’a. Saudi dan
Israel mengajukan permintaan untuk menghentikan ekspansi Iran lebih
luas lagi. Sebagai hasil dari persamaan strategis baru tersebut, Israel
dan Saudi menjadi selaras dengan satu tujuan utama menetralisir Iran dan
sekutu regionalnya.
Duta Besar Israel, Ron Dermer kepada Fox News pada 5 Maret menyatakan keselarasan Israel dan Arab Saudi tersebut.
Namun, kekhawatiran pengaruh kawasan tersebut kurang ditanggapi pihak AS. Menurut jajak pendapat Gallup,
hanya 9% dari warga AS yang memandang Iran sebagai musuh terbesar dari
Amerika Serikat. Pada waktu itu, Netanyahu sendiri tiba di Washington
untuk berbicara menentang kesepakatan nuklir antara AS dan Iran.
Geo-Strategis AS
Kerajaan Arab Saudi telah lama menganggap Yaman sebagai semacam
provinsi bawahan dan sebagai bagian dari lingkup pengaruh Riyadh. AS
ingin memastikan bahwa hal itu bisa mengendalikan daerah strategis
Yaman, Bab Al-Mandeb, Teluk Aden, dan Kepulauan Socotra .
Bab Al-Mandeb adalah titik strategis yang penting bagi pengiriman
perdagangan dan energi jalur perairan internasional yang menghubungkan
Teluk Persia melalui Samudera Hindia dengan Laut Mediterania melalui
Laut Merah. Hal ini sama pentingnya dengan Terusan Suez untuk jalur
perairan dan perdagangan antara Afrika, Asia, dan Eropa.
Israel juga khawatir, dengan kontrol Yaman bisa jadi memotong akses
Israel ke Samudera Hindia melalui Laut Merah, dan mencegah kapal selam
masuk ke Teluk Persia untuk mengancam Iran.
Inilah sebabnya mengapa kontrol Yaman sebenarnya adalah salah satu
poin penting pembicaraan Netanyahu di Capitol Hill, saat ia berbicara
kepada Kongres AS tentang Iran, pada tanggal 3 Maret lalu. New York Times mempublikasikan pidato Netanyahu pada 4 Maret.
Arab Saudi sendiri tampaknya takut bahwa Yaman bisa akan sejalan
dengan Iran dan khawatir dapat mengakibatkan pemberontakan baru di
Semenanjung Arab terhadap Kerajaan Saudi.
AS juga khawatir tentang hal ini, dalam perspektif persaingan global.
AS berkehendak mencegah pengaruh Iran, Rusia, dan China dari memiliki
pijakan strategis di Yaman. Ditambah lagi pentingnya geopolitik Yaman
dalam mengawasi strategis perairan dan rudal persenjataan militernya.
AS melihat rudal Yaman bisa mengancam kapal-kapal di Teluk Aden atau
Bab Al-Mandeb. Maka, dalam hal ini, serangan Saudi ke Yaman merupakan
jalan strategis menjalankan kepentingan AS dan Israel di kawasan itu.
Kemudian Riyadh mengancam akan mengambil tindakan militer jika Houthi
dan sekutu politik mereka tidak bernegosiasi dengan Al-Hadi.
Akhirnya, sebagai hasil dari ancaman Saudi, meluncurlah serangan
udara koalisi Arab menyerang Houthi Yaman pada tanggal 25 Maret.
Amerika Serikat, Arab Saudi, Bahrain, UEA, Qatar, dan Kuwait pun mulai
mempersiapkan untuk menaikkan ulang Al-Hadi sebagai penguasa Yaman.
Koalisi Arab
Untuk mengokohkan pembicaraan tentang Arab Saudi sebagai kekuatan
regional, Saudi menganggap terlalu lemah untuk menghadapi Iran
sendirian. Saudi pun kemudian menyusun strategi memperkuat sistem
aliansi regional untuk membuat blok konfrontasi dengan Iran. Dalam hal
ini Arab Saudi memerlukan sumbu kawasan Mesir-Turki-Pakistan untuk
membantu menghadapi Iran dan sekutu regionalnya.
Putera Mahkota Saudi Mohammed bin Zayed bin Sultan Al-Nahyan, Putera
Mahkota Emirat dan wakil komandan tertinggi militer UEA, bermaksud
mengunjungi Maroko untuk berbicara tentang respon militer kolektif ke
Yaman.
Di sisi lain, Al-Hadi meminta Arab Saudi dan organisasi kawasan Teluk Gulf Cooperation Council (GCC) untuk membantu serangan militer mengintervensi Yaman.
Dari seluruh anggota GCC itu (GCC terdiri dari Bahrain, Kuwait, Oman,
Qatar dan UEA), Kesultanan Oman menolak untuk bergabung dalam serangan
ke Yaman.
Muscat, ibukota Oman, memiliki hubungan persahabatan yang baik dengan
Teheran. Selain itu, Oman merasa jenuh dengan proyek Saudi dan GCC yang
menggunakan sektarianisme untuk menyalakan konfrontasi dengan Iran dan
sekutunya.
Mayoritas penduduk Oman adalah Muslim, tetapi tidak menyebut Muslim
Sunni atau Muslim Syi’ah. Mereka menyebut Muslim Ibadi yang takut
mengipasi hasutan sektarian dengan sesamanya.
Propagandis masuka ke Saudi dan memberikan klaim bahwa perang
merupakan upaya menghambat pengaruh Iran di perbatasan Arab Saudi. Turki
baru akan mengumumkan dukungannya bagi perang di Yaman.
Al-Sisi Mesir menyatakan bahwa keamanan Kairo dan keamanan Arab Saudi
merupakan satu kawasan. Namun, Mesir mengatakan bahwa negaranya tidak
akan terlibat dalam perang di Yaman pada tanggal 25 Maret. Akan tetapi
hari berikutnya, Kairo bergabung ke Arab Saudi dalam serangan ke Yaman,
dengan mengirimkan jet dan kapal ke Yaman.
Hal senada dinyatakan Perdana Menteri Pakistan Nawaz Sharif dalam
sebuah pernyataan pada 26 Maret, bahwa setiap ancaman ke Arab Saudi akan
mengancam pula Pakistan.
Peran AS dan Israel
Pada tanggal 27 Maret, diumumkan di Yaman bahwa Israel terlibat
membantu Arab Saudi menyerang Yaman. Ini berarti pertama kalinya bahwa
Zionis Israel melakukan operasi bersama dengan koalisi Arab Saudi.
Hassan Zayd, Presiden Partai Al-Haq Yaman, menulis di jejaring sosial
bahwa hal itu menunjukkan kepentingan bersama antara Arab Saudi dan
Israel. Aliansi Israel-Saudi menghadapi Yaman, bagaimanapun, bukanlah
hal baru. Israel pernah membantu Saudi dalam Perang Saudara Yaman Utara
yang dimulai tahun 1962, dengan penyediaan senjata dari Arab Saudi untuk
membantu kaum royalis terhadap kaum republiken di Yaman Utara.
Sementara AS juga terlibat dan mendukung dari belakang dan jarak
jauh. Pada saat bersamaan, AS bekerja keras untuk mencapai kesepakatan
nuklir dengan Iran. Satu sisi AS ingin mempertahankan aliansi terhadap
Teheran menggunakan Saudi. Pentagon juga akan memberikan apa yang
disebut bantuan intelijen dan dukungan logistik terhadap Arab Saudi.
Fakta menyebutkan, peta kawasan dan kepentingan geopolitik terus
bergulir untuk kepentingan AS-Israel, khususnya di kawasan Yaman. Sumber: Global Research (T/P4/R11)
Ketika Fatwa Salafi Wahabi Bergandeng Mesra dengan Misi Zionis Yahudi
1.
Pisahkan umat Islam dari ulamanya, 2. Pisahkan umat Islam dari Nabinya,
3. Pisahkan umat Islam dari kitab sucinya (Al-Quran ), 4. Pecah belah
dan hancurkan!
Ada apa dengan Salafi Wahabi?
Beberapa tahun yang lalu ketika usiaku masih belasan tahun dan sedang
mengenyam pendidikan di sebuah Pesantren, aku mendapati selebaran yang
berisi peringatan terhadap Umat Islam untuk mewaspadai misi Zionis, diantara yang aku ingat adalah :
1. Pisahkan umat Islam dari ulamanya 2. Pisahkan umat Islam dari Nabinya 3. Pisahkan umat Islam dari kitab sucinya (Al-Quran ) 4. Pecah belah dan hancurkan!
Beberapa tahun setelah aku kembali ke kampung, aku dapati fenomena Salafi Wahabi.
Dan ketika aku mencermati dogma (ajaran) serta cara mereka “berdakwah”
(menyampaikan ajarannya), timbul kecurigaan kuat mereka adalah kaki
tangan Zionis. Kecurigaanku bukan tanpa alasan, berikut mari bersama
kita cermati secara kritis dengan fikiran dan hati yang jernih tentang
beberapa fatwa Salafi Wahabi sekaligus efek yang terjadi dalam konteks keselarasan fatwa-fatwa tersebut dengan misi Zionis:
Misi Zionis 1: Pisahkan umat Islam dari ulamanya
Misi
ini bertujuan agar umat Islam kehilangan central command/komando yang
terpusat dalam segala hal, baik dalam berpolitik, bersosial, beragama,
serta menghilangkan metode yang benar dalam memahami agama. Mereka sadar
bahwa kegagalan mereka selama ini diakibatkan oleh kuatnya semangat dan
persatuan kaum Muslimin dalam melawan mereka. Dan semangat serta
persatuan kaum Muslimin tersebut faktanya berpusat pada para ulama.
Fakta terbaru, adalah betapa dahsyat akibat/efek dari “Resolusi Jihad”
(22-Okt-1945) yang dikeluarkan oleh KH. Hasyim Asy’ari (NU) juga betapa
dahsyat dampak dari seruan para ulama dalam menumpas PKI.
Fatwa Salafi Wahabi yang disinyalir “mendukung” misi zionis tersebut di antaranya adalah :
1. Sesatnya Mazhab Asya’irah/ Asy’ariah dan Maturidiah
Bukti
paling dekat atas fatwa tersebut adalah buku yang berjudul “Mulia
Dengan Manhaj Salaf” yang ditulis oleh Ust. Yazid Ibn Abdil Qodir Jawas.
Dalam buku tersebut pada bab terakhir dengan gamblang Ust. Yazid Jawas
mengelompokkan Asy’ariyah dan Maturidiyah sebagai kelompok sesat dan
menyesatkan. Sebuah buku yang kontradiktif dengan buku yang mereka
ciptakan sebelumnya yang merupakan Tahrif (penyimpangan) dari al Ibanah
yang berjudul “Buku Putih Imam Al Asy’ari” dengan penerjemah Abu Ihasan
Al Atsari, penerbit At Tibyan.
2. Propaganda : Para Ulama adalah Manusia yang Tidak Ma’shum (Tidak terjaga dari salah)
Propaganda
“Para ulama adalah manusia yang tidak ma’shum” adalah “Kalimatu Haqqin
Uriida Biha Al Bathil” (pernyataan yang benar yang disertai misi batil).
Propaganda ini berperan untuk mendorong umat Islam keluar dari
mazhab-mazhab yang mu’tabar (diakui) dan beralih kepada “mazhab” yang
mereka bangun (mazhab yang tidak bermetode dalam memahami Al-Quran dan
Sunnah). Propaganda ini mengesampingkan pesan Allah: “Maka bertanyalah
kalian pada Ahlidz Dzikri jika kalian tidak tahu” (An Nahl : 43 dan Al
Anbiya’ : 7)
Efek lain dari propaganda ini dapat Anda buktikan
dalam sikap Prof. Salim Bajri ketika berdialog dengan Buya Yahya dalam
Tema “Sampainya pahala kebaikan yang dihadiahkan untuk orang-orang yang
telah meninggal”. Dalam dialog tersebut sang Prof enggan menerima
pendapat para ulama dengan alasan mereka tidak ma’shum.
3. Tuduhan “Ta’ashub” (Fanatik) kepada Para Penganut Mazhab
4. Tuduhan “Ghuluw” (Berlebihan) Bahkan Musyrik terhadap Umat Islam yang Menghormati Para Ulama denga Cara Mencium Tangan
5. Haramnya Tawasul dengan Orang-orang Shaleh yang Sudah Meninggal.
Efek lain yang ditimbulkan dari fatwa-fatwa dan propaganda tersebut diantaranya adalah:
a.
Hilangnya atau setidaknya berkurangnya trust/kepercayaan umat Islam
terhadap para ulama khususnya yang bermazhab Asy’ariyah atau Maturidiyah
semacam Imam Ibnu Hajar Al-Asqalani, Imam An-Nawawi, Imam Al-Haitami,
Imam Al-Qurthubi, bahkan sebagian besar Pengarang “Al Kutub As Sittah”
serta ratusan ulama yang lain.
b. Membuang semua/sebagian pendapat para ulama Asy’ariyah & Maturidiyah yang tidak sesuai misi mereka.
c.
Bebas men-tahrif (mengubah) karya-karya mereka yang tidak sesuai
keinginan dan bahkan membakarnya, karena dianggap karya orang-orang
sesat.
d. Menggantikan peran/pendapat para ulama sejak abad ke-3
hingga abad ke-19 (Munculnya Muhammad Ibnu Abdil Wahab) dengan para
“ulama” yang mereka ciptakan diabad 19 dst.
e. Cukup banyak ulama yang pemikirannya dijauhkan dari umatnya.
f. Menghilangkan atau setidaknya mengurangi rasa hormat umat Islam terhadap para ulamanya.
g. Menghilangkan atau setidaknya mengurangi kepatuhan umat Islam terhadap para ulamanya.
h. Menghilangkan metode yang benar dalam mamahami Islam. (hal ini penting untuk misi yang lain)
i. Ibarat hutan yang telah ditinggal “Macan”nya, dan yang tersisa hanyalah “Macan” ompong piaraan dengan fatwa-fatwa aneh.
j. dll
Misi Zionis 2: Pisahkan Umat Islam dari Nabinya
Misi
ini penting, mengingat ikatan emosional umat Islam dengan Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah faktor fital yang mampu membuat
umat Islam rela mengorbankan segalanya.
Adapun fatwa dan tindakan yang disinyalir “Mendukung” misi tersebut adalah:
Anda
yang pernah menziarahi Makam Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
pasti tahu efek emosional bagi penziarah baik ketika berziarah maupun
sesudahnya. Betapa hati yang normal takkan mampu membendung air mata
ketika berada di pusara mulia beliau. Rasa haru, bahagia, malu, rindu,
bangga, terimakasih, bercampur dalam sebuah hidangan istimewa berupa
“Mahabbah” (rasa cinta) yang tidak dapat diungkapkan dengan kata.
Anehnya
menurut teman-teman yang pernah muqim di Saudi, ada ulama kebanggaan
Wahabi (maaf tidak disebut nama karena orangnya sudah meninggal) yang
bersyukur karena tidak pernah menziarahi makam Nabi selama 25 tahun
tinggal di Madinah, hingga para santri di sana berkata: “Memang Nabi
nggak mau ketemu Anda”.
2. Haramnya Pelaksanaan Maulid Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
Mereka
sadar betul akan efek tumbuhnya rasa cinta kepada Nabi Muhammad
shallallahu ‘alaihi wa sallam melalui pujian dan pembacaan sirah Nabi
yang ada dalam kitab-kitab maulid yang identik lebih mengangkat sisi
Irhash dan Mukjizat Nabi. Fakta telah membuktikan efek Maulid yang
terjadi pada masa Shalahuddin Al-Ayyubi, bahkan fakta terbaru adalah
betapa dahsyat efek “Shalawat Badar” dalam membakar semangat umat Islam
guna menumpas PKI.
3. Haramnya Tawasul dengan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam setelah Wafat
Hal
ini jika kita cermati argumentasi mereka kita dapati sebuah fakta:
Menghilangkan atau setidaknya mengurangi pemahaman umat Islam terhadap
Nabinya dalam aspek Nubuwwah dan lebih menonjolkan aspek Basyariyah Nabi
(sisi kemanusiaan). Bukti dari efek tersebut adalah pernyataan ulama
kebanggaan mereka yang menyatakan bahwa tongkatnya lebih berguna
daripada Rasulullah yang sudah wafat.
Dan bukti lain adalah sikap
Prof. Salim Bajri ketika berdialog dengan Buya Yahya dalam Tema
“Sampainya pahala kebaikan yang dihadiahkan untuk orang-orang yang telah
meninggal”. Dalam dialog tersebut sang Prof tidak puas ketika diajukan
hadits shahih dari Imam Al-Bukhari dengan dalih Nabi Muhammad bisa salah
berdasar QS: ‘Abasa.
4. Menghilangkan Situs-Situs Bersejarah yang Berkaitan dengan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan Para Sahabat
Efek
yang ditimbulkan dari tindakan tersebut adalah: Hilangnya bukti fisik
perjuangan Rasulullah dan para sahabat yang dapat membangkitkan semangat
dan keimanan umat Islam.
Jika dalam penghancuran situs-situs
bersejarah tersebut Salafi/Wahabi beralasan “Syaddudz Dzari’ah”
(mencegah kemungkaran yang mungkin ditimbulkan) yakni sikap “Ghuluw”
(berlebihan), maka faktanya mereka mengalihkan sikap “Ghuluw” tersebut
kepada Syekh Al ‘Utsimin dengan membangun museum Yayasan Al ‘Utsaimin.
Dimana dalam museum tersebut tidak hanya karya sang Syekh yang
dihormati, bahkan pena terakhir sang Syekh-pun ditempatkan di tempat
khusus dalam etalase mahal. aneh.
Misi Zionis 3: Pisahkan Umat Islam dari Al-Quran
Kita
semua tahu arti dan peran Kitab Suci bagi semua pemeluk agama, maka
sangat wajar jika misi ketiga ini menjadi misi penting. Adapun fatwa dan
propaganda Salafi/Wahabi yang disinyalir “Mendukung” misi tersebut
diantaranya adalah:
1. Haram Mengikuti Mazhab Tertentu
Silahkan
Anda baca Fatwa Syekh Albani tentang masalah tersebut, dan silahkan
Anda bayangkan ketika kaum awam melepaskan diri dari tuntunan para ulama
dalam memahami Al-Quran.
Bukti akan adanya efek tersebut adalah
propaganda yang didengungkan MTA, yakni : “Ngaji ko’ kitab kuning, Ngaji
ya Al-Quran sak maknanya”. Dan akibatnya fatwa-fatwa mereka ngawur dan
paling ironis dengan enteng mereka mengafirkan sesama saudara Muslim.
2. Jargon Kembali kepada Al-Quran dan Sunnah
Coba
kita cermati akibat yang ditimbulkan dari keberanian orang-orang awam
menginterpretasikan Al-Quran tanpa sarana ilmu yang memadahi. Disamping
pemahaman yang kontradiktif, mereka telah lepas dari nafas Al-Quran itu
sendiri, sehingga begitu mudah mereka mengafirkan sesama umat Islam.
Hal inilah yang diwanti-wanti Rasulullah dalam sabda beliau:
“Mereka mengajak pada
kitab Allah tetapi justru mereka tidak mendapat bagian sedikitpun dari
Al-Quran. Barangsiapa yang memerangi mereka, maka orang yang memerangi
lebih baik di sisi Allah dari mereka”. Para sahabat bertanya, “Wahai
Rasulullah, apa ciri khas mereka?” Rasul menjawab “Bercukur gundul”.
(Sunan Abu Daud : 4765)
“Akan keluar di
akhir zaman, suatu kaum yang masih muda, berucap dengan ucapan
sebaik-baik manusia (Hadits Nabi), membaca Al-Quran tetapi tidak
melewati kerongkongan mereka, mereka keluar dari agama Islam sebagaimana
anak panah meluncur dari busurnya, maka jika kalian berjumpa dengan
mereka, perangilah mereka, karena memerangi mereka menuai pahala di sisi
Allah kelak di hari kiamat “.(HR. Bukhari Muslim)
Selanjutnya adalah misi Zionis ke empat:
Misi Zionis 4. Pecah Belah Lalu Hancurkan!
Inilah tujuan pokok dari misi-misi penghantar yang kami sebutkan di atas. Sebagaimana di wanti-wantikan Allah dalam Al-Quran :
“Dan
orang-orang Yahudi dan Nashrani tidak akan rela kepadamu (Muhammad)
sebelum engkau mengikuti agama mereka” (QS : Al Baqarah:120)
Sedang
tindakan kongkrit dalam mendukung misi ini adalah menciptakan kelompok
yang menyimpang yang mereka lindungi atas nama HAM semisal “AHMADIYAH” di India, dan di saat bersamaan mereka ciptakan “WAHABI” di Timur Tengah (Arab Saudi), sebuah kelompok yang berhasil membuat umat Islam saling menghujat, saling mengkafirkan, dst.
Lantas adakah korelasinya misi Zionis tersebut dengan fatwa dan atau propaganda di atas? Mari kita cermati bersama:
Apakah
jadinya ketika umat Islam sudah tidak lagi menghormati figur-figur yang
dapat meredam pertikaian dan mempersatukan umat, yakni para ulama? Dan
apa jadinya ketika umat Islam memandang dan memahami Nabinya hanya dari
aspek Basyariyah (manusia biasa)? Dan apa jadinya ketika umat Islam yang
tidak memiliki sarana ilmu yang memadai ikut-ikutan berijtihad dan
mengesampingkan tuntunan para ulama?
Fakta yang sudah di depan mata adalah: PERPECAHAN UMAT ISLAM !
Kemajuan
Teknologi Internet menjadi berkah sekaligus fitnah bagi Islam dan umat
Islam. Situs web 'Islam Institute' memberi inspirasi agar umat Islam
tergugah daya kritisnya dalam memahami info-info ajaran Islam berbasis
internet. Semoga Kita senantiasa dalam naungan Hidayah Allah Swt,
amiin....
Rabu, 01 April 2015 11:11
Badan Internasional Kesulitan Salurkan Bantuan Kemanusiaan ke Yaman
Serangan udara Arab Saudi telah membuat berbagai kawasan yang
menjadi ajang pertempuran di Yaman semakin tak aman bagi penyaluran
bantuan kemanusiaan oleh berbagai organisasi internasional.
AFP
melaporkan, berbagai organisasi internasional menyatakan, kondisi yang
semakin parah di Yaman dan bombardir jet-jet tempur Arab Saudi membuat
rakyat di berbagai kawasan yang menjadi ajang pertempuran tidak mendapat
bantuan kemanusiaan.
Menurut
sumber ini, salah satu tim penyelamat lokal dari Palang Merah
Internasional dilaporkan tewas tertembak ketika terjadi bentrokan.
Laporan
ini juga menyebutkan penutupan seluruh bandara udara internasional di
Sanaa dan Aden sebagai penghalang penyaluran bantuan kemanusiaan
organisasi internasional kepada rakyat Yaman.
Sementara
itu, telah lewat enam hari dari bombardir mematikan jet-jet tempur di
bawah komando Arab Saudi terhadap pos-pos pejuang Ansarullah di Yaman.
Hari
Senin (30/3) sedikitnya 45 orang tewas dan 200 lainnya cidera dalam
serangan udara jet tempur Arab Saudi ke sebuah kamp pengungsi al-Mazraq
di Provinsi Hajjah, Yaman. Menurut keterangan PBB, sedikitnya 11
anak-anak turut menjadi korban dalam serangan brutal tersebut.
Arab Saudi sebelumnya di tahun 2009 dan 2010 juga membombardir pos-pos al-Houthi di Yaman. (IRIB Indonesia/MF) irib.ir/international/timur-tengah/item/93786-badan-internasional-kesulitan-salurkan-bantuan-kemanusiaan-ke-yaman
Jumlah Korban Agresi Arab Saudi ke Yaman Terus Bertambah
Departemen Kesehatan Yaman mengumumkan sejak agresi Arab Saudi ke negara ini tercatat 100 warga Yaman meninggal dunia.
Televisi
al-Alam Selasa (31/3) mengutip Departemen Kesehatan Yaman melaporkan,
berdasarkan data terbaru dari serangan jet tempur Arab Saudi yang
didukung sejumlah negara Arab ke berbagai wilayah Yaman, 120 warga sipil
tercatat menjadi korban keganasan mereka.
Departemen
Kesehatan Yaman seraya mengisyaratkan berlanjutnya serangan jet tempur
Arab Saudi ke berbagai kawasan pemukiman dan infrastruktur negara ini
menyatakan, jumlah korban terus bertambah.
Kantor
organisasi medis lintas territorial di Yaman mengumumkan, lebih dari 500
orang menderita luka-luka di bentrokan yang berlangsung di kota Aden
dan akibat serangan udara dan darat Arab Saudi beserta sekutunya ke kota
ini.
Dalam
hal ini, rezim al-Saud menentang kedatangan pesawat udara milik Palang
Merah Internasional yang membawa bantuan kemanusiaan bagi warga Yaman di
bandara udara Sanaa.
Jet-jet
tempur Arab Saudi sejak enam hari lalu membombardir berbagai kawasan
Yaman. Ulah Arab Saudi ini selaras dengan kepentingan rezim Zionis
Israel dan Amerika Serikat. (IRIB Indonesia/MF)
Rabu, 01 April 2015 10:59
Abdollahian: Serangan Udara Arab Saudi ke Yaman Harus Dihentikan
Hossein Amir Abdollahian, deputi menlu Iran untuk Arab dan Afrika
menuntut segera dihentikannya serangan udara Arab Saudi ke Yaman.
“Solusi
bagi krisis di Yaman adalah dihentikannya dengan segera serangan udara
dan langkah brutal terhadap negara serta rakyat Yaman. Selain itu juga
harus disertai dengan perealisasian kesepakatan nasional yang telah
dicapai oleh berbagai partai dan kubu Yaman,” papar Abdollahian Selasa
(31/3).
Saat
berbicara di pertemuan internasional bertema bantuan kemanusiaan untuk
Suriah di Kuwait, Abdollahian menambahkan, Republik Islam Iran menilai
serangan udara pasukan asing ke Yaman yang menewaskan dan menciderai
sejumlah warga tak berdosa negara ini sebagai langkah berbahaya dan
bertentangan dengan tanggung jawab internasional dalam menghormati
kedaulatan negara lain.
Amir
Abdollahian juga menyatakan penyesalannya atas korban jiwa dan harta
akibat aksi terorisme yang harus ditanggung rakyat Suriah. “Kinerja Iran
dalam menyikapi transformasi negara ini bertumpu pada dua prinsip
penting, prinsip pertama adalah mendukung tuntutan legal rakyat Suriah
terkait reformasi,” kata Abdollahian.
Lebih
lanjut ia mengungkapkan, “Prinsip kedua adalah menentang intervensi
asing, karena setiap perubahan dan reformasi di Suriah harus dilakukan
oleh rakyat negara ini sendiri serta berlangsung damai.”
“Sangat
disayangkan bahwa dua prinsip ini bukan saja tidak diperhatikan oleh
sejumlah negara, namun mereka malah berusaha memanfaatkan teroris
sebagai alat untuk merealisasikan ambisinya di Suriah. Sementara mereka
lupa bahwa terorisme sebagai alat berbahaya dapat juga berbalik
menyerang mereka dan mengancam keamanan serta stabilitas seluruh pihak,”
tandas Abdollahian.
Deputi
menlu Iran ini mengatakan, “Jika perbatasan tertutup bagi teroris,
negara tetangga Suriah harus memainkan perannya untuk mengendalikan
terorisme dan menghentikan pelatihan serta persenjataan bagi teroris.
Jika hal ini dilakukan maka dapat dipastikan bahwa teroris akan musnah
dari dalam.”
Konferensi
internasional ketiga terkait bantuan kemanusiaan bagi Suriah tengah
digelar di Kuwait atas undangan Sekjen PBB, Ban Ki Moon kepada 80 menlu
berbagai negara dunia. Konferensi ini juga dihadiri oleh Emir Kuwait.
(IRIB Indonesia/MF)esian.irib.ir/krisis-yaman/item/93780-abdollahian-serangan-udara-arab-saudi-ke-yaman-harus-dihentikan
KIBLAT.NET – Syiah Hautsi mulanya adalah kelompok Syiah Zaidiyah di
Yaman bagian utara. Sebelum masa revolusi rakyat (Arab Spring) pada
tahun 2011, mereka kurang memiliki daya tarik maupun pengaruh di luar
wilayah basis mereka di utara.
Dengan berakar pada semangat kebangkitan Zaidiyah, gerakan tersebut
pada mulanya bangkit dalam rangka melindungi tradisi keagamaan dan
kultural mereka dari ancaman kelompok Salafi yang semakin mereka
rasakan, dan juga dari intervensi barat terhadap dunia Islam.
Kemudian di bawah kepemimpinan Hussein Badr al-Din al-Hautsi, dan
dipicu oleh invasi Amerika ke Iraq pada tahun 2003, lalu mereka mengubah
pola gerakan mereka dari yang bersifat kultural keagamaan menjadi
aktifitas politik.
Pada tahun 2004, usaha pemerintah Yaman menangkap Hussein al-Hautsi
mengalami kegagalan. Hal itu mendorong serangkaian peperangan atau
konfrontasi brutal antara Hautsi dengan pemerintah Yaman yang terjadi
hingga enam putaran. Perang secara resmi berakhir dengan adanya gencatan
senjata pada bulan Februari 2010, namun masih menyisakan baNyak keluhan.
Konflik terpusat di propinsi Saada yang merupakan benteng pertahanan
utama Hautsi. Di wilayah ini pula mereka menjadi pewaris pasca era
kemunduran strata sosial pemerintahan Bani Hasyim (Hasyimiyah) akibat
revolusi perlawanan tahun 1962 terhadap kepemimpinan “Imamah Zaidiyah”.
Demikian juga pola manajemen negara yang gagal dalam mengatasi
pluralitas keagamaan, keterbelakangan yang kronis, mengakibatkan situasi
yang rentan terjadinya perebutan kekuasaan di daerah serta munculnya
aktor baru keagamaan termasuk kelompok Salafi.
Dalam lingkungan yang begitu kompleks ini, berbagai macam peperangan
baik yang bermotif sektarian, kesukuan, maupun politis terjadi secara
simultan, termasuk efek turunan akibat dari perang dingin antara Arab
Saudi dan Iran. Hingga saat ini, Hautsi masih belum punya agenda yang
jelas, sementara di luar propinsi basis mereka di Saada dan juga di
wilayah Haraf Sufyan di propinsi Amran sebelah utara mereka masih
menghadapi perlawanan dari kelompok pesaing.
Era Arab Spring
Sejak awal mula Arab Spring, gerakan ini dengan cepat telah
berevolusi dalam konteks politik. Pada tahun 2011 ketika Hautsi
bergabung dengan para demonstran memprotes Presiden Ali Abdullah Saleh,
mereka membentuk aliansi dengan para aktifis anti rezim di seluruh
negeri.
Dengan memanfaatkan situasi yang vakum dari kekuasaan karena
ditinggalkan oleh para elit rezim lama yang telah terpecah, Hautsi
memperluas wilayah yang mereka kontrol dan terus bekerja untuk meraih
simpati yang lebih luas dari masyarakat, menetapkan suatu program
politik, dan mengklaim punya legitimasi dalam proses pembuatan keputusan
nasional. Gerakan ini bisa dikatakan sebagai pemenang utama yang muncul
dari hasil perlawanan rakyat.
Selama masa transisi itu, Hautsi bergabung dengan proses politik yang
ada tanpa meninggalkan kamp revolusioner. Partisipasi mereka dalam
konferensi dialog nasional NDC (National Dialogue Conference) dukungan
PBB memberikan Hautsi legitimasi baik nasional maupun internasional
serta memungkinkan mereka menentukan agenda reformasi.
Pemberontak Syiah Houthi berjalan di sebuah pos pemeriksaan di Sana’a, 11 Desember 2014. (foto oleh Reuters Mohamed al-Sayaghi)
Di Saada, mereka membentuk kelompok kerja, yaitu salah satu dari
sembilan kelompok kerja tematik NDC di mana mereka menyepakati
prinsip-prinsip penyelesaian masalah di utara, termasuk pelucutan
senjata terhadap semua aktor-aktor non-negara.
Di waktu yang sama, Hautsi menolak prinsip-prinsip yang berasal dari
inisiatif Dewan Kerjasama Teluk GCC (Gulf Cooperation Council) pada
bulan November 2011 yang memberikan kekebalan terhadap Saleh dari
tuntutan hukum dan membentuk pemerintahan koalisi – yang dikenal dengan
“pemerintah konsensus” (hukumat al-wifaaq) – yang membelah antara partai
mantan presiden Saleh GPC (General People Congress) dengan blok mantan
oposisi partai JMP (Joint Meeting Parties).
Oposisi mereka yang terus berlangsung terhadap pemerintahan koalisi
(konsensus) ini sejalan dengan rasa frustrasi sebagian besar rakyat yang
disebabkan oleh perubahan yang berjalan lambat, korupsi yang sudah
mengakar, serta tidak adanya keamanan.
Pada saat perwakilan politik Hautsi berpartisipasi dalam proses
transisi, para milisi bersenjata mereka menahan persenjataan berat milik
mereka dan dengan signifikan memperluas control wilayah.
Resmi memerintah
Pada tahun 2011 mereka secara de-facto menjadi otoritas yang
memerintah di propinsi Saada dengan menunjuk seorang gubernur, menarik
pajak, mengawasi kerja pemerintahan lokal serta mengatur sistem
peradilan.
Pada tahun 2012, aliansi jangka pendek anti-Saleh antara Hautsi
dengan musuh-musuh tradisional mereka – Partai Islah, Ali Mohsen, dan
al-Ahmar – mengalami friksi internal. Ketegangan terjadi secara sporadis
di antara para pendukung kedua kubu tersebut di wilayah Jawf, Amran,
Ibb, Dammar, dan wilayah propinsi Sanaa.
