Sabtu, 01 Mei 2021

......... Perang Dunia I meletus pada tahun 1914. Selama 4 tahun dunia banjir darah oleh tumbal peperangan. Peristiwa ini belum pernah terjadi dalam sejarah panjang ummat manusia, meskipun akan disusul dengan pertumpahan darah yang lebih mengerikan, yaitu terjadinya Perang Dunia II tahun 1945. Apakah akan menyusul perang dunia III, yang pasti akan lebih mengerikan? Wallahu a'lam.>>>> .......... Sekuensi peristiwa demi peristiwa sejarah sendiri telah menjadi jawaban jelas, yang sebelumnya merupakan teka-teki besar yang terjadi awal abad ini, hingga pecah perang Dunia I. Secara ringkas peristiwa itu telah mengakibatkan hal-hal berikut : 1) Menghilangnya sejumlah pemimpin besar yang berkepribadian reformis dari arena percaturan politik Eropa. 2) Dampak kuat yang mewarnai opini umum di Eropa, sehingga menjalar ke seluruh dunia. Adapun peristiwa-peristiwa di atas adalah 1) Terbunuhnya Raja Austria tahun 1899. 2) Pembunuhan Omirito, Raja Italia tahun 1900. 3) Pembunuhan William McKinley, Presiden Amerika yang ke 25 tahun 1901, yang kemudian diganti oleh Theodore Roosevelt dengan bergelar Roosevelt I. 4) Pembunuhan Prince Sergey, paman Czar sendiri tahun. 1905. 5) Pembunuhan Raja Portugal dan putra mahkotanya tahun 1908. 6) Peristiwa demi peristiwa itu disusul kemudian dengan pembunuhan putra mahkota kerajaan Austria bersama permaisurinya di kota Sarajevo Yugoslavia tahun 1914. ........ >>>> Perdana Menteri Inggris pada saat meletusnya Perang Dunia I adalah Herbert Henry Asquith. Ia adalah seorang politikus Inggris moderat yang disegani, lantaran kebijakan politiknya yang ditujukan untuk kepentingan nasional kerajaan Inggris. Ia terkenal sebagai Perdana Menteri Inggris yang sangat memusuhi gerakan Zionisme. >>> ..... Oleh sebab itu, Konspirasi bertekad untuk menumbangkannya, dan menggantinya dengan pasangan tiga serangkai, terdiri dari tokoh-tokoh loyal kepada organisasi Zionisme. Mereka adalah David Lloyd George, Arthur Balfour dan Winston Churchill. ..... >>> Kemudian Asquith digantikan oleh pemerintahan tiga serangkai, yaitu Lloyd George sebagai perdana menteri, Balfour sebagai menteri luar negeri, dan Churchill sebagai menteri pertahanan. Data seperti di atas juga dialami oleh penulis buku ini (Admiral William Guy Karr), yang ia sendiri adalah salah satu agen rahasia Inggris berpangkat admiral yang memiliki pengalaman khusus dalam dunia rahasia. Ia mengatakan : "Aku pernah bertugas dalam berbagai operasi sebagai perwira agen rahasia selama perang Dunia I. Aku merasa berkewajiban untuk mengatakan hakikat yang sebenarnya tentang ekor peristiwa menyedihkan yang menimpa ketiga perwira angkatan bersenjata Inggris tadi. Aku sangat terkejut dan hampir tidak percaya, ketika aku mendapat sebuah laporan mengenai klub itu dan keterlibatan ketiga perwira tersebut dalam sebuah pertikaian tajam. Mereka bertiga telah dicantumkan dalam catatan militer Inggris, bahwa mereka bertiga telah terbunuh dalam sebuah operasi militer, sedang wanita Australia tadi bersama sopirnya ditangkap dan ditahan selama masa perang. Ia dikeluarkan setelah perang usai tanpa diajukan ke pengadilan, dengan dalih berdasarkan undang- undang darurat perang kerajaan. ..... >>> Anggota parlemen yang telah membeberkan rahasia skandal itu tiba-tiba menghilang dari arena politik tanpa meninggalkan alasan sedikit pun. Datanglah giliranku pribadi, setelah aku bisa mengetahui secara mendalam tentang rahasia itu. Aku ditugaskan oleh pemerintah Lloyd George dalam operasi militer di kapal selam. Dengan kata lain, aku dimutasikan dari dinas inteligen ke bidang persenjataan kapal selam pada jajaran angkatan laut Inggris. Selama operasi, kami kehilangan 33% perwira yang bertugas. Aku termasuk salah satu orang yang selamat, berkat keajaiban belaka." >>>>> Zionisme mencekik Inggris 1. Rahasia di balik masalah Palestina Setelah Asquith dan pemerintahannya jatuh, Konspirasi bisa menempatkan Tiga Serangkai Lloyd George, Balfour dan Churchill untuk memerintah Inggris. Berubahlah perimbangan kekuatan dunia. Amerika tiba-tiba melibatkan diri dan memihak Inggris dalam perang melawan Jerman pada pertengahan tahun 1917, tiga tahun setelah perang pecah selama masa itu masing-masing pihak dalam keadaan seimbang. Amerika sebenarnya tidak punya kepentingan apa- apa dalam perang ini, meskipun negara itu harus mengorbankan ribuan putra terbaiknya, dan mengeluarkan jutaan dolar. Publik opini Amerika menunjukkan, bahwa mayoritas penduduknya menolak keterlibatan negaranya dalam perang itu. ......>>> Sebenarnya bangsa Amerika masih memandang bangsa Eropa, khususnya Inggris, dengan mata kebencian dan kewaspadaan. Mereka belum bisa melupakan perang melawan penjajah Inggris itu. Akan tetapi, di sana ada faktor baru, yaitu gerakan Zionisme yang sepenuhnya mengendalikan pemerintah Inggris, dan juga pengaruhnya yang sangat kuat di Amerika. ........ >>>>>>> Deklarasi Balfour Kita kembali kepada masalah hubungan pertama antara Rothschild dan Balfour. Tanggal 18 Juli 1917 Lord Rothschild yang mewakili cabang Rothschild and Brothers menulis surat kepada Balfour yang isinya : "Sesuai dengan pernyataan yang anda minta, kami menulis surat ini kepada Anda. Kalau Anda sudah mendapat wewenang tertulis dari pemerintah baginda Raja yang berisi pemberitahuan tentang pernyataan yang kami maksudkan kepada pemerintah, dan Anda sendiri menyambut baik tentang pernyataan itu, kami akan menyampaikannya kepada persatuan Gerakan Zionisme dalam sebuah pertemuan yang akan diadakan khusus untuk membicarakan masalah itu." Ttd. Lord Rothschild Adapun bunyi teks pernyataan yang diminta oleh Lord Rothschild, yang telah disetujui oleh pemerintah kerajaan Inggris adalah yang kelak menjadi deklarasi Balfour, yang isinya : 1) Pemerintah kerajaan Inggris menyetujui prinsip mengenai berdirinya sebuah negara nasional bagi bangsa Yahudi di bumi Palestina. 2) Pemerintah kerajaan Inggris akan mengupayakan dengan segala kepastian yang dimilikinya untuk mendukung tercapainya tujuan ini. Pemerintah kerajaan Inggris juga akan membicarakan cara dan sarana yang dibutuhkan oleh organisasi Zionisme untuk mewujudkan tujuan tersebut. >>>>>> Demikianlah sikap pemerintah kerajaan Inggris di bawah Perdana Menteri Lloyd George, yang diwakili oleh menteri luar negerinya Arthur George Balfour, yang bertekuk lutut tanpa syarat kepada arsiteknya. Bahkan pemerintah Inggris tidak menawar sama sekali persyaratan yang diajukan oleh Lord Rothschild dan kawan-kawannya dari organisasi Zionis. Bukti lain yang menunjukkan adanya hubungan pemerintah Lloyd George dengan tokoh-tokoh Zionis adalah disetujuinya tuntutan mereka yang lain. Yaitu tuntutan untuk memilih Lord Reading sebagai kepala perutusan ekonomi Inggris di Amerika Serikat. Padahal, Lord Reading itu tidak lain adalah seorang Yahudi yang menyamar. Nama aslinya adalah Sir Roefoss Isac, yaitu orang yang tersangkut skandal Marcony yang terkenal itu, sebelum mendapat gelar Lord ...... >>> ........ Di bawah ini adalah kutipan beberapa kalimat dari sebuah surat yang dikirim oleh Yacob Sheiff, seorang tokoh Yahudi yang mewakili perusahaan Cohen-Lobe di New York kepada salah seorang pimpinan organisasi Zionisme bernama Freedman pada bulan September 1917 sebagai berikut : "Saya benar-benar yakin sekarang, bahwa jaminan yang diberikan oleh Inggris, Amerika dan Perancis kepada kita telah memungkinkan dimulainya imigrasi besar-besaran bagi bangsa kita ke tanah Palestina. Jalan akan terbuka kelak untuk menempatkan jaminan dari negara-negara besar mengenai kemerdekaan bangsa kita, yaitu ketika bangsa kita di sana telah mencapai jumlah yang cukup untuk bisa dijadikan alasan bagi tuntutan seperti itu." ..... >>>>>> ......... Pada tanggal 28 Januari 1915 Perdana Menteri Asquith menulis dalam buku hariannya beberapa baris catatan berikut : "Saya menerima catatan khusus dari Herbert Samuel dengan judul Masa Depan Palestina. Dia menyangka, bahwa kami mampu menempatkan sebanyak 3 sampai 4 juta bangsa Yahudi Eropa di bumi Palestina. Gagasan semacam ini bagi kami seperti kumpulan cerita mengenai perang salib baru. Saya menunjukkan kebencianku terus perang terhadap program dan gagasan yang akan menambah beban tanggungjawab kami ..... dan seterusnya." Catatan tersebut menunjukkan bukti kuat mengenai sikap Asquith terhadap Zionisme dan Konspirasi internasional. .....>>>

 

YAHUDI MENGGENGGAM DUNIA

(BAGIAN III)

WILLIAM G. CARR 

VI. RAHASIA DI BALIK PERANG DUNIA I


A. Persiapan Perang

Perang Dunia I meletus pada tahun 1914. Selama 4 tahun dunia banjir darah

oleh tumbal peperangan. Peristiwa ini belum pernah terjadi dalam sejarah

panjang ummat manusia, meskipun akan disusul dengan pertumpahan darah

yang lebih mengerikan, yaitu terjadinya Perang Dunia II tahun 1945. Apakah

akan menyusul perang dunia III, yang pasti akan lebih mengerikan? Wallahu

a'lam.

Tidak ada salahnya untuk menyinggung kembali peristiwa yang telah sama-

sama kita maklumi, yang akan mengawali terjadinya Perang Dunia I. Di sana

terjadi perlombaan senjata yang belum pernah disaksikan oleh dunia

sebelumnya. Senjata mematikan telah membanjiri negara di seluruh dunia.

Kegiatan ini tentu mendatangkan uang besar-besaran bagi para pialang perang.

Dunia terbelah menjadi berbagai persekutuan, yang saling menghadapkan

senjata yang mereka miliki satu sama lain. Siapa yang merancang? Tidak lain

mereka itu adalah para sesepuh Yahudi, atau jerat-jerat maut dari balik layar.

Kenyataannya mereka bisa menentukan suhu situasi dunia pada saat itu. Dari

uraian terdahulu kita bisa menyimak, bagaimana para sesepuh Yahudi

mempersiapkan diri untuk menyambut abad ke 20. Mereka telah

mempersiapkan pemerintah negara-negara Erpoa, aliran politik yang

dianutnya, dan angkatan bersenjatanya telah dipersiapkan untuk menimbulkan

terjadinya perang, atau minimal untuk menerima pemikiran tentang perang itu.

Setelah itu, di satu sisi para sesepuh Yahudi membentuk opini umum Eropa

dan dunia pada umumnya. Lalu di sisi lain, mereka menindas pemimpin yang

berani menghadang jalan yang sedang ditempuh oleh Konspirasi. Para tokoh

itu adalah para pembaharu yang berpegang pada undang-undang yang sah di

negaranya, dan memiliki wibawa yang memungkinkan mereka menghalangi

program yang telah dirancang oleh Konspirasi. Apalagi jika tokoh-tokoh itu

secara terbuka menyatakan perang terhadap mereka, dan tidak bisa

digoyahkan dengan propaganda yang menyesatkan. Tokoh-tokoh seperti itulah

yang merupakan ancaman bagi Konspirasi.

Kita akan menyajikan krisis politik yang besar, dan pertikaian sekitar wilayah

jajahan pada awal abad ini, yang membuat kita bingung. Dengan adanya krisis

tersebut, dunia terbelah menjadi berbagai kelompok persekutuan dan blok-blok

yang memporak-porandakan Eropa. Masing-masing pihak siap menyerang

lawannya, seperti yang telah ditulis secara rinci oleh sejarah umum, atau yang

diajarkan di sekolah. Di sini, kita akan mengungkap dari sisi lain, yaitu dari sisi

analitis.

Sekuensi peristiwa demi peristiwa sejarah sendiri telah menjadi jawaban jelas,

yang sebelumnya merupakan teka-teki besar yang terjadi awal abad ini, hingga


80


pecah perang Dunia I. Secara ringkas peristiwa itu telah mengakibatkan hal-hal

berikut :

1) Menghilangnya sejumlah pemimpin besar yang berkepribadian reformis

dari arena percaturan politik Eropa.