Kekerasan menjadi semakin intensif pada saat batas waktu tanggal 18
September untuk penyelesaian perundingan NDC semakin dekat di mana semua
pihak membuat kesimpulan sesuai versi masing-masing dan – yang
terpenting – mereka mengimplementasikannya dengan cara yang
menguntungkan mereka.
Terkadang, bentrokan kecil dan terbatas bisa berubah menjadi konflik
yang lebih luas seperti pada bulan Oktober 2013 ketika pertempuran pecah
antara Hautsi dengan para pejuang Salafi di dekat sebuah institut
keagamaan Darul Hadits di Dammaj di propinsi Saada.
Hautsi menuduh kelompok Salafi merekrut pejuang-pejuang asing dan
mempersiapkan penyerangan. Di bagian lain, Salafi mengklaim sangat tidak
beralasan untuk melakukan serangan terhadap para pelajar keagamaan yang
damai (tidak bersenjata/bermusuhan).
Pemberontak Syiah Houtsi
Konflik yang dengan begitu cepat meluas ini terkonsolidasi menjadi
dua koalisi yang bersebrangan, yaitu Hautsi dengan suku-suku
pendukungnya, kebanyakan berasal dari partai GPC-nya mantan presiden
Saleh, melawan para pejuang Salafi, keluarga al-Ahmar, dan para kombatan
yang secara politis terkait dengan partai Islah dan Ali Mohsen.
Pada bulan Januari 2014, pertempuran meletus di banyak tempat di
wilayah di utara, mulai dari perbatasan dengan Arab Saudi di Kitaf,
Saada , kemudian Amran, Hajja, dan daerah propinsi Jawf hingga pintu
gerbang kota Sanaa di daerah Arhab. Hautsi muncul sebagai pemenang.
Pada bulan Januari, setelah bertahan dari blokade terhadap Institute
Darul Hadits, Salafi setuju untuk mengevakuasi pusat kelompok mereka dan
merelokasi sementara ke Sanaa. Hautsi juga memenangkan pertempuran di
Kitaf melengkapi kontrol mereka atas propinsi Saada. Apa yang telah
mereka capai di Amran secara politis sangat penting.
Pada tanggal 3 Februari, mereka mengalahkan pejuang al-Ahmar di
perkampungan yang menjadi basis mereka di Khamir, lalu membakar
rumah-rumah keluarga al-Ahmar, mendapatkan stok persenjataan secara
signifikan, serta memaksa para pejuang al-Ahmar mundur ke Sanaa.
Dengan pengecualian yang perlu dicatat bahwa brigade ke-310 militer
di Amran yang secara politis sejalan dengan Ali Mohsen dan mendukung
koalisi anti Hautsi, maka kehadiran negara sangat tidak ada.
Upaya hindari kekerasan
Meskipun ada seruan dari partai Islah dan al-Ahmar terhadap
pemerintah pusat untuk menghentikan kekerasan, Presiden Hadi menghindari
intervensi militer yang hampir pasti akan mengakibatkan situasi menjadi
lebih rumit dan membuat perang berlarut-larut dengan hasil yang tidak
pasti.
Sebaliknya, ia berkonsentrasi melengkapi hasil kesepakatan NDC yang
akan berakhir pada tanggal 21 Januari 2014, yaitu masa dimulainya kerja
komite mediasi dalam rangka merundingkan gencatan senjata lokal. Pada
pertengahan Februari, kerangka kerja gencatan senjata terutama di
Dammaj, Arhab, dan Amran telah berhasil menekan aksi kekerasan meskipun
masih sering ditemukan adanya pelanggaran.
Pada bulan April 2014, presiden mengirim delegasi untuk menemui Abdul
Malik untuk membahas tentang kekerasan yang masih terus berlangsung
serta mendiskusikan cara mengimplementasikan hasil kesepakatan NDC,
termasuk agenda pelucutan senjata dan re-integrasi para pejuang Hautsi.
Delegasi tersebut juga menyampaikan permintaan tambahan yang belum
tertera atau dibahas dalam NDC, termasuk bahwa Hautsi harus membentuk
partai politik. Respon Abdul Malik secara umum positif, meskipun belum
ada kesepakatan terhadap masalah-masalah yang spesifik.
Akan tetapi, kekerasan terbaru terutama yang terjadi di Amran sangat
membahayakan karena bisa membalikkan semua pembicaraan yang baru saja
dirintis.
Pada bulan Mei, pertempuran antara Hautsi dengan pihak militer
Brigade ke-310 yang didukung oleh partai Islah dan suku-suku afiliasi
al-Ahmar berhasil membunuh puluhan pejuang.
Kemudian pada bulan Juni, dalam suatu eskalasi yang signifikan,
angkatan udara Yaman membom posisi-posisi Hautsi. Para negosiator
termasuk di antaranya Menteri Pertahanan berhasil memediasi sebuah
kesepakatan gencatan senjata baru pada tanggal 4 Juni antara pihak
security service dengan Hautsi di Amran, meskipun para kombatan sedang
bersiap-siap untuk pertempuran-pertempuran baru selanjutnya.
Oleh Farid— Rubrik Wawancara—
04/04/2015 —http://liputanislam.com/wawancara/mahasiswa-indonesia-di-yaman-kondisi-kami-baik-baik-saja-1/
Mahasiswa Indonesia di Yaman (foto: Abdul Muhith)
LiputanIslam.com–Seiring dengan serangan militer
Arab Saudi dan koalisinya terhadap Yaman, muncul keingintahuan publik
tentang republik di ujung semenanjung Arab ini. Seperti apakah kondisi
di sana? Bagaimana sistem perkuliahan di Yaman dan bagaimana cara
mendapatkan beasiswanya? Untuk itu, Liputan Islam mewawancarai salah
seorang mahasiswa Indonesia, M. Abdul Muhith, yang
telah menetap 3,5 tahun di Yaman selatan (Hadhramaut) untuk kuliah di
Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Al-Ahgaff. Muhith adalah
Sekretaris Umum PPI Hadhramaut 2014-2015 dan Pengurus Cabang Istimewa NU
Yaman 2015-2016. Pemuda yang sebelumnya sekolah di Madrasah NU TBS,
Kudus, Jawa Tengah ini aktif menulis di media online. Beberapa catatan
travelingnya tentang keindahan Yaman dapat dibaca di rubrik traveling LI.
Liputan Islam (LI): Bagaimana kisahnya, sampai mas Muhith mendapatkan beasiswa ke Yaman?
M. Abdul Muhith (MAM): Setiap tahun Universitas
Al-Ahgaff membuka beasiswa untuk para pelajar Indonesia, Fakultas
Syariah dan Hukum (Putra), Fakultas Dirasat Islamiyyah dan Pendidikan
Bahasa Arab (Putri). Beasiswa ini dikoordinir oleh Yayasan Al-Ahgaff
Indonesia di bawah pimpinan Al-Habib Hasan Al-Jufri, Lc yang bermarkas
di Jagasatru, Cirebon, Jawa Barat.
Tes secara resmi diselenggarakan diberbagai perwakilan kota di
seluruh Indonesia untuk wilayah Sumatra (Medan, Palembang) , untuk
wilayah Jawa Barat (Bogor, Cirebon), wilayah Jawa Tengah (Pondok Kauman,
Lasem), wilayah Jawa Timur (PP. Darul Lugoh Wadda’wah Bangil), kemudian
Kalimantan, Sulawesi dan Lombok.
LI : Bisa diceritakan, keterikatan sejarah Indonesia dengan Yaman?
MAM: Kami kuliah di Hadhramaut, yaitu salah satu
provinsi di selatan Yaman. Dalam literatur sejarah kata “hadhramaut”
lebih dulu popular. Hadhramaut bagi masyarakat Indonesia sudah sangat
familiar (karena banyak hadharim/orang asli Hadhramaut yang berhijrah ke Indonesia).
Berbicara tentang Hadhramaut ada korelasinya dengan Walisongo yang
ada di Jawa yang punya tali rantai nasab dengan habaib yang berasal dari
Hadhramaut. Itulah sebabnya budaya Indonesia hampir mirip dengan
masyarakat Hadhramaut. Bila kita telusuri asal usul dan nasab Walisongo,
kita akan dapati bahwa nasabnya berawal dari Abdul Malik yang melakukan
hijrah dari Kota Tarim (di Hadhramaut) ke India pada Abad ke-7. Abdul
Malik adalah anak dari Alawy yang terkenal dalam sejarah sebagai Ammul Faqqih Muqoddam
yang sekarang dimakamkan di Zanbal Tarim, Hadhramaut, Yaman. Abdul
Maliklah yang mengenalkan Islam ke Indonesia, sehingga Islam yang ada di
Indonesia bukanlah dari Gujarat India, namun dari Yaman. Memang sebelum
sampai ke Indonesia, Abdul Malik mendarat di India terlebih dahulu.
Keindahan Alam Hadhramaut (foto: Abdul Muhith)
Para habib yang ada di Indonesia merupakan keturunan Hadhramaut,
seperti yang kita kenal Al-Jufri, Al-Haddad, Al-Kaff, Al-Aydrus,
Al-Habsyi, Al-Atas, dan masih banyak lagi. Mereka semua berasal dari
satu nenek moyang, yaitu Imam Al-Muhajir yang makamnya sekarang berada
di Distrik Husaisah Provinsi Hadhramaut.
Provinsi Hadhramaut menyimpan banyak jejak sejarah, di antaranya,
makam Nabi Hud, Nabi Sholeh, Nabi Handholah, Nabi Hadun (putra nabi
Hud), para sahabat Nabi, seperti Ka’ab bin Zuhair bin Abi Sulma, sahabat
anshar Abbad bin Bisyr, dan para sahabat yang gugur di perang Badar
(disemayamkan di Zanbal). Di sini juga tempat keberadan kaum Add dan
Tsamud serta lembah Ahgaff, sebagaimana yang diisyaratkan dalam
Al-Qur`an Al-Karim surat Al Ahqaff.
Di provinsi ini pula, banyak ulama` yang karya-karyanya masih dikaji
para pelajar didunia. Di antaranya, Al Imam Abdullah bin Alwi Al Haddad
dengan karya beliau Rotibul Haddad dan Risalatul Mu`awanah, Al Imam Ali
bin Muhammad al Habsyi dengan karya beliau Maulid Simtud Duror yang
sangat masyhur di tanah Jawa, Syaikh Abdullah bin Abdurrahman Bafadhol
Al-Hadhramy dengan karyanya Muqoddimah Hadhromiyyah fil fiqh
Asy-Syafi’I. Di sini pula lahir kitab-kitab terkenal seperti karya-karya
Sullam Taufiq, Bughyah Mustarsyidin karya Habib Abdurrahman, dan
Yaqutun Nafis karya Habib Ahmad Asy-Syathiri
Mahasiswa sedang makan bareng (foto: Abdul Muhith)
LI : Di media ramai diberitakan bahwa kondisi Yaman sangat genting, bagaimana yang Anda rasakan?
MAM: Posisi saya sekarang berada di kota Tarim
(sekitar 1150 KM dari Ibu Kota Sanaa). Pelajar di Hadhramaut (Yaman
selatan) menyebar di berbagai kota dan lembaga. Untuk situasi di wilayah
Yaman utara, saya tidak tahu persis. Jarak antara Hadramaut dengan
titik konflik (ibu kota Sanaa) adalah sekitar 12 jam perjalanan darat.
Di Hadhramaut ini terdapat ribuan pelajar yang sama sekali tidak
tersentuh ketegangan konflik. Keberadaan kami masih aman, stabil masih
menjalankan aktivitas seperti hari-hari biasa, tidak ada libur nasional
ataupun apa, sama sekali tidak merasakan efek perang saudara yang sedang
berkecamuk di ibu kota Sanaa.
LI: Sempat beredar kabar ada 21 mahasiswa yang ditahan milisi Houthi, apa benar?
MAM: Iya, memang ada 21 pelajar Indonesia yang
berada di Darul Hadits, kota Dammaj (Yaman utara) diamankan oleh milisi
Syiah Al-Houthi (bukan ditahan). Tapi berdasar informasi yang saya
peroleh kasus mereka bukan karena ikut jihad ataupun apa, namun mereka
tersandung masalah imigrasi urusan iqomah (ijin tinggal). Namun kini mereka sudah dibebaskan oleh kelompok misili Houthi.
Selain itu, kondisi WNI secara keseluruhan, sudah dalam pengawasan
KBRI dan PPI Wilayah. Ketetapan evakuasi yang dikeluarkan oleh Kedutaan
Republik Indonesia di Sanaa adalah dalam bentuk suka rela, bukan
paksaan. Artinya, bagi warga yang dirinya merasa aman boleh saja tidak
ikut dievakuasi. Ini membuktikan bahwa situasi keamanan di sini tidaklah
seperti yang dihebohkan media di Indonesia.
LiputanIslam.com–Seiring dengan serangan militer
Arab Saudi dan koalisinya terhadap Yaman, muncul keingintahuan publik
tentang republik di ujung semenanjung Arab ini. Seperti apakah kondisi
di sana? Bagaimana sistem perkuliahan di Yaman dan bagaimana cara
mendapatkan beasiswanya? Untuk itu, Liputan Islam mewawancarai salah
seorang mahasiswa Indonesia, M. Abdul Muhith, yang
telah menetap 3,5 tahun di Yaman selatan (Hadhramaut) untuk kuliah di
Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Al-Ahgaff. Muhith adalah
Sekretaris Umum PPI Hadhramaut 2014-2015 dan Pengurus Cabang Istimewa NU
Yaman 2015-2016. Pemuda yang sebelumnya sekolah di Madrasah NU TBS,
Kudus, Jawa Tengah ini aktif menulis di media online. Beberapa catatan
travelingnya tentang keindahan Yaman dapat dibaca di rubrik traveling LI.
Berikut ini wawancara bagian kedua. Bagian pertama, baca di sini.
Liputan Islam (LI) : Bagaimana kehidupan sehari-hari masyarakat Yaman yang selama ini yang Anda jumpai?
M. Abdul Muhith: Anda akan sedikit kaget ketika
memasuki kota Tarim (tempat saya kuliah). Sejak masuk ke bandara
internasional di Provinsi, Anda akan lihat mayoritas orang di sini
bersarung, sehingga suasananya serasa masuk ke pesantren Tebu Ireng
Jombang. Kota ini memang kota santri banget. Di sini juga banyak sekali
produk Indonesia, seperti Indomie (yang sudah jadi favorit penduduk
asli), sambal terasi, dan makanan khas Indonesia lainnya. Pakaian buatan
Indonesia juga banyak dijual di sini.
Selama lebih dari 3,5 tahun di Yaman, saya merasakan nyaman,
aman-aman saja. Kami sering terlibat dengan masyarakat lokal dalam
berbagai acara. Mereka sangat welcome terhadap orang Indonesia,
bahkan banyak mengadopsi beberapa kosa kata dari kita, seperti sambal,
sarung, selimut, kerupuk, dsb (diadopsi menjadi bahasa mereka
sehari-hari). Setiap kali saya bertandang ke manapun mereka selalu
menyapa saya “Apa Kabar” “Indunisy” (Indonesia).
Walaupun Yaman kini sedang menghadapi perang dan kekacauan
pemerintah, kurs riyal tetap stabil dibandingkan rupiah yang kini
merosot drastis. Nilai tukar riyal bahkan lebih tinggi dibanding dengan
Rupiah. Stabilitas perekonomian mereka sebatas pengamatan saya masih
tetap stabil dan lancar, bahkan pasar di kota Tarim, tetap beroperasi
seperti biasanya.
Mahasiswa Indonesia di Yaman (foto: Abdul Muhith)
LI: Kota Tarim ini terkenal ya, dalam sejarah Islam?
MAM: Betul. Kota ini pernah didoakan Sayyidina
Abu Bakar Ash-Sidiq, beliau mendoakan agara Tarim menjadi kota yang
makmur, akan tumbuh alim ulama’, dan diberkahi airnya. Dan doa ini
terkabul. ISESCO- (Islamic Educational Scientific And Cultural
Organization) Organisasi Pendidikan dan Kebudayaan Islam Internasional,
telah menganugrahkan penghargaan terhormat pada tahun 2010 kepada kota
Tarim Al-Ghanna sebagai “Kota Ilmu dan Kebudayaan Islam” (Capital of
Islamic Culture). Kota ini sangat indah bak museum nyata di udara
terbuka. Masjid Al-Muhdhor merupakan ikon kota Tarim. Baca saja catatan traveling saya di LI, hehehe
LI : Seperti apa corak pendidikan yang Anda tempuh?
MAM: Al-Ahgaff University tempat saya belajar adalah
berhaluan Sunni, tepatnya bermazhab Syafii, seperti yang dianut di
Indonesia, yang mengedepankan kemoderatan mengajarkan akhlak dan sopan
santun. Universitas ini didirikan oleh ulama’ besar Al-Habib Abdullah
Bin Mahfudz Al-Hadad dan telah menjadi anggota universitas gabungan
negara-negara Arab. Kredibilitasnya tidak diragukan lagi, data yang
diunduh dari www.webomatrics.com, Al-Ahgaff University menduduki
peringkat ke-3 se-Yaman. Universitas ini mengkombinasikan sistem klasik
dan akademika universitas, yaitu dengan menggunakan kitab-kitab salaf mu’tabaroh (diakui)
mazhab Syafi’i, seperti Minhajut Tholibin lin Nawawi sebagai mata
kuliah dan dengan ijazah sarjana (Lc,) yang telah diakui dunia
internasional sebagaimana Al-Azhar University, Cairo Mesir.
Al-Ahgaff University merupakan salah satu universitas swasta yang
menggratiskan biaya pendidikannya. Bahkan, universitas ini menyediakan
fasilitas asrama dan makan gratis. Mahasiswa hanya perlu membeli
buku-buku. Di sini, khususnya Fakultas Syariah dan Hukum, jenjang S1
ditempuh selama 10 semester (5 tahun) untuk mendapat gelar Lc / BSc.
Mahasiswa yang kuliah di sini datang dari berbagai belahan dunia antara
lain, Thailand, Malaysia, Pakistan, Indonesia, Australia, dan berbagai
negara Afrika seperti Somalia, Tanzania, Kenya, Ethiopia, dll. Dosen di
universitas ini merupakan lulusan Doktoral dan Magister dari berbagai
universitas terkemuka di dunia.
Di Universitas inilah, khususnya Fakultas Syariah dan Hukum,
mahasiswa Indonesia mendominasi (50% lebih mahasiswanya berasal dari
Indonesia).
Muhith dan tokoh sentral di Tarim, Al-Habib Abdullah bin Syihab (31/3/2015 )
LI : Bagaimana umumnya sikap ulama di sana?
MAM: Para ulama di Hadhramaut bermazhab Syafii,
begitu pula mayoritas penduduknya. Mazhab Syafi’i adalah mazhab
mayoritas muslim di Indonesia, sehingga tak heran jika banyak kesamaan
budaya yang kita jumpai di sini. Aktivitas ilmiah, pengajian, halaqoh,
ziarah Auliya’ , Maulid Nabi juga aktif dijalani masyarakat di sini.
Ulama Hadhramaut selalu menyeru pada persatuan. Kami diajari agar memahami bahwa perbedaan dalam masalah cabang (furu’)
agama atau perbedaan mazhab adalah sebuah keniscayaan yang tidak bisa
dipungkiri. Karena itu, perbedaan ini tidak boleh sampai memunculkan
perseteruan dan pertikaian antar umat. Sesama muslim adalah sama haknya,
selama mereka masih mengatakan “tiada tuhan selain Allah dan Nabi
Muhammad SAW merupakan nabi terakhir yang diutus”. Setiap orang yang
berikrar seperti itu adalah saudara kita. Inilah yang selalu disampaikan
para ulama Hadhramaut dalam setiap pengajian.
Semenjak merebaknya konflik di Utara Yaman, para tokoh sentral
seperti Al-Habib Ali Masyhur (Mufti kota Tarim) selalu mengingatkan
masyarakat bahwa setiap orang muslim adalah saudara, haram darah dan
hartanya, perbuatan saling membunuh itu dilaknat agama. Selain itu
beliau mengingatkan kepada semua umat untuk terus waspada terhadap
fitnah yang kini sedang menimpa umat Islam secara umum dan di jazirah
Arab khususnya. Itu hanyalah skenario kaum Zionis.
LI: Apa pendapat Anda tentang pemberitaan media di Indonesia soal konflik Yaman?
MAM: Saya sangat menyesalkan, banyak berita yang
tidak akurat di media-media di Indonesia. Misalnya saja, ada berita dua
mahasiswa asal Cirebon sudah tiga bulan hilang kontak dengan keluarga.
Padahal, yang disebut itu teman seasrama saya dan baik-baik saja. Mereka
juga selalu kontak dengan keluarganya. Berita-berita tidak akurat
seperti ini kan malah membuat keluarga kami di Indonesia khawatir. Saya
harap LI bisa memberikan pengimbangan berita. PPI Hadhramaut siap selalu
untuk dikonfirmasi.
LI: Terimakasih atas jawaban-jawabannya, Mas Muhith.
Perang di Asia , Perang Saudara
Pejuang Huthi
Yaman sejak tahun 1990 dan pasca bersatunya Yaman utara dan selatan
senantiasa menyaksikan krisis dan perang saudara. Para penduduk Yaman
selatan yang ingin merdeka, aktivitas kelompok Al-Qaeda dan konflik
bersenjata di Provinsi Saadah dengan pemerintah Yaman termasuk
ketegangan yang dihadapi pemerintah Ali Abdul Saleh, Presiden Yaman
selama beberapa tahun terakhir.
Sekitar 42 persen dari populasi
penduduk Yaman bermazhab Syiah dan dari kelompok ini dibagi menjadi tiga
kategori; Zaidiah yang mayoritas, Ismailiah dan Itsna ‘Asyari (12
Imam). Mayoritas penduduk 20 juta negeri Yaman bermazhab Ahli Sunnah dan
setelah itu adalah pemeluk mazhab Syiah Zaidiah.
Mencermati
kondisi kehidupan orang-orang Syiah Yaman dapat memperjelas satu masalah
betapa sepanjang kekuasaan pemerintah Yaman, mereka senantiasa
menghadapi berbagai masalah. Orang-orang Syiah Yaman tidak diberi hak
untuk mendirikan sekolah-sekolah agama khusus Syiah. Mereka kerap
disiksa dan dijebloskan ke penjara, tidak hanya orang biasa tapi juga
para ulama. Mereka dilarang untuk menyelenggarakan peraan khas Syiah
seperti Idul Ghadir. Dan secara terang-terangan pemerintah membakar
buku-buku Nahjul Balaghah dan Shahifah Sajjadiah. Semua ini hanya
sebagian perlakuan diskriminatif yang diterapkan pemerintah terhadap
mereka.
Al-Hauthi adalah gerakan syiah Saidiah di utara Yaman di
Provinsi Saadah yang dinisbatkan kepada Badruddin Al-Hauthi lalu
kemudian terkenal dengan gerakan Al-Hauthi. Gerakan ini dibentuk sekitar
dekade 80-an dan hingga kini mereka terus berperang dengan pemerintah
Yaman sebanyak 6 kali demi memperjuangkan hak-hak sipil mereka.
Sejatinya kelompok ini memrotes aksi-aksi pemerintah yang ingin
membatasi kelompok ini agar beraktivitas di bidang agama, politik dan
upaya untuk memusnahkan budaya dan keyakinan Zaidiah dan kebijakan
diskriminatif pemerintah dalam membangun Saadah.
Sistem Kekuasaan Yaman
Ali Abdullah Saleh adalah Presiden Republik Yaman Utara selama 12 tahun
dan sejak tahun 1990 ketika dua Yaman; selatan dan utara bersatu, ia
menjadi presiden Yaman bersatu selama 19 tahun hingga sekarang. Beberapa
tahun sebelumnya Ali Abdullah Saleh menandatangani sejumlah kontrak
dengan Amerika dan Arab Saudi dan setelah itu menyatakan akan menumpas
kelompok Al-Hauthi dengan segala cara, bahkan lewat aksi militer.
Presiden Yaman mengklaim dirinya sebagai pemeluk Syiah Zaidiah, namun
kinerjanya menunjukkan dirinya adalah kader Baath yang anti Syiah dan
punya permusuhan lama dengan Zaidiah. Kini Ali Abdullah Saleh malah
menunjukkan dirinya sebagai pendukung Wahhabi.
Ali Abdullah Saleh
saat ini dijuluki “Saddam kecil” disebabkan sikapnya memberikan suaka
politik kepada para anasir partai Baath yang lari dari Irak dan dukungan
anasir-anasir Wahhabi seperti Syeikh Al-Ahmar atau Abdulmajid
Al-Zandani terhadap kekuasaannya selama 31 tahun.
Kebijakan dalam negeri Ali Abdullah Saleh adalah upaya untuk mengubah demografi populasi Syiah di utara Yaman.
Pertumbuhan Syiah dan Semakin Intensnya Tekanan
Ali Abdullah Saleh yang berasal dari kabilah Al-Ahmar. Sementara
kabilah Al-Ahmar merupakan keluarga penting Syiah Zaidiah Yaman dan
memiliki hubungan kekeluargaan khusus dengan tokoh-tokoh Wahhabi Arab
Saudi. Syeikh Abdullah Al-Ahmar yang masih keluarga Ali Abdullah Saleh
adalah Ketua Parlemen Yaman dan posisinya adalah Syeikh Al-Syuyukh
Yaman. Syeikh Abdullah Al-Ahmar adalah tokoh kedua paling berpengaruh di
Yaman.
Sekaitan dengan pribadi Syeikh Abdullah Al-Ahmar, Mahmoud
Pirbaddaghi, seorang pakar Timur Tengah mengatakan, “Syeikh Abdullah
Al-Ahmar beberapa tahun lalu punya hubungan kuat dengan Ali Abdullah
Saleh. Namun menyusul lawatannya ke Senegal untuk mengikuti pertemuan
Uni Antarparlemen Islam, berbeda dengan aturan protokoler, Kedutaan
Besar Yaman di Senegal memaksanya kembali ke hotel dengan kendaraan
kedubes. Terjadi tabrakan yang dibuat-buat di tengah perjalanan dan
terbongkar hubungan para pegawai kedubes Yaman dengan intelijen negara
ini. Sejak saat itu Syeikh Abdullah Al-Ahmar tidak mempercayai Ali
Abdullah Saleh dan ia lebih banyak tinggal di Riyadh ketimbang San’a.
Kejadian ini hingga sekarang ada dua kutub yang menguasai kancah politik
Yaman.”
Ditambahkannya, “Ali Muhsin Al-Ahmar, saudara tiri Ali
Abdullah Saleh termasuk keluarga Al-Ahmar dan termasuk tokoh penting
Yaman. Ia memiliki hubungan dengan dengan Wahabbi Arab Saudi dan dituduh
Amerika mendukung terorisme. Ia ditunjuk Presiden Yaman sebagai
panglima militer Yaman ke Provinsi Saadah di utara negara ini.
Kesukaannya menggunakan senjata pemusnah massal terhadap rakyat Yaman
membuatnya dikenal juga dengan sebutan Ali Kimia, sama seperti Ali Hasan
Al-Majid di masa Saddam Husein. Kesadisannya ini juga membuat Ali
Abdullah Saleh menyebut saudara tirinya dengan julukan “pria tanpa belas
kasih”.”
Pirbaddaghi setelah itu menjelaskan tentang pertumbuhan
angka pemeluk Syiah dan mengenai peran kemenangan Hizbullah Lebanon
sebagai simbol perlawanan Syiah menghadapi rezim Zionis Israel
menyebutkan, “Pasca pembebasan daerah-daerah yang diduduki Zionis Israel
di Lebanon Selatan, Syiah, khususnya mazhab 12 Imam mengalami
pertumbuhan luar biasa di Yaman. Perang 33 hari yang berujung pada
kemenangan Hizbullah Lebanon dan kekalahan memalukan rezim Zionis Israel
mengalirkan darah baru kepada orang-orang Syiah Yaman. Kondisi ini
terus berkembang, bahkan seorang dari anak ulama terkenal Wahhabi di
timur Yaman akhirnya memeluk mazhab Syiah 12 Imam.”
Seraya
menyinggung usaha keras Wahhabi dengan menanam modal miliaran untuk
menyebarkan pemikiran Wahhabi di Yaman, Pirbaddaghi menjelaskan,
“Pemerintah Yaman punya banyak kesamaan dengan pemerintah Arab Saudi.
Hal ini semakin membuat pemerintah Yaman menerapkan tekanan lebih besar
kepada warga Syiah yang tinggal di dekat perbatasan dengan Arab Saudi.
Kenyataan ini menyebabkan ketertindasan politik, ekonomi dan budaya
semakin nyata di sana.”
Analis Timur Tengah ini menyebut Radio
berbahasa Arab Republik Islam Iran sebagai sumber utama mereka baik dari
sisi informasi maupun keagamaan. Ditambahkannya, “Selama bertahun-tahun
orang-orang Syiah menjadi pendengar setia Radio Iran dan hidup dalam
kondisi sangat memprihatinkan dari sisi budaya. Sekalipun sumber-sumber
budaya seperti buku dan mengakses ulama Syiah, guna memperkuat keyakinan
mereka, sebisa mungkin mereka menyelenggarakan acara-acara keagamaan
seperti Asyura dan Idul Ghadir secara sembunyi-sembunyi.
Konflik
Yaman patut dicermati dengan sudut pandang obyektif sehingga para
pengamat perkembangan di kawasan ini tidak terjebak dengan analisa
propagandis yang cenderung sepihak.
Menurut Dina Y Sulaeman, analis
politik Timur Tengah, kelompok yang dijadikan kambing hitam di Yaman
lebih dari satu. Di Yaman Utara ada gerakan Houthi yang dipimpin Husein
Al-Houthi (bermazhab Syiah Zaidiyah), sedanngkan di Yaman selatan ada
Southern Movement Coalition yang dipimpin Al Fadhli (yang bermazhab
Sunni). Kedua kelompok ini selama bertahun-tahun beroposisi pada
Presiden Saleh yang dianggap despotik.
Untuk memberangus Houthi, isu
Syiah dan Iran dihembus-hembuskan, bahkan media-media Islam Indonesia
seperti Sabili dan era Muslim ikut arus tersebut. Houthi dituduh ingin
melakukan pemberontakan terhadap pemerintahan Presiden Saleh yang juga
seorang Sunni dan mendapatkan bantuan Iran untuk mendirikan negara
Syiah. Bahkan, Arab Saudi dan AS ikut membantu pemerintah Yaman dengan
membombardir wilayah Yaman utara pada pertengahan Desember 2009.
Selain itu, isu Al-Qaeda itu pun disisipkan dalam perang Yaman. Secara
tiba-tiba, ada agen Al-Qaeda di Yaman yang membawa bahan peledak di
pesawat AS. Washington pun menggelontorkan dana ratusan juta dolar untuk
membantu Presiden Saleh memberantas terorisme. Dari sinilah AS
menemukan pintu untuk mengintervensi Yaman secara terbuka.
Dengan
demikian, ada tiga kelompok yang menjadi kambing hitam di Yaman, yakni
Al-Houthi, Sothen Movement Coalition dan Al-Qaeda. Al-Qaeda sengaja
disisipkan baru-baru ini yang kemudian dijadikan alat bagi AS untuk
mengintervensi konflik di Yaman.
Kompleksitas Perang Yaman
Konflik di Yaman memang sangat komplek. Bahkan konflik di negara ini
tidak dapat disamakan dengan konflik-konflik di wilayah lainnya seperti
Pakistan, Irak dan Afghanistan. Satu hal yang sangat menonjol di Yaman
adalah kecondongan pemerintah Sanaa kepada AS dan pihak-pihak asing.
Kondisi inilah yang memperumit konflik di Yaman. Pemerintah Sanaa yang
tidak mau menampung aspirasi kelompok-kelompok Syiah di Yaman utara dan
Sunni di Yaman selatan membuat negara ini menjadi makanan empuk bagi
negara-negara agresor.
Pada faktanya, Presiden Yaman, Ali Abdullah
Saleh adalah seorang diktator yang didukung penuh Arab Saudi. Ia
berhasil memegang tampuk kekuasaan Yaman sejak 30 tahun yang lalu hingga
saat ini. Selama berkuasa, Abdullah Saleh berhasil menyingkirkan
kelompok Syiah (Al-Haothi) dari kancah politik Yaman. Menurut Ghareb
Reza, pengamat asal Iran yang saat ini menelaah perkembangan politik di
Yaman, Ali Abdullah Saleh mengubah Yaman sehingga menjadi sebuah lahan
yang kosong bagi tumbuhnya politik dan madzhab Wahabi. Pada dasarnya,
perang di Yaman dapat dikatakan sebagai perang antara pemerintah dan
rakyatnya sendiri.
Terget utama pemerintah Yaman dalam perang ini
adalah kelompok Al-Haothi yang juga bermadzhab Syiah. Para pengikut
mazhab Syiah Zaidiyah di Yaman jumlahnya mencapai 45% dari total seluruh
penduduk negarai ini. Sebagian besar penduduk negara ini bermadzhab
Syafii yang jumlahnya mencampai 53% dari total penduduk Yaman. Selain
kelompok Syiah Zaidiyah dan Syafii, ada kelompok lainnya, Syiah
Ismailiyah yang jumlahnya sangat sedikit sekali. Namun setelah
intervensi kuat Arab Saudi di Yaman, sebagian besar universitas dan
sekolah-sekolah agama Zaidiyah tersingkirkan dan terpecah belah.
Pengaruh Wahabi yang bertentangan dengan budaya lokal Yaman mendapat
reaksi keras dari masyarakat setemapat baik Sunni maupun Syiah
Tradisi Syiah di Yaman
Masyarakat Yaman baik Sunni maupun Syiah dikenal sebagai pecinta Ahlul
Bait as, bahkan tradisi mereka sangat sarat dengan madzhab Ahlul Bait
as. Tradisi ini dianggap lumrah di negara ini karena warisan Imam Ali
bin Abi Thalib as yang pernah menjadi gubernur di kawasan ini atas
perintah Rasulullah Saww.
Pada dasarnya, masyarakat Yaman memandang
Arab Saudi sebagai penjajah politik dan budaya mereka. Namun uniknya,
pemerintah Yaman bukan membela rakyatnya, tapi malah mendukung Arab
Saudi dan AS di perang ini.
Dua hari setelah Arab Saudi secara resmi
berperang melawan gerakan Al-Haothi di Yaman, Abdullah Soleh
mengatakan: "Perang sebenarnya sudah dimulai sejak dua hari yang lalu.
Adapun perang lima tahun lalu hanyalah sebuah latihan militer biasa
saja."
Dalam perang di Yaman, Saada yang merupakan kawasan para
pejuang Al-Hauthi menjadi sasaran bombardier jet-jet tempur Arab Saudi
dan AS.
Propinsi Saada mencakup 15 kota yang terletak di Yaman
utara, dan berbatasan dengan Arab Saudi. Wilayah Saada adalah pusat
mazhab Syiah Zaidiyah, lebih tepatnya mereka adalah pengikut Syiah
Zaidiyah Hadawiyah Jarudiyah yang keyakinannya sangat dekat dengan
madzhab Ahlul Bait as atau Syiah 12 Imam.
Jarak wilayah Saadah dari
ibukota Yaman Sanaa sekitar 243 km. Kawasan yang dihuni oleh 3,5% dari
total masyarakat Yaman merupakan daerah pegunungan yang penuh dengan
bukit-bukit. Posisi pegununungan inilah yang sangat menguntungkan
kekuatan gerakan Al-Haothi dalam perang gerilya.
Selain itu, Saada
termasuk kawasan bersejarah. Banyak peninggalan-peninggalan bersejarah
dan kuno yang masih tersisa di wilayah ini. Di antara peninggalan itu
adalah peninggalan kekuasaan Zaidiayah yang berumur kurang lebih seribu
tahun. Selain itu, ada peninggalan di masa dinasti Othmani di Yaman.
Kedua emperium ini mendirikan gedung-gedung tinggi dan membangun
benteng-benteng kota yang indah dan bersejarah.
Meski Presiden
Yaman, Abdullah Saleh disebut-sebut berasal dari keluarga yang bermazhab
Zaidiyah, tetapi kekuasaan telah melupakan latar belakang dan
kepentingan rakyat, bahkan pemerintahan Yaman saat ini dikenal sekuler
dan jauh dari agama.
Gerakan Al-Haothi dan Wahabi
Semenjak
Saada menjadi wilayah terpojokkan, para pemuda di kawasan ini yang
kemudian dikenal dengan kelompok Al-Haothi melakukan kegiatan-kegiatan
sosial dan pendidikan, yang kemudian dalam waktu cepat mendapat sambutan
luar biasa dari masyarakat setempat.
Di tengah mereka, ada sosok
terpandang yang bernama Badrudin Al-Haouthi. Ia adalah seorang mujtahid
dan pakar fikih dalam madzhab Syiah Zaidiyah. Tokoh ini menjadi sentral
kekuatan gerakan dan intelektual kelompok Al-Haothi. Aktivitas menonjol
kelompok ini bahkan dapat menyedot kalangan masyarakat, khususnya para
pemuda dari luar kawasan Saada.
Menurut data yang ada, kelompok
Al-Houthi beranggotakan 18 ribu orang. Sambutan luar biasa ini membuat
kelompok ini mengembangkan sayapnya ke sembilan provinsi lainnya di
negeri ini. Kondisi inilah yang kian mengkhawatirkan pemerintah
setempat. Semangat gerakan yang tertanam dalam kelompok ini lambat laun
akan menjadi kekuatan kritis bagi pemerintah setempat.
Pada
akhirnya, pemerintah Yaman meminta bantuan dari Arab Saudi untuk
mencegah perkembangan gerakan kelompok Al-Haothi. Pembesar Salafi
Takfiri asal Arab Saudi, Moqbil Al-Waadi, yang juga keturunan Yaman,
ditunjuk menjadi utusan resmi yang akan menghadapi gerakan budaya
Al-Haothi. Al-Waadi sebenarnya adalah warga Yaman yang kembali ke negara
ini mendirikan sebuah pusat penyebaran faham Wahabi dekat Saada. Tokoh
ini juga mempunyai banyak karya yang menyudutkan Syiah, bahkan menghinta
Imam Khomeini ra, Pendiri Revolusi Islam Iran. Dengan demikian,
kelompok Al-Haothi yang bermadzhab Syiah wajar sekali bila menentang
keras keberadaan pembesar Wahabi itu.
Oleh Adnan Khan (Aktifis HT Inggris) https://matanbjm.wordpress.com/analisis-dua-tahun-revolusi-arab/
Revolusi Arab yang dimulai pada Januari 2011 yang menyebabkan
beberapa pemberontakan dan mengakhiri pemerintahan kejam Hosni Mubarak
dari Mesir, Ben Ali dari Tunisia dan Kolonel Gaddafi dari Libya. Hingga
sekarang, Bashar al-Assad masih berkuasa. Pemilu telah dilakukan di
sejumlah negara dan di semua negara itu partai-partai Islam memperoleh
suara secara signifikan, sedangkan perolehan suara kaum sekularis buruk.
Dua tahun sejak Revolusi Arab dimulai, partai-partai Islam masih
menghadapi rintangan yang signifikan dalam mengembangkan konstitusi
baru. Di Mesir dan Tunisia kelompok Islam yang menang kini telah
berkuasa cukup lama untuk bisa dianalisis. Debat dan diskusi mengenai
konstitusi baru dan peran Islam terus mendominasi Revolusi Arab.
Tunisia
Revolusi Arab mulai terjadi di Tunisia pada akhir tahun 2010. Sebuah
pemerintahan sementara menggantikan Ben Ali, dan pemilu berlangsung pada
bulan Oktober 2011. Partai Islam di negara itu, Ennahda, memenangkan
pemilu legislatif, dengan memperoleh 90 dari 217 kursi, dan kemudian
membentuk pemerintah koalisi dengan partai-partai sekuler yang
memenangkan posisi kedua dan ketiga untuk kursi parlemen.
Tahun 2012 Tunisia telah didominasi oleh penulisan konstitusi baru
bagi negara. Majelis konstituante yang didominasi oleh Ennahda diberikan
wewenang bagi pemerintahan transisi untuk menyusun satu konstitusi
baru. Majelis Konstituante belum mengeluarkan laporan dari setiap
pertemuan baik laporan komite maupun laporan sesi pleno. Selain itu,
laporan hasil voting dan kehadiran belum diungkap, meskipun para
pengamat mencatat bahwa hanya lima atau sepuluh dari 20 anggota komisi
penyusunan konstitusi yang hadir secara teratur. Ketidakhadiran telah
menjadi sangat menonjol di antara partai-partai oposisi, sebagian karena
mereka tidak melakukan pekerjaannya secara serius dan sebagian lagi
karena beberapa ingin melihat Ennahdha gagal.
Konstitusi, yang disusun oleh enam komite penyusunan diumumkan ke
publik pada bulan Agustus 2012, sebelum diserahkan kepada komite
koordinasi lain dari majelis yang mempersiapkannya untuk dipresentasikan
kepada sidang majelis paripurna untuk diperdebatkan dan dilakukan
pemungutan suara. Setelah menjalankan pemerintahan, Ennahda menegaskan
tidak akan menjadikan syariat sebagai sumber hukum dalam konstitusi baru
dan akan mempertahankan sifat Negara sekuler. Ennahda bersikeras bahwa
mereka akan terus mempertahankan artikel pertama Konstitusi 1956 pada
UUD baru. Artikel ini mengabadikan adanya pemisahan antara agama dan
negara, yang menyatakan bahwa: “Tunisia adalah sebuah Negara yang bebas,
merdeka dan berdaulat, beragama Islam, berbahasa Arab dan Tunisia
adalah sebuah negara republik” “Kami tidak akan menggunakan hukum untuk
memaksakan agama, “[1] kata pemimpin Ennahda Rachid Ghannouchi kepada
para wartawan di depan konstituen komite partai Islam yang melakukan
voting untuk mempertahankan artikel konstitusional dengan 52 suara
melawan 12. Artikel itu, tambahnya, “merupakan obyek dari konsensus di
antara semua sektor masyarakat; yang melestarikan identitas Tunisia
sebagai negara Arab-Muslim sementara menjamin prinsip-prinsip negara
yang demokratis dan sekuler “[2]. Islam adalah agama resmi Tunisia
sementara konstitusi menetapkan presiden harus seorang Muslim, negara
adalah sekuler. Sebagian menyuarakan keprihatinan bahwa Ennahda akan
berusaha mengekang hak-hak perempuan dan kebebasan yang di negara Arab
dikenal dengan hukum progresif. Namun, Ghannouchi mengatakan partai
Islamnya tidak akan “memperkenalkan definisi yang ambigu dalam
konstitusi dengan risiko yang memecah belah rakyat”, sambil menambahkan
bahwa “banyak rakyat Tunisia yang tidak memiliki pandangan yang jelas
tentang syariah dan praktek-praktek syariah yang salah di beberapa
tertentu telah menimbulkan ketakutan”. Draft akhir konstitusi masih akan
diterbitkan.
Ennahda didirikan pada tahun 1980 dengan model partai Ikhwanul
Muslimin di Mesir, yang selama dua dekade terakhir telah menjadi lebih
nyaman dengan ide-ide sekularismenya, hingga ke titik yang sekarang yang
memiliki lebih banyak kesamaannya dengan partai-partai sekuler
dibandingkan terlihat sebagai sebuah partai Islam. Partai ini telah
menjadi mirip dengan Partai AKP di Turki dimana Islam hanya sebagai nama
saja.
Ummat Islam Tunisia memilih partai Islam karena sentimen keIslaman
mereka. Posisi Ennahda telah menjadi semakin jelas sekarang pada saat
mereka berkuasa, bahwa mereka tidak memiliki rencana untuk menerapkan
Islam. Tunisia telah menjadi satu-satunya negara yang mengusir
pemimpinnya namun secara terbuka menyatakan akan mempertahankan sistem
yang ada, meskipun dengan beberapa perubahan palsu, namun Islam hampir
tidak memiliki peran. Pemimpin Ennahda, Rachid Ghannouchi, menjelaskan
berkaitan berkaitan dengan pendirian Khilafah setelah memenangkan
pemilu: “Jelas, kami adalah sebuah negara bangsa. Kami menginginkan
pemerintah untuk reformasi Tunisia, untuk negara Tunisia. Adapun isu
Khilafah merupakan sebuah masalah yang tidak ada realitasnya. Persoalan
realitas saat ini adalah bahwa kami adalah sebuah Negara Tunisia yang
menginginkan reformasi, sehingga menjadi sebuah negara untuk Rakyat
Tunisia, tidak untuk melawan mereka “[3].
Mesir
Mohamed Mursi dilantik sebagai presiden Mesir pada hari Sabtu 30 Juni
2012. Ini adalah momen yang unik dalam sejarah Mesir karena sejumlah
alasan. Pertama Mursi terpilih oleh rakyat, sesuatu yang tidak bisa
diklaim oleh para pendahulunya. Dia juga merupakan pemimpin sipil
pertama dalam sejarah negara itu. Partainya, Ikhwanul Muslimin (IM)
telah bekerja bagi perubahan selama lebih dari delapan dekade, Mohamed
Mursi mengambil kursi kepresidenan dalam sebuah negara yang paling
berpengaruh dan berkuasa di wilayah itu jika bukan paling berpengaruh di
dunia Muslim.
IM mengambil kendali kekuasaan di sebuah lingkungan, di mana
kekuasaan presiden tidak didefinisikan dan konstitusi negara juga belum
ditulis. Kedua, Mohamed Mursi dan IM telah berhadapan muka dengan
tantangan dunia yang nyata sebagaimana yang dihadapi oleh kepala Negara
manapun.
IM dan Mursi belum menyajikan visi besar bagi negara. Mereka telah
menggunakan slogan-slogan seperti “Islam adalah solusi,” yang kini telah
mereka campakkan. Apa yang tidak ada adalah kemana mereka berencana
membawa rakyat dan bagaimana mereka berencana untuk memperkaya negara.
Tanpa visi besar, Mesir akan tetap menjadi negara yang rapuh dan tidak
akan mampu bergerak ke satu arah.
Sementara Panglima Tertinggi Tantawi dan Letnan Jenderal Sami Annan
digantikan oleh para perwira termuda di SCAF di bawah kepemimpinan
Jenderal Sisi, yang pada dasarnya adalah sebuah kudeta internal, Partai
Mursi, Ikhwanul Muslimin, telah mengambil banyak langkah moderasi kepada
Barat. IM telah menerima mandat besar untuk Islam, umat memberikan
mereka mandat untuk memerintah dengan apa yang mereka kampanyekan tidak
hanya untuk pemilu ini, namun untuk masa selama hampir satu abad yakni
Islam.
Sejak kemenangan pemilu, IM telah berusaha keras untuk menunjukkan
sikap moderasi terhadap Barat. Dalam usaha untuk menenangkan opini
internasional, mereka meninggalkan semua kepura-puraan politik Islam.
Dalam melakukannya, mereka menganggap bahwa mereka bersikap pragmatis,
pintar dan cerdas secara politik. Ketika berkaitan dengan penerapan
politik Islam mereka mengutip adanya hambatan konstitusional dan
perlunya menjaga dukungan kaum minoritas. Ketika berkaitan dengan
penerapan ekonomi Islam, mereka mengutip perlunya menghindari ketakutan
para investor internasional dan wisatawan. Ketika berkaitan dengan
kebijakan luar negeri Islam, mereka mengutip perlunya kebutuhan untuk
memberikan gambaran yang moderat untuk menenangkan Barat. Realitas saat
ini adalah bahwa kelompok-kelompok Islam yang dulunya mendekam di
sel-sel penyiksaan dari orang-orang seperti Mubarak yang
menggembar-gemborkan ‘Islam adalah solusi’, sekarang benar-benar
mencegah Ummat dari pemerintahan Islam di Mesir.
Tentara dan partai sipil yang berkuasa berselisih untuk memberi jalan
kepada Mursi untuk bertanggung jawab kepada bangsa. Mursi dan IM tidak
lagi berbicara tentang ‘Islam adalah solusi’. Saad al-Husseini, anggota
biro eksekutif Partai Kebebasan dan Keadilan Mesir mengatakan dalam
sebuah wawancara, bahwa pariwisata adalah sangat penting bagi Mesir dan
menekankan bahwa minum dan menjual alkohol adalah dilarang dalam Islam.
Namun, dia menambahkan, “Namun, hukum Islam juga melarang memata-matai
tempat-tempat pribadi dan ini juga berlaku bagi pantai-pantai… Saya
berharap ada 50 juta wisatawan yang akan melakukan perjalanan ke Mesir
walaupun mereka datang dengan bertelanjang.” [4]
Krisis konstitusi tahun 2012-an adalah karena perbedaan pusat-pusat
kekuatan yang ada di negara itu. Mursi berusaha mengubah status quo,
namun menyebabkan reaksi penolakan yang besar dari partai-partai sekuler
yang keras kepala dan yudikatif, sementara tentara membiarkan Mursi
untuk menjadi lemah.
Sistem yang dibangun oleh militer yang mengabadikan kepentingan AS
dan melindungi negara Israel memiliki seorang manajer baru. Sementara
banyak orang yang turun ke jalan-jalan untuk menuntut perubahan,
wajah-wajah telah berubah, namun sistem yang mendasari negara tetap
bercokol di tempatnya.
Libya
Pada bulan November 2011, Dewan Transisi Nasional (NTC) dibentuk
pemerintah untuk menjadi otoritas politik setelah jatuhnya Gaddafi.
Pemerintah Libya telah menghabiskan seluruh masa transisi, yang berakhir
pada bulan Juli 2012, dengan pemilu yang berfokus untuk memperoleh
legitimasi politik nasional, suatu prasyarat untuk membangun aparat
keamanan yang kompeten yang mampu menangani ancaman-ancaman yang berasal
dari Benghazi maupun tempat-tempat lain.
Mustafa Abushagur yang terpilih sebagai perdana menteri Libya pada
bulan September 2012 adalah seorang mantan warga negara Amerika Serikat
dan mantan karyawan NASA. Abushagur menjadi perdana menteri hanya selama
beberapa minggu, setelah terpilih pada tanggal 12 September, dan diberi
waktu 72 jam untuk membentuk sebuah kabinet baru, dan ketika dia gagal
dia dipecat dalam sebuah mosi tidak percaya. Kabinet-kabinet harus
disetujui oleh Majelis Umum Nasional (GNC), yang terpilih pada bulan
Juli 2012. Kejatuhannya membawa Ali Zidan ke tampuk kekuasaan.
Pada akhir tahun 2012, rezim Libya masih menghitung
tantangan-tantangan di antara tugas-tugas yang paling dasar dari
pembentukan negara: membangun keamanan internal. Pembentukan Tentara
Nasional Libya yang masih berlangsung- telah menjadi pusat pemerintah
untuk menyelesaikan tugas ini, tapi sejauh ini, semua upaya yang
mengancam milisi-milisi untuk tunduk tidak menghasilkan apapun.
Ketidakmampuan otoritas pusat yang sah untuk memaksakan perintahnya
kepada negara telah mengabadikan penyebaran kekuasaan kepada
pemerintah-pemerintah kota yang dipilih secara lokal dan meningkatkan
pengaruh milisi-milisi lokal.
Milisi regional terbesar Libya ada di Zentan, Misurata dan Benghazi.
Milisi-milisi itu, selain berkaitan dengan dewan-dewan kota, tetap
menjadi kendala terbesar bagi pemerintah pusat untuk mencapai kontrol
atas negara Libya bersatu. Pasukan keamanan negara telah mampu mencegah
serangan-serangan para pemberontak milisi atau mampu meyakinkan para
pemimpin milisi regional untuk meletakkan senjata mereka atau bergabung
dengan pasukan keamanan. Misalnya, Brigade al-Awfea mengambil alih
bandara Tripoli pada bulan Juni 2012 dan menahannya hingga keesokan
harinya, ketika Dewan Transisi Nasional menegosiasikan sebuah resolusi.
Pada bulan April 2012, dewan harus mengamankan bandara internasional,
yang telah diambil alih oleh Milisi Zentan, dan kota bandara di
dalamnya, Benita, yang telah jatuh di bawah kendali Souq al-Jomaa,
sebuah milisi yang berasal dari pinggiran Tripoli dengan nama yang sama.
Bekas kubu pemberontak seperti Benghazi dan Misurata, terus bekerja
dari kampung halaman mereka. Perwakilan regional ini terus
mempertahankan ikatan yang kuat baik kepada komunitas mereka maupun
kepada milisi-milisi lokal, dengan membangun jaringan patronase mereka
sendiri. Hal ini juga yang menyebabkan peningkatan dukungan bagi dewan
kota lokal yang terpilih dalam bekas-bekas benteng pemberontak, di mana
pengaruh Tripoli dan lembaga-lembaga birokrasi terus diguncang. Dewan
Kota Benghazi mengumumkan pada bulan Maret 2012 untuk mengambil alih
kontrol masalah administrasi harian kota itu, Para anggota dewan kota
Benghazi mengelola proyek-proyek infrastruktur lokal dan isu-isu
keamanan dan menyelesaikan perselisihan dengan para pesain regional –
yang bebas dari pemerintah pusat dan mendapat dukungan milisi-milisi
lokal.
Libya kini dikendalikan oleh jaringan milisi bersenjata, dimana
banyak yang mewakili suku-suku kuat. Kelemahan pemerintah pusat berarti
mereka dapat melakukan operasinya dengan tidak mendapat hukuman.
Beberapa kota telah mengalami eksperimen-eksperimen politik mereka
sendiri.
Milisi-milisi lokal juga mengontrol infrastruktur ekspor minyak yang
penting dan telah mampu membuktikan diri untuk mengambil alih
infrastruktur vital seperti bandara untuk menuntut sesuatu dari Dewan
Transisi Nasional. Saat pemerintah pusat gagal menjamin keamanan dan
tidak dapat memenuhi janji untuk membayar gaji para milisi,
perusahaan-perusahaan minyak Barat mulai berhubungan langsung dengan
para milisi, dengan perusahaan-perusahaan minyak lokal dan para pemimpin
sipil daerah agar bisa bekerja hari demi hari. Sejumlah sumber telah
mengkonfirmasi bahwa perusahaan-perusahaan minyak Barat telah menyewa
para milisi lokal, khususnya milisi Zentan, untuk melindungi
lading-ladang minyak di barat daya Tuareg. [5]
Setelah penggulingan Gaddafi, Libya tetap dalam keadaan fluktuasi,
dimana NTC dan pemerintahan penggantinya GNC hanya memiliki otoritas
pusat yang sedikit.
Suriah
Revolusi di Suriah kini telah berkecamuk selama hampir dua tahun.
Pembantaian yang dilakukan oleh rezim Al – Assad telah hampir menjadi
sesuatu yang normal. Umat Islam bangkit melawan pemerintahan Bashar
al-Assad yang bengis walaupun dilakukan taktik kejam dengan penindasan
yang digunakan untuk memadamkan pemberontakan. Dengan memiliki sedikit
persenjataan dan dengan pembantaian yang dilakukan di seluruh negeri
terhadap rakyat Suriah menyebabkan kebuntuan rezim Suriah. Umat terus
menunjukkan perlawanan yang luar biasa dalam menghadapi tank-tank baja,
jet-jet tempur dan artileri.
Pemberontakan di Suriah dimulai pada bulan Maret 2011, ini adalah
saat demonstrasi skala besar dimulai dan juga awal penumpasan yang
bengis oleh rezim. Saat pembunuhan meningkat, sebagian rakyat Suriah
meminta bantuan internasional untuk melawan terhadap rezim dan hal ini
membuka jalan campur tangan internasional. Masyarakat internasional
sampai saat ini mengajukan sejumlah solusi terhadap krisis. AS menggeser
sikapnya dari yang awalnya mendukung Assad sebagai seorang ‘reformis
yang potensial’ menjadi sikap yang mencela rezim – tetapi sepanjang
waktu tidak melakukan apapun selain mengeluarkan pernyataan-pernyataan.
Saat gambar-gambar mengenai berlangsungnya pembantaian ke seluruh
dunia, seorang misi pengamat Liga Arab dikirim untuk bernegosiasi dengan
semua pihak untuk mengakhiri konflik. Misi ini selalu ditakdirkan untuk
gagal dan menjadi pertanyaan seberapa seriuskah masyarakat
internasional tentang misi seperti itu. Umat berjuang melawan teror
Al-Assad, sementara perlawanan ini menjadikan internasional untuk mulai
membangun pemerintahan pasca-Al-Assad di Suriah. Masyarakat
internasional berpaling pada Dewan Nasional Suriah (SNC) dan Komite
Koordinasi Lokal (LCC) dengan harapan bisa ambil bagian setelah jatuhnya
kekuasaan Al – Assad.
Digunakannya Rusia oleh AS dan dukungan nyata China atas rezim Suriah
adalah salah satu alasan kenapa konflik Suriah meluas di luar kendali.
AS menunjukkan negara-negara Eropa dan dirinya sendiri berada di satu
sisi dengan menyerukan al-Assad untuk mundur sementara Rusia dan China
di sisi lain berusaha mempertahankan Al-Assad.
Kemudian Kofi Annan memimpin gencatan senjata yang diumumkan, yang
merupakan upaya lain untuk mengatasi pemberontakan. Rencana ini tidak
berguna sebagai misi pengamat Liga Arab. Ketika strategi ini mengungkap
bahwa AS mulai menyerukan penyelesaian model Yaman untuk bisa diterapkan
atas Suriah, dimana para pemberontak dibawa ke meja perundingan.
Masyarakat internasional mulai mempromosikan sebuah “transisi politik”
yang sama seperti langkah-langkah yang diambil oleh Ali Abdallah Saleh
di Yaman. Strategi ini gagal ketika pada tanggal 18 Juli sebuah bom
menghancurkan Markas Keamanan Nasional di Damaskus sehingga menewaskan
beberapa petinggi rezim keamanan dan para kandidat yang berencana
mengambil alih kekuasaan. Menteri Pertahanan Suriah Dawoud Rajha, mantan
Menteri Pertahanan Hassan Turkmani, Menteri Dalam Negeri Mohammad
al-Shaar, Kepala Dewan Keamanan Nasional Hisham Biktyar dan Deputi
Menteri Pertahanan Assef Shawkat (kakak ipar Al-Assad) semuanya
dilaporkan telah tewas, sementara Saudara Al-Assad Maher al Assad –
Pengawal Republik dan Panglima Divisi Keempat dilaporkan telah
kehilangan kedua kakinya.
Rezim Assad gagal memadamkan pemberontakan di Homs, Hama, Idlib dan
perlawanan yang mencapai Damaskus – yang merupakan markas rezim. Hal ini
mengkhawatirkan n AS dan menjadikannya terus menyoroti prospek
terjadinya perang saudara dan jatuhnya senjata kimia ke tangan yang
salah. Hal ini menyebabkan kebingungan pernyataan yang dikeluarkan pada
bulan Juni oleh para pejabat AS seperti Ketua Gabungan Kepala Staf AS,
Menteri Pertahanan AS, Sekretaris Negara dan Presiden sendiri untuk
meningkatkan seruan intervensi militer.
Situasi saat ini di negara itu adalah bahwa rezim al-Assad yang
mengendalikan setiap lapisan masyarakat telah gagal untuk mengakhiri
pemberontakan, dengan menggunakan segala macam taktik bengis untuk
memadamkan permintaan perubahan dari massa. Situasi ini dipersulit oleh
kekuatan-kekuatan internasional yang semuanya punya andil dan yang telah
melakukan manuver untuk mempengaruhi hasil-hasil yang didapatkan.
Strategi yang dilakukan oleh Barat secara berturut-turut telah gagal
membendung seruan bagi perubahan oleh rakyat Suriah. Apa yang saat ini
sedang berlangsung adalah pertempuran untuk pasca Al-Assad antara kaum
Muslim Sunni dan Amerika Serikat.
Pada tahun 2012 peristiwa yang mirip dengan pemberontakan yang
terjadi di seluruh wilayah, umat di Suriah telah menghilangkan ketakutan
mereka terhadap rezim dan semua peralatannya yang terkenal buruk dan
memutuskan untuk melawan rezim. Umat di Suriah telah berperang selama
lebih dari satu tahun, dengan pengalaman dan bantuan yang diperolah dari
tentara Suriah yang membelot telah menjadikan ketajaman pertempuran
mereka menjadi lebih baik. Ketajam peningkatan pertempuran dalam
menghancurkan sejumlah tank tentara Suriah dan kendaraan tempur lapis
baja telah membuktikan kemampuan umat. Masuknya para pejuang dari negara
lain seperti yang telah dilaporkan juga telah mendukung umat. Termasuk
juga bergabungnya para pejuang Suriah dan Irak yang berpengalaman dalam
melawan pasukan AS. Pengalaman mereka dalam membuat alat peledak rakitan
(IED) akan memiliki efek yang sangat besar pada kemampuan umat untuk
menimbulkan korban dan kerusakan pada militer Suriah.
Inilah alasannya mengapa militer Suriah menghindari serangan lapis baja
yang mahal pada wilayah-wilayah perkotaan yang dikuasai pemberontak di
mana kendaraan lapis baja lebih rentan. Rezim hanya mengandalkan
serangan udara dan penembakan jarak jauh dengan menggunakan tank,
artileri dan dukungan serangan helikopter. Tentara Pembebasan Suriah
(FSA) tidak perlu lagi mencocokkan nomor pasukan keamanan atau senjata
karena para pemberontak dapat memaksa rezim untuk berperang dimana saja
dengan sekaligus, dengan mengambil keuntungan mobilitas dan
fleksibilitas untuk melakukan serangan yang efektif dan penyergapan di
manapun dan kapanpun.
Setelah puluhan tahun dalam penindasan, umat di Suriah berdiri menantang
penumpasan bengis oleh rezim Al – Assad. Untuk saat ini, perjuangan di
Suriah ada dalam berbagai kekuatan untuk mendapatkan pengaruh di negara
yang strategis ini. Situasi di negara ini masih berubah dan berpotensi
berubah ke segala arah. Tantangan Umat di Suriah adalah untuk tidak
tergoda dengan janji-janji senjata oleh kekuatan-kekuatan asing dan
berkompromi dengan pemberontakan mereka.
Ringkasnya, pengamatan-pengamatan berikut dapat dilakukan pada ulang tahun kedua Revolusi Arab:
– Di Tunisia, Maroko dan Mesir, para pemilih yang berjumlah jutaan
telah secara jelas menyatakan penentangan mereka terhadap nilai-nilai
liberal sekuler dan berkeinginan kuat bagi pemerintahan Islam. Namun,
pihak yang sama berusaha keras untuk menunjukkan loyalitas Islam mereka
kepada massa dalam kampanye pemilu, namun sekarang berusaha lebih keras
untuk menunjukkan sikap lunak mereka kepada Barat. Kelompok-kelompok
Islam, apakah itu Ennahda di Tunisia atau Partai Kebebasan dan Keadilan
(FJP) Ikhwanul Muslimin di Mesir telah membuat satu kesalahan strategis.
Partai-partai Islam telah memenangkan pemilu yang cacat sejak awal.
Pemilu itu adalah untuk memilih parlemen yang merupakan peninggalan dari
segala sesuatu yang salah di dunia Muslim. Alih-alih membuat perubahan
dan mengganti sistim, partai-partai Islam itu telah memasuki sistem yang
korup dan menggantikan Ben Ali dan Hosni Mubarak dengan diri mereka
sendiri dalam menjaga sistem yang korup dan sekuler.
– Sementara banyak dari kelompok-kelompok Islam yang sekarang
berkuasa, yang telah berkorban banyak di masa lalu dan menerima tindakan
kebrutalan para penguasa diktator, perhitungan politik mereka banyak
yang berakar pada mitos. Mereka percaya bahwa sistem Islam hanya dapat
dilaksanakan secara bertahap. Sementara kelompok-kelompok yang telah
mencapai kekuasaan memiliki banyak kekurangan dalam pengembangan
kebijakan dan berpendapat bahwa solusi Islam tidak siap untuk berurusan
dengan masalah-masalah seperti kemiskinan, pengangguran dan pembangunan.
Mereka juga percaya bahwa penerapan Islam akan menakut-nakuti kaum
minoritas, menakut-nakuti para investor dan menakut-nakuti masyarakat
internasional.
– Ada sejumlah negara yang belum terlihat pemberontakan seperti Arab
Saudi, Yordania, dan sebagian besar negara-negara Teluk. Namun ada
alasan khusus untuk hal ini. Hubungan antara para penguasa dan
orang-orang di negara-negara berbeda itu jika dibandingkan dengan
hubungan antara para penguasa dan rakyat di Libya, Suriah dan Mesir. Di
Libya, Suriah dan Mesir para penguasa memerintah dengan tangan besi,
dengan mendirikan negara-negara polisi dan kohesi sosial dipertahankan
oleh dinas rahasia. Faktor-faktor itu tidak ada di negara-negara Teluk,
Saudi dan Yordania.
– Protes-protes di Yordania hanya terbatas pada seruan untuk menjatuhkan
Perdana Menteri. Raja Abdullah telah menolak berbagai pemerintah
dikarenakan protes-protes jalanan. Sejak kemerdekaan Yordania pada tahun
1946, istana telah menunjuk lebih dari 60 perdana menteri, termasuk
tiga diantaranya sejak kerusuhan Arab pecah pada tahun 2011. Raja
Abdullah membubarkan pemerintahan Perdana Menteri Samir Rifai dan
kemudian memasukkan Marouf al-Bakhit, seorang mantan jenderal, yang
bertanggung jawab untuk membentuk kabinet baru dan melembagakan
reformasi. Protes-protes masih terus berlangsung, hingga menyebabkan
Raja Abdullah memecat Bakhit dan kabinetnya, yang menyebutkan Awn
Shawkat Al-Khasawneh untuk memimpin pemerintah baru dan melakukan
reformasi baru. Raja Abdullah telah berhasil hingga saat ini untuk
membendung protes yang terus-menerus menggoyang pemerintah dan hal ini
telah menenangkan rakyat.
– Arab Saudi telah mampu menyajikan protes-protes yang terjadi di
wilayahnya sebagai pemberontakan kaum Syiah dan hal ini telah
menyebabkan sebagian besar penduduk mengawasi dengan ketat kota-kota
seperti Qatif, al-Awamiyah, dan Hofuf. Dalam rangka membendung
pemberontakan, monarki mengumumkan serangkaian manfaat bagi warganya
sebesar $ 10,7 miliar. Hal ini termasuk pendanaan untuk mengimbangi
inflasi yang tinggi dan untuk membantu orang-orang muda pengangguran dan
warga Saudi yang belajar di luar negeri, serta menghapus sebagian
pinjaman. Sebagai bagian skema Saudi, para pegawai negeri melihat
kenaikan gaji 15%, dan uang tunai tersedia bagi kredit perumahan. Tidak
ada reformasi politik yang diumumkan sebagai bagian dari paket. Grand
Mufti Arab Saudi juga mengeluarkan fatwa yang menentang petisi dan
demonstrasi, fatwa itu termasuk “ancaman yang besar terhadap perbedaan
pendapat internal.” [6]
– Negara-negara Teluk tidak melihat banyak protes selain Bahrain dan
Oman. Negara-negara kota tersebut menenangkan pemberontakan dengan
membuat beberapa reformasi, dengan merubah kabinet-kabinet dan melalui
ekonomi. Meskipun banyak dari negara itu adalah monarki mereka tidak
memerintah dengan tangan besi. Sementara Bahrain terus menekan mayoritas
penduduk Syiah, Oman adalah satu-satunya negara Teluk lainnya yang
melihat terjadinya protes yang signifikan. Sultan melanjutkan kampanye
reformasinya dengan membubarkan beberapa kementerian, mendirikan
beberapa kementrian baru, pemberian manfaat kepada mahasiswa dan
pengangguran, menolak sejumlah menteri, dan me-reshuffle kabinetnya tiga
kali. Selain itu, hampir 50.000 pekerjaan diciptakan di sektor publik,
termasuk 10.000 pekerjaan baru di Kepolisian Royal Oman. Upaya
pemerintah sebagian besar telah menenangkan para demonstran, dan Oman
belum melihat demonstrasi yang signifikan sejak Mei 2011, ketika protes
yang semakin keras di Salalah mereda.