2) Dampak kuat yang mewarnai opini umum di Eropa, sehingga menjalar ke

seluruh dunia.

Adapun peristiwa-peristiwa di atas adalah

1) Terbunuhnya Raja Austria tahun 1899.

2) Pembunuhan Omirito, Raja Italia tahun 1900.

3) Pembunuhan William McKinley, Presiden Amerika yang ke 25 tahun 1901,

yang kemudian diganti oleh Theodore Roosevelt dengan bergelar Roosevelt

I.

4) Pembunuhan Prince Sergey, paman Czar sendiri tahun. 1905.

5) Pembunuhan Raja Portugal dan putra mahkotanya tahun 1908.

6) Peristiwa demi peristiwa itu disusul kemudian dengan pembunuhan putra

mahkota kerajaan Austria bersama permaisurinya di kota Sarajevo

Yugoslavia tahun 1914.

Rentetan peristiwa itu sebenarnya mengungkapkan hakikat peristiwa itu

sendiri. Di sini kita bisa menganalisa sepintas tentang peristiwa itu, dan

sekuensi waktu kejadiannya, yang jelas tercium berbau rancangan terselubung,

serta perbedaan lokasi kejadian peristiwa itu secara geografis. Kita tidak akan

ragu lagi, bahwa peristiwa itu bukan terjadi hanya karena faktor kebetulan. Di

sana terdapat ulah tangan-tangan dari balik layar, yang bisa dirasakan dengan

jelas di berbagai tempat.

B. Perang dan Layar Politik

Perdana Menteri Inggris pada saat meletusnya Perang Dunia I adalah Herbert

Henry Asquith. Ia adalah seorang politikus Inggris moderat yang disegani,

lantaran kebijakan politiknya yang ditujukan untuk kepentingan nasional

kerajaan Inggris. Ia terkenal sebagai Perdana Menteri Inggris yang sangat

memusuhi gerakan Zionisme. Oleh sebab itu, Konspirasi bertekad untuk

menumbangkannya, dan menggantinya dengan pasangan tiga serangkai,

terdiri dari tokoh-tokoh loyal kepada organisasi Zionisme. Mereka adalah

David Lloyd George, Arthur Balfour dan Winston Churchill. Namun untuk

menumbangkan pemerintahan Asquith ternyata tidak mudah. Inggris masih

berada dalam keadaan perang, sehingga tidak ada kesempatan yang tepat

untuk mengadakan manuver politik secara wajar. Di samping itu, mengganti

kabinet di saat perang akan menimbulkan benturan keras, dan mencemarkan

opini umum Inggris yang punya semboyan "Do not change your horse during the

war" (jangan mengganti kudamu di saat perang). pihak Konspirasi tidak hanya

bertujuan mengganti Asquith beserta pemerintahannya, melainkan mengganti

badan-badan terpenting dalam struktur negara secara menyeluruh. Ini berarti

menghancurkan struktur lama dan menggantinya dengan struktur baru.


81


Roda Konspirasi berputar pelan penuh kewaspadaan. Gerakan di bawah tanah

diberitahu untuk menghancurkan struktur pemerintahan dan sosial yang ada,

sesuai dengan program yang diinstruksikan oleh Kekuatan Terselubung.

Mereka merintis jalan untuk mengantar Churchill, Balfour dan Lloyd George

menduduki tampuk kekuasaan. Senjata yang mereka pakai adalah sama,

seperti yang dipakai dalam rancangan revolusi Perancis dan Rusia, yaitu

serangan propaganda yang luas, dan skandal gosip serta demoralisasi besar-

besaran. Rencana ini dilaksanakan dengan sangat hati-hati, sesaat setelah

pecahnya perang, agar tidak mengundang perhatian. Seorang agen Konspirasi

yang merupakan salah seorang milyuner Inggris menyewa gedung besar di

suatu daerah pinggiran London. Gedung ini dengan biaya besar diubah

menjadi sebuah klub mewah dan megah yang menimbulkan kesan aristokratik.

Penanggungjawab klub tersebut bisa meyakinkan para pejabat kerajaan, bahwa

klub itu didirikan dengan tujuan mengungkapkan salah satu bentuk

patriotisme, dan sebagai penghargaan yang dipersembahkan kepada para

perwira angkatan bersenjata dari medan tempur, ketika mereka datang ke

London untuk berlibur dan beristirahat. Pemerintah tidak segan lagi memberi

dukungan dan fasilitas atas usaha 'mulia' seperti itu. Akan tetapi, dibalik itu

semua, yang semula dikatakan bahwa anggota klub hanyalah para perwira

tinggi, berkembang menjadi terbatas pada orang-orang penting dengan lebih

dulu disumpah dan diketahui identitas pribadinya, sebagai syarat untuk

menjadi anggota.

Adapun kehidupan yang beredar dalam klub berkisar pada masalah minuman

keras, wanita dan perjudian dengan segala bentuk kemaksiatan bagi kalangan

atas masyarakat Inggris. Para pengelola klub berhasil menjaring sejumlah besar

wanita dan gadis-gadis kelas atas ke dalam klub dengan berbagai cara. Pada

suatu senja di bulan November 1916 terjadi suatu peristiwa yang unik. Seorang

menteri pemerintah Inggris mendapat surat yang isinya memohon, agar ia

berkenan menghadiri sebuah acara yang akan diadakan oleh klub itu. Sang

menteri memenuhi undangan itu dengan mobil khusus. Sopirnya disuruh

menunggu di luar. Seorang penyambut mengantarnya masuk ke dalam, dan

tibalah ia di sebuah ruangan remang-remang. Ia ditinggal sendirian oleh

penyambutnya. Sesaat kemudian datanglah seorang wanita muda dengan

busana sangat minim yang segera menggandeng sang menteri. Betapa terkejut

wanita itu setelah tahu, bahwa yang digandeng itu adalah suaminya sendiri.

Sementara itu, sang menteri juga sangat terkejut dan marah bukan kepalang.

Seorang pengawas klub segera mendatangi sang menteri dan memperlihatkan

daftar hitam mengenai istrinya, bahwa istrinya telah lama bergabung dalam

klub itu. Sang istri pun tidak bisa berbuat apa-apa, kecuali berusaha menutupi

aib keluarganya dengan meninggalkan tempat itu dengan penuh kecewa. Sang

menteri baru menyadari, bahwa klub itu tidak lain adalah perangkap yang

sengaja dipasang oleh kekuatan terselubung. Daftar hitam itu adalah kumpulan

data milik klub dari anggota pria maupun wanita, usaha terselubung dari

Konspirasi. Tidak jarang hal-hal semacam itu sengaja diangkat dalam media


82


massa, disertai komentar provokatif, sehingga opini umum segera menyebar

luas mengenai kebobrokan kalangan atas di pemerintahan. Sementara itu

Inggris masih terlibat dalam perang besar yang mengorbankan ribuan putra-

putranya.

Pada bulan November 1916 seorang anggota parlemen mengucapkan pidato

dengan mengecam keras dan terbuka masalah klub ini. Ia menuntut agar

pemerintah segera mengambil langkah penyelidikan secara tuntas. Ia mendapat

informasi lengkap tentang kegiatan klub itu dari tiga orang perwira angkatan

darat Inggris, yang sebelumnya pernah mendukung berdirinya klub itu, setelah

mempertimbangkan tujuan baik yang tercantum dalam proposal. Ketiga

perwira tergiur dan akhirnya terperangkap di dalamnya tanpa sadar. Data-data

mengenai belang mereka telah tercatat oleh para pengawas klub. pihak klub

juga berusaha menggali informasi tentang rahasia militer dari ketiga perwira

dengan cara pemerasan. Namun mereka bertiga tetap tidak menyerah setelah

yakin, bahwa klub itu merupakan sarang mata-mata musuh. Selain itu, ketiga

perwira tersebut juga memberitahukan kepada anggota parlemen itu, bahwa di

sana terdapat seorang wanita terkenal dari Australia yang tidak disebutkan

namanya, beserta seorang sopir dari London, sejumlah istri dan gadis-gadis

anak beberapa tokoh politik dan pemerintah, yang terlibat sebagai anggota

klub. pihak pemerintah tidak segera bisa menjernihkan masalah, karena negara

dalam keadaan perang. Apalagi beberapa catatan hitam telah sempat bocor ke

dalam parlemen, dan beberapa surat kabar telah memuat berita hangat tentang

skandal yang melibatkan beberapa tokoh politik, sehingga membentuk opini

umum yang luas. Tidak lama kemudian media massa yang dikuasai oleh

Konspirasi mulai menyerang pemerintah Asquith dan berbagai

kementeriannya, dengan memuat nama mereka yang dilingkari dengan tanda

tanya besar mengarah kepada tuduhan. Pribadi Asquith pun tidak luput dari

serangan tuduhan. Ia dituduh punya hubungan lama dengan beberapa

penguasa Jerman, pada masa sebelum perang, di samping memberi dukungan

kepada Kaisar Jerman Guillaume. Sementara itu, gerakan bawah tanah

menyebar data-data dan dokumen dari daftar hitam tentang kebejatan moral

para tokoh politik dan pemerintahan Asquith yang telah terjaring dalam klub.

Tujuannya tentu saja untuk membentuk opini umum, persis seperti yang terjadi

menjelang revolusi Perancis. Posisi Asquith dan pemerintahannya makin

terjepit. Tak ada jalan lain baginya, kecuali mengundurkan diri bersama

pemerintahan kabinetnya hanya sebulan berselang, setelah berita skandal

moral diangkat ke atas permukaan, tepatnya pada bulan Desember 1916.

Kemudian Asquith digantikan oleh pemerintahan tiga serangkai, yaitu Lloyd

George sebagai perdana menteri, Balfour sebagai menteri luar negeri, dan

Churchill sebagai menteri pertahanan.

Data seperti di atas juga dialami oleh penulis buku ini (Admiral William Guy

Karr), yang ia sendiri adalah salah satu agen rahasia Inggris berpangkat

admiral yang memiliki pengalaman khusus dalam dunia rahasia. Ia

mengatakan :


83


"Aku pernah bertugas dalam berbagai operasi sebagai perwira agen rahasia

selama perang Dunia I. Aku merasa berkewajiban untuk mengatakan hakikat

yang sebenarnya tentang ekor peristiwa menyedihkan yang menimpa ketiga

perwira angkatan bersenjata Inggris tadi. Aku sangat terkejut dan hampir tidak

percaya, ketika aku mendapat sebuah laporan mengenai klub itu dan keterlibatan

ketiga perwira tersebut dalam sebuah pertikaian tajam. Mereka bertiga telah

dicantumkan dalam catatan militer Inggris, bahwa mereka bertiga telah

terbunuh dalam sebuah operasi militer, sedang wanita Australia tadi bersama

sopirnya ditangkap dan ditahan selama masa perang. Ia dikeluarkan setelah

perang usai tanpa diajukan ke pengadilan, dengan dalih berdasarkan undang-

undang darurat perang kerajaan. Anggota parlemen yang telah membeberkan

rahasia skandal itu tiba-tiba menghilang dari arena politik tanpa meninggalkan

alasan sedikit pun. Datanglah giliranku pribadi, setelah aku bisa mengetahui

secara mendalam tentang rahasia itu. Aku ditugaskan oleh pemerintah Lloyd

George dalam operasi militer di kapal selam. Dengan kata lain, aku dimutasikan

dari dinas inteligen ke bidang persenjataan kapal selam pada jajaran angkatan

laut Inggris. Selama operasi, kami kehilangan 33% perwira yang bertugas. Aku

termasuk salah satu orang yang selamat, berkat keajaiban belaka."

Dari pengalaman penulis buku ini sendiri tampak jelas, bagaimana kebijakan

yang ditempuh oleh pemerintahan tiga serangkai di Inggris waktu itu, dalam

usahanya membunuh orang-orang yang dianggap membahayakan kepentingan

kekuasaan terselubung. Sedang kaki-tangan mereka diselamatkan dengan cara

seolah-olah dipenjarakan, untuk mengelabui masyarakat umum, seperti nasib

wanita Australia dan sopirnya itu. Ada dalang yang memainkan wayang tiga

serangkai dari balik layar.

C. Zionisme mencekik Inggris

1. Rahasia di balik masalah Palestina

Setelah Asquith dan pemerintahannya jatuh, Konspirasi bisa menempatkan

Tiga Serangkai Lloyd George, Balfour dan Churchill untuk memerintah Inggris.

Berubahlah perimbangan kekuatan dunia. Amerika tiba-tiba melibatkan diri

dan memihak Inggris dalam perang melawan Jerman pada pertengahan tahun

1917, tiga tahun setelah perang pecah selama masa itu masing-masing pihak

dalam keadaan seimbang. Amerika sebenarnya tidak punya kepentingan apa-

apa dalam perang ini, meskipun negara itu harus mengorbankan ribuan putra

terbaiknya, dan mengeluarkan jutaan dolar. Publik opini Amerika

menunjukkan, bahwa mayoritas penduduknya menolak keterlibatan negaranya

dalam perang itu. Sebenarnya bangsa Amerika masih memandang bangsa

Eropa, khususnya Inggris, dengan mata kebencian dan kewaspadaan. Mereka

belum bisa melupakan perang melawan penjajah Inggris itu. Akan tetapi, di

sana ada faktor baru, yaitu gerakan Zionisme yang sepenuhnya mengendalikan

pemerintah Inggris, dan juga pengaruhnya yang sangat kuat di Amerika. Maka

opini publik Amerika bukanlah satu-satunya pertimbangan yang menentukan


84


kebijakan pemerintahnya. Faktor baru itu didukung oleh adanya berbagai

bentuk hubungan yang dilakukan dari balik layar. Dan yang paling menonjol

adalah hubungan Rothschild dengan menteri luar negeri Inggris Arthur

George Balfour, dan hubungan Balfour bersama Lord Reading dari satu sisi dan

dari sisi lain dengan perusahaan Cohen-Lobe di New York, yang mewakili

kelompok pemilik modal internasional di Amerika. Hubungan terakhir

dilakukan secara resmi, ketika pemerintah Inggris mengutus menteri luar

negerinya Balfour pada 5 April 1917, untuk mengadakan pertemuan dengan

kelompok Cohen-Lobe beserta para wakil perusahaan monopoli yang

tergabung dalam Cohen-Lobe itu. Balfour menyampaikan secara resmi atas

nama pemerintahnya, bahwa pemerintah Inggris akan mendukung proyek

yang mengacu pada terwujudnya Zionisme politik, sebagai imbalan atas

kesediaan mereka mendukung keterlibatan Amerika ke dalam perang memihak

Inggris. Demikianlah kedua belah pihak telah sepakat dan kemudian benar-

benar melaksanakan. Tepat pada tanggal 7 Juni 1917 pasukan Amerika pertama

tiba di Eropa. Sedang Inggris sesuai dengan perjanjian tersebut melaksanakan

langkah bagi terwujudnya Zionisme politik.

2. Deklarasi Balfour

Kita kembali kepada masalah hubungan pertama antara Rothschild dan

Balfour. Tanggal 18 Juli 1917 Lord Rothschild yang mewakili cabang

Rothschild and Brothers menulis surat kepada Balfour yang isinya :

"Sesuai dengan pernyataan yang anda minta, kami menulis surat ini kepada

Anda. Kalau Anda sudah mendapat wewenang tertulis dari pemerintah

baginda Raja yang berisi pemberitahuan tentang pernyataan yang kami

maksudkan kepada pemerintah, dan Anda sendiri menyambut baik tentang

pernyataan itu, kami akan menyampaikannya kepada persatuan Gerakan

Zionisme dalam sebuah pertemuan yang akan diadakan khusus untuk

membicarakan masalah itu."

Ttd.

Lord Rothschild

Adapun bunyi teks pernyataan yang diminta oleh Lord Rothschild, yang telah

disetujui oleh pemerintah kerajaan Inggris adalah yang kelak menjadi deklarasi

Balfour, yang isinya :

1) Pemerintah kerajaan Inggris menyetujui prinsip mengenai berdirinya

sebuah negara nasional bagi bangsa Yahudi di bumi Palestina.

2) Pemerintah kerajaan Inggris akan mengupayakan dengan segala

kepastian yang dimilikinya untuk mendukung tercapainya tujuan ini.

Pemerintah kerajaan Inggris juga akan membicarakan cara dan sarana

yang dibutuhkan oleh organisasi Zionisme untuk mewujudkan tujuan

tersebut.


85


Demikianlah sikap pemerintah kerajaan Inggris di bawah Perdana Menteri

Lloyd George, yang diwakili oleh menteri luar negerinya Arthur George

Balfour, yang bertekuk lutut tanpa syarat kepada arsiteknya. Bahkan

pemerintah Inggris tidak menawar sama sekali persyaratan yang diajukan oleh

Lord Rothschild dan kawan-kawannya dari organisasi Zionis. Bukti lain yang

menunjukkan adanya hubungan pemerintah Lloyd George dengan tokoh-tokoh

Zionis adalah disetujuinya tuntutan mereka yang lain. Yaitu tuntutan untuk

memilih Lord Reading sebagai kepala perutusan ekonomi Inggris di Amerika

Serikat. Padahal, Lord Reading itu tidak lain adalah seorang Yahudi yang

menyamar. Nama aslinya adalah Sir Roefoss Isac, yaitu orang yang tersangkut

skandal Marcony yang terkenal itu, sebelum mendapat gelar Lord. Pemerintah

Inggris memberi gelar itu kepadanya dengan maksud, agar skandal yang telah

menjatuhkan namanya itu akan terkubur dalam ingatan orang. Dan pemerintah

Inggris terpaksa memilihnya untuk menduduki posisi rawan itu, karena

desakan dari Lord Rothschild dan kawannya seperti Sir Herbert Samuel, yang

kelak menjadi komisioner tertinggi Inggris di Palestina, dan Sir Alfred Mond,

yang kelak juga mendapat gelar Lord.

Sementara itu, Lord Reading telah mengadakan pembicaraan rahasia dengan

pemerintah Amerika Serikat mengenai masalah keuangan, yang tidak seorang

pun bisa mengungkap. Hasil dari pembicaraan itu baru bisa dilihat dari

tinjauan kembali tentang struktur Bank Inggris, berdasarkan sistem baru

setelah tahun 1919, yang kemudian muncul hubungan keuangan besar-besaran

antara kedua negara. Di bawah ini adalah kutipan beberapa kalimat dari

sebuah surat yang dikirim oleh Yacob Sheiff, seorang tokoh Yahudi yang

mewakili perusahaan Cohen-Lobe di New York kepada salah seorang

pimpinan organisasi Zionisme bernama Freedman pada bulan September 1917

sebagai berikut :

"Saya benar-benar yakin sekarang, bahwa jaminan yang diberikan oleh Inggris,

Amerika dan Perancis kepada kita telah memungkinkan dimulainya imigrasi

besar-besaran bagi bangsa kita ke tanah Palestina. Jalan akan terbuka kelak

untuk menempatkan jaminan dari negara-negara besar mengenai kemerdekaan

bangsa kita, yaitu ketika bangsa kita di sana telah mencapai jumlah yang cukup

untuk bisa dijadikan alasan bagi tuntutan seperti itu."

Bukti-bukti seperti itu rasanya cukup jelas untuk membuka tirai yang

menutupi, siapa sebenarnya Kekuatan Terselubung yang menguasai perjalanan

sejarah bangsa-bangsa dari balik layar. Itu memperjelas, bahwa Zionisme

bukanlah suatu gerakan yang lahir dari 'rahim kebetulan.' Ia merupakan anak

dari sebuah program jangka panjang, yang dibentuk oleh perkumpulan pemilik

modal internasional dengan tujuan menguasai seluruh dunia dengan

kekayaannya. Berikut ini diketengahkan beberapa data lain yang bisa

melengkapi bukti-bukti yang lalu, yang bisa dijadikan bahan tambahan untuk

meneropong beberapa sisi misterius dari pengaruh Kekuatan Terselubung dan

Zionisme di Inggris.


86


Pada tanggal 28 Januari 1915 Perdana Menteri Asquith menulis dalam buku

hariannya beberapa baris catatan berikut :

"Saya menerima catatan khusus dari Herbert Samuel dengan judul Masa Depan

Palestina. Dia menyangka, bahwa kami mampu menempatkan sebanyak 3

sampai 4 juta bangsa Yahudi Eropa di bumi Palestina. Gagasan semacam ini

bagi kami seperti kumpulan cerita mengenai perang salib baru. Saya

menunjukkan kebencianku terus perang terhadap program dan gagasan yang

akan menambah beban tanggungjawab kami ..... dan seterusnya."

Catatan tersebut menunjukkan bukti kuat mengenai sikap Asquith terhadap

Zionisme dan Konspirasi internasional. Tidak bisa diragukan lagi, bahwa sikap

benci Asquith dan pemerintahannya menyebabkan pihak Konspirasi

mengambil langkah-langkah baru untuk menumbangkan Asquith. Bahkan juga

akan mendongkel sistem pemerintahan Inggris yang ada pada saat itu.

Memang benar, bahwa para pemilik modal sejak lama telah menguasai

beberapa pabrik senjata di Inggris. Pada saat para perancang program

Konspirasi mengumumkan perang terhadap Asquith yang menentang

Zionisme, Inggris tiba-tiba dihadapkan pada krisis dahsyat di bidang produksi

kimia sebagai bahan dasar bagi industri senjata perang dan amunisi. Direktur

produksi bahan kimia di Inggris ketika itu adalah seorang Yahudi bernama Sir

Frederick Nathan. Ia memberikan tender bahan-bahan kimia kepada

perusahaan Browner-Mond dengan kredit besar dari pemerintah sebagai

bantuan. Sedang pemilik perusahaan itu tidak lain adalah dua orang

pengusaha Yahudi terkenal, yaitu Browner dan Mond itu sendiri yang diambil

sebagai nama perusahaannya. Kemudian perusahaan itu membangun pabrik

kimia raksasa di kota Silvertown dengan biaya dari bantuan kredit pemerintah

itu. Ketika pabrik ini mulai memproduksi bahan-bahan kimia, kebutuhan

bahan kimia pemerintah segera bisa diatasi. Pada saat itu media massa yang

kebanyakan telah dikuasai oleh Konspirasi segera menyanjung keberhasilan

Browner dan Mond sebagai patriot yang dibanggakan Inggris. Pada saat negara

sedang dikepung oleh ancaman krisis persenjataan, mereka tampil sebagai juru

selamat. Sedang kecaman pedas dibebankan kepada pemerintah. Tidak lama

kemudian, setelah proyek Silvertown beroperasi, terjadi ledakan dahsyat yang

menghancurkan pabrik tersebut beserta 800 rumah di sekitarnya. Akibatnya,

produksi bahan kimia macet dan kembali pula krisis mengancam pemerintahan

Asquith. Sedang para pahlawan palsu beserta para perancangnya telah selamat

dari kecaman, dan mendapat sanjungan serta pujian.

Sebagai penutup perlu kita ingatkan, bahwa Mond yang bergelar Sir Alfred

Mond itu, yang kemudian menjabat pengawas produksi bahan kimia Inggris,

di samping sebagai wakil pemerintah dalam produksi persenjataan di kerajaan

itu adalah kelak menjadi kepala perwakilan Yahudi di Palestina.

Telah kita ketengahkan peristiwa yang terjadi berturut-turut, hingga jatuhnya

pemerintahan Asquith, yang kemudian digantikan oleh pemerintahan tiga

serangkai, yaitu Lloyd George, Balfour dan Churchill. Kemudian menyusul


87


berbaliknya perimbangan kekuatan dalam Perang Dunia I, setelah Balfour

mengadakan kunjungan ke New York untuk menghubungi para pemilik modal

internasional. Mungkin timbul pertanyaan di benak kita mengenai sebab yang

memaksa menteri luar negeri Inggris harus pergi ke New York untuk

menghubungi mereka. Padahal, kelompok Rothschild punya pusat kegiatan di

London, sebagaimana beberapa kali telah kita singgung. Untuk menjawab

pertanyaan seperti itu, kita bisa melihat Encyclopedia Yahudi mengenai

gerakan Zionisme sebagai berikut :

"Perang Dunia I telah memaksa pusat organisasi Zionisme di Berlin berpindah

ke New York. Seluruh kekuasaan dan wewenang diserahkan kepada Komite

Darurat Zionisme di bawah pimpinan seorang jaksa agung Amerika L.B.

Brandes." Dalam kaitan ini, seorang penulis berkebangsaan Inggris mengatakan

dalam bukunya berjudul Waters Flowing to the East halaman 51 :

"Sejak itu, yaitu perpindahan pusat Zionisme dari Berlin ke Amerika,

pengaruhnya tampak makin bertambah besar dalam kehidupan politik di

Amerika dan Eropa. Perwakilan imigrasi Yahudi telah berubah menjadi

kekuatan yang mampu mengirimkan dana dan informasi penting kepada

kelompok sabotase di setiap negeri di dunia." Kemudian seorang pengamat

Amerika dalam bidang peperangan M. Harrisburger menambahkan dalam

bukunya My Experiences in the First World War halaman 145-146 :

"Perusahaan milik orang Yahudi, Eliyans telah mentransfer uang sebesar

700.000 Franc Perancis pada 16 Maret 1916 kepada The Grand Eastern Lodge

di Paris, dan kepada The Grand Eastern Lodge di Roma sebesar 1 juta Lira Italia

pada tanggal 18 Maret tahun yang sama. Hal ini telah tercatat dalam dokumen

perkumpulan itu. Tidaklah keliru, kalau kita meragukan, bahwa uang sebesar

itu hanya untuk dibagikan kepada orang-orang Yahudi miskin. Jumlah itu

sangat besar waktu itu. Di sana pasti ada tujuan lain."

Kita kembali lagi meneropong peristiwa keji yang mengakibatkan Konspirasi

Zionisme berhasil menguasai Inggris sepenuhnya. Dalam periode ini

digambarkan oleh seorang penulis Inggris A.N. Field dalam bukunya That's all

Things halaman 4 sebagai berikut :

"Demikianlah pengaruh Yahudi tampak jelas setelah Lloyd George memegang

kendali pemerintahan."