– Pemberontakan lama tidak terjadi di Pakistan. Pakistan belum
menjadi sebuah kediktatoran bengis seperti yang telah terjadi di Libya,
Suriah dan Mesir. Sejak era Musharraf, Pakistan telah bergerak
sedemikian rupa, seperti yang dapat dilihat dengan hilangnya banyak
orang yang dikaitkan dengan terorisme, namun fenomena ini adalah relatif
baru. UU di Libya, Mesir dan Suriah berada di tangan para diktator
bengis dan satu-satunya cara untuk mengubahnya adalah melalui
pemberontakan.
Berbeda dengan Libya, Mesir dan Suriah, sistem politik Pakistan
tidak dikendalikan oleh klan tunggal, namun terdapat pusat-pusat
kekuasaan yang berbeda, dimana dua keluarga secara historis mendominasi
sistem politik. Para pemilik tanah feodal, industrialis,
keluarga-keluarga kaya dan tentara semuanya adalah pusat-pusat kekuasaan
yang menjaga arsitektur politik Pakistan. Sementara itu kaum oportunis
dan berbagai fraksi telah memasuki proses politik untuk kepentingan
pribadi mereka. Proses politik di Pakistan memiliki keterlibatan segmen
yang jauh lebih luas dari penduduk dibandingkan dengan yang ada di
Libya, Mesir dan Suriah dan hal ini merupakan garis hidupnya.
Untuk saat ini, sedruan perubahan di Pakistan adalah untuk membuat
sistem politik yang lebih demokratis atau mensahkan sebagian hukum
Islam. Inilah alasannya mengapa belum terjadi pemberontakan di negara
itu meskipun perekonomian terus bergoyang dan pemadaman listrik telah
menjadi norma.
– Dalam penilaian kami dari Revolusi Arab yang terjadi pada akhir 2011 kami menyimpulkan:
“Islam telah memainkan peran sentral dalam pemberontakan.
Kelompok-kelompok seperti Ennahdah di Tunisia dan Ikhwanul Muslimin di
Mesir telah mendapatkan keuntungan signifikan dalam pemilu karena mandat
Islam mereka beresonansi dengan rakyat. ” Namun, disamping pemberontakan Suriah pemberintakan lain yang menjadi
mandeg adalah karena orang-orang yang mendukung Islam dalam realitasnya
adalah orang-orang yang menjaga sistim pra-revolusi. Mereka berusaha
untuk menjaga Barat agar tetap senang dengan sikap moderasi mereka dan
orang-orang yang memberikan suara kepada mereka merasa bahagia dengan
dibuat perubahan yang pura-pura, sementara semua mereka tetap dalam
sistem sekuler dan melindungi kepentingan-kepentingan Barat.
Pada tahun 2013 tantangan-tanrangan berikut adalah yang paling mungkin perlu ditangani:
– Seharusnya sekarang menjadi jelas bahwa intervensi Barat belum
memperhitungkan tuntutan-tuntutan di wilayah itu. Inilah alasannya
mengapa Barat melakukan kontak dengan individu-individu yang sangat
spesifik dan kelompok-kelompok yang mendukung cita-cita Barat atau dapat
dirubah untuk mendukung cita-cita tersebut. Tantangan bagi umat Islam
di wilayah itu adalah untuk memastikan revolusi mereka tidak dibajak
oleh agenda asing. Intervensi Barat di Mesir dan Libya adalah kunci
terhadap infiltrasi revolusi Barat. Melalui hal ini, diharapkan mereka
memiliki suara di wilayah tersebut.
– Perdebatan terbesar adalah sistem pemerintahan di wilayah tersebut.
Semua seruan bagi Islam sedang dikucilkan oleh media global yang ingin
melihat nilai-nilai Barat menguasau wilayah tersebut. Tekanan ini telah
menyebabkan kelompok-kelompok Islam banyak yang menderita oleh para
diktator di wilayah itu untuk mengkompromikan kebijakan Islam mereka
dalam rangka menenangkan Barat. Membangun Islam politik merupakan
tantangan kawasan tersebut yang perlu untuk diambil.
– Kelompok yang berbeda yang cenderung berbeda datang untuk bersama-sama
menggulingkan para penguasa wilayah itu. Kesatuan ini kemudian berakhir
ketika para penguasa itu digulingkan. Sekarang perbedaan telah muncul
pasca-rezim dan hal ini telah digunakan oleh Barat untuk memecah belah
rakyat dan memungkinkan Barat menumbuhkan pengganti mereka yang akan
mendapatkan mereka dukung. Tantangan bagi masyarakat di wilayah itu
adalah untuk mengembangkan sebuah sistem baru bagi wilayah itu yang
mampu menyatukan rakyat dan mengenyahkan campur tangan Barat.
– Upaya-upaya AS untuk melakukan campur tangan dalam pemberontakan di
Suriah terus berlanjut. AS sedang mencoba memancing aktivis-kativis
yang “terpancing” melalui penawaran pelatihan dan dukungan sehingga
mereka dapat memperoleh pengaruh yang lebih besar dalam pemberontak di
wilayah Suriah dan mengambil peran kepemimpinan. Dilaporkan bahwa pada
minggu terakhir bulan Agustus 2012 AS dan Inggris mendirikan sebuah kamp
pelatihan di perbatasan Turki untuk melatih para aktivis Suriah dari
dalam Suriah. Telegraf melaporkan bahwa: “Sebuah jaringan bawah tanah
bagi para aktivis oposisi Suriah dibuat untuk menerima pelatihan dan
persediaan peralatan penting sebagai upaya gabungan Amerika dan Inggris
untuk membentuk suatu alternatif yang efektif kepada rezim Damaskus.
Puluhan pembangkang telah dibawa keluar Suriah untuk diperiksa dan
mendapat dukungan asing. “Orang-orang yang direkrut melakukan “dua hari
pemeriksaan yang dirancang untuk memastikan bahwa program tersebut tidak
jatuh ke dalam perangkap yang mempromosikan agenda sektarian atau
memmunculkan gerakan fundamentalis gaya al-Qaeda.” Opsi terakhir yang
tersisa bagi AS untuk menyusup dan mempengaruhi FSA untuk mematuhi
rantai komando yang setia dan dikontrol oleh AS. Ini akan mengarahkan
para pemberontak dari tujuan mereka untuk menjatuhkan rezim dan untuk
duduk di meja perundingan. Tantangan umat adalah untuk menjaga
pemberontakan yang murni, yang bebas dari kontrol Barat. Hasil-hasil
yang terjadi di Suriah akan berdampak ke seluruh wilayah. (RZ)
Artikel ini adalah versi singkat dari ekstrak dari publikasi tahunan yang diterbitkan oleh Khilafah.com – Strategic Estimate 2013.
Awal bulan Oktober ini, The Pew Forum on Religion & Public Life ,
sebuah lembaga riset dan survei terkemuka Amerika Serikat yang
nonpartisan dan nonadvokasi , merilis laporan penelitiannya tentang Mapping the Global Muslim Populatian : A Report on the Size and Distribution of the World’s Muslim Population. Laporan ini merupakan sebuah studi demografis yang komprehensif dari 232 negara dan wilayah ( territory) selama tiga tahun.
Hasil penelitian ini menunjukkan jumlah 1,57 milyar penduduk Muslim di
dunia saat ini, merepresentasikan 23 % dari penduduk dunia yang pada
2009 diperkirakan berjumlah sekitar 6,8 milyar. Dengan demikian,
sekarang ini hampir satu dari setiap empat penduduk dunia beragama
Islam atau hampir seperempat penduduk dunia adalah Muslim.
Dalam estimasi-estimasi sebelumnya, penduduk Muslim dunia
diperkirapakn sekitar 1 sampai 1,8 milyar jiwa. Tetapi estimasi-estimasi
ini lebih merupakan dugaan-dugaan tanpa sumber-sumber spesifik atau
penjelasan tentang asal dan dan dasar estimasi.
Laporan ini berdasarkan penelitian yang melibatkan konsultan sekitar
50 demografer dan ahli sosial dari universitas dan pusat riset seluruh
dunia. Para peneliti Pew Forum ini mengumpulkan dan menganalisis sekitar 1.500 sumber dan data kependudukan.
Populasi Muslim saat ini, 60 % lebih hidup di benua Asia, dan sekitar
20% di Timur Tengah dan Afrika Utara. Tapi, Timur Tengah dan kawasan
Afrika Utara memiliki pesentase tertinggi dari negara-negara mayoritas
penduduknya Muslim. Setengahnya lebih dari 20 negara dan wilayah di
kawasan ini memiliki populasi sekitar 95 % atau lebih penduduknya
Muslim.
Dua pertiga umat Muslim dunia tinggal di 10 negara. Dari kesepuluh
negara ini, enam di Asia ( Indonesia, Pakistan, India, Bangladesh, Iran,
dan Turki ), tiga di Afrika Utara ( Mesir, Algeria, dan Maroko ) dan
satu negara di Sub-Sahara Afrika ( Nigeria ). Dari semua itu, Indonesia
memiliki penduduk Muslim terbesar di dunia, menurut estimasi berjumlah
202.867.000 jiwa, 88,2% dari seluruh penduduk negeri ini, atau 12,9%
dari populasi Muslim dunia.
Pakistan , di urutan ke dua, berpenduduk 96,3% Muslim, yaitu
174.082.000 jiwa, atau 11,1% dari populasi Muslim dunia. Dan ke tiga,
adalah India. Walaupun persentasenya hanya 13,4 % tapi jumlahnya ketiga
terbesar dunia, yaitu 160.945.000 jiwa, atau 10,3% dari jumlah Muslim
dunia.
Sementara itu, Bangladesh berpenduduk 145.312.000 Muslim, 89,6% dari
keseluruhan penduduknya, atau 9,3% dari populasi Muslim dunia. Sedangkan
dua negara Afrika menduduki urutan ke lima dan ke enam, yaitu Mesir dan
Nigeria. Mesir berpenduduk 94,6% Muslim, yaitu 78.513.000 jiwa, atau
5,0% dari penduduk Muslim dunia. Dan Nigeria, 78.056.000 penduduknya
Muslim, yaitu 50,4% atau 5,0% dari keseluruhan Muslim di dunia.
Dua negara Asia lainnya yang penduduk Muslimnya menduduki urutan ke
tujuh dan ke delapan, yaitu Iran dan Turki. Iran berpenduduk 99,4%
Muslim, yaitu 73.777.000 jiwa, atau 4,7% Muslim dunia. Sedangkan Turki
jumlahnya hampir sama dengan Iran, yaitu 73.619.000 jiwa, hampir 98%
dari seluruh penduduknya, dan 4,7% dari penganut Islam dunia.
Jumlah penduduk Muslim terbesar ke-9 dan ke-10 ditempati oleh dua
negara Afrika Utara, yaitu Algeria dan Maroko. Algeria berpenduduk 98,0%
Muslim atau 2,2% dari seluruh Muslim dunia, yaitu 34.199.000 jiwa.
Sedangkan Maroko penduduknya hampir 99% adalah Muslim, yaitu 31.993.000
jiwa, tapi persentase dari populasi Muslim dunia kurang dari 2%.
Dari data-data tersebut, mungkin sebagian kalangan Muslim merasa
senang dengan jumlah populasi yang begitu besar, karena secara
demografis tidak bisa begitu saja diabaikan. Sebaliknya kalangan
non-Muslim dan negara-negara tertentu, di Barat maupun di Asia merasa
khawatir dengan jumlah yang besar itu, bahkan diperkirakan akan terus
bertambah lebih besar.
Sementara itu, kita diingatkan oleh kekhawatiran Rasulullah SAW
tentang jumlah Muslim yang begitu banyak tapi bagaikan buih di lautan ,
terombang-ambing tanpa arah, tidak jelas eksistensinya. Dan hal itu kita
rasakan sekarang ini.
Hampir setiap negara Muslim saat ini menghadapi masalah besar dalam
berbagai bidang kehidupan, baik bidang pendidikan, ekonomi, sosial
politik, maupun keamanan. Dan semua itu mempengaruhi kulitas umat
Muslim. Jadi jumlah populasi yang besar tidak sejalan dengan kualitas
hidup penduduknya.
Untuk itu perlu diupayakan berbagai langkah besar agar populasi yang
besar itu bisa sejalan dengan peningkatan kualitas hidup umat dalam
segala aspek kehidupan. Dan itu semua menjadi tanggung jawab kaum Muslim
sendiri, bukan siapa-siapa. Gambar : IslamOnline.net
Sebaran populasi Muslim dunia tidak terkonsentrasi di kawasan ( region ) tertentu. Pew Forum,
dalam laporan setebal 62 halaman itu, tidak menyebutkan apakah ada
suatu negara yang tidak terdapat penduduk Muslimnya. Vatican City ,
misalnya, di dalam laporan itu tidak disebutkan berapa jumlah Muslimnya,
tapi persentasenya kurang dari 0,1% ( World Religion Database, 2005 ).
Jadi di sana pun terdapat warga Muslim, walau sekecil apa pun jumlahnya .
Kawasan dengan jumlah populasi Muslim terbesar terdapat di
negara-negara Asia-Pasifik. Menurut estimasi tahun ini sebesar
972.537.000 jiwa, 24,1% dari jumlah penduduk di kawasan ini, atau 61,9%
dari populasi Muslim dunia.
Sementara itu, Timur Tengah dan Afrika Utara, yang sebagian besarnya
termasuk dalam kawasan Dunia Arab, terdapat 315.322.000 warga Muslim.
Persentasenya sangat tinggi, yaitu 91,2% dari jumlah penduduknya, tapi
hanya 20,1% dari total populasi Muslim dunia.
Negara-negara di kawasan Sub-Sahara Afrika memiliki jumlah penduduk
Muslim yang sangat besar juga. Kawasan ini berpenduduk 240.632.000 umat
islam, 30,1% dari keseluruhan penduduknya, atau 15,3% dari populasi
Muslim dunia. Sedangkan negara-negara Eropa yang sering dipersepsikan
sebagai negara-negara yang Muslimnya sedikit, ternyata memiliki jumlah
warga Muslim yang cukup besar. Di kawasan ini tinggal 38.112.000 warga
Muslim, atau 5,2% penduduk Eropa adalah Muslim. Dengan jumlah sebanyak
itu, di Eropa tinggal 2,4% dari keseluruhan populasi Muslim di muka bumi
ini.
Benua Amerika merupakan kawasan yang paling sedikit populasi
Muslimnya. Jumlah Muslim keseluruhan di kawasan ini sebesar 4.596.000
jiwa. Hanya 0,5% penduduk kawasan ini yang beragama Islam, dan 0,3% dari
total penduduk Muslim di dunia ini. Amerika Serikat memiliki jumlah
Muslim terbesar di benua ini yaitu 2.454.000, tapi persentasenya hanya
0,8% saja. Suriname memiliki persentase terbesar, yaitu 15,9%. Namun
penduduk Muslim Suriname ini hanya 83.000 jiwa. Dari
1.571.198.000 populasi Muslim di muka bumi ini, 80%-nya tinggal di
negara-negara yang penduduknya mayoritas Muslim. Sedangkan , dengan
jumlah yang cukup signifikan, sisanya ( 20%) tinggal sebagai warga
minoritas di negaranya. Diperkirakan sekitar 317 juta umat Muslim
tinggal sebagai minoritas, dan sekitar 240 juta tinggal di lima negara ,
yaitu India ( 161 juta ), Ethiopia ( 28 juta ), China ( 22 juta ),
Russia ( 16 juta ) dan Tanzania ( 13 juta ). Dua dari sepuluh negara
dengan jumlah Muslim terbesar tinggal sebagai warga minoritas di Eropa,
yaitu Russia ( 16 juta ) dan Jerman ( 4 juta ).
Ada juga negara yang Muslimnya minoritas , tapi populasinya sangat
besar. India, misalnya, negara yang mayoritas penduduknya Hindu,
memiliki populasi Muslim terbesar ke tiga di dunia. Populasi Muslim
Ethiopia sebesar Afghanistan, 28 juta jiwa. China memiliki umat Muslim
lebih besar dari Syria. Sementara itu, di Russia tinggal warga Muslim
dengan jumlah lebih besar dari Jordan dan Libya digabungkan. Sedangkan
Jerman memiliki penduduk Muslim lebih besar dari Lebanon.
Negara-negara dengan jumlah umat Muslim yang besar tapi merupakan
warga minoritas adalah India ( 160.945.000 ), Ethiopia ( 28.063.000
), China 21.667.000 ), Russia ( 16.482.000 ), Tanzania (
13.218.000 ), Ivory Coast ( 7.745.000 ), Mozambique ( 5.224.000 ),
Philippines ( 4.654.000 ), Jerman ( 4.026.000 ), dan Uganda (
3.958.000 ).
Dari 232 negara dan wilayah yang tercakup dalam penelitian ini,
terdapat 50 negara mayoritas Muslim. Tapi dari semua itu, lebih 62%
memiliki populasi Muslim lebih kecil daripada populasi Muslim Russia
atau China.
Kawasan Timur Tengah dan Afrika Utara
merupakan negara-negara mayoritas Muslim dengan pesentase tertinggi
dibandingkan dengan kawasan lain. Dari 20 negara dan wilayah di kawasan
ini, 17 negara memiliki populasi Muslim lebih dari 75%. Tiga negara
lainnya kurang dari 75% , yaitu Lebanon ( 59,3% ), Israel (16,7%), dan
Sudan ( 71,3%). Bandingkan dengan hanya 12 dari 61 negara di Asia, 10
dari 50 negara di Sub-Sahara Afrika dan dua dari 50 negara di Eropa (
Kosovo dan Albania ) adalah 75% atau lebih umat Muslim.
Negara-negara di Timur Tengah dan Afrika Utara yang mayoritas
penduduknya Muslim adalah Algeria ( 98,0% ), Bahrain ( 81,2%), Mesir
(94,6%), Iraq ( – 99%), Jordan (98,2%), Kuwait ( – 95%), Libya
(96,6%), Maroko ( – 99%) , Oman (87,7%), Palestina ( – 98%),
Qatar (77,5%), Saudi Arabia ( – 97%), Syria ( 92,2%), Tunisia (
99,5%), Uni Emirat Arab ( 76,2%), Sahara barat (99,4%), dan Yaman
(99,1%).
Di Asia yang warga negaranya mayoritas Muslim adalah Afghanistan
(99,7%), Azerbaijan (99,2%), Bangladesh (89,6%), Indonesia (88,2%),
Iran (99,4%), Kyrgyzstan (86,3%), Maldives (98,4%), Pakistan (96,3%),
Tajikistan (84,1%), Turki ( -98%), Turkmenistan (93,1%), dan
Uzbekistan (96,3%).
Di Sub-Sahara Afrika yang negaranya berpenduduk mayoritas Muslim
adalah Comoros (98,3%), Djibouti (96,9%), Gambia ( – 95%), Guinea (
84,4%), Mali (92,5%), Mauritania ( 99,1%), Mayotte (98,4%), Niger
(98,6%), Senegal ( 96,0%), dan Somalia (98,5%). Sedangkan di Eropa ada dua negara yang berpenduduk Muslim dan merupakan mayoritas yaitu Albania ( 79,9%) dan Kosovo (89,6%). Gambar : IslamOnline.net
Populasi Muslim dengan mayoritas yang besar sekali adalah Sunni, sementara berdasarkan estimasi 10-13% adalah Syi’ah. Laporan Pew Forum ini memperkirakan ada 154 sampai 200 juta jiwa Muslim Syi’ah di dunia saat ini.
Diperkirakan antara 116 sampai 147 juta Syi’ah tinggal di Asia,
merepresentasikan sekitar tiga per empat dari populasi Syi’ah sedunia.
Iran yang dikenal dengan mayoritas Syi’ahnya berada di kawasan
Asia-Pasifik. Sementara itu, seperempat warga Syi’ah dunia ( 36 – 44
juta ) tinggal di kawasan Timur Tengah—Afrika Utara.
Sekitar 12-15% populasi Muslim kawasan Asia-Pasifik adalah Syi’ah,
dan 11-14% dari populasi Muslim di kawasan Timur Tengah—Afrika Utara.
Jumlah komunitas Syi’ah pada umumnya diberikan dalam rentang perkiraan ,
karena keterbatasan di dalam data sumber-sumber sekunder.
Kebanyakan Syi’ah ( antara 68 dan 80%) tinggal di empat negara :
Iran, Pakistan, India , dan Irak. Iran memiliki 66-70 juta Syi’ah. Atau
37-40 % total populasi Muslim Syi’ah dunia. Irak, India, dan Pakistan,
masing-masing sekurang-kurangnya dihuni 16 juta komunitas Syi’ah.
Muslim Sunni dan Syi’ah ( Shiites) merupakan dua sekte utama ( main sects)
dalam Islam. Sunni dan Syi’ah awalnya terbentuk karena terjadinya
perselisihan tentang suksesi kepemimpinan setelah wafatnya Nabi Muhammad
SAW tahun 632 M. Kemudian, perpecahan politik antar dua kelompok ini
meluas mencakup perbedaan theologis dan juga perbedaan dalam
praktek-praktek keagamaan .
Sementara itu, kedua kelompok ini memiliki kesamaan dalam banyak
hal, tapi mereka berbeda konsepsi dan interpretasi dalam otoritas
keagamaan, begitu juga peran politik keluarga Nabi saw, misalnya.
Tidak ada estimasi yang membedakan Sufi, apakah Sunni atau Syi’ah.
Juga tidak diketahui secara meyakinkan tentang berapa banyak Muslim
yang menjalani praktek Sufisme.
Jumlah Syi’ah yang besar ( 1 juta atau lebih ) terdapat di Turki,
Yaman , Azerbaijan, Afghanistan, Syria, Saudi Arabia, Lebanon, Nigeria,
dan Tanzania. Pengikut Syi’ah persentasenya relatif kecil dari populasi
Muslim di seluruh dunia. Sekitar 300.000 orang Syi’ah tinggal di Amerika
Utara, termasuk AS dan Canada, sekitar 10% dari populasi Muslim di
kawasan Amerika Utara.
Di empat negara, Iran, Azerbaijan, Bahrain, dan Irak, Syi’ah
merupakan mayoritas dari total populasi, karena persentasenya tertinggi.
Di Iran, Syi’ah berjumlah sekitar 66-70 juta atau 90 -95% dari
seluruh populasi dengan persentase 37-40% jumlah komunitas Syi’ah
sedunia. Selanjutnya, Azerbaijan ( 65-75%), tapi hanya 5-7 juta jiwa.
Bahrain, mencapai 65-75% dari jumlah penduduk negera itu, tapi jumlahnya
hanya 400.000 – 500.000 jiwa. Sedangkan Irak berpenduduk Syi’ah sekitar
65-70% atau sekitar 19-22 juta jiwa.
Bila dilihat dari jumlah komunitas Syi’ah tertinggi berada di Iran
dengan jumlah populasi antara 66 s.d. 70 juta jiwa. Kemudian Pakistan,
sekitar 17 – 26 juta jiwa. Disusul India , yaitu antara 16 s.d 24 juta
jiwa adalah komunitas Syi’ah. Irak menempati urutan berikutnya, yaitu
sekitar 19 – 22 juta jiwa. Sedangkan Turki berpenduduk Syi’ah sekitar 7
-11 juta jiwa, dan di Yaman tinggal komunitas Syi’ah sekitar 8 – 10 juta
jiwa.
Negara-negara di Timur Tengah yang persentase populasi Syi’ahnya
cukup tinggi tapi jumlah populasinya sedikit adalah Lebanon ( 45-55%),
Kuwait ( 20-25%), Syria ( 15-20%), dan Saudi Arabia (10-15%).
Sedangakn di negara Eropa- Amerika yang persentasenya cukup tinggi
adalah Latvia ( 25-35%), Swedia ( 20-40%), Georgia ( 15-25%), dan
Lithuania (10-20%). Sedangkan Inggris, AS, Bulgaria, Jerman, dan
Yunani, masing-masing sekitar 10-15% dari jumlah komunitas Muslimnya.
Bagaimana dengan Syi’ah di negeri kita ? Walaupun, konon jumlahnya semakin meningkat, tapi Pew Forum dalam laporannya memberikan estimasi kurang dari satu persen dari seluruh populasi Muslim di negara kita ini. Gambar : IslamOnline.net
Selama
ini orang selalu beranggapan bahwa populasi Muslim Eropa adalah para
imigran yang berasal dari negara-negara bekas jajahan. Memang ada
benarnya, tapi itu hanya di Eropa bagian barat saja. “Sisanya di Russia,
Albania, Kosovo, dan yang lainnya, adalah penduduk asli. Lebih dari
separuh Muslim di Eropa adalah penduduk asli”, kata Allan Cooperman,
Associate Director Pew Forum.
Di Eropa Barat , komunitas Muslim merupakan imigran dan juga
anak-anaknya yang lahir dan besar di Eropa. Mereka berdatangan dari
Turki, Afrika Utara, dan Asia Selatan.
Pertumbuhan populasi Muslim dunia tercepat terjadi di benua Eropa,
yang kini memiliki 38.112.000 penganut Islam atau sekitar 5,2 % dari
total penduduk Eropa. Jumlah ini merupakan 2,4 % dari populasi Muslim
dunia.
Jerman merupakan negara Eropa Barat dengan penduduk Muslimnya
terbesar, yaitu 4.026.000 jiwa. Jumlah Muslim Jerman ini hampir menyamai
populasi Muslim di seluruh negara benua Amerika, yaitu 4.596.000 jiwa,
yang kebanyakan tinggal di Amerika Serikat , sebesar 2.454.000 jiwa.
Muslim Jerman juga jumlahnya lebih banyak dari Lebanon ( 2.504.000
jiwa ), sebuah negara Arab di Timur Tengah. Jerman juga berada pada
urutan ke-9 dari sepuluh negara yang jumlah Muslimnya terbesar tapi
merupakan warga minoritas.
Sedangkan Russia ( 16.482.000 jiwa ) di Eropa Timur merupakan yang
terbesar jumlah Muslimnya di seluruh Eropa. Jumlah sebesar ini merupakan
43,2 % dari total Muslim Eropa. Muslim Russia lebih banyak dari
gabungan jumlah Muslim Jordan ( 6.202.000 jiwa ) dan Libya (
6.203.000 jiwa ), yang kedua-duanya termasuk negara Arab.
Russia berada pada urutan ke-4 terbesar, setelah India (160.945.000
jiwa ),Ethiopia ( 28.063.000 jiwa), dan China ( 21.667.000 ) dalam
urutan sepuluh negara yang jumlah Muslimnya terbesar tapi sebagai warga
minoritas.
Dari keseluruhan jumlah Muslim di Eropa , sekitar 60% adalah penduduk
asli negara-negara tersebut. Kebanyakan Muslim di Russia, Albania,
Kosovo, Bosnia-Herzogovina, dan Bulgaria adalah warga asli di negaranya.
Sedangkan Prancis memiliki persentase yang lebih tinggi daripada
Jerman, namun warga Muslimnya hanya 3.554.000. Sekitar 6% warga Prancis
adalah Muslim, dan Jerman hanya sekitar 5%. Sedangkan di Inggris tinggal
komunitas Muslim kurang dari 2 juta jiwa, kurang dari 3% dari total
populasi warga Inggris.
Negara-negara Eropa dengan tingkat konsentrasi Muslim tertinggi
berada di Eropa bagian timur dan tengah, yaitu Kosovo ( 90%), Albania
(80%), Bosnia-Herzogovina (40%) , Republik Macedonia ( 33%), Bulgaria (
12% lebih ), dan Russia ( hampir 12%).
Beberapa bulan yang lalu, Daily Telegraph Inggris melaporkan
tentang prediksi para ahli demografis tentang populasi Muslim di Eropa
pada tahun 2050 yang diperkirakan mencapai 20% dari seluruh populasi
benua itu.
Data demografis tentang tingkat pertumbuhan Muslim memperlihatkan
bahwa meningkatnya jumlah populasi Muslim di negara-negara non-Muslim
disebabkan terutama oleh imigrasi ( di negara-negara barat ) dan angka
kelahiran yang lebih tinggi di seluruh dunia. Negara-negara yang
mayoritas penduduknya Muslim memiliki angka pertumbuhan penduduk
rata-rata 1,8% per tahun. Sedangkan angka pertumbuhan penduduk dunia
hanya 1,12% per tahun.
Selain dua faktor di atas, pertumbuhan populasi Muslim juga
disebabkan semakin banyaknya orang yang masuk agama Islam. Namun data
mualaf ini sulit untuk diverifikasi. New York Times pernah mengklaim bahwa 25% Muslim Amerika
adalah mualaf. Di Inggirs juga ada klaim bahwa sekitar 10.000 sampai
20.000 orang menjadi Muslim tiap tahunnya.
Itulah barangkali yang menyebabkan berbagai pihak di negara-negara
Barat melakukan berbagai upaya untuk mengurangi laju pertumbuhan jumlah
Muslim dan upaya untuk melemahkan posisi komunitas Muslim secara
politis, sosial, budaya maupun ekonomi.
Upaya itu dilakukan dengan cara-cara yang halus , vulgar, juga
pembunuhan seperti beberapa waktu lalu di Jerman, bahkan penghancuran
negara-negara Muslim , seperti Irak dan Afghanistan oleh rezim George W.
Bush.
Walupun terus-menerus dilakukan propaganda negatif terhadap Islam,
alih-alih masyarakat dunia takut terhadap Islam, yang terjadi justru
sebaliknya. Sejak peristiwa 9/11, mereka semakin penasaran ingin
mengetahui lebih banyak tentang Islam. Dan, al-hamdulillah, banyak di
antara mereka yang mendapatkan hidayah dan menjadi Muslim. Menariknya,
selama George Bush berkuasa , data di Amerika menunjukkan populasi
Muslim semakin bertambah . Gambar :Warga asli Jerman yang beralih memeluk Islam menjalankan shalat. (
Tricky Issues’ Remain as Deadline Nears in Nuclear Talks With Iran
Photo
The European Union's foreign
policy chief, Federica Mogherini, left, Foreign Minister Mohammad Javad
Zarif of Iran, center, and the head of the Iranian Atomic Energy
Organization, Ali Akbar Salehi, on Monday in Lausanne, Switzerland.Credit
Fabrice Coffrini/Agence France-Presse — Getty Images
LAUSANNE, Switzerland — Negotiators from the United States, Iran and five other nations pushed into the night on Monday to try to reach a preliminary political agreement on limiting Iran’s nuclear program.
But
with a Tuesday deadline, it seemed clear that even if an accord were
reached some of the toughest issues would remain unresolved until late
June.
“We are working late into the night and obviously into tomorrow,” Secretary of State John Kerry
told CNN on Monday night. “There is a little more light there today,
but there are still some tricky issues. Everyone knows the meaning of
tomorrow.”
The
main points that the negotiators have been grappling with include the
pace of lifting United Nations sanctions, restriction on the research
and development of new types of centrifuges, the length of the agreement
and even whether it would be detailed in a public document.
Yet another dispute was highlighted Sunday
when Iran’s deputy foreign minister, Abbas Araqchi, told Iranian and
other international news organizations that Iran had no intention of
disposing of its nuclear stockpile by shipping the fuel out of the
country, as the United States has long preferred.
Yet another dispute was highlighted Sunday
when Iran’s deputy foreign minister, Abbas Araqchi, told Iranian and
other international news organizations that Iran had no intention of
disposing of its nuclear stockpile by shipping the fuel out of the
country, as the United States has long preferred.
Can the West trust Iran? Can Iran trust
the West? A look at the bet each side is making in the nuclear talks,
along with the challenges and risks that they face.
Video by Emily B. Hager on
Publish Date March 27, 2015.
“The export of stocks of enriched uranium is not in our program, and we do not intend sending them abroad,” Mr. Araqchi said.
A
State Department spokeswoman confirmed that the stockpile question
remained unresolved while insisting that Iran had not backtracked in
recent days. “The bottom line is that we don’t have agreement with the
Iranians on the stockpile issue,” the spokeswoman, Marie Harf, told
reporters. “This is still one of the outstanding issues.”
The
political accord, which American officials hope will be announced on
Tuesday, is intended to define the main elements of a comprehensive
agreement that it is to be completed by the end of June.
As the deadline has approached, Mr. Kerry and Mohammad Javad Zarif,
Iran’s foreign minister, have been joined by the chief diplomats from
France, Britain, Germany, China, Russia and the European Union, though
Sergey V. Lavrov, the Russian foreign minister, left on Monday.
As
the deadline has approached, Mr. Kerry and Mohammad Javad Zarif, Iran’s
foreign minister, have been joined by the chief diplomats from France,
Britain, Germany, China, Russia and the European Union, though Sergey V.
Lavrov, the Russian foreign minister, left on Monday.
The
United States’ goal is to extend to a year the amount of time, known as
the “breakout” time, that Iran would need to produce enough bomb-grade
material for a single nuclear weapon. Achieving that objective depends
on many factors, including how much nuclear fuel Iran has on hand and
how fast it can produce new fuel.