Pertemuan pertama yang diadakan oleh komite politik organisasi Zionisme,

setelah Lloyd George memegang kendali kekuasaan dilaksanakan 7 Februari

1917 di kota London. L. Fray dalam bukunya Waters Flowing to the East

halaman 55 mengatakan :

"Pertemuan pertama yang diadakan oleh Komite politik organisasi Zionisme

adalah tanggal 7 Februari 1917 di rumah kediaman Moshe Gaster di London,

dihadiri oleh :

1) Lord Rothschild, kepala Rothschild and Brothers cabang London, dan

James Rothschild putra Edmond De Rothschild, kepala cabang Perancis


88


untuk kelompok Rothschild and Brothers, dan kepala Dewan Pemukiman

Yahudi yang mewakili Rothschild di Palestina.

2) Sir Mark Sykes, yang rumah tinggalnya terletak di distrik Ballingham

Guinness London, yang merupakan pusat gerakan Zionisme di Inggris,

3) Sir Herbert Samuel, yang kelak menjadi komisioner Tinggi Inggris pertama

di Palestina dan koordinator imigrasi Yahudi di wilayah itu.

4) Herbert Pantowich, yang kelak menjadi gubernur jenderal di Palestina.

Dialah orang yang bertanggung jawab dalam bidang hukum dan undang-

undang serta pelaksanaannya di Palestina.

5) Harry Sasheer

6) Joseph Cowen

7) Haim Weisman, seorang ketua Zionisme politik terbesar.

8) Nachom Sokolov, penanggungjawab dalam bidang propaganda yang kelak

menulis buku The History of Zionisme.

Topik utama yang dibahas dalam pertemuan itu adalah strategi yang akan

dipakai sebagai landasan pijak dalam perundingan resmi, yang akan

menentukan perjalanan nasib Palestina, Armenia dan Irak. Seorang politikus

Amerika Jeffrey menambah informasi mengenai pertemuan itu dalam sebuah

komentarnya yang ia sajikan kepada pihak organisasi Zionis di Amerika Serikat

sebagai berikut :

"Saya menyampaikan rincian hasil pertemuan ini kepada organisasi Zionisme di

Amerika. Kemudian sejak itu, mereka mencampuri urusan dalam negeri Inggris,

dan mengarahkan pemerintahan Lloyd George dalam masalah penting yang

menjadi bidangnya."

Selanjutnya kita perlu mengukur, sejauh mana penyusupan Zionisme ke dalam

pemerintahan Inggris pada saat itu diatur. Berikut ini beberapa pengakuan

seorang tokoh Yahudi Samuel Landman yang dibeberkan sendiri kelak dalam

bukunya Yahudi Internasional, diterbitkan di London tahun 1926 sebagai

berikut :

"Setelah persetujuan ditandatangani oleh Sir Mark Sykes dan Haim Weizman serta

Sokolov, mereka sepakat untuk mengirim sepucuk surat kepada jaksa agung Amerika

Serikat L.D. Brandes, yang sekaligus juga kepala Komite Organisasi Zionisme di New

York, untuk memberitahukan, bahwa pemerintah Inggris telah menyetujui untuk

membantu orang-orang Yahudi dalam merebut Palestina dari tangan bangsa Arab.

Imbalannya, persatuan Yahudi internasional bersedia bersekutu dengan Inggris, dan

Zionisme di Amerika bersedia mendesak pemerintah Amerika untuk bergabung dengan

sekutu. Pada saat itu, Amerika belum melibatkan diri dalam perang. Kemudian gerakan

Zionisme di Amerika meniupkan arus kuat untuk mendukung dan menekan

pemerintah Amerika agar terlibat dalam perang memihak Inggris. Ini membuat

kekuatan Inggris menjadi unggul seketika."

"Kami mengirimkan surat serupa kepada jenderal Mac. Donaff, komandan angkatan

darat Inggris. Dr Weizman sejak itu telah menjadi orang yang punya pengaruh besar,

sehingga memungkinkan ia mengadakan hubungan langsung dengan jenderal Mac.


89


Donaff, dan bisa mencampuri urusan militer. Ia berhasil memperoleh hak pembebasan 6

orang pemuda Yahudi dari dinas wajib militer. Padahal, negara masih dalam keadaan

perang. Dr Weizman berhasil memperoleh pembebasan mereka dari dinas wajib militer,

karena alasan yang ada hubungannya dengan kepentingan utama bagi negara."

"Adapun kepentingan utama yang dimaksud tidak lain adalah mendirikan kantor

khusus untuk gerakan Zionisme, langsung di bawah pimpinan Weizman. Sedang ke 6

pemuda itu adalah saya sendiri dan 5 kawan lainnya, di antaranya Harry Sasheer,

seorang anggota Komite politik organisasi Zionisme. Pemerintah baru di bawah

pimpinan Lloyd George, Balfour dan Churchill menganggap organisasi Zionisme

sebagai kawan dan sekutunya. Kantor-kantor perwakilan kita mendapat perlakuan

istimewa dalam pelayanan urusan paspor untuk beberapa orang tertentu, transportasi

dan pendanaan. Sebagai contoh, kami sendiri bisa menguruskan dokumen-dokumen

perjalanan untuk seorang Yahudi berkebangsaan Turki Utsmani, karena ia adalah

kawan kami sendiri. Kementerian dalam negeri Kerajaan Inggris dengan mudah

memberikan berbagai fasilitas, meskipun kerajaan Turki pada saat itu sedang berperang

melawan Inggris. Setiap warga Turki Utsmani dianggap musuh."

Demikianlah sebagai penutup bab ini, kita bertambah yakin, bahwa langkah

pertama dan paling utama yang ditempuh oleh pemerintah tiga serangkai

adalah, bahwa politik negaranya (Inggris) akan mendukung program

Rothschild untuk mendirikan sebuah negara bagi bangsa Yahudi di bumi

Palestina.


90


VII. DI BALIK PANGGUNG PERJANJIAN

VERSAILLES


Dalam sejarah sering terjadi kesalahan besar, adanya perjanjian dan pertemuan

yang sering menimbulkan akibat buruk yang tidak diharapkan oleh berbagai

negara. Sejarah belum pernah menyaksikan akibat yang lebih buruk daripada

yang ditimbulkan oleh Perang Dunia I, yaitu perjanjian Versailles, yang

buntutnya masih dirasakan oleh ummat manusia sampai kini. Perjanjian

Versailles yang menandai berakhirnya Perang Dunia I sebenarnya merupakan

bibit timbulnya Perang Dunia II. Perjanjian ini telah mencoreng wajah dunia

secara keseluruhan. Dunia terkelompok menjadi wilayah jajahan, yang

diistilahkan dengan kawasan-kawasan pengaruh. Perjanjian Versailles juga

melahirkan penjajahan baru dengan istilah yang menyesatkan, seperti

pemerintah perwakilan, perlindungan, pendudukan, pembinaan, kawasan

pengaruh, dan seterusnya. Timbullah berbagai pertikaian, pemberontakan,

krisis macam-macam, yang diakibatkan oleh pengelompokan bangsa dan

negara menjadi berbagai sekutu, yang pada akhirnya menumbuhkan bibit

kekacauan di mana-mana, dan kecemburuan politik tak terhindarkan lagi.

Sebagai akibat dari semua itu, situasi dunia makin buruk, setelah perjanjian

Versailles dilaksanakan. Opini dunia mulai menyadari keburukan isi perjanjian

Versailles itu sedikit demi sedikit. Tokoh politisi dunia dibantu oleh para ahli

strategi terus mengamati perkembangan yang terjadi. Akhirnya mereka

meletakkan tanda tanya besar di seputar perjanjian itu. Oleh sebab itu, kita

akan mencoba mengungkap tabir yang menutupi hakikat yang

melatarbelakangi perjanjian itu, agar kita bisa melihat hal-hal yang selama ini

merupakan teka-teki.

A. Kebencian Muncul di Jerman

Para analis netral memberi komentar tentang perjanjian Versailles, bahwa para

wakil dunia berbudaya sebenarnya tidak menandatangani isi perjanjian yang

berisi penindasan, sebanyak penindasan yang diderita oleh bangsa Jerman,

setelah perjanjian itu diberlakukan. Kebenaran ini terlihat dari sikap bangsa

Jerman terhadap perlakuan yang mereka terima akibat diberlakukannya

perjanjian itu beberapa hari setelah ditandatangani. Akibatnya, bangsa Jerman

naik darah dan dendam, yang kelak berkembang menjadi bahan dasar

pemikiran faham nasionalisme Aryan Jerman. Fenomena kebencian bangsa

Jerman ini kelak melahirkan Hitler dan Nazisme, yang kemudian menyebabkan

pecahnya Perang Dunia II. Kita perlu melihat kembali kerancuan bagaimana

Perang Dunia I berakhir, agar kondisi yang mengelilingi penandatanganan

perjanjian Versailles tanggal 11 November 1918 menjadi jelas.


91


Permintaan untuk mengadakan gencatan senjata oleh komandan tertinggi

angkatan bersenjata Jerman bukan berarti menyerah kalah. Peristiwa ini

menimbulkan perbedaan pendapat yang sangat besar. Pasukan Jerman masih

tetap kuat dan masih maju menghadapi musuh. Permintaan komandan

tertinggi Jerman itu semata-mata disebabkan oleh adanya bahaya yang

mengancam dari dalam negeri Jerman sendiri, yaitu bahaya pemberontakan

Komunis yang timbul di bawah pimpinan seorang wanita Yahudi, Roza

Luxemburg.

Ketika pimpinan pasukan Jerman sedang membicarakan masalah gencatan

senjata dengan sekutu, ada peristiwa besar yang terjadi, yang perlu dicatat.

Gerakan pemberontakan Komunis di bawah pimpinan Roza Luxemburg

berhasil menyusup ke dalam tubuh angkatan bersenjata Jerman, khususnya ke

dalam jajaran angkatan laut, yang selama itu menjadi incaran mereka. Pada

awal tahun 1918 tiba-tiba tersiar desas-desus di kalangan angkatan laut Jerman,

bahwa panglima tertinggi angkatan bersenjata akan mengadakan serbuan

bunuh diri dengan kapal perangnya secara besar-besaran terhadap armada

angkatan laut Amerika, Inggris dan Perancis. Tujuannya ialah untuk

melumpuhkan kapal-kapal sekutu, meskipun untuk itu Jerman akan

kehilangan sebagian besar kapal perangnya. Setelah itu, Jerman akan

mengadakan serangan udara di pantai-pantai Inggris yang tidak terlindung

oleh armada sekutu. Para penyebar kabar burung itu terus melakukan agitasi

kasak-kusuk, dan mengadakan api pembangkangan dengan dalih, bahwa

rencana serbuan gila seperti itu sama saja dengan bunuh diri secara konyol, dan

akan mengakibatkan kehancuran fatal. Desas-desus itu terutama difokuskan

pada bayangan yang mengerikan yang akan terjadi, apabila saat itu pesawat

sekutu menjatuhkan bom-bom kimia paling modern terhadap pasukan Jerman.

Maka nasib pasukan Jerman sudah bisa dibayangkan.

Desas-desus itu mencapai puncaknya, ketika para agitator mengumumkan

secara terbuka dari atas kapal Jerman, tentang satu-satunya jalan untuk

menyelamatkan diri dari nasib yang bakal menimpa, apabila panglima

angkatan bersenjata meneruskan rencana serbuan itu. Pada tanggal 3

November angkatan laut Jerman benar-benar mengeluarkan pernyataan

pembangkangan terhadap panglima tertinggi angkatan bersenjata. Kemudian

disusul oleh pembangkangan unit armada kapal selam pada tanggal 7

November, yang sedang berada dalam perjalanan menuju arah front Barat.

Tiba-tiba tersiar desas-desus yang lain, bahwa mereka sedang berjalan pergi

untuk melarikan diri dari misi serbuan bunuh diri yang didesas-desuskan itu.

Pada saat yang sama di Jerman terjadi kekacauan besar di berbagai pabrik

amunisi dan senjata, yang menyebabkan macetnya produksi. Sejumlah orang

keluar untuk menyebarluaskan tuntutan, agar Jerman menyerah kepada

sekutu. Perkembangan selanjutnya makin bertambah kacau dan keruh,

sehingga Kaisar Jerman terpaksa turun tahta pada tanggal 9 November 1918.


92


Kemudian segera berdiri sebuah pemerintahan Republik Sosialis. Langkah

pertama yang dilakukan adalah menandatangani gencatan senjata, hanya

beberapa hari berselang kemudian, yaitu pada tanggal 11 November 1918.

Akan tetapi, kerusuhan itu tidak juga kunjung reda. Bahkan kali ini banyak

orang bertambah sengit menentang tokoh-tokoh Republik Sosialis. Roza

Luxemburg telah memainkan kartu pentingnya, ketika ia mengajukan

persyaratan kepada pemerintahan Republik Sosialis, untuk melepas angkatan

bersenjata dan menggantikan panglimanya, sebagai imbalan untuk meredakan

kerusuhan. Namun ketika Jerman tidak lagi mengandalkan pasukan regulernya

yang mampu menumpas kerusuhan dan kekacauan, Roza Luxemburg beserta

kelompoknya kembali memihak kaum republik sosialis dan bergabung

kedalamnya. Kemudian mereka mengeluarkan pengumuman tentang revolusi

di kota Berlin pada bulan Januari 1919, dan berhasil merebut kekuasaan

bersama para pendukungnya, yang mayoritas adalah orang Yahudi. Namun

revolusi ini sempat menimbulkan dampak ke luar yang tidak disangka-sangka.