The
country has tens of thousands of pounds of uranium in various stages of
enrichment, but over the past 18 months it has diluted the portion of
its stockpile that was closest to being usable in a weapon.
American
officials, however, are looking for a longer-term solution. The
simplest approach would be to place much of the fuel out of Iran’s
reach. Hopes were raised last year when diplomats believed that Iran
would be willing to go along with that approach.
In November, there were reports that Iran had tentatively agreed to send the fuel to Russia
for conversion into fuel rods that could power its only commercial
power reactor. Ms. Harf insisted on Monday, after Mr Araqchi declared
that Iran would never give up the fuel, that there never had been a
tentative agreement and that shipping the fuel out of Iran was not a
requirement for an agreement.
Photo
Secretary of State John Kerry in Lausanne, Switzerland, on Monday.Credit
Jean-Christophe Bott/European Pressphoto Agency
“You could have some other dispositions for it that get us where we need to be in terms of our bottom line,” she said.
On
Capitol Hill, where lawmakers have said they expect a good part of
Iran’s nuclear material to be removed from the country, the Iranian
declaration triggered more unease.
“The
shipping out of Iran’s uranium stockpile was to be the key
administration win in this agreement,” Representative Ed Royce, the
California Republican who is chairman of the House Foreign Affairs Committee,
said in an interview Monday. “It was presumed they were going to win on
that point because they were giving in on every other point.
“Now,” he added, “it looks like that rationale is being tossed out the window.”
Outside
experts said the resolution of the issue was critical to the
administration’s ability to make a convincing political case that the
United States and its allies would have plenty of warning time if Iran
made a dash for a bomb.
“The
shipping out of Iran’s uranium stockpile was to be the key
administration win in this agreement,” Representative Ed Royce, the
California Republican who is chairman of the House Foreign Affairs Committee,
said in an interview Monday. “It was presumed they were going to win on
that point because they were giving in on every other point.
“Now,” he added, “it looks like that rationale is being tossed out the window.”
Robert
Einhorn, a Brookings Institution scholar who worked for the first five
years of the Obama administration on the Iran nuclear problem, said that
for the last several months the United States and its negotiating
partners “have been operating on the assumption that all but several
hundred kilograms” of the country’s low-enriched uranium “would be
shipped out.”
“Breakout
calculations have based on that assumption,” he wrote in an email,
using the term for how long it would take Iran to get a weapon’s worth
of uranium.
In
essence, Mr. Einhorn argued, the assumption that Iran would keep its
uranium stockpile at a low level by exporting its fuel has enabled the
United States to accept a trade-off in which Iran would be allowed to
retain a high number of centrifuges without shortening the breakout
time.
“So
if Iran is withdrawing its tentative agreement to ship out the stocks,
this would be a real setback,” he wrote. “It is not clear what measures
would be needed to compensate in order to preserve the one-year breakout
time.”
It
appears that this issue, both a major political decision and a big
technical hurdle, could be put off until June to enable the announcement
of a broad but still vague “political understanding.”
Outside
experts said the resolution of the issue was critical to the
administration’s ability to make a convincing political case that the
United States and its allies would have plenty of warning time if Iran
made a dash for a bomb.
Robert
Einhorn, a Brookings Institution scholar who worked for the first five
years of the Obama administration on the Iran nuclear problem, said that
for the last several months the United States and its negotiating
partners “have been operating on the assumption that all but several
hundred kilograms” of the country’s low-enriched uranium “would be
shipped out.”
“Breakout
calculations have based on that assumption,” he wrote in an email,
using the term for how long it would take Iran to get a weapon’s worth
of uranium.
In
essence, Mr. Einhorn argued, the assumption that Iran would keep its
uranium stockpile at a low level by exporting its fuel has enabled the
United States to accept a trade-off in which Iran would be allowed to
retain a high number of centrifuges without shortening the breakout
time.
“So
if Iran is withdrawing its tentative agreement to ship out the stocks,
this would be a real setback,” he wrote. “It is not clear what measures
would be needed to compensate in order to preserve the one-year breakout
time.”
It
appears that this issue, both a major political decision and a big
technical hurdle, could be put off until June to enable the announcement
of a broad but still vague “political understanding.”
Jonathan Weisman contributed reporting from Washington.
A version of this article appears in print on March 31, 2015, on page A8 of the New York edition
Mengapa harus ke Yaman – Habib Abdullah bin Alwi al-Haddad
Mengapa harus ke Yaman, Habib Abdullah bin Alwi al-Haddad dalam
bukunya Risalatul Muawanah mengatakan, ‘Imam al-Muhajir Ahmad bin Isa
bin Muhammad bin Ali bin al-Imam Ja’far Shadiq, ketika menyaksikan
munculnya bid’ah, pengobralan hawa nafsu dan perbedaan pendapat yang
makin menghangat, maka beliau hijrah dari negerinya (Iraq) dari tempat
yang satu ke tempat yang lain hingga sampai di Hadramaut, beliau
bermukim di sana hingga wafat. Mengapa Imam al-Muhajir memilih Hadramaut
yang terletak di Negara Yaman sebagai tempat hijrah ?
Imam al-Muhajir
memilih Hadramaut sebagai tempat hijrahnya, dikarena beberapa faktor,
pertama peristiwa hijrahnya al-Husein dari Madinah ke Kufah, dimana Ibnu
Abbas memberikan nasehat kepada Imam Husein bin Ali bin Abi Thalib
ketika hendak berangkat ke Kufah. Ibnu Abbas menasehati agar beliau
pergi ke Yaman karena di negeri itu para penduduknya menyatakan siap
untuk mendukung Imam Husein. Sejarah membuktikan bahwa keturunan Imam
Husein sampai saat ini mendapat dukungan di sana.
Kedua, keistimewaan
penduduk Yaman yang banyak disebut dalam alquran dan hadits. Allah swt
berfirman : Hai orang-orang yang beriman, barang siapa di antara kamu
yang murtad dari agamanya, maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum
yang Allah mencintai mereka dan mereka pun mencintai-Nya, yang bersikap
lemah lembut terhadap orang yang mu’min, yang bersikap keras terhadap
orang-orang kafir, yang berjihad di jalan Allah, dan yang tidak takut
kepada celaan orang yang suka mencela. Itulah karunia Allah,
diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya, dan Allah maha luas
(pemeberian-Nya) lagi maha mengetahui.<!–[if
!supportFootnotes]–>[1]<!–[endif]–> Dari Jabir, Rasulullah saw
ditanya mengenai ayat tersebut, maka Rasul menjawab, ‘Mereka adalah ahlu
Yaman dari suku Kindah, Sukun dan Tajib’.<!–[if
!supportFootnotes]–>[2]<!–[endif]–> Ibnu Jarir meriwayatkan,
ketika dibacakan tentang ayat tersebut di depan Rasulullah saw, beliau
berkata, ‘Kaummu wahai Abu Musa, orang-orang Yaman’. Dalam kitab Fath
al-Qadir, Ibnu Jarir meriwayat dari Suraikh bin Ubaid, ketika turun ayat
54 surat al-Maidah, Umar berkata, ‘Saya dan kaum saya wahai
Rasulullah’. Rasul menjawab, ‘Bukan, tetapi ini untuk dia dan kaumnya,
yakni Abu Musa al-Asy’ari’.<!–[if
!supportFootnotes]–>[3]<!–[endif]–> Ketika Allah berfirman
dalam surat al-Hajj ayat 27 yang berbunyi : Dan serukanlah kepada umat
manusia untuk menunaikan ibadah haji, niscaya mereka akan datang ke
(rumah Tuhan) mu dengan berjalan kaki dan dengan menunggang berbagai
jenis unta yang kurus, yang datangnya dari berbagai jalan yang jauh.
Ayat ini turun kepada nabi Ibrahim as, setelah menerima wahyu tersebut
beliau pergi menuju Jabal Qubays dan menyeru untuk menunaikan haji. Dan
orang pertama yang menjawab dan datang atas seruan Nabi Ibrahim as
adalah orang-orang’. Allah swt berfirman dalam surah al-Nashr ayat 2 :
‘Dan kamu lihat manusia masuk agama Allah dengan beramai-ramai‘. Berkata
Shadiq Hasan Khan dalam tafsirnya dari Ikrimah dan Muqatil,
‘Sesungguhnya yang dimaksud dengan manusia pada ayat itu adalah
orang-orang Yaman, mereka berdatangan kepada Rasulullah untuk menjadi
kaum mu’minin dengan jumlah tujuh ratus orang’.<!–[if
!supportFootnotes]–>[4]<!–[endif]–>
Dari Ibnu Abbas berkata :
Nabi kita ketika berada di Madinah berkata, ‘Allahu Akbar, Allahu Akbar,
telah datang bantuan Allah swt dan kemenangannya dan telah datang ahlu
Yaman. Para sahabat bertanya kepada Rasulullah saw : Siapakah ahlu Yaman
itu ? Rasulullah saw menjawab : Suatu kaum yang suci hatinya dan lembut
perangainya. Iman pada ahlu Yaman, kepahaman pada ahlu Yaman dan hikmah
pada ahli Yaman’.<!–[if !supportFootnotes]–>[5]<!–[endif]–>
Al-Hafidz Ibnu Hajar al-Asqalani telah meriwayatkan suatu hadits dalam
kitabnya berjudul Fath al-Bari, dari Jabir bin Math’am dari Rasulullah
saw berkata, ‘Wahai ahlu Yaman kamu mempunyai derajat yang tinggi.
Mereka seperti awan dan merekalah sebaik-baiknya manusia di muka
bumi’.<!–[if !supportFootnotes]–>[6]<!–[endif]–> Dalam Jami’
al-Kabir, Imam al-Suyuthi meriwayatkan hadits dari Salmah bin Nufail,
‘Sesungguhnya aku menemukan nafas al-Rahman dari sini’. Dengan isyarat
yang menunjuk ke negeri Yaman. Masih dalam Jami’ al-Kabir, Imam
al-Sayuthi meriwayatkan hadits marfu’ dari Amru ibnu Usbah , berkata
Rasulullah saw, ‘Sebaik-baiknya lelaki, lelaki ahlu Yaman‘.<!–[if
!supportFootnotes]–>[7]<!–[endif]–>
Faktor lain yang menjadi
pertimbangan Imam al-Muhajir hijrah ke Yaman dikarenakan masyarakat
Yaman mempunyai hati yang suci dan tabiat yang lembut serta bumi yang
penuh dengan keberkahan, sehingga Rasulullah saw memerintahkan hijrah ke
negeri Yaman jika telah terjadi fitnah. Diriwayatkan dari Ibnu Abi
al-Shoif dalam kitab Fadhoil al-Yaman, dari Abu Dzar al-Ghifari, Nabi
saw bersabda, ‘Kalau terjadi fitnah pergilah kamu ke negeri Yaman karena
disana banyak terdapat keberkahan’.<!–[if
!supportFootnotes]–>[8]<!–[endif]–> Diriwayatkan oleh Jabir bin
Abdillah al-Anshari, Nabi saw bersabda, ‘Dua pertiga keberkahan dunia
akan tertumpah ke negeri Yaman. Barang siapa yang akan lari dari fitnah,
pergilah ke negeri Yaman, Sesungguhnya di sana tempat
beribadah’.<!–[if !supportFootnotes]–>[9]<!–[endif]–> Abu
Said al-Khudri ra meriwayatkan hadits dari Rasulullah saw, ‘Pergilah
kalian ke Yaman jika terjadi fitnah, karena kaumnya mempunyai sifat
kasih sayang dan buminya mempunyai keberkahan dan beribadat di dalamnya
mendatangkan pahala yang banyak’.<!–[if
!supportFootnotes]–>[10]<!–[endif]–> Abu Musa al-Asy’ari
meriwayatkan dari Rasulullah saw, ‘Allah akan mendatangkan suatu kaum
yang dicintai-Nya dan mereka mencintai Allah. Bersabda Nabi saw : mereka
adalah kaummu Ya Abu Musa, orang-orang Yaman’. Dari Ali bin Abi Thalib,
Rasulullah saw bersabda, ‘Siapa yang mencintai orang-orang Yaman
berarti telah mencitaiku, sispa yang membenci mereka berarti telah
membenciku’
Yaman adalah negara terluas urutan kedua setelah Arab Saudi di
bentangan Jazirah Arab. Posisinya yang berada di ujung jazirah
menjadikan Yaman sebagai negara yang mengambil pesan vital dalam konteks
hubungan antar negara di Timur Tengah secara khusus, dan dunia secara
umum. Apalagi, Teluk Aden sebagai pintu masuk Laut Merah berada di dalam
wilayah Yaman. Hal ini semakin menegaskan peran vital Yaman untuk
negara-negara di sepanjang garis Afrika Utara dan negara-negara Timur
Tengah.
Secara historis, Yaman tidak dapat dipisahkan dari proses
perkembangan islam. Ribuan Shahabat yang berasal dari Yaman tercatat
indah di dalam sejarah. Sebut saja Abu Hurairah, Abu Musa Al Asy’ari,
Ammar bin Yasir, Uqbah bin Amir, Jarir bin Abdillah Al Bajali, Adi bin
Hatim, Wail bin Hujr Al Hadrami, dan masih banyak lagi tokoh-tokoh
terkemuka shahabat yang berasal dari Yaman
Karakter asli penduduknya yang lembut dan
mudah menerima kebenaran manjadi salah satu faktor yang membantu
penyebaran islam di Yaman. Oleh sebab itu, dalam masa islam, pergolakan
dan huru-hara di Yaman terbilang kecil bila dibandingkan yang terjadi di
negeri Irak, Iran, Mesir, dan Syam.
Mengenai kedatangan Abu Musa Asy’ari beserta rombongan dari Yaman,
Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda dalam hadits Abu
Hurairah radhiyallahu ‘anhu, riwayat Al Bukhari dan Muslim :
“Penduduk Yaman telah datang kepada kalian. Perasaan mereka halus. Hati mereka lembut. Iman itu Yaman dan hikmah pun Yaman.”
Sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam di atas merupakan
bentuk pujian untuk penduduk Yaman. Para ulama yang mensyarah hadits di
atas memang menyebutkan khilaf (perbedaan pandangan) tentang; apa yang
dimaksud dengan Yaman di dalam sabda Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi
wa sallam ? Namun demikian, sebagian ulama mengakui bahwa karakter
penduduk Yaman di sepanjang sejarah Islam memang demikian. Wallahu
a’lam.
NEGERI YAMAN, NEGERI ILMU
Di dalam peta rihlah thalabul ilmi (perjalanan suci dalam menuntut
ilmu syar’i), Yaman juga mengambil porsi yang cukup besar. Ulama yang
pernah muncul di dalam sejarah Yaman tidak terhitung jumlahnya. Shan’a
sebagai simbol Yaman adalah magnet yang menarik para pecinta ilmu untuk
berdatangan. Sebab pada waktu itu, Shan’a menjadi salah satu pusat
berkumpulnya para ahlul hadits.
Lebih-lebih lagi pada masa Al Imam Abdurrazaq bin Hammam Ash Shan’ani
(126-211). Sejumlah ulama besar Islam datang dari berbagai penjuru
dunia untuk menimba ilmu langsung kepada Abdurrazaq bin Hammam di Yaman.
Sufyan bin Uyainah, Al Mu’tamir bin Sulaiman, Ishaq bin Rahuyah, Ali
Ibnul Madini hanyalah contoh sekian banyak murid-murid beliau.
Sampai-sampai muncul istilah Laa Budda Min Shan’a Wa In Thalas Safar
(pokoknya harus sampai ke Shan’a, meski harus menempuh perjalanan
panjang).
Salah satu keajaiban thalabul ilmi yang termaktub di dalam sejarah
adalah kisah Al Imam Ahmad bin Hambal dan Yahya bin Ma’in yang hendak
berguru kepada Abdurrazaq bin Hammam.
Perjalanan beliau berdua dimulai dari Baghdad, ribuan kilo dari
Yaman. Sejak awal beliau berdua bertekad menimba ilmu dari Abdurrazaq di
Yaman. Berbagai negeri dilewati, panasnya siang dan dinginnya malam
bukanlah penghalang.
Mereka tiba di Makkah bertepatan dengan musim haji. Kesempatan untuk
berhaji pun tidak disia-siakan. Dalam sebuah kesempatan thawaf, Yahya
bin Ma’in berjumpa dengan Abdurrazaq bin Hammam. Ternyata, tahun itu
juga Abdurrazaq sedang menunaikan ibadah haji.
Setelah pertemuan itu, Yahya bin Ma’in segera mencari Imam Ahmad
untuk menyampaikan kabar gembira dan berita besar tentang keberadaan
Abdurrazaq bin Hammam yang sedang berhaji di Makkah.
“Sungguh! Allah telah mendekatkan langkah-langkah kaki kita. Allah
telah memudahkan kita untuk menghemat bekal perjalanan. Allah juga telah
membebaskan kita dari perjalanan sebulan penuh untuk menuju shan’a.
Lihatlah! Saat ini, Abdurrazaq sedang berada di Makkah. Marilah kita
mendengar riwayat-riwayat hadits dari dari Abdurrazaq di sini saja (di
Makkah)!” Ujar Yahya bin Ma’in.
Subhanallah!
Mendengar “kabar baik” semacam ini ternyata tidak membuat Imam Ahmad lantas menanggapi dan menyetujui.
Dengan mantap Imam Ahmad menjawab :
“Sesungguhnya, sejak masih di Baghdad, aku telah berniat untuk mendengar
riwayat hadits dari Abdurrazaq di Shan’a. Dan demi Allah, aku tidak
akan merubah niatku selama-lamanya.”
Ya! Imam Ahmad tetep memegang tekad untuk berguru kepada Abdurrazaq
di Yaman. Dan tekad beliau benar-benar terwujud. Kurang lebih sepuluh
bulan lamanya Imam Ahmad berada di Yaman dalam rangka rihlah thalabul
ilmi.
THALABUL ILMI DI YAMAN SAAT INI
Tiap-tiap generasi selalu saja bermunculan para ulama besar dari
negeri Yaman. Kaum muslimin tentu tidak asing lagi dengan nama harum Asy
Syaukani, Ash Shan’ani, Ibnul Wazir, dan Abdurrahman bin Yahya Al
Mu’allimi. Beberapa karya tulis yang menghimpun nama-nama ulama Yaman
juga sangat mudah didapatkan di perpustaan-perpustakaan Islam.
Di masa-masa terakhir ini nama besar Asy Syaikh Muqbil bin Hadi Al
Wadi’i sangat akrab bagi kaum muslimin. Bisa dikatakan setiap warga
Yaman pasti pernah mendengar nama dan gerakan dakwah beliau. Murid-murid
beliau yang datang berguru bukanlah hanya dari dalam negeri, namun juga
dari mancanegara. Begitu banyaknya murid beliau hingga dinyatakan,
“Tidak pernah ada rihlah seramai ini di Yaman sejak zaman Abdurrazaq bin
Hammam.
Meskipun telah meninggal belasan tahun yang lalu, murid-murid senior
beliau tetap meneruskan estafet dakwah salaf yang berpondasikan di atas
Al Qur’an dan As Sunnah. Hari demi hari dakwah salaf semakin kuat dan
meluas. Tidak ada satu pun desa di Yaman –meski terpencil-, kecuali
dakwah salaf telah menghujam kuat di sana. Wajar saja jika dakwah salaf
dinilai oleh banyak pengamat sebagai dakwah mayoritas di Yaman.
Kelompok-kelompok sempalan Islam memang ada juga. Akan tetapi, watak
orang Yaman yang senang dengan al haq membuat kelompok-kelompok tersebut
seakan berjalan di tempat, bahkan semakin surut. Syi’ah, Sufi, Al
Qaeda, Ikhwanul Muslimin, Jama’ah Tabligh, dan beberapa kelompok sesat
lainnya justru semakin melemah sejak dakwah salaf dihidupkan kembali
oleh Syaikh Muqbil dan murid-muridnya.
Jika anda sempat berkunjung ke Yaman dan menggunakan syi’ar Salaf,
jangan kaget jika ada orang menyapa Anda dan mengatakan, “ Anda tentu
muridnya Syaikh Muqbil!”
KESEMPATAN TIDAK DATANG BERKALI-KALI
Alhamdulillah. Negeri Yaman saat ini telah menjadi pusat destinasi
rihlah thalabul ilmi. Kemudahan demi kemudahan merupakan faktor
pendukung yang seharusnya disyukuri secara penuh. Belajar agama secara
benar di Yaman tidak di batasi oleh usia. Muda maupun tua, bahkan yang
telah sepuh pun memiliki kesempatan yang sama.
Jumlah markiz (pesantren) yang mengajarkan akidah dan manhaj Ahlus
Sunnah Wal Jama’ah sangat banyak di negeri Yaman. Ada yang bertaraf
sederhana, sedang, sampai besar. Beberapa Markiz yang tergolong besar
seperti :
1. Darul Hadits Ma’bar, pimpinan Syaikh Muhammad Al Imam
2. Darul Hadits Fuyus, pimpinan Syaikh Abdurrahman Al Adeni
3. Darul Hadits Dzammar, pimpinan Syaikh Utsman As Salimi
4. Darul Hadits Syihr, pimpinan Syaikh Abdullah Al Mar’i
Untuk belajar Salaf di Yaman tidak dipungut biaya sepeserpun untuk
biaya pendidikan. Bahkan konsumsi, asrama, dan beberapa hal lainnya
digratiskan juga. Maka tidak mengherankan jika jumlah pelajar Indonesia
di Markiz-markiz Salaf Yaman saat ini telah menembus angka 300-an.
Sebagian besarnya berstatus lajang, sementara yang telah menikah dan
meninggalkan anak istri juga tidak sedikit. Bahkan ada puluhan pelajar
yang turut memboyong anak istrinya untuk sama-sama thalabul ilmi.
Suasana dan lingkungan Yaman sangat mendukung sekali untuk
mempelajari Islam secara Intensif dan optimal. Jauh dari hiruk piruk
keduniaan dan sangat menjanjikan ketenangan. Setiap saat selalu tentram
dengan mendengarkan ayat Al Qur’an dan sabda Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa sallam, seta nasihat ulama. Jika sesekali suntuk atau sedang
menghadapi problem, hanya dengan sekedar duduk mendengarkan ceramah
Syaikh, semua hilang dan meleleh tak tersisa.
Sebagian pelajar mengatakan, “Rasa-rasa tidak ingin pulang ke
Indonesia. Di sini telah ku temukan hakikat ketenangan hati. Di sinilah
aku benar-benar bisa merasakan apa yang dimaksud dengan hidup bahagia
itu. Di sini telah ku temukan ketentraman jiwa.”
Semua bidang ilmu agama bisa Anda peroleh dan pelajari dengan mudah
di Markiz-markiz Salaf di Yaman. Ketersediaan pengajar dan guru seolah
tidak pernah habis. Akidah, bahasa Arab, ilmu hadits, fiqih, ushul
fiqih, Al Qur’an, maupun ilmu-ilmu lainnya tinggal Anda pilih saja.
Dijamin memuaskan! Insya Allah.
Thalabul Ilmi di Yaman memeng menjadi pilihan utama. Anda bisa
memilih Markiz sesuai dengan cuaca yang anda senangi. Makanan dan
minumannya pun mudah diadaptasikan. Proses keberangkatan dan perizinan
pun sangat ringan. Secara periodik, Bapak-bapak dari KBRI (Kedutaan
Besar Republik Indonesia) juga mengadakan silahturahmi dan kunjungan ke
Markiz-markiz Salaf.
Biaya? Murah sekali jika dibandingkan biaya yang dihambur-hamburkan
untuk sekolah maupun kuliah. Cukup dengan 18 juta Anda bisa berangkat
Thalabul Ilmi ke Yaman, kemudian pulang ke Indonesia dengan membawa
pulang ilmu bermanfaat untuk didakwahkan kepada masyarakat luas, insya
Allah.
Tertarik? Jangan tunggu lama-lama! Segeralah ambil keputusan dan jangan menunda!
[Ditulis ulang dari Majalah Qudwah, Edisi 10, hal 16-20]
Disalin dari : http://pemetik-ilmu.blogspot.com/2013/09/negeri-yaman-surga-para-pencari-ilmu.html
Ada Apa dengan Yaman?
Ada apa dengan Yaman? Sebaiknya kita lihat dulu petanya.
Di peta terlihat bahwa Yaman berbatasan darat dengan Arab Saudi, dan
menguasai perairan strategis Bab el Mandab dan teluk Aden, dan bahkan
menguasai pulau Socotra yang kini menjadi pangkalan militer AS. Jalur
perairan ini sangat penting karena menjadi tempat lewatnya kapal-kapal
tanker pembawa minyak dari Teluk Persia ke Eropa (melewati Terusan
Suez). AS sangat berambisi mengontrol jalur minyak ini dan di saat yang
sama, secara ekonomi Iran pun terancam bila AS sampai menguasai jalur
tersebut. Selain itu, meski saat ini produksi minyak Yaman hanya 0,2%
dari total produksi minyak dunia, negeri ini menyimpan cadangan minyak
yang sangat sangat besar.
Kelompok-kelompok Utama dalam Konflik Yaman:
Ikhwanul Muslimin vs Imam Yahya (Syiah Zaidiyah)
Yaman tadinya berada di bawah kekuasaan Imperium Ottoman. Kemudian,
setelah Ottoman kalah dalam Perang Dunia I, Inggris menguasai Yaman
selatan (terutama wilayah Aden yang menguasai jalur laut); sementara
Yaman utara dikuasai oleh Imam Yahya yang bermazhab Syiah Zaidiah, yang
membentuk Kerajaan Yaman. Italia mengakui pemerintahan Imam Yahya,
sementara Inggris menentangnya karena tekad Imam Yahya adalah mengusir
Inggris dan menyatukan Yaman.
Inggris (dan Mesir) membacking gerakan “Free Yemenis” yang
berafiliasi dengan Ikhwanul Muslimin. Gerakan ini pada tahun 1962
berhasil menggulingkan pemerintahan Imam Yahya dan memproklamasikan
“Republik Arab Yaman.”
Pemerintahan baru ini memperluas gerakan untuk menguasai Yaman
selatan (yang dikuasai Inggris), dengan meminta bantuan militer dari
Presiden Mesir, Gamal Abdul Nasser yang mengirim 70.000 tentara ke Yaman
(1962-1965).
Inggris, yang memusuhi Nasser akibat aksinya menasionalisasi Terusan
Suez tahun 1956, menggunakan konflik internal Yaman untuk melemahkan
Nasser, dengan bantuan Mossad, CIA, intelijen Arab Saudi, dan SAVAK
(intel Iran zaman Syah Pahlevi). Selama tahun 1960-an, AS menyuplai
perlengkapan militer Arab Saudi senilai 500 juta Dollar (agar Arab Saudi
semakin kuat dan memegang kendali dalam konflik di Yaman). Tahun 1968,
Nasser mundur dari Yaman, dan setahun sebelumnya, Inggris juga angkat
kaki dari negara itu.
Namun, kelompok pro Naser masih eksis hingga sekarang dan menjadi salah satu aktor utama politik Yaman, yaitu the Nasserite Unionist People’s Organization.
Partai Sosialis vs Ikhwanul Muslimin
Tahun 1967, the National Liberation Front (NLF) yang berhaluan Marxis
menguasai Yaman selatan dan membentuk negara independen (Republik
Rakyat Demokratik Yaman). Sementara itu, sejak tahun 1978, Republik Arab
Yaman dipimpin oleh Presiden Ali Abdullah Saleh.
Runtuhnya Uni Soviet pada tahun 1990 membuat kedua pemerintahan Yaman
yang memang lemah memutuskan memulai negosiasi untuk bersatu. Pada Mei
1990, terbentuklah pemerintahan persatuan dengan nama Republik Arab
Yaman, dengan Ali Abdullah Saleh sebagai presiden dan Ali Salim Beidh
(semula Presiden Yaman selatan, berasal dari partai sosialis) menjadi
wakil presiden. Untuk menundukkan orang-orang sosialis, Saleh bekerja
sama dengan anasir Ikhwanul Muslimin (Partai Islah atau Partai Reformasi
didirikan 13 Sept 1993. Menurut pendirinya, Syekh Abdullah bin Hasan
al-Ahmar, tujuan utama didirikannya partai ini adalah untuk melawan
orang-orang sosialis). Saleh harus menggunakan tangan Partai Islah,
karena partainya sendiri (the General People’s Congress) terikat
perjanjian unifikasi dengan Partai Sosialis.
Namun belakangan, IM dan Sosialis (dan Nasserite) justru bergabung
untuk melawan Saleh; mereka membentuk Joint Meeting Parties (JMP).
Rezim Saleh vs Ikhwanul Muslimin
Kekuasaan Ikhwanul Muslimin (IM) di Yaman sangat besar sejak mereka
berhasil menggulingkan Imam Yahya. Mereka menguasai separuh institusi
pendidikan di Yaman (dan mendapatkan dana yang besar dari Arab Saudi).
Tokoh IM juga menjadi pejabat di Dinas Intel dan berperan besar dalam
membungkam kelompok kiri dan komunis. Empat menteri penting juga dijabat
orang IM (menkeu, mendagri, mendiknas, dan menkeh). Pejabat-pejabat
penting di pemerintahan pun banyak yang dipegang tokoh IM.
Pengaruh besar IM ini membuat khawatir Presiden Saleh dan sejak tahun
2001, ia mulai melucuti kekuasaan IM dengan cara merombak sistem
pendidikan. Sejak itu konflik antara kedua faksi ini semakin meluas.
Bila pada pilpres 1999, IM (Partai Islah/Partai Reformis) mencalonkan
Saleh sebagai kandidat presiden, tahun 2006 mereka mendukung lawan
Saleh, Faisal Bin Shamlan (namun Saleh tetap menang pilpres).
Rezim Saleh vs Sosialis dan Suku Houthi (Ansarullah)
Meskipun memiliki cadangan minyak yang kaya dan posisi yang sangat
strategis, Yaman adalah negara miskin, menghadapi krisis pangan, dan
ketidakadilan ekonomi. Berbagai gerakan pemberontakan terhadap Rezim
Saleh bermunculan. Tahun 1994, Wapres Ali Salim Beidh (sosialis) mundur
dan kelompok sosialis kemudian angkat senjata dan terjadilah perang
sipil. Presiden Saleh, dibantu oleh Arab Saudi (dan Partai
Islah/Ikhwanul Muslimin) akhirnya menundukkan pemberontakan itu.
Sejak tahun 2004, suku Houthi yang bermazhab Syiah Zaidiyah menuntut
otonomi khusus di wilayah Saada sebagai protes atas diskriminasi dan
penindasan dari rezim Saleh. Tuntutan ini dihadapi dengan senjata oleh
Saleh (lagi-lagi dibantu Arab Saudi), dan meletuslah perang sipil yang
menewaskan lebih dari 5000 tentara dan rakyat sipil (suku Houthi) pada
rentang 2004-2008.
Rezim Saleh – Amerika – Al Qaida – Kelompok Salafi
Tahun 2009, kelompok Salafi (Gerakan Yaman Selatan/ al Hirak al
Janoubi) yang dipimpin kelompok Tareq Al Fadhli angkat senjata melawan
rezim Saleh. Al Fadhli adalah alumnus jihad Afganistan yang berperan
membantu Saleh dalam membungkam faksi sosialis. Al Fadhli dan iparnya,
Jenderal Mohsen Al Ahmar, kemudian menjadi tokoh penting dalam
pemerintahan Saleh. Mohsen adalah pelindung utama Saleh dalam menghadapi
berbagai pemberontakan, termasuk dalam upaya membungkam suku Houthi.
Namun bulan madu Saleh-Mohsen mulai buyar sejak tahun 2000, karena
kekhawatiran Saleh bila kubu Mohsen kelak akan merebut kekuasaan dari
kubu Saleh. Kekuasaan Mohsen kemudian dilucuti satu demi satu. Mohsen
pun bersekutu dengan keturunan Husein Al Ahmar (pendiri Partai
Islah/Reformis) untuk menggulingkan Saleh.
Di masa ini, muncul aktor baru di Yaman, yaitu Al Qaida Arab
Peninsula (AQAP) yang memproklamasikan diri pada tahun 2009. Dua tokoh
utama AQAP, anehnya, adalah dua warga Arab Saudi alumni Guantanamo,
Abu-Sayyaf al-Shihri dan Abu-al-Harith Muhammad al-Awfi. William Engdahl
menyebut fakta ini memunculkan kecurigaan bahwa tujuan utama CIA dan
Pentagon melakukan teknik brutal kepada tawanan Guantanamo sejak
September 2001 adalah untuk mentraining ‘sleeper terrorists’ (teroris
tidur) yang sewaktu-waktu bisa diaktifkan sesuai komando intelijen AS.
Di saat yang hampir bersamaan, Presiden Saleh membebaskan 700 narapidana
teroris dengan alasan ‘mereka sudah berkelakuan baik’.
Mengingat donatur utama Al Qaida adalah Arab Saudi, dan pembentukan
Al Qaida memang didalangi AS dan Arab Saudi (hal ini sudah diakui oleh
Hillary Clinton), tentu kemunculan Al Qaida di Yaman adalah demi
kepentingan AS.
Meski Al Fadhli menolak tuduhan bahwa dia bekerja sama dengan Al
Qaida, namun AS tetap membombardir Yaman dengan alasan mengejar Al
Qaida. Antara 2009-2011, korban serangan bom yang diluncurkan pesawat
tempur AS (dengan seizin Presiden Saleh) telah menewaskan ratusan rakyat
sipil Yaman, termasuk anak-anak.
Atas alasan untuk menumpas Al Qaida pula, pada tahun 2010, Presiden
Saleh dan Jenderal Petraeus dari AS bertemu. Petraeus menjanjikan
bantuan “dana keamanan” 14 kali lipat lebih besar (dana total sejak 2008
hingga 2010 yang diterima Saleh dari AS mencapai 500 juta dollar), dan
imbalannya, Saleh mengizinkan Pulau Socotra untuk dipenuhi dengan
berbagai peralatan militer canggih AS.