Di Moskow terjadi perpecahan tajam antara dua tokoh revolusi Komunis Rusia,

yaitu Lenin dan Trotsky. Lenin menolak mentah-mentah membantu Roza

Luxemburg, sedang Trotsky bersedia membantu dengan segala kekuatan yang

dimiliki Uni Sovyet Rusia. Penolakan Lenin itu menjadi faktor penentu bagi

perkembangan selanjutnya. Roza dan kawan-kawan Yahudinya menjadi

terisolir. Sementara kaum nasionalis Jerman bangkit untuk menyerang Roza

dan para pendukungnya. Mereka dikejar-kejar, dan terjadilah pembantaian

besar-besaran atas orang Yahudi. Seorang kolonel muda dari angkatan

bersenjata Jerman berhasil menangkap Roza beserta pembantu utamanya Karl

Lickenht. Kemudian mereka berdua ditembak mati. Kebencian terhadap unsur

semitik terus memuncak, karena mereka merupakan biang kerok yang telah

merugikan Jerman dalam perang, dan timbulnya kerusuhan besar setelah itu.

Rumah-rumah yang dihuni oleh orang Yahudi dibakar, dan ratusan ribu orang

Yahudi menemui ajal mereka, akibat dendam mendalam bangsa Jerman

terhadap mereka.

Sejak itu situasi di Jerman membuka pintu bagi fanatisme ras, dan

menghidupkan kembali teori superioritas Aryanisme, atau dengan kata lain

memunculkan Hitler dan Nazismenya. Inilah akibat peran buruk yang

dimainkan oleh pemilik modal Yahudi internasional bagi bangsa Jerman, mulai

dari angkatan lautnya, pabrik senjatanya dan perjanjian Versailles yang sangat

memberatkan Jerman. Lenin sendiri pernah mengatakan, bahwa Roza

Luxemburg adalah orang Yahudi yang bertanggungjawab atas gelombang anti

semitik yang melanda Jerman. Konspirasi sebenarnya menemukan kondisi

yang sesuai untuk menyulut api Perang Dunia II, setelah mereka lebih dulu

merancang dan menciptakan situasi itu. Ini sesuai dengan pernyataan di atas,

bahwa yang bertanggungjawab atas gelombang anti semitik di Eropa, dan

perkembangan situasi yang terus memuncak menuju pertikaian senjata secara

global adalah hasil ulah tangan kotor persekongkolan para pemilik modal

Yahudi internasional sendiri.


93


B. Masalah Palestina

Setelah Konspirasi berhasil mencapai tujuannya di Jerman, sasaran berikutnya

ditujukan kepada bumi Palestina. Mereka mengincar Palestina sebagai impian

lama yang kini hampir tiba di ambang pintu. Sebagaimana telah kita singgung

terdahulu, bumi Palestina akan dijadikan poros bagi program dan titik

pemusatan kegiatan internasional bagi Konspirasi. Hal ini bisa dimaklumi,

karena Palestina adalah pusat terpenting wilayah Timur Tengah dan Timur

Dekat. Secara geografis, Palestina merupakan jalur penghubung antara tiga

benua, yaitu Afrika, Eropa dan Asia. Di samping itu, kekayaan emas hitam

yang terdapat di wilayah itu merupakan kebutuhan dunia dalam jumlah

melimpah. Dengan demikian, politik Zionisme telah meletakkan dua sasaran

yang hendak dicapai untuk menuju ke Palestina, yaitu :

1) Memaksa negara di dunia untuk mengakui negara nasional bagi bangsa

Yahudi di Palestina, yang kemudian akan dijadikan pusat kegiatan

Konspirasi untuk meletakkan memprakarsai Perang Dunia III.

2) Menguasai seluruh sumber kekayaan alam yang terdapat di wilayah itu.

Berikut ini diketengahkan tahapan program kerja yang akan dijadikan landasan

bagi pelaksanaannya. Langkah pertama, mereka mengeluarkan deklarasi

Balfour tahun 1917 yang telah mengikat Inggris, Perancis dan Amerika Serikat

untuk mendukung berdirinya sebuah negara nasional bagi bangsa Yahudi di

bumi Palestina. Untuk melaksanakan hal itu, jenderal Allenby langsung diberi

instruksi untuk memukul mundur pasukan Turki Utsmani keluar dari wilayah

Timur Tengah dan menduduki Yerusalem. Penguasa Inggris sengaja

merahasiakan deklarasi Balfour selama masa operasi militernya, dengan

dukungan pasukan Arab nasional, pengkhianat ummat di bawah bendera

Syarif Hussein, Amir Makkah. Sedang para pemilik modal internasional pada

saat operasi militer Inggris di wilayah Palestina masih berlangsung, telah

mendesak pemerintah Inggris untuk menentukan perwakilan Organisasi

Zionisme di Palestina, dan menentukan anggota politisi Zionis untuk menjadi

anggota perwakilan itu. Tuntutan itu diajukan kepada penguasa militer Inggris

di Palestina, jenderal Crayton, dan segera dikabulkan pada bulan Maret 1915.

Politisi yang menjadi anggota perwakilan itu adalah :

 Kolonel Orampsey Rigor, yang kelak menjadi direktur Bank Standard di

Afrika Selatan, yaitu sebuah bank yang menguasai pertambangan emas

dan logam mulia lainnya di Afrika Selatan. Dan dia pula yang

mendukung dana kepada sistem politik Apartheid.

 Haim Weizman yang kelak menjadi perdana menteri Israel pertama.

Komite perwakilan Zionisme ini telah berada di Palestina sebelum diadakan

perundingan damai, bahkan sebelum Perang Dunia I usai. Hal ini

dimaksudkan untuk menciptakan momen yang tepat sebelum masalah

Palestina dibicarakan di forum mendatang, yaitu perjanjian Versailles.

Kemudian perundingan damai dimulai, dan para pemilik modal internasional


94


membuka kedok. Tampak jelaslah pengaruh mereka. Kita tidak perlu

memperjelas lagi, tapi cukup dengan menyebutkan beberapa analisa singkat.

Dalam perundingan ini, ketua utusan Amerika adalah Paul Warburg, yang

sebelumnya telah kita sebutkan sebagai wakil pemilik modal internasional di

Amerika Serikat. Ketua utusan Jerman adalah saudara kandung Paul sendiri,

Mark Warburg. Jangan lupa, Mark mewakili negara musuh sekutu yang kalah

perang. Sementara itu, Paul mewakili negara yang menang perang.

Perundingan damai seperti itu lalu menjadi perundingan pemerasan, yang

seluruh keputusan yang berbuntut jahat dan mengakibatkan timbulnya bahaya

itu bisa disetujui. Pada masalah yang berhubungan dengan Palestina, sejumlah

tokoh Zionis Inggris dalam perundingan itu meletakkan rancangan

pemerintahan perwakilan Inggris di wilayah itu, di antaranya adalah :

 Profesor Philex Frankfurner, yang kelak menjadi penasihat presiden di

Gedung Putih pada masa pemerintahan Franklin Roosevelt.

 Sir Herbert Samuel, komisioner tinggi pertama di Palestina setelah

pendudukan pasukan Inggris.

 Lushian Wolf, seorang penasihat pribadi perdana menteri Inggris Lloyd

George.

Ketika perundingan pendahuluan dimulai, penasihat khusus bagi perdana

menteri Perancis Monscour Clemenceau adalah Madell. Nama ini adalah nama

samaran. Nama yang sebenarnya adalah Rothschild, yaitu salah satu anggota

keluarga besar Rothschild. Sedang salah satu penasihat presiden Amerika

Serikat yang menjadi delegasi dalam perundingan itu adalah Mr. Morganthow,

yang putranya kelak memegang kementerian keuangan pada masa

pemerintahan Roosevelt. Telah kita sebutkan, bahwa para pemilik modal

internasional tidak segan-segan mencampakkan topeng mereka. Untuk

membuktikan hal ini, berikut ini dikutipkan beberapa kalimat yang ditulis oleh

Lushian Wolf dalam bukunya yang berjudul Steadies on The Jewish History

halaman 408 :

"Sejumlah nama politisi muncul pada perundingan perdamaian, dan yang

menandatangani perjanjian itu atas nama negara-negara Italia, Perancis dan

India adalah tokoh-tokoh Yahudi yang mewakili negara masing-masing.

Mereka adalah Baron Somito mewakili Italia, Louis Cloudes mewakili Perancis,

dan Edvin Montagio mewakili India. Mereka semua adalah orang Yahudi.

Sebaiknya baik pula untuk kita simak kata-kata beberapa penulis yang tidak

perlu kita beri komentar. Seorang sejarawan Inggris terkenal Harold Nicolon

dalam bukunya "Menciptakan Perdamaian" 1919-1944 (Making Peace 1919-1944)

halaman 44 mengatakan, bahwa Lushian Wolf minta secara pribadi kepadanya,

agar ia mau menunjukkan pendapatnya tentang orang-orang Yahudi yang

harus diberi perlindungan internasional. Dalam waktu yang sama mereka juga

harus diberi hak seperti layaknya warga negara lain, di mana pun mereka

berada.


95


Seorang penulis Perancis George Pateau dalam bukunya yang diberi judul

"Masalah Yahudi" (The Problem of the Jews) halaman 38 mengatakan :

"Tanggungjawab diberikan kepada orang Yahudi yang telah mengelilingi

presiden Amerika Serikat Wilson, perdana menteri Perancis Clemenceau dan

perdana menteri Inggris Lloyd George, dalam menyulap perundingan damai

menjadi perundingan Yahudi." Selanjutnya perlu juga disinggung mengenai

peristiwa yang terjadi pada saat perundingan berlangsung di Paris tahun 1919,

saat presiden Wilson pada mulanya mengajukan pendapatnya yang sangat jitu.

Akan tetapi sayang, tiba-tiba ia mendapat telegram tertanggal 28 Maret 1919

terdiri dari 2000 kata, yang dikirim kepadanya secara pribadi oleh Yacob Sheiff,

wakil pemilik modal internasional di Amerika, yang telah kita sebutkan

berulang kali. Telegram itu berisi gagasan pihak yang diwakili Yacob Sheiff

mengenai 5 masalah internasional, yaitu masalah Palestina, pampasan perang

yang harus dibayar oleh Jerman, masalah Sisilia, Terusan Danring dan wilayah

Sarre (Jerman). Telegram ini telah mempengaruhi pendirian presiden Wilson,

dan membuatnya berubah pendirian, sehingga jalan perundingan dibuatnya

berputar haluan. Duta besar Perancis untuk Inggris, pada waktu itu De San

O'clear melukiskan peristiwa itu dalam bukunya mengenai politik yang kelak

ia tulis, berjudul "Jenewa menuju Perdamaian" (Jeneve Towards Peace)

menyebutkan, bahwa isi teks yang terkandung dalam perjanjian Versailles

berkenaan dengan 5 masalah itu adalah hasil rancangan Yacob Sheiff dan

orang-orang sedarahnya.

Masalah Palestina merupakan agenda pembicaraan yang paling banyak

difokuskan oleh para peserta. Sebelum gerakan Yahudi terselubung selesai

menentukan pemerintahan perwakilan Inggris di Palestina dalam perundingan

damai itu, mereka telah mengalihkan program mengenai point yang lain, yaitu

persiapan untuk merancang pecahnya Perang Dunia II. Maka isi rumusan

perundingan damai yang dibebankan kepada Jerman sangat tidak adil dan

memberatkan. Hal ini merupakan bibit-bibit ketidakpuasan di kalangan bangsa

Jerman yang kelak menimbulkan dendam nasional. Begitulah kenyataan yang

terjadi dalam peristiwa berikutnya.

Konspirasi tidak lupa untuk menoleh kepada usul mengenai pembentukan

Liga Bangsa-Bangsa (Nations League) Yang telah disahkan dalam perjanjian

Versailles. Maka tidak mengherankan kalau forum internasional ini kelak

menjadi ladang subur bagi penanaman berbagai rancangan yang dibuat oleh

Konspirasi, sekaligus menjadi kuda tunggangan bagi para pemilik modal

internasional. Oleh sebab itu, kelak tokoh Zionis kenamaan Nachom Sokolov,

kepala Komite Eksekutif Konferensi Zionisme menjadi berbangga diri dalam

badan internasional ini. Pada tanggal 25 Agustus 1952 ia mengatakan, bahwa

Liga Bangsa-Bangsa adalah hasil buah pikiran orang-orang Yahudi. Pernyataan

ini dikutip secara harfiah oleh kolonel M.H. Seen dari Amerika, dalam bukunya

"Tangan Kotor" (The Filty Hand), yang sengaja ia tulis untuk memperingatkan

bangsa Amerika mengenai bahaya Zionisme. Juga perlu kita perhatikan

pernyataan Weekham Syde, seorang pakar dalam masalah internasional dan


96


pimpinan redaksi harian besar berbahasa Inggris The Tunes. la berkali-kali

menyinggung adanya pengaruh terselubung yang dilakukan oleh para pemilik

modal Yahudi internasional. la menulis buku besar dengan judul "Selama 30

Tahun" (In the past 30 Years). Dalam halaman 301-302 ia mengatakan :

Ketika Winston Churchill mengadakan kunjungan ke tanah Palestina tahun

1921, delegasi Arab datang untuk menyambutnya. Mereka menjelaskan

kepadanya tentang ketidakadilan dan kekejaman langkah-langkah kebijakan

yang ditempuh pemerintah Inggris untuk memenuhi cita-cita Zionisme, yaitu

menguasai bumi Palestina. Mereka mengemukakan, bahwa bangsa Arab telah

mendiami bumi itu sejak ribuan tahun yang silam. Mereka minta agar

Churchill sudi mengusahakan adanya penyelesaian mengenai ketidakadilan

ini. Akan tetapi Churchill menjawab:

"Masalah itu di luar wewenang kekuasaanku, di samping aku sendiri juga tidak

setuju. Bahkan kami yakin, bahwa yang telah digariskan dalam deklarasi Balfour

ini akan lebih baik bagi kemaslahatan dunia, bagi kerajaan Inggris dan bagi

bangsa Arab sendiri. Kami akan tetap mewujudkan rencana itu."

Tidak seorang pun bisa membayangkan, bagaimana perasaan delegasi Arab

yang mendengar jawaban Churchill itu, yang terus terang menunjukkan

keterlibatan Churchill dengan program terselubung Zionisme. Bahkan kami

pribadi (penulis) baru tahu masalah ini setelah tahun 1954, pada saat Churchill

mengadakan kunjungan ke Amerika Serikat dalam suatu pertemuan dengan

Bernard Baruch, seorang Yahudi yang memainkan pecan penting dalam politik

Amerika Serikat dari balik layar selama bertahun-tahun, pada masa

pemerintahan Roosevelt yang menjabat sebagai kepala penasihat presiden di

Gedung Putih. Pada pertemuan itu Churchill menyatakan, bahwa dia adalah

seorang Zionis, dan akan tetap sebagai orang Zionis. Mungkin ketika menjawab

delegasi Arab, Churchill masih teringat ancaman terbuka kepada Inggris, yang

dikeluarkan oleh tokoh Zionis terbesar, Haim Weizman yang dimuat dalam

majalah Gudesha edisi ke 4 tahun 1920, yang bunyinya secara harfiah sebagai

berikut :

"Kami akan tetap hidup berdiam di tanah Palestina, baik Anda mau atau tidak.

Maka langkah yang paling baik untuk Anda lakukan sekarang adalah

mempercepat proses imigrasi bangsa Yahudi ke Palestina atau memperlambat

sedikit. Namun yang paling baik bagi Anda adalah membantu kami supaya

kekuatan kami tidak berbalik menentang Anda. Kami sekarang berada dalam

barisan bersama Anda. Dan Anda semua tahu, bahwa kami punya kekuatan di

setiap penjuru dunia."

Ancaman seperti itu bukan satu-satunya. Dalam konferensi Zionisme yang

diadakan di kota Budapest ibukota Hunggaria tahun 1919, para tokoh Zionis

peserta konferensi mengeluarkan ancaman terbuka kepada dunia. Pernyataan

yang bernada mengancam seperti itu juga datang dari Hain Weizman sendiri.

Ia mengatakan :


97


"Organisasi Zionisme kita akan memainkan perannya dalam mengatur dunia

baru pada masa pasca perang. Kitalah yang menciptakan Liga Bangsa-Bangsa,

dan kita akan berjalan di belakang program yang telah kita buat. Tujuan dan

kepentingan yang kita inginkan telah kita tentukan sebelumnya."

Kami (penulis) menyelesaikan penulisan bab ini tahun 1944, setelah

mempelajari dokumen dan data-data yang sebelumnya kami kumpulkan. Akan

tetapi, setelah 8 tahun kemudian sesuai dengan jabatan kami dalam pemerintah

sebagai perwira inteligen rahasia, kami mendapatkan sebuah dokumen rahasia

berbahaya. Kami merasa wajib untuk menyertakan beberapa bagian dari

dokumen itu dalam bab ini, mengingat masalah ini punya arti tersendiri, yaitu

yang berhubungan dengan konferensi puncak Sidang Darurat Para Pendeta

Yahudi se-Eropa, yang diadakan di Budapest tanggal 22 Januari 1952. Berikut

ini adalah ringkasan dari dokumen tersebut yang mengandung beberapa

paragraf harfiah, yang memungkinkan kami memuatnya, yaitu :

'Laporan dari Eropa tentang konferensi puncak Sidang Darurat Pendeta Yahudi

se-Eropa, pidato rahasia yang disampaikan oleh pendeta tertinggi Yahudi

Emanuel Robinovich tertanggal 12 Januari 1952.

Selamat berbahagia putra-putraku . . .

Kalian telah terpanggil untuk mengadakan pertemuan istimewa ini untuk

mengkaji masalah dan rancangan pokok bagi program kita yang baru, yaitu

program yang berkaitan dengan perang yang akan datang, sebagaimana yang

kalian telah ketahui. Rancangan kita semula membutuhkan tenggang waktu 20

tahun, sehingga kita mendapatkan seluruh keuntungan yang dihasilkan dari

Perang Dunia II. Akan tetapi, beberapa pertimbangan baru mengharuskan

adanya pengurangan jangka waktu 5 tahun lebih dini. Langkah-langkah yang

masih kita lakukan demi tujuan kita, sejak 3000 tahun yang lalu sekarang telah

berada dalam jangkauan tangan kita. Sebentar lagi kita pasti akan bisa memetik

buahnya, dengan syarat kita harus melipat gandakan usaha keras dengan

menggunakan pikiran dan pengalaman apa saja yang kita miliki. Kami bisa

meyakinkan Anda sekalian, bahwa beberapa tahun lagi bangsa kita akan bisa

mengembalikan posisinya di tempat paling atas di dunia. Ini merupakan hak

alami yang telah dirampas semenjak kurun waktu yang sangat panjang. Dan

hal ini akan kembali kepada kita seperti semula, sehingga setiap orang Yahudi

akan menjadi tuan, dan setiap gentile atau non-Yahudi akan menjadi budak ...

(aplaus besar).

Sekarang ini, kami akan menawarkan pemikiran tentang perang mendatang.

Kalian tentu ingat keberhasilan besar mengenai program yang kita laksanakan

sejak tahun 1930. Propaganda besar-besaran yang kita sebarluaskan telah

berhasil meniupkan api kebencian di Jerman terhadap dunia Barat dan

terhadap unsur semitik. Kemudian kita juga meniupkan rasa kebencian bangsa

Barat terhadap bangsa Jerman, yang disebabkan oleh sikap permusuhan

Jerman terhadap unsur semitik. Inilah program pokok yang sekarang sedang

kita laksanakan untuk meniupkan rasa kebencian Timur terhadap Barat, dan di


98


Barat terhadap Timur. Kita akan memerangi bangsa-bangsa yang bersikap

netral untuk memaksa mereka bergabung dengan blok ini atau blok itu. Kita

tidak akan membiarkan seseorang menghalangi jalan yang kita tempuh. Untuk

mencapai tujuan awal dari program ini, kita akan menanamkan orientasi

militerisme dan naluri perang di Amerika. Akan tetapi, rancangan undang-

undang yang kita ajukan kepada kongres Amerika dengan dukungan dari jaksa

agung mengenai wajib militer bagi setiap warga Amerika ternyata ditolak. Kita

mengalami kegagalan sementara. Kita akan mulai usaha baru lagi dengan

bekerja keras, untuk melemparkan tuduhan kepada pihak Uni Sovyet, bahwa

negara itu melakukan kebijakan anti semitik, meskipun terdapat hubungan erat

antara kita dan Komunisme. Kita akan mendukung dengan dana dan pengaruh

bagi organisasi yang membela unsur semitik, khususnya di Amerika. Tujuan

terakhir program ini adalah menciptakan Perang Dunia III, yang akan

mengakibatkan kehancuran total, dan pengaruh yang jauh lebih besar dari

pada seluruh peperangan yang pernah terjadi. Kita akan membuat Israel tetap

netral dalam perang ini, sehingga terhindar dari kehancuran. Setelah itu, Israel

akan menjadi tempat sidang-sidang perundingan, pengawasan dan lain-lain,

yang saat itu akan diserahi tugas untuk mengawasi bangsa-bangsa yang tersisa.

Perang inilah yang akan merupakan pertikaian terakhir dalam sejarah melawan

kaum gentiles. Kita kelak akan membuka kedok yang menutupi wajah identitas

kita yang sebenarnya di hadapan mata dunia.

Ada sebuah pertanyaan diajukan oleh salah seorang pendeta Yahudi. Saya

mohon yang mulia pendeta Robinovich menjawab pertanyaan berikut ini,

'Bagaimanakah nasib agama-agama setelah Perang Dunia III berakhir?' Robinovich

menjawab,

"Di sana tidak akan ada lagi agama setelah Perang Dunia III, dan tidak ada pula tokoh-

tokoh agama. Keberadaan agama dan tokohnya merupakan ancaman bagi kita, karena

agamalah yang mampu membuat ancaman bagi kita untuk menguasai dunia. Kekuatan

jiwa yang ditimbulkan dari iman pemeluk agama akan melahirkan sikap berani untuk

menghadapi kekuatan kita. Akan tetapi, kita akan tetap memelihara sebagian dari ajaran

agama yang bersifat lahiriah saja. Sedang agama Yahudi akan tetap merupakan

pegangan bagi setiap bangsa Yahudi, dengan satu tujuan untuk menjaga tali pengikat

antar-bangsa kita, dan sekaligus sebagai tameng untuk menghalangi orang non-Yahudi

tidak masuk ke dalam barisan kita melalui perkawinan atau lainnya.”

Untuk mencapai tujuan akhir, bisa saja kita memerlukan cara yang menyedihkan,

seperti pernah kita lakukan pada masa Hitler, yaitu kita sendiri yang mengatur

terjadinya peristiwa penindasan terhadap sebagian bangsa kita sendiri. Dengan kata

lain, kita akan menumbalkan sebagian putra bangsa kita sendiri pada suatu peristiwa

yang akan kita atur dari belakang layar. Kita bisa mendapatkan alasan yang cukup

untuk menarik simpati dan dukungan bangsa Eropa dan Amerika, serta dunia pada

umumnya dari satu sisi. Sedang dari sisi lain, para tokoh militer yang terlibat perang,

seperti pernah kita lakukan dalam pengadilan Nurenburg (Jerman) setelah Perang

Dunia II. Tumbal itu mungkin mencapai ribuan nyawa bangsa kita, dan kita sendiri

yang akan melakukan pembunuhan terhadap mereka, agar kita bisa melemparkan


99


tuduhan terhadap pihak lain. Meskipun tumbal itu besar, namun kita tidak perlu

mengukur besar-kecilnya tumbal demi tujuan kita yang terakhir, yaitu menguasai

dunia. Anda sekalian sekarang melihat kemenangan terakhir dengan jelas, seperti

melihat gajah di pelupuk mata. Kalian akan kembali ke negara masing-masing setelah

konferensi ini untuk mengajak bangsa kita bekerja keras, sehingga akhirnya akan

sampai pada suatu saat, di mana Israel akan membuka hakikat diri yang sebenarnya

kepada dunia, sebagai tempat memancarnya cahaya yang akan menerangi seluruh

jagad."

Sampai di sini Robinovich mengakhiri pidatonya. Komentar tidak diperlukan

lagi. Satu hal yang perlu kita singgung adalah, bahwa kongres itu menguatkan

hasil analisa kita sebelumnya, sehubungan dengan masalah anti semitik dan

Nazisme dan seterusnya, yang bisa meyakinkan kita, bahwa kekuatan di balik

layar yang diatur oleh Zionisme pada hakikatnya adalah kekuatan yang

mengeksploitasi gerakan anti semitik dengan memperalat Hitler dan

Nazismenya. Kekuatan itu pula yang sedang merancang dan mendalangi

untuk menjerumuskan dunia ke dalam Perang Dunia III. Hitler dan Nazisme

bagi orang awam belum banyak dikenal.

Banyak yang tidak memperhatikan adanya tangan-tangan terselubung di balik

peristiwa yang terjadi di Jerman, yaitu ketika para pemilik modal Yahudi

internasional mempersenjatai Nazisme, dan membangun perindustrian Jerman

setelah perjanjian Versailles. Pada saat itu Hitler menggalakkan anti Yahudi. Di

sini timbul pertanyaan, mengapa Stalin dan dunia Barat tutup mulut, ketika

melihat Jerman bangkit dan membangun militernya kembali secara besar-

besaran, yang bisa mengancam dunia Barat dan Rusia? Menurut pengamatan

yang cermat, justru Stalin sendiri telah mengadakan perjanjian kerja-sama

rahasia dengan penguasa militer di Jerman, bahkan sebelum militer berkuasa

untuk melatih dan mempersenjatai angkatan perang Jerman. Dan lagi,

beberapa lembaga keuangan Barat menyalurkan dana-dananya untuk

membiayai pembangunan industri persenjataan Jerman. Tokoh-tokoh Barat

bukan tidak tahu apa yang terjadi di balik layar di Jerman pada waktu itu, dan

kebangkitan kekuatan militernya. Kami (penulis) secara pribadi tahu akan hal

itu dengan yakin, ketika kami menghadiri konferensi perlucutan senjata yang

diadakan di London tahun 1930. Hasil studi analitis mengenai periode 1920-

1938 dalam sejarah modern yang kami lakukan menunjukkan, bahwa pemilik

modal Yahudi internasional telah memusatkan kegiatannya dalam periode ini

untuk meraih tujuan-tujuan sebagai berikut :

1) Menyalakan api Perang Dunia II, sesuai dengan program asli semenjak

dulu. Mereka berhasil.