Namun, akhirnya pada Juni 2014, Al Fadhli menyatakan bergabung dengan Al Qaida. Dan sejak 2015, ISIS menyatakan ikut bergabung dengan Al Qaida Yaman. Pada
21 Maret 2015, ISIS mengebom sebuah masjid di Sanaa (ibu kota Yaman),
yang jamaahnya sebagian besar muslim Syiah Zaidiah yang tengah
menunaikan sholat Jumat (142 tewas, 351 lainnya terluka).
Era Arab Spring
Melihat track record Presiden Saleh yang selalu berperang dengan
rakyatnya sendiri dan kemiskinan yang semakin mencekik rakyat, tentu
tidak mengherankan bila pada tahun 2011, seiring dengan gelombang Arab
Spring, rakyat Yaman (dari berbagai suku dan mazhab) bangkit berdemo
menuntut pengunduran dirinya. Masifnya gerakan demo di Yaman akhirnya
berujung pada tergulingnya Saleh yang telah berkuasa 33 tahun. Ia
melarikan diri pada November 2011 ke Arab Saudi, dan digantikan oleh
Mansur Hadi. Namun, tahun 2012, Saleh kembali ke Yaman dan dilindungi
oleh Mansur Hadi. Anak Saleh, Jenderal Ahmed Ali, bahkan tetap memiliki
kekuasaan penting di militer. Dalam situasi ini, Al Qaida melakukan
aksi-aksi pengeboman, termasuk mengebom istana kepresidenan, menambah
kacau situasi di Yaman.
Singkat kata, pasca keberhasilan rakyat menggulingkan Saleh, yang
berkuasa di Yaman adalah elit-elit lama, termasuk anasir Al Qaida.
Faksi-faksi yang banyak berjuang dalam upaya penggulingan Saleh justru
disingkirkan, termasuk suku Houthi (gerakan Ansarullah). Ini memunculkan
ketidakpuasan rakyat yang semula berharap terjadinya reformasi.
Gerakan Ansarullah bahkan berhasil menggalang demo besar-besaran
(rakyat umum, tidak sebatas suku Houthi) sejak Agustus 2014, menuntut
diturunkannya harga BBM dan dilakukannya reformasi politik. Menyusul
aksi demo ini, Perdana Menteri Salim Basindwa mundur dari jabatannya dan
Presiden Mansur Hadi bersedia menandatangani perjanjian dengan
Ansarullah, yang isinya Mansur bersedia membentuk pemerintahan baru
dengan melibatkan Ansarullah dan semua partai politik yang ada.
Perjanjian ini menandai semakin meluasnya pengaruh Ansarullah (Syiah
Houthi) di pusat kekuasaan Yaman. Namun kemudian, Mansur Hadi memilih
lari ke Arab Saudi dan meminta bantuan militer dari Saudi. Sejak 26
Maret 2015, Arab Saudi dibantu negara-negara Teluk dan Israel, serta
didukung oleh AS membombardir Yaman.
Kesimpulan saya, suku Houthi (Ansarullah) hanyalah
satu dari sekian banyak aktor yang terlibat konflik di Yaman dan awalnya
tidak dominan. Yaman sejak awal telah dilanda konflik internal yang
ruwet, melibatkan sangat banyak suku, ‘aliran agama’, kelompok bisnis,
dan dinasti/keluarga (yang saya tulis di atas hanya ringkasan saja).
Namun, kesolidan dan strategi Ansarullah dalam membangkitkan kekuatan
rakyat tertindas rupanya berhasil membawa mereka naik ke permukaan
melawan dominasi elit yang berkuasa selama 37 tahun terakhir. Dan
‘gara-gara’ kelompok ini bermazhab Syiah, dengan segera isu yang
dimainkan adalah isu mazhab.
Namun yang perlu dicatat, lihat lagi peta di awal tulisan ini, potensi ekonomi dan geopolitik yang sangat besarlah yang menjadi pivotal factor bagi negara-negara kuat untuk menggelontorkan dana sangat besar untuk membiayai faksi-faksi yang berseteru di Yaman.
Aktor asing terkuat di Yaman, tentu saja AS, yang sejak 2001
menggelontorkan ratusan juta dollar (triliunan rupiah) untuk rezim
Saleh. AS juga menginvestasi dana dan perlengkapan militer tercanggihnya
di Pulau Socotra. Di saat yang sama, AS meraup untung besar dari
perdagangan senjata ke negara-negara Arab dan Teluk. Kemudian ketika
pemerintahan boneka terbentuk, perusahaan-perusahaan AS pula yang
dipastikan akan mendapatkan berbagai kontrak infrastruktur dan minyak
(seperti yang terjadi di Libya dan Irak).[ditulis oleh Dina Y. Sulaeman untuk http://www.ic-mes.org]
Ada
apa dengan Yaman? Sebaiknya kita lihat dulu petanya. Di peta terlihat
bahwa Yaman berbatasan darat dengan Arab Saudi, dan menguasai perairan
strategis Bab el…
Berita
tentang 16 WNI yang “hilang” di Turki dan dicurigai bergabung dengan
ISIS, membuat saya teringat pada tulisan William Blum (penulis buku
“Demokrasi, Ekspor AS…
Saat
berdiskusi dengan seorang dosen filologi, saya jadi sadar betapa
berharganya naskah kuno bagi sebuah bangsa. Bahkan eksistensi bangsa itu
bisa terjaga bila naskah kunonya…
Tanpa
saya duga, surat terbuka saya yang saya tulis dengan penuh rasa hormat
pada Ust Arifin Ilham (karena saya suka pada amalan-amalan dzikir),
menyebar cukup…
Yang
saya hormati, Ustadz Arifin Ilham, Assalamualaikum ww. Perkenalkan,
saya Dina Y. Sulaeman, seorang ibu rumah tangga biasa, yang senang
belajar dan menulis. Kecintaan saya…
Ada Apa dengan Arab Saudi?
“Aku merasa takjub ketika dibawa berobat ke Mekkah. Ketika di Yaman,
di depan pintu rumah selalu ada 4 orang penjaga. Meski demikian, kita
masih saja belum merasa aman di sana. Tidak siang, tidak pula malam.
Di Mekkah, beberapa malam aku menginap di Hotel Darul Azhar. Di sana,
setiap kali aku tidur, lalu aku keluar tengah malam ke Masjidil Haram
dan sendirian, aku merasakan kenikmatan, kelapangan, dan kelezatan yang
tidak ada tandingannya sama sekali.
Kaluar malam, sendirian -walhamdulillah-, perg ke Masjidil Haram dan
melakukan tawaf, shalat serta duduk di sana selama yang aku ingini,
setelah itu aku pulang ke rumah.
Keadaan aman seperti itu -yang tidak
kurasakan di negeri sendiri- sebenarnya karena keistiqomahan mereka,
pihak penguasa dan rakyat Arab Saudi, di atas al-Qur’an dan Sunnah
Rosululloh shollallohu alayhi wasallam.”
(asy-Syaikh Muqbil bin Hadi al-Wadi’i rohimahulloh)
Asy-Syaikh Muhammad Umar Bazmul hafidzahulloh, Dosen Aqidah
Universitas Ummul Quro, Mekkah, Saudi Arabi, menyatakan keistimewaan
negeri Saudi Arabia ini: 1. Kiblat kaum muslimin, baitullah, rumah Alloh yang pertama kali
dibangun di muka bumi ini, ada di Arab Saudi. Hal ini terekam pada Surah
al-Imran: 96 2. Madinah, tempat orang-orang berhijrah kepada Rosululloh
shollallohu alayhi waaallam pada masanya, juga sekaligus benteng
keimanan kaum muslimin, ada si Arab Saudi juga. Ini termaktub pada
Hadits Bukhori, kitab al-Hajj no. 1876 3. Setiap bela negara dimana pun dilarang, kecuali di Kerajaan Arab
Saudi. Sebab di dalam membela negara ini terkandung pula pembelaan
terhadap agama. 4. Di wilayah kerajaan Arab Saudi inilah, Rosululloh telah melarang
kaum musyrikin untuk bermukim dan membangun tempat peribadatab mereka. 5. Undang-Undang Kerajaan Arab Saudi satu-satuunya undang-undang
negara yang berlandaskan al-Quran dan as-Sunnah berdasarkan pemahaman
salaf. 5. Di Arab Saudi terdapat para ulama yang menjadi penawar dahaga umat ini. 6. Di negeri Arab Saudi ini berdiam bangsa yang hanya ridho kepada
Islam, loyal kepada raja mereka, juga pemerintah dan negara mereka.
(Disadur dari pengantar Haqiqah Manhaj al Mamlakah al Arabiyah as Su’udiyah)
NUBUAT IMAM ALI BIN ABI THALIB AS TENTANG BANGSA DAN NEGARA ARAB DI AKHIR ZAMAN
Nubuat Imam Ali bin Abi Thalib as tentang Bangsa dan Negara Arab di Akhir Zaman!
M3
Sebelum saya mulai mengutip nubuat Imam Ali as yang fenomenal ini
tentang kondisi bangsa dan negara-negara Arab di Akhir Zaman, maka ada
yang perlu kita garis bawahi terlebih dulu dan mengapa saya hanya fokus
kepada bangsa dan negara-negara Arab yang lokasi geografisnya terletak
di Peninsula Arabia atau lebih dikenal dengan nama Hijaz.
Perlu kita pahami bersama bahwa pada era Imam Ali as, peta Timur
Tengah seperti yang kita kenal pada zaman kita sekarang belum terbentuk.
Pada saat ini, bangsa dan negara-negara Arab sudah sedemikian meluas
dan besar hingga ke Maroko di wilayah paling Timur benua Afrika Utara,
kemudian di wilayah Afrika Tengah atau Selatan Mesir, seperti Somalia,
Sudan, Djibouti dan wilayah timur, yaitu Irak.
Walaupun demikian, kita juga tahu bahwa sebagian dari negara-negara
yang saat ini sudah resmi menjadi bangsa Arab, sejatinya pada era dulu
bukanlah bangsa yang secara biologis keturunan Arab atau Bani Ismail.
Tapi mereka adalah bangsa ajam (non-Arab) yang sejak era penyebaran
Islam purba dan pada periode-periode selanjutnya secara resmi telah
mengadopsi bahasa dan budaya Arab ke dalam sistem kebangsaan mereka,
seperti bangsa Mesir, Berber, Palestina, Syria, Irak dan seterusnya.
Dominasi keturunan bangsa Arab di wilayah-wilayah ini sejak era
penyebaran Islam pada akhirnya telah semakin kuat dan bercampur dengan
kultur lokal dari bangsa-bangsa tersebut.
Oleh sebab itu, penjelasan sekilas ini penting dipahami karena
tujuannya untuk memberikan gambaran umum kepada kita semua bahwa pada
saat Imam Ali as menyampaikan nubuatnya ini, maka tentu yang dimaksud
oleh beliau pertama kali adalah keturunan Ibrahim yang berasal dari Bani
Ismail, atau yang lebih dikenal dengan bangsa Arab di wilayah Hijaz.
Namun tidak menutup kemungkinan juga bahwa nubuat yang Imam Ali as
sampaikan ini bisa meliputi seluruh bangsa dan negara-negara Arab yang
kita kenal dengan sebutan Timur Tengah pada zaman sekarang. Artinya,
meskipun nubuat ini bisa tertuju bagi seluruh bangsa dan negara-negara
Arab yag kita kenal sekarang, maka pada saat yang sama, kita juga tidak
mungkin mengecualikan wilayah Semenanjung Arabia yang justru menjadi
sentra Timur Tengah di zaman kita sekarang dan tentu saja pada saat Imam
Ali as menyampaikan nubuat-nubuatnya tersebut.
Atas pertimbangan inilah saya fokuskan muatan-muatan nubuat Imam Ali
as ini terlebih dulu kepada “jantung” wilayah Timur Tengah yang berada
di Peninsula Arabia yang saat ini terdiri dari beberapa negara, seperti
Yaman, Saudi Arabia, Kuwait, Uni Emirat Arab, Bahrain, Qatar dan Oman.
Terkait dengan Yaman yang merupakan wilayah bangsa Arab di Selatan
Semenanjung Arabia, maka sudah maklum kepada kita semua bahwa Syam dan
Yaman adalah dua wilayah di Timur Tengah yang pernah mendapat doa
keselamatan dari Rasulullah saww, seperti pada hadis yang pernah
disampaikan oleh Nabi saww sebagai berikut:
Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Al Mutsanna yang berkata
telah menceritakan kepada kami Husain bin Hasan yang berkata telah
menceritakan kepada kami Ibnu ‘Aun dari Nafi’ dari Ibnu Umar yang
berkata [Nabi shallallahu ‘alaihi wa Aalihi wasallam] bersabda “Ya Allah
berilah keberkatan kepada kami, pada Syam kami dan pada Yaman kami”. Para sahabat berkata “dan juga Najd kami?”.
Beliau bersabda “disana muncul kegoncangan dan fitnah, dan disanalah
akan muncul tanduk setan” [Shahih Bukhari 2/33 no 1037]
Terkait tentang Syam, tentu terlepas dari tanggung jawab analisa kita
kali ini, meski seperti saya katakan di atas tadi bahwa nubuat Imam Ali
as ini bisa saja diterapkan secara umum ke seluruh wilayah Timur Tengah
yang terbentang dari Maroko sampai Irak dan dari Syam hingga Yaman.
Akan tetapi, seperti yang artikel ini ingin ungkapkan secara khusus
bahwa sentra Timur Tengah pada saat Imam Ali as menyampaikan nubuatnya,
bahkan hingga saat kita sekarang adalah wilayah Hijaz atau yang lebih
dikenal dengan nama Semenanjung Arabia.
Dalam kesempatan ini juga, saya juga tidak akan membodoh-bodohi diri
saya sendiri atau menghabiskan waktu untuk menjelaskan dimana wilayah
Najd berada, karena hanya orang-orang yang “gagap-geografi” saja yang
tidak bisa menemukan dimana Najd itu berada dan apa saja sejarah Najd
sejak awal abad 19? Namun bila anda termasuk di antara orang-orang
tersebut (God Forbid!) dan masih mencari-cari dimana wilayah
Najd itu di muka bumi ini, maka banyak artikel yang terkait dengan
wilayah Najd yang bisa dijadikan referensi pembahasan anda.
1. Sejarah Wilayah Najd dan Para Amirnya.
2. Sejarah Kerajaan Najd dan Hijaz.
3. Sejarah Kerajaan Najd dan Hasa.
4. Sejarah Najd.
Kesimpulannya, nubuat Imam Ali as ini sejatinya mesti pertama kali
terkait dengan bangsa dan negara-negara Arab yang berada di wilayah
semenanjung Arabia terlebih dulu sebelum ingin dilihat melampaui scope
tersebut. Pada saat nubuat Imam Ali as dituangkan, maka Anda akan bisa
memahami alasan-alasannya.
Walhasil dengan mengecualikan wilayah Syam dan Yaman atas dasar
keberadaan doa Nabi saww pada hadis di atas, maka wilayah yang tersisa
di Semenanjung Arabia adalah Najd yang menjadi
sentra asal-muasal dan juga induk kekuasaan Kerajaan Saudi Arabia sejak
awal berdirinya dan juga keberadaan beberapa negara-negara Arab kecil
di sekitarnya selain Saudi Arabia, yaitu: Kuwait, Bahrain, Qatar, Uni
Emirat Arab dan Oman. Di Era sekarang, negara-negara Arab ini lebih
akrabnya disebut sebagai negara-negara Teluk dan telah membentuk
persekutuan “keluarga” bersama yang disebut Gulf Cooperation Council alias GCC.
Hadis Tentang Kemunculan Tanduk Setan di Najd!
Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Al Mutsanna yang berkata
telah menceritakan kepada kami Husain bin Hasan yang berkata telah
menceritakan kepada kami Ibnu ‘Aun dari Nafi’ dari Ibnu Umar yang
berkata [Nabi shallallahu ‘alaihi wa Aalihi wasallam] bersabda “Ya Allah
berilah keberkatan kepada kami, pada Syam kami dan pada Yaman kami”. Para sahabat berkata “dan juga Najdkami?”.
Beliau bersabda “disana muncul kegoncangan dan fitnah, dan disanalah
akan muncul tanduk setan” [Shahih Bukhari 2/33 no 1037]
Hadis Tentang Kemunculan Kelompok dari Bani Tamim yang menyimpangkan Islam
Diriwayatkan dari Abu Said Al-Khudri Ra berkata: “Saat Rasulullah
saww sedang membagi-bagikan ghanimah (rampasan perang), datanglah
seseorang dari Bani Tamim dengan pakaian yang pendek (bagian bawahnya),
di antara kedua matanya ada tanda bekas sujud yang menghitam, lalu ia
berkata: “Berbuat adillah wahai Rasulullah!”
Rasulullah Saw bersabda: “Celakalah engkau, siapa yang akan berbuat
adil jika aku tidak berbuat adil? Maka engkau akan binasa dan rugi jika
aku sendiri tidak berlaku adil.” Lalu Rasulullah Saww bersabda: “Akan datang suatu kaum kelak seperti
dia, baik perkataannya, tapi buruk kelakuannya. Mereka adalah
seburuk-buruk makhluk. Mereka mengajak kepada Kitabullah, tetapi mereka
sendiri tidak mengambil darinya sedikitpun. Mereka membaca Al Quran, tetapi tidak melebihi kerongkongannya.
Kalian akan mendapatkan bacaan Al-Qur’an mereka lebih baik dari kalian
dan shalat dan puasa mereka lebih baik dari kalian. Mereka akan melesat
meninggalkan Islan sebagaimana anak panah melesat dari busurnya. Mereka
mencukur kepala serta mencukur kumisnya, pakaian mereka hanya sebatas
setengah betis mereka.” Setelah Rasulullah Saww menjelaskan ciri-ciri
mereka, Rasulullah Saww bersabda: “Mereka akan membunuh para pemeluk
Islam dan melindungi penyembah berhala!”
[Diriwayatkan dalam kitab: Bukhari fi kitab dad’ al-khalq Bab “Alamah
An-Nubuwwah”, An-Nisai’ fi khasa-is hal 43, 44, Muslim fi Kitab
Az-Zakah Bab At-Tahdzir Min Zinah Ad-Dun-ya, Musnad Imam Ahmad juz I hal
78, 88, 91)
Nubuat Imam Ali as di dalam Kitab al-Jafr tentang kondisi bangsa dan
negara-negara Arab ini sungguh luar biasa! Karena gambaran nubuat yang
Imam Ali as beritakan sudah semakin searah dengan apa yang Nabi saww
sendiri peringatkan kepada umatnya. Bahkan realitanya dengan kondisi
kita di zaman sekarang sudah kian tampak sebagai kenyataan yang
selayaknya menjadi fokus dan perhatian bagi kita sebagai Umat Nabi
Muhammad saww.
Berikut ini saya akan mulai mengutip nubuat Imam Ali as tentang
kondisi bangsa dan negara-negara Arab di Akhir Zaman. Imam Ali as
bersabda:
“Sungguh sangat aneh, tetapi bagiku tiada yang lebih aneh dari
kelompok-kelompok kecil Arab. Berbagai macam dalih mereka termasuk soal
agama mereka. Mereka tidak mengikuti jejak Nabi saww, tidak mencontoh
perbuatan seorang wali (imam), tidak mengimani yang gaib dan
tidak memaafkan kesalahan. Para penguasa hanya mengenal hukum yang
berlaku dan tidak mentolerir kebenaran suatu perkataan, kecuali orang
yang dirahmati Allah.
Kemungkaran adalah apa yang mereka ingkari dan pendapat adalah
menurut apa yang mereka katakan. Mereka menghimpun pasukan dari
kaum-kaum mereka dan dengan pasukan itu mereka menghantam kaum-kaum
mereka sendiri. Setiap orang dari mereka adalah pemimpin bagi dirinya
sendiri. Fitnah-fitnah seperti bagian-bagian malam yang gulita, menimpa
dan mengendalikan mereka, sampai sebagian mereka dilanda kematian yang
mengerikan, sebagian ditimpa busung lapar dan sebagian lagi dilanda
bahan bakar (kobaran api) yang tidak kunjung padam. Lahir generasi buruk
yang tidak diturunkan hujan oleh Allah …
Sebagian mereka (bangsa Arab) meludahi wajah sebagian yang lain.
Lidah mereka menjadi api bagi yang lain di tengah kelemahan yang
tersebar, menyenangkan hati Israel dan pemimpinnya…”
Kemudian Imam Ali as kembali bersabda:
“… Mereka berjalan di belakang si pendusta Israel, dan di antara
mereka adalah para pemimpin kesesatan dan para penyeru kepada neraka.
Para raja dan amir yang menjadikan mereka para penguasa, menaiki
kendaraan mereka. Bersama merekalah para kepala (pemimpin) ini makan
dunia… Di zaman mereka, Masjid Al-Aqsha terabaikan … Setiap daerah
terjadi perselisihan besar. Darah membanjiri Tanah Suci Allah secara
merata. Bangsa Timur dan bangsa Barat bersiteru, termasuk penduduk
Kiblat (bisa jadi maksud khususnya adalah warga Mekah dan umumnya adalah Kaum Muslimin–M3).
Umat manusia ditimpa rasa takut oleh sebuah kekuatan yang dahsyat.
Mereka larut dalam kondisi demikian, sampai ada penyeru dari langit.
Maka apabila ada penyeru mereka berhamburan.
Demi Allah, aku seolah melihat ia (al-Mahdi) di antara rukun dan
maqam, membaiat orang-orang dengan perkara baru,pemerintahan baru,
keputusan baru, dan langkah baru. Ia sangat keras terhadap bangsa Arab…”
—– oOo —–
Demikianlah sedikit dari kutipan Nubuat Imam Ali bin Abi Thalib as
dari Kitab al-jafr. Nubuat di atas dikutip dari buku Ramalan Akhir Zaman
Imam Ali bin Abi Thalib as – Kondisi Akhir Zaman &
Peristiwa-Peristiwa yang Terjadi, karya Sayyid Ali Asyur, edisi bahasa
Indonesia. Penerbit Zahra, 2012.
Gedung, Logo & Emblem Kemiliteran, Keamanan, Kesehatan dan Keamanan Kerajaan Saudi Arabia
Wahabi adalah Khawarijnya umat ini dan mereka kelak akan bersama DAJJAL
Wahabi itu adalah mazhab plintir sana plintir sini dan akhirnya mereka akan diplintir bersama DAJJAL
Segera saja kita terbitkan buku saku dan dibagikan gratis bahwa
sebuah kajian ilmiyah tentang WAHABI kelak akan menjadi pengikut DAJJAL Slogan kembali kepada Kitabullah adalah jargon
mereka untuk menipu umat seperti yg disebutkan dalam beberapa hadis dan
sesungguhnya WAHABI adalah ajaran bathil berkedok TAUHID
Terhadap Wahabi yang berdalih mereka bukan pengikut Dajjal karena
Dajjal tak bisa masuk Madinah, ini jawabnya: Meski Dajjal tidak bisa
memasuki kota Madinah, namun para pengikutnya yang terdiri dari orang2
kafir dan munafik bisa. Saat guncangan 3x, pengikut Dajjal ini akan
keluar dari Madinah.
Dari Anas r.a., katanya: “Rasulullah s.a.w. bersabda: “Tiada suatu
negeripun melainkan akan diinjak oleh Dajjal, kecuali hanya Makkah dan
Madinah yang tidak. Tiada suatu lorongpun dari lorong-lorong Makkah dan
Madinah itu, melainkan di situ ada para malaikat yang berbaris rapat
untuk melindunginya. Kemudian Dajjal itu turunlah di suatu tanah yang
berpasir -di luar Madinah- lalu kota Madinah bergoncanglah sebanyak tiga
goncangan dan dari goncangan-goncangan itu Allah akan mengeluarkan akan
setiap orang kafir dan munafik.” (Riwayat Muslim)
Soal Dajjal, banyak orang pada akhirnya akan sangat lalai
memperhatikannya. Manusia akan lupa siapa Dajjal, yang mana sosok ini
dulu umat Islam pernah sangat mengenalnya lewat ciri-ci-cirinya. Ya
benar, kita sudah mengenal Dajjal, karena Nabi Muhammad shollallahu
’alaih wa sallam jauh-jauh hari, bahkan sejak 1.400 tahun yang lalu
sudah memperkenalkan Dajjal kepada ummatnya. Bahwa Dajjal adalah sebagai
sosok buta sebelah matanya, dan penyebar fitnah yang paling dahsyat di
muka bumi yang akan muncul di akhir zaman.
Fitnah Dajjal sebenarnya merupakan rangkaian fitnah yang sejak lama
ada, disebarkan melalui fitnah yang terjadi di antara manusia yang telah
diperdaya oleh hawa nafsunya sendiri. Bahkan Nabi saw memperingatkan
bahwa kelompok umat Nabi Muhammad yang tidak hanyut dalam pusaran fitnah
sesama manusia akan selamat pula dari fitnah Dajjal di akhir zaman.
Rangkaian segala fitnah yang pernah ada di dunia saling berkaitan dari
zaman ke zaman dan akan hadir mengkondisikan dunia semakin
gonjang-ganjing menghadapi fitnah Dajjal.
Suatu ketika ihwal Dajjal disebutkan di hadapan Rasulullah
shallallahu ’alaih wa sallam kemudian beliau bersabda: ”Sungguh fitnah
yang terjadi di antara kalian lebih aku takuti dari fitnah Dajjal, dan
tiada seseorang yang dapat selamat dari rangkaian fitnah sebelum fitnah
Dajjal melainkan akan selamat pula darinya (Dajjal), dan tiada fitnah
yang dibuat sejak adanya dunia ini – baik kecil ataupun besar – kecuali
untuk fitnah Dajjal.” (HR. Ahmad 22215)
“Allah tidak menurunkan ke muka bumi fitnah yang lebih besar dari fitnah Dajjal.” (HR. Thabrani 1672)
Justeru ketika kebanyakan manusia telah lalai dan tidak peduli akan
Dajjal, kemunculan Dajjal sebagai “sosok jasmani” yang mengaku Tuhan
sungguh mengagumkan bagi kebanyakan manusia. Terlebih Dajjal memiliki
kemampuan yang luar biasa, sanggup menciptakan, mematikan dan
menghidupkan, bahkan di tangan kanannya mempertontonkan kenikmatan surga
dan tangan kirinya ada intimidasi dan horror sangat menakutkan bagi
manusia yaitu neraka. Semuanya untuk menebar fitnah dan kekacauan akhir
zaman. Pada saat itu manusia lupa akan pengetahuan tentang sosok Dajjal
yang pernah dikenalnya, sedemikian rupa sehingga bila ada yang
memperingatkan soal Dajjal, maka mereka mentertawakannya dan sinis
cenderung menganggapnya sekedar mitos atau legenda. Maka betapa manusia
terlena dan terpedaya oleh Dajjal.
لَا يَخْرُجُ الدَّجَّالُ حَتَّى يَذْهَلَ النَّاسُ عَنْ ذِكْرِهِ وَحَتَّى تَتْرُكَ الْأَئِمَّةُ ذِكْرَهُ عَلَى الْمَنَابِرِ
“Dajjal tidak akan muncul sehingga sekalian manusia telah lupa untuk
mengingatnya dan sehingga para Imam tidak lagi menyebut-nyebutnya di
atas mimbar-mimbar.” (HR. Ahmad 16073)
Nah…. Siapakah sebenarnya Dajjal? Siapa kelak yang akan menjadi
pengikut Dajjal sehingga terpedaya masuk ke surga Dajjal? Dan apakah
Dajjal itu seorang manusia, ataukah dia termasuk makhluk setan atau jin,
ataukah raksasa sehingga di tangannya terdapat surga dan neraka? Untuk
lebih jelasnya marilah kita simak kajian ilmiyah soal Dajjal yang
dipresentasikan oleh utadz Ibnu Abdillah Al Katiby.
DATA MENGEJUTKAN : WAHABI ADALAH PENGIKUT DAJJAL KELAK
Oleh; Ibnu Abdillah Al Katiby
Kemunculan Dajjal merupakan puncak dari munculnya fitnah paling besar
dan mengerikan di muka bumi ini bagi umat manusia khususnya umat
Muslim. Kemunculannya di akhir zaman, di masa imam Mahdi dan Nabi Isa
‘alaihis salam, akan banyak mempengaruhi besar bagi umat muslim sehingga
banyak yang mengikutinya kecuali orang-orang yang Allah jaga dari
fitnahnya.
Dalam hadits disebutkan :
قام رسول الله صلى الله عليه و سلم في الناس فأثنى على الله بما هو أهله،
ثم ذكر الدجال فقال: ” إني لأنذركموه، وما من نبي إلا وقد أنذر قومه
“ Rasulullah shallahu ‘alaihi wa sallam berdiri di hadapan manusia
dan memuji keagungan Allah, kemudianbeliau menyebutkan Dajjal lalu
mengatakan : “ Sesungguhnya aku memperingatkan kalian akan dajjal, tidak
ada satu pun seorang nabi, kecuali telah memperingatkan umatnya akan
dajjal “. (HR. Bukhari : 6705)
Dalam hadits lain, Nabi bersabda :
ليس من بلد إلا سيطؤه الدجال
“ Tidak ada satu pun negeri, kecuali akan didatangi oleh dajjal “. (HR. Bukhari : 1782)
Pada kesempatan ini, saya tidak menjelaskan sepak terjang dajjal,
namun saya akan sedikit membahas sebagian kaum yang menjadi pengikut
dajjal. Dan kali ini, saya tidak mengungkap semua kaum yang mengikuti
dajjal, namun saya akan menyinggung satu persoalan yang cukup menarik
yang telah diinformasikan oleh nabi bahwa ada kelompok umatnya yang akan
menjadi pengikut setia dajjal, padahal sebelumnya mereka ahli ibadah
bahkan ibadah mereka melebihi ibadah umat Nabi Muhammad lainnya, mereka
rajin membaca al-Quran, sering membawakan hadits Nabi, bahkan mengajak
kembali pada al-Quran. Namun pada akhirnya mereka menjadi pengikut
dajjal, apa yang menyebabkan mereka terpengaruh oleh dajjal dan menjadi
pengikut setianya ? simak uraiannya berikut :
Nabi shallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
إنَّ مِن بعْدِي مِنْ أُمَّتِي قَوْمًا يَقْرَؤُنَ اْلقُرآنَ لاَ يُجَاوِزُ
حَلاَقِمَهُمْ يَقْتُلُوْنَ أَهْلَ اْلإسْلاَمِ وَيَدَعُوْنَ أَهْلَ
اْلأَوْثَانِ، يَمْرُقُوْنَ مِنَ اْلإسْلاَمِ كمَا يَمْرُقُ السَّهْمُ مَنَ
الرَّمِيَّةِ، لَئِنْ أَدْرَكْتُهُمْ لَأَقْتُلَنَّهُمْ قَتْلَ عَادٍ
“ Sesungguhnya setelah wafatku kelak akan ada kaum yang pandai
membaca al-Quran tetapi tidak sampai melewati kerongkongan mereka.
Mereka membunuh orang Islam dan membiarkan penyembah berhala, mereka
lepas dari Islam seperti panah yang lepas dari busurnya seandainya
(usiaku panjang dan) menjumpai mereka (kelak), maka aku akan memerangi
mereka seperti memerangi (Nabi Hud) kepada kaum ‘Aad “.(HR. Abu Daud,
kitab Al-Adab bab Qitaalul Khawaarij : 4738)
“ Akan ada perselisihan dan perseteruan pada umatku, suatu kaum yang
memperbagus ucapan dan memperjelek perbuatan, mereka membaca Al-Quran
tetapi tidak melewati kerongkongan, mereka lepas dari Islam sebagaimana
anak panah lepas dari busurnya, mereka tidak akan kembali (pada Islam)
hingga panah itu kembali pada busurnya. Mereka seburuk-buruknya makhluk.
Beruntunglah orang yang membunuh mereka atau dibunuh mereka. Mereka
mengajak pada kitab Allah tetapi justru mereka tidak mendapat bagian
sedikitpun dari Al-Quran. Barangsiapa yang memerangi mereka, maka orang
yang memerangi lebih baik di sisi Allah dari mereka “, para sahabat
bertanya “ Wahai Rasul Allah, apa cirri khas mereka? Rasul menjawab “
Bercukur gundul “. (Sunan Abu Daud : 4765)
Nabi juga bersabda :
سَيَخْرُجُ فِي آخِرِ الزَّمانِ قَومٌ أَحْدَاثُ اْلأَسْنَانِ سُفَهَاءُ
اْلأَحْلاَمِ يَقُوْلُوْنَ قَوْلَ خَيْرِ الْبَرِيَّةِ يَقْرَؤُونَ
اْلقُرْآنَ لاَ يُجَاوِزُ حَنَاجِرَهُمْ يَمْرُقُوْنَ مِنَ الدِّيْنَ كَمَا
يَمْرُقُ السَّهْمُ مِنَ الرَّمِيَّةِ ، فَإذَا لَقِيْتُمُوْهُمْ
فَاقْتُلُوْهُمْ ، فَإِنَّ قَتْلَهُمْ أَجْراً لِمَنْ قَتَلَهُمْ عِنْدَ
اللهِ يَوْمَ اْلقِيَامَة
“ Akan keluar di akhir zaman, suatu kaum yang masih muda, berucap
dengan ucapan sbeaik-baik manusia (Hadits Nabi), membaca Al-Quran tetapi
tidak melewati kerongkongan mereka, mereka keluar dari agama Islam
sebagaimana anak panah meluncur dari busurnya, maka jika kalian berjumpa
dengan mereka, perangilah mereka, karena memerangi mereka menuai pahala
di sisi Allah kelak di hari kiamat “. (HR. Imam Bukhari 3342)
Dalam hadits lain Nabi bersabda :
“ Akan muncul sekelompok manusia dari arah Timur, yang membaca
al-Quran namun tidak melewati tenggorokan mereka. Tiap kali Qarn (kurun /
generasi) mereka putus, maka muncul generasi berikutnya hingga generasi
akhir mereka akan bersama dajjal “ (Diriwayatkan imam Thabrani di dalam
Al-Kabirnya, imam imam Abu Nu’aim di dalam Hilyahnya dan imam Ahmad di
dalam musnadnya)
Ketika sayyidina Ali dan para pengikutnya selesai berperang di Nahrawain, seseorang berkata :
الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي أَبَادَهُمْ وَأَرَاحَنَا مِنْهُمْ
“ Alhamdulillah yang telah membinasakan mereka dan mengistirahatkan kita dari mereka “, maka sayyidina Ali menyautinya :
كَلاَّ وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ إِنَّ مِنْهُمْ لَمَنْ هُوَ فِي
أَصْلاَبِ الرِّجَالِ لَمْ تَحْمِلْهُ النِّسَاءُ وَلِيَكُوْنَنَّ
آخِرَهُمْ مَعَ اْلمَسِيْحِ الدَّجَّال
“ Sungguh tidak demikian, demi jiwaku yang berada dalam
genggaman-Nya, sesungguhnya akan ada keturunan dari mereka yang masih
berada di sulbi-sulbi ayahnya dan kelak keturunan akhir mereka akan
bersama dajjal “.
Penjelasan :
Dalam hadits di atas Nabi menginformasikan pada kita bahwasanya akan
ada sekelompok manusia dari umat Nabi yang lepas dari agama Islam
sebagaimana lepasnya anak panah dari busurnya dengan sifat dan ciri-ciri
yang Nabi sebutkan dalam hadits-haditsnya di atas sebagai berikut :
1. Senantiasa membaca al-Quran, Namun kata Nabi bacaanya tidak sampai
melewati tenggorokannyaartinya tidak membawa bekas dalam hatinya.
2. Suka memerangi umat Islam.
3. Membiarkan orang-orang kafir.
4. Memperbagus ucapan, namun parkteknya buruk.
5. Selalu mengajak kembali pada al-Quran, namun sejatinya al-Quran berlepas darinya.
6. Bercukur gundul.
7. Berusia muda.
8. Lemahnya akal.
9. Kemunculannya di akhir zaman.
10. Generasi mereka akan terus berlanjut dan eksis hingga menjadi pengikut dajjal.
Jika kita mau mengkaji, meneliti dan merenungi data-data hadits di
atas dan melihat realita yang terjadi di tengah-tengah umat akhir zaman
ini, maka sungguh sifat dan cirri-ciri yang telah Nabi sebutkan di atas,
telah sesuai dengan kelompok yang selalu teriak lantang kembali pada
al-Quran dan hadits, kelompok yang senantiasa mempermaslahkan urusan
furu’iyyah ke tengah-tengah umat, kelompok yang mengaku mengikut manhaj
salaf, kelompok yang senantiasa membawakan hadits-hadits Nabi shallahu
‘alaihi wa sallam yaitu tidak ada lain adalah wahhabi yang sekarang
bermetomorfosis menjadi salafi.
Membaca al-Quran dan selalu membawakan hadist-hadits Nabi adalah
perbuatan baik dan mulia, namun kenapa Nabi menjadikan hal itu sebagai
tanda kaum yang telah keluar dari agama tersebut?? Tidak ada lain, agar
umat ini tidak tertipu dengan slogan dan perilaku mereka yang
seakan-akan membawa maslahat bagi agama Islam. Ciri mereka yang suka
memerangi umat Islam, tidak samar dan tidak diragukan lagi, sejarah
telah mencatat dan mengakui sejarah berdarah mereka di awal
kemuculannnya, ribuan umat Islam dari kalangan awam maupun ulamanya
telah menjadi korban berdarah mereka hanya karena melakukan amaliah yang
mereka anggap perbuatan syirik dan kufr dan dianggap telah menentang
dakwah mereka. Namun dengan musuh Islam yang sesungguhnya, justru mereka
biarkan bahkan hingga saat ini mereka akrab dengan kaum kafir, adakah
sejarahnya mereka memerangi kaum kafir??
Ciri berikutnya adalah memperbagus ucapan namun prakteknya buruk.
Mereka jika berbicara dengan lawannya selalu mengutarakan ayat-ayat
al-Quran dan hadits, namun ucapanya tersebut tidaklah dinyatakan dalam
prakteknya, kadang mereka membaca mushaf al-Quran pun sambil tiduran
tanpa ada adabnya sama sekali.
Ciri berikutnya adalah mereka senantiasa berkoar-koar kepada kaum
muslimin lainnya agar kembali pada al-Quran. Tanda mereka ini sangat
nyata dan kentara kita ketahui pada realita saat ini, kaum wahabi selalu
teriak kepada kaum muslimin untuk kembali pada Al-Quran. Ahlus sunnah
selalu mengajak pada Al-Quran karena ajaran mereka memang bersumber dari
Al-Quran, namun kenapa Allah menjadikan sifat ini sebagai tanda pada
kaum neo khawarij (wahabi) ini?? Sebab merekalah satu-satunya kelompok
yang dikenali di kalangan awam yang selalu teriak mengajak pada Al-Quran
sedangkan Al-Quran sendiri berlepas diri dari mereka.Sehingga hal ini
(yad’uuna ilaa kitabillah; mengajak kepada Al-Quran) menjadi tanda atas
kelompok ini bukan pada kelompok khawarij lainnya.
Tanda mereka adalah bercukur gundul. Hal ini menambah keyakinan kita
bahwa yang dimaksud oleh Nabi dalam tanda ini adalah tidak ada lain
kelompok wahabi. Tidak ada satu pun kelompok ahli bid’ah yang melakukan
kebiasaan dan melazimkan mencukur gundul selain kelompok wahabi ini,
mereka kelompok sesat lainnya hanya bercukur gundul pada saat ibadah
haji dan umrah saja sama seperti kaum muslimin Ahlus sunnah. Namun
kelompok wahabi ini menjadikan mencukur gundul ini suatu kelaziman bagi
pengikut mereka kapan pun dan dimana pun. Bercukur gundul ini pun telah
diakui oleh Tokoh mereka; Abdul Aziz bin Hamd (cucu Muhammad bin Abdul
Wahhab) dalam kitabnya Majmu’ah Ar-Rasaail wal masaail : 578.
Cirri berikutnya adalah berusia muda dan akalnya lemah. Mereka pada
umumnya masih berusia muda tetapi lemah akalnya, atau itu adalah sebuah
kalimat majaz yang bermakna orang-orang yang kurang berpengalaman atau
kurang berkompetensi dalam memahami Al Qur’an dan As Sunnah.
Subyektivitas dengan daya dukung pemaham yang lemah dalam memahaminya,
bahkan menafsiri ayat-ayat Al-Qur`an dengan mengedepankan fanatik dan
emosional golongan mereka sendiri.
Sebab-Sebab Manusia Jadi Pengikut Dajjal
Kemunculan kaum ( Wahabi ) ini ada di akhir zaman sebagaimana hadits
Nabi di atas, kemudian generasi mereka juga akan terus berlanjut hingga
generasi akhir mereka akan bersama dajjal menjadi pengikut setianya.
Namun apa yang menyebabkan mereka terpengaruh oleh dajjal dan menjadi
pengikut dajjal ??Berikut kajian dan analisa ilmiyyahnya :
Sebab pertama : Wahabi beraqidahkan tajsim dan tasybih.
Sudah maklum dalam kitab-kitab mereka bahwa mereka meyakini Allah
itu memiliki organ-organ tubuh seperti wajah, mata, mulut, hidung,
tangan, kaki, jari dan sebagainya, dan mereka mengatakan bahwa organ
tubuh Allah tidak seperti organ tubuh makhluk-Nya.
Mereka juga meyakini bahwa Allah bertempat yaitu di Arsy,
mereka juga memaknai istiwa dengan bersemayam dan duduk dan menyatakan
semayam dan duduknya Allah tidak seperti makhluk-Nya. Mereka meyakini
Allah turun ke langit dunia dari atas ke bawah di sepertiga malam
terakhir, dan meyakini bahwa ketika Allah turun maka Arsy kosong dari
Allah namun menurut pendapat kuat mereka Arsy tidak kosong dari Allah.
Sungguh mereka telah memasukkan Allah dalam permainan pikiran mereka
yang sakit itu. Dan lain sebagainya dari pensifatan mereka bahwa Allah
berjisim….
Nah, demikian juga dajjal, renungkanlah kisah dajjal
yang disebutkan oleh Nabi dalam hadts-hadits sahihnya,bahwasanya dajjal
itu berjisim, berorgan tubuh, memiliki batasan, dia berjalan secara
hakikatnya, dia turun secara hakikatnya, dia berlari kecil secara
hakikatnya, dia memiliki kaki secara hakikat, memiliki tangan secara
hakikat, memiliki mata secara hakikat, memiliki wajah secara hakikat dan
lain sebagainya..dan tidak ada lain yang menyebabkan mereka mengakui
dajjal sebagai tuhannya kecuali karena berlebihannya mereka di dalam
menetapkan sifat-sifat Allah tersebut dan memperdalam makna-maknanya
hingga sampai pada derajat tajsim.
Perhatikan dan renungkan sabda Nabi shallahu ‘alaihi wa sallam berikut :
إني حدثتكم عن الدجال، حتى خشيت أن لا تعقلوا ، إن المسيح الدجال قصير أفحج
، جعد أعور ، مطموس العين ، ليست بناتئة ، ولا جحراء ، فإن التبس عليكم ،
فاعلموا أن ربكم ليس بأعور
“ Sesungguhnya aku ceritkan pada kalian tentang dajjal, karena aku
khawatir kalian tidak bisa mengenalinya, sesungguhnya dajjal itu pendek
lagi congkak, ranbutnya keriting (kribo), matanya buta sebelah dan tidak
menonjol dan cengkung, jika kalian masih samar, maka ketahuilah
sesungguhnya Tuhan kalian tidaklah buta sebelah matanya “. (HR. Abu
Dawud)
Nabi benar-benar khawatir umatnya tidak bisa mengenali dajjal, dan
Nabi menyebutkan cirri-ciri dajjal yang semuanya itu bermuara pada
jisim, dan menyebutkan aib-aib yang disepakati oleh kaum musyabbih dan
sunni yang mutanazzih, namun kaum musyabbihah (wahabi-salafi) sangat
mendominasi pada pemikiran tajsimnya sehingga bagi mereka Allah Maha
melakukan apapun, dan Allah maha Mampu atas segala sesuatu, bahkan
menurut mereka kemampuan Allah memungkinkan berkaitan dengan perkara
yang mustahil bagi-Nya yang seharusnya kita sucikan, sehingga berkatalah
sebagian mereka : Bahwa Allah jika berkehendak untuk bersemayam di
punggung nyamuk, maka Allah pun akan bersemayam di atasnya. Naudzu
billahi min dzaalik..
Sebab kedua : Tidak adanya pehamahan mereka tentang perkara-perkara di luar kebiasaan (khawariqul ‘aadah) atau disebut karomah.
Realita yang ada saat ini, kaum wahhabi-salafi tidak pernah membicarakan
tentang khawariqul ‘aadah atau karomah, bahkan mereka mengingkari
karomah-karomah para wali Allah yang disebutkan oleh para ulama hafidz
hadits seperti al-Hafidz Abu Nu’aim dalam kitab hilyahnya, imam Khatib
al-Baghdadi dalam kitab Tarikhnya dan lainnya, bahkan mereka memvonis
kafir kepada sebagian para wali Allah yang mayoritas ahli tasawwuf.
Mereka tidak bisa mencerna karomah-karomah para wali yang ada sehingga
tidak mempercayai imdadaat ruhiyyah (perkara luar biasa yang bersifat
ruh) yang Allah berlakukan di tangan para wali-Nya yang bertaqwa sebagai
kemuliaan Allah atas mereka.
Sedangkan dajjal akan datang dengan kesaktian-kesaktian yang lebih
hebat dan luar biasa sebagai fitnah bagi orang yang Allah kehendaki,
menumbuhkan tanah yang kering, menurunkan hujan, memunculkan harta
duniawi, emas, permata, menghidupkan orang yang mati dan lain
sebagainya, sedangkan kaum wahhabi tidak perneh membicarakan khawariqul
‘aadat semacam itu, sehingg akal mereka tidak mampu membenarkannya, oleh
sebab itu ketika dajjal muncul dengan membawa khowariqul ‘aadat semacam
itu disertai pengakuan rububiyyahnya, maka bagi wahabi, dajjal itu
adalah Allah karena wahabi tidak mengathui sama sekali tentang
khowariqul ‘aadat yang Allah jalankan atas seorang dari golongan
manusia.
Mereka pun tidak mampu membedakan antara pelaku secara hakikatnya dan
semata-semata sebab / perantaranya, maka bercampurlah pemahaman mereka
antara kekhususan sang pencipta dengan makhluk-Nya. Seandainya mereka
mengetahui bahwa apa yang terjadi dari khowariqul ‘aadat hanyalah
semata-mata dari qudrah Allah, dan manusia hanyalah perantara, maka
wahabi tidak akan heran atas apa yang dilakukan dajjal. Dan seandainya
kaum wahabi bertafakkur atas khowariqul ‘aadat yang terjadi dari para
Nabi dan wali, maka wahabi tidak akan terkena fitnah oleh khowariqul
‘aadat yang terjadi dari dajjal sebagai bentuk istidraajnya.
Yang membedakan khowariqul ‘aadat yang terjadi atas para Nabi dan
dajjal adalah bahwa para nabi memperoleh hal itu sebagai penguat
kebenaran yang mereka serukan, sedangkan dajjal memperoleh hal itu
sebagai fitnah atas seseorang yang mengaku rububiyyah, perkara hal itu
sama-sama perkara khowariqul ‘aadat (perkara luar biasa).
Sebab ketiga : Bermanhaj khowarij yakni keluar dari jama’ah muslimin dan mengkafirkan kaum muslimin.Nabi
shallahu ‘alaihi wa sallam mensifati pengikut dajjal bahwasanya mereka
adalah kaum khowarij,sebagaimana sebagian telah dijelaskan di awal :
يَخْرُجُ نَاسٌ مِنَ اْلمَشْرِقِ يَقْرَؤُونَ اْلقُرْانَ لَا يُجَاوِزُ
تَرَاقِيَهُمْ كُلَّمَا قَطَعَ قَرْنٌ نَشَأَ قَرْنٌ حَتَّى يَكُوْنَ
آخِرُهُمْ مَعَ اْلمَسِيْخِ الدَّجَّالِ
“ Akan muncul sekelompok manusia dari arah Timur, yang membaca
al-Quran namun tidak melewati tenggorokan mereka. Tiap kali Qarn ( kurun
/ generasi ) mereka putus, maka muncul generasi berikutnya hingga
generasi akhir mereka akan bersama dajjal “ (Diriwayatkan imam Thabrani
di dalam Al-Kabirnya, imam imam Abu Nu’aim di dalam Hilyahnya dan imam
Ahmad di dalam musnadnya).
Arah Timur yang Nabi maksud tidak ada lain adalah arah Timur kota
Madinah yaitu Najd sebab Nabi shallahu ‘alaihi wa sallam telah
menspesifikasikan letak posisinya yaitu tempat dimana ciri-ciri khas
penduduknya orang-orang yang memiliki banyak unta dan baduwi yang
berwatak keras dan berhati kasar dan tempat di mana menetapnya suku
Mudhar dan Rabi’ah, dan semua itu hanya ada di Najd Saudi Arabia,Nabi
bersabda :
مِنْ هَا هُنَا جَاءَتِ اْلفِتَنُ ، نَحْوَ اْلمَشْرِقِ ، وَاْلجَفَاءُ
وَغِلَظُ اْلقُلوْبِ فيِ اْلفَدَّادِينَ أَهْلُ اْلوَبَرِ ، عِنْدَ
أُصُوْلِ أَذْنَابِ اْلإِبِلِ وَاْلَبقَرِ ،فِي رَبِيْعَةْ وَمُضَرً
“Dari sinilah fitnah-fitnah akan bermunculan, dari arah Timur, dan
sifat kasar juga kerasnya hati pada orang-orang yang sibuk mengurus onta
dan sapi, kaum Baduwi yaitu pada kaum Rabi’ah dan Mudhar “.(HR.
Bukhari)
Maka kaum wahhabi-salafi ini adalah regenerasi dari kaum khowarij
pertama di masa Nabi dan sahabat, perbedaaanya kaum khowarij pertama
bermanhaj mu’aththilah (membatalkan sifat-sifat Allah), sedangkankaum
neo khowarij (wahhabi) ini bermanhaj tajsim dan taysbih. Walaupun
berbeda, namun sama-sama menyimpang dari aqidah Islam, dan Allah merubah
manhaj mereka dari kejelekan menuju manhaj yang lebih jelek lagi
sebagai balasan atas kedhaliman dan kesombongan yang memenuhi hati
mereka. Atas manhaj tajsim mereka inilah menjadi penyebab wahhabi mudah
terpengaruh oleh dajjal, sedangkan khowarij terdahulu jika masih ada yg
mengikuti manhaj ta’thilnya tidak mungkin terpengaruh oleh dajjal, sebab
sangat anti terhadap sifat-sifat Allah, mereka mensucikan Allah dari
sifat gerak, pindah, bersemayam, diam, duduk, turun dan sebagainya
bahkan mereka membatalkan sifat-sifat wajib Allah.
Ummat
Islam banyak yang tidak suka saat mereka difitnah sebagai Ahlul Bid’ah,
Sesat, Penyembah Kuburan, Musyrik, bahkan kafir oleh Wahabi. Bahkan ada
yang dibunuh. Oleh karena itu mereka balik mngkritik Wahabi. Ada pun
Wahabi yang menamakan dirinya macam-macam dari Muwahidun, Salafi, Ahlus
Sunnah (Tanpa kata Jama’ah) justru marah. Mereka merasa mereka dan
syeikh mereka, Muhammad bin Abdul Wahhab yang lahir di Najd difitnah
oleh “Musuh-musuh Islam.”
Siapakah yang benar? Nabi menyebut Najd, tempat kelahiran pendiri
Wahabi sebagai tempat fitnah. Ini hadits-haditsnya. Silahkan baca dengan
seksama. Bebaskan diri anda dari taqlid. Gunakan akal pikiran anda
untuk memahaminya. Jika pun bertanya pada ulama, jangan tanya pada
kelompok anda saja. Tanya pada Jumhur Ulama agar tak tersesat:
Ibnu Umar berkata, “Nabi berdoa, ‘Ya Allah, berkahilah kami pada
negeri Syam dan Yaman kami.’ Mereka berkata, Terhadap Najd kami.’ Beliau
berdoa, ‘Ya Allah, berkahilah Syam dan Yaman kami.’ Mereka berkata,
‘Dan Najd kami.’ Beliau berdoa, ‘Ya Allah, berkahilah kami pada negeri
Syam. Ya Allah, berkahilah kami pada negeri Yaman.’ Maka, saya mengira
beliau bersabda pada kali yang ketiga, ‘Di sana terdapat
kegoncangan-kegoncangan (gempa bumi), fitnah-fitnah, dan di sana pula
munculnya tanduk setan.’” [HR Bukhari]
Pada hadits di atas disebut ada orang Najd yang meminta Nabi agar
memberkahi Najd. Saat itu dakwah Nabi belum mencapai Iraq. Selain itu
ucapan Nabi tentang tanduk setan (قرن / qorn) itu sesuai dengan miqat
haji orang-orang Najd di QORN yang artinya TANDUK. Jelaslah bahwa Najd
yang disebut Nabi adalah Najd yang kita kenal sekarang. Bukan Iraq! Jika
pun orang Iraq yang hadir, tentu mereka minta agar IRAQ yang diberkati.
Bukan Najd!
Hadis riwayat Ibnu Umar ra.:
Bahwa ia mendengar Rasulullah saw. bersabda sambil menghadap ke arah
timur: Ketahuilah, sesungguhnya fitnah akan terjadi di sana! Ketahuilah,
sesungguhnya fitnah akan terjadi di sana. Yaitu tempat muncul tanduk
setan. (Shahih Muslim No.5167)
Posisi Nabi saat hadits yang menyebut tempat fitnah ada di sebelah
TIMUR dan tempat MATAHARI TERBIT adalah di MADINAH. Kita harus paham
dasar-dasar ilmu Geografi atau Ilmu Bumi agar bisa paham. Madinah dan
Riyadh (Najd) letaknya sejajar sekitar 24 derajad lintang utara.
Sementara Kufah / Najaf terletak di 32 derajad lintang utara. 8 derajad
lebih utara dari kota Madinah. Sebagai perbandingan, Amman, Yordania
yang ada di utara Madinah sejajar dengan Kufah yaitu di 32 derajad
lintang utara. Matahari itu paling tinggi posisinya berada di 23,5
derajad lintang utara pada tanggal 21 Juni sebelum akhirnya bergerak ke
selatan. Jadi matahari terbit di Madinah itu posisinya dari arah Najd
yang persis ada di sebelah timur Madinah. Tidak mungkin dari Iraq yang
ada di utara Madinah.
Dari sini kita paham bahwa Najd yang dimaksud adalah Najd sekarang
yang memang ada tepat di sebelah timur Madinah. Bukan Iraq yang berada
di utara.
Anda bisa melihat berbagai peta kota Madinah, Najd, dan Iraq baik
dari segi topografi sehingga paham daerah yang tinggi (Najd) dan yang
rendah (bukan Najd), serta tempat yang di timur kota Madinah itu apa.
حدثنا عبد الله ثنا أبي ثنا أبو سعيد مولى بنى هاشم ثنا عقبة بن أبي
الصهباء ثنا سالم عن عبد الله بن عمر قال صلى رسول الله صلى الله عليه و
سلم الفجر ثم سلم فاستقبل مطلع الشمس فقال ألا ان الفتنة ههنا ألا ان
الفتنة ههنا حيث يطلع قرن الشيطان
Telah menceritakan kepada kami ‘Abdullah yang menceritakan kepada
kami ayahku yang berkata telah menceritakan kepada kami Abu Sa’id mawla
bani hasyim yang berkata telah menceritakan kepada kami Uqbah bin Abi
Shahba’ yang berkata telah menceritakan kepada kami Salim dari ‘Abdullah
bin Umar yang berkata Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
mengerjakan shalat fajar kemudian mengucapkan salam dan menghadap kearah
matahari terbit seraya bersabda “fitnah datang dari sini, fitnah datang
dari sini dari arah munculnya tanduk setan” [Musnad Ahmad 2/72 no 5410
dengan sanad shahih]
حدثنا محمد بن عبد الله بن عمار الموصلي قال حدثنا أبو هاشم محمد بن علي عن
المعافى عن أفلح بن حميد عن القاسم عن عائشة قالت وقَّت رسول الله صلى
الله عليه وسلم لأهل المدينة ذا الحُليفة ولأهل الشام ومصر الجحفة ولأهل
العراق ذات عرق ولأهل نجد قرناً ولأهل اليمن يلملم
Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin ‘Abdullah bin ‘Ammar Al
Maushulli yang berkata telah menceritakan kepada kami Abu Haasyim
Muhammad bin ‘Ali dari Al Mu’afiy dari Aflah bin Humaid dari Qasim dari
Aisyah yang berkata Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menetapkan
miqat bagi penduduk Madinah di Dzul Hulaifah, bagi penduduk Syam dan
Mesir di Juhfah, bagi penduduk Iraq di Dzatu ‘Irq, bagi penduduk Najd di
Qarn dan bagi penduduk Yaman di Yalamlam (Shahih Sunan Nasa’i no 2656)
Hadits Nabi di atas berulang-kali menyebut Tanduk Setan (Qorn
Syaithon). Dan Miqat Haji penduduk Najd di Qarn (Tanduk). Sementara
Miqat penduduk Iraq di Dzatu “Irq. Jelas bukan kalau Najd dan Iraq
adalah dua nama yang berbeda yang menunjukkan dua tempat yang berbeda.
Najd adalah Nejd, Najd dulu dan Najd sekarang adalah sama jadi tidak
bisa ditakwil-takwilkan bahwa Iraq adalah Najd. Tidak betul itu!
Berbagai hadits di atas tentang Najd sesungguhnya menunjukkan Najd itu
adalah Najd yang dikenal umum baik di zaman Nabi mau pun sekarang. Bukan
tempat lainnya sebagaimana ditafsirkan Ibnu Taimiyyah ada di Kufah.
Apalagi Najd yang dikenal di zaman Nabi di hadits tersebut disebut ada
di TIMUR kota Madinah dan tempat terbitnya matahari. Tak mungkin
penduduk Madinah melihat matahari terbit dari arah Kufah. Najd sekarang
pun memang selain di Timur Madinah juga merupakan dataran Tinggi (762
hingga 1.525 meter di atas permukaan laut). Di hadits Sunan Nasa’i no
2656 Nabi menyebutkan tempat miqat bagi penduduk Iraq dan penduduk Najd.
Jelas Iraq dan Najd adalah dua tempat yang berbeda.
Sebaliknya Kufah yang juga disebut An Najaf ternyata terletak di
dataran rendah di lembah sungai Efrat. Jadi tidak mungkin Ibnu Taimiyyah
berkata demikian. Bisa jadi ulama Wahabi memang suka mengubah-ubah
tulisan sebagaimana disinyalir oleh Syekh Idahram dan juga beberapa
ulama lainnya. Sehingga ada ulama yang bilang kalau beli kitab kuning
sebaiknya beli di Yaman atau Mesir. Jangan di Arab Saudi sebab sudah
dirubah-rubah oleh Wahabi.
Coba lihat peta Kufah (An Najaf) yang berada di daerah hijau (dataran rendah). Bukan kuning yang merupakan tanda dataran tinggi:
Apalagi Muhammad bin Abdul Wahab dikenal juga dengan Muhammad bin Abdul
Wahab An Najdi. Jadi bagaimana lagi mau berkelit atau
mentakwil-takwilkannya dengan cara lain sehingga Najd yang dimaksud Nabi
itu berbeda dengan Najd yang dikenal masyarakat Arab baik di zaman
dahulu atau pun sekarang?
Ada pernyataan kelompok Salafi Wahabi mengenai celaan terhadap kota
Najd yang merupakan tempat kelahiran pendiri paham Wahabi: Muhammad bin
Abdul Wahab. “Apa salahnya jika lahir di Najd? Apakah otomatis akan jadi
Khawarij/Sesat?”
Tidak salah memang. Apalagi jika memang orang tersebut memurnikan
ajaran Islam dengan memurnikan Tauhid dan menghidupkan Sunnah. Yang jadi
masalah adalah jika cara dakwahnya akhirnya menganggap sesat/kafir
sesama Muslim bahkan ulama apalagi sampai membunuh sesama Muslim
sehingga timbul Fitnah. Jika itu sampai terjadi, tentu orang tersebut
merupakan Khawarij pembuat Fitnah yang disebut Nabi berasal dari Najd di
sebelah timur kota Madinah (arah tempat terbitnya matahari di kota
Madinah).
Kalau kita kaji Al Qur’an dan Hadits dan Sejarah Muhammad bin Abdul
Wahhab, niscaya kita tahu bahwa perkataan dan perbuatan Muhammad bin
Abdul Wahhab itu bertentangan dengan Al Qur’an dan Hadits.
Coba lihat fitnah Muhammad bin Abdul Wahhab yang menuduh ummat Islam
(termasuk di Mekkah dan Madinah) lebih Musyrik daripada kaum Musyrik
penyembah berhala. Tersinggungkah anda jika difitnah sbg Musyrik?
Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab dalam kitabnya al-Qawa’id Arba’:
“Sesungguhnya kesyirikan pada zaman kita sekarang melebihi kesyirikan
umat yang lalu
Menyebut Muslim sebagai Musyrik sama dengan memfitnah Muslim sebagai
Murtad. Menurut Islam, hukuman bagi orang-orang Murtad adalah mati. Tak
heran jika Muhammad bin Abdul Wahhab dan pengikut-pengikutnya akhirnya
memerangi dan membunuh orang Islam di Thaif, Mekkah, Madinah, dsb.
“Mencela sesama muslim adalah kefasikan dan membunuhnya adalah kekufuran” (Bukhari no.46,48, muslim no. .64,97, Tirmidzi no.1906,2558, Nasa’I no.4036, 4037, Ibnu Majah no.68, Ahmad no.3465,3708)
“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu pergi (berperang) di
jalan Allah, maka telitilah dan janganlah kamu mengatakan kepada orang
yang mengucapkan “salam” kepadamu: “Kamu bukan seorang mukmin” (lalu
kamu membunuhnya), dengan maksud mencari harta benda kehidupan di dunia,
karena di sisi Allah ada harta yang banyak. Begitu jugalah keadaan kamu
dahulu, lalu Allah menganugerahkan nikmat-Nya atas kamu, maka
telitilah. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.”
[An Nisaa’ 94] Tiga perkara berasal dari iman: (1) Tidak mengkafirkan orang yang
mengucapkan“Laailaaha illallah” karena suatu dosa yang dilakukannya
atau mengeluarkannya dari Islam karena sesuatu perbuatan; (2) Jihad akan
terus berlangsung semenjak Allah mengutusku sampai pada saat yang
terakhir dari umat ini memerangi Dajjal tidak dapat dirubah oleh
kezaliman seorang zalim atau keadilan seorang yang adil; (3) Beriman
kepada takdir-takdir. (HR. Abu Dawud)
Jangan mengkafirkan orang yang shalat karena perbuatan dosanya
meskipun (pada kenyataannya) mereka melakukan dosa besar. Shalatlah di
belakang tiap imam dan berjihadlah bersama tiap penguasa. (HR.
Ath-Thabrani)
Baca selengkapnya di: http://media-islam.or.id/2012/02/07/larangan-mencaci-dan-membunuh-sesama-muslim/
Di situ juga disebut bagaimana MAW bekerjasama dengan Raja Arab guna memerangi musuhnya:
Selanjutnya, Syekh Muhammad bin Abdul Wahhab berkerjasama secara
sistematis dan saling menguntungkan dengan keluarga Saud untuk
menegakkan Islam. http://www.arrahmah.com/read/2011/11/22/16492-syekh-muhammad-bin-abdul-wahhab-pejuang-tauhid-yang-memurnikan-islam.html Padahal Nabi memerintahkan agar menjauhi para penguasa/raja: Rasulullah SAW. Beliau bersabda, ”Barang siapa tinggal di padang
pasir, ia kekeringan. Barang siapa mengikuti buruan ia lalai. Dan barang
siapa yang mendatangi pintu-pintu penguasa, maka ia terkena fitnah.”
(Riwayat Ahmad).
Apabila kamu melihat seorang ulama bergaul erat dengan penguasa maka ketahuilah bahwa dia adalah pencuri. (HR. Ad-Dailami)
Meski hadits diatas mencerca ulama yang bergaul-erat dengan penguasa,
pada dasarnya jika untuk memberi nasehat kebaikan tidak masalah. Tapi
jika justru memberi keburukan sehingga si Raja tersebut gemar berperang
membunuh sesama Muslim, niscaya itu tidak baik.
Keluarga Saud yang hampir seluruh kehidupanya terlibat dalam
PEPERANGAN dengan kepala-kepala suku lainnya selama 28 tahun, secara
perlahan namun pasti memasuki masa kejayaannya…
Keluarga Ibnu Saud, sebagai pendukung dan unsur utama garakan ini
segera menaklukkan hampir seluruh semenanjung Arab, termasuk kota-kota
suci Mekkah dan Madinah. Gerakan Wahabi ini akhirnya menjadi mazhab
fikih resmi keluarga Saudi yang berkuasa http://www.arrahmah.com/read/2011/11/22/16492-syekh-muhammad-bin-abdul-wahhab-pejuang-tauhid-yang-memurnikan-islam.html
Itu adalah tulisan dari website Wahabi, arrahmah.com.
Jika kita membacanya tidak dengan kritis/tidak pakai akal, niscaya kita
tidak paham. Tapi jika kita menggunakan akal, niscaya kita tahu kalau
Keluarga Saud yang hampir seluruh kehidupannya TERLIBAT PEPERANGAN dgn
“KEPALA SUKU” lain selama 28 TAHUN itu sebetulnya memerangi dan membunuh
orang-orang Islam. Boleh dikata sejak zaman Sahabat seluruh Jazirah
Arab itu sudah Islam. Kalau disebut perang dengan kepala suku, artinya
Ibnu Saud yang dibantu MBAW itu memerangi/membunuh ummat Islam di
jazirah Arab selama 28 tahun termasuk Mekkah dan Madinah yang mereka
“TAKLUKKAN”. Bahkan lebih karena diteruskan oleh penggantinya. Tidak ada
di situ disebut perang melawan Inggris.
Nabi itu utusan Allah. Beliau bicara tidak sembarangan. Tapi dari
Wahyu Allah. Banyak hadits tentang Fitnah (Pembunuhan) dari Najd. Baik
saat ada orang Najd datang ke Nabi, Najd dari arah Timur dan Najd dari
arah matahari terbit. Lintang Utara Madinah dgn Najd (mis: Riyadh)
sejajar=24 derajad lintang utara. Matahari paling utara di 23,5 derajad
lintang utara. Sementara Syams atau Iraq itu 32 derajad Lintang Utara
lebih. Baik Syams mau pun Iraq lebih dekat disebut Utara (Syimal)
ketimbang Timur.
Selain itu ada hadits Miqat orang Iraq di Zati ‘Irq sedang Najd di
Qorn.
Qorn ini artinya TANDUK. Identik dgn hadits tentang Qornus
Shaython. Tanduk Setan. Najd itu artinya tanah tinggi. Sesuai dgn Najd
yg tingginya sekitar 1000 meter di atas laut. Ada pun Iraq itu tanah
rendah. Kurang dari 50 meter.
Dajjal tidak bisa masuk Mekkah dan Madinah. Tapi pengikutnya bisa:
Hadis riwayat Anas bin Malik ra., ia berkata:
Rasulullah saw. bersabda: Tidak ada satu negeri yang tidak dimasuki
Dajjal, kecuali Mekah dan Madinah, dan tidak ada satu jalan di Madinah,
kecuali terdapat malaikat yang berbaris menjaganya. Maka Dajjal singgah
di daerah rawa, kemudian Madinah bergoncang tiga kali goncangan,
sehingga seluruh orang kafir dan munafik keluar dari sana menuju ke
tempat Dajjal. (Shahih Muslim No.5236)
Cuma ya terserah. Mau percaya syukur, tidak percaya juga silahkan. Peta ini insya Allah jelas bagi orang2 yg bertakwa
Silahkan baca juga:
Salafi Wahabi Memecah Belah Islam dari Dalam
Beberapa Kekeliruan Salafi Wahabi
Muhammad bin Abdul Wahhab: Mujaddid atau Fitnah dari Najd? http://bicarasalafy.wordpress.com/2011/03/11/dimanakah-masyriq-pada-hadis-fitnah-najd-rabiah-mudhar-ahlul-masyriq/
Membantah Salafy: Dimanakah Masyriq Pada Hadis Fitnah [Najd] : Rabiah Mudhar Ahlul Masyriq.
Posted by bicarasalafy pada Maret 11, 2011
Dimanakah Masyriq Pada Hadis Fitnah [Najd] : Rabiah Mudhar Ahlul Masyriq
SUMBER: Analisis Pencari Kebenaran
Dimanakah Masyriq Pada Hadis Fitnah [Najd] : Rabiah Mudhar Ahlul Masyriq
Tulisan ini bisa dibilang pengulangan yang disertai dengan sedikit
tambahan untuk membungkam para salafy berkaitan dengan hadis Najd.
Seperti yang kita ketahui bersama, salafy berkeras [bin ngotot] kalau
Najd yang dimaksud dalam hadis Fitnah Najd adalah Iraq bukannya Najd
yang ada di Jazirah Arab. Cara pendalilan mereka ini telah kami bahas
dan merupakan fallacy [sesat pikir] yang sangat nyata [bagi yang belum
membacanya maka silakan membaca beberapa tulisan kami tentang Najd].
Hadis Tanduk Setan Kontroversi Najd dan Irak
Analisis Hadis Tanduk Setan Najd Bukan Irak
Najd Bukan Irak Bantahan Bagi Salafy
Hadis Fitnah Timur : Najd حدثنا أبو بكر بن أبي شيبة حدثنا وكيع عن عكرمة بن عمار عن سالم عن ابن عمر
قال خرج رسول الله صلى الله عليه و سلم من بيت عائشة فقال رأس الكفر من
ههنا من حيث يطلع قرن الشيطان يعني المشرق
Telah menceritakan kepada kami Abu Bakar bin Abi Syaibah yang berkata
telah menceritakan kepada kami Waki’ dari Ikrimah bin ‘Ammar dari Salim
dari Ibnu Umar yang berkata “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
keluar dari pintu rumah Aisyah dan berkata “sumber kekafiran datang dari
sini dari arah munculnya tanduk setan yaitu timur [Shahih Muslim 4/2228
no 2905]
وحدثني حرملة بن يحيى أخبرنا ابن وهب أخبرني يونس عن ابن شهاب عن سالم بن
عبدالله عن أبيه أن رسول الله صلى الله عليه و سلم قال وهو مستقبل المشرق
ها إن الفتنة ههنا ها إن الفتنة ههنا ها إن الفتنة ههنا من حيث يطلع قرن
الشيطان
Telah menceritakan kepadaku Harmalah bin Yahya yang berkata telah
mengabarkan kepada kami Ibnu Wahb yang berkata telah mengabarkan
kepadaku Yunus dari Ibnu Syihab dari Salim bin ‘Abdullah dari ayahnya
bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berkata dan Beliau
menghadap kearah timur “fitnah datang dari sini, fitnah datang dari
sini, fitnah datang dari sini, dari arah munculnya tanduk setan” [Shahih
Muslim 4/2228 no 2905]
Kedua hadis di atas dengan jelas menyebutkan tentang masyriq [timur]
sebagai arah tempat datangnya fitnah atau arah munculnya tanduk setan.
Pertanyaannya adalah timur yang dimana?. Salafy mengatakan bahwa di masa
arab dahulu istilah timur barat sama halnya dengan istilah kanan kiri.
Artinya di sebelah kanan adalah timur dan disebelah kiri adalah barat.
Salafy menginginkan dengan pengertian tersebut maka arah timur yang
dimaksud tidak mesti tepat di timur arah mata angin sekarang. Syubhat
salafy ini terbantahkan dengan adanya berbagai hadis shahih yang
menunjukkan kalau arah timur yang dimaksud adalah arah matahari terbit.
Yaitu hadis berikut
حدثنا عبد الله ثنا أبي ثنا أبو سعيد مولى بنى هاشم ثنا عقبة بن أبي
الصهباء ثنا سالم عن عبد الله بن عمر قال صلى رسول الله صلى الله عليه و
سلم الفجر ثم سلم فاستقبل مطلع الشمس فقال ألا ان الفتنة ههنا ألا ان
الفتنة ههنا حيث يطلع قرن الشيطان
Telah menceritakan kepada kami ‘Abdullah yang menceritakan kepada
kami ayahku yang berkata telah menceritakan kepada kami Abu Sa’id mawla
bani hasyim yang berkata telah menceritakan kepada kami Uqbah bin Abi
Shahba’ yang berkata telah menceritakan kepada kami Salim dari ‘Abdullah
bin Umar yang berkata Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
mengerjakan shalat fajar kemudian mengucapkan salam dan menghadap kearah
matahari terbit seraya bersabda “fitnah datang dari sini, fitnah datang
dari sini dari arah munculnya tanduk setan” [Musnad Ahmad 2/72 no 5410
dengan sanad shahih]
حدثنا موسى بن هارون ثنا عبد الله بن محمد بوران نا الأسود بن عامر نا حماد
بن سلمة عن يحيى بن سعيد عن سالم عن بن عمر أن النبي صلى الله عليه و سلم
استقبل مطلع الشمس فقال من ها هنا يطلع قرن الشيطان وها هنا الفتن والزلازل
والفدادون وغلظ القلوب
Telah menceritakan kepada kami Musa bin Harun yang berkata telah
menceritakan kepada kami Abdullah bin Muhammad Fuuraan yang berkata
telah menceritakan kepada kami Aswad bin ‘Aamir yang berkata telah
menceritakan kepada kami Hammad bin Salamah dari Yahya bin Sa’id dari
Salim dari Ibnu Umar bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam menghadap
kearah matahari terbitseraya berkata “dari sini muncul tanduk setan,
dari sini muncul fitnah dan kegoncangan dan orang-orang yang bersuara
keras dan berhati kasar [Mu’jam Al Awsath Thabrani 8/74 no 8003 dengan
sanad shahih]
Tidak hanya soal arah yang dimaksud timur matahari terbit. Rasulullah
[shallallahu ‘alaihi wasallam] juga menyebutkan nama tempat yang
dimaksud yang sesuai dengan arah timur matahari terbit dari Madinah.
Tempat tersebut adalah Najd حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ الْمُثَنَّى قَالَ حَدَّثَنَا حُسَيْنُ بْنُ
الْحَسَنِ قَالَ حَدَّثَنَا ابْنُ عَوْنٍ عَنْ نَافِعٍ عَنْ ابْنِ عُمَرَ
قَالَ قَالَ اللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِي شَامِنَا وَفِي يَمَنِنَا قَالَ
قَالُوا وَفِي نَجْدِنَا قَالَ قَالَ اللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِي
شَامِنَا وَفِي يَمَنِنَا قَالَ قَالُوا وَفِي نَجْدِنَا قَالَ قَالَ
هُنَاكَ الزَّلَازِلُ وَالْفِتَنُ وَبِهَا يَطْلُعُ قَرْنُ الشَّيْطَانِ
Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Al Mutsanna yang berkata
telah menceritakan kepada kami Husain bin Hasan yang berkata telah
menceritakan kepada kami Ibnu ‘Aun dari Nafi’ dari Ibnu Umar yang
berkata [Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam] bersabda “Ya Allah berilah
keberkatan kepada kami, pada Syam kami dan pada Yaman kami”. Para
sahabat berkata “dan juga Najd kami?”. Beliau bersabda “disana muncul
kegoncangan dan fitnah, dan disanalah muncul tanduk setan” [Shahih
Bukhari 2/33 no 1037]
Najd disini bukanlah Iraq karena antara Najd dan Iraq hanya Najd yang
merupakan tempat dengan arah timur matahari terbit dari Madinah. Salafy
bisa saja berdalih kalau Iraq juga terletak di timur madinah dengan
alasan kanan Madinah adalah timur dan kiri Madinah adalah barat tetapi
dalih tersebut tertolak dengan penjelasan arah yang dimaksud adalah
timur matahari terbit. Irak tidak terletak pada arah timur matahari
terbit. Siapapun yang berada di Madinah dan menyaksikan arah terbitnya
matahari kemudian ia menelusuri jalan dengan arah tersebut maka ia akan
sampai di Najd bukan di Iraq.
Selain menunjukkan nama tempat tersebut, Rasulullah [shallallahu
‘alaihi wasallam] juga menyebutkan ciri-ciri orang atau penduduk di
tempat tersebut. Diantaranya Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam]
menyebutkan kalau orang-orang disana [tempat munculnya fitnah] adalah
orang yang berhati sombong dan angkuh termasuk pengembala unta atau
dikenal dengan sebutan Ahlul wabar.
حدثنا يحيى بن يحيى قال قرأت على مالك عن أبي الزناد عن الأعرج عن أبي
هريرة أن رسول الله صلى الله عليه و سلم قال رأس الكفر نحو الشرق والفخر
والخيلاء في أهل الخيل والإبل الفدادين أهل الوبر والسكينة في أهل الغنم
Telah menceritakan kepada kami Yahya bin Yahya yang berkata qara’tu
ala [aku membacakan kepada] Malik dari Abi Zanad dari Al A’raj dari Abu
Hurairah bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda “sumber
kekafiran datang dari timur, kesombongan dan keangkuhan adalah milik
orang-orang pengembala kuda dan unta Al Faddaadin Ahlul Wabar [arab
badui] dan kelembutan ada pada pengembala kambing [Shahih Muslim 1/71 no
52]
حدثنا عبدالله بن عبدالرحمن أخبرنا أبو اليمان عن شعيب عن الزهري حدثني
سعيد بن المسيب أن أبا هريرة قال سمعت النبي صلى الله عليه و سلم يقول جاء
أهل اليمن هم أرق أفئدة وأضعف قلوبا الإيمان يمان والحكمة يمانية السكينة
في أهل الغنم والفخر والخيلاء في الفدادين أهل الوبر قبل مطلع الشمس
Telah menceritakan kepada kami ‘Abdullah bin ‘Abdurrahman yang
berkata telah mengabarkan kepada kami Abul Yaman dari Syu’aib dari Az
Zuhri yang berkata telah mengabarkan kepadaku Sa’id bin Al Musayyab
bahwa Abu Hurairah berkata aku mendengar Nabi shallallahu ‘alaihi
wasallam bersabda “Penduduk Yaman datang, mereka bertingkah laku halus
dan berhati lembut iman di Yaman, hikmah di Yaman, kelembutan ada pada
penggembala kambing sedangkan kesombongan dan keangkuhan ada pada
orang-orang Faddadin Ahlul Wabar [arab badui] di arah terbitnya matahari
[Shahih Muslim 1/71 no 52]
Kedua hadis di atas menyebutkan tempat munculnya fitnah adalah tempat
pada arah timur matahari terbit dimana orang-orang disana dikenal
sebagai pengembala unta, orang yang berhati kasar sombong dan angkuh
yang merupakan tabiat kebanyakan dari ahlul wabar atau arab badui. Ahlul
wabar bisa diartikan sebagai orang arab badui karena tempat tinggal
mereka terbuat dari al wabr atau bulu. Di masa Nabi [shallallahu ‘alaihi
wasallam] Ahlul wabar tinggal di Najd.
Rabi’ah dan Mudhar Ahlul Masyriq
Selain menyebutkan ciri-ciri mereka, Rasulullah [shallallahu ‘alaihi
wasallam] juga menyebutkan kabilah mereka yang dikenal sebagai Rabiah
dan Mudhar. Rabi’ah dan Mudhar dikenal sebagai Ahlul Masyriq [penduduk
timur] di masa Nabi [shallallahu ‘alaihi wasallam]
حدثنا مسدد حدثنا يحيى عن إسماعيل قال حدثني قيس عن عقبة بن عمرو أبي مسعود
قال أشار رسول الله صلى الله عليه وسلم بيده نحو اليمن، فقال الإيمان يمان
هنا هنا، ألا إن القسوة وغلظ القلوب في الفدادين، عند أصول أذناب الإبل،
حيث يطلع قرنا الشيطان، في ربيعة ومضر
Telah menceritakan kepada kami Musaddad yang berkata telah
menceritakan kepada kami Yahya dari Isma’il yang berkata telah
menceritakan kepadaku Qais bin Uqbah bin Amru Abi Mas’ud yang berkata
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengisyaratkan tangannya kearah
Yaman dan berkata “Iman di Yaman disini dan kekerasan hati adalah milik
orang-orang Faddadin [arab badui atau pedalaman] yang sibuk dengan
unta-unta mereka dari arah munculnya tanduk setan [dari]Rabi’ah dan
Mudhar [Shahih Bukhari no 3126]
Dalil-dalil di atas hanya pengulangan dari tulisan kami sebelumnya
tetapi disini akan kami tambahkan sedikit dalil shahih kalau Rabiah dan
Mudhar adalah penduduk Masyriq [timur] di masa Nabi [shallallahu ‘alaihi
wasallam]. Berikut hadis yang memuat keterangan tentang Rabi’ah dan
Mudhar
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ بَشَّارٍ قَالَ حَدَّثَنَا غُنْدَرٌ قَالَ
حَدَّثَنَا شُعْبَةُ عَنْ أَبِي جَمْرَةَ قَالَ كُنْتُ أُتَرْجِمُ بَيْنَ
ابْنِ عَبَّاسٍ وَبَيْنَ النَّاسِ فَقَالَ إِنَّ وَفْدَ عَبْدِ الْقَيْسِ
أَتَوْا النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ مَنْ
الْوَفْدُ أَوْ مَنْ الْقَوْمُ قَالُوا رَبِيعَةُ فَقَالَ مَرْحَبًا
بِالْقَوْمِ أَوْ بِالْوَفْدِ غَيْرَ خَزَايَا وَلَا نَدَامَى قَالُوا
إِنَّا نَأْتِيكَ مِنْ شُقَّةٍ بَعِيدَةٍ وَبَيْنَنَا وَبَيْنَكَ هَذَا
الْحَيُّ مِنْ كُفَّارِ مُضَرَ وَلَا نَسْتَطِيعُ أَنْ نَأْتِيَكَ إِلَّا
فِي شَهْرٍ حَرَامٍ فَمُرْنَا بِأَمْرٍ نُخْبِرُ بِهِ مَنْ وَرَاءَنَا
نَدْخُلُ بِهِ الْجَنَّةَ فَأَمَرَهُمْ بِأَرْبَعٍ وَنَهَاهُمْ عَنْ
أَرْبَعٍ أَمَرَهُمْ بِالْإِيمَانِ بِاللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ وَحْدَهُ قَالَ
هَلْ تَدْرُونَ مَا الْإِيمَانُ بِاللَّهِ وَحْدَهُ قَالُوا اللَّهُ
وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ قَالَ شَهَادَةُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ
وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ وَإِقَامُ الصَّلَاةِ وَإِيتَاءُ
الزَّكَاةِ وَصَوْمُ رَمَضَانَ وَتُعْطُوا الْخُمُسَ مِنْ الْمَغْنَمِ
وَنَهَاهُمْ عَنْ الدُّبَّاءِ وَالْحَنْتَمِ وَالْمُزَفَّتِ قَالَ شُعْبَةُ
رُبَّمَا قَالَ النَّقِيرِ وَرُبَّمَا قَالَ الْمُقَيَّرِ قَالَ
احْفَظُوهُ وَأَخْبِرُوهُ مَنْ وَرَاءَكُمْ
Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Basyaar yang berkata
telah menceritakan kepada kami Ghundar yang berkata telah menceritakan
kepada kami Syu’bah dari Abi Jamrah yang berkata saya pernah menjadi
penterjemah antara Ibnu Abbas dan orang-orang. [Ibnu Abbas] berkata
“sesungguhnya delegasi [utusan] Abdul Qais pernah mendatangi Nabi
[shallallahu ‘alaihi wasallam]. Beliau [shallallahu ‘alaihi wasallam]
berkata “siapakah utusan itu atau kaum itu?”. [para sahabat] berkata
“Rabi’ah”. Beliau [shallallahu ‘alaihi wasallam] berkata “selamat datang
kaum atau utusan semoga tidak ada kesedihan dan penyesalan. Mereka
berkata “kami datang dari perjalanan jauh dan diantara tempat tinggal
kami dan tempat tinggal-Mu terdapat perkampungan kaum kafir Mudhar
sehingga kami tidak bisa datang kepadaMu kecuali pada bulan haram maka
perintahkanlah kepada kami perintah yang dapat kami ajarkan kepada
orang-orang di tempat kami dan karenanya kami dapat masuk surga. Maka
Nabi [shallallahu ‘alaihi wasallam] memerintahkan kepada mereka empat
hal dan melarang mereka empat hal, memerintahkan mereka untuk beriman
kepada Allah ‘azza wajalla satu-satunya. Beliau [shallallahu ‘alaihi
wasallam] berkata “tahukah kalian arti beriman kepada Allah
satu-satunya?”. Mereka berkata “Allah dan Rasul-Nya yang lebih
mengetahui”. Beliau [shallallahu ‘alaihi wasallam] berkata “bersaksi
bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah Rasulullah dan
mendirikan Shalat dan menunaikan zakat dan berpuasa di bulan ramadhan
dan memberikan seperlima [khumus] dari harta rampasan perang [ghanimah] .
Dan Nabi [shallallahu ‘alaihi wasallam] melarang mereka dari meminum Ad
Dubaa’ Al Hantam dan Al Muzaffat. Syu’bah berkata “terkadang Beliau
[shallallahu ‘alaihi wasallam] menyebutkan An Naqiir dan terkadang
berkata Muqayyir. Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam] berkata
“hafalkanlah itu dan kabarkanlah kepada orang-orang di tempat kalian”
[Shahih Bukhari 1/29 no 87]
Hadis di atas menjelaskan bahwa kabilah Abdul Qais adalah salah satu
dari Kabilah Rabi’ah dan diantara tempat tinggal mereka dan tempat
tinggal Nabi [shallallahu ‘alaihi wasallam] di madinah terdapat tempat
tinggal kabilah Mudhar [yang masih kafir]. Pertanyaannya siapakah
kabilah Abdul Qais ini dan dimana mereka tinggal. Terdapat dalil shahih
yang menyebutkan kalau Abdul Qais termasuk penduduk Masyriq [timur]
حدثنا أحمد قال حدثنا شباب قال حدثنا عون بن كهمس قال حدثنا هشام بن حسان
عن محمد بن سيرين عن أبي هريرة عن النبي قال خير أهل المشرق عبد القيس
Telah menceritakan kepada kami Ahmad yang berkata telah menceritakan
kepada kami Syabaab yang berkata telah menceritakan kepada kami ‘Aun bin
Kahmas yang berkata telah menceritakan kepada kami Hisyaam bin Hassaan
dari Muhammad bin Sirin dari Abu Hurairah dari Nabi [shallallahu ‘alaihi
wasallam] yang bersabda “penduduk Masyriq [timur] yang paling baik
adalah Abdul Qais” [Mu’jam Al Awsath Thabrani 2/171 no 1615]
Hadis ini sanadnya shahih diriwayatkan oleh para perawi yang terpercaya. Berikut adalah keterangan mengenai para perawinya
Ahmad syaikh [guru] Thabrani dalam sanad di atas adalah Ahmad bin
Husein bin Nashr Abu Ja’far Al ‘Askariy . Daruquthni menyatakan kalau
ia seorang yang tsiqat [Su’alat Hamzah 1/146 no 144]
Syabab adalah Khalifah bin Khayaath termasuk salah satu syaikh
[guru] Bukhari. Ibnu Adiy menyatakan ia hadisnya lurus shaduq. Ibnu
Hibban memasukkannya dalam Ats Tsiqat dan menyatakan ia mutqin. Maslamah
berkata “tidak ada masalah padanya” [At Tahdzib juz 3 no 304]. Adz
Dzahabi menyatakan ia shaduq [Al Kasyf no 1409]
‘Aun bin Kahmas adalah salah satu perawi Abu Dawud. Telah
meriwayatkan darinya jamaah tsiqat. Ahmad bin Hanbal berkata “tidak
dikenal”. Ibnu Hibban memasukkannya dalam Ats Tsiqat. Abu Dawud berkata
“tidak disampaikan kepadaku kecuali yang baik” [At Tahdzib juz 8 no
313]. Ibnu Hajar menyatakan ia maqbul tetapi dikoreksi dalam Tahrir At
Taqrib kalau ia seorang yang shaduq hasanul hadis [Tahrir Taqrib At
Thadzib no 5225]. Adz Dzahabi menyatakan “tsiqat” [Al Kasyf no 4319]
Hisyam bin Hassaan adalah perawi kutubus sittah yang dikenal tsiqat.
Ibnu Ma’in, Al Ijli, Ibnu Saad Ibnu Syahin, Utsman bin Abi Syaibah dan
Ibnu Hibban menyatakan tsiqat. Abu Hatim dan Ibnu Adiy berkata “shaduq”.
[At Tahdzib juz 11 no 75]. Ibnu Hajar menyatakan tsiqat dan termasuk
orang yang tsabit riwayatnya dari Ibnu Sirin [At Taqrib 2/266]
Muhammad bin Sirin adalah perawi kutubus sittah tabiin yang dikenal
tsiqat. Ibnu Hajar menyatakan ia tsiqat tsabit dan ahli ibadah [At
Taqrib 2/85]. Adz Dzahabi menyatakan ia tsiqat hujjah [Al Kasyf no 4898]
Hadis di atas menyebutkan kalau Rasulullah [shallallahu ‘alaihi
wasallam] menyebut Abdul Qais sebagai ahlul masyriq [penduduk timur]
yang paling baik. Apakah masyriq [timur] yang dimaksud?. Arah timur
manakah yang dimaksud?. Dimana sebenarnya tempat tinggal kabilah Abdul
Qais?. Perhatikan hadis berikut
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ الْمُثَنَّى قَالَ حَدَّثَنَا أَبُو عَامِرٍ
الْعَقَدِيُّ قَالَ حَدَّثَنَا إِبْرَاهِيمُ بْنُ طَهْمَانَ عَنْ أَبِي
جَمْرَةَ الضُّبَعِيِّ عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ أَنَّهُ قَالَ إِنَّ أَوَّلَ
جُمُعَةٍ جُمِّعَتْ بَعْدَ جُمُعَةٍ فِي مَسْجِدِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي مَسْجِدِ عَبْدِ الْقَيْسِ بِجُوَاثَى مِنْ
الْبَحْرَيْنِ
Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Mutsanna yang berkata
telah menceritakan kepada kami Abu ‘Aamir Al ‘Aqdiy yang berkata telah
menceritakan kepada kami Ibrahim bin Thahman dari Abi Jamrah Adh
Dhuba’iy dari Ibnu Abbas yang berkata “sesungguhnya shalat jum’at yang
pertama dilakukan setelah shalat jum’at di masjid Rasulullah
[shallallahu ‘alaihi wasallam] adalah di masjid kabilah Abdul Qais di
Juwatsa daerah Bahrain [Shahih Bukhari 2/5 no 892]
Jadi kabilah Abdul Qais yang termasuk salah satu kabilah Rabi’ah
tinggal di Bahrain. Dimanakah Bahrain?. Bahrain adalah kawasan yang
terletak di sebelah timur arah matahari terbit dari madinah. Kalau
Bahrain adalah tempat tinggal kabilah Abdul Qais maka dimanakah tempat
tinggal kafir Mudhar yang disebutkan dalam hadis Bukhari sebelumnya
terletak di antara madinah [tempat tinggal Nabi shallallahu ‘alaihi
wasallam] dan Bahrain [tempat tinggal Abdul Qais]. Jawabannya gampang,
ambil peta dan lihat tempat itu adalah Najd. أخبرنا عمر بن سعيد بن سنان قال أخبرنا أحمد بن أبي بكر عن مالك عن عبد
الله بن دينار عن ابن عمر أنه قال رأيت رسول الله صلى الله عليه و سلم يشير
نحو المشرق ويقول ( ها إن الفتنة ها هنا إن الفتنة ها هنا من حيث يطلع قرن
الشيطان ) قال أبو حاتم رضي الله عنه مشرق المدينة هو البحرين و مسيلمة
منها وخروجه كان أول حادث حدث في الإسلام
Telah mengabarkan kepada kami Umar bin Sa’id bin Sinaan yang berkata
telah mengabarkan kepada kami Ahmad bin Abu Bakar dari Malik dari
Abdullah bin Dinar dari Ibnu Umar yang berkata sesungguhnya aku melihat
Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam] mengarahkan tangannya kea rah
timur dan berkata “dari sini fitnah dari sini fitnah dari sini dari arah
munculnya tanduk setan”. Abu Hatim berkata “timur madinah adalah
Bahrain, Musailamah berasal darinya dan keluar darinya dialah yang
pertama membuat bid’ah dalam islam” [Shahih Ibnu Hibban 15/24 no 6648
Syaikh Al Arnauth berkata “shahih dengan syarat Bukhari Muslim]
Kawasan Bahrain dan sekitarnya termasuk Najd adalah kawasan yang di
masa Nabi [shallallahu ‘alaihi wasallam] dikenal sebagai masyriq [timur]
sehingga penduduknya Rabi’ah dan Mudhar disebut sebagai ahlul masyriq.
Jadi hadis fitnah yang katanya muncul dari arah timur matahari terbit
dari arah munculnya tanduk setan dari Rabiah dan Mudhar maka sangat
jelas tempat yang dimaksud adalah Najd sebagaimana yang tertera jelas
dalam hadis shahih.
Catatan : sedikit tentang Bahrain, dahulu Bahrain meliputi daerah
kawasan timur yaitu Ahsa, Qatif dan Awal. Sekarang Ahsa dan Qatif
menjadi bagian dari propinsi timur Arab Saudi dan Awal menjadi yang
sekarang dikenal sebagai kepulauan Bahrain. Jadi dahulu Bahrain itu
bersebelahan dengan Najd. Selengkapnya tentang Bahrain dapat dibaca
disini. Gambar dicomot dari Mbah Gugel blog-nya salafytobat http://jalansunnah.wordpress.com/2011/08/13/menuntaskan-fitnah-najd-sebagai-negeri-dua-tanduk-setan/
Menuntaskan Fitnah NAJD Sebagai Negeri Dua Tanduk Setan
Posted on Agustus 13, 2011 | 1 Komentar
“….katakanlah Najd yang dimaksud adalah Najd Hijaz dan diantara dua
tanduk Syaitan tersebut adalah Syaikh Muhammad ibn Abdul Wahhab
-rahimahullah- dengan ‘Wahhabi’nya… maka konsekuensi logisnya adalah
‘Wahhabi’ merupakan ‘Ajaran Syaitan’ dan pengikutnya adalah ‘Syaitan
Manusia’,
dan konsekuensi logisnya lagi adalah ‘Anti-Wahhabi’ meyakini bahwa
Haramain (Makkah & Madinah) telah dikuasai oleh ‘Syaitan’.Apakah ini
tidak bertentangan dengan sekian banyak dalil yang menyatakanbahwa
Syaitan tidak mampu memasuki Makkah dan Madinahyang merupakan benteng
terakhir Ummat Islam ?…..”
Dajjal tidak bisa masuk Mekkah dan Madinah. Tapi pengikutnya bisa:
Hadis riwayat Anas bin Malik ra., ia berkata:
Rasulullah saw. bersabda: Tidak ada satu negeri yang tidak dimasuki
Dajjal, kecuali Mekah dan Madinah, dan tidak ada satu jalan di Madinah,
kecuali terdapat malaikat yang berbaris menjaganya. Maka Dajjal singgah
di daerah rawa, kemudian Madinah bergoncang tiga kali goncangan,
sehingga seluruh orang kafir dan munafik keluar dari sana menuju ke
tempat Dajjal. (Shahih Muslim No.5236)
* * * Sumber :http://syaikhulislaam.wordpress.com/2011/02/21/fitnah-dari-timur/ http://kabarislam.wordpress.com/2012/01/16/najd-tempat-khawarijfitnah-di-najd-atau-di-iraq/ http://kaahil.wordpress.com/2011/08/08/kupas-tuntas-wahaby-nejd-saudi-arabia-hadits-fitnah-negeri-dua-tanduk-setan-%E2%80%9C-disana-muncul-kegoncangan-dan-fitnah-dan-disanalah-akan-muncul-tanduk-setan%E2%80%9D/ http://ummatipress.com/2013/01/07/miqat-haji-menyingkap-misteri-najd-dan-fitnah-qarn-tanduk-setan/
GUNDUL WAHHABI
Oleh Khoirul Hatifh Yhan Maulana
Fitnah DARI Timur.Wahabi berkilah Nejd di Irak?
Suruh menghubungkan Nejd Irak dengan Dongeng Rustum!!!
Wahabi membual tentang Rustum?
Suruh saja menghubungkan cerita itu dengan Irak!!!
Pasti tidak akan bisa. Andai seluruh Kitab Rekayasa Wahabi di seluruh
dunia dikumpulkan untuk membantahnya, atau seluruh syeikhnya mulai dari
barat hingga timur dikumpulkan untuk menjawabnya, TIDAK AKAN BISA
MENJAWABNYA.
Gundul Wahhabi
Yang jelas, anda pasti kena marah besar plus sumpah serapah Atau, disuruh beristighfar, bertaubat!!!
Jawaban? Jangan harap. Sampai kiamat tak akan ada jawabannya karena
kebenaran wahyu Allah tak mungkin dapat dibantah. Hadits Nabi saw tak
mungkin dapat dipatahkan!!! Supaya makin jelas, kali ini akan saya utarakan tentang satu
lagi ciri tanduk syaitan. Dalam hadits tanduk syetan, terdapat kalimat:
سيماهم التحليق
“tanda-tanda mereka adalah bercukur gundul”
Kok Wahabi gak gundul?
Ya kalo hari gini wahhabi mau bergundul-gundul ria, namanya bunuh diri, mbah…..
Ceritanya begini, mbah:
Dulu, Muhammad bin Abdul Wahab, tiap ada pemeluk baru masuk, langsung
disuruh cukur gundul. Alasannya, itu rambut masa kemusyrikan. Langsung
cukur habis alias gundul. Laki maupun perempuan. Plontos, men!
Suatu ketika, datang seorang wanita melabrak MBAW. “Kau telah
memerintahkan wanita untuk dicukur gundul. Tahukah kau bahwa rambut bagi
wanita bernilai seperti jenggot pada laki-laki arab? Mengapa tidak kau
cukur juga jenggot para laki2? Bukankah itu juga jenggot masa
kemusyrikan?”
Muhammad bin Abdul Wahhab langsung diam. Bingung, mbah………….! Nah,
sejak saat itu, acara pergundulan rambut musyrik mulai mereda. Dicancel
sedikit demi sedikit biar gak kentara. Sambil menjaga kewibawaan sang
syekh supaya gak kehilangan muka.
Mau lari dari hadits Nabi?! Eh, cucunya sendiri ngaku, Cucu Muhammad bin Abdul Wahhab, Abdul Aziz bin Hamd berkata:
الحلق هو العادة عندنا، ولا يتركه إلا السفهاء عندنا، فنهى عن ذلك نهي
تنزيه لا نهي تحريم سدا للذريعة؛ ولأن كفار زماننا لا يحلقون فصار في عدم
الحلق تشبها بهم. انتهى من مجموعة الرسائل والمسائل4/578
“Bercukur gundul adalah kebiasaan kami, hanya orang bodoh saja yang
enggan gundul. Tapi tidak bergundul juga gak apa-apa, tidak sampai
derajat haram. Orang-orang kafir di masa kita tidak bergundul. Maka
meninggalkan bergundul bisa menjadi tasyabbuh dengan mereka”. Majmu’ah
Rosail wal Masa’il juz 4 hal 578
Pada kesempatan lain, dia juga berkata, “Sesungguhnya yg dilarang itu mencukur sebagian dan membiarkan sebagian”.
Yang jelas, belum ada satu aliran sesatpun di muka bumi ini, yang menyuruh untuk bercukur gundul kecuali Wahabi.
Tahliq ini makin membuat bingung Wahabi dalam menghubungkan antara Timur (Irak), Rustum dan Tahliq.
Salam
Kelompok wahabi adalah kaki tangan dajjal
laknatullah….kerjaanya menghancurkan situs islam sehingga suatu saat
islam hanya dianggap agama dongeng karna gk ada bukti sejarahnya yg
menunjukkan islam itu ada….smia situs dan bukti sejarahnya dihancurin
kelompok wahabi dajjal dengan alasan syirik dan bid’ah sedangkan mereka
mengijinkan amerika bikin pangkalan di arab saudi ….ini dajjal yg sangat
nyata