2) Memerangi pemerintahan dan pergerakan yang memusuhi mereka di

Eropa dengan segala cara dan sarana. Dalam hal ini, mereka juga telah

berhasil dengan gemilang, seperti penyingkiran pemerintahan Asquith

di Inggris pada masa Perang Dunia I.


100


3) Memaksa Inggris, Perancis, kemudian Amerika Serikat untuk

menyetujui berdirinya sebuah negara nasional bagi bangsa Yahudi di

Palestina. Pada masa Perang Dunia I Inggris telah menjanjikan para

pemilik modal Yahudi internasional untuk mendesak Amerika Serikat

lewat organisasi Yahudi di Amerika, agar negara itu terlibat dalam

perang bersama sekutu dengan imbalan, bahwa Inggris akan membela

cita-cita Zionisme. Data-data inteligen angkatan laut menunjukkan,

bahwa peristiwa penyerbuan Jerman terhadap kapal perang Amerika,

Lusiana, kemudian tenggelam adalah sebuah peristiwa yang sengaja

dirancang sebelumnya sebagai preteks agar Amerika Serikat melibatkan

dirinya dalam Perang itu, persis penyerbuan Pearl Harbour oleh

angkatan udara Jepang tahun 1941, sehingga Amerika-Serikat ketika itu

bisa terjun dalam kancah Perang Dunia II.

Adapun naskah asli dalam perjanjian Versailles tentang nasib tanah Palestina di

bawah kekuasaan pendudukan Inggris disebutkan dalam rumusan berikut ...

yaitu untuk mengubah tanah Palestina menjadi sebuah negara nasional bagi

bangsa Yahudi. 'mengubah" menjadi "mendirikan", dengan maksud menutupi

niat buruk bangsa Yahudi sebenarnya di seluruh wilayah itu. Maka rumusan

menjadi sebagai berikut21 :

"His Majesty's government view with favor the establishment in Palestine of a national

home for the Jewish people, and will use their best endeavors to facilitate the

achievement of this object, it being clearly understood that nothing shall be done which

might prejudice the civil and religious rights of existing non-Jewish communities in

Palestine, of the right and political status enjoyed by Jews in any other country."

(Pemerintah baginda raja melihat dengan tatapan belas kasih mengenai

berdirinya sebuah negara nasional bagi bangsa Yahudi di Palestina, dan akan

mengusahakan dengan segala kemampuan pemerintah kerajaan Baginda untuk

mewujudkan cita-cita ini. Sebagaimana sama-sama dimaklumi, tidak ada

langkah yang akan diambil yang kira-kira bisa menyinggung hak sipil atau

agama bagi masyarakat non-Yahudi yang ada di Palestina, atau hak dan status

politik yang dimiliki oleh Yahudi di negara lain manapun).

Dalam ulasan terdahulu telah kita bicarakan, bagaimana kekuatan Konspirasi

bisa menaklukkan arah politik seluruh negara Eropa pada masa antara Perang

Dunia I dan Perang Dunia II, yaitu politik yang ditandai dengan ketamakan

imperialisme dunia Barat dan pemerasan kekayaan terhadap bangsa lainnya di

Dunia. Begitu pula periode itu ditandai oleh adanya perpecahan blok militer

yang saling berhadapan, hingga pecahnya Perang Dunia II. Oleh karena itu,

kita tidak perlu heran, bahwa tujuan paling utama Konspirasi dari Perang

Dunia itu adalah mendirikan negara yang akan menjadi pusat kegiatan

konspirasi Yahudi terhadap bangsa lain di dunia.


21 Compton Pictured Encyclopedia, Compton & Company Chicago tahun 1959 halaman 80


101


"Kami telah berkali-kali mengatakan, bahwa yang menguasai wajah perjalanan

dunia adalah para pemilik modal Yahudi Internasional. Dan yang

menggerakan khususnya perundingan damai itu adalah Yacob Sheiff dan

kelompok Warburg serta para pemilik modal Yahudi internasional lainnya.

Satu-satunya tujuan yang hendak mereka capai adalah menguasai Eropa,

khususnya Jerman."

C. Stalin dan Yahudi

Stalin dilahirkan di desa Gory, wilayah Georgia Rusia. Ibunya seorang pemeluk

agama Kristen Ortodoks bernama E. Catherina Gelades, dan kakeknya seorang

petani kecil. Ayahnya mula-mula bekerja di ladang, dan kemudian berpindah

profesi sebagai tukang sepatu di kota kecil Adilchanov. Meskipun ibunya

pemeluk agama yang taat, tapi ayahnya peminum minuman keras. Ibunya

terpaksa bekerja keras sebagai pencuci pakaian, agar ia bisa membiayai

anaknya mengenyam pendidikan dan menjadi pendeta. Stalin sendiri adalah

anak yang cerdas di kelas, dan akhirnya ia mendapat bea siswa dari sebuah

seminary di kota Tiflis. Namun Stalin terpaksa tidak bisa meneruskan studinya

karena sering terjadi perdebatan sengit dengan guru-gurunya. Akhirnya ia

diusir dari sekolahnya, setelah 4 tahun belajar di sana. Kemudian ia bergabung

dengan sebuah kelompok yang kala itu telah tersebar luas di seluruh Rusia.

Stalin menikah dengan Catherine Shnaindes dan mendapat seorang putra yang

diberi nama Yasha. Kelak Yasha hidup sebagai seorang mekanik listrik sampai

masa kejayaan ayahnya berakhir. Selain itu, Stalin juga punya seorang istri lain

bernama Nadia Baliova, dikaruniai seorang putra bernama Fasili dan seorang

putri lagi bernama Sevitlana. Fasili kelak menjadi marsekal udara dalam jajaran

angkatan bersenjata Rusia pada masa kejayaan Stalin. Namun sepeninggal

Stalin, Fasili termasuk orang yang disingkirkan dari arena politik oleh Nikiti

Khrouchtchev. Kemudian Fasili menghilang tanpa jejak.

Perkawinan Stalin dengan istri keduanya tidak berumur lama. Sebab, Stalin

jatuh cinta kepada seorang wanita Yahudi jelita bernama Roza Kaganovich,

yang kemudian hidup bersama tanpa ada ikatan perkawinan. Nasib Nadia

(istri pertama) berakhir dengan bunuh diri. Tindakannya yang nekad ini bukan

karena skandal asmara suaminya dengan wanita Yahudi itu, melakukan ia

menderita karena melihat suaminya melakukan kekejaman terhadap musuh

politiknya, yang sebagian besar merupakan saudara seagama Nadia, yaitu

Kristen Ortodoks, yang berbeda dari agama yang dianut oleh wanita Yahudi,

pacar gelap Stalin itu. Adapun Roza Kaganovich tidak lain adalah saudara

kandung Lazar Kaganovich, seorang tokoh Komunis terkemuka pada masa

pemerintahan Stalin, yang menjadi anggota politbiro partai Komunis Rusia, di

samping menjadi kepala pengawas industri berat. Lazer adalah orang yang

paling dekat dengan Stalin, sampai Stalin mati. Setelah Stalin mati,

pemerintahan Khrouchtchev mengadakan pembersihan besar-besaran untuk

mencampakkan sisa-sisa popularitas Stalin dan para pendukungnya dari arena

politik Rusia dengan cara kejam, seperti pernah dilakukan oleh pendahulunya,


102


Stalin terhadap lawan politiknya. Lazer Kaganovich juga berhasil

mengawinkan putranya Mikhail dengan putri Stalin Sevitlana pada tanggal 15

Juli 1951. Padahal, Sevitlana ketika itu masih berstatus istri dari salah seorang

yang konon telah menghilang beberapa hari berselang, tanpa diketahui ke

mana ia pergi. Sedang Stalin sendiri kemudian mengawini Roza, setelah

istrinya mati bunuh diri. Dengan demikian, Stalin telah hidup dalam

lingkungan keluarga Yahudi. Sebab, istrinya adalah Yahudi, menantu laki-

lakinya adalah Yahudi, dan saudara kandung istrinya yang sekaligus sahabat

karib Stalin adalah juga Yahudi. Bukan hanya sampai di sini. Wakil perdana

menteri dalam pemerintahan Stalin yang merangkap menteri luar negeri, yaitu

Molotov juga beristrikan wanita Yahudi. Istri Molotov ini adalah adik kandung

pemilik modal Yahudi internasional di Amerika Sam Carb, yang mewakili

perusahaan impor-ekspor, berpusat di negara bagian Connecticut. Sedang putri

Molotov adalah tunangan putra Stalin sendiri, Fasili.

Demikianlah yang kita lihat. Politbiro akhirnya dipegang oleh tangan-tangan

satu keluarga. Ini merupakan akibat wajar dari filsafat atheisme dalam bentuk

komunisme, yang pada dasarnya merupakan anak yang lahir dari kandungan

kehidupan lingkungan ghetto Yahudi di Eropa Timur. Oleh karena itu, tidaklah

mengherankan kalau kenyataan ini merupakan sisi gelap dari perkembangan

mendasar yang terjadi di Rusia, dan dunia komunisme umumnya, sampai

Stalin meninggal dunia. Perkembangan ini ditandai dengan publikasi tentang

kejahatan Stalin, dan pembantaian kaum tani yang dilakukannya. Mesin

propaganda Komunis sebelumnya telah berusaha menggambarkan, bahwa

kaum tani adalah pendukung terkuat sistem Komunisme. Dan faham

Komunisme masih akan terus berubah dan berkembang di seluruh dunia.

Pada mulanya Stalin adalah sosok yang dilahirkan oleh situasi. la muncul

menjelang pecah revolusi Oktober 1917, pada saat tokoh-tokoh senior masih

terkungkung dalam sel-sel penjara Czar. Pada masa pemerintahan Lenin, Stalin

belum memainkan peran berarti dalam partai Komunis Rusia, kecuali hanya

beberapa saat ketika Lenin dalam keadaan sakit. Stalin maju ke barisan

terdepan setelah terjadi perselisihan tajam antara dia dan Trotsky. Maka sejak

Trotsky bisa disingkirkan, Stalin terus berkuasa sebagai diktator Rusia tanpa

tertandingi sampai matinya. Tahap kenaikan bintang Stalin dalam

kepemimpinan Komunis Rusia dimulai ketika Lenin jatuh sakit bulan Mei 1922,

yaitu ketika sebuah dewan yang terdiri dari Stalin, Zenoviev, Kaminiev,

Trotsky dan Bochorin meneruskan kepemimpinan Komunis Rusia. Kemudian

penyakit Lenin tidak bisa disembuhkan, yang akhirnya menyebabkan

kematiannya. Zenoviev dan Kaminiev merupakan tangan kanan Lenin sejak

awal kekuasaan Lenin, sehingga mereka berdua memandang dirinya sebagai

pewaris yang paling layak untuk meneruskan kepemimpinan Lenin. Trotsky

dalam bukunya yang berjudul Lenin pada halaman 37 dan 48 menyebutkan,

bahwa Zenoviev diperlakukan oleh Stalin seperti budak, sedang Kaminiev

sering dihina. Trotsky memandang Zenoviev dan Kaminiev sebagai saingan

yang mengancam kedudukannya, setelah Lenin meninggal dunia. Sementara


103


itu, Stalin memandang Trotsky dengan pandangan curiga, karena sikapnya

yang meragukan terhadap Stalin.

Zenoviev bagi kalangan atas partai Komunis Rusia dipandang sebagai calon

kuat untuk menggantikan Lenin. Pada kongres partai Komunis ke 12 ia diminta

menyampaikan pidato pembukaan menggantikan Lenin yang sedang sakit.

Lenin sendiri sudah menyatakan tidak mampu menyampaikan pidato

sambutan seperti biasanya. Kesempatan emas ini dimanfaatkan oleh Stalin dan

bukan Zenoviev yang menggantikan Lenin. Setelah sidang ditutup, Stalin

meraih kekuasaan dan kedudukan tinggi atas partai Komunis bersama kawan-

kawannya, hingga pada saat Lenin meninggal dunia tahun 1924. Pada bulan

April 1925 Stalin berhasil menyingkirkan Trotsky dari jabatannya sebagai

komisioner rakyat dalam urusan penahanan atau kementerian penahanan.

Setelah itu, Zenoviev disingkirkan pula dan digantikan oleh Bovadin, Rikov

dan Tomsky. Sedang Zenoviev dan Kaminiev ketika itu bergabung dengan

Trotsky untuk membentuk gerakan oposisi menentang Stalin. Akan tetapi,

langkah ini datangnya terlambat, sehingga mereka mendapat pukulan balik

dari Stalin. Pada bulan Februari 1926 Stalin berhasil menyingkirkan Zenoviev

dari politbiro, kemudian dari kepemimpinan Rusia di Leningrad, dan terakhir

dari kepemimpinan rakyat. Lalu datanglah giliran bagi Kaminiev dan Trotsky

pada bulan Oktober 1926. Mereka berdua disingkirkan dari politbiro oleh

Stalin. Pada tahun berikutnya Stalin benar-benar telah menyingkirkan lawan-

lawan politiknya dari komite sentral partai Komunis Rusia. Tahun 1927 Trotsky

berusaha mengadakan pembangkangan yang terakhir kalinya dengan

melemparkan tuduhan, bahwa Stalin telah menyalahi garis ideologi Marxisme

yang benar, dan menciptakan diktatorisme keluarga di Rusia. Stalin membalas

tuduhan itu dengan tindakan sangat kejam, dengan mengadakan pembersihan

besar-besaran yang menumbalkan ratusan ribu orang mati, dan ribuan lainnya

dibuang ke Siberia. Ini diungkapkan oleh Khrouchtchev di kemudian hari.

Stalin telah melakukan pembersihan terhadap para tokoh Komunis senior

Yahudi dan para tokoh proletar generasi pertama yang mencetuskan revolusi

Komunis. Di antara mereka yang terkenal tindakan Stalin itu yang berupa

penahanan, pembuangan dan hukuman mati adalah Trotsky, Zenoviev,

Kaminiev, Martinov, Zalolich, Martov dan lain-lain. Dengan demikian, secara

langsung Stalin telah bebas dari lingkungan orang-orang Yahudi senior pada

akhir hayatnya, kecuali istrinya Roza Kaganovich dan kakak iparnya Lazar

Kaganovich. Hasil studi analitis menunjukkan, bahwa dalam pembersihan

yang dilakukan Stalin pada akhir masa hidupnya terdapat adanya hubungan

rahasia dengan kekuatan terselubung, yang di dalamnya terdapat para tokoh

senior Yahudi Komunis Rusia. Ini menunjukkan, bahwa kekuatan terselubung

itu tidak mempertimbangkan adanya tumbal orang Yahudi atau bukan, selama

semua itu akan mendatangkan keuntungan materi bagi mereka. Peristiwa demi

peristiwa itu sebenarnya merupakan rancangan untuk membuka jalan

timbulnya perang ekonomi global, dengan menjadikan dunia sebagai arena

pertarungan pada masa sebelum Perang Dunia II. Perang ekonomi itu


104


memberikan bukti nyata, yang menunjukkan adanya hubungan konspirasi

antara Stalin dengan kekuatan terselubung. Tujuan yang hendak dicapai oleh

kekuatan terselubung sejak Perang Dunia I usai adalah :

1) Mempersiapkan pecahnya Perang Dunia II, seperti telah kita bahas.

2) Menguasai sumber kekayaan bangsa-bangsa gentiles, yang merupakan

tujuan mereka sejak dulu.

Jelaslah kiranya, bahwa untuk menopang tujuan pertama, Konspirasi dituntut

untuk mencapai dua faktor utama. Pertama adalah faktor psikologis dengan

membawa dunia dan Eropa kepada perang, dan meniupkan rasa permusuhan

dan kebencian antar-bangsa, seperti telah kita bicarakan terdahulu. Faktor

kedua adalah menciptakan perimbangan antara blok militer yang saling

berhadapan dalam perang. Ini merupakan jalan pokok menuju pecahnya

perang, karena negara sekutu yang keluar sebagai pemenang dalam Perang

Dunia I, yaitu Amerika, Perancis dan Inggris jauh lebih kuat dibanding dengan

Jerman yang kalah perang, dan menderita luka parah luar-dalam. Maka sebagai

pijakan logis untuk mewujudkan perimbangan kekuatan yang ada, lebih dulu

harus mempersenjatai dan membangun Jerman kembali beserta negara yang

akan dijadikan sekutu oleh para pemilik modal Yahudi internasional. Pada saat

yang sama, negara sekutu yang lebih kuat lebih dulu harus dilemahkan pada

tingkat yang diperlukan. Di samping itu, para pemilik modal Yahudi

internasional mencurahkan dananya dalam bidang industri persenjataan, agar

bisa mengalihkan potensi ekonomi negara yang bersangkutan kepada produksi

senjata, sampai pada masa yang diperlukan. Tidak mengherankan kalau setelah

Perang Dunia I, negara Barat yang tergabung dalam sekutu bersama Stalin

menutup mulut atas kebangkitan militer Jerman dan pembangunan kembali

negara itu, sehingga melahirkan Hitler dan Nazismenya. Sebagai kekuatan

besar dan makin kuat, Jerman mampu menaklukkan dan menduduki Swedia

dan Austria, serta beberapa negara Eropa lainnya. Sementara itu, Konspirasi

terus mencurahkan perhatiannya untuk mengeruk keuntungan dari bangsa-

bangsa yang bertikai, sebagai pelaksana dari perang ekonomi global yang

dirancang oleh Konspirasi.

Perang ekonomi global ini dimulai dari tahap percobaan antara tahun 1922

sampai 1925 dengan taktik tradisional. Para pemilik modal Yahudi

internasional membanjiri pasar modal negara-negara yang menang perang dan

negara-negara netral dengan saham, kredit dan investasi secara besar-besaran,

sehingga menimbulkan kenaikan harga barang dan meningkatkan produksi

serta kegiatan bisnis. Setelah itu, dana, saham dan investasi yang ada dalam

bursa internasional tiba-tiba ditarik kembali, sehingga menimbulkan krisis

ekonomi drastis dan dahsyat pada tahun 1925. Nilai mata uang merosot

seketika, Selanjutnya saham yang telah ditarik itu dilempar kembali ke pasar

modal dalam bentuk pinjaman dan transaksi, dan nilai mata uang kembali

normal. Dan para pemilik modal Yahudi internasional meraih keuntungan

besar. Para pemilik modal Yahudi Internasional merasa yakin akan


105


keberhasilan percobaan perang ekonomi tersebut di atas. Dengan berpijak pada

percobaan itu, mereka mengambil langkah penting dalam perang ekonomi

besar tahun 1930, yang mengakibatkan krisis ekonomi yang melanda hampir

seluruh dunia, yang dikenal dalam sejarah dengan sebutan Krisis Ekonomi

Dunia. Perang ekonomi ini bisa terlaksana berkat bantuan Stalin, sesuai dengan

kesepakatan rahasia. Maka jelaslah bukti yang menunjukkan adanya

persekongkolan antara Stalin dengan para pemilik modal Yahudi internasional.

Operasi perang ekonomi ini dimulai dengan penolakan para pemilik modal

memberikan dana kepada perusahaan perkapalan dan pelayaran Amerika dan

Eropa Barat pada umumnya. Sedang perusahaan perkapalan dan pelayaran

Jerman, Jepang dan Italia mendapat dana besar-besaran dan fasilitas dari

mereka. Di tiga negara itu tumbuh industri perkapalan, dan banyak orang

memonopoli dan merajai pelayaran Taut di seluruh dunia. Dan yang menjadi

perhatian khusus bagi para pemilik modal Yahudi internasional adalah kapal-

kapal barang pengangkut peti daging yang dieskan, dan biji-bijian Amerika

dan Eropa Barat menjadi terbengkalai tanpa bisa dioperasikan. Sementara itu,

kapal Jepang, Jerman dan Italia berlayar dengan leluasa mengangkat berbagai

jenis muatan.

Operasi berikutnya adalah lembaga keuangan dan bank-bank besar beserta

cabang-cabangnya menolak untuk memberikan kredit dan pinjaman bagi

pemasaran biji-bijian dan daging yang telah dieskan atau kalengan dan

asuransi produksinya di Amerika dan Eropa pada umumnya. Barang-barang

tersebut menumpuk dalam gudang tanpa bisa dipasarkan. Pada saat yang

sama, di negara yang dibanjiri barang-barang itu oleh para pemilik modal

internasional, harga barang turun drastis. Daging-daging itu berasal dari

Australia dan Argentina, sedang biji-bijian Rusia dijual kepada para pemilik

modal internasional dengan harga sangat murah, sehingga para petani Rusia

dengan sistem kolektif mengalami beban berat, khususnya para petani

Republik Ukraina di Uni Sovyet. Hal inilah yang menimbulkan kerusuhan

berdarah dan bahaya kelaparan yang melanda seluruh wilayah Republik

Ukraina.

Kenyataan di atas merupakan bukti yang kelak secara terbuka diakui sendiri

oleh Nikita Khrouchtchev dalam konferensi umum partai Komunis Rusia,

dimana Nikita dengan sengit menyerang politik Stalin, dan membeberkan

kebijakannya atas penjualan hasil biji-bijian Rusia kepada lembaga keuangan

internasional dengan harga sangat rendah, sehingga para petani Rusia

mengalami kerugian besar dan dilanda kelaparan. Kecuali itu, Nikita juga

berbicara tentang pembantaian yang dilakukan oleh Stalin pada masa

pemerintahannya. Akibatnya, perekonomian Amerika dan Eropa ambruk,

khususnya dibidang produksi pertanian dan peternakan. Barangkali Stalin

mengharapkan pecahnya revolusi Komunis di Eropa Barat yang ditimbulkan

oleh krisis ekonomi perubahan sosial dan gejolak politik. Namun peristiwa

berikutnya menunjukkan kesalahan dan keluguan perhitungan Stalin,

sebagaimana dilukiskan oleh Nikita. Sedang para pemilik modal internasional


106


adalah pihak yang berhasil mencapai tujuannya, yaitu menciptakan krisis

ekonomi global di Amerika, Eropa dan dunia penghasil biji-bijian dan daging.

Dengan demikian, krisis ekonomi, sosial dan politik berkembang mewarnai

kehidupan dunia secara umum. Kredit bank, sertifikat tanah, nota bank dan

lain-lain yang dijadikan jaminan pada lembaga keuangan segera berpindah

tangan kepada para pemilik modal internasional. Semua itu berkat kebijakan

yang ditempuh Stalin dalam konspirasinya bersama mereka.

Selanjutnya kondisi mencekam seperti itu menyebabkan lembaga keuangan

kecil terpaksa gulung tikar, di samping mengakibatkan timbulnya kerusuhan

dan dekadensi moral di mana-mana. Masalah ini tidak menjadi pertimbangan

bagi para pemilik modal selama mereka mendapat keuntungan besar. Stalin

telah berspekulasi dengan permainan berbahaya, dan menghancurkan nilai-

nilai manusiawi di kalangan rakyatnya sendiri.

Untuk mengetahui lebih jelas lagi tentang langkah-langkah setan yang

merancang krisis ekonomi dunia, kita perlu menengok kembali peristiwa

menjelang meledaknya krisis besar ini pada tahun 1929 sampai 1930. Amerika,

Eropa dan negara lain penghasil biji-bijian dan ternak mengalami kelesuan

ekonomi yang sangat parah. Barang hasil produksinya terpaksa tertimbun

dalam gudang, atau terbengkalai dalam kapal, tanpa bisa dikirim ke luar negeri

untuk dipasarkan. Pada saat yang sama bahaya kelaparan melanda berbagai

negara, termasuk negara penghasil biji-bijian dan daging itu sendiri. Sedangkan

Jerman, Jepang dan Italia telah mendapat kesempatan emas untuk mengeruk

keuntungan besar dari krisis ekonomi itu. Kapal mereka bisa leluasa

mengangkut ke pasaran bebas. Orang bisa bebas membeli dan menjual barang-

barang Jepang dengan harga yang bersaing. Dalam waktu relatif singkat ketiga

negara tersebut telah kembali berotot dan bisa membusungkan dadanya di

hadapan bangsa lain di dunia.

Akibat dari krisis besar dunia ini macam-macam. Franklin Roosevelt di

Amerika muncul dengan politiknya yang terkenal itu, yaitu beranjak dari

pengalihan investasi modal nasional Amerika ke dalam bidang industri, dan

membiarkan sebagian tanah pertanian tidak digarap dengan imbalan ganti rugi

yang diberikan kepada para pemiliknya. Roosevelt berhasil dengan rencana

politiknya itu, sehingga ia memenangkan pemilihan umum di Amerika. Krisis

ekonomi yang melanda Amerika bisa diakhiri dari satu sisi. Dari sisi lain,

investasi modal nasional Amerika bisa dialihkan ke dalam industri yang segera

berubah lagi menjadi industri persenjataan perang sejak meletusnya Perang

Dunia II.

Sebagaimana kita lihat, tujuan pokok para pemilik modal internasional adalah,

pertama mewujudkan perimbangan ekonomi antara Eropa dan Amerika di satu

pihak, dan Jerman, Italia dan Jepang di pihak lain. Masing-masing pihak dipacu

untuk mengalihkan industrinya ke bidang produksi persenjataan, untuk

mempersiapkan perang yang benar-benar akan menjadi kenyataan. Sedang


107


tujuan kedua adalah untuk sedapat mungkin menguasai kekayaan lain bangsa.

Hal ini sudah mereka capai.

Krisis besar ini tampak mereda antara tahun 1931-1932, dan muncul lagi tahun

1933. Hal ini terjadi, karena para pemilik modal internasional melemparkan

modalnya secara besar-besaran ke pasaran internasional yang memungkinkan

lahirnya transaksi baru. Pemasaran dan barter barang diborong oleh para

pemilik modal itu dengan harga sangat rendah. Adapun Stalin, ia telah gagal

menyalakan api revolusi Komunis di Eropa Barat. Stalin sendiri akhirnya

mengakui, bahwa ia adalah pihak yang dirugikan dalam persekutuan

rahasianya dengan para pemilik modal internasional. Mungkin inilah yang

menyebabkan timbulnya perselisihan terselubung antara keduanya, yang

tanda-tandanya tampak jelas pada tahun 1936. Dunia saat itu belum menyadari,

bahwa krisis ekonomi besar itu pada hakikatnya adalah awal dari rancangan

menuju Perang Dunia II. Juga tidak banyak orang menyadari, bahwa semua itu

terjadi karena ulah Konspirasi Internasional dengan jerat-jerat perangkap yang

sengaja dipasang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